Anda di halaman 1dari 138

SKRIPSI

“PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG


TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011”

(Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

RAHMAT ARI SEPTIAWAN

090200421

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA


(Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG
TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI TINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011

(Study Kasus PT. Kontak Perkasa Future)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

Rahmat Ari Septiawan


090200421

Mengetahui:
Ketua Departemen Hukum Perdata

Dr.H.Hasim Purba, SH.M.Hum


NIP. 19660303198508100

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof.Dr.Tan Kamello, SH.MS Ramli Siregar SH, M.Hum


NIP. 196204211988031004 NIP. 195303121983031002

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Ucapan Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan Iman dan ilmu pengetahuan yang luas yang

diberikan kepada manusia untuk kesejahteraan, penerang jalan hidup dan sebagai

langkah menuju peradaban yang abadi. Salawat serta salam kemuliaan kepada

Rasulullah Muhammad SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam

penyelesaian studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan untuk

memperoleh gelar

sarjana Hukum. Skripsi ini berjudul PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH

PERUSAHAAN PIALANG TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA

KOMODITI DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

2011

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan,

wawasan, serta bahan literatur yang penulis dapatkan. Oleh karena itu penulis

menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk

semakin menambah wawasan dan ilmu penulis.

Pada dasarnya penulisan skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri,

melainkan banyak pihak yang membantu, baik dari sisi material berupa data maupun

Universitas Sumatera Utara


do’a, kritik dan saran serta semangat yang begitu besar, sehingga dalam penulisan

skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan bahagia penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini maupun kepada semua pihak yang menjadi bagian penting selama penulis

menjalankan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara (USU), yaitu

Yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. .Syahril Pasaribu, DTMH., MSc (CTM)., SpA(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara,. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan bagi

penulis untuk menyelesaikan pendidikan Kenotariatan di Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

3. Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum USU.

4. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

USU.

5. Bapak M. Husni, SH, M.Hum. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

USU.

6. Bapak Dr.Hasim Purba,SH,M.Hum. Selaku Ketua Dapertemen Perdata Fakultas

Hukum USU.

Universitas Sumatera Utara


7. Ibu Sinta Uli, SH,M.Hum. Selaku ketua Dapertemen Perdata dagang Fakultas

Hukum USU.

8. Ibu Rabiatul Syahriah, SH.Mhum selaku sekretaris Dapertemen Perdata Fakultas

Hukum USU

9. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS. Selaku Dosen Pembimbing I dalam

penulisan skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi

maupun dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak Ramli Siregar SH, M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan

skripsi ini yang penuh kesabaran membimbing penulis baik dalam studi maupun

dalam penulisan skripsi ini.

11. Para Guru Besar Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan memberikan dorongan kepada penulis yang tidak

bisa sebutkan satu persatu.

12. Abang-abang dan Kakak-Kakak karyawan tata usaha Fakultas Hukum USU yang

telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk

kuliah sampai penulis menyelesaikan Skipsi ini.

13. Manager beserta staf PT. Kontak Perkasa Future yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan data sehingga Skripsi ini selesai.

Yang Tercinta :

1. Kedua Orang Tuaku H.Nazar Juah (Alm) dan Hj. Nurbaiti, yang telah

melahirkan, membesarkan, mendidik serta membimbing penulis dalam

Universitas Sumatera Utara


mengarungi bahtera kehidupan hingga mencapai gelar akademik ini. yang tanpa

bosan terus mengucurkan kasih sayangnya, harapannya, materi dan segalanya.

kakanda Nasrul Hadi, ST,.MT/Nani Fety Wulandari SE , Indra Juni Putra

SP/Yoan Immanolisa Shaptieni SH, M.Kn, Andrizal SE/Bunga Agustine Rizki

SE, Gusni Arif S.Si /Dindy Oktaviani, SE, Deski Ariato SH,.Mkn/Herli Novia

Amd.Keb, Nurhayani Amd.Keb yang telah menjadi bagian dari hidup penulis.

2. Kepada Rekan-rekan pengurus, adinda-adinda, kakanda-kakanda teman-

teman seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas

Hukum Universitas Sumatra Utara yang telah memberi motivasi dan pengalaman

berorganisasi bagi penulis di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, rekan-rekan lainnya seperti :

M.Dipo Syahputra Lubis (Ketua Umum HMI Komisariat Fakultas Hukum USU

Periode 2012-2013), Septya Maulid Siregar (Sekretaris Umum HMI Komisariat

Fakultas Hukum USU periode 2012-2013), M Akbar Siregar, Dhirgan Afriyanda

Segara, Sari Ramadani Lubis, Amanda Nandatama, Rabithah Khairul, Anggia

Putri Rambe, Muhammad Angga Putra, Tiesa Saleh, Hamdan, Rasoki Pardomuan

Lubis, Fadhlillah, Mutiara Parwita, Rahma Sari, Hary Azhar Ananda, M Fairuz

Zein Hasibuan, dan rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis sebutkan

satupersatu, yang telah membantu penulis baik dengan motivasi maupun canda

tawa dan tetap Yakin Usaha Sampai

Universitas Sumatera Utara


3. Kepada teman-teman GLC_Projection : IPDA.Yudhi Anugrah Putra, Wisman

Goklas, Jhonatan Gery Boy, Jigoro Lumbanraja, Alvonso manihuruk SH,

Maulana Zulfadli, Dina krisyanti Rupang, Leonardi siringo-ringo, Rivai Sihaloho,

Ichan Abdillah, yang selalu setia menemani dalam suka maupun duka.

4. Kepada teman-teman Ikatan Pelajar Mahasiswa Rokan Hulu-Medan

(IPMAROHU-MEDAN) Delfi Ardiansyah ST, Opiye Putra Daulay, Rian, Tami,

Ikhsan, Pindo lubis, Al muzafri STp.

5. Kepada teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan

2009.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

semua pihak, semoga Allah SWT meridhoi kita semua. Dan semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan hukum di negara Indonesia. Yakin

Usaha Sampai.

Alhamdulillah Hirobbil Alamin…

Medan, Oktober 2013

Penulis

Rahmat Ari Septiawan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG
TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI BERDASARKAN
KONTRAK BERJANGKA DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR
10 TAHUN 2011
(STUDY KASUS PT.KONTAK PERKASA FUTURES PEKANBARU)

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................. 7

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan ............... 7

D. Keaslian Penulisan .................................................. 9

E. Tinjauan Pustaka ..................................................... 9

F. Metode Penelitian .................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ............................................. 19

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG


DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
DI INDONESIA
A. Pengertian Perusahaan Pialang Berjangka .............. 22

Universitas Sumatera Utara


1. Dasar Hukum Pialang berjangka........................ 24

2. Kaidah dan Asas Hukum ................................... 31

a. Kidah Hukum ............................................... 31

b. Asas Hukum ................................................ 46

B. Kegiatan Usaha Pialang Berjangka ......................... 51

C. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka 58

1. Hak-Hak Perusahaan Pialang ............................. 58

2. Kewajiban Perusahaan Pialang .......................... 59

D. Hubungan Perusahaan Pialang dengan Nasabah .... 66

E. Izin Wakil Pialang Berjangka .................................. 68

BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH


DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA
A. Sejarah Perdagangan Berjangka................................. 70

B. Perdagangan Berjangka di Indonesia ......................... 74

1. Hukum Positif Pada Perdagangan Berjangka ....... 76

C. Bentuk-Bentuk Perdagangan Berjangka di Indonesia 78

1. Alur perdagangan multilateral…………………… 80

2. Alur perdagangan bilateral………….. ................ 80

D. Manfaat Perdagangan Berjangka ............................... 85

E. Resiko Perdagangan Berjangka .................................. 89

Universitas Sumatera Utara


1. Analisis Fundamental............................................ 91

2. Analisis Teknikal .................................................. 94

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DI BIDANG


PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
A. Perlindungan Bagi Calon Nasabah Dalam Tahap Pra Transaksi

Perdagangan Berjangka ....................................................... 101

B. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pelaksanaan Transaksi

Perdagangan Berjangka ....................................................... 106

C. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pasca Transaksi Perdagangan

Berjangka............................................................................. 109

D. Jaminan Yang Dibeikan Oleh Perusahaan Pialang Kepada

Nasabah/Investor Dalam Kaitannya Perlindungan Hukum Konsumen

............................................................................................. 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Keimpulan ..................................................................... 121

B. Saran .............................................................................. 122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERUSAHAAN PIALANG
TERHADAP PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011.
Oleh :
Rahmat Ari Septiawan
090200421
Skripsi ini membahas tentang perlindungan hukum nasabah perusahaan
pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan berjangka komoditi,untuk mengetahui
peranan dari perusahaan pialang dalam menyelenggarakan transaksi perdagangan
berjangka komoditi dan untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan
oleh perusahaan pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan
perusahaan pialang dalam hal ini adalah PT..Kontak Perkasa Future dan
nasabah/investor; dan untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi
perdagangan berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam,
dan khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif yaitu suatu bentuk
penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang
menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Adapun teknik pengumpulan data
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, study kepustakaan,
pengamatan atau observasi langsung kelapangan. Adanya pasar bebas maka
kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang perdagangan Berjangka) untuk
memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan pialang Berjangka semakin terbuka.
Di sisi lain, kondisi tersebut dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam
hal ini Pialang Berjangka) dan konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah
berada pada posisi yang lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih
keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor
utama yang menjadi kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran
nasabah akan hak-haknya masih sangat rendah di tambah lagi dengan tidak semua
perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin usaha dari bappebti, oleh
sebab itu diperlukan suatu perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang di
dalam perdagangan berjangka komoditi yangdi atur dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

`PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana

investor mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang besar,

dengan adanya potensi keuntungan ini perdagangan berjangka yang merupakan jenis

investasi yang tergolong baru di Indonesia, menarik minat masyarakat. Besarnya

animo masyarakat terhadap industri perdagangan berjangka secara langsung maupun

tidak langsung menyebabkan munculnya banyak perusahaan pialang berjangka,

sayangnya tidak semua perusahaan pialang berjangka yang muncul memiliki izin

usaha dari Bappebti, oleh sebab itu maka diperlukan suatu perlindungan hukum bagi

nasabah perusahaan pialang di dalam perdagangan berjangka komoditi.

Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka

Indonesia yang sudah sangat telat di banding Negara lain yang telah memulai

perdagangan sejak abad lalu. Akibat kendala di atas maka sosialisasi akan perlunya

pasar perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Jo Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 1997 tentang BAPPEBTI Menyebutkan :

Universitas Sumatera Utara


“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka
adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan
margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak
derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”

Kontarak berjangka komoditi adalah suatu komitmen tetap untuk

menyerahkan atau menerima sejumlah komoditi tertentu dengan kualitas yang telah

ditetapkan sepanjang masa sebelum jatuh tempo dan harga di bentuk melalui lelang

terbuka terus menerus di bursa berjangka. 1 Contohnya, petani padi, untuk

mengamankan panennya dari fluktuasi harga yang masih 3 (tiga) bulan lagi padi itu

dipanen, si petani ini mencari pembeli untuk hasil panennya yang akan diserahkan 3

bulan kemudian dengan perjanjian diawal mengenai harga dan waktu penyerahan

yang kemudian didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangaka. Yang diatas itulah

pengertian perdagangan berjangka secara garis besarnya

Globalisasi daan liberisasi komoditi mengharuskan Pemerintah

mengantisipasi fluktusai harga komoditi, Indonesia harus mendesain struktur

manejemen resiko yang khusus untuk mengakomodasi tidak hanya resiko harga tetapi

juga termasuk resiko lainnya yang berasosiasi dengan komoditi. Masyarakat harus

memanfaatkan semua alternative yang tersedia bagi pengelolaan resiko termasuk

segala bentuk perlindungan asuransi yang mencakup fluktuasi harga, asuransi

tanaman, kondisi iklim dan penggunaan instrument keuangan

1
Hanafi Sofyan, Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia ,Alex Media, Jakarta,
2000, Hlm. 179.

Universitas Sumatera Utara


Kebutuhan penggunaan pasar berjangka semakin besar dalam menghadapi

pasar bebas dan globalisasi. Atas dasar tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan

peraturan mengenai perdagangan berjangka pada tahun 1997, terbitlah Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPPEBTI) sekarang telah di rubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2011 yang memberikan pengaturan dan regulasi secara garis besar dan mengenai

perdagangan berjangka di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai pihak-pihak

yang terkait dalam perdagangan berjangka, antara lain badan pengawas perdagangan

berjangka komoditi (BAPPEBTI) yang merupakan pengawas tertinggi, bursa

berjangka merupakan sebagai pihak yang menyelanggarakan dan menyedikan sitem

dan/atau sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka, lembaga kliring berjangka

sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana

untuk kegiatan pelaksanaan kliring dan menjamin transaksi pedagangan berjangka,

pialang berjangka sebagai pihak yang bertransaksi untuk kepentingan nasabah, dan

pedagang berjangka sebagai pihak yang melakukan transaksi untuk rekeningnya

sendiri.

Untuk bursa berjangka Indonesia saat ini mempunyai 2 (dua ) bursa

berjangka, yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT. bursa komoditi dan

derivative Indonesia (BKDI). Untuk lembaga kliring berjangka saat ini ada 2 (dua)

lembaga kliring berjangka ,Yaitu PT.kliring berjangka Indonesia (KBI) dan PT.

Universitas Sumatera Utara


Indentrust Secuirity Internasional (ISI). Perdagangan berjangka komoditi berbeda

dengan perdagangan di pasar modal. Pada dasar nya pasar berjangka adalah pasar

primer, karna harga di tentukan oleh komoditi yang kontraknya di perjual belikan di

bursa sedangkan pasar modal adalah pasar sekunder, karena harga nya bergantung

pada kinerja perusahaan (go public) yang saham nya di perjual belikan.

Perbedaan lain dapat dilihat dari tujuan nya. Pasar modal di selenggarankan

dengan tujuan mobilisasi dana suatu perusahan dengan menjual saham perusahaan ,

sedangkan perdagangan berjangka di selenggarakan dengan tujuan untuk pengalihan

resiko dari fluktuasi harga. Dari segi bentuk perdagangan nya, dalam pasar modal

yang terjadi adalah perdagangan secara fisik dimana jual beli saham secara fisik,

sehingga terjadi serah terima saham secara fisik dengan kewajiban membayar 100%

dari transaksi, sedangkan perdagangan berjangka yang di perdagangkan adalah janji

atau kesepakatan untuk menyerahkan atau menerima suatu barang tertentu di

kemudian hari, penjual dan pembeli dalam pasar berjangka wajib menyerahkan

sejumlah dana, sekitar 5-10 % dari nilai komoditi yang di transaksi sebagai margin 2.

