SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2009
SKRIPSI
OLEH :
PUTRI SARI TAMPUBOLON
NIM : 050200278
HUKUM PIDANA
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Hukum Pidana
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa
karena atas curahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
kelemahan baik dari segi bobot ilmiah maupun tata bahasa. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan rasa
hormat dan bahagia penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga pihak-pihak
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi SH, M.H, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
5. Bapak Abul Khair, SH, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana
6. Ibu Rafiqoh Lubis, SH, M.Hum, selaku dosen pengajar dan dosen
hingga perkuliahan dan sampai penyelesaian skripsi ini. Tiada kata yang
bisa saya sampaikan pada Bapak dan Mama selain ucapan terima kasih
dan doa serta bimbingan pada saya selama penyusunan skripsi ini. Kasih
sayang, perhatian serta kesabaran yang telah diberikan menjadi hal yang
always………)
10. Teman-teman terdekat saya yang nggak akan terlupakan; Indah P.Sitompul
selama ini karena kita udah bisa saling pengertian, saling mendukung,
selamanya.
11. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum USU Medan, yang telah memberi
banyak ilmu yang berharga serta bimbingan pada saya dan seluruh
mahasiswa/i lainnya.
perkuliahan.
13. Teman-teman satu angkatan (stb.2005) yang mungkin nggak bisa saya
sebutin satu persatu. Secara khusus buat Grace, Nove (teman satu
14. Seluruh pihak yang terlibat dan menjadi bagian penting selama penulis
penyusunan skripsi ini yang mungkin tidak bisa penulis sebutin satu-
persatu.
Penulis
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. v
ABSTRAKSI……………………………………………………………….. vii
BAB.I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah…………………………………………………... 5
C. Keaslian Penulisan……………………………………………………. 5
E. Tinjauan Kepustakaan………………………………………………… 7
F. Metode Penelitian……………………………………………………. 21
G. Sistematika Penulisan………………………………………………… 23
NUHAN.
Pidana Pembunuhan…………………………………………………. 62
Pembunuhan........................................................................................ 81
D. Contoh Kasus………………………………………………………... 86
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 93
B. Saran…………………………………………………………………. 97
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 98
__________________________________________________________________
* Pembimbing I dan staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
** Pembimbing II dan staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara haruslah ditopang atau
didukung dengan adanya pengakuan atau perlindungan terhadap Hak azasi setiap
warga negara. Hak azasi menusia yang paling hakiki adalah hak untuk hidup,
karena hak untuk hidup ini adalah suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa jadi
pengakuan serta jaminan perlindungan terhadap hak azasi yang paling hakiki ini
hak untuk hidup seseorang ini adalah suatu hal yang sangat serius karena seperti
dikemukakan sebelumnya bahwa hak ini adalah hak yang paling hakiki bagi setiap
berkenaan dengan perwujudan hak hidup ini diantaranya yang paling sering
terjadi adalah perampasan terhadap hak hidup tersebut. Perampasan terhadap hak
hidup yang biasanya atau sering kita temui adalah dengan pemaksaan dan
kekerasan yang secara umum dalam masyarakat kita ketahui sebagai tindakan
yang sangat rumit dan sangat serius yang dihadapi oleh orang pribadi, masyarakat,
yang dipakai dalam perbuatan tindak pidana pembunuhan ini sangat beragam.
Sebagaimana yang dapat kita ketahui dari media massa, contoh bentuk-bentuk
atau cara yang dipakai dalam melakukan jenis tindak pidana ini seperti; mutilasi,
nyawa banyak manusia dan bahkan merampas hak hidup oang-orang yang
(penganiayaan).
masyarakat itu sendiri, sehingga hal inilah yang menjadi salah satu alasan penting
hak dan kewajiban manusia sebagai warga negara tidak dapat berjalan seimbang
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu tindak pidana pembunuhan ini perlu
ditangani atau di tanggulangi secara serius. Yang mana dalam penanganan atau
dalam hal ini terutama adalah pihak Kepolisian Republik Indonesia selaku
Undang.
pidana pembunuhan adalah suatu hal yang tidak mudah, prosedur awal yang
diduga kuat berkaitan dengan kejadian antara lain korban, benda-benda yang
berada di sekitar korban atau di sekitar tempat kejadian perkara. Dan untuk
Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 dalam pasal 15 ayat (1), diantaranya adalah
Pengambilan sidik jari oleh pihak Kepolisian atau penyidik dinilai sebagai
salah satu upaya atau cara yang seharusnya tidak bisa terlewat untuk dilakukan,
yang mana pengambilan sidik jari ini dapat dilakukan terhadap tubuh korban,
benda yang melekat di tubuh korban, benda yang berada disekitar korban, atau
benda-benda lain yang berada di sekitar tempat kejadian yang diduga berkaitan
dengan terjadinya tindak pidana pembunuhan tersebut. 1 Jadi dengan kata lain
pengambilan sidik jari oleh pihak penyidik merupakan salah satu tindakan yang
sangat penting didasari dengan alasan bahwa sidik jari dari setiap manusia adalah
berbeda dari manusia yang satu dengan manusia yang lain. Kemudian setelah
diperoleh sidik jari tersebut pihak penyidik dapat memanfaatkannya sebagai salah
satu sarana identifikasi dalam suatu tindak pidana pembunuhan. Dengan mengola
secara benar dan akurat sidik jari tersebut sebagai salah satu sarana identifikasi
1
Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntutan Dalam Proses Pidana, PT.Rineka Cipta,
1991, Hal. 108.
pembunuhan tersebut. 2
tanggung jawab nya terhadap penanganan tindak pidana pembunuhan ini juga
lain seperti Kejaksaan dan Kedokteran (psycologis atau forensik) yang nantinya
apabila terjadi suatu kasus tindak pidana pembunuhan dapat dimintai bantuan oleh
yang mana paraturan-peraturan ini ada mengatur tentang tindakan perampasan hak
yang tegas yang termuat dalam peraturan-peraturan tersebut dapat menjadi bahan
pidana pembunuhan yang menjadi bentuk dari perampasan hak azasi manusia
2
Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Kriminal Melalui Sarana Teknik dan Sarana
Hukum, GHALIA INDONESIA, 1986, Hal. 27
3
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pembrantasan dan
Prevensinya), Sinar Grafika, 1999, Hal. 67.
atas maka penulis termotivasi membuat skripsi (tulisan / karya ilmiah) yang
berjudul :
SIANTAR)”
B. Perumusan Masalah
2. Bagaimana peranan sidik jari sebagai sarana identifikasi dalam suatu tindak
C. Keaslian Penulisan
ini adalah benar hasil karya penulis dan belum pernah diangkat oleh penulis lain
dengan permasalahan yang sama. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran
cetak ataupun elektronik, juga dilengkapi dengan fakta-fakta yang didapat dari
Tujuan Penelitian
sidik jari.
Manfaat Penelitian
1. Teoritis
E. Tinjauan Kepustakaan
dipidana (crime atau perbuatan jahat) dan pidana. Perbuatan yang dapat dipidana
atau disingkat perbuatan jahat itu menurut ilmu pengetahuan hukum pidana
Kalau semua unsur dalam rumusan delik terdapat dalam perbuatan pelaku,
maka perbuatan pelaku tersebut telah memenuhi rumusan delik dari undang-
undang yang bersangkutan. Dengan ini, maka peraturan undang-undang itu dapat
Hukum Pidana (KUHP) perumusan delik biasanya dimulai dengan kata “barang
4
MR. Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Dua
Pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1983, Hal 17.
