SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing I
1. Skripsi saya, adalah asli dan sepengetahuan penulis belum pernah dibuat untuk
2. Skripsi saya, didalamnya tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
menerima sanksi akademik, dan sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
Yang MembuatPernyataan
Muhammad RidhaSimatupang
ABSTRAK
JudulPenelitianskripsiiniadalahPenyidikanterhadappemufakatanjahatmelaku
kantindakpidanaprekursornarkotika. Adapun yang
menjaditujuandaripenelitianyakniuntukmengetahui prosedur penetapan tersangka
DPO dalam penyidikan terhadap pemufakatan jahat melakukan tindak pidana
prekursor narkotika, mengetahui hambatan penyidik Satuan Reserse Narkoba
Polresta Medan dalam penyidikan terhadap pemufakatan jahat melakukan tindak
pidana prekursor narkotika dan mengetahui upaya penyidik Satuan Reserse
Narkoba Polresta Medan dalam penyidikan terhadap pemufakatan jahat
melakukan tindak pidana prekursor narkotika.
Hasil penelitianinimenunjukkanProsedurpenetapantersangka DPO
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursornark
otikadimulaidaripenetapandasarhukumpenyidikan dan
melakukantahappenyidikan, yang meliputimelakukanperencanaan,
menetapkantujuan dan sasaran, melakukan proses
penyidikansampaidenganpenggeledahanbarangbukti.
HambatanpenyidikSatuanReserseNarkobaPolresta Medan
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursornark
otikaadalahkurangnyapartisipasiaktifdarimasyarakatuntukmaubekerjasamadengan
aparatpenegakhukumterkaitadanyatemuanindikasipenyalahgunaanprekursornarkot
ika, kendalasaatmelakukaninterogasi pada
tersangkaketikasakausertaketerbatasansarana dan
fasilitaspenyidikan.UpayapenyidikSatuanReserseNarkobaPolresta Banda Aceh
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursornark
otikameliputimelakukanpelacakantersangkasecaratuntas,
menjalinkerjasamadenganinstansiterkait, melakukanraziasecaraintens dan
mempublikasikankepadamasyarakatmelalui humas yang ada.
Adapun saran daripenelitianiniadalahDisarankan kepada masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam menemukan tersangka yang ditetapkan dalam DPO dan
disarankan kepada kepolisian untuk menyediakan Laboratorium Forensik di
Medan guna memudahkan proses penyidikan. Disarankan Kepada kepolisian
untuk mengeluarkan peraturan kepolisian yang baru terkait tenggang waktu dalam
pemanggilan tersangka DPO agar tiada celah bagi DPO untuk melarikan diri.
Perlu dipikirkan peningkatan secara terus menerus tentang cara-cara yang
diperlukan dalam membantu proses penyelidikan dan penyidikan guna
memberikan titik terang suatu kejahatan narkoba melalui barang bukti seperti
dibuatkan suatu buku tentang jenis-jenis obat Psikotropika dan buku ini
disebarkan kepada masyarakat luas dan diharapkan masyarakat dapat
menginformasikan kepada pihak yang berwenang tentang adanya peredaran obat-
obatan tertentu setelah mengetahui jenis obat itu dilarang untuk diedarkan
Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, pada
saat ini masih diberikannya kesempatan yang tak terhingga untuk menyelesaikan
“Penyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursornarkotika
” sebagai tugas akhir untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
penulisan skripsi ini, untuk itu saran dan kritikan yang membangun hendaknya
disampaikan secara sehat dari setiap kalangan pembaca untuk menambah ilmu
3. Rudolf Silaban, S.Kom, SH, MH, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
4. Dr. Muhammad Yasid, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Fakultas
skripsi ini.
7. Dr. Mhd. Ansori Lubis, S.H., M.M, M.Hum, Dosen Fakultas Hukum
8. Dr. Syawal Amry Siregar, S.H., C.N., MM, Dosen Fakultas Hukum
9. Dr. Ria Sintha Devi, S.H, M.H, selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas
Darma Agung.
10. Seluruh Dosen yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah memberikan
Darma Agung.
kekurangan Ilmu dan Pengetahuan penulis yang terbatas dan untuk lebih giat lagi
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
BAB IPENDAHULUAN........................................................................... 1
1. Jenis Penelitian..................................................................................... 19
B. TeoriPenegakan Hukum............................................................................ 30
.C.TindakPidanaNarkotika……..………………………….…...................... 45
.D.PenetapanTersangka DPO 49
DalamPenyidikanTerhadapPemufakatanJahatMelakukanTindakPidanaP
rekursorNarkotika……......................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Hukum berfungsi untuk mengatur hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia lainnya dan hubungan antara manusia dan negara agar segala
sesuatunya berjalan dengan tertib. Oleh karena itu, tujuan hukum adalah untuk
mengandung makna bahwa segala tindakan serta pola tingkah laku setiap
yang diatur oleh negara. Apabila berbicara masalah hukum, maka akan
interrelasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya didalam
kehidupan bermasyarakat.
1
A. Rasyid Rahman, Pendidikan Kewarganegaraan, Makassar, UPT MKU
Universitas Hasanuddin Makassar, 2006, hlm. 74
2
hukum yang telah ditentukan. Dimana hukum yang telah ditentukan terdapat
perusakan dapat merugikan orang lain yang telah menjadi korbannya. Pada
dasarnya, perusakan barang milik orang lain sangat merugikan pemilik barang,
baik barang yang dirusak tersebut hanya sebagian saja atau seluruhnya,
tidak hanya dilihat dari sudut orang yang melakukan kejahatan, akan tetapi
dalam kasus-kasus tertentu juga dapat dilihat dari sudut korban sebagai orang
kejahatan atau pelanggaran yang terjadi tidak hanya dilihat dari sudut orang
yang melakukan kejahatan, akan tetapi dalam kasus-kasus tertentu juga dapat
dilihat dari sudut korban sebagai orang yang dirugikan dalam tindak
pidanatersebut.
