SKRIPSI
OLEH:
RACHEL AGATHA CRISTY HUTABARAT
NIM : 120200082
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2016
Rachel Hutabarat
Syafrudin Kalo**
Nurmalawaty***
Mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.
**
Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
***
Staf Pengajar Hukum Pidana, Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Segala Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan Rahmat dan BerkatNya, sehingga penulis mampu menyusun skripsi ini
dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan tugas wajib mahasiswa dalam
Medan)”
Oleh sebab itu, penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima
yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas
Utara.
2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
3. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
5. Bapak Dr. M. Hamdan, SH., M.H selaku ketua Departemen Hukum Pidana
7. Bapak Prof. Syafrudin Kalo, SH.,M.Hum selaku Staf Pengajar Hukum Pidana
I penulis, yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan
penulis, yang telah sabar dan ikhlas memberikan arahan dan bimbingan
9. Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum sebagai Penasehat Akademik yang
10. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
penulis, dan yang telah sabar dan ikhlas membesarkan penulis, sehingga
penulis dapat menjadi seperti sekarang ini, dan orang yang selalu menjadi
12. Kepada abang dan adikku tercinta Joe Van Rajs Hutabarat S.H dan Grace
13. Kepada adik saya Jefri Eduardo yang juga menjadi pendukung dan
penyemangat penulis.
14. Kepada tante saya Rosma Adelina Simangunsong S.Par yang juga menjadi
penyemangat penulis.
15. Kepada seseorang yang sangat special buat saya, Ryan Ganesha, orang yang
16. Kepada Sahabat-sahabat terbaik saya dari grup Bertujuh Monica Ria
Hutabarat S.H, Margaretha Aldila Fitri Sitohang S.H, Ruth Depari S.H,
Jessica Lydia S.H, Julian Leonardo S.H, dan Marrisa Meinita S.H yang selalu
17. Kepada Sahabat-sahabat terbaik saya dari grup Lordosis Sonya Evelin S.H,
Chelsya Stepanie S.H, Gloria Tobing S.H, Gracia Tri Ignasia S.H, Yulia Resa
S.H, Putri Hayati Berlian dan Stevani Sembiring yang selalu memberikan
Kaban S.Ked, dan Stefany Alaya. S.Tr. yang selalu memberikan dorongan
kepada penulis.
19. Kepada Sahabat-sahabat terbaik saya Faheera Imaniza, dan William Hutabarat
20. Kepada Sahabat-sahabat terbaik saya Grup Tenda Fakultas Hukum USU yang
saya.
21. Kepada sahabat penulis di Grup A Stambuk 2012, yang sebagai teman
24. Kepada seluruh teman-teman stambuk 2012 dan teman-teman Jurusan Hukum
Pidana 2012.
Akhir kata Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
Hormat Penulis
NIM : 120200082
KATA PENGANTAR………………………..………………...…………………
DAFTAR ISI………………..……………………………………………………..
DAFTAR TABEL…………………..…………………………………………….
ABSTRAK……………………..…………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………..…....1
B. Rumusan Masalah……………………………………….……6
D. Keaslian Penulisan………………………………………….....8
E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Narkotika……………………………………....9
2. Pengertian Penyidik……………………………………....12
F. Metode Penelitian…………………………………………....18
G. Sistematika Penulisan…………………………………..........21
Narkotika………………………………...……..……………23
A. KESIMPULAN…………………………………………………72
B. SARAN………………………………………………………....73
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………......75
LAMPIRAN
1. TABEL 1
2. TABEL 2
3. TABEL 3
4. TABEL 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 maka kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai salah
antara lain pada satu sisi dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-
obatan jenis tertentu yang dibutuhkan sebagai obat-obatan juga untuk kesehatan.
pidana1.
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yakni dalam Pasal 1 butir 1 mengatakan
bahwa penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang- undang ini
Nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia. Adapun yang
1
Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh
Anak, (Malang : UMM PRES, 2009), hlm 112.
2
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tugas dan Kewenangan Aparat
Kepolisian, Pasal 13.
Masyarakat pun banyak sekali menaruh harapan pada polisi agar polisi
tidak. Begitu banyak jenis kejahatan yang terjadi di tengah masyarakat, perilaku
yang menyimpang atau tidak sesuai dengan dengan norma atau yang di sebut
bermasyarakat.
yang akan selalu di hadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan Negara .
Kejahatan pada masa sekarang ini sudah tidak mengenal usia, baik muda, tua,
dewasa dan kenyataan membuktikan bahwa kejahatan hanya dapat di cegah dan
dikurangi tapi sangat sulit untuk di berantas sampai tuntas. Jenis kejahatan
berbahaya oleh banyak orang namun pada dasarnya sangat bermanfaat bagi
Narkotika) disebutkan bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan
dipergunakan tanpa pengendalian dan dosis yang sesuai serta pengawasan yang
ketat dan seksama. Apabila pemakaian narkotika tersebut sudah melampaui batas
bisa melakukan tindak-tindak pidana yang lain yang dapat merugikan siapa saja.