Definisi tindak pidana menurut hukum positif adalah suatu peristiwa yang
(pengabaian, tidak berbuat, atau berbuat pasif) biasanya dilakukan dalam beberapa
bukan perbuatan nyata si pelaku dengan harus mempunyai sifat atau ciri-ciri dari
delik itu sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang secara abstrak. Jadi
untuk dapat menjatuhkan pidana pada pelaku, maka perbuatan itu harus masuk
tentang syarat-syarat yang harus ada pada suatu perbuatan agar dapat dipidana
berdasarkan Pasal 338 KUHP (pembunuhan) tersebut. Syarat itu juga disebut
unsur-unsur delik, pengertian unsur delik disini dipakai dalam arti sempit, yaitu
van Strafrecht dikenal dengan istilah strafbaar feit. Strafbaar feit terdiri dari 3
kata yakni straf, baar dan feit, yang mana ‘straf’ artinya pidana, ‘baar’ artinya
dapat atau boleh dan ‘feit’ adalah perbuatan. Dalam kaitannya dengan istilah
5
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, , PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002, Hal. 70.
pada hal sudah lazim hukum itu adalah berupa terjemahan dari kata recht, seolah-
olah arti straf sama dengan recht, yang sebenarnya tidak demikian halnya. 6 Unsur
mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana.
Hukum Pidana (KUHP) maka dapat diketahui adanya 8 (delapan) unsur tindak
pidana yaitu :
c. Unsur kesalahan.
6
Ibid, Hal. 69.
7
Adami Chazawi, op.cit, Hal. 81.
maka harus diperhatikan penentuan ada tidaknya perbuatan pidana dilihat dari
rumusan Undang-Undang dan dalam hal ini apabila sifat perbuatan tidak bisa
kejahatan yang objeknya ditujukan pada jiwa atau nyawa seseorang. Oleh sebab
itu kejahatan ini sering juga dikenal dengan istilah kejahatan terhadap jiwa.
(KUHP) yang diatur dalam buku II Bab XIX. Dalam KUHP pembunuhan ini
dirumuskan dalam Pasal 338 KUHP yang berbunyi sebagai berikut : “ Barang
siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena bersalah
tahun ”. Pasal 340 KUHP yaitu, menghilangkan nyawa orang lain dengan
direncanakan lebih dahulu; Pasal 341 KUHP yaitu pembunuhan yang dilakukan
seorang ibu terhadap anaknya dengan sengaja ketika dilahirkan; dan Pasal 346
8
Leden Marpaung, op.cit, Hal 23.
Akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-Undang seperti itu
suatu delik yang dirumuskan secara materil, yakni delik yang baru dapat dianggap
telah selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang dilarang
Daktiloskopi berasal dari bahasa Yunani daktulos yang artinya jari atau
skopioo yang artinya mengamati. Jadi secara harfiah berarti tentang bagaimana
mengamati sidik jari. Pengertian sederhana dari sidik jari sendiri menurut
ujung jari. Terjadinya sidik jari disebabkan oleh proses pembakaran dalam tubuh
manusia yang menghasilkan keringat. Keringat ini terdiri dari campuran air biasa
dengan beberapa zat antara lain garam dapur (NaCl) dan zat gemuk/lemak. 10
pernah ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama dan bersifat tetap.
9
P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh dan
Kesehatan Serta Kejahatan yang Membahayakan Bagi Nyawa, Tubuh dan Kesehatan, Bina Cipta,
Bandung, 1985, Hal. 24.
10
H. Hamrat Hamid, dan Harun M. Husein, Pembahasan Permasalahan KUHAP Bidang
Penyidikan, SINAR GRAFIKA, 1997, Hal. 30
pentingnya sidik jari telah lama dikenal oleh orang-orang dari sejak berabad yang
terjadinya sidik jari disebabkan oleh proses pembakaran dalam tubuh manusia
yang mana menghasilkan keringat. Keringat itu sendiri terdiri dari campuran air
biasa dan beberapa zat antara lain garam (NaCl) dan zat gemuk/lemak.
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak pernah ada dua orang
yang mempunyai sidik jari yang sama; dan bahwa garis sidik jari pada tangan
pengetahuan tentang sidik jari itulah merupakan asal mula dipergunakannya sidik
jari sebgai sarana untuk mengungkap suatu tinda pidana dan upaya untuk
menjadi guna atau fungsi sidik jari secara pokok adalah dapat dipakai untuk :
1. mencari atau mengenal penjahat pelarian (buron), yang lari dari penjara,
penjahat orang asing yang telah diusir keluar negeri; mencari penjahat
11
H. Hamrat Hamid, dan Harun M. husein, loc.cit
12
Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntutan Dalam Proses Pidana, PT.Rineka Cipta,
1991, Hal 110.
dalam negara-negara modern dan tidak dapat diabaikan dalam menjalankan tugas
umumnya. 14 Dan perhatian utama dalam usaha identifikasi ini bisa dimulai dari
orang itu dapat dikuasai oleh petugas hukum, maka penyidikan akan memperoleh
13
M. Karjadi, Tindakan dan Penyidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara,
POLITEIA, Bogor, 1981, Hal. 63.
14
R. Soesilo, Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminal, POLITEIA, Bogor, Hal
121.
15
Gerson W. Bawengan, Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi, PT. Pradnya
Paramit, Jakarta, 1977, Hal. 12.
paras muka, telah dikenal berabad-abad yang lalu. Ketepatan pengenalan ciri-ciri
mempunyai ciri-ciri berlainan dari orang lain, seperti sikap, bicara, berjalan,
tanda-tanda badaniah tertentu dan sebagainya yang bersifat detail. Maka ciri-ciri
pengenalan (identifikasi) pelaku akan lebih mudah apabila ciri-ciri mereka telah
a. Pengertian kepolisian
tindak pidana pembunuhan maka yang paling berperan adalah pihak penyidik
yang mana itu dilakukan oleh pihak Kepolisian. Untuk itu perlu dipaparkan
tetapi penarikan pengertian polisi dapat dilakukan melalui pengertian yang ada
diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.2 Tahun 2002 tentang
“ Kepolisian adalah segala ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
16
M. Karjadi, op.cit, Hal. 59.
lembaga yang memiliki fungsi dan pelaksanaan tugas sebgaimana yang ditentukan
dalam perundang-undangan.
Mengenai tugas dan fungsi POLRI secara umum, Polisi memiliki posisi
yang khusus dikalangan birokrasi negara, karena POLRI memegang tiga sistem
pertahanan dan keamanan, dan sistem administrasi peradilan pidana. Fungsi utama
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 13,
17
Suwarto, Irwan, POLRI Dalam Dinamika Ketatanegaraan Indonesia, Padang; Ekasakti
Presss, 2002, Hal 53.
pengamanan swakarsa.
kepolisian,
manusia,
yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
tetapi hanya merupakan salah satu cara atau metode dari fungsi penyidikan yang
18
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Arikha Media Cipta, Jakarta 1993, Hal
141.
Tidak semua peristiwa yang terjadi dapat diduga adalah tindak pidana,
yang didapat dari hasil penyelidikan ditentukan lebih dulu bahwa peristiwa yang
terjadi dan diduga sebagai tindak pidana itu benar-benar merupakan tindak pidana
yang dsebutkan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang No. 2 Tahun
1. Mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana;
19
MABES Kepolisian Negara Republik Indonesia, Himpunan Juklak dan Juknis tentang
Proses Penyidikan Tindak Pidana (Jakarta, Mei 1987) Hal 3.