(samenspanning) dianggap ada bila saja dua orang atau lebih bermufakat
Permufakatan jahat adalah adanya dua orang, adanya kesepakatan dan niat,
maksud atau tujuan melakukan tindak pidana narkotika, jika salah satu unsur
tidak terpenuhi dari pasal pokok yang didakwakan, maka penerapan pasal
KUHP.
2
Soesilo R, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar- Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Cetakan Ke 9,Politea, Bogor, 1986, hlm.97
4
Narkotika”.
atau pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
merupakan suatu lembaga yang diberi wewenang oleh negara yang diharapkan
masyarakat.
Masyarakat pun banyak sekali menaruh harapan pada polisi agar polisi
atau tidak. Begitu banyak jenis kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat,
perilaku yang menyimpang atau tidak sesuai dengan dengan norma atau yang
merupakan gejala sosial yang akan selalu di hadapi oleh setiap manusia,
masyarakat, dan bahkan Negara . Kejahatan pada masa sekarang ini sudah
tidak mengenal usia, baik muda, tua, dewasa dan kenyataan membuktikan
bahwa kejahatan hanya dapat di cegah dan dikurangi tapi sangat sulit untuk di
Narkotika adalah zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan
yang sangat merugikan masyarakat dan kesehatan. Hal ini akan lebih
Generale”, sebagai acuan atau dasar aparat penegak hukum untuk melakukan
daerah hukum Kepolisian Kota Besar Medan (Poltabes Kota Medan) sering
oknum yang tidak bertanggung jawab. Betapa pentingnya hal ini untuk di
sadari oleh aparat penegak hukum maupun masyarakat karena itu pentingnya
masalah ini untuk dikaji lebih jauh. Maka dari itu penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut dibuat dalam bentuk skripsi yang berjudul “Penyidikan
PidanaPrekursorNarkotika”
B. RumusanMasalah
C. TujuanPenelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
prekursor narkotika.
D. ManfaatPenelitian
menambah ilmu pengetahuan dan kajian lebih lanjut bagi teoritis yang
narkotika
2. Secara Praktis:
narkotika
E. TinjauanPustaka
hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang
yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah
diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat
menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas
tapi sebelum itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu
(principle of legality) asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu
sebagai Nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak ada delik, tidak
ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu), ucapan ini berasal dari von feurbach,
Dalam hal ini maka terhadap setiap orang yang melanggar aturan-aturan
3
I Made Widnyana, Hukum PIdana, Penerbit Fikahati Aneska, Jakarta,2010, hlm. 34
4
Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 96
5
Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Penerbit Balai Lekture Mahasiswa, Jakarta, 2005, hlm. 62.
10
tersebut sebagai pelaku perbuatan pidana atau pelaku tindak pidana. Akan
hubungan yang erat, oleh karenanya antara kejadian dengan orang yang
suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam
Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan yang
terjadinya suatu tindak pidana adalah karena seseorang tersebut telah melakukan
tersebut maka dia harus bertanggung jawabkan segala bentuk tindak pidana yang
telah dilakukannya untuk dapat diadili dan bilamana telah terbukti benar bahwa
telah terjadinya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang maka
dengan begitu dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan Pasal yang
mengaturnya.7
6
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta 2001, hlm. 30.
7
Kartonegara, Op Cit, hlm. 156
11
tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau
melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan
hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan tersebut
kejadian tersebut.
Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri pelaku atau
yang berhubungan dengan diri pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala
a. TindakPidanaNarkotika
pun bersifat khusus. Istilah narkotika bukan lagi istilah asing bagi masyarakat
mengingat begitu banyaknya berita baik dari media cetak maupun elektronik
nama lazim yang diketahui oleh orang awam berupa narkoba tidak selalu
diartikan negatif, di dalam ilmu kedokteran, narkotika dengan dosis yang tepat
digunakan sebagai obat bagi pasien. Selain narkoba, istilah lain yang
adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif.
“narke”, yang berarti terbius sehingga tidak merasa apa-apa.32 Smith Kline
dan Frech Clinical Staff mendefinisikan bahwa narkotika adalah zat-zat atau
Narkotika ini sudah termasuk candu, zat-zat yang dibuat dari candu (morphine,
bahwa narkotika ialah candu, ganja, cocaine, dan zat-zat yang bahan
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
kimia yang berbahaya apabila digunakan tidak pada dosis yang tepat.