Saat ini tindak pidana narkotika dipandang sebagai tindak pidana yang
menjadi musuh semua umat manusia dan karena itu negara-negara di dunia
termasuk Indonesia berjuang keras untuk memberantas tindak pidana ini, Tindak
Pidana Narkotika ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup suatu bangsa dan
negara karena banyak menimbulkan kerugian dan juga melibatkan kaum putra-
Narkotika yang telah dicabut karena Tindak Pidana Narkotika sudah bersifat
transnasional3 dengan modus dan teknologi serta adanya perluasan si pelaku dan
generasi muda pada umumnya. Saat ini pengaturan mengenai Tindak Pidana
3
Tindak Pidana Narkotika bersifat Transnasional karena kejahatan narkotika merupakan
kejahatan terorganisasi yang terjadi lintas perbatasan negara dan melibatkan kelompok atau
jaringan yang bekerja di lebih dari satu negara untuk merencanakan dan melaksanakan bisnis
ilegal
Narkotika.
daerah hukum Kepolisian Kota Besar Medan (Poltabes Kota Medan) sering
razia sarang peredaran narkotika seperti di tempat hiburan malam, razia gabungan
Karena maraknya kasus Tindak Pidana Narkotika yang ditangani oleh pihak
barang bukti tindak pidana Narkotika tersebut oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Betapa pentingnya hal ini untuk di sadari oleh aparat penegak
hukum maupun masyarakat karena itu pentingnya masalah ini untuk dikaji lebih
jauh. Untuk itu penulis membuat penulisan skripsi yang berjudul “Peran
narkotika?
Pidana Narkotika?
1. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan hakekatnya mencari jawab atas masalah yang diteliti dan
adalah:
a. Tujuan objektif :
penegak hukum dalam hal ini pihak kepolisian yang bertugas sebagai
(Poltabes Medan).
b. Tujuan subjektif :
salah satu syarat akademis untuk mencapai gelar sarjana dalam ilmu
(POLTABES MEDAN)
2. Manfaat penulisan
a. Manfaat teoritis :
b. Manfaat Praktis :
Narkotika.
2) Bagi aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian : penelitian ini
D. Keaslian Penulisan
Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Pidana
belum ditemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan judul dan
pemikiran, gagasan dan usaha penulis sendiri tanpa adanya penjiplakan dari hasil
karya orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu, namun apabila
terdapat kesamaan maka penulis siap bertanggung jawab atas keaslian penulisan
skripsi ini.
E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Pengertian Narkotika
bukan lagi istilah asing bagi masyarakat mengingat begitu banyaknya berita baik
mengenai Narkotika.
Narkotika atau nama lazim yang diketahui oleh orang awam berupa
narkoba tidak selalu diartikan negatif, didalam ilmu kedokteran Narkotika dengan
dosis yang tepat digunakan sebagai obat bagi pasien. Selain narkoba, istilah lain
adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif.
Jika kita mengambil dari sudut bahasa, maka kata Narkotika berasal dari
bahasa Yunani yaitu “Narkan” atau “Narke” yang berarti menjadi kaku, lumpuh,
dan dungu. Di dalam dunia kedokteran dikenal dengan Narcose atau Narcosis
(Farmasi), melainkan sama artinya dengan “drug” yaitu sejenisnya yang apabila
si pemakai, yaitu :
a. Mempengaruhi kesadaran;
1) penenang;
4
Taufik Makarao, Tindak Pidana Narkotika (Jakarta: Erlangga,2005) , hal. 17.
5
Ibid.,hal.18.
methadone).”
Ganja, Cocaine, dan Zat-Zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda
termasuk yakni Morphine, Heroin, Codein Hashisch, Cocaine. Dan termasuk juga
yaitu “Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan (terutama) rasa nyeri
7
yang berasal dari daerah Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor serta
adiksi.”8
menyebutkan yaitu narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
golongan sebagaimana terlampir dalam Undang – undang ini atau yang kemudian
Narkotika Pasal 1 ayat 1 dapat dipahami bahwa narkotika merupakan zat atau obat
6
Ridha Ma’roef, Narkotika, Masalah dan Bahayanya (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal.
15.
7
Lihat : Efek Stupor adalah bengong masih sadar namun masi harus digertak.
8
Wijaya A.W, Masalah Kenakan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, (Bandung :
Armico, 1985), hal. 145.
9
Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh
Anak,(Malang : UMM PRES, 2009), hal. 12.
bahan pemula atau kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika.10
apabila digunakan tidak pada dosis yang tepat. Bahaya itu berupa candu dan
ketagihan yang tidak bisa berhenti. Hal ini dikarenakan di dalam Narkotika
berada diatas awan dan selalu merasa bahagia. Inilah yang kemudian mendorong
banyak orang yang sedang diliputi masalah beralih mencari kesenangan dengan
2. Pengertian penyidik
Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
10
F Asya, Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta : Asa Mandiri, 2009), hal. 3.