20
Djoko Prakoso, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, PT. Bina Aksara,
Jakarta 1987, Hal 44.
penyidik. 22
menentukan apakah dapat dilakukan atau tidak. Adapun hasil dan usaha
penyaring apakah suatu peristiwa dapat dilakukan penyidikan atau tidak, sehingga
kekeliruan pada tindakan penyidikan yang sudah bersifat upaya paksa terhadap
seseorang dapat dihindarkan sedini mungkin. 24 Jadi disini kita melihat bahwa
21
Momo Kelana, Memahami Undang-undang Kepolisian, PTIK Press, 2002 Hal 81.
22
Harun M. Husein, Penyidikan dan Penuntutan Dalam Proses Pidana, PT.Rineka Cipta,
1991, Hal 63
23
Soesilo Yuwono, Penyelesaian Perkara Pidana Berdasarkan KUHAP, Penerbit
Alumni, Bandung, 1982, Hal.25.
24
Ibid Hal 37
dinyatakan bahwa “Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
terdapat pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1983, ditetapkan syarat
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang dengan
bukti-bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
bahwa peristiwa yang akan disidik benar-benar merupakan suatu tindak pidana
dan terdapat cukup data dan fakta guna melakukan penyidikan terhadap tindak
pidana tersebut.
terdiri dari rangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik dalam rangka
25
Djoko Prakoso, op.cit, Hal. 43.
penyidikan, Polri diberikan wewenang seperti tercantum daam Pasal 15 ayat (1)
F. Metode Penelitian
Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu,
sebagaimana tentang tata cara penelitian harus dilakukan maka metode penelitian
1) Jenis Penelitian
26
H.Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, op.cit, Hal.36
bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan data dasar dalam kegiatan
penelitian.
Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder
yang didukung oleh data primer. Data sekunder yang dipakai meliputi peraturan
yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Sedang data primer diperoleh dari
berikut :
hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi
Dalam hal ini penulis secara langsung mengadakan penelitian di Pusat Identifikasi
Pematang Siantar).
4)Analisis Data
Dalam penulisan ini, analisa data yang digunakan adalah dengan cara
kualitatif, yang mana data sekunder dan data primer yang diperoleh kemudian
dianalisis secara kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan dalam skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan dapat pula
sangat berhubungan antara satu dengan yang lain yang dapat dilihat seperti berikut
BAB I PENDAHULUAN
penulisan skripsi; perumusan masalah dari tulisan; keaslian penulisan aau judul;
tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan kepustakaan yang terdiri dari: pengertian
tindak pidana dan pembunuhan, sidik jari dan identifikasi, serta pemeriksaan di
tingkat kepolisian; seterusnya bab ini diuraikan metode yang dipakai dalam
Yang dibahas dalam bab ini adalah; unsur-unsur atau sarana yang
pembunuhan; peran dari sidik jari sebagai sarana identifikasi tindak pidana
BAB IV PENUTUP
yang juga di barengi dengan pemaparan saran-saran dari penulis yang diharapkan
yaitu, tidak ada yang sama atau mirip satu sama lain, tidak dapat diubah kecuali
senjata tajam, senjata api maupun zat kimia, baru sidik jari tidak dapat
pengambilan sidik jari kriminal, pengambilan sidik jari umum, pencatatan dan
penyimpanan data sidik jari, yang mana pengambilan sidik jari, penyimpanan dan
(daktiloskopi).
Dalam pengambilan sidik jari umum banyak digunakan baik oleh instansi
maupun masyarakat umum sebagai pengganti tanda tangan bagi mereka yang
tidak dapat menandatangani atau buta huruf dengan diambil sidik jari ibu jarinya,
penyimpananya.
diperoleh bahwa, setiap orang yang ingin mendapatkan Surat Keterangan Catatan
nya dengan lengkap baik dari tangan kiri dan kanan pada kartu sidik jari AK-23.
Pengambilan sidik jari gunanya untuk pendataan serta filing dan recording dalam
Jadi untuk kepentingan hal tersebut diatas seharusnya setiap warga negara
termasuk yang baru melahirkan diambil sidik jarinya, kegunaanya sangat penting
sekali, bila semua identitas lainnya sulit didapatkan atau identitas yang sama
seperti rupa, tinggi, berat badan, maupun alamat dan nama maka satu-satunya
hanya dapat diketahui dari identitas sidik jari. Karena hanya identifikasi sidik jari
saja yang tidak dapat diubah dan tidak sama pada setiap orang.
Setiap kartu sidik jari AK-23 yang sudah memuat rekaman sidik jari harus
segera dilaksanakan proses sidik jari AK-23. Penyortiran kartu sidik jari AK-23
dan AK-24 untuk memilah-milah dan mengelompokkan kartu sidik jari AK-23
menurut jenis kelaminnya dan urutan rumusnya. AK-24 disusun menurut urutan
sidik jari AK-23 dan AK-24. Semua kartu sidik jari AK-23 maupun AK-24
masing dan dirawat secara tertib dan baik higga tahan lama. Hal ini sangat penting
untuk bahan informasi banding dari pihak yang memerlukan sebagai bank data
berdasarkan atas permintaan resmi dari pihak yang memerlukan baik dari intern
Stamping kit adalah seperangkat alat terdiri dari roller, tinta, plat kaca atau
stenless stell, alat penjepit kartu AK-23 yang sangat bermanfaat dan praktis untuk
kegiatan pengambilan sidik jari di lapangan dan mudah dibawa ke tempat kejadian
Kartu sidik jari AK-23 adalah kartu sidik jari yang spesifikasi tekhnisnya
atau dicetak dengan kertas karton yang tebal warna putih dan licin dengan ukuran
20 x 20 cm. Gunanya untuk merekam kesepuluh sidik jari kanan dan kiri serta
data umum dan sinyalemen serta pas photo dan tanda tangan.
Kartu tik atau kartu sidik jari AK-24 dibuat, dicetak dengan kertas karton
tebal warna putih licin dengan ukuran 7 x 13 cm. Gunanya untuk mempermudah
dan mempercepat dalam proses verifikasi kartu AK-23, setelah kartu sidik jari
AK-23, tersebut sudah terisi rekaman sidik jari harus dibubuhi rumus dan harus
27
H. R. Abdussalam, Forensik, Restu Agung, 2006, Hal. 168-169
minyak khusus sehingga tinta cepat kering. Gunanya untuk mengambil atau
Kemudian roller adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat
berdiameter kurang lebih 2 cm panjang kurang lebih 5-6 cm. Dan gunanya untuk
meratakan tinta, pada plat kaca dengan gerakan maju mundur sampai tinta rata
menyeluruh. Lalu magnifier/ loop yaitu kaca pembesar yang digunakan untuk
merumuskan sidik jari atau untuk memperbesar gambar garis-garis papilair sidik
seperti berikut : loop diletakkan di atas lukisan sidik jari, sehingga garis-garis
papilairnya akan terlihat jelas dan besar. Benang bayangan yang ada di tengah
atau di dalam kaca diletakkan di antara delta dan core, digunakan untuk
pada urutan kolom data-data kartu sidik jari AK-23 kegunaannya untuk apabila
perkara (TKP), bisa mengenal atau merekam ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan bahan
28
Ibid, Hal. 170
perbandingan sidik jari tepat dan akurat baik untuk kepentingan penyidikan
sidik jari dengan cara kerja; gambar sidik jari yang dicurigai diletakkan disebelah
kiri pada tempat yang telah disediakan, gambar sidik jari pembanding diletakkan
disebelah kanan pada tempat yang telah disediakan, maka kamera setelah on akan
memancarkan sinar baik terhadap sidik jari yang dicurigai maupun sidik jari
pembanding, dan dari tampilan akan terlihat perbedaan gambar karakteristik garis-
Gambar sidik jari yang dicurigai diletakkan disebelah kiri di tempatnya, dan sidik
jari pembanding di sebelah kanan, kemudian selanjutnya sama dengan kerja pada
29
Unit Identifikasi BARESKRIM Polresta Pematang Siantar Makalah Daktiloskopi
Kriminal Dalam Mendukung Scientivic Crime Investigation oleh Tim Pusident Bareskrim Polri
tipe FX-8A.