Bahaya itu berupa candu dan ketagihan yang tidak bisa berhenti. Hal ini
permasalahan yang dihadapi. Pemakai dibuat seperti berada diatas awan dan
selalu merasa bahagia. Inilah yang kemudian mendorong banyak orang yang
b. Unsur-UnsurTindakPidanaNarkotika
Tindak pidana narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan
pidana yang diatur didalamnya adalah kejahatan, akan tetapi tidak perlu
disangsikan lagi bahwa semua tindak pidana didalam undang- undang tersebut
besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaian narkotika secara tidak sah
Menteri Kesehatan dapat memberi izin lembaga ilmu pengetahuan dan atau
memiliki atau untuk persediaan ataupun menguasai tanaman papaver, koka dan
ganja.12
Nama resmi untuk penyidik disebut dengan sandi reserse tetapi dalam
11
Supramono.Hukum Narkotika Indonesia.Djambatan. Jakarta. 2001. Hlm.5
12
Soedjono Dirjosisworo. Hukum Narkotika di Indonesia. PT CitraAditya Bakti.Bandung, Hlm. 7
15
bagian kriminal atau kejahatan berat. Bila dirujuk secara normatif dalam
pejabat kepolisian RI atau pejabat nageri sipil tertentu yang diberi wewenang
Sekalian juga perlu aturan dalam pasal 1 butir 3 penyidik pembantu adalah
ketentuan itu dapat disimak profil mereka, antara lain semua polisi yang orang
terlembaga ke dan didalam Kepolisian RI (Polri) adalah boleh dan bisa menjadi
bahwa tujuan Polri adalah untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
Penyidik harus dan wajib hanya polisi tertentu saja atau boleh juga PPNS
(pejabat egawai negeri sipil ) yang telah terlatih dan ditugaskan khusus untuk
itu. Ini berarti tidak semua polisi boleh dan bisa menjadi penyidik. Oleh sebab
itu, ada imperatif hukum berupa wewenag yang didasarkan kepada hanya
16
makna itu, yakni (1) wewenang penyidik bisa jadi bukan hanya dari KUHAP
tetapi ada juga yang diluar KUHAP. Ini artinya, harus dibaca dan didalami
undang-undang apa saja yang diberi wewenang penyidikan. (2) tidak ada
undang.
Itu berarti, bentuk hukum lain ( PP, Perpers, keputusan setinkat menteri
saja sejauh ini UU tentang pemerintah daerah telah ada yang mengatur secara
pidana perda.
kejahatan atau pelanggaran tindak pidana atau yang diduga sebagai perbuatan
Akan tetapi harus di ingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri
atau cara atau sub daripada fungsi penyidikanyang mendahului tindakan lain,
maksud dan tujuan mengumpulkan bukti permulaan atau bukti yang cukup agar
penyidikan ini dibuat agar dari awal dapat ditentukan arah dari suatu
penyidikan, cara yang akan digunakan, personil yang akan digunakan, dan
kriminal adalah ilmu yang menyelidiki atau yang membahas tentang penyebab
terjadinya kejahatan.15
aetiology) adalah ilmu yang menyelidiki atau yang membahas asal-usul atau
Kriminologi atau kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan
suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan,
siapapembuathukumdenganfaktor-faktor yang
harusdiperhatikandalampembuatanhukum.
mempengaruhinya.
16
Ibid.
17
Franciscus Theojunior Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, Jakarta Timur,2014,
hlm. 179
18
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana Umum dan Khusus, Penerbit Alumni : Bandung,
19
reaksimasyarakat.
F. Metode Penelitian
1. Jenispenelitian
narkotika.
2. SifatPenelitian
umum.19
sekunder yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
19
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2018,hlm.184.
20
Pidana.
dengan penelitianini.
bibliografi dansebagainya.
dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari
teori dan konsep yang didasarkan pada data yang dikumpulkan dan
G. SistematikaPenulisan
narkotika yang terdiri dari sub bab : Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-
Penegakan Hukum
BAB II
PREKURSOR NARKOTIKA
Istilah strafbaar feit adalah peristiwa yang dapat dipidana atau perbuatan
yang dapat dipidana. Sedangkan menurut beberapa ahli hukum tindak pidana
sengaja ataupun dengan tidak disengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku,
b. Menurut Van Hamel bahwa strafbaar feit itu adalah kekuatan orang yang
c. Menurut Indiyanto Seno Adji tindak pidana adalah perbuatan seseorang yang
perbuatannya21.
20
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2014), hlm.97.
21
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Hukum Pidana, (Jakarta: Kantor Pengacara dan Konsultasi
Hukum “Prof. Oemar Seno Adji & Rekan, 2002), hlm.155.
23
sering juga ia sebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatanhandelen atau
e. Menurut Moeljatno tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang dan
f. Menurut Vos adalah salah satu diantara para ahli yang merumuskan tindak
pidana secara singkat, yaitu suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan
dapatdisimpulkanbahwatindakpidanamerupakansuatuperbuatanmanusia yang
Sesuaidenganbeberapadefinisidiatasterdapatbeberapasyarat yang
dapatditentukansebagaitindakpidana, yaitu:
d. Perbuatan itu dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan; dan
tentu ia merupakan tindak pidana, bila perbuatan itu dilarang oleh undang-
Hal ini sukarnya untuk mengadakan rumusan yang tepat tentang tepat untuk
pelacuran dan menjadikan hal ini sebagai pencarian dan kebiasaan. Untuk
Pasal 1 ayat (1) KUH Pidana dikenal “Azas Legalitas” atau yang dikenal dengan
poenali” yaitu azas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus
dengan kaedah akan tetapi tidak semua perbuatan yang melanggar kaedah
(melanggar kaedah) dan ini bukan kejahatan, tetapi dapat dikatakan sebagai
pandang, yaitu (1) dari sudut pandang teoritis dan (2) dari sudut pandang
kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tinda pidana tertentu dalam
a. Unsur-unsurtindakpidanasecarateoritis
tindak pidana adalah perbuatan, yang dilarang (oleh aturan hukum), ancaman
pidana (bagi yang melanggar larangan). Dari batasan yang dibuat Jonkers
1) Subjek
2) Kesalahan
1) Melawan hukum
25
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana II, Rajawali Pers, Jakarta, 2002, hlm. 78.