11
Lihat : Adiksi adalah ketergantungan terhadap narkoba merupakan suatu kondisi dimana
seseorang mengalami ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap suatu zat adiktif.
12
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 butir (1).
13
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 7 ayat (1).
pidana;
diri tersangka;
saksi;
pemeriksaan perkara;
pemeriksaan perkara;
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang di beri wewenang khusus oleh
masalah tersebut secara khusus. Menurut Pasal 6 ayat (2) KUHP, syarat
pemerintah.
secara jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal
39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat disita, yaitu:
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian
diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak
pidana;
pidana;
yang dilakukan.
dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP dapat disebut sebagai barang bukti.14
perihal barang bukti. Dalam Pasal 42 HIR disebutkan bahwa para pegawai,
delicti).
(instrumenta delicti).
doktrin oleh beberapa Sarjana Hukum Prof. Andi Hamzah mengatakan, barang
bukti dalam perkara pidana adalah barang bukti mengenai mana delik tersebut
dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan (alat yang
14
.Ratna Nurul Afiah, Barang Bukti Dalam Proses Pidana (Jakarta: Sinar Grafika,1989),
hal. 13-14
pembuktian lainnya.
15
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana (Jakarta: Sinar Grafika,2004),hal. 254.
16
Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana: Untuk
Mahasiswa dan praktisi (Bandung:Mandar Maju,2003), hal. 99-100.
17
Koesparmono Irsan, Hukum Acara Pidana, (Jakarta:Erlangga,2007), hal. 90.
18
Sudarsono, Kamus Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 47.
pidana.
suara.
kehadiran suatu barang bukti tidak mutlak dalam suatu perkara pidana,
lisan.
Sedangkan Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli,
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam sistem pembuktian hukum acara
pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat bukti yang sah
berarti bahwa di luar dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat
a. Menguatkan kedudukan alat bukti yang sah (Pasal 184 ayat 1 KUHAP).
ditangani.
c. Setelah barang bukti menjadi penunjang alat bukti yang sah maka barang
didakwakan JPU.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yang bersifat yuridis normatif dan bersifat yuridis empiris (studi lapangan).
berdasarkan peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang berkaitan. Penelitian
data yang diperoleh dengan cara wawancara dari narasumber (informan) secara
langsung yang dilakukan kepada pihak yang terkait dalam hal ini, pihak yang
bersumber dari data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data yang
yang terkait dalam permasalahan di dalam skripsi ini. 20 Sumber data sekunder
pihak-pihak lain yang berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik
dalam bentuk ketentuan formal maupun data melalui naskah resmi yang ada.
Republik Indonesia.
hukum lain yang relevan serta berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Selain itu juga dapat berupa artikel hukum yang telah diseminarkan dan
20
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta, Rineka Cipta, 2010 ), hal.123.
menggunakan kamus hukum dan kamus umum dalam hal ini yang
Dalam penulisan skripsi ini data yang dipakai adalah data yang didapatkan
melalui langkah wawancara dengan pihak Satuan Kepolisian Kota Besar Medan.
Langkah tersebut diatas dilakukan untuk mendapat data yang akurat dan
itu, teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini juga dilakukan dengan
studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan
internet.
4. Analisis data
maka dapat dikatakan hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif yang
analisa kualitatif karena pada tulisan ini dilakukan pemaparan tentang teori-teori
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta : UI Press, 1986), hal 52.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika pennulisan ini dibagi dalam beberapa bab, dalam bab tersebut
terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam
bentuk uraian :
narkotika dalam penyidikan. Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai latar
Bab III adalah peran penyidik dalam mengamankan barang bukti tindak
pidana Narkotika ditinjau dari Hukum Positif Indonesia. Dalam bab ini akan di
penyidik dalam mengamankan barang bukti Tindak Pidana Narkotika ditinjau dari
Hukum Acara Pidana, serta peran penyidik dalam mengamankan barang bukti
wilayah hukum Kepolisian Kota Besar Medan. Dalam bab ini akan dibahas
Besar Medan, proses penyidikan yang dilakukan kepolisian selaku penyidik dalam
Bab V adalah Kesimpulan dan Saran. Bab ini adalah penutup, yang
merupakan bab terakhir dimana akan disajikan kesimpulan dari seluruh hasil
penelitian dan sertai saran atas permasalahan yang menjadi pokok pembahasan.
Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau
subur di daerah dataran tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.
lainnya.
candu ini (dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke
XVII masalah candu ini bagi Cina telah menjadi masalah nasional, bahkan di abad
XIX terjadi perang candu dimana akhirnya Cina ditaklukan Inggris dengan harus
merelakan Hong Kong. Pada zaman ini, narkotika bernama Gil artinya bahan
yang menggembirakan. Gil digunakan sebagai obat sakit perut. Gil menyebar di
Di Tiongkok Gil dikenal dengan nama Candu yang dikenal sejak tahun
2735 sebelum Masehi. Candu pernah menghancurkan Tiongkok pada tahun 1840-
perang yang dikenal dengan perang Candu (The Opium War) pada tahun 1839-
22
Zakky A.S, Menanggulangi Bahaya Narkotika (Jakarta: Redaksi Badan Penerbit
Alda,2003), hal. 31.