atau super gene dengan cara kerja yaitu; yodium crystal dituangkan ke dalam alat
kemudian ditunggu sampai pada kertas tersebut muncul gambar / rekaman sidik
Laser photonics print finder ini adalah alat dalam daktiloskopi kriminil
berguna untuk mengembangkan sidik jeri latent pada permukaan benda yang
kasar seperti kulit jeruk atau yang tidak bisa dikembangkan dengan sistem bentuk
atau sistem kimia dengan cara kerja seperti berikut; laser photonics print finder
yang dinyalakan maka pengaman kabel dan optic pada bagian ujung akan
mengeluarkan sinar laser, lalu sinar laeser ini diarahkan kepermukaan benda yang
dicurigai, dan bila pada benda tersebut memang terdapat sidik jari latent maka
dengan pancaran sinar tersebut akan muncul dan dapat diamati dengan bantuan
kaca pembesar, kemudian sidik jari latent ini diberi bentuk khusus lalu di lakukan
Kemudian ada alat yang namanya ransel kit identifikasi yang berisi
peralatan-peralatan dalam olah tempat kejadian perkara (TKP) yang antara lain
sebagai berikut :
Reguler powder brush (kuas serbuk) adalah alat untuk mengambil dan
mengoleskan serbuk sidik jari di atas permukaan benda yang diperkirakan akan
yaitu alat yang digunakan mengmbil dan mengoleskan serbuk sidik jari di atas
permukaan benda yang diperkirakan terdapat sidik jari latent serta mengumpulkan
kembali serbuk sidik jari yang tidak terpakai untuk disimpan kembali.
terdapat sidik jari latent serta mengumpulkan kembali serbuk sidik jari yang tidak
terpakai untuk disimpan kembali. Dan meteran alat untuk mengukur jarak,
Kemudian post marten (sendok mayat) dan powder black (serbuk hitam),
yang disebut dengan sendok mayat adalah alat untuk mengambil sidik jari mayat.
Dan serbuk hitam adalah alat yang berfungsi untuk mengembangkan sidik jari
latent pada permukaan benda yang tidak berpori (tidak menyerap keringat) yang
mengembangkan sidik jari pada permukaan benda yang tidak berpori (tidak
menyerap keringat) yang berwarna gelap. Dan serbuk magnit hitam adalah alat
yang berfungsi untuk mengembangkan sidik jari latent pada permukaan benda
(bukan logam) yang tidak berpori yang berwarna terang (khusus seperti kertas,
lainnya).
Powder magnitic grey (serbuk magnit warna abu-abu) dan rubber roller
sidik jari latent pada permukaan benda bukan logam yang tidak tidak menyerap
keringat yang khusus berwarna gelap dan untuk merasakan tinta sidik jari pada
Prinset (alat jepit) dan gunting yang juga masing-masing berguna untuk
mengambil barang bukti yang kecil agar barang bukti tersebut tidak
terkontaminasi dengan benda lain misalnya jari atau keringat petugas. Kemudian
gunting untuk memotong filter transparan atau filter karet sesuai kebutuhan atau
memberi nomor secara berurutan pada barang bukti yang ditemukan di tempat
kejadian perkara (TKP), kemudian sarung tangan berguna untuk mencegah agar
sedangkan masker sendiri untuk mencegah agar bau busuk (seperti bau mayat atau
Rubber filter white (filter karet berwarna putih) yaitu alat untuk
mengangkat sidik jari latent yang telah dikembangkan dengan serbuk biasa atau
magnit warna hitam atau abu-abu. Filter ini dapat digunakan untuk mengangkat
sidik jari latent yang terdapat pada benda yang permukaan nya bulat.
untuk mengambil sidik jari tersangka dan non tersangka, sedang alat tulis untuk
berbentuk engsel dan berwarna putih) masing-masing adalah alat untuk melihat
apakah ada sidik jari latent atau atau sidik jari latent yang dikembangkan telah
nampak jelas atau belum dan juga untuk benda-benda yang kecil agar dapat
terlihat jelas. Dan filter white sendiri berguna untuk mengangkat sidik jari latent
yang telah dikembangkan dengan bentuk biasa atau bentuk magnit warna hitam
Evidence bag (kantong barang bukti), kartu AK-23 (kartu sidik jari) dan
polilight (alat untuk mendeteksi sidik jari latent) adalah alat-alat yang masing-
barang bukti terutama sidik jari latent yang diperoleh di tempat kejadian perkara
(TKP), kartu AK-23 untuk mengambil sidik jari seseorang. Polilight ini adalah
alat yang sumbernya dari cahaya bertahan lama hingga 1000 jam pakai. Sinar
tajam nya ini dikeluarkan dari lampu kemudian di filter (disaring) agar diperoleh
sinar murni seperti sinar laser, tetapi dengan gelombang yang lebih luas,
gelombang sinar warna dari warna ultra violet sampai warna merah bisa dipakai.
Sinar murni tersebut disalurkan lewat kabel besi supaya mudah difokuskan ke
target yaitu sidik jari. Jadi jelas alat tersebut untuk memperjelas sidik jari dengan
menggunakan sinar (gelombang berbagai jenis warna) sehingga sidik jari muncul
dengan jelas.
meyimpan, dan menyiapkan serta mengirimkan data sidik jari untuk kepentingan
identifikasi kriminal pada data base yang disebut Computer Aided Automatic
(TKP) tanpa disentuh atau terhapus oleh apapun. Oleh karena itu bekas-bekas
sidik jari yang terdapat di tempat kejadian perkara (TKP) harus diamankan
Untuk lebih jelasnya berikut dapat dilihat gambar dari alat-alat (peralatan)
yang secara umum digunakan oleh penyidik / penyelidik dalam pengambilan sidik
jari, baik pengambilan sidik jari umum maupun sidik jari kriminil : 30
30
Dokumen Khusus Unit Identifikasi Polresta BARESKRIM Pematang Siantar.
suatu tindak pidana pembunuhan secara ilmiah dengan metode tertentu meliputi
mengenai identifikasi dalam suatu tindak pidana pembunuhan, maka lebih dulu
awal atau tindakan pendahuluan setelah diterima laporan telah terjadi suatu
perkara (TKP).
diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Karena lebih memfokuskan pada
31
Hasil wawancara dengan Brigadir M. Nasib (anggota Unit Identifikasi BARESKRIM
Polresta Pematang Siantar).
32
MABES Kepolisian Negara Republik Indonesia, Himpunan Juklak dan Juknis tentang
Proses Penyidikan Tindak Pidana (Jakarta, Mei 1987)
Kehakiman, dan Psikologi. Identifikasi yang dilakukan oleh Bareskrim Polri pada
perkara pembunuhan ini adalah berperan pada proses penyelidikan dan penyidikan
33
Soedjadi, Brigadir Jendral Polisi (Direktur Reserse Polri) dan Kafandi, Jendral Polisi
(Komando Reserse Pori), Himpunan Juklak dan Juknis Tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana,
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, 1987, Hal. 7
34
Ibid, Hal. 34
Reserse / Polri yang datang pertama di TKP. Tempat kejadian perkara (TKP)
perkara agar bukti-bukti tidak hilang atau menjadi kabur. Hal ini terutama
dimaksudkan agar sidik jari, begitu pula bukti-bukti yang lainseperti jejak kaki,
bercak darah, air mani, rambut dan sebagainya tidak hapus atau hilang. 35 Setelah
menjumpai terjadinya tindak pidana atau menerima laporan dari masyarakat yang
1) Korban yang mati dijaga agar tetap pada posisinya semula dan jangan
terdekat.