Adapun transaksi kontrak berjangka dapat terjadi baik di dalam maupun di

luar bursa. Kontrak berjangka yang ditransaksikan di dalam bursa diatur dengan

Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang komoditi yang dapat dijadikan

Subjek Kontrak Berjangka, sementara untuk kontrak berjangka yang ditransaksikan

di luar bursa diatur dalam Peraturan Kepala BAPPEBTI Nomor

2
http://www.bappebti.go.i d/perdagangan berjangka komoditi ,di unduh 24 april 2013

Universitas Sumatera Utara


72/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang kontrak derivatif yang diperdagangkan dalam

sistem perdagangan alternatif. perdagangan berjangka menawarkan banyak

kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya resiko. speculator berjangka

yang berinvestasi di komoditi berjangka sama hal nya dengan mereka yang

berinvestasi pada saham, obligasi dan property yaitu mengambil keuntungan dengan

mengambil resiko tentunya dengan ekspetsi mendapatkan keuntungan dari

pergerakan harga.

Sebagai suatu sarana lindung nilai, perdagangan berjangka memiliki ciri high

risk high return. Kemungkinan nasabah untuk mendapatkan keuntungan dari

transaksi kontrak berjangka sama besarnya dengan kemungkinan kerugian. Nasabah

dapat menderita kehilangan seluruh dana yang telah disetorkan. Kegunaan pasar

berjangka sama dengan seabad yang lalu : yaitu menyediakan mekanisme yang

efisien dan efektif untuk menajemen resiko harga bagi produsen dan konsumen

komoditi dengan melindungi resiko nya yang di ambil alih oleh spekulan. Jelas tanpa

adanya spekulan pasar akan kurang bergairah, dan bursa akan hidup jika banyak

locals, yaitu perdagangan berjangka yang mengmbil resiko dari produsen dan

pengguna komoditi dengan maksud untuk mendapat kan keuntungan yang berarti,

dengan menganalisa pasar dengan cermat, speculator menginvestasikan modalnya

atas resiko yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya

juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara

Universitas Sumatera Utara


lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 beserta peraturan pelaksanaannya

juga telah memberikan pengaturan mengenai perlindungan terhadap nasabah, antara

lain prosedur pemberian izin bagi pialang berjangka, pengaturan mengenai prinsip

Know Your Customer, kewajiban menyetorkan dana ke rekening terpisah,

pengelolaan rekening terpisah, mekanisme penyaluran amanat, serta sanksi apabila

terjadi pelanggaran terhadap peraturan.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 juga mengatur mengenai

penyelesaian apabila terjadi perselisihan perdata di antara para pihak dalam

perdagangan berjangka. Semua ketentuan ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada nasabah. Walaupun peraturan perundang-undangan di bidang

perdagangan berjangka memberikan aturan sedemikian rupa sebagai upaya

memberikan perlindungan bagi nasabah, dalam prakteknya banyak nasabah yang

merasa tidak puas atau dirugikan dalam transaksi.

Menyikapi hal tersebut dia atas, maka pada kesempatan ini penulis ingin

mengupas tentang persoalan perlindungan hukum terhadap nasabah / investor yang

Universitas Sumatera Utara


melakukan transaksi perdagangan berjangka komoditi pada perusahaan pialang

berjangka, kedalam skripsi yang berjudul

“Perlindungan hukum nasabah perusahaan pialang terhadap perdagangan

berjangka komoditi berdasarkan kontrak berjangka di tinjau dari undang-

undang nomor 10 tahun 2011 tentang bappebti (study kasus pt.kontak perkasa

futures pekanbaru)”

B. Perumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah peran serta perusahaan pialang berjangka dalam transaksi

dan perjanjian perdagangan berjangka komoditi?

2. Mengapa diperlukan perlindungan hukum bagi nasabah dalam perdagangan

berjangka komoditi?

3. Bagaimanakah aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka yang berlaku

saat ini dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatera Utara. Selain itu berdasarkan

permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai oleh

penulis yakni

Universitas Sumatera Utara


1. Untuk mengetahui peranan dari perusahaan pialang PT..Kontak Perkasa

Future dalam menyelenggarakan transaksi dan perjanjian di bidang

perdagangan berjangka komoditi

2. Untuk mengetahui aspek perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan

pialang terhadap perjanjian yang telah dilakukan antara perusahaan PT.

Kontak Perkasa Future dan nasabah/investor; dan

3. Untuk mengetahui legalitas dan pengawasan dalam transaksi perdagangan

berjangka itu kepada nasabah, pelaku bisnis, kepada masyarakat awam, dan

khususnya pada perususahaan pialang berjangka di Indonesia.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yakni:

1. Secara Teoretis

Dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai perusahaan pialauntuk

tercapainya perlindungan hukum bagi nasabah/investor dalam transaksi

perdagangan berjangka komoditi di Indonesia saat ini.

2. Secara Praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut

mengenai dasar perlindungan hukum dalam transaksi perdagangan berjangka

komoditi pada perusahaan pialang berjangka di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


D. Keaslian Penulisan

Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan

Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Uu No 10 Tahun 2011 Perubahan Atas Uu No 32

Tahun 1997 tentang Bappebti, yang diangakat menjadi judul skripsi ini merupakan

hasil karya penulis sendiri dan belum pernah di tulis sebelumnya di lingkungan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,

Maka dapat dikatakan penulisan skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat

dasar-dasar yang telah ada baik melalui literature-literatur yang di peroleh dari

perpustakaan, dari media masa , baik media cetak, maupun media elektronik, yang

dituangkan dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan riset ke lapangan.

Apabila ternyata suatu saat nanti terdapat judul dan permasalahan yang sama dengan

skripsi ini dibuat,maka akan di pertanggung jawabkan sepenuhnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, yang menjadi dasar penelitian adalah teori pasar bebas

yang dikemukakan oleh Adam Smith 3 Memasuki era pasar bebas, banyak tantangan

dan persaingan yang harus dihadapi oleh dunia usaha, termasuk di dalamnya industri

3
Adam Smith dalam bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of The Wealth of
Nations (1776) mengemukakan idenya mengenai pasar bebas yang bergerak menurut mekanisme
pasar. Pasar bebas ini mengarah pada perdagangan bebas dimana dalam perdagangan bebas
terdapat persaingan di antara para pelaku usaha

Universitas Sumatera Utara


perdagangan berjangka. Kondisi yang demikian pada satu pihak member manfaat

bagi konsumen (dalam hal ini nasabah di perdagangan Berjangka) karena dengan

adanya pasar bebas maka kebebasan konsumen (dalam hal ini nasabah di bidang

perdagangan Berjangka) untuk memilih produk dan jasa dari suatu perusahaan

pialang Berjangka semakin terbuka. Di sisi lain, kondisi tersebut dapat

mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (dalam hal ini Pialang Berjangka) dan

konsumen (nasabah) menjadi tidak seimbang. Nasabah berada pada posisi yang

lemah dan menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraih keuntungan yang sebesar-

besarnya oleh pelaku usaha (Pialang Berjangka). Faktor utama yang menjadi

kelemahan konsumen (nasabah) adalah tingkat kesadaran nasabah akan hak-haknya

masih sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme perlindungan

kepada nasabah.

Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 tentang perdagangan berjangka

komoditi menyebutkan bahwa :

“Perdagangan berjangka komoditi yang selanjutnya di sebut perdagangan berjangka


adalah segala sesuau yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penarikan
margin dan dengan penyelasaian kemudian berdasarkan kontrak berjangka, kontrak
derivatif syariah, / kontrak derivatif lainnya.”. 4

“Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap
derivatif dari Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”. 5

“Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut


Bappebti adalah lembaga pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan,
pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka”. 6

4
Undang-Undang nomor 10 tahun 2011 Pasal 1 angka 1
5
Ibid Pasal 1 angka 2

Universitas Sumatera Utara


“Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”. 7

“Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau
menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di dalam
kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka”. 8

“Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga


Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi Perdagangan Berjangka”. 9

“Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan
sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan transaksi Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai
dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka”. 10

“Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut


Anggota Kliring Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak
untuk menggunakansistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat
hak dari Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan
penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”. 11

“Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah


badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas
amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu
sebagai Margin untuk menjamin transaksi tersebut”. 12

“Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif


lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa
Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

6
Ibid Pasal 1 angka 3
7
Ibid Pasal 1 angka 4
8
Ibid Pasal 1 angka 5
9
Ibid Pasal 1 angka 9
10
Ibid Pasal 1 angka 15
11
Ibid Pasal 1 angka 16
12
Ibid Pasal 1 angka 17

Universitas Sumatera Utara


Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri
sendiri atau kelompok usahanya.” 13

“Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak


Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola
oleh Pialang Berjangka” 14

“Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada
Nasabah yang bukan Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau
kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya
sebagai Pialang Berjangka”. 15

“Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh
Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring
Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk
menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya”. 16

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka metode penelitian yang digunakan

antara lain :

1. Spesifikasi penelitian

Dalam menyusun skripsi ini digunakan penelitian yuridis normatif, yaitu suatu

bentuk penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik pelaksanaan hukum positif, yang

menyangkut dengan permasalahan yang diselidiki. Dalam penelitian ini tidak hanya

dilakukan pengolahan data dan penyusunannya, tetepi yang lebih penting adalah

13
Ibid Pasal 1 angka 21
14
Ibid Pasal 1 angka 22
15
Ibid Pasal 1 angka 23
16
Ibid Pasal 1 angka 24

Universitas Sumatera Utara


analisis dan interpretasi atas data yang telah didapat tersebut agar diketahui

maksudnya. Dalam pelaksanaannya penelitian ini merupakan suatu penelitian

lapangan, sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan

permasalahan-permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan

pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di PT. kontak perkasa future yang

sedang penulis teliti.

Penelitian normatif 17 adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan

meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Berdasarkan tujuan yang hendak

dicapai pada penelitian ini, maka metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian

ini adalah metode pendekatan yuridis empiris. 18 Pendekatan yuridis digunakan untuk

menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perlindungan hukum nasabah

perusahaan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi di tinjau dari Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2011 (study kasus pada PT.Kontak Perkasa Futures,

Cabang pekanbaru), sedangkan pendekatan empiris dipergunakan bukan semata-mata

sebagai suatu seperangkat aturan perundang-undangan yang bersifat normatif, akan

tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat, selalu berinteraksi dan

berhubungan dengan aspek kemasyarakatan, seperti politik, ekonomi, social dan

budaya.

17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-
PRESS), 2012, Hal 13-14
18
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI-
PRESS), 2012, Hal 6

Universitas Sumatera Utara


Berbagai temuan lapangan yang bersifat individual akan dijadikan bahan utama

dalam mengungkapkan permasalahan yang di teliti dengan berpegang pada ketentuan

yang normatif.

2. Sumber dan jenis data

Data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini terdiri dari data sekunder dan

data prime.

a. Data sekunder 19

Data sekunder adalah data yang didapat dari penelitian kepustakaan dengan

cara study dokumen atau tulisan yang telah dipublikasikan oleh penulisnya,

dibedakan menjadi :

1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan

terdiri dari :

a). Norma atau kaidah dasar yaitu Undang –Undang dasar 1945

b). Peraturan dasar

(1) batang tubuh UUD 1945

(2) ketetapan MPR.

c). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek)

d). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi.

19
Amirudin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003) Hal 31-32

Universitas Sumatera Utara


e). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi.

f). Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

g). Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Perdagangan Berjangka Komoditi

h). Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 tentang Komoditi yang Dapat

Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka

i). Peraturan Kepala Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 dan Nomor

64/BAPPEBTI/Per/9/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang

Berjangka

j). Bahan hukum yang tidak dikodefikasikan

Yang dimaksud dengan kodefikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum

tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. 20

k). Yurissprudensi

Yang dimaksud dengan yurisprudensi ialah keputussan hakim terdahulu

yang sering diikuti dan dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian

mengenai masalah yang sama. 21

2). Bahan Hukum Sekunder

20
C. S. T. kansil,” Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pusataka,
Jakarta, 1982, hal. 70
21
Ibid hal 47

Universitas Sumatera Utara


Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer

seperti :

a). Buku-buku hasil karya para serjana.

b). Hasil-hasil penelitian

c). Berbagai hasil pertemuan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan


yang dibahas

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber yang

dianggap mengetahui segala informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang

berupa pengalaman praktik dan pendapat subyek penelitian tentang segala sesuatu

yang berkaitan dengan perlindungan hukum nasabah perusahaan pilang terhadap

perdagangan berjangka komoditi (study kasus PT. Kontak Perkasa Future cabang

Pekanbaru).

c. Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang terdiri dari :

a). Kamus Hukum

b). Kamus-kamus lainnya yang menyangkut penelitian ini.

3. Alat Pengumpulan Daata

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Wawancara

Wawancara (interview) adalah situasi peran antara pribadi bertatap

muka (face to face), untuk seseorang yang dirancang untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang

responden 22. Metode wawancara dianggap sebagai metode yang paling efektif

dalam pengumpulan data primer dilapangan, karene interviewer dapat

bertatap muka langsung dengan responden untuk menyatakan fakta-fakta

yangada dan pendapat (opinion ) maupun persepsi dari responden.

Wawancara ini, responden yang diwawancarai adalah Syahyuda

Ningsih sebagai wakil pialang berjangka PT.Kontak Perkasa Future cabang

Pekanbaru dengan Nomor SK 558/BAPPEBTI/SI/10/2011 dari Bapebbti yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara ini

diharapkan dapat memberikan gambaran dalam praktik tentang perlindungan

hukum nasabah perusahan pialang terhadap perdagangan berjangka komoditi

ditinjau dari Undang-Undang Nomor 10 TAHUN 2011 tentang Perdagangan

Berjangka Komodit (study kasus PT.Kontak Perkasa Future).

b. Studi Kepustakaan

Dipergunakan untuk mendapatkan landasan-landasan teoritis berupa

pendapat-pendapat atau tulisan-tulisan para ahli atau pihak-pihak lain yang

22
Fred F. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavorial, (Yogyakarta : Gajahmada University
Press, Cetakan kelima, 1996) hal 770

Universitas Sumatera Utara


berwenang dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk

ketentuan-ketentuan formal maupun melalui data naskah resmi yang ada.

c. Pengamatan atau observasi

Adapun tujuan utama daripada pengamatan atau observasi, adalah antara lain :

a) Mendapatkan data yang menyeluruh dari perilaku manusia atau

sekelompok manusia, sebagaimana terjadi didalam kenyataannya. Hal ini

memungkinkan peneliti untuk memahami perilaku yang diamati dalam

prosesnya.

b) Mendapatkan deskripsi yang relative lengkap mengenai kehidupan social

atau salah satu aspeknya.

c) Mengadakan eksplorasi (penjelajahan)

Dari sudut prosedurnya, maka dibedakan antara pengamatan terlibat

(“participant observation”), dengan pengamatan tidak terlibat (“non

participant observation”) 23.

4. Analisis Data

Analisis dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan interpretasi secara logis,

sistematis, dan konsisten sesuai dengan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data

dan sifat data yang diperoleh. Dalam menganalisis data menganalisis data penelitian

ini dipergunakan system primer dan data sekunder yang telah disusun secara

sistematis kemudian di analisa secara kualitatif dengan menggunakan metode

deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan
23
Ibid hal 22

Universitas Sumatera Utara


membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan

berbaggai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga

memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang di rumuskan. Dari hasil

penelitian tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal

yang bersifat umum menuju ke hal yang bersifat khusus, yang merupakan jawabab

atas permasalahan yang ada dalam penelitian ini. 24

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka

diperlukan suatu sestematika penulisan yang teratur yang penulis bagi dalam

bab per bab, dimana masing-masing bab ini saling berkaitan antara satu sama lain.