23
Lihat: subversif adalah Subversif merujuk kepada salah satu upaya pemberontakan
dalam merobohkan struktur kekuasaan termasuk negara. Dalam bahasa Latin berarti, asal, awalnya
tersebut berlaku untuk beragam aktivitas sebagai kemenangan secara militer dalam perebutan
kekuasaan negara.
Arab bernama Jadam. Jadam bukan tergolong obat bius seperti candu yang
Ordonantie) 1949.25
sampai sekarang. Berbagai macam bentuk Narkotika telah bermunculan baik yang
masyarakat.
Belanda mengeluarkan VMO Staatblad 1927 Nomor 278 jo Nomor 536 yaitu
candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui pipa
24
Zakky A.S, Op.Cit., hal. 30.
25
Moh. Taufik Makarao, dkk, Tindak Pidana Narkotika (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003),
hal. 10.
26
Ibid, hal. 10.
dengan memasukan Candu, Ganja dan Koka, meskipun secara ilmu farmasi Ganja
dan Koka bukan merupakan narkotika. Pada tahun 1971 PBB membuat
bukan berasal dari tumbuhan namun berpotensi menjadi obat yang dikonsumsi
tahun 1970 sudah meluas di masyarakat dan jenis-jenis narkotika yang beredar
sudah semakin banyak. Masyarakat dan pemerintah serta DPR memandang perlu
27
Lihat : Opium adalah getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu
(Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang belum matang.
penyalahgunaan narkotika.
dengan mereka yang mengadakan serta mengedarkan secara gelap tidak diatur
secara tegas. Dari segi ketentuan-ketentuan pidana dan acara peradilan pidana
telah pula mencerminkan kenyataan bahwa V.M.O telah tidak memenuhi syarat
pada tahun 1970 dan menggangu stabilitas politik serta keamanan dalam rangka
Presiden mengeluarkan Intruksi Nomor 6 tahun 1971 kepada Kepala Bakin untuk
nasional.
1. Kenakalan remaja.
2. Penyalahgunaan narkotika.
3. Penyelundupan.
4. Uang palsu.
5. Subversif.
28
Soedjono Dirdjosiswor, Segi Hukum tentang Narkotika di Indonesia (Jakarta: Penerbit
Alda,2003), hal. 14.
adalah:
narkotika.
penyalahgunaan narkotika.
7. Belum adanya hal-hal yang khusus bagi yang berjasa dalam penyelidikan-
badan koordinasi Inpres Nomor 6 tahun 1971 mulai bekerja. Kesadaran sosial
terutama dari kalangan pers. Partisipasi juga timbul dari kalangan ilmuwan
termasuk ahli medis dan ahli hukum. Melalui partisipasi sosial ini terungkap
bahwa salah satu kesukaran dalam memberantas para pengedar narkotika adalah
Disamping itu juga diatur tentang terapi dan rehabilitasi korban narkotik (Pasal
32), dengan menyebutkan secara khusus peran dari dokter dan rumah sakit
mati.
Pokok Kepolisian.
Pokok Kesehatan.
Nomor 3086).
Nomor 3698).
2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor: 143), tanggal 12
tentang Narkotika (lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 67), karena sebagaimana
dikemukakan:
Tahun 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
maka dari itu pada zaman Orde Baru pemerintah mengeluarkan regulasi berupa
2009 tentang Narkotika banyak mengalami perubahan dan perubahan yang paling
1997.
30
http://ilmuhukum.umsb.ac.id/?id=177 (diakses pada 3 September 2016).
secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan
sama dengan Badan Narkotika Provinsi (selanjutnya disebut BNP) dan Badan
31
Lihat : BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan Narkoba yang
beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.
struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat
koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja
optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus
meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini
merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, Provinsi dan kabupaten/kota yang
dari itu tugas serta kewenangan BNN sesuai dengan bunyi Pasal 71 Undang-
berwenang:
32
Sejarah BNN, http://www.bnn.go.id/read/page/8005/sejarah-bnn (diakses pada tanggal
4 september 2016).
gelap narkotika dan prekursor narkotika milik tersangka atau pihak lain yang
terkait.
3. Untuk mendapat keterangan dari pihak bank atau lembaga keuangan lainnya
prekursor narkotika tetap mengacu pada Hukum Acara Pidana yang berlaku,
yang berbunyi:
2. Penyidik pegawai negeri sipil tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
narkotika berwenang:
prekursor narkotika.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
prekursor narkotika.
terkait yaitu penyidik kepolisian negara RI, BNN, dan penyidik pegawai negeri
sipil tertentu namun dalam kewenangannya terjadi dualisme tata cara maupun
Nomor 35 Tahun 2009 bahwa penyidik kepolisian negara RI dan penyidik BNN
2009 ini.