26
E.Y. Kanter, Azas-azas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni AHMPTHM,
Jakarta, 1992, hlm. 211.
26
2) Merugikan masyarakat
b. Unsur-unsurtidakpidanadarisudutpandangUndang-undang
yang masuk dalam kelompok kejahatan dan Buku III adalah pelanggaran.
Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap rumusan ialah
3) Unsur kesalahan
mengklasifikasikan tindak pidana atau delik ke dalam dua kelompok besar yaitu,
antara kejahatan dan pelanggaran adalah jenis pelanggaran lebih ringan dari
pada kejahatan. Hal ini dapat diketahui dari ancaman pidana pada pelanggaran
tidak ada yang diancam dengan pidana penjara, tetapi berupapidana kurungan
tindak pidana antara kejahatan dan pelanggaran. Untuk yang pertama biasa
artinya yaitu sifat tercelanya itu tidak semata-mata pada dimuatnya dalam
b. Delik formil dan Delik materiil. Pada umumnya rumusan delik didalam
timbulnya akibat yang dilarang. Oleh karena itu, siapa yang menimbulkan
yang tegas unsur kesengajaan itu dicantumkan dalam Pasal, misalnya Pasal
362 KUHP (maksud), Pasal 338 KUHP (sengaja), Pasal 480 KUHP (yang
bukan karena kesengajaan. Tindak pidana yang mengandung unsur culpa ini,
29
d. Tindak Pidana Aktif (delik commisionis) dan Tindak Pidana Pasif. Tindak
pidana aktif adalah tindak pidana yang perbuatannya berupa perbuatan aktif
seketika atau waktu singkat saja disebut juga aflopende delicten. Misalnya
jika perbuatan itu selesai tindak pidana itu menjadi selesai secara sempurna.
terjadinya tindak pidana itu berlangsung lama, yakni setelah perbuatan itu
voordurende delicten.
g. Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang dimuat dalam KUHP
sebagai kodifikasi hukum pidana materiil (Buku II dan III KUHP). Sementara
tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat di luar
kodifikasi tersebut.
(EnvoudigedanGequalificeerde/Geprevisilierde Delicten)27.
27
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 2005, hlm.122.
30
B. Penegakan Hukum
meliputi pengertian yang bersifat makro dan mikro. Makna bersifat makro
hukum terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh subjek hukum
resolution)”30.
28
Chaerudin dan Syaiful Ahmad Dinar, Strategi Pencegahan Dan Penegakan HukumTindak
Pidana Korupsi,Bandung: Refika Editama, 2008, hlm.87.
29
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006. Hal.
115.
30
Jimly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan PilarPilar Demokrasi, Serpihan Pemikiran Hukum,
31
adanya unsur moral, adanya hubungan moral dengan penegakan hukum ini yang
sebagaimana yang diharapkan oleh tujuan hukum.29 Lebih lanjut dalam “aspek
moral dan etika dalam penegakan hukum pidana merupakan suatu hal yang
penemuan akta, yang tidak memihak (impartial) dan penuh dengan resolusi atau
hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena
pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar itu harus
mengejawantah serta sikap tindak sebagai rangkaian pejabaran nilai tahap akhir,
hidup32.
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu:
Media dan HAM ,Jakarta: Konstitusi Press dan PT. Syaamil Cipta Media, 2006,. Hlm. 386.
31
Muladi, Hak Asasi Manusia (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009).Hlm. 4.
32
Soerjono Soekanto, 2007, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 5.
32
dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas
dasarnya hukum merupakan hukum yang memiliki sifat publik, dimana dalam
yang tidak boleh dilakukan disertai dengan ancaman pidana dan menentukan
merupakan upaya dalam tegaknya norma-norma hukum secara jelas dan nuata
usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang keadilan dalam hukum pidana dalam
kepastian hukum dan kemanfaatan sosial, dan menjadi kenyataan hukum dalam
dari diciptakan suatu hukum itu sendiri, yakni terwujudnya sikap atau tingkah
laku manusia sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh undang-undang atau
hukum35.
untuk adanya perubahan yang mendasar dalam rangka mencapai tujuan dari
pidana yang lebih baik dan manusiawi. Kebutuhan tersebut sejalan dengan
enforcement yang lebih adil terhadap setiap bentuk pelanggaran hukum pidana di
berbangsa, dan bernegara. Selain itu pola interaksi dan perkembangan kehidupan
di masyarakat saat ini berkembang atau berubah dengan cepat yang diikuti
dengan teknologi yang juga berkembang dengan cepat sehingga hukum positif
yang ada diharapkan juga dapat mengikuti perkembangan yang ada dan dapat
bersifat rasional dan mempunyai tingkat spesialisasi dan diferensasi yang tinggi
35
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta: Kencana Persada, 2012. Hlm. 15.
36
Muladi, Hak Asasi Manusia, Op.Cit....., Hlm. 6.
34
Fenomena yang terjadi pada masa kini menjadikan hukum dianggap belum
mampu sepenuhnya memberi rasa aman, adil, dan menciptakan kepatian hukum
ekspektasi agar hukum dapat ditegaskan secara tegak dan konsisten, karena
krisis hukum.37
menteri.
a. Kepentingan pribadi
b. Kepentingan golongan
10. Adanya jaringan kerja pelaku kejahatan yang kuat (organize crime)
37
Chaerudin dan Syaiful Ahmad Dinar, Op.Cit., hlm. 55
38
Rena Yulia, Viktimologi (Pelindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan), Yogyakarta:Graha
Ilmu, 2010, hlm.85.