2) Dalam hal posisi atua letak korban dapat mengganggu lalu lintas, atau
35
Andi Hamzah, Pengusutan Perkara Kriminal Melalui Sarana Teknik dan Sarana
Hukum, GHALIA INDONESIA, 1986, Hal.32
36
Soedjadi, Brigadir Jendral Polisi (Direktur Reserse Polri) dan Kafandi, Jendral Polisi
(Komando Reserse Pori), op.cit, Hal. 38
berkerumun.
dalam proses penyelidikan dan penyidikan di tingkat Polri, yang berarti tindakan
keterampilan tehnis yang khusus dari penyidik, maka dalam praktek pemeriksaan
di tempat kejadian perkara adalah lebih efesien dilakukan oleh seorang perwira
dan sekitarnya.
37
Soedjadi, Brigadir Jendral Polisi (Direktur Reserse Polri) dan Kafandi, Jendral Polisi
(Komando Reserse Pori), op.cit, Hal. 30
38
Ibid, Hal.39
a) Mengabadikan situasi TKP termasuk korban dan barang bukti lain pada
saat ditemukan.
b) Untuk dapat memberikan gambaran nyata tentang situasi dan kondisi TKP.
sketsa.
2) Pembuatan sketsa.
1) Penanganan korban.
maupun close-up yang dilakukan dari berbagai arah sesuai dengan urut-urutan
pemotretan kriminal, ditujukan pada bagian badan yang ada tanda-tanda yang
mencurigakan.
mayat korban yang terdapat pada tubuh atau yang melekat pada pakaian korban
pembusukan.
d) Memberikan tanda garis pada letak dan posisi mayat sebelum dikirim
ke Rumah Sakit.
dimintakan Visum et Repertum dengan terlebih dahulu diberi label pada ibu jari
kakinya atau bagian tubuh lain. (Pengambilan sidik jari dapat juga dilaksanakan di
2) Penanganan Saksi.
yang dilakukan dapat diperoleh beberapa saksi yang dapat digolongkan mana
saksi-saksi yang diduga keras terlibat dengan tindak pidana yang terjadi dan mana
keras terlibat dalam tindak pidana yang terjadi guna mendapatkan keterangan-
Repertum.
3) Penanganan Pelaku.
ke Dokter dan mintakan Visum et Repertum serta di ambil sidik jarinya untuk
dapat dirumuskan sebagai salah satu sarana identifikasi (jangan sampai sempai
pelaku mencuci bekas-bekas noda darah atau sperma dan lain-lainnya atau
b) Makin jarang dan tidak wajar suatu barang ditempat kejadian, makin
sebagai barang bukti bila terdapat karakteristik yang tidak umum dari barang
tersebut.
mengambil sidik jari latent yang mungkin tertinggal pada barang-barang tersebut
c. Identifikasi fotografi
39
Ibid, Hal. 39.
c) Filing
peradilan.
meneliti cara kerjanya seseorang melakukan suatu kejahatan, yang berarti dalam
yang pernah berhasil melakukan suatu kejahatan dengan cara atau teknik tertentu,
maka ada tendensi bahwa cara yang sama akan dilakukan kembali oleh pelaku
yang mana korban ditemui di TKP dalam keadaan terikat dengan tali, maka cara-
cara yang dipergunakan untuk membuat simpul tali pengikat, dapat dibedakan
dicari/dicurigai;
pengadilan;
ad. d . Sinyalemen
keadaan saksi yang biasanya dalam keadaan masih tergoncang, sehingga sulit
adalah yang bersifat umum seperti tinggi badan, pakaian yang digunakan, bahasa
(dialek), dan sebagainya. Kemudian yang bersifat khusus seperti bentuk kepala,
rambut, warna kulit, bentuk alis, hidung, dan sebagainya. Tiap orang mempunyai
ciri-ciri yang berlainan dari orang lain, seperti sikap, cara berbicara, berjalan,
tanda-tanda badaniah tertentu dan sebagainya yang bersifat detail, yang sedapat
40
Gerson W. Bawengan, op.cit, Hal. 13
Keterangan singkatan :
41
Pusident Bareskrim Polri, Daktiloskopi Kriminil Dalam Mendukung Scientivic Crime
Investigation, POLDASU, 2006, Hal.1
pemeriksaan (BAP).
Pidana Pembunuhan.
manusia, dan hewan. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari, baik yang
karena pernah tersentuh dengan kulit telapak tangan/kaki. Identifikasi sidik jari
sendiri dapat diartikan sebagai berikut yaitu, proses penentuan dua atau lebih sidik
jari yang berasal dari jari yang sama dengan membandingkan garis papilairnya. 42
Sidik jari dalam ilmu daktiloskopi digolongkan dalam tiga golongan besar
yaitu, golongan L (dari kata loops berarti sangkutan) terdiri dari ulnair loop,
42
H.R. Abdussalam, op.cit, Hal.167
golongan yaitu sangkutan, busur, dann tiang busur. Sedangkan golongan W dibagi
atas lima golongan lagi yaitu,lingkaran, saku sisi, sangkutan kembar, saku dalam
gambar luar biasa. Golongan ketiga ialah Arches (berarti lengkungan) yang dibagi
43
Andi Hamzah, op.cit, Hal. 22
44
Dokumentasi Reserse Polri Pusat Identifikasi Polresta Pematang Siantar
1) Visible impression, adalah Sidik jari yang dapat langsung dilihat tanpa
3) Plastic impression, adalah sidik jari yang berbekas pada benda yang lunak
Ilmu sidik jari didasarkan atas tiga dalil yang nyata, yang mendasari
1) Setiap orang mempunyai ciri garis sendiri dan tidak sama dengan yang
lain.
2) Ciri garis sidik jari sudah terbentuk sejak janin berusia 120 hari (empat
Sidik jari latent (SJL) adalah bekas tapak jari, telapak tangan, dan telapak
kaki, baik yang terlihat maupun tidak, yang tertinggal pada permukaan benda di
TKP, setelah benda tersebut dipegang atau diinjak. Ada beberapa faktor yang
yang mempengaruhi usia dari sidik jari latent ini diantaranya yaitu; keadaan
dimaksud dengan garis papilairnya adalah, detail garis atau karakteristik garis
pada sidik jari yang terdapat pada ruas kedua dan ruas ketiga dari jari yang
terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki beserta jari-jari, yang mempunyai
Dan berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak pernah ada dua
orang yang mempunyai sidik jari yang sama; dan bahwa garis sidik jari pada
pengetahuan tentang sidik jari itulah merupakan asal mula dipergunakannya sidik
jari sebgai sarana untuk mengungkap suatu tindak pidana dan upaya untuk
menemukan pelakunya. 46
pemanfaatan sidik jari sebagai salah satu sarana identifikasi. Dalam kasus tindak
pidana pembunuhan perumusan sidik jari yang tepat dan akurat akan sangat
dicurigai
45
Pusident Bareskrim, op.cit, Hal. 5
46
H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, loc.cit.
47
Pusident Bareskrim Polri, Daktiloskopi Kriminil Dalam Mendukung Scientivic Crime
Investigation, POLDASU, 2006.
sudut.
dapat terlihat.