33
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,Pasal 84.
34
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 104.
akan memulai suatu penyidikan, sebagai penyidik dia telah dapat memastikan
bahwa peristiwa yang akan di sidik itu benar-benar merupakan suatu tindak
pidana dan terdapat cukup data dan fakta guna melakukan penyidikan terhadap
Menurut pasal 1 butir (1) KUHAP penyidik adalah pejabat polisi negara
Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang
pidana;
35
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 1 ayat 1.
diri tersangka;
saksi;
pemeriksaan perkara;
pemeriksaan perkara;
yang dimaksud dengan kepolisian adalah segala hal ikwal yang berkaitandengan
Negara Republik Indonesia yang masih aktif (butir 2 dari Pasal 1 UU Nomor 28
keamanan negara dan tercapainya tujuan nasional dengan menjunjung tinggi hak
Nomor 28 tahun 1997 tugas dari Kepolisian Negara Republik Indonesia secara
umum berwenang:36
36
Undang-Undang Kepolisian RI nomor 28 tahun 1997, Pasal 15.
37
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 6 ayat 2.
dan menurut cara-cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
penyidikan terhadap suatu tindak pidana, ada beberapa ketentuan yang dilakukan
a. laporan polisi/pengaduan;
38
Gerson Bawengan,Penyidikan Perkara Pidana (Jakarta: Pradnya Paramita,l977), hal 11
39
Ibid.
e. SPDP.
ditentukan berdasarkan kriteria perkara mudah, perkara sedang, perkara sulit, dan
a. Tingkat Mabes Polri dan Polda menangani perkara sulit dan sangat sulit.
Penyidik dituntut pula agar menguasai segi teknik hukum dan ilmu bantu
40
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2012 Tentang Manajement Penyidikan Tindak
Pidana
41
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1983), hal 35.
sehingga tidak boleh melakukan sesuatu hanya dengan sewenang-wenang saja dan
tidak boleh melanggar hak asasi manusia, sebagaimana yang tercantum didalam
pasal 1 ayat (1) KUHP menyatakan “tiada suatu perbuatan yang dapat dihukum,
terlebih dahulu daripada perbuatannya itu sendiri”. Oleh karena itu dalam
42
Ibid., hal.36.
bukti-bukti yang ada sesuai dengan perkara, penyidik juga harus berdasarkan
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yakni Pasal 7 ayat (1) KUHAP. 43
1. Dalam hal tertangkap tangan setiap orang berhak, sedangkan setiap orang yang
umum wajib menangkap tersangka guna diserahkan beserta atau tanpa barang
rangka penyidikan.
3. Penyelidik dan penyidik yang telah menerima laporan tersebut segera datang
ketempat kejadian dapat melarang setiap orang untuk meninggalkan tempat itu
Alat bukti ataupun barang bukti merupakan sesuatu yang penting dalam
dari alat bukti yang telah digunakan dalam melakukan tindak pidana atau
kejahatan. Untuk melindungi dan menjamin keutuhan suatu alat bukti dan barang
bukti, undang-undang telah mengatur hal ini, seperti dalam hal tindak pidana
43
Op.Cit, Pasal 1 ayat 1
narkotika itu sendiri atau barang bukti. Ini akan dijadikan bahan untuk
penyitaan dan atau penggeledahan dan atau pemeriksaan surat untuk mengambil
alih dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak
peradilan.44 Tanggung jawab atas barang bukti menurut peraturan yang berlaku
tergantung pada tahap mana pemeriksaan sidang berlangsung, hal itu sesuai
pidana oleh aparat penegak hukum masih belum dikelola dengan baik, artinya
benda atau barang bukti tersebut telah disita atau diambil namun tidak dikelola
barang bukti yang dilakukan oleh penyidik adalah tidak mencatat secara
keseluruhan jumlah barang bukti yang disita, karena tidak mudah dan hamper
penyalahgunaan barang bukti sudah dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa
saat setelah penyitaan artinya semua barang bukti sudah yang tidak dicatat dalam
44
Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana (untuk
mahasiwa dan praktisi) (Bandung : Mandar Maju, 2003), hal 99-100.
Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) KUHAP dijelaskan bahwa
berwenang sesuai dengan tingkat proses peradilan serta benda sitaan tersebut
Maka yang di maksud dengan Alat bukti di dalam Pasal 184 ayat (1)
bukti yang sah adalah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan
menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat bukti yang sah menurut
bahwa di luar dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti
yang sah.
maka di dalam KUHAP tidak diatur secara khusus tentang sanksi ataupun hak-hak
yang memadai dari kepolisian untuk mengamankan barang bukti Tindak Pidana
45
Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti (Jakarta:Ghalia
Indonesia,1983) hal. 19.
dan PPBB untuk mengelola barang bukti dengan tertib di lingkungan Polri dan
di lingkungan Polri.46
sehat antara penyidik BNN dengan penyidik Polri, paling tidak pada tahap awal
46
Pasal 2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010
Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Bukti Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik
Indonesia
47
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,Pasal 75
gelap narkotika dan prekursor narkotika setelah terdapat bukti awal yang
cukup.
pengawasan.
12. Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat
15. Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat
17. Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti narkotika dan
prekursor narkotika.
18. Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
prekursor narkotika.
terlintas tentang persaingan antara kedua institusi Negara ini juga masuk akal
berwenang:
gelap narkotika dan prekursor narkotika milik tersangka atau pihak lain
yang terkait.
dan perjanjian lainnya atau mencabut sementara izin, lisensi, serta konsesi
yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka yang diduga berdasarkan bukti
diluar negeri.48
masyarakat (pasal 13).49 Penyelidikan and penyidikan merupakan salah satu dari
12 tugas Polri (Pasal 14). Butir g menyebutkan bahwa Polri memiliki tugas
penyidikan.
saksi;
48
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,Pasal 80
49
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia,pasal 16-17
pemeriksaan perkara.
dan Polri hampir sama. Bedanya, BNN hanya menyidik kejahatan narkotika dan
kedua lembaga ini memiliki wewenang yang sama dalam melakukan penyidikan
50
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,Pasal 81
penyidikan, dan mekanisme kerjasama antara penyidik BNN dan penyidik Polri
atau dengan penyidik lainnya. Sebagai lembaga yang semula hanya sebagai
memiliki tenaga penyidik yang khusus. BNN hanya membentuk dan memfasilitasi
narkotika diklaim oleh Polri. Oleh karena itu, BNN harus segera membentuk
Perekrutan BNN dari awal mungkin tidak efektif karena harus melakukan
pendidikan dan pelatihan yang memakan waktu cukup lama. Padahal kejahatan
tugas BNN yang sudah ada dipertahankan, selanjutnya secara bertahap direkrut
sarana dan prasarana penyidik BNN juga harus segera disediakan untuk
Berbeda dengan Polri, secara prinsip lembaga Polri sudah siap dan
51
http://gunarta-goen-goen.blogspot.co.id/2010/05/tugas-dan-wewenang-penyidikan-
tindak.html (diakses pada Tanggal 6 september 2016)
dan penyidik Polri atau dengan penyidik lainnya, sudah diatur dalam Undang-
negeri sipil tertentu berkoordinasi dengan penyidik BNN atau penyidik Kepolisian
salah satu pihak ke pihak yang lain, khususnya antara penyidik Polri dengan
penyidik BNN. Sedangkan untuk penyidik pegawai negeri sipil, segala upaya
“Barang Sitaan atau juga disebut barang bukti adalah Narkotika dan
Prekursor Narkotika, atau yang diduga Narkotika dan Prekursor Narkotika,
atau yang mengandung Narkotika dan Prekursor Narkotika termasuk alat
atau barang yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan
Narkotika dan Prekursor Narkotika serta harta kekayaan atau harta benda
yang merupakan hasil tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
dan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana”52
Pasal 12 yang berbunyi :
“Pengamanan adalah serangkaian tindakan untuk menjaga Barang Sitaan
selama proses pemeriksaan perkara berlangsung mulai sejak dinyatakan
sebagai Barang Sitaan sampai dengan Pemusnahannya.”
tugas dari BNN sendiri yang menunjukan tugas dan kewenangan nya lalu
sitaan dari ruang atau tempat khusus penyimpanan barang bukti adalah Pejabat
Perkapolri 10/2010.
52
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 8 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Barang Bukti Di Lingkungan Badan Narkotika Nasional,
kualitasnya;
53
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010,Pasal
11
hanya mampu dalam pelaksanaan tugas kepolisian, juga sangat diharapkan dalam
tiap penanganan kasus tindak pidana agar dapat terselesaikan secara optimal.
Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang
untuk menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat untuk didengar dan diperiksa sebagai
54
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 7
dan putusan pengadilan atau tindakan lain menurut ketentuan KUHAP. Penyidik
membuat berita acara yang dikuatkan dengan sumpah jabatan dan ditanda tangani
2002, yang dimaksud dengan Kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan
dengan fungsi dan tugas lembaga Kepolisian sesuai dengan Peraturan Perundang-
keamanan negara dan tercapainya tujuan nasional dengan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia.56
ketertiban masyarakat.
55
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 8 jo 75
56
Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Pasal 2
dan seluruh urusan penyidikan merupakan tanggung jawab dari seluruh satuan
menjalankan tugas nya di dalam wilayah Hukum Kepolisian Kota besar Medan
macam tindak pidana. Di dalam tugas nya penyidik di Kepolisian Kota Besar
Medan terbagi menjadi dua unit, yang dimana Penyidik unit 1 bertugas untuk
57
Hasil wawancara dengan Penyidik Kepolisian Kota Besar Medan Bapak Aiptu Bostang
Andi Simanjuntak ,Pada Tanggal 3 Oktober 2016
Ketika dilakukan penyitaan maka barang bukti serta alat bukti akan
menjadi tanggung jawab dari seluruh kesatuan Kepolisian dimana tempat perkara,
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka sudah menjadi tanggung jawab
mengenai kehilangan serta pelepasan tanggung jawab dari barang bukti serta alat
bukti sudah menjadi tanggung jawab di dalam interen kepolisian Poltabes Medan
Tindak Pidana Narkotika maka semakin banyak juga proses penyitaan barang
bukti yang perlu di laksanakan, yang berarti juga membutuhkan dana yang juga
Kepolisian.