Adapun yang menjadi sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V (lima) Bab

diamana terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan,dan sistematika

penulisan.

24
H.B Sutopo, metedologi penelitian hukum kualitatif (Surakaarta: UNS Press, 1998), Hal 37

Universitas Sumatera Utara


BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG

DALAM TRANSAKSI DAN PERJANJIAN PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

Meliputi pengertian perusahaan pialang berjangka, dasar hukum pialang

berjangka, kaidah an asas hukum, kegiatan usaha pialang berjangka, hak

dan kewajiban perusahaan pialang berjangka, hubungan perusahaan

pialang dengan nasabah, izin wakil pialang berjangka yang diberikan

oleh bappebti

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI PERDAGANGAN

BERJANGKA

Meliputi sejarah perdangan berjangka, perdagangan berjangka di

indonesia, hukum positif pada perdagangan berjangka,manfaat

perdagangan berjangka, resiko perdagangan berjangka

BAB IV PERATURAN PERLINDUNGAN NASABAH DI BIDANG

PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Meliputi perlindungan bagi calon nasabah dalam tahap pra transaksi

perdagangan berjangka, perlindungan bagi nasabah dalam tahap

pelaksanaan transaksi perdagangan berjangka, perlindungan bagi

nasabah dalam tahap pasca transaksi perdagangan berjangka, jaminan

yang dibeikan oleh perusahaan pialang kepada nasabah/investor dalam

Universitas Sumatera Utara


kaitannya perlindungan hukum konsumen, permasalahan penerapan

aturan perlindungan nasabah dalam berdagangan berjangka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Meliputi Kesimpulan dan Saran serta di ikuti dengan Daftar Pustaka dan

Lampiran.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM

TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA

A. Pengertian Perusahaan Pialang

Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah

pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di

bursa. 25

Perusahaan Pialang melakukan suatu transaksi yaitu membeli dan menjual

(menawarkan) efek di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor.

Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau

penjualan jika sudah mnendapat perintah dari Investor.

Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang

tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya.

Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas

nama perusahaan pialang itu sendiri. 26

25
Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo, 2004), hal.6
26
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Jadi dapat disimpulkan perusahaan pialang yang selanjutnya disebut Pilang berjangka

adalah badan usaha yang melakukan kegiatan sebagai perantara jual beli kontrak

berjangka untuk dan atas perintah/amanat dari pihak ketiga (nasabah) dan berhak

menarik uang jaminan (margin) atas setiap transaksi tersebut sesuai dengan

peraturan. 27

Pialang berjangka merupakan professional utama dalam kegiatan transaksi

perdagangan berjangka ini, pialang berjangka adalah satu-satunya profesioanal yang

boleh menerima amanat (order) dari nasabah dan diteruskan untuk ditransaksikan

dipasar berjangka. Pialang berjangka mewakili nasabahnya dalam semua urusan yang

berhubungan dengan bursa berjangka dan lembaga kliring berjangka.

Kegiatan usaha sebagai pialang berjangka hanya dapat dilakukan oleh anggota

bursa berjangka yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memporoleh izin

usaha pialang berjangka dari Bappebti, serta memiliki integritas keuangan serta

integritas pribadi yang baik, reputasi bisnis yang baik dan memiliki kacakapan dan

profesi dan adanya wakil pialang berjangka.

Untuk melindungi nasabahnya, pialang berjangka wajib mengetahui keadaan

kemampuan nasabahnya, baik dari segi keuangan (financial),, pengetahuan nasabah

mengenai perdaganagan berjangka dan juga menjamin nasabahnya untuk tidak

melakukan tindakan yang bertentangan dagan peraturan yang berlaku.

Dalam melaksanakan kegiatannya ,pialang berjangka ini wajib menunjuk wakil

pialang berjangka sebagai tenaga profesioanal yang telah lulus ujian yang di
27
Johanes Arifin Wijaya, Bursa Berjangka , (Yokyakarta : Andi) 2002, Hal 15

Universitas Sumatera Utara


selenggarakan oleh Bappebti dan semua kegiatan yang berhubungan dengan nasabah

dilakukan oleh wakil pialang berjangka.

Wakil pialang berjangka adalah orang perseorangan yang berdasarkan kesepakatan,

melaksanakan sebagian fungsi pialang berjangka, dalam melaksanakan tugas nya,

wakil pialang berjangka harus mendapatkan izin dari bappebti. 28

1. Dasar Hukum Pialang Berjangka

Semua operasi yang berhubungan dengan industri berjangka dan pegawainya

secara ketat diatur dan dilisensi oleh Bappebti, lembaga pemerintah yang berada di

bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Badan ini sama dengan Bapepam

yang mengawai pasar modal. Bappebti dapat berbagi kekuasaannya dengan asosiasi

berjangka. Fungsi utama asosiasi berjangka adalah untuk memastikan melalui self-

regulation standar perilaku yang tinggi dan profesionalisme serta tanggungjawab

keuangan atas nama individu dan organisasi yang menjadi anggotanya seperti :

pialang, IB, CTA, pool operator, AP, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan

tanggungjawab keuangan, asosiasi melakukan audit berkala dari catatan keuangan

dan lainnya dari anggotanya, memonitori praktek penjualan, dan menyediakan

mekanisme arbitrase bagi sengketa yang berhubungan dengan transaksi berjangka

antar anggota asosiasi dengan publik yang berinvestasi. 29

28
ibid
`29 Hanafi sofyan, “ Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia “, (Jakarta : PT.Elex
Media Komputindo, 2000) hal. 184 op .Cit.

Universitas Sumatera Utara


Setiap orang yang mengirimkan dananya untuk berinvestasi di perusahaan pialang

harus tahu status perusahaan yang akan di lakukan untuk investasi / bisnis. Apakah

perusahaan tersebut memiliki legitimasi dan terdaftar sebagai pialang dan memiliki

lisensi Bappebti. Untuk mencek apakah perusahaan pialang dan individu yang

bekerja perusahaan tersebut dapat dipercaya, maka dapat langsung menanyakan ke

Bappebti, Bursa, dan Asosiasi. 30

Perusahaan PT. Kontak Perkasa Futures misalnya, dalam hal ini terdaftar dan juga

penasihat memiliki lisensi dari Bappebti, serta anggota Bursa dan Lembaga Kliring.

Seperti yang kita lihat bahwa untuk menanamkan investasi, seorang Nasabah /

Investor harus memilih perusahaan yang baik untuk di jadikan lahan investasi. Seperti

di Jakarta misalnya hampir disetiap gedung di segitiga emas terdapat minimal satu

perusahaan futures. Perusahaan tersebut ada yang resmi dan ada yang tidak resmi.

Perusahaan yang resmi akan selalu tercatat dalam pengawasan Bappebti. Untuk itu

harus berhati-hati jika mendapatkan penawaran untuk melakukan forex trading dari

perusahaan futures namun perusahaan tersebut tidak terdaftar di Bappebti.

Cara untuk melakukan pengecekan apakah sebuah perusahaan futures merupakan

anggota Bappebti atau bukan adalah dengan mengunjungi website nya ataupun di

alamat Graha Mandiri, Jalan Imam Bonjol No. 61, 4 th Fl Indonesia. 10310

30
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan, guna menjamin bahwa perusahaan pialang

yang kita pilih benar-benar bertanggung jawab, dan menjadi tempat yang aman untuk

melakukan kegiatan investasi yakni sebagai berikut :

1. Siapa pemegang saham utama perusahaan pialang tersebut.

2. Berapa lama perusahaan pialang tersebut telah beroperasi.

3. Berapa banyak tenaga profesional yang telah memiliki ijin dari Bapebti

4. Berapa besar komisi yang dibebankan kepada nasabah/Investor.

5. Apakah perusahaan pialang itu memiliki bagian riset? Mintalah contoh laporan

risetnya.

6. Bagaimanakah format laporan bulanan kepada Investor? mintalah contohnya.

7. Berapa besar asuransi yang ditutup oleh perusahaan pialang tersebut untuk

melindungi rekening investor, jika terjadi kebangkrutan

8. . Apakah perusahaan pialang itu anggota KPEI (Kliring Penjamin Efek

Indonesia).

9. Apakah perusahaan Pialang itu anggota bursa? Kalau tidak, pada perusahaan

pialang manakah ordernya diteruskan.

10. Apakah perusahaan pialang tersebut menyimpan saham Investor / Nasabah dalam

bentuk rekening di KSEI (Kastodian Sentral Efek Indonesia).

Universitas Sumatera Utara


11. Dapatlah ditunjukan kepada Anda, contoh order yang sudah dikonfirmasi yang

menjamin order telah dilaksanakan sesuai prioritas harga dan waktu 31

Selain itu dapat juga kita ketahui bahwa tidak semua perusahaan pialang sama karena

yang komisinya ( Commision fee) murah ada juga yang mahal, ada yang

pelayanannya lengkap, tetapi ada juga pelayanannya tidak lengkap (misalnya tidak

menyediakan analisis dan penasihat investasi). Perusahaan yang memberikan

pelayanan yang lengkap biasanya komisinya mahal.

Tidak semua saham dapat dijadikan agunan kredit bank. Hanya yang terdaftar

dan yang diperjualbelikan dipasar modal yang memenuhi syarat. Ketentuan ini

bertujuan membatasi terjadinya spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan

komite kredit (loan committee) untuk menerima saham yang belum dikenal kekuatan

nilainya.

Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum, sangat realistis dan objektif. Syarat ini

merupakan pendorong ke arah pembinaan pengembangan perusahaan yang benar-

benar ditanggung organisasi, permodalan dan menejemennya. Hanya perusahaan

yang berkualitas yang berani menempatkan prospectusnya secara terbuka untuk

memperoleh pendaftaran 32

31
Sawidji Widoatmodjo,. Op. Cit,. hal 7
32
Margarita, “perlindungan hukum terhadap pembeli saham yang digadaikan”, (Medan :
USU Press, 2010) hal. 79

Universitas Sumatera Utara


Selain hal diatas, sangat disarankan untuk setiap investor menjalankan investasinya

pada pialang yang memiliki izin resmi dari pemerintah.

Daftar Pialang-pialang Berjangka yang memiliki azin resmi dari pemerintah dapat

dilihat pada http://www.bappebti.go.id/data/perusahaanpialang.

Ciri-ciri pialang illegal adalah :

a. Tidak terdaftar di BBJ.

b. Tidak terdaftar di Bappebti.

c. Tidak terdaftar di KBI.

d. Tidak mempunyai Ijin transaksi luar negeri

1). Bursa Berjangka di Jakarta

Fungsi utama BBJ adalah menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan

bertransaksi Kontrak Berjangka. Harga ditentukan melalui metode elektronis, melalui

interaksi antara permintaan dan penawaran dalam sistem perdagangan. Berikut detail

tentang BBJ 33

a). Didirikan pada tanggal 21 November 2000.

b). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak

Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis

perdagangan berjangka di Indonesia.

33
Dikutip dari http;//www.legalitas-forex-trading-pialang-di-indonesia.html,. Diakses hari
selasa, tanggal 25 juni 2013.

Universitas Sumatera Utara


c). Menyediakan fasilitas bagi anggota untuk bertemu dan bertransaksi Kontrak

Berjangka atau pasar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli semua jenis

perdagangan index, komoditi dan forex.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi atau Bappebti dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka

Komoditi merupakan salah satu unit eselon I berada di bawah naungan Departemen

Perindustrian dan Perdagangan berikut detail dengan Babeppti :

a) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang perdagangan

Berjangka Komoditi, Berjangka serta pasar fisik dan jasa.

b) Situs resmi : http://www.Bappebti.go.id.

c) Perusahaan terdaftar di http://www.bappebti.go.id/data/perusahaanpialang.asp

d) Unit eselon I berada di bawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

e) Bertugas melaksanakan pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan

perdagangan. 34

Secara praktis Bappebti berfungsi sebagai pengawas keamanan bertransaksi dalam

semua perdagangan berjangka di Indonesia, termasuk di dalamnya Forex Trading.

Secara aktif Bappebti mengeluarkan berbagai regulasi dan peraturan dengan tujuan

34
Dikutip dari http://www.bappebti.go.id/edukasi/glossary. Diakses hari Kamis, tanggal 25
juni 2013

Universitas Sumatera Utara


menjaga keamanan investor dalam bertransaksi di bidang perdagangan komoditi

berjangka.

2). PT. Kliring Berjangka Indonesia (KBI) adalah suatu perusahaan negara

(BUMN) yang telah mendapat izin usaha dari Bappebti untuk melakukan

penyelesaian dan penjaminan transaksi perdagangan berjangka di bursa berjangka.

Berikut detail tentang KBI 35 :

a) Didirikan pada tanggal 25 Agustus tahun 1984

b) Salah satu otoritas pada Industri Berjangka dan Derivatif di Indonesia yang saat ini

dimiliki secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia.

c) Berfungsi untuk mendukung kegiatan perdagangan secara teratur, wajar, aman dan

efisien.

d) Dari sisi investor, keberadaan KBI menjamin bahwa setiap dana yang

diinvestasikan melalui pialang tidak disalah gunakan untuk kegiatan perusahaan

pialang secara pribadi dengan menunjuk Bank Penyimpan untuk Segregated

Account dari pialang untuk menampung dana Nasabah.

3). Definisi Segregated Account : Rekening terpisah dari Perusahaan Pialang yang

menampung dana nasabah sehingga jika Pialang mengalami insolvency, dana

Nasabah dapat diamankan. Seperated bank account to hold customer funds so that if

35
ibid

Universitas Sumatera Utara


a brokerage house becomes insolvent, the customers' funds will be readily

recognizable and will not be tied up in litigation period of times. 36

2. Kaidah dan Asas Hukum Kegiatan Pialang Berjangka

a. Kaidah Hukum

Kaidah-kaidah hukum perdata umumnya termuat dalam kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Di samping itu, tentu saja juga kaidah-

kaidah hukum perdata adat, yang tidak tertulis, tetapi ditunjuk oleh pengadilan-

pengadilan dalam perkara-perkara tertentu.

Kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah hukum antra pelaku

usaha penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa dengan konsumennya

masing-masing termuat dalam:

1. KUH Perdata, terutama dalam Buku kedua, ketiga, dan keempat;

2. KUHD, Buku kesatu dan Buku kedua;

3. Berbagai peraturan perundang-undangan lain yang memuat kaidah-kaidah

hukum bersifat perdata tentang subjek-subjek hukum, hubungan hukum dan

36
Dikutip dari http://www.bappebti.go.id/edukasi/glossary.asp Diakses hari selasa, tanggal 25
juni 2013

Universitas Sumatera Utara


masalah antara penyedia barang atau penyelenggara jasa tertentu dan

konsumen. 37

Beberapa hal yang dinilai penting dalam hubungan konsumen dan penyedia barang

dan/atau penyelenggara jasa (pelaku usaha) antara lain sebagai berikut.