35
itu sendiri, yakni dengan tujuan mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan
hukum. Hukum adalah untuk ketertiban manusia, maka pelaksanaan hukum atau
diperhatikan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, dan bersifat
menyamaratakan.
normanorma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau
a. Faktor hukum
terjadi pertentangan antara keadilan dan kepastian hukum. Kedua hal itu
tidak bertangan dengan hukum. Maka dari itu, hakekat dalam pelaksanaan
39
Dellyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, 1988, Jakarta, Hlm. 32
40
Op. Cit., Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, hlm 5.
37
c. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung dalam hal ini mencakup perangkat lunak dan keras.
oleh polisi dewasa ini cenderung pada hal praktis konvensional, sehingga
dalam banyak hal polisi mengalami hambatan dalam tugasnya, antara lain
yang selama ini masih menjadi wewenangnya kepada Jaksa Penuntut Umum.
mampu dan belum siap. Hal ini jg didasari bahwa tugas yang diemban
yakni kepatuhan hukum yang tinggi, sedang atau rendah. Sebagaimana dapat
Oleh karena itu penegakan hukum harus disesuaikan dengan kondisi setempat,
contohnya cara penegakan hukum di daerah Papua akan sangat berbeda jika
penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang
menurut aturan aturan hukum yang berlaku. Bila dikaitkan dengan penegakan
hukum penistaan terhadap agama, maka saat ini seharusnya hukum bisa
hukum pidana.
g. Pidana hanya diberikan kepada orang yang bersalah (asas culpabilitas “tiada
41
Arief, Nawawi Barda. Upaya Non Penal Dalam Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
Semarang: Makalah Seminar Kriminologi UI. 1991, Hukum Undip, Hlm. 42.
39
fleksibilitas bagi hakim dalam memilih sanksi pidana (jenis maupun berat
atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap itu
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kata lain dari
pidana yang rasional untuk memenuhi rasa keadilan dan daya guna. Menegakkan
hukum pidana harus melalui beberapa tahap yang dilihat sebagai usaha atau
proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tertentu yang
merupakan suatu jalinan mata rantai aktifitas yang tidak termasuk bersumber dari
sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai
42
http://jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan_Hukum.pdf.
40
a. Tahap Formulasi
undang yang melakukan kegiatan memilih yang sesuai dengan keadaan dan
situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam
syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut dengan tahap kebijakan
legislatif.
b. Tahap Aplikasi
Tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat
harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan guna. Tahap ini disebut
c. Tahap Eksekusi
daya guna43.
petugas penegakan hukum dan setiap orang yang mempunyai kepentingan dan
suatu penyerasian antara lain dan kaidah serta perilaku nyata manusia.
atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya, perilaku atau sikap tindak
perlu lebih dahulu diperhatikan ketentuan mengenai hukum acara pidana yang
berlaku (KUHAP). KUHAP tidak mengatur secara pasti dan secara jelas berapa
kali suatu berkas perkara dapat dikirim oleh penyidik kepada penuntut umum
untuk dilakukan penelitian berkas perkara. KUHAP juga tidak mengatur berapa
kali penuntut umum dapat mengembalikan berkas yang telah diteliti oleh
berkas perkara. Dengan tidak adanya ketentuan yang pasti, dimungkinkan berkas
perkara. Ini tentu saja akan menimbulkan dampak negatif. Selain itu, tidak ada
sanksi bagi penyidik bila penyidik tidak mengirimkan berkas perkara kembali
dilakukan penyidikan tambahan. Dengan kata lain, tidak adanya sanksi bagi
penyidik bila penyidikan tidak dilaksanakan sesuai ketentuan Pasal 138 ayat (3)
petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu
empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas itu kepada penuntut umum.”
sebagai aparat penegak hukum yang baik, berusaha untuk menekan sedikit
43
merupakan salah satu pilar terpenting dalam proses penegakkan hukum, sering
hukum yang melaksanakan tugas dengan dedikasi yang tinggi, rasa pengabdian
yang tinggi, dan adanya kemampuan profesional yang memadai akan lebih
Prof. Dr. Baharudin Lopa (alm.) berpendapat bahwa jelas akan menjadi
ketentuan yang mengatur batas tugas dan wewenang dan kurang mampu
dalam membuat surat dakwaan, perbedaan persepsi hukum antara hakim dan
faktor sarana atau fasilitas. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain tenaga
manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang
44
memadai dan keuangan yang cukup. Dengan sarana dan prasarana yang
pelaksanaan tugas, seprti alat-alat tulis kantor yang sangat kurang, alat-alat
d. Faktor masyarakat
e. Faktorkebudayaan
yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk46.
45
Alfitra, 2012, Hapusnya Hak Menuntut dan Menjalankan Pidana, Raih Asa Sukses, Depok, hlm.
25- 28.
46
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, 1983, Rajawali
Press, Jakarta, Hlm.47.
45
C. TindakPidanaNarkotika
ketentuan sebagaimana diatur Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 UU No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika. Hal tersebut dapat diketahui dari pendapat
Perkataan narkotika berasal dari perkataan yunani yaitu “narke” yang berarti
terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Namun ada juga yang mengatakan
mempunyai bunga yang dapat membuat orang menjadi tak sadar. Pengertian
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
ketergantungan, oleh karena itu jika kelompok zat ini dikonsumsi oleh manusia
baik dengan cara dihiup, dihisap, ditelan, atau disuntikkan maka ia akan
ketergantungan, akibatnya sistem kerja otak dan fungsi vital organ tubuh lain
seperti jantung, pernafasan, peredaran darah dan lain-lain akan berubah meningkat
pada saat dikonsumsi dan akan menurun pada saat tidak dikonsumsi48.