1. Identifikasi.
2. Sidik jari.
3. Modus operandi.
4. Files.
5. Informan.
6. Interogasi.
7. Bantuan ilmiah.
1. Indentifikasi
nama pelaku tersebut sudah harus ada dalam catatan penegak hukum. Disamping
nama-nama juga harus ada diperlukan identitas yang lain. Misalnya tatto, bentuk
tubuh, maupun ciri-ciri khusus yang lain. Menurut Andi Hamzah dengan
58
Gerson Bawengan, Penyidikan perkara pidana (Jakarta: Pranindya Paramita, 1977) hal
24
tinggal mencocokkan ciri-ciri dengan identitas yang telah direkam dala data-data
kepolisian.59
bukti narkotika.60
2. Sidik Jari
Menurut Andi Hamzah: Daktiloskopi terdiri dari kata “Daktulos” yang berati jari
berarti mengamati jari, kemudian disamaartikan dengan sidik jari. Dengan sidik
jari ditemukan identitas tersangka secara pasti oleh karena sifat kekhususannya
yaitu pada setiap orang berbeda. Cara ini baru dapat dimanfaatkan, jika si
59
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia (Jakarta: Sinar Grafik Offset,
2006) Hal 17
60
Hasil wawancara dengan Penyidik Kepolisian Kota Besar Medan Bapak Aiptu Bostang
Andi Simanjuntak ,Pada Tanggal 3 Oktober 2016
61
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia (Jakarta: Sinar Grafik Offset,
2008) Hal 120.
Modus operandi merupakan istilah dari bahasa latin yang berarti “cara
kejahatan dengan menggunakan cara tertentu, maka ada tendensi bahwa cara
demikian itu akan diulanginya bila ia hendak melakukan suatu kejahatan lagi pada
peristiwa lain”.62 Dalam kasus pembunuhan dimana korban terikat dengan tali,
maka cara-cara yang digunakan untuk membuka simpul tali pengikat dapat
dibedakan antara yang ahli dengan yang tidak ahli. Dapat juga dibedakan antara
cara yang digunakan oleh pelaut dengan cara yang digunakan oleh pramuka.
Walau modus operandi ini tidak selalu menolong untuk menyingkap pelaku
keterangan mereka didalam satu kesatuan dan bahkan merupakan bahan analisa
identifikasi, sidik jari dan modus operandi. Dari kesemuanya itu hanya merupakan
peralatan yang berguna bagi penyidik. Apabila disusun secara sistematis dalam
62
Gerson Bawengan, Penyidikan perkara pidana (Jakarta: Pranindya Paramita, 1977) hal
14
63
Ibid.
5. Informan
kepada penegak hukum yang mana keterangan itu bermanfaat untuk membongkar
6. Interogasi
bagi penyidik.64
7. Bantuan Ilmiah
Bantuan ilmiah ialah sarana lain selain sarana hukum yang dapat
metode itu merupakan rangkaian usaha penyidik agar dapat mencari dan
mengumpulkan barang bukti sehingga dengan bukti itu membuat terang suatu
diri tersangka;
64
Ibid.
65
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Pasal 7 ayat 1
saksi;
pemeriksaan perkara.
a. Laporan Polisi
h. Dll
penyidikan, penyidik diberikan waktu selama 120 hari untuk melaksanakan proses
NO TINDAKAN WAKTU
1. Penangkapan 6 Hari
2. Penahanan dari kepolisian 20 Hari
3. Perpanjangan ke kejaksaan 40 Hari
4. Perpanjangan ke pengadilan 30 Hari
5. Perpanjangan ke pengadilan II 30 Hari
TOTAL 120 Hari
Didalam proses penyidikan itu sendiri terdapat jenis atau tipe pendekatan
yang dilakukan pihak penyidik terhadap terdakwa upaya untuk menggali beberapa
si terdakwa biasanya :
hukum diperlukan satu mata rantai proses yang baik dan sistematis. Demi
yang baik antar aparat penegak hukum dengan berpedoman pada ketentuan
lambat. Kepolisian Kota Besar Medan masih sangat kekurangan anggota dan
untuk melakukan penyidikan dengan jumlah lapor yang ada tidak relevan dengan
Pidana Kasus Narkotika yang di miliki saat ini sehingga proses penyidikan
berjalan lama.67
Dengan jumlah penyidik yang ada saat ini jelas merasa kesulitan dalam
penyidik yang ada, sangat tidak sebanding dengan jumlah laporan yang harus
diselesaikan. Sehingga kinerja Sat Reskrim tidak efektif. Dari data tabel dapat
dilihat bahwa jumlah penyidik hanya 20 orang sedangkan kasus yang masuk
66
Hasil wawancara dengan Penyidik Kepolisian Kota Besar Medan Bapak Aiptu Bostang
Andi Simanjuntak ,Pada Tanggal 3 Oktober 2016
67
Lihat Tabel 1 : daftar nama penyidik kepolisian kota besar Medan 2016.