1) Hal-Hal yang Berkaitan dengan Informasi

Bagi konsumen, informasi tentang barang dan/atau jasa merupakan kebutuhan

pokok, sebelum ia menggunakan sumber dananya untuk mengadakan transaksi

konsumen tentang barang/jasa tersebut. Dengan transaksi konsumen dimaksudkan

diadakannya hubungan hukum (jual beli, beli-sewa, sewa-menyewa, pinjam-

meminjan, dan sebagainya) tentang produk konsumen dengan pelaku usaha itu.

Informasi-informasi tersebut meliputi tentang ketersediaan barang atau jasa yang

dibutuhkan masyarakat konsumen/nasabah, tentang kualitas produk, keamanannya,

harga, tentang berbagai persyaratan dan/atau cara memperolehnya tentang jaminan

atau garansi produk, persediaan suku cadang, tersedianya pelayanan jasa purna jual,

dan lain-lain yang berkaitan dengan itu.

Informasi dari kalangan pemerintah dapat diserap dari berbagai penjelasan, siaran,

keterangan, penyusun peraturan perundang-undangan secara umum dalam rangka

deregulasi, dan/atau tindakan pemerintah pada umumnya atau tentang suatu produk

37
Celina Tri Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008) hal
69

Universitas Sumatera Utara


konsumen. Dari sudut penyusunan suatu perundang-undangan terlihat informasi itu

termuat sebagai suatu keharusan.

Dalam perdagangan berjangka komoditi perusaahan pialang berjangka

mempunyai peraturan kepala bappebti untuk memberikan informasi kepada

nasaabahnya yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditi Nomor 63/Bappebti/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis

Perilaku Pialang Berjangka. Ketentuan Pasal 5 ayat (2) diubah sehingga Pasal 5

berbunyi sebagai berikut 38:

(1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai
Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut dalam
melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka.
(2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib:
a. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang tata cara
penerimaan Nasabah yang disetujui oleh Bappebti;
b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai
Perdagangan Berjangka kepada calon Nasabah;
c. Membuat materi pelatihan mengenai Perdagangan Berjangka yang paling sedikit
meliputi:
1) Peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka;
2) Pengetahuan tentang komoditi dan Kontrak Berjangka;
3) Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan
Berjangka;
4. Hak-hak dan kewajiban Nasabah; dan
5. Sarana penyelesaian perselisihan perdata.
d. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi Rekening Terpisah (Segregated
Account);
e. Menjelaskan bahwa dana Nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke Rekening
Terpisah (Segregated Account);

38
Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

Universitas Sumatera Utara


f. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada Nasabah;
g. Menyediakan sarana simulasi transaksi Perdagangan Berjangka bagi calon
Nasabah;
h. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang
pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui
Bappebti;
i. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan ruangan
penyelesaian (settlement room);
j. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung;
k. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari Nasabah dalam Kartu Amanat
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.15.;
l. Mengkonfirmasikan kepada Nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.16., dalam hal penyampaian
transaksi dilakukan secara tidak langsung oleh Nasabah;
m. Menyampaikan Laporan Transaksi Harian (Daily Statement) kepada Nasabah;
n. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai
sengketa keuangan;
o. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang
penanganan pengaduan Nasabah oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui
Bappebti; dan
p. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan
Nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan.
Diantara berbagai informasi tentang barang atau jasa konsumen yang

diperlukan konsumen, tampaknya yang paling berpengaruh pada saat ini adalah

informasi yang bersumber dalam bentuk iklan atau label, tanpa mengurangi pengaruh

dari berbagai bentuk informasi pengusaha lainnya.

2) Tentang Iklan

Iklan adalah bentuk informasi yang umumnya bersifat sukarela sekalipun

pada akhir-akhir ini termasuk juga yang di atur di dalam Undang-Undang Nomor 8

Universitas Sumatera Utara


Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (pasal 9, 10, 12, 13, 17, dan pasal

20) 39

KUH perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan/atau KUHD (Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang), keduanya diummumkan pada tanggal 30 april

1847 dalam staatblad No.23 dengan segala tambahan dan/atau membuat kaidah-

kaidah tentang periklanan.

Satu-satunya ketentuan termuat dalam KUH Perdata yang tampaknya digunakan

adalah ketentuan tentang perbuatan atau melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata),

yaitu sepanjang iklan tertentu menimbulkan kerugian pada pihak lain. Adapun dalam

undang-undang kepailitan, terlepas untuk siapa perundang-undangan itu berlaku,

khususnya menyangkut perilaku pengumuman iklan keputusan pengadilan tentang

pernyataan pailit dan segala akibat-akibatnya dari seseorang atau badan usaha (pasal

13 jis, pasal 16, 105, 163 c dan keseterusnya) 40

Menurut ketentuuan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, Pasal 9 ayat (1) berbunyi :

“pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, meng-iklankan suatu barang


dan/atau jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah dan seterusnya”.

39
Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen suatu pengantar, (Jakarta: diadit media, 2001), hal
55-57
40
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Sayangnya dalam undang-undang ini tidak dicantumkan apa yang dimaksud dengan

iklan, yang terdapat dalam perundang-undang ini hanyalah berbagai larangan dan

suruhan berkaitan dengan periklanannya saja. 41

Dari hal-hal tersebut diatas tentang kedudukan periklanan ini dalam masyarakat

usaha, setidaknya terdapat dua batasan iklan, yang satunya ditetapkan oleh

Dapertemen Kesehatan dan yang lainnya oleh Sistem Penyiaran Nasional. Tentu saja

tidak terlepas mana yang baik dan mana yang tepat.

Dapertemen kesehatan (Peraturan Mentri kesehatan Nomor 329 tahun 1976,

Pasal 1 Butir 13) menetapkan sebagai berikut :

“iklan adalah suatu usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan,

baik secara langsung maupun tidak langsung.”

Adapun sistem penyiaran nasional (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002

Tentang Penyiaran) pasal 1 butir (5) merumuskan siaran iklan adalah :

“siaran informasi yang berbentuk komersial dan layanan masyarakat tentang

tersedianya jasa, barang, dan gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan

atau yanpa imbalan kepeada lembaga penyiaran yang bersangkutan.

Menurut peraturan kepala badan pengawas perdagangan berjangka komoditi

nomor : 83/BAPPEBTI/per/06/2010 Tentang, tata cara pelaksanaan kegiatan promosi

41
Ibid

Universitas Sumatera Utara


atau iklan, pelatihan dan pertemuan di bidang perdagangan berjangka komoditi 42,

yaitu

Pasal 1 ayat (1)

menyebutkan bahwa : “ Promosi atau iklan adalah setiap pernyataan, penjelasan, atau
uraian mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perdagangan berhangka
yang disampaikan kepada masyarakat baik secara lisan maupun tertulis, melalui
media cetak, media elektronik, pertemuan resmi maupun tidak resmi.”

Pasal 3

menyenyebutkan bahwa pialang berjangka atau pengelola sentra dana bejangka


dalam melakukan kegiatan promosi atau ikalan, pelatihan, dan pertemuan dilararang
untuk :

1) Menggunakan cara tidak jujur atau menipu, yang tidak sesuai dengan fakta atau
secara sengaja menghilangkan fakta sehingga menyesatkan masyarakat;

2) Menggunakan cara pemaksaan;

3) Membuat pernyataaan bahwwa perdagagan berjangka merupakan sarana investasi


yang tepat bagi semua orang antara lain hanya boleh mengemukakan keuntungan
tanpa mengemukakan kemungkinan terjadinya kerugian

4) Membuat pernyataan yang dapat memperdaya masyarakat anatara lain dengan


menyembunyikan atau menghilangkan materi atau fakta, atau hanya
menyampaikan laporan keuntungan perdagangan yang diperoleh dimasa lampau
tanpa menjelaskan bahwa hal itu bukan cerminan keberhasilan di masa dating,
atau menyampaikan data kinerja masa lalu dan laporan keuangan termasuk
tingkat mengembalian investasi yang tidak berdasarkan perhitungan yang akurat
sesuai peraturan yang berlaku.

Sudah jelas bahwa didalam perdagangan berjangka komoditi juga mengatur

tentang segala bentuk iklan dalam kegiatan tersebut dan tata cara pelaksanaannya.

42
Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

Universitas Sumatera Utara


Mengenai perilaku periklanan yang lengkap diatur dalam pasal 17 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, adalah sebagai berikut :

1) Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang:


a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan
harga barang dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang
dan/atau jasa;
b. Mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. Memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang
dan/atau jasa;
d. Tidak memuat informasi mengenai risiko pemakaian barang dan/atau jasa;
e. Mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang berwenang
atau persetujuan yang bersangkutan,
f. Melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenaiperiklanan.
2) Pelaku usaha periklanan dilarang melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggar ketentuan pada ayat (1).

Selanjutnya, berkaitan dengan tanggung jawab pelaku usaha perikalanan ini diatur

dalam pasal 20, sebagai berikut.

Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang di produksi dan segala

akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Berkaitan dengan pelaku periklanan itu

yang dilararang dan tentang tanggung jawabnya itu, suatu hal yang perlu

dipertanyakan, siapakah pelaku usaha perikalanan itu? Dari sudut perikalan menurut

Az. Nasution terdapat tiga jenis pelaku usaha, yaitu 43

a. Pengiklan, yaitu perusahaan yang memesan iklan untuk mempromosikan,

memasarkan, dan/atau menawarkan produk yang mereka edarkan.

43
Ibid hal 245-246

Universitas Sumatera Utara


b. Perusahaan iklan, adalah perusahaan/biro yang bidang usahanya adalah

mendesain atau membuat iklan untuk para pemesannya

c. Media, media elektronik atau non elektronik atau bentuk media lain, yang

menyiarkan atau menayangkan iklan-iklan tersebut.

3) Hal-hal yang berkitan dengan perikatan

Dalam KUH Perdata Buku ke III, tentang perikatan (van verbintenissen), termuat

ketentuan-ketentuan tentang subjek-subjek hukum dari perikatan, syarat-syarat

perikatan, tentang resiko jenis-jenis perikatan tertentu, syarat-syarat pembatalannya,

dan beragai bentuk perikatan yang dapat diadakan (pasal 1233).

Selanjutnya Pasal 1234 menyebutkan jenis-jenis perjanjian (prestasi) yang dapat

diadakan terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat

sesuatu. 44

Perikatan yang terjadi karna undang-undang, dapat timbul karna undang-undang, baik

karna undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan seseorang, perbuatan itu

dapat berupa perbuatan yang diperbolehkan (halal) atau perbuatan yang melanggar

hukum (pasal 1352,1353, dan seterusnya).

Dalam perikatan yang timbul karna perjanjian, tidak dipenuhi atau

dilanggarnya butir-butir perjanjian itu, setelah di penuhinya syarat tertentu, dapat

44
Ibid hal. 73

Universitas Sumatera Utara


mengakibatka cedera janji (wanprestatie). Perbuatan cedera janji memberikan pada

pihak yang di cederai janji untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, kerugian, dan

bunga (pasal 1236 dalam hal perjanjian memberikan sesuatu, pasal 1239, dan Pasal

1242 dalam hal perjanjian atau tidak berbuat sesuatu, pasal 1243,1244,1246), dan

seterusnya.

Kerugian-kerugian itu selain dari biaya yang sungguh-sungguh telah

dikeluarkan, kerugian kerugian yang dialami, juga termasuk keuntungan

(winstderving) yang diharapkan yang tidak diterima karna perbuatan ingkar janji

tertentu.

Perikatan juga dapat terjadi tanpa adanya perjanjian. Antara lain, yang terpenting

terlihat pada perikatan karna terjadinya perbuatan atau kealpaan yang melanggar atau

melawan hukum (selanjutnya disebut PMH) 45

Apabila seseorang dirugikan karna karna perbuatan seseorang lain, sedang antara

mereka tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum suatu perjanjian), maka

berdasarkan undang-undang dapat juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara

orang tersebut dan orang yang menimbulkan kerugian itu.

Pasal 1365 KUH perdata berbunyi :

“Setiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.

45
Ibid. hal 77

Universitas Sumatera Utara


Unsur-unsur perbuatan Melawan Hukum 46 :

1) Unsur pelanggran atas hak-hak orang lain.

Yang dimaksudkan adalah hak-hak subjektif orang lain. Kedalamnya termasuk

hak-jak kebendaan dan lain-lain hak yang bersifat mutlak ( seperti hak milik,

oktroi, dan hak merek), hak-hak pribadi perseorangan (persoonlijk-rechten)

seperti hak-hak atas integritas (harga diri), kehormatan dan nama baik seseorang.

2) Unsur bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku

Yang dimaksud adalah kewajiban hukum yang diletakkan perundang-undangan

dalam arti materil, ditetapkan oleh lembaga yang berwenang, baik bersifat perdata

maupun public (misalnya perbuatan pelanggaran atau kejahatan seperti termuat

dalam KUHP)

3) Unsur bertentangan dengan kehati-hatian yang hidup atau harus diindahkan dalam

kehidupan masyarakat.

Sejak tahun 1919, unsur ini tampaknya merupakan unsur yang terpenting dalam

penetuan tolok ukur perbuatan melawan hukum. Ia menunjuk pada kebiasaan tidak

tertulis, yang dapat digunakan dalam dengan berdiri sendiri, baik secara terlepas dari

atau secara bersama-sama unsur-unsur lainnya. Pada pokoknya orang haruslah

memperhatikan perilaku yang dianggap patut (behoorlijk) dalam masyarakat

46
Mr. N.E Algra (voorzitter), poly yuridisch Zakboekj, Kon, PBNA, Arnhen 1987, hB1/ 110
dalam Az nasution, ibid hal. 81-82.

Universitas Sumatera Utara


dikaitkan dengan kepentingan perorangan satu sama lain. Mengenai penerapannya

harus dilihat kasus per kasus.

Perjanjian antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur

dalam KUH Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam pasal

1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka

perjanjian antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi Perjanjian

antara perusahaan Pialang Berjangka dengan nasabah tidak diatur dalam KUH

Perdata, tetapi dengan adanya asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1)

KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya, maka perjanjian

antara perusahaan Berjangka dengan nasabah dapat saja terjadi 47

Perjanjian antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor

dalam transaksi perdagangan berjangka komoditi harus berlandaskan pada Pasal

1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian bahwa 48 :

Syarat sahnya perjanjian ada empat yaitu :


1. Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu pendapat;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.

47
Dikutip dari http://www.bappebti.go.id. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013
48
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1320

Universitas Sumatera Utara


Syarat 1 dan 2 dinamakan syarat subyektif karena mengenai subyek yang

melakukan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat obyektif

karena mengenai obyek dari perjanjian tersebut. Apabila salah satu syarat subyektif

tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atas permintaan salah satu

pihak. Sedangkan jika salah satu syarat obyektif tidak terpenuhi maka perjanjian

tersebut batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu

perjanjian dan tidak pernah ada perikatan. 49

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata sebenarnya tidak mempermasalahkan media yang

digunakan dalam transaksi. Dengan kata lain Pasal 1320 KUH Perdata tidak

mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh

karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. Demikian

pula asal kebebasan berkontrak yang dianut KUH Perdata, para pihak dapat dengan

bebas menentukan dan membuat suatu perjanjian dalam bertransaksi yang dilakukan

dengan itikad baik. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.

Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan tersebut, tetap berlaku dan mengikat

para pihak karena perikatan tersebut merupakan Undang-undang bagi yang

membuatnya.

Dari perjanjian sebagaimana disebut diatas, Perjanjian antara Perusahaan

Pialang Berjangka dengan Nasabah / Investor dalam transaksi perdagangan berjangka

adalah dibuat dalam formulir-formulir yang telah dibakukan secara rinci dan cermat.

49
http ://www.dudung.net

Universitas Sumatera Utara


Dalam perjanjian transaksi tersebut, isinya direncanakan terlebih dahulu oleh para

pihak perusahaan pialang berjangka. Sehingga nasabah / investor tinggal

menyetujuinya saja apabila nasabah bersedia menerima aturan atau ketentuan dan

syarat-syarat yang telah dipersiapkan serta yang ditetapkan terlebih dahulu secara

sepihak oleh perusahaan pialang berjangka. Akibatnya perjanjian tersebut tidak

memberikan kesempatan kepada nasabah untuk membicarakan lebih lanjut klausula

yang diajukan oleh Pialang Berjangka. Syarat-syarat itu berlaku bagi siapapun juga

yang mengikatkan diri dalam perjanjian itu atas dasar prinsip take it or leave it, tanpa

ada negosiasi sebelumnya. Perjanjian yang demikian itu dinamakan perjanjian standar

atau perjanjian baku. 50

Pengertian klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu setiap aturan atau

ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh

pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang

mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Yang dibakukan dalam perjanjian

tersebut adalah klausul-klausulnya bukan formulir perjanjian. Pada saat ini,

kedudukan nasabah sangat lemah sehingga ia menerima saja aturan dan syarat-syarat

oleh pihak perusahaan pialang berjangka.

50
ibid

Universitas Sumatera Utara


Suatu perjanjian akan berakhir sebagaimana diamanatkan Pasal 1381 KUH

Perdata, yaitu : 51

Perikatan hapus :

(1) karna pembayaran


(2) karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpan atau penitipan;
(3) karena pembaharuan utang;
(4) karena perjumpaan utang atau kompensasi;
(5) karena pencampuran utang;
(6) karena pembebasan utang;
(7) krena musnahnya barang yang terutang;
(8) karena kebatalan dan pembatalan;
(9) karena berlakunya suatu syarat pembatalan dan karena kadaluarsa.

Dengan adanya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

maka perjanjian dengan klausula baku telah dilarang. Larangan membuat atau

mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian diatur dalam

Pasal 18 ayat (1), berupa : 52

a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang


yang dibeli konsumen.

c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang
dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen.

d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang
berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

51
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1381
52
Undang-undang No.8, LN No.3674 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 18
ayat (1)

Universitas Sumatera Utara


e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan
jasa yang dibeli oleh konsumen.

f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa.

g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,


tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku
usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.

h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk


pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang
dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Kemudian dalam ayat-ayatnya disebutkan bahwa pelaku usaha dilarang

mencantumkan klausula baku yang letaknya atau bentuknya sulit terlihat, atau tidak

dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Lalu dalam

ayat (3) dinyatakan bahwa setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku

usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2) dinyatakan batal demi hukum.

Hubungan kontraktual antara Pialang Berjangka dengan nasabah suatu bentuk

kontrak campuran yang menampakkan ciri-ciri perjanjian pemberi kuasa (lastgeving),

sebagaimana diatur dalam perjanjian dalam transaksi Perdagangan Berjangka

Komoditi antara perusahaan pialang berjangka dengan nasabah / investor.

b. Asas Hukum

Berkaitan dengan tujuan diatas, ada sejumlah asas yang terkandung di dalam

usaha memberikan perlindungan hukum kepada konsumen/nasabah. Perlindungan

konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait,

Universitas Sumatera Utara


masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima asas, yang menurut Pasal

2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999 ini adalah :

1) Asas manfaat,

2) Asas keadilan,

3) Asas keseimbangan,

4) Asas keamanan dan kesalamatan konsumen, serta

5) Asas kepastian hukum.

Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini

menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak

dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak di atas pihak lain atau sebaliknya,

tetapi adalah untuk memberikan kepada masing-masing pihak , produsen dan

konsumen, apa yang menjadi haknya. Dengan demikian, diharapkan bahwa

pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh

lapisan masyarakat dan pada gilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.

Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan

secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha

untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini

menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan

konsumen ini, konsumen dan produsen dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan

Universitas Sumatera Utara


penunaian kewajiban secara seimbang. Karna itu, undang-undang ini mengatur

sejumlah hak dan kewajiiban konsumen dan pelaku usaha (produsen)

Asas keseimbangan dimaksud untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materil dan

spiritual 53. Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha (produsen) , dan

pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan

hukum perlindungan konsumen. Kepentingan antara konsumen, produsen dan

pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang dan sesuai dengan hak dan

kewajibannya masing-masing dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Asas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh

manfaat dari produk yang dikonsumsi/dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu

tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Karna

itu undang-undang ini membebankan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan

menetapkan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh produsen dalam

memproduksi dan mengedarkan produknya.

Asas kepastian Hukum dimaksudkan agar, baik pelaku usaha maupun konsumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan

53
Asas keseimbangan ini juga dianut oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, lihat Pasal 2:
… kesimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.

Universitas Sumatera Utara


konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum. Artinya, undang-undang ini

mengharapkan bahwa aturan-aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung

dalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

maasing-masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karna itu, Negara bertugas dan

menjamin terlaksananya undang-undang ini sesuai dengan bunyinya.

Beberapa asas yang terkandung dalam KUH Perdata yang sangat penting

dalam Hukum Perdata adalah :

1. Asas kebebasan berkontrak,

Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan

perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang, maupun yang

belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338 KUHPdt).

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)

KUH Perdata, yang berbunyi:

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya.”

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;

4) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

Universitas Sumatera Utara


Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham

individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang diteruskan

oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui

antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John Locke dan J.J.

Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa

saja yang dikehendakinya.

Dalam hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak”.

Teori leisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin

kelangsungan jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak boleh

mengadakan intervensi didalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Paham

individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan kuat ekonomi untuk

menguasai golongan lemah ekonomi. Pihak yang kuat menentukan kedudukan pihak

yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam cengkeraman pihak yang kuat seperti

yang diungkap dalam exploitation de homme par l’homme.

2. Asas Konsesualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt.

Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah

adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang

menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal,

melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah

persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Universitas Sumatera Utara


Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum

Jerman. Didalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi

lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil

adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam hukum

adat disebut secara kontan). Sedangkan perjanjian formal adalah suatu perjanjian

yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta otentik maupun akta

bawah tangan).

Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus

innominat. Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang

telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal dalam KUHPdt adalah berkaitan

dengan bentuk perjanjian.

B. Kegiatan Usaha Pialang Berjangka

Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah

pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di

bursa. 54

Yang dikerjakan Perusahaan Pialang ialah membeli dan menjual (menawarkan) efek

di lantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Dengan demikian,

Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau penjualan jika sudah

mnendapat perintah dari Investor.

54
Sawidji Widoatmodjo,. Log. Cit,.

Universitas Sumatera Utara


Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh Investor. Jadi perusahaan pialang

tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya.

Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas

nama perusahaan pialang itu sendiri. 55

Pasar Berjangka (Futures Market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang

digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola risiko. Di Indonesia pasar ini sudah

lama dirasakan kebutuhannya, tetapi realisasinya sangat lambat. Berbagai kendala

seperti sedikitnya yang berminnat jadi promotor kesan bahwa perdagangan Berjangka

sama dengan judi dan sebagainya, belum lagi masalah persaingan dan perselisihan

antara pemerintah dengan pialang tidak resmi. 56

Kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) sebenarnya cukup unik,

karena ada tahapan yang harus dimengerti oleh seorang calon investor. Untuk terjun

didalam kegiatan PBK, ia dituntut untuk mengerti tentang margin dan

pengelolaannya, bagaimana pembukaan rekening, dan lain sebagainya. Tapi, yang

terpenting, bila tertarik berinvestasi didalam PBK, maka ia perlu memilih Perusahaan

Pialang dan mengetahui jenis-jenisnya. Sebagai perbandingan kita mengambil contoh

Bursa-bursa di AS. Ada tiga kriteria umum yang mengkatagorikan baik tidaknya

sebuah perusahaan pialang, yaitu Legalitas, semua perizinan atas keterlibatannya

didalam kegiatan PBK lengkap, domisili dan alamat perusahaannya jelas, dalam

55
ibid
56
ibid

Universitas Sumatera Utara


artian di bursa berjangka mana sajakah mereka melakukan kegiatannya selama itu.

Kemudian, transparan, terpercaya dan jujur dalam mengemban amanat nasabahnya

terutama menyangkut penempatan, pengelolaan dan penggunaan dana nasabah dalam

suatu rekening yang terpisah (segragated account). Dan yang terakhir adalah piawai.

Di dalam setiap perusahaan pialang yang bonafide, biasanya dilengkapi dengan divisi

“Research & Development” yang ditempati oleh orang-orang yang rajin, tekun dan

cermat dalam mengamati perkembangan pasar. Mereka selalu membuat berbagai

analisis tentang kondisi pasar terakhir. Disini, kedua belah pihak harus melakukan

komunikasi yang harmonis dan terbuka. Karena setiap saat nasabah akan bertanya

dan pialang pun akan memberikan berbagai analisisnya untuk mempermudah nasabah

dalam membuat suatu keputusan. Di lapangan, investor dihadapkan pada dua jenis

kelompok Pialang yang akan dihubungi. Mereka harus menyeleksi daftar nama

perusahaan pialang yang ada. Secara umum, pialang berjangka di AS dikategorikan

menjadi dua kelompok, yaitu: 57

Pertama, Perusahaan pialang yang menyediakan “palayanan jasa penuh” (Full

Service Brokerage). Di kelompok perusahaan pialang ini, berbagai macam pelayanan

jasa akan diberikan, seperti layaknya melakukan riset sendiri, dapat mengamati pasar

satu per satu, chart analysis, berita-berita surat kabar, macam-macam rekomendasi

sampai pada portofolio komplit dengan risk management nya. Jenis perusahaan

pialang ini memang memberikan pelayanan jasa di bidang keuangan seperti stock,

57
Penulis adalah staf Bagian Humas & Kerjasama Bappebti,

Universitas Sumatera Utara


bonds, reseach publication, termasuk perdagangan berjangka dan option. Berarti,

jenis pialang ini biasa menangani transaksi derivative saham maupun komoditi

berjangka. Selain itu, perusahaan pialang ini menyediakan hasil riset, kuotasi harga

futures advise untuk membantu nasabah mengambil sebuah keputusan bertransaksi

Kedua, Perusahaan pialang yang menyediakan “pelayanan jasa tidak penuh”

(“Simply” atau “Discount Brokerage”). Perusahaan pialang ini tidak memberikan

jasa pelayanan berupa riset atau reseach publication. Jenis perusahaan pialang ini

juga tidak membantu nasabah dalam menentukan strategi pengambilan keputusan

bertransaksi, karena memang tidak memberi pelayanan jasa nasihat. Perusahan

pialang ini melulu hanya melaksanakan amanat nasabah dengan menyalurkan order

yang diterima dengan cepat (hybrid service). Dia hanya berkewajiban menyampaikan

laporan transaksi yang sudah ditanganinya. 58

Akan tetapi, karena persaingan dan kesibukan kerja yang luar biasa, perbedaan antara

kedua jenis nyaris tidak tampak Barangkali, hybrid service yang ditawarkan oleh

Discount Brokerage (DB) bila ditopang oleh pialang ahli pengelola rekening akan

menjadi daya pikat tersendiri. Apalagi bila digabungkan dengan berbagai

keistimewaan jasa pelayanan yang diberikan oleh Full Service Brokerage (FSB).

Contohnya, fasilitas sambungan telepon (hotline), jaringan internet yang

menyediakan kuotasi harga melalui “online service system”, dan beberapa informasi

pasar yang bisa menambah income sampingan. Masih banyak lagi daya tarik lainnya,

58
Ibid. hal. 2

Universitas Sumatera Utara


diantaranya secara tidak langsung mereka memanfaatkan hubungan dengan nasabah

sebagai promosi gratis. Secara umum, penyebutan nama-nama perusahaan pialang

dengan bermacam istilah memang perlu disadari oleh nasabah (pemula) agar tidak

membingungkan. Industri berjangka di Indonesia mengenal istilah nama seperti

Perusahaan Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana

Berjangka. Dari ketiga jenis pialang tersebut semuanya berbentuk perusahaan

perseroan terbatas yang memberikan pelayanan jasa kepada nasabah. Kecuali,

Pedagang Berjangka, yang berbentuk perusahaan Pedagang Berjangka, yang

berbentuk perusahaan perseroan terbatas yang memberikan pelayanan jasa kepada

nasabah. Kecuali, Pedagang Berjangka, yang berbentuk perusahaan Pedagang

Berjangka, yang berbentuk perusahaan Pialang Berjangka wajib memiliki minimum 3

orang Wakil Pialang Berjangka yang dapat berhubungan langsung dengan nasabah.

Demikian pula, Penasihat Berjangka berhak memiliki beberapa Wakil Penasihat

Berjangka. Sedangkan Pengelola Sentra Dana Berjangka sedikitnya harus memiliki

dua orang Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka. Semua perusahaan pialang,

Penasihat atau Pengelola sentra Dana Berjangka beserta wakil dan pihak-pihak terkait

lainnya bernaung dibawah organisasi Indonesian Futures Association (IFA) di

kalangan masyarakat awam, berbagai istilah itupun masih cukup membingungkan. 59

Di AS, ada bermacam perusahaan pialang dengan berbagai sebutan. Misalnya,

Futures Commission Merchant (FCM), di Indonesia mungkin identik dengan Perusahaan

59
Ibid. hal. 3

Universitas Sumatera Utara


Pialang Berjangka. Kemudian, ada Introducing Broker (IB) yang bisa dipersamakan

dengan Wakil Pialang Berjangka. Baik FCM maupun IB sama-sama mengumpulkan dan

menerima order (jual-beli) untuk kontrak-kontrak Berjangka dan option. Akan tetapi, ada

satu hal yang membedakan antara keduanya. FCM merupakan perusahaan pialang yang

menangani sendiri semua kebutuhan client nya, termasuk dalam hal penarikan,

penempatan dan pengelolaan uang nasabah (margin). Karena ditempat inilah semua dana

ditransaksikan Sedangkan IB, tidak memegang dan mengelola uang-uang nasabah

tersebut, tetapi mereka mempercayakan pengelolaannya kepada FCM. IB hanya

mengharapkan komisi dari FCM. IB bisa merupakan perorangan atau perusahaan,

sementara FCM bisa memiliki sendiri beberapa IB. Oleh karena itu, FCM terkadang bisa

disebut juga sebagai Commodity Pool Operators (CPO) yang bisa langsung

mengeksekusi order-order dari nasabahnya. CPO pun boleh berdiri sendiri sebagaimana

halnya IB. Dalam kinerjanya, seorang IB atau CPO selalu menyerahkan penuntasan

pekerjaan mereka kepada FCM. Jadi, IB barangkali bisa dianalogikan sebagai “penjaga

toko” (frontstore) sedangkan FCM merupakan “kasir” sekaligus pemilik toko itu. Di AS,

ada UU yang mengatur bahwa FCM boleh mempunyai IB sendiri. Didalam FCM juga

dilengkapi dengan Commodity Trading Advisor (CTA) yang berfungsi memberikan

nasihat bagi client nya. 60

CTA pun bisa merupakan perusahaan jasa yang berdiri sendiri, tetapi tetap

tidak mengelola uang nasabah. Namun demikian, semua perusahaan pialang tersebut

baik FCM, IB, CPO, CTA, Full Service Brokerage maupun Discount Brokerage,

60
Ibid. hal. 4

Universitas Sumatera Utara


harus terdaftar pada Commodity Futures Trading Commission (CFTC) sebagai otorita

pengawas perdagangan berjangka di AS (Bappebti-Ind).