C). Pengambilan sidik jari (misalnya; pengambilan sidik jari dari orang yang
diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan karena berada di TKP atau sekitar TKP)
1) Petugas pengambil sidik jari dan orang yang akan diambil sidik
tangan kiri.
meja, dari sisi kuku kiri ke sisi kuku kanan atau sebaliknya.
rapat/rata dan nampak jelas garis papilairnya serta 1/3 bagian ruas
jari.
adalah:
licin
dilakukan tindakan yaitu dengan membawa barang bukti yang diduga terdapat
sidik jari latent nya ke laboratorium daktiloskopi forensik untuk diproses. Untuk
mengembangkan data sidik jari tersebut melalui keterangan ahli. Cara kedua yaitu
membandingkan keterangan ahli mengenai data terbanding antara sidik jari yang
ada dalam dokumentasi Kepolisian dengan data sidik jari yang diperoleh di TKP
pembunuhan dan hasil pemotretan sidik jari para tersangka atau terdakwa. Yang
mana pengembangan sidik jari yang diperoleh di TKP (sidik jari latent) secara
48
Ibid, Hal. 9
unsur-unsur atau larutan kimia, yaitu untuk pengembangan sidik jari yang
ditemukan pada permukaan benda yang berpori seperti: kertas, koran, kayu yang
dicat, dan sebagainya. 49 Unsur atau larutan kimia yang dimanfaatkan dalam
a. Uap yodium
b.Larutan ninhydrin
a) Uap yodium
Jenis alat yang digunakan adalah; pipa peniup yodium, lemari penguap
yodium, dan kantong plastik. Cara pengembangannya yaitu, pipa peniup yodium
yang sudah terisi (yodium crystal, glass wool) kemudian ditiupkan dan bila sidik
b) Larutan ninhydrin
Benda yang diduga ada sidik jari nya diolesi dengan larutan ninhydrin ini
49
H. R. Abdussalam, Forensik, Restu Agung, 2006, Hal. 172
gambarnya.
Benda / kertas yang diduga ada sidik jari latentnya diolesi dengan larutan
silver nitrat ini, atau bisa juga dicelupkan saja. Lalu panaskan benda / kertas yang
telah diolesi dengan larutan silver nitrat tesebut, dengan memanfaatkan sinar
matahari atau lampu. Barulah setelah beberapa waktu sidik jari latent akan
muncul.
Larutan ini dimanfaatkan untuk mengembangkan sidik jari latent yang ada
pada selotip/lakban/isolasi (benda yang bagian dalamnya ada perekat) yang biasa
digunakan untuk membungkus kado, paket, merakit bahan peledak, dan lain-lain.
Caranya adalah dengan terlebih dulu isolasi atau benda dibuka dengan
tersebut ke dalam larutan gentian violet, lalu isolasi kemudian dicuci dengan air
yang mengalir, lalu keringkan dan sidik jari latent akan kelihatan.
diduga ada pada benda yang permukaanya basah,berlemak, atau berkarat. Caranya
ke benda yang diduga ada sidik jari latent nya tersebut, lalu setelah itu cuci
permukaan benda dengan air, dan setelah sidik jari kelihatan dapat dipotret dan
CA (super glue) ini baik sekali untuk mengembangkan sidik jari latent
pada benda yang permukaan nya keras, seperti plastik, metal, kayu, dan
sebagainya. Dengan cara letakkan benda dalam kotak kantong yang dapat ditutup
dan letakkan segelas air panas dalam kotak. Lalu buka satu lembar CA (super
glue) dan tempelkan pada dinding kotak dengan selotip, kotak ditutup sehingga
penguapan akan terjadi, dan sidik jari latent akan muncul berwarna putih. 50
perkara (TKP) pembunuhan yang dilakukan dengan metode serbuk ini, ada dua
jenis serbuk yang biasa digunakan yaitu, serbuk biasa dan serbuk magnet. Dan
digunakan pada permukaan yang terang, berwarna putih digunakan pada benda
pengembangan sidik jari adalah dalam hal pengembangan sidik jari latent pada
permukaan benda yang tidak menyerap keringat (non-poros), seperti pada kaca,
50
Pusident Bareskrim Polri (POLDASU), op.cit, Hal. 15-20
7) Dan sidik jari yang sudah kelihatan langsung diambil gambarnya sebelum
Sidik jari latent yang lebih dulu telah dibubuhi serbuk sebelum diangkat /
transparan secukupnya, letakkan pita di atas sidik jari latent, urut pita tersebut
diatas sidik jari latent sampai rata, kemudian angkat pita sekali tarik, dan
Penggunaan lifter karet ini dibedakan atas; permukaan benda yang telah
dibubuhi dengan serbuk hitam diangkat dengan rubber lifter berwarna putih, untuk
yang menggunakan serbuk putih diangkat dengan rubber lifter hitam, dan untuk
yang menggunakan serbuk abu-abu diangkat dengan rubber lifter berwarna putih.
penutupnya, tempelkan lifter di atas sidik jari latentnya, kemudian tarik perlahan
akan terbalik.
Untuk benda yang terdapat sidik jari latent yang sudah bercampur darah,
debu, atau sidik jari latent yang terdapat pada permukaan benda yang lunak seperti
mentega, permen, atau sabun tidak perlu dikembangkan dengan serbuk tapi dapat
langsung diambil gambarnya / dipotret. Dan untuk pengangkatan sidik jari latent
dengan menggunakan lifter, baik lifter transparan maupun lifter karet maka
setelah terdapat / terisi sidik jari latent harus diberi label/pengenal yang memuat;
korban, asal sidik jari latent yang diangkat (sidik jari latent diangkat dari),
perkara (TKP) pembunuhan dilakukan dan diangkat serta diperoleh gambar atau
lukisan dari sidik jari latent (garis-garis papilairnya), maka langkah atau tahap
sidik jari latent ke sidik jari pembanding (sidik jari yang diketahui). Untuk
menentukan apakah kedua sidik jari mempunyai bentuk lukisan yang sama,
artinya dilihat apakah aliran garis-garis papileir antara kedua sidik jari tersebut
sama.
51
Ibid, Hal. 11-14
yang dibandingkan tidak sama, maka sudah pasti kedua sidik jari tersebut tidak
sama. Dan bila bentuk pokok lukisan/aliran garis papileir kedua sidik jari tersebut
sama maka pemeriksaan yang lebih rinci harus dilakukan lebih mendetail.
1) Menentukan salah satu galton detail pada sidik jari latent, kemudian
memeriksa galton detail yang sama dengan sidik jari pembanding / yang
diketahui.
2) Menentukan galton detail yang kedua (dekat titik awal) pada sidik jari
latent, dan juga galton detail yang kedua pada sidik jari pembanding /
cukup.
Untuk menentukan dua sidik jari yang sama atau identik, ada beberapa
1) Bentuk pokok lukisan sidik jari antara sidik jari latent dengan sidik jari
pembanding.
tersebut
detail antara kedua sidik jari (sidik jari latent dan sidik jari pembanding) harus
3) Jumlah titik persamaan (galton detail yang sama jenis, bentuk arah dan posisi)
maka :
a) Jika titik persamaannya 11-12 atau lebih, berarti keidentikan nya pasti.
dengan hal-hal seperti; kejelasan sidik jari, adanya core atau delta, bentuk
52
Pusident Bareskrim Polri (POLDASU), Daktiloskopi Kriminil Dalam Mendukung
Scientivic Crime Investigation, 2006.
antara sidik jari latent dengan sidik jari yang diketahui (sidik jari pembanding)
jumlah internal garis papiler antara kedua sidik jari (sidik jari latent yang
diperoleh dari lokasi kejadian atau TKP pembunuhan dengan sidik jari
untuk menemukan atau mencari orang (orang-orang) yang memiliki sidik jari
latent yang ditemukan di TKP untuk kemudian dapat dijadikan sebagai tersangka
sidik jari ini para pelaku akhirnya bisa tertangkap dan diajukan ke pengadilan dan
sidik jari yang sudah dikembangkan atau diproses dapat berfungsi sebagai alat
53
Unit Identifikasi BARESKRIM Polresta Pematang Siantar.