Adami Chazawi , Pelajaran Hukum Pidana I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), halaman 71.
48
46
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun. 2. Dalam hal memutus perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, hakim wajib memperhatikan ketentuan Pasal 54, 55, dan
103. 3. Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat
jeraminya, kecuali bijinya; opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri,
kadar morfinnya; tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari
b. Narkotika golongan II: Golongan ini: “dapat dipakai dalam pengobatan, namun
propionat”49.
Selain dari segi perbuatan, penjatuhan pidana juga harus dilihat dari segi
orang yang melakukan perbuatan tersebut. Subyek dari suatu tindak pidananya
tersebut adalah perkumpulan atau korporasi, jika hal tersebut secara khusus diatur
a. Sebagai pengguna
medis dan rehabilitasi sosial, meskipun terdapat pula ancaman pidana penjara”.
b. Sebagai pengedar
Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana penjara minimal 5 (lima)
c. Sebagai produsen
Tahun 2009, dengan ancaman pidana penjara minimal 5 (lima) tahun dan paling
Tahun 2009 tentang Narkotika tidak memberikan definisi secara khusus mengenai
apa yang dimaksud dengan tindak pidana narkotika itu sendiri, namun hanya
Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana
narkotika, dalam hal ini adalah UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Undang tersebut.
terbatasnya jumlah sanksi pidana yang tersedia bagi Hakim dan Jaksa, namun di
(centencing polity) yang cukup sulit. Hal ini karena kebijakan pemidanaan
tersebut yang salah satunya adalah penetapan jenis pidana olehpembuat undang-
undang antara lain dimaksudkan untuk menyediakan seperangkat sarana bagi para
penegak hukum dalam rangka menanggulangi kejahatan. Oleh karena itu adalah
kekinian”50.
D. PenetapanTersangka DPO
DalamPenyidikanTerhadapPemufakatanJahatMelakukanTindakPidan
aPrekursorNarkotika
50
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005, Teori-teori dan Kebijakan Hukum Pidana, Alumni,
Bandung. hlm. 98-99.
49
narkotika adalah suatu sistem atau cara penyidikan yang dilakukan untuk mencari,
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya sesuai dengan cara yang
apa yang baik dan tidak baik, apa yang bermoral dan apa yang amoral serta apa
yang diperbolehkan dan apa yang dilarang. Meskipun tata nilai itu sendiri ada
yang bersifat universal dan abadi, tetapi dari zaman ke zaman ia juga dapat berifat
dinamis. Sifat kedinamisan tata nilai berlaku pula pada sistem pemidanaan dan
hukum sanksi istimewa dan menurut Sudarto bahwa “hukum pidana merupakan
sistem sanksi yang negatif, diterapkan jika sarana atau upaya lain sudah tidak
Sudarto menyatakan bahwa “sejarah hukum pidana hakikatnya adalah sejarah dari
51
Andi Tentri Wali Putri Takdir Patarai. Proses Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan
Narkotika.2013, No.1. Artikel dalam Jurnal Hukum Acara Pidana.
52
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana (Bandung: Alumni, 2005),
halaman 57.
50
dirasakan tidak enak oleh yang dikenai. Oleh karena itu, orang tidak henti-
hentinya untuk mencari dasar, hakikat, dan tujuan pidana dan pemidanaan untuk
memberikan alasan pembenar pidana itu. Tujuan utama pemidanaan itu sendiri
yang diatur dalam KUHP dimulai dari Pasal 10 KUHP sebagai dasar hukum
dalam menjatuhkan pemidanaan oleh hakim.33 Dua jenis pidana dalam sistem
a. Pidana Pokok
1. Pidana mati.
2. Pidana penjara.
3. Pidana kurungan.
4. Pidana denda.
b. Pidana Tambahan
53
Siswanto, op.cit., halaman 231.
51
menganggap bahwa tidak tepat apabila pecandu narkotika diberikan sanksi pidana
yang berupa penjatuhan pidana penjara, karena apabila memang itu yang
diterapkan, maka yang terjadi adalah pecandu narkotika dapat mengalami depresi
bantuan dalam bentuk perawatan oleh para ahli dalam bidang psikologis
(Rehabilitasi).
Sanksi dalam hukum pidana terdiri atas pidana dan tindakan. Sering
masyarakat sedangkan pidana bertitik berat pada pengertian sanksi kepada pelaku
suatu perbuatan. Akan tetapi secara teori sukar dibedakan dengan cara demikian
karena pidana pun sering disebut bertujuan untuk mengamankan dan memperbaiki
terpidana. Pengakuan tentang kesetaraan antara sanksi pidana dan sanksi tindakan
inilah merupakan hakikat asasi atau ide dasar dari konsep double track system54.
Double track system merupakan sistem dua jalur mengenai sanksi dalam
hukum pidana, yakni jenis sanksi pidana di satu pihak dan jenis sanksi tindakan
dipihak lain. Walaupun di tingkat praktek, perbedaan antara sanksi pidana dan
sanksi tindakan sering agak samar, namun di tingkat ide dasar keduanya memiliki
perbedaan mendasar. Keduanya bersumber dari ide dasar yang berbeda. Sanksi
sanksi tindakan bertolak dari ide dasar untuk apa diadakan pemidanaan itu.