On-line Broker bisa merupakan FCM, IB, Full Service Brokerage atau

Discount Brokerage, yang memberi jasa pelayanan dengan sistem elektronik yang

disebut “online trading system” (OTS). Belakangan ini, OTS lebih disukai oleh

hampir semua perusahaan pialang, karena sistem ini dapat menghemat waktu kerja

mereka. Tak terkecuali pula, sebagian besar industri berjangka cenderung

menggunakan OTS, meski masih ada beberapa bursa yang tetap menggunakan sistem

“open outcry” (berteriak) dalam melaksanakan perdagangan kontrak berjangka.

Khusus bagi Discount Brokerage atau Introducing Broker yang berciri hybrid service

sepenuh-nya sudah mengganti sistem pelayanan mereka dengan menggunakan

“online internet order entry system”. Tujuan mereka adalah untuk mengumpulkan

order dari nasabah sebanyak mungkin dalam tempo relatif singkat. Dengan fasilitas

ini, , nasabah pun mudah menyeleksi pilihannya.

Nasabah tinggal meng”klik” situs resmi mereka untuk memperoleh berbagai

“customer support”. 61

Perdagangan Berjangka di tanah air tetap diyakini merupakan alternatif investasi

yang menarik. Karena disitu ada aturan main yang jelas untuk melindungi para

61
Ibid. hal. 5

Universitas Sumatera Utara


pelakunya. Semua pelaksanaan transaksi di Bursa Berjangka dilakukan secara

transparan dan dijamin oleh Lembaga Kliring Berjangka.

C. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka

Suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian mempunyai hak

dan kewajiban yang dipikul oleh masing-masing pihak. Lazimnya suatu perjanjian

adalah timbal balik atau bilateral. Artinya, suatu pihak yang memperoleh hak-hak

dari perjanjian itu, juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan

kebalikannya kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya itu. 62

1. Hak-hak perusahaan pialang :

a. Hak Pialang berjangka melikuidasi posisi nasabah.

Nasabah bertanggung jawab memantau /mengetahui posisi terbukanya secara

terus menerus dan kewajibannya. Apabila dalam jangka waktu tertentu dana

pada rekening nasabah kurang dari yang dipersyaratkan, Pialang Berjangka

dapat menutup posisi terbuka Nasabah secara keseluruhan atau sebagian,

membatasi transaksi, atau tindakan lain untuk melindungi dirinya dalam

pemenuhan margin tersebut dengan terlebih dahulu memberitahu Nasabah

62
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet.14, ( Jakarta : Intermedia, 1992), hal 29

Universitas Sumatera Utara


dan Pialang Berjangka tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul

akibat tindakan tersebut. 63

b. Pialang berjangka dapat membatasi posisi.

Nasabah mengakui hak pialang berjangka untuk membatasi posisi terbuka

Kontrak Berjangka Nasabah tanpa pemberitahuan dan Nasabah tidak

melakukan transaksi melebihi batas yang telah ditetapkan tersebut. 64

c. Pemindahan Dana.

Pialang Berjangka dapat setiap saat mengalihkan dana dari satu rekening ke

rekening lainnya sehubungan dengan kegiatan transaksi yang dilakukan

Nasabah seperti margin, pembayaran utang, atau mengurangi defisit dalam

rekening Nasabah, tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada Nasabah.

Transfer yang telah dilakukan harus segera diberitahukan secara tertulis

kepada Nasabah. 65

d. Pialang Berjangka berhak menarik margin (uang jaminan) atas setiap

transaksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Kewajiban Perusahaan Pialang yaitu:

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999

tentang penyelenggraan perdagangan komoditi berjangka :

63
Keputusan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Nomor :
09/BAPPEBTI/KP/2000, Pasal 3.
64
ibid
65
ibid

Universitas Sumatera Utara


Pasal 92

1) Pialang Berjangka wajib membuat, memelihara, dan menyimpan semua catatan


keuangan secara benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
secara umum serta tersedia setiap saat untuk diperiksa, dan catatan transaksi
termasuk semua kartu, memo atau rekaman yang berkaitan dengan kegiatan
transaksi Kontrak Berjangka, opsi, dan komoditi dipasar fisik.

2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi semua pesanan yang
telah ditransaksikan, kartu transaksi,kartu tanda tangan, buku catatan
transaksi,jurnal, buku kas, cek yang dibatalkan, salinan informasi, salinan
pernyataan jual beli, Dokumen Perjanjian Pemberian Amanat, Dokumen
Pemberitahuan Resiko, dan catatan lainnya yang dibuat berkaitan dengan
pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Opsi Komoditi di pasar fisik.

3) Untuk transaksi Opsi harus dicatat informasi mengenai waktu transaksi,


transaksi Opsi jual atau beli, waktu jatuh tempo, jumlah transaksi, jenis Opsi,
harga patokan, premi, komisi, dan biaya lainnya. 66

Pasal 93 :

1) Pialang Berjangka menerima amanat wajib segera mencatat dalam kartu


amanat, nama pihak yang memberi amanat, nomor rekening dan data amanat.
2) Kartu Amanat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib segera diberi tanda
waktu terima amanat dengan menggunakan peralatan atau mesin pencatat
waktu. 67

Pasal 94 :
1) Pialang Berjangka wajib membuat catatan keuangan yang terpisah untuk
setiap Nasabah, meliputi uang masuk dan keluar dan semua transaksi Kontrak
Berjangka di Bursa Berjangka dalam negeri maupun di luar negeri yang
mencakup waktu, harga, jumlah transaksi, dan jenis komoditi.
2) Pialang Berjangka wajib menyampaikan konfirmasi tentang posisi keuangan
Nasabah, mencakup berbagai biaya yang dikeluarkan untuk transaksi dan
jasanya kepada Nasabah setiap hari, selambatnya pukul 12.00 hari berikutnya.
3) Pialang Berjangka wajib membuat konfirmasi sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sekali kepada Nasabah tentang posisi terbuka Kontrak Berjangka dan
harga yang terjadi, laba atau rugi bersih yang belum nyata, semua Dana

66
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 92.
67
Peraturan pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan perdagangan
berjangka komoditi. Pasal 93

Universitas Sumatera Utara


Nasabah, dan berbagai biaya yang dibebankan kepada Rekening Nasabah
Tersebut. 68

Pasal 96
Pialang Berjangka wajib melaporkan kepada Bappebti keadaan sebagai
berikut :
1) Perusahaan Pialang Berjangka akan memulai, menghentikan sementara,
membuka kembali, atau memberhentikan secara tetap kegiatannya;
2) Perusahaan Pialang Berjangka yang bersangkutan atau salah satu
komisaris, direksi, manajer, atau Wakil Pialang Berjangka sedang dalam
proses perkara di pengadilan, dihukum karena terbukti melakukan tindak
pidana dibidang ekonomi atau keuangan atau dinyatakan pailit oleh
pengadilan, atau melakukan pelanggaran di bidang perbankan atau sedang
dalam proses penyelesaian hutangnya dengan pihak ketiga;

3) Terdapat pengurus perusahaan Pialang Berjangka yang melakukan


kegiatan diluar kewenangannya;

4) Terdapat pengurusan perusahaan atau pegawai Pialang Berjangka yang


dianggap tidak layak lagi melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka
Komoditi, karena yang bersangkutan bersikap tidak jujur atau tidak adil;

5) Terdapat pengurus Pialang Berjangka yang melanggar peraturan


perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi;

6) Terdapat perubahan kepemilikan saham perusahaan Pialang Berjangka


yang melebihi 10% (sepuluh perseratus ) dari jumlah saham yang disetor;

7) Tidak memenuhi batas modal bersih disesuaikan sebagaimana ditetapkan


dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka
Komoditi; atau

8) Volume transaksi perusahaan Pialang Berjangka untuk Nasabah telah


mencapai jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan-undangan di bidang
Perdagangan Berjangka Komoditi
Apabila Pialang Berjangka mengetahui terjadinya keadaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) :

a) huruf a,b,c,d dan huruf e dilaporkan kepada Bappebti selambat-lambatnya


5 (lima) hari sejak diketahui atau dari tanggal permasalahan itu terjadi;

68
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 94

Universitas Sumatera Utara


b) huruf f dilaporkan kepada Bappebti paling lambat 15 (lima belas) hari ;
dan
c) huruf g dan huruf h dilaporkan segera kepada Bappebti. 69

Pasal 104
1). Pialang Berjangka dilarang membuka rekening dan / atau menerima amanat
nasabah untuk Perdagangan Berjangka Komoditi bagi pihak sebagai berikut :
a) Tidak cakap melakukan perbuatan hukum.
b) Yang telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun terakhir;
c) Yang telah mencapai batas posisi tidak diperlukan melakukan
penambahan transaksi atau membuka rekening pada Pialang Berjangka
lainnya;

d) Pejabat atau pegawai Bappebti, Bursa Berjangka, atau Lembaga Kliring


Berjangka;

e) Bendaharawan lembaga yang melayani kepentingan umum, kecuali yang


bersangkutan mendapat kuasa dari lembaga tersebut;

f) Yang telah dinyatakan melanggar peraturan perundang-undangan di bidang


Perdagangan Berjangka Komoditi oleh badan peradilan atau Bappebti;
atau

g) Yang lalai memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu 3 (tiga)hari tahun


terakhir.

2). Pialang Berjangka wajib :

a) Menolak amanat baru dari nasabah yang telah membuka rekening

Perdagangan Berjangkka Komoditi yang termasuk dalam ketegori

sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (1), kecuali hanya untuk

melikuidasi posisi terbukanya;

b) Menutup rekening Nasabah yang termasuk dalam kategori sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), setelah semua kewajibannya diselesaikan; dan


69
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi,. Pasal 96

Universitas Sumatera Utara


c). Memberitahukan kepada Bursa Berjangka mengenai penutupan rekening

sebagaimana dimaksud huruf b agar segera dapat di informasikan kepada

Anggota Bursa lainnya. 70

Pasal 105
1) Pialang Berjangka dilarang membuka atau memiliki rekening pada Pialang
Berjangka lainnya.
2) Pegawai Pialang Berjangka dan istri atau suami yang ingin ikut serta dalam
Perdagangan Berjangka Komoditi hanya boleh membuka rekening atas nama
masing-masing pada Pialang Berjangka yang bersangkutan. 71

Pasal 106
Sebelum membuka rekening Nasabah untuk transaksi Kontrak Berjangka,
Pialang Berjangka wajib :
a) Memberitahukan dan menjelaskan tentang keterangan perusahaan yang dimuat
dalam Dokumen Keterangan Perusahaan, risiko yang dihadapi dalam Dokumen
Pemberitahuan Adanya Risiko, dan Isi Perjanjian Pemberian Amanat yang isi
dan bentuknya ditetapkan oleh Bappebti;
b) Memberikan informasi yang jelas dan tidak menyesatkan tentang prosedur
Perdagangan Berjangka Komoditi;
Menjelaskan isi Kontrak Berjangka yang akan ditransaksikan oleh Nasabah;
c) Menerima dokumen sebagaimana dimaksud huruf a, yang telah ditandatangani
dan diberi tanggal oleh Nasabah sebagi tanda bukti telah mengerti dan
menyetujui isi dokumen dan prosuder transaksi Kontrak Berjangka ;
d) Segera memberitahukan kepada seluruh Nasabahnya, apabila ada perubahan
dalam peraturan yang berlaku; dan
e) Meneliti semua informasi yang diberikan oleh Nasabah dalam permohonan
pembukaan rekening untuk meyakinkan tidak adanya kesalahan atau kekurangan
dalam pengisian. 72

Pasal 107

70
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 104
71
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 105
72
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 106

Universitas Sumatera Utara


1) Pialang Berjangka dilarang menerima Amanat Nasabah, apabila belum menerima
sejumlah margin yang cukup untuk melaksanakan transaksi Kontrak Berjangka
tertentu, kecuali amanat untuk likuidasi.
2) Apabila jumlah margin memerlukan penambahan, maka Pialang Berjangka wajib
memberitahukan dan memintakan kepada Nasabah untuk menambah margin
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.
3) Apabila keadaan keuangan Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat
(1) tidak cukup untuk memenuhi kewajibannya dalam transaksi Kontrak
Berjangka, Pialang Berjangka wajib menolak amanat Nasabah yang
bersangkutan. 73

Pasal 108
1) Setiap kali menerima Amanat Nasabah untuk melakukan transaksi atas beban
rekening Nasabah yang bersangkutan, Pialang Berjangka wajib mencatat dalam
kartu amanat sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.
2) Apabila Amanat Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
melalui telepon, maka perintah dan pembicaraan tersebut wajib direkam.

3) Apabila transaksi telah selesai dilaksanakan, Pialang Berjangka segera


memberitahukan Nasabah yang bersangkutan selambat lambatnya 2 (dua) hari
kerja berikutnya.

4) Pialang Berjangka wajib menyampaikan menyampaikan kepada Bappebti


formula perhitungannya biaya transaksi atau jasa yang harus dibayar oleh
Nasabah untuk referensi. 74

Pasal 109
1) Pialang berjangka wajib menempatkan dan Nasabah pada rekening terpisah di
Bank yang telah disetujui Bappebti dan membuat pembukuan sesuai dengan
sistem akuntansi yang berlaku umum, sehingga mudah diketahui jumlah dana
milik masing-masing Nasabah.

2) Apabila Nasabah tidak melaksanakan transaksi dalam jangka waktu 1 (satu)


tahun, maka rekening Nasabah yang bersangkutan harus ditutup dan nomor
rekening tersebut tidak boleh digunakan lagi.