54
H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, op.cit, Hal. 32
teknologi. 55
pengetahuan tentang sidik jari bagi tiap-tiap penyidik Polri dari bawahan sampai
dengan atasan, sebenarnya suatu keharusan yang harus dimiliki, sebab bukti-bukti
sudah sangat banyak bahwa persentase yang paling besar penjahat atau pelaku
kejahatan dapat tertangkap karena pembuktian sidik jari. Sidik jari di samping
ciri-ciri manusia lainnya adalah alat yang ampuh untuk mencari dan menemukan
pelaku kejahatan. Maka hati-hatilah dengan tiap-tiap cap jari yang ditemukan di
tempat kejadian perkara (TKP), karena cap-cap jari atau bekas sidik jari ini dapat
sudah tersimpan di data base Polri yang disebut Computer Aided Automatic
55
H.R Abdussalam, Forensik, 2006, Hal. 179
kejelian dan kesabaran. Sehingga untuk memaksimalkan fungsi atau peranan sidik
jari dalam proses identifikasi harus dilakukan secara profesional oleh petugas-
petugas yang tentunya ahli di bidang daktiloskopi (sidik jari) ini. Karena apabila
pengambilan atau pengembangan sidik jari ini dilakukan secara tidak profesional,
maka data sidik jari yang ada di data base komputer Bareskrim Polri tidak akan
berguna atau tidak ada manfaatnya sama sekali. Dan tenaga-tenaga penyidik
Kepolisian. 57
TKP juga sangat mendukung dalam melaksanakan proses identifikasi suatu tindak
jari latent yang terdapat atau ditemukan di tempat atau keadaan nya berbeda-beda
yang mungkin saja hal ini dapat menyebabkan kesulitan atau kendala dalam
pendukung atau pembantu dalam pengolahan sidik jari ini antara lain adalah
keberhasilan peranan sidik jari dalam proses identifikasi juga memerlukan sistem
kemajuan teknologi elektronik dan informatika, secara khusus bidang sidik jari
salah satu diantara sistem teknologi ini adalah ; piranti lunak komputer AFR
penyimpanan atau data base dari data sidik jari yang diperoleh. Di Indonesia
sendiri tercatat sudah memakai Morfo AFR system ini untuk memungkinkan
dengan berjuta sidik jari yang telah tersimpan dalam data base computer yang
dapat dilakukan hanya dalam waktu relatif singkat, namun sistem ini baru terdapat
58
Ibid, Hal. 33
Pembunuhan.
(TKP) sudah pasti terdapat sidik jari atau bekas-bekas lain, begitu juga di lokasi /
tempat kejadian perkara pembunuhan. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa untuk
dengan benda-benda di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), jadi pada benda-
benda tersebut kemungkinan besar akan tertinggal bekas sidik jari nya kecuali,
Dan berdasarkan hasil penelitian terungkap rahasia sidik jari yaitu, tidak
pernah ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama dan bersifat tetap.
Berawal dari hasil penelitian inilah orang menggunakan sidik jari untuk
Pengetahuan tentang sidik jari bagi tiap-tiap penyidik Polri dari bawahan sampai
dengan atasan, sebenarnya suatu keharusan yang harus dimiliki, sebab bukti-bukti
sudah sangat banyak bahwa persentase yang paling besar penjahat atau pelaku
kejahatan dapat tertangkap karena pembuktin sidik jari. Sidik jari di samping ciri-
ciri manusia lainnya adalah alat yang ampuh untuk mencari dan menemukan
pelaku kejahatan. Maka hati-hatilah dengan tiap-tiap cap jari yang ditemukan di
tempat kejadian perkara (TKP), karena cap-cap jari atau bekas sidik jari ini dapat
59
H. Hamrat Haid dan Harun M. Husein, op.cit. Hal. 30
jari di Kepolisian sendiri telah dibentuk satuan tugas yang khusus menangani
masalah sidik jari dan pemeriksaan sidik jari di laboratorium Markas Besar Polri
(Mabes Polri) ditangani oleh para ahli sidik jari. Secara umum manfaat yang
satu bukti materiil, yang mana tidak pernah berubah dan tidak
sama pada setiap orang sehingga sidik jari ini sangat efektif,
60
Harun M. Hussein, loc.cit.
61
Pusident Bareskrim Polri (POLDASU), Daktiloskopi Kriminil Dalam Mendukung
Scientivic Crime Investigation, 2006. Hal.7
pembunuhan yang ditahan dan sebagai dokumentasi para pelaku kejahatan yang
(2). Sebagai upaya melacak para pelaku kejahatan khususnya tindak pidana
sengaja dan tanpa disadari, meninggalkan bekas sidik jari (sidik jari latent) di
Agar sistem sidik jari ini dapat berperan / berfungsi dalam proses
pembunuhan maka harus didukung beberapa hal seperti yang telah dijabarkan
dengan rinci pada uraian sebelumnya, yang secara ringkas sebagai berikut :
(POLRES).
informasi.
sidik jari ini para pelaku akhirnya bisa tertangkap dan diajukan ke pengadilan dan
sidik jari yang sudah dikembangkan atau diproses dapat berfungsi sebagai alat
Berdasarkan hasil riset yang diperoleh dari Polres pematang Siantar yaitu
Pematang Siantar, maka secara umum diketahui kendala - kendala yang dihadapai
sendiri yang menguasai atau ahli dalam bidang identifikasi sidik jari
identifikasi sidik jari serta sarana dan prasarana yang juga tidak merata
62
H. Hamrat Haid, SH dan Harun M. husein, SH, loc.cit.
4) Kesulitan - kesulitan yang juga ditemui oleh petugas atau para ahli sidik
1. Dua sidik jari akan sulit atau mungkin tidak dapat diidentifikasi
antara kedua bekas sidik jari (sidik jari latent dan yang sudah
dilakukan identifikasi.
D. Contoh Kasus.
Pemanfaatan sidik jari ini sebagai sarana identifikasi dalam tindak pidana
Pada hari Senin tanggal 21 Juli 2008 sekitar pukul 06.30 WIB, pelapor
bernama Ng Teng Yu alias Berkat selaku pemilik toko Andalas Jl. Merdeka
simpang Jl. Bandung No. 104 Kel. Dwikora Kec. Siantar Barat kota Pematang
Siantar. Ketika pelapor Ng Teng Yu alias Berkat hendak membuka pintu toko
nya sudah melihat situasi samping toko dipenuhi banyak orang berkerumun,
dan pada saat pelapor mendekati kerumunan tersebut ternyata ditemui seorang
yang tidak lain adalah abang kandung pelapor sendiri, dan keadaan orang
tersebut sudah bersimbah darah dan ditutupi dengan sehelai kain sarung, yang
mana diduga telah dibunuh oleh orang yang tidak dikenal. Selanjutnya pelapor
Kamis tanggal 24 Juli 2008 saat petugas Polsek Siantar Barat melaksanakan
patroli melihat seorang laki-laki tergeletak di jalan dalam keadaan tidak sadar
dikarenakan dia berniat untuk mencuri kabel listrik di belakang Pos Polisi
Pasar Horas Kec.Siantar Barat kota Pematang Siantar, dan alias Samsudin
seorang penjual buah di simpang Jl. Merdeka - Jl. Bandung yang diduga telah
dibunuh, laki-laki tersebut pada awalnya mengatakan tidak tau menau tentang
kejadian itu, dan kemudian mengatakan tidak merasa terlibat dengan kejadian
sampai terkumpul petunjuk dan barang bukti untuk dapat digunakan dalam
Dalam proses penyidikan ini kemudian pihak penyidik atau petugas Polisi
Polsek Siantar Barat P.Siantar menyertakan alat bukti berupa Surat visum et
63
Aiptu.Sihombing, Resume / Laporan Polisi No. Pol : LP / 38 / VII / 2008 / Siantar
Barat tgl. 21 Juli 2008. (Putusan Perkara Pidana dengan Register No. 330/Pid.B/2008/PN-PMS.