Dengan kata lain, sanksi pidana sesungguhnya bersifat reaktif terhadap suatu
54
Siswo Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, (Yogykarta: FH. UII), halaman 9.
52
perbuatan tersebut55.
Penerapan sanksi pidana yang berat kepada para pelaku kejahatan, akan
memberikan deterrent effect dan akan sekaligus berdampak pada “ law of effect”
penegakan hukum dan penerapan sanksi pidana berat, maka akan tercipta
dan prekusor narkotika. Peran serta masyarakat sangat tergantung pada tingkat
kepercayaan publik kepada penegak hukum , untuk hal tersebut maka diperlukan
depan publik.
Tak terkecuali dalam hal proses penyidikan, Sat Res Narkoba Polresta Surakarta
berdasarkan pada :
2. Tahap Penyidikan
membantu rencana penyidikan. Rencana penyidikan ini dibuat agar dari awal
dapat ditentukan arahdari suatu penyelidikan, cara yang akan digunakan, personil
yang akan digunakan, dan jangka waktu yang dibutuhkan dalam suatu penyidikan.
terhadap suatu perkara yang akan dilaksanakn oleh penyidik. Ada beberapa
pembetulan apabila tindakan yang akan dilakukan oleh penyidik tidak sesuai
dengan takti dan dan teknik dalam penyidikan. 2) Merupakan proses control
dalam penyelidikan56.
digunakan untuk :
pidana tersebut.
penyidikan yang dilakukan oleh Sat Res Narkoba Polresta Surakarta, yaitu :
pidana tersebut).
Jaksa Penuntut Umum (JPU) jika JPU di anggap perlu atau bolak – balik dalam
arti ada petunjuk-petunjuk dari jaksa maka petugas melengkapi petunjuk tersebut
dan setelah cukup atau lengkap di serahkan ke JPU kembali jika sudah lengkap
akan muncul surat P21 atau tahap 2(dua) nanti petugas atau penyidik sudah lepas
daripenyidikan dan hasil langsung di sidangkan oleh jaksa maupun hakim yang
menghakimi tersangka.
e. Penyidikan
Narkotika secara umum disebut sebagai drugs yaitu sejenis zat yang dapat
yaitu narke yang artinya terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Orang
Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata Narcissus yang
Pada uraian diatas sudah diuraikan bahwa tujuan penyidikan adalah untuk
tindak pidana narkotika yang tersangkanya sdr Deden Darusman Alias Deden.
berikut :
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
Pada waktu penyidik akan mengadakan penyitaan suatu barang bukti, maka
penyidik terlebih dahulu harus memperlihatkan surat bukti diri, surat tugas dan
merupakan bagian atau tahap yang paling penting dalam proses penyidikan.
dapat mengungkap akan segala sesuatu tentang tindak pidana yang terjadi.
tindak pidana telah cukup, maka penyidik atas kekuatan sumpah jabatannya ini
sekaligus pila dilampirkan semua berita acara yang dibuat sehubungan dengan
BAB III
dari hukum positif (hukum yang berlaku di suatu wilayah dalam waktu tertentu)
telah dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 12 Oktober 2009 dan diundangkan
yang menjadi dasar pembenaran perbuatan (act of choice), yang juga sebagai
Negara hukum.
makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kualitas sumber daya
kesehatannya;
d. Bahwa Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan
undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi
58
Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-undang Narkotika (UU Nomor 35 Tahun 2009),
Rineka Cipta, Jakarta, 2012, Hlm. 20-21.
60
prekursor narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
berikut:
Tabel1.DaftarPrekursorNarkotika
Indonesia dari berbagai negara. Hal ini diduga karena lemahnya pengawasan dan
pemberantasan oleh aparat penegak hukum. Maka dari itu, salah satu upaya yang
secara penal yaitu penegakan hukum secara pidana dilakukan melalui proses
61
penyalahgunaan Narkotika;
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi Penyalah Guna
59
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 4
62
kesehatan.
b. Kebijakan tentang Impor dan Ekspor, yang meliputi kegiatan: izin khusu dan
mencantumkan label pada kemasan narkotika baik dalam bentuk obat jadi
narkotika.
disingkat BNN60.
Melihat tata hukum secara skematis, maka dapat dibedakan adanya tiga
sistem penegakan hukum, ialah sistem sistem penegakan hukum perdata, sistem
Berturutturut sistem sanksi hukum perdata, sistem sanksi hukum pidana dan
negara atau biasa disebut aparatur (alat) penegak hukum, yang mempunyai
a. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
dalam bentuk tanaman , Pasal 111; Setiap orang yang tanpa hak atau melawan
b. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
c. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
d. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
60
Ibid, Hlm. 23.
61
Gatot Supramono, Hukum Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta. 2009,. hlm. 90.
64
e. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
f. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
g. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
h. Setiap orang yang tanpa hak atau melawah hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
i. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
j. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
k. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
Pasal 122
l. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
m. Setiap orang yang tanpa hak atau melawah hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
n. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
65
o. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan III terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan III
p. Setiap Penyalah Guna Narkotika Golongan I, II, dan III bagi diri sendiri Pasal
127; Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor,Pasal 128
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
r. Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana
membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana
u. Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja tidak
66
melaporkan diri; Keluarga dari Pecandu Narkotika yang dengan sengaja tidak
sanksi pidana yang telah ditetapkan merupakan hasil pilihan yang kurang tepat
atau sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kriminalitas, maka adalah
Hubungan antara gejala masa kini, yaitu adanya peningkatan dan perkembangan
kriminalitas di satu pihak dengan keterbatasan jumlah sanksi pidana yang tersedia
bagi Hakim dan Jaksa di lain pihak, merupakan salah satu masalah di bidang
danpecambutan izin serta hukuman tambahan yang diatur dalam pasal 130 ayat
Ibid.hlm.97
62
67
1) Hukuman Pokok
a) Hukuman mati
b) Hukuman penjara
c) Hukuman kurungan
d) Hukuman denda.