73
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 107
74
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 108

Universitas Sumatera Utara


Pasal 110
Dalam menyalurkan amanat Nasabah, Pialang Berjangka dilarang melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1). Menyembunyikan atau mengubah informasi tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi;
2). Menyarankan untuk membeli atau menjual jenis Kontrak Berjangka tertentu atau
memberikan penilaian harga akan naik atau turun tanpa didasarkan perhitungan
yang benar dengan maksud agar Nasabah melakukan transaksi;
3). Menerima amanat Nasabah dan menyelesaikan perjanjian pemeberian amanat
diluar kantor pusat dan kantor cabang resmi;
4). Membocorkan rahasia tentang amanat Nasabah atau rahasia bisnis lainnya yang
diperoleh dalam pelaksanakan transaksi;
5). Menyalahgunakan dana Nasabahnya;
6). Memberikan jawaban yang tidak benar atas pertanyaan Nasabah sehingga
merugikan kepentingan Nasabah;
7). Membuat, menyimpan, melaporkan dan mempublikasiakan secara melawan
hukum tentang kegiataannya, atau membuat pernyataan tidak benar dalam
rekening, buku laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
8). Lalai menyampaikan berbagai laporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
9). Memberi pinjaman atau meminjam uang dari Nasabah atau bertindak sebagai
perantara bagi Nasabahnya untuk meminjamkan atau meminjam uang dari pihak
lain;
10). Melakukan kesalahan pencatatan mengenai pelaksanaan transaksi;
11). Melakukan perubahan tidak sah yang dibubuhkan pada cap waktu pada pesanan
Nasabah, Laporan transaksi, atau dokumen lainnya; 12).Melaksanakan transaksi
melebihi jumlah batas maksimal yang telah ditetapkan; 13).Melaksanakan
transaksi untuk Nasabahnya tanpa perintah Nasabah yang bersangkutan;
14).Tidak menyalurkan amanat Nasabah ke Bursa Berjangka sesuai dengan
perintah Nasabah; 15).Menerima kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi
atas nama Nasabah yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tertentu yang
ditetapkan oleh Bappebti; dan
16). Melakukan pelanggaran terhadap ketentuan lainnya yang diatur dalam peraturan
Perundang-undangan. 75

75
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 110

Universitas Sumatera Utara


D. Hubungan Perusahaan Pialang dengan Nasabah

Pialang Berjangka merupakan unsur utama dan berada di garis terdepan dalam

kegiatan perdagangan berjangka kegiatan perdagangn Berjangka. Kegiatan utamanya

adalah sebagai perantara bahasa sehari-harinya disebut makelar antara investor jual

dan investor beli yang melakukan transaksi di perdagangan berjangka. Tindakan

pialang Berjangka ini untuk dan atas perintah / amanat dari pihak investor. Jadi,

jelasnya, jika kita ingin membeli atau menjual forex BBJ, kita tidak boleh langsung

ke BBJ, melainkan harus meminta jasa pialang berjangka. Untuk perdagangn forex

yang menganut sistem margin, pialang berjangka berhak menarik margin (uang

jaminan) atas setiap transaksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pialang berjangka adalah satu-satunya badan usaha yang boleh menerima amanat

(order) dari nasabah dan meneruskannya untuk ditransaksikan dibursa. Urusan

nasabah dalam hubungannya dengan bursa dan lembaga kliring diwakili Pialang

Berjangka ini. Oleh karena itu, syarat untuk menjadi pialang berjangka tidaklah

mudah. Diperlukan kemampuan modal yang cukup dan keahlian yang memadai. Dan

terpenting, memiliki integritas pribadi dan reputasi bisnis yang baik.

Pialang berjangka harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT), selain itu

supaya legal, pialang berjangka harus menjadi anggota bursa dan mendapatkan izin

usaha terlebih dahulu dari Bappebti sebelum beroperasi. Untuk melindungi investor,

pialang berjangka diwajibkan memiliki pedoman perilaku sebagaimana yang tertulis

di dalam pasal pasal 49 s/d 56 dari Undang-Undang Nomor 10 tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


Dalam hubunganya di dalam lembaga kliring, pialang berjangka terbagi dalam

dua kategori keanggotaan yaitu pialang berjangka yang merangkap sebagai anggota

kliring dan pialang berjangka non anggota kliring. Hanya transaksi yang didaftarkan

Pialang Berjangka berstatus anggota Kliring yang memperoleh jaminan dari Lembaga

Kliring. Oleh karena itu, Pialang Berjangka anggota Kliring harus memiliki

kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan Pialang non anggota Kliring

Gambar 2.1 Hubungan para pelaku perdagangan Berjangka. 76

Pengawasan

Proses Perdagangan

Bappebti

BBJ

Pialang KBI Pialang


berjangka berjangka

Investor beli Investor jual

76
Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham,. Op. Cit,. hal 56.

Universitas Sumatera Utara


E. Izin Wakil Pialang yang diberikan Oleh Bappebti

Terkait dengan adanya beberapa perusahaan pialang berjangka yang

bertransaksi tanpa adanya izin dari Bappebti, terhitung sejak BBJ berdiri hingga

tahun 2010, BBJ telah menjatuhkan sanksi pencabutan keanggotaan bursa kepada

beberapa perusahaan pialang berjangka anggota BBJ. Perusahaan-perusahaan tersebut

telah menjadi anggota BBJ akan tetapi sebelum mendapatkan izin usaha dari

Bappebti, perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan transaksi perdagangan

berjangka.

yang dapat dikatakan ilegal adalah pencarian nasabah oleh perusahaan pialang

berjangka yang legal (anggota bursa berjangka dan telah mendapatkan izin usaha dari

Bappebti) yang kemudian nasabah yang bersangkutan transaksinya dialihkan ke

perusahaan lain yang ilegal yang terafiliasi dengan Pialang Berjangka yang

bersangkutan.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Nomor : 101/BAPPEBTI/PER/ 01/2013 Tentang Izin Wakil Pialang Menyebutkan

Bahwa :

Pasal 1
Izin untuk melakukan kegiatan sebagai Wakil Pialang Berjangka wajib memenuhi
ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011,
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi dan Peraturan Kepala Bappebti ini.

Universitas Sumatera Utara


Pasal 2
(1) Kegiatan sebagai Wakil Pialang Berjangka hanya dapat dilakukan oleh orang
perseorangan setelah mendapat izin dari Bappebti.
(2) Izin sebagai Wakil Pialang Berjangka hanya dapat diberikan kepada orang
perseorangan yang telah lulus Ujian Profesi Wakil Pialang Berjangka yang
diselenggarakan oleh Bappebti.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan sesuai dengan domisili Wakil
Pialang Berjangka tersebut akan dipekerjakan.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM


TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA

A. Sejarah Perdagangan Berjangka

Menurut sejarahnya, perdagangan berjangka dimulai di Amerika tepatnya di

Chicago sekitar tahun 1800. Pada waktu itu produsen komoditi dan penggunanya

bersepakat untuk memperkecil resiko yang timbul akibat terjadinya perubahan harga

komoditi. 77 pemasaran biji-bijian (grain) seperti gandum, jagung, dan kedelai di

Chicago sangat sulit. Masalah yang dihadapi adalah musim, jalur distribusi yang

lambat, dan gagal panen. Pada musim semi, harga grain di Chicago sangat tinggi,

sebaliknya pada musim panen harga grain turun drastis. Petani tidak memiliki tempat

penyimpanan yang memadai sehingga pada musim panen, grain yang berlimpah

langsung dijual. Penawaran yang lebih banyak daripada permintaan ini menyebabkan

harga grain jatuh. Lambatnya pendistribusian hasil panen juga merupakan masalah

tersendiri. Dengan sarana transportasi yang kurang memadai, hasil panen tiba di

pembeli dalam waktu yang relatif lama dan dengan kualitas yang tidak sebaik ketika

masih berada di tangan penjual. Gagal panen menyebabkan persediaan grain di pasar

menjadi sedikit, sementara di sisi lain permintaan akan grain besar, sehingga

77
Johanes Ariffin Wijaya, Bursa Berjangka, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan grain tidak terpenuhi dan petani menjual hasil panennya dengan harga

yang sangat tinggi. Permasalahan-permasalahan diatas membuat para pihak yang

terlibat (petani selaku produsen/penjual dan pabrik pengolahan selaku

pembeli/konsumen) merasa perlu untuk mengatasinya. Diperlukan suatu pasar untuk

tempat bertemunya penjual (petani) dan pembeli (pabrik pengolahan) dan suatu

mekanisme untuk menjual dan/atau membeli dengan penyerahan di kemudian hari

(kontrak forward). 78 Hal tersebut melatarbelakangi didirikannya bursa berjangka

modern pertama yang dikenal dengan nama Chicago Board of Trade (CBoT).

Kontrak forward yang pertama diperdagangkan di CBoT adalah 3000 gantang (1

gantang = 36 liter) jagung dengan harga 1 sen dollar Amerika Serikat per gantang di

bawah harga pembukaan tanggal 13 Maret 1851 untuk pengiriman di bulan Juni. 79

Kontrak forward yang diperdagangkan di CBoT masih memiliki kelemahan, salah

satunya adalah ketiadaan standar kontrak. Untuk itulah kontrak forward terus

dikembangkan hingga menjadi kontrak futures. Perbedaan mendasar antara kontrak

forward dengan kontrak futures adalah pada kontrak forward, harga ditentukan secara

pribadi antara penjual dan pembeli, sementara pada kontrak futures, harga ditentukan

dalam lelang terbuka yang melibatkan penjual dan pembeli dalam jumlah banyak. 80

Selain perbedaan dalam hal pembentukan harga, kontrak forward mengharuskan


78
Forward adalah transaksi yang pelaksanaan atau penyelesaiannya dilakukan di
kemudian hari, misalnya pembelian yang dilakukan sekarang sementara penyerahan barangnya
dilakukan kelak. Lihat Komaruddin Sastradipoera, Kamus Uang, Kredit, Bank, (Bandung:
Kappasigma,
2001), hal.106.
79
Pantas Lumban Batu, Perdagangan Berjangka (Futures Trading), (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010), hal. 16.
80
Wijaya, op.cit., hal. 3.

Universitas Sumatera Utara


adanya penyerahan secara fisik, dalam hal ini penjual wajib menyerahkan komoditi

yang disepakati dan pembeli wajib menerima komoditi tersebut sesuai dengan

kontrak. Sementara dalam kontrak futures, penjual (dalam hal ini petani) lebih

fleksibel dalam memasarkan hasil taninya. Pada waktu panen, petani dapat menjual

produknya di pasar fisik dan membelinya di dalam kontrak berjangka. Kontrak

berjangka memberi peluang bagi petani untuk menahan produknya selama musim

panen sampai harga yang diinginkan. Transaksi kontrak berjangka yang dilakukan

dapat direalisasikan penyerahan komoditinya beberapa bulan kemudian sesuai

spesifikasi kontrak berjangka tersebut. 81

Seiring dengan berdirinya CBoT, pasar perdagangan berjangka (futures market)

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bursa-bursa baru bermunculan di

Amerika, antara lain Chicago Merchantile Exchange, the New York Cotton

Exchange, the New York Sugar Exchange, New Orleans Cotton Exchange, dan New

York Coffee Exchange. Perkembangan yang sedemikian pesat ini mulai mendapatkan

perhatian dari pemerintah Amerika. Pada tahun 1936, dikeluarkanlah Commodity

Exchange Act yang mengatur mengenai perdagangan berjangka untuk komoditi hasil

pertanian. Karena kebutuhan yang semakin meningkat, selain kontrak berjangka hasil

tani, diperkenalkan juga kontrak berjangka untuk instrumen finansial (keuangan).

Untuk mengakomodir hal ini, pada tahun 1974, Commodity Exchange Act kemudian

diubah menjadi Commodity Futures Trading Commission Act, yang mengatur

81
Lumban Batu, op.cit., hal. 41.

Universitas Sumatera Utara


mengenai perdagangan berjangka komoditi metal dan mineral, valuta asing, dan

komoditi yang diperdagangkan secara internasional. Commodity Futures Trading Act

1974 pada tahun 1982 kembali diamandemen menjadi Futures Trading Act 1982

yang memperluas cakupan perdagangan berjangka sehingga meliputi produk stok

indeks dan single stock futures. Penyempurnaan pengaturan terus dilakukan dan pada

tahun 1992, Futures Trading Act 1982 diubah menjadi Futures Trading Practises Act

1992, yang didalamnya juga mengatur mengenai derivative financial futures.

Penyempurnaan terakhir dari peraturan perdagangan berjangka di Amerika dilakukan

tahun 2000 dengan mengubah Futures Trading Practises Act 1992 menjadi

Commodities Futures Modernization Act 2000. Adapun pengawasan atas

perdagangan berjangka komoditi dan finansial di Amerika dilakukan oleh suatu

badan yang dinamakan Commodity Futures Trading Commission. Selain di Amerika,

perdagangan berjangka juga meluas di benua Asia. Negara-negara di Asia seperti

Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia masing-masing memiliki

pengaturan tersendiri dalam hal perdagangan berjangka. Jepang memiliki Commodity

Exchange Law No.52 of 1990 yang mengatur mengenai perdagangan berjangka

komoditi yang pengawasannya dilakukan oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan

Industri (untuk komoditi hasil industri) dan Menteri Agrikultur, Kehutanan, dan

Perikanan (untuk komoditi hasil pertanian). Sementara untuk perdagangan berjangka

finansial, Jepang memiliki Financial Futures Transaction Law No.77 of 1988 yang

pengawasannya dilakukan oleh Menteri Keuangan. Korea Selatan memiliki Futures

Universitas Sumatera Utara


Trading Act of 1995 yang kemudian diubah menjadi Futures Trading Act of 2000

yang mengatur mengenai perdagangan berjangka komoditi serta perdagangan

berjangka finansial dan option.30 Pengawasan atas perdagangan berjangka di Korea

Selatan dilakukan oleh Financial Supervisory Commission. Singapura memiliki

Securities and Futures Act of 2002. Pengawasan atas perdagangan berjangka

komoditi dan finansial di Singapura dilakukan oleh Monetary Authority of Singapore.

Perdagangan berjangka di Malaysia diatur dalam Futures Industry Act of 1983.

Pengawasannya dilakukan oleh Securities Commission of Malaysia.