Pematang Siantar)
bukti berupa :
petugas dengan salah satu nya adalah melakukan identifikasi sidik jari, yang mana
pada tahap ini beberapa hal yang dilakukan adalah seperti berikut: Cara
jari latent; perumusan sidik jari latent; penyidikan sidik jari mayat/korban;
penyidikan sidik jari tersangka/pelaku; membuat foto sidik jari; memaparkan sidik
di tempat kejadian perkara (TKP) dan di sekitar TKP pembunuhan yang antara
lain pisau lipat, pisau belati, mancis berwarna biru dan barang lainnya, dengan
melakukan pengolahan dan pengembangan sidik jari latent yang diperoleh dari
interogasi yang telah dilakukan oleh pihak petugas Polsek terhadap beberapa
Dengan sebelumnya telah dilakukan interogasi dan pengambilan sidik jari serta
data sinyalemen dari yang bersangkutan. Maka ditemukan kesamaan pola /bentuk
pokok lukisan sidik jari yang ditemukan di TKP dengan sidik jari saudara Hari
Hutabarat yang berarti dengan kata lain penyidik atau petugas identifikasi
menemukan keidentikan antara sidik jari pembanding dengan sidik jari latent.
petugas menaikkan status Harri Hutabarat dari saksi menjadi tersangka pelaku dan
kemudian menjadi terdakwa dalam proses peradilan. Sidik jari dan data-data lain
yang sudah dikembangkan atau diproses tersebut dapat dijadikan sebagai alat
diajukan beberapa barang bukti seperti yang disebutkan di atas, dan juga hasil dari
pengolahan serta pengembangan sidik jari latent yang diperoleh. Yang mana
bukti yang sterusnya menjadi salah satu dari beberapa pertimbangan majelis
Hakim dalam membuat atau merumusakan isi putusan nya, yang salah satunya
adalah menyatakan benar bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
telah melakukan pembunuhan dengan menggunakan sebuah pisau belati yang dari
pada pisau tersebut oleh petugas penyidik/identifikasi diperoleh sidik jari latent
yang berkesesuaian atau identik dengan sidik jari saudara terdakwa Harri
Hutabarat. 64
64
Aiptu.Sihombing, loc.cit
A. Kesimpulan
manusia, dan hewan. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari, baik
Identifikasi sidik jari sendiri dapat diartikan sebagai berikut yaitu, proses
penentuan dua atau lebih sidik jari yang berasal dari jari yang sama dengan
Dalam kasus tindak pidana pembunuhan perumusan sidik jari yang tepat
sidik jari (misalnya; sidik jari dari orang yang berada tepat di TKP atau di
jari dalam proses identifikasi. Pada tahap yang terakir inilah merupakan
tahap yang paling utama karena dilakukan untuk dapat menentukan apakah
kedua sidik jari mempunyai bentuk lukisan yang sama dan merupakan
sidik jari yang identik, artinya dengan melihat apakah aliran garis-garis
papileir antara kedua sidik jari tersebut sama. Untuk menentukan dua sidik
jari yang sama atau identik, ada beberapa faktor yang harus dinilai atau
antara sidik jari latent dengan sidik jari pembanding, yaitu: harus sama
jenis dan bentuk galton detail antara kedua sidik jari (sidik jari latent dan
sidik jari pembanding) harus sama bentuk, posisi, dan arahnya; c) Jumlah
titik persamaan (galton detail yang sama jenis, bentuk arah dan posisi)
maka : jika titik persamaannya 11-12 atau lebih, berarti keidentikan nya
dikuatkan dengan hal-hal seperti; kejelasan sidik jari, adanya core atau
delta bentuk pokok lukisan sidik jari yang jarang dijumpai. Hubungan
internal garis papiler antara kedua sidik jari (sidik jari latent yang
diperoleh dari lokasi kejadian atau TKP pembunuhan dengan sidik jari
memiliki sidik jari latent yang ditemukan di TKP untuk kemudian dapat
pembunuhan.
2) Secara umum manfaat yang didapat dari fungsi sidik jari ini adalah :
ciri, umum, khusus / sinyalemen, foto serta tanda tangan. Ini digunakan
sidik jari sebagai salah satu bukti materiil, yang mana tidak pernah
berubah dan tidak sama pada setiap orang sehingga sidik jari ini sangat
efektif, evisien dan akurat. Lebih luasnya sistem sidik jari mempunyai
namun secara tidak sengaja dan tanpa disadari, meninggalkan bekas sidik
jari (sidik jari latent) di tempat kejadian perkara (TKP). Secara umum
penggunaan sistem sidik jari dalam proses identifikasi, yaitu antara lain :
sendiri yang menguasai atau ahli dalam bidang identifikasi sidik jari
dan prasarana yang juga tidak merata dimiliki setiap Resort Kepolisian.
pengolahan sidik jari secara cepat dan akurat juga terbatas. Kesulitan -
kesulitan yang juga ditemui oleh petugas atau para ahli sidik jari dalam
melakukan identifikasi, yaitu : 1)Dua sidik jari akan sulit atau mungkin
tidak dapat diidentifikasi jika berbeda tipenya; 2)Bekas sidik jari yang
yang tidak sempurna atau kabur karena tergores, terkena noda, atau
bertumpang tindih dengan bekas-bekas sidik jari lainnya. Meskipun hal ini
jari yang telah direkam dan yang didapatkan di tempat kejadian perkara
bukan merupakan ilmu yang khusus, tetapi tergantung pada keahlian dan
pengalaman dari ahli tersebut. Jika telah memenuhi sifat-sifat antara kedua
bekas sidik jari (sidik jari latent dan yang sudah direkam), maka
tercatat di dalam file Kepolisian sebelumnya. Namun sistem file yang ada
masih banyak data sidik jari yang belum lengkap,artinya tidak terekam
sidik jari bagi tiap-tiap penyidik Polri dari bawahan sampai dengan atasan
sidik jari ini sebagai sarana identifikasi, maka seharusnya sudah dapat
menjadi kurang efektif. Jadi diharapkan bagi pemerintah untuk lebih serius
Indonesia.
Aiptu Sihombing, Resume / Laporan Polisi No. Pol : LP / 38 / VII / 2008 / Siantar
Hamzah, Andi, Pengusutan Perkara Kriminal Melalui Sarana Teknik dan Sarana
________ Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Arikha Media Cipta, Jakarta
1993.
Cipta, 1991.
1983.
Soedjadi, Brigadir Jendral Polisi (Direktur Reserse Polri) dan Kafandi, Jendral
Indonesia.
www.mabespolri.com.