2) Hukuman Tambahan
tersebut dengan pidana penjara yang sama dengan orang melakukan kejahatan
pidana penjara paling singkat4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
No.35 Tahun 2009, sedangkan KUHP tidak bersifat elastis karena didalamnya
68
Misalnya pidana minimal yang terdapat dalam pasal 113 ayat (1) UU No.35
tahun 2009, sedangkan dalam KUHP tidak mengenal pidana minimal, yang ada
hanya pidana maksimal, seperti dalam pasal 362 KUHP tentang pencurian.
B. HambatanPenyidikSatuanReserseNarkobaPolresta Medan
DalamPenyidikanTerhadapPemufakatanJahatMelakukanTindakPidan
aPrekursorNarkotika
Proses penyidikan tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh Sat Res
Narkoba Polresta Medan sudah sesuai dengan prosedur yang ada mulai dari tahap
dengan orang umum atau awam dengan menjadikan orang tersebut informan
kepalanya ke pintu jadi tersangka harus di damping oleh ahli kejiwaan atau
psikolog.
BAB IV
yang cukup memprihatinkan baik dari segi modus maupun karakteristik kejahatan
dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan cara terorganisir sangat rapi namun
merupakan white collar crime (konsep white collar crime adalah suatu “crime
committed by a person respectability and high school status in the course of his
occupation”. Kejahatan kerah putih ini sudah pada taraf trnasnasional, tidak lagi
dan sangat rahasia dengan tujuan kejahatan yang dilakukan terus berkembang.
bahkan tidak mengenal usia maupun status sosial para korban yang ditimbulkan,
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa Negara sangat sadar betul
internasional. Oleh karena itu dalam menanggulangi masalah ini Negara memiliki
sesungguhnya sudah ada sejak lama dan dilakukan umat manusia di seluruh
belahan dunia bahkan telah menjadi budaya misalnya di Eropa dan Amerika Utara
Penggunaan Narkotika pada setiap acara pesta sudah merupakan hal yang biasa.
Bahaya Narkotika telah menjadi salah satu wujud ancaman global terhadap
64
http://www.google.com, menutup Sekat keluar masuknya narkoba ke wilayah hukum Indonesia,
diakses tanggal 27 Maret 2022.
72
memiliki karakteristik melibatkan tempat kejadian di dua negara atau lebih yang
pemecahan masalah.
Narkoba merupakan masalah kronis yang perlu mendapat perhatian serius, karena
Narkoba merupakan masalah yang kompleks dan multidimensional, baik dari segi
tingkat yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang ada pada BNN,
pada sebagian besar kelompok usia produktif yakni yang masih berstatus pelajar
bahwa setiap hari 40 orang Indonesia meninggal karena narkoba, 3,2 juta orang
B. UpayaPenyidikSatuanReserseNarkobaPolresta Medan
DalamPenyidikanTerhadapPemufakatanJahatMelakukanTindakPidan
aPrekursorNarkotika
diperhatikan pada saat pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik. Hal ini
narkotika tidak menyebutkan korban secara tegas, akan tetapi justru korban sama
dengan pelaku kejahatan, pada hal dalam hukum pidana korban dan pelaku
narkotika pada tingak penyidikan tidak terlihat, bahkan korban dalam kejahatan
kejaksaan sebagai sub sitem dari sistem peradilan pidana juga tindak
Pasal 55. Pada proses penuntutan yang dilakukan oleh Jaksa selaku penuntut
tujuan atau target yang telah ditentukan oleh organsisasi dari pada melakukan
korban kejahatan Narkotika. Hal inilah sebagai indikator penyebab terjadinya over
Medan
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursornark
otikayaitu:
perbankanterkaimaupunpihaklainnya.
3. Mempublikasikantersangkakepadainstansiterkaittermasukpolda lain
BAB V
A. Kesimpulan
1. Prosedurpenetapantersangka DPO
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursorna
rkotikadimulaidaripenetapandasarhukumpenyidikan dan
penyidikansampaidenganpenggeledahanbarangbukti.
2. HambatanpenyidikSatuanReserseNarkobaPolresta Medan
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursorna
rkotikaadalahkurangnyapartisipasiaktifdarimasyarakatuntukmaubekerjasamade
nganaparatpenegakhukumterkaitadanyatemuanindikasipenyalahgunaanprekurs
dalampenyidikanterhadappemufakatanjahatmelakukantindakpidanaprekursorna
rkotikameliputimelakukanpelacakantersangkasecaratuntas,
B. Saran
kesimpulandiatasadalah:
tersangka yang ditetapkan dalam DPO dan disarankan kepada kepolisian untuk
penyidikan.
baru terkait tenggang waktu dalam pemanggilan tersangka DPO agar tiada
memberikan titik terang suatu kejahatan narkoba melalui barang bukti seperti
dibuatkan suatu buku tentang jenis-jenis obat Psikotropika dan buku ini
obat- obatan tertentu setelah mengetahui jenis obat itu dilarang untuk
diedarkan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
B. PeraturanPerundang-Undangan