terselesaikan hanya 98 kasus, pada tabel menunjukkan bahwa masih banyak kasus
tugasnya mendapat dana dari negara yang tentunya jumlahnya terbatas dan tidak
cakupan Kota Medan yang cukup luas maka membutuhkan biaya yang cukup
besar pula.
penyidik adalah masalah sarana dan prasarana yang dimiliki Sat Reskrim.
milik pribadi untuk menunjang kinerja penyidik. Kendala dari segi sarana dan
anggara penyidikan, ini akan menghambat dari kinerja pihak penegak hukum
anggaran operasional penyidikan masih dirasa kurang, ini yang membuat proses
demi tugas dinas yang diemban. Namun, tidak semua penyidik mau mengeluarkan
selama 120 hari untuk melaksanakan proses penyidikan. 68 Untuk kendala yang
mendasar sendiri mungkin tidak ada di dalam proses penyidikan. Tetapi terdapat
kendala di dalam proses penyidikan yang terdakwa nya merupakan anak di bawah
membutuhkan dampingan dari KPAI (Komisi Perlindungan Ibu dan Anak) serta
68
Lihat Tabel 1 : Daftar Nama Penyidik Kepolisian Kota Besar Medan 2016
salah satu faktor kurang maksimalnya kinerja penyidik, terdapat prinsip dasar
yang tentunya sama-sama kita ketahui bahwa setiap orang yang bekerja baik di
mengharapkan imbalan dari apa yang dikerjanya. Faktor gaji merupakan faktor
penyidik mampu bekerja secara profesional jika masih harus memikirkan masalah
Simanjuntak :
“Minimnya penghasilan atau gaji adalah salah satu faktor yang membuat
anggota penyidik kurang termotivasi dalam bekerja, penyidik juga
memerlukan suntikan motivasi dalam bekerja. Motivasi yang dimaksud
dalam hal ini adalah peningkatan kesejahteraan para penyidik Polri”.
hukum inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan sehingga pemerintah dan
lembaga hukum yang bersih dari praktek mafia hukum. Salah satunya melalui
sepadan dengan tanggung jawab yang diemban oleh penyidik kepolisian, sehingga
69
Lihat: Remunirasi adalah total kompensasi yang diterima oleh pegawai sebagai imbalan
dari jasa yang telah dikerjakannya.
bukti
pidana oleh aparat penegak hukum masih belum dikelola dengan baik, artinya
benda atau barang bukti tersebut telah disita atau diambil namun tidak dikelola
barang bukti yang dilakukan oleh penyidik adalah tidak mencatat secara
keseluruhan jumlah barang bukti yang disita, karena tidak mudah dan hampir
penyalahgunaan barang bukti sudah dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa
saat setelah penyitaan artinya semua barang bukti sudah yang tidak dicatat dalam
Kendala yang paling sering dihadapi dalam hal pengamanan barang bukti
ialah tempat penyimananan alat bukti pendukung kejahatan dan barang bukti,
dimana dengan meningkat nya tingkat Kejahatan khusus nya di bidang Tindak
Pidana Narkotika membuat semakin tinggi juga jumlah barang bukti serta alat
bukti yang disita, tempat penyimpanan alat bukti dan barang bukti mencapai batas
menjadi barang yang tak berguna, misalnya seperti mobil yang menjadi alat bukti
mungkin terjadi hasil dari wawancara yang saya sudah lakukan di wilayah Hukum
PENUTUP
A. Kesimpulan
mewabah di semua kalangan usia bukan hanya orang dewasa saja. Oleh
dimana tugas, peran dan tanggung jawab penyidik yang dilakukan oleh
Polisi sudah tertera dan diatur dalam Hukum Positif Indonesia antara lain
memadai.
B. Saran
tersebut dan dapat dikenakan atau dijatuhi hukuman yang seseuia dengan
yang sesuai.
proses penyidikan.
BUKU-BUKU
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika.
WEBSITE
www.depkes.go.id
www.medanbisnisdaily.com
http://humas.polri.go.id
http://hukumonlinesibiro.blogspot.com
http://beritasumut.com
http://www.hukumonline.com
https://cahwaras.wordpress.com
http://ilmuhukum.umsb.ac.id
Hasil wawancara dengan Penyidik Satuan reserse Narkoba Kepolisian Kota Besar
Medan Bapak AIPTU Bostang Andi Simanjuntak.
Arya Putri, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Peredaran Narkotika Studi
Kasus Putusan No.61/ Pid.Sus/ 2013/ PN.Jo, Makassar: Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin, 2014