B. Perdagangan Berjangka Di Indonesia

Sebenarnya di Indonesia sudah sejak lama sadar akan pentingnya sebuah

sarana lindung nilai (Bursa Berjangka). Indonesia merupakan negara yang kaya

dengan hasil alam seperti lada, cokelat, dan yang lainnya. Dengan hasil alam yang

berlimpah, kopi, Indonesia merupakan tempat yang sangat strategis dan potensial

untuk perdagangan kontrak berjangka atas sumber daya tersebut. 82

Pada tahun 1970-an, di Indonesia marak dilakukan kegiatan perdagangan berjangka

komoditi primer dalam skema transaksi penyaluran amanat ke bursa luar negeri. 83

82
Wijaya, op.cit., hal. 4-5.
83
Bentuk lain kegiatan futures adalah option. Option berjangka ditawarkan dalam bentuk
kontrak berjangka seperti opsi kontrak berjangka kopi. Option atas kontrak berjangka memberikan hak
tetapi tidak berkewajiban untuk menerima atau menyampaikan suatu kontrak berjangka pada harga dan
tanggal tertentu karena terlebih dahulu sudah dibayar dengan sejumlah premi. Lihat Lumban Batu,
ibid., hal.41-42

Universitas Sumatera Utara


Namun karena belum adanya dasar hukum untuk melakukan kegiatan dimaksud,

banyak masyarakat yang dirugikan oleh pihak-pihak yang melakukan kegiatan usaha

tersebut. Menteri Perdagangan kemudian mengeluarkan Instruksi Nomor

03/M/INS/1977 tanggal 8 Juni 1977 yang melarang kegiatan menghimpun dana

masyarakat untuk transaksi penyaluran amanat perdagangan berjangka komoditi ke

bursa luar negeri. Walaupun dilarang kegiatan tersebut tetap dilakukan oleh

perusahaan tanpa izin. 84

Karena maraknya kegiatan perdagangan berjangka yang dilakukan tanpa izin,

pemerintah Indonesia mulai mempersiapkan dasar hukum pelaksanaan transaksi

berjangka komoditi. Pada tahun 1982, dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor

35 Tahun 1982 Tentang Bursa Komoditi (PP No.35/82). Kegiatan Bursa Komoditi

dikelola oleh Badan Pelaksana Bursa Komoditi yang merupakan suatu unit di bawah

Departemen Perdagangan. Kegiatan Bursa Komoditi didukung oleh lembaga kliring

yang dikelola oleh PT. Kliring dan Jaminan (Persero). Bursa Komoditi yang

dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Bursa Komoditi mulai beroperasi tahun 1985 dan

memperdagangkan komoditi karet dan kopi dengan penyerahan secara fisik (forward

market). Dalam system ini, penjual pertama wajib mengakhiri kontraknya dengan

penyerahan barang secara fisik. Kontrak yang belum jatuh tempo masih dapat dijual

kembali di bursa. Pada saat itu, komoditi yang diperdagangkan didasarkan pada mutu

84
ibid

Universitas Sumatera Utara


ekspor, agar barang yang bersangkutan dapat setiap saat dikapalkan keluar negeri

untuk tujuan ekspor. 85

1. Hukum Positif Pada Perdagangan Berjangka

Era perdagangan bebas merupakan suatu era yang ditandai oleh perubahan

yang sangat cepat, dimana kondisi pasar merupakan disiplin universal. Berbicara

tentang perdagangan di era perdagangan bebas, maka yang terbayang adalah

hubungan jual beli lintas Negara dalam suatu kontrak dagang Internasional yang

berlangsung dalam tempo yang serba cepat, didukung dengan system transportasi dan

komunikasi yang serba canggih yang mengakibatkan ketiadaan batas-batas nations.

Di era Perdagangan bebas tersebut yang dimaksud pasar bukanlah pasar

secara real. Artinya, dengan kemajuan teknologi komunikasi belanja tidak harus

dilakukan secara face to face, tetapi dengan duduk diam ditempat, konsumen atau

nasabah dapat mencari data tentang barang yang akan dibutuhkan melalui computer,

melakukan transaksi melalui telepon, tagihan langsung ke alamat rekening bank

konsumen atau nasabah dan barang langsung dikirimkan. 86

Di dalam perjalanan waktu, keberadaan PP Nomor 35 Tahun 1982 dirasakan

tidak memadai lagi untuk penyelenggaraan perdagangan berjangka yang tertib,

teratur, adil, dan aman. Perdagangan berjangka merupakan bisnis yang kompleks

85
Ibid., hal. 92.
86
Endang sri Wahyuni, “Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya dengan Perlindungan
Konsumen”, ( Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 2003) hal 107.

Universitas Sumatera Utara


yang melibatkan banyak pihak didalamnya. Dalam penyelenggaraannya diperlukan

suatu dasar hukum yang kuat untuk memberikan suatu kepastian hukum serta

melindungi masyarakat dari praktik perdagangan yang merugikan. Oleh karena itu,

perdagangan berjangka perlu diatur dengan undang-undang. 87

Pada tanggal 3 Desember 1996, Presiden menyampaikan Rancangan Undang-undang

Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Setelah melalui berbagai pembahasan, pada tanggal 5 Desember 1997, dikeluarkanlah

Undang-Undang Nomor 32 tahun 1997. UU Nomor 32 Tahun 1997 yang telah di

ubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 ini menjadi payung hukum

bagi penyelenggaraan transaksi perdagangan berjangka di Indonesia. Berdasarkan

UU Nomor 32 Tahun 1997, pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan dan

menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka adalah

Bursa Berjangka. 88 Badan yang berwenang untuk melakukan pengawasan adalah

Bappebti.

87
Ibid., hal. 98-99.
88
UU No 10 tahun 2011 pasal 1 angka 4

Universitas Sumatera Utara


C. Bentuk-Bentuk Perdagangan Berjangka Di Indonesia

Subjek komoditi yang dapat diperdagangkan di Bursa Berjangka ditetapkan

dalam suatu Keputusan Presiden. 89 Para pihak yang terlibat di dalam perdagangan

berjangka berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 antara lain Bursa

Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Pedagang Berjangka.

Selain itu ada pula yang dinamakan Sentra Dana Berjangka dan Pengelola Sentra

Dana Berjangka. Pihak-pihak dimaksud dalam menjalankan kegiatannya haruslah

mendapatkan izin dari Bappebti. Hingga ahir tahun 1998 dapat dikatakan bahwa

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997

belum dapat dilakukan sepenuhnya. Krisis ekonomi yang terjadi selama tahun 1997-

1998 di Indonesia menyebabkan terhambatnya pelaksanaan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 1997, terutama dalam hal pembentukan Bursa Berjangka. Baru setelah

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi, dimulailah usaha untuk

mendirikan Bursa Berjangka. Terdapat 29 perusahaan yang tidak terafilasi dari

berbagai jenis industri (kopi, sawit, keuangan, dan perdagangan) yang bersedia

menjadi pendiri sekaligus pemegang saham Bursa Berjangka pertama di Indonesia.

Bursa Berjangka yang pertama ini dinamakan BBJ, resmi didirikan tanggal 19

89
Hingga tahun 2010, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 2001 Tentang
Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka, yang menjadi subjek komoditi yang dapat
diperdagangkan di Bursa Berjangka yaitu kopi, minyak kelapa sawit, plywood, karet, kakao, lada, gula
pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas,
batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen dan pupuk.

Universitas Sumatera Utara


Agustus 1999 dan mendapatkan izin usaha dari Bappebti pada tanggal 21 November

2000. Kontrak berjangka yang pertama kali diperdagangkan adalah kontrak berjangka

kopi robusta dan olein. Perdagangan perdananya dilakukan tanggal 15 Desember

2000. Hingga tahun 2010, terdapat lima kontrak berjangka komoditi yang

diperdagangkan secara multilateral di BBJ, yaitu Kontrak Berjangka Emas, Kontrak

Gulir Emas, Kontrak Gulir Emas USD, Kontrak Indeks Emas, dan Kontrak Berjangka

Olein. Sementara anggota BBJ hingga tahun 2010 berjumlah 113, yang terdiri dari

Pialang Berjangka, Pedagang Berjangka, dan pemegang saham BBJ. Untuk

penjaminan dan penyelesaian yang atas transaksi yang terjadi, BBJ bekerja sama

dengan KBI. Dengan mempertimbangkan bahwa subjek kontrak berjangka yang

diatur dalam Keputusan Presiden belum mencakup kontrak berjangka untuk komoditi

derivatif keuangan dan belum ada pengaturan yang jelas mengenai transaksi dengan

subjek instrumen derivatif keuangan, maka pada tanggal 27 Januari 2005

dikeluarkanlah Keputusan Kepala Bappebti Nomor: 55/BAPPEBTI/KP/I/2005

Tentang Sistem Perdagangan Alternatif, yang di dalamnya mengatur mengenai tata

cara dan subjek kontrak berjangka dalam Sistem Perdagangan Alternatif (SPA).

Dalam skema SPA, transaksi dilakukan secara bilateral antara Pedagang Berjangka

yang sudah mendapatkan persetujuan Bappebti sebagai Penyelenggara SPA dan

Pialang Berjangka yang sudah mendapatkan persetujuan Bappebti sebagai Peserta

Universitas Sumatera Utara


SPA. Kontrak berjangka yang dapat diperdagangkan dalam SPA yaitu Kontak

Berjangka Indeks, Kontrak Berjangka Mata Uang Asing, dan Kontrak Berjangka

Loco London. 90

Sedangkan di perusahaan pialang pada PT.Kontak Perkasa future kontrak

yang diperdagangkan adalah : 91

1. Product Multilateral JFX yaitu : kontrak berjangka olein (OLE), Kontrak

Berjangka Emas (GOL), Kontrak Berjangka Emas 250gr (GOL250).

2. Product Bilateral (SPA) yaitu

1. HKK50 (Rupiah) dan HKK5U (USD) adalah kode kontrak gulir berkala

indeks saham Hong Kong yang ditransaksikan melaui mekanisme Sistem

Perdagangan Alternatif (SPA) di Bursa Berjangka Jakarta. Harga perdagangan

HKK50/HKK5U mengacu pada produk derivatif saham di Hong Kong

Exchanges and Clearing Limited (HKEx).

2. JPK50 (Rupiah) dan JPK5U (USD) adalah kode kontrak gulir berkala indeks

saham Jepang yang ditransaksikan melaui mekanisme Sistem Perdagangan

Alternatif (SPA) di Bursa Berjangka Jakarta. Harga perdagangan

90
Keputusan Kepala Bappebti Nomor: 55/BAPPEBTI/KP/I/2005 Tentang Sistem
Perdagangan Alternatif sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Bappebti Nomor:
58/BAPPEBTI/Per/1/2006 mengatur bahwa kontrak berjangka yang dapat diperdagangkan dalam
skema Sistem Perdagangan Alternatif adalah kontrak derivatif antar mata uang asing (foreign cross
currency) dan indeks. Selanjutnya dengan Peraturan Kepala Bappebti Nomor:
72/BAPPEBTI/Per/9/2009 Tentang Kontrak Derivatif Yang Diperdagangkan Dalam Sistem
Perdagangan Alternatif, ditambahkan Kontrak Berjangka Loco London sebagai salah satu jenis
kontrak berjangka yang dapat diperdagangkan dalam Sistem Perdagangan Alternatif.
91
Dikutip dari http://www. .kp-futures.com.. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

Universitas Sumatera Utara


JPK50/JPK5U mengacu kepada indeks derivatf saham Nikkei 225 yang

diperdagangkan di Singapore Exchange (SGX).

3. Produk derivatif emas Loco London XUL10 (rupiah) dan XULF (dolar AS)

merupakan dan kode kontrak gulir harian emas Loco London yang

ditransaksikan melalui mekanisme Sistem Perdagangan Alternatif di Bursa

Berjangka Jakarta. Harga perdagangan mengacu pada harga fisik emas Loco

London over the counter (OTC) di New York.

Secara umum mekanisme perdagangan dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu

multilateral dan bilateral. Multilateral adalah suatu mekanisme transaksi (jual/beli)

antara banyak pihak dengan banyak pihak dengan sistem tawar-menawar secara

terbuka di bursa. Sedangkan bilateral adalah transaksi yang hanya dilakukan oleh satu

pihak dengan satu pihak yang biasanya terjadi di luar bursa atau dikenal dengan over-

the-counter (OTC).Mekanisme multilateral diterapkan di dalam perdagangan

berjangka bertujuan untuk proses pembentukan harga (price discovery), aktivitas

lindung nilai (hedging), serta manfaat ekonomi lainnya. Mekanisme ini umumnnya

dapat dilakukan serah terima fisik komoditi. Sementara mekanisme di luar bursa

(OTC) atau dikenal dengan istilah Sistem Perdagangan Alternatif (SPA)

diselenggarakan hanya untuk tujuan spekulasi dan penyelesaiannya dilakukan secara

tunai.

Universitas Sumatera Utara


Kehadiran Online Trading System merupakan suatu alternatif perdagangan saham

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi

mencerminkan kecepatan proses komunikasi secara langsung dan keterbukaan akses

informasi. Karena pelaku pasar modal memandang system perdagangan saham

dengan memakain system JATS ( Jakarta Automated Trading System), di mana

investor harus menghubungi perantara untuk melakukan transaksi, dianggap kurang

mampu menampung keinginan atau aspirasi investor dalam bertransaksi pada saat itu

juga ( Real Time). Untuk menjawab tantangan itu, Online Trading System merupakan

media yang tepat.

Untuk menjadi pemegang saham perusahaan yang sudah listing di bursa investor

cukup duduk didepan computer, mengakses internet, memasukkan identifikasi

perusahaan yang diinginkan, dan membaca prospectus yang ditampilkan. Bila tertarik

calon investor, ia akan mengambil keputusan dan menghubungi nomor yang dipandu

lewat prospectus, mengatur cara pembayaran, memberikan nomor kartu kredit atau

melalui kartuu debit, maka transaksi dapat diselesaikan. 92

92
M. Irsan Nasarudin dkk, “ Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia”, ( Jakarta : Kencana, 2004)
hal 139

Universitas Sumatera Utara


Alur Perdagangan Multilateral

Keterangan N = Nasabah

Gambar 3.1 Alur Perdagangan Multilateral 93

93
Dikutip dari http://www. .kp-futures.com.. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

Universitas Sumatera Utara


Alur Perdagangan Bilateral

Gambar 3.2 Alur Perdagangan Bilateral 94

Transaksi yang terjadi dilaporkan ke Bursa Berjangka dan didaftarkan ke

Lembaga Kliring Berjangka.

Selain transaksi kontrak berjangka yang diperdagangkan secara multilateral di Bursa

Berjangka dan kontrak berjangka yang diperdagangkan secara bilateral dalam SPA,

nasabah dari suatu Pialang Berjangka dapat melakukan transaksi atas kontrak

berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka luar negeri melalui Pialang

Berjangka yang sudah mendapatkan persetujuan Bappebti sebagai pialang penyalur

94
Dikutip dari http://www. .kp-futures.com.. Diakses hari Kamis, tanggal 25 juni 2013

Universitas Sumatera Utara


amanat nasabah ke luar negeri. 95 Pada 23 Juni 2009, Bappebti memberikan izin usaha

kepada BKDI sebagai Bursa Berjangka kedua di Indonesia. Dalam menjalankan

fungsinya sebagai Bursa Berjangka, BKDI bekerjasama dengan ISI selaku Lembaga

Kliring Berjangka.Di dalam perusahaan kontak perkasa future

D. Manfaat Perdagangan Berjangka

Banyak manfaat yang dapat diberikan bursa berjangka selain sebagai sarana

“lindung nilai” atau hedging yang dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk

melindungi nilai asset karena terjadinya fluktuasi harga. 96

Bursa berjangka juga memberikan manfaat lain, seperti terbentuknya harga yang

melalui proses yang transparan, kompetitif dan terorganisasi dengan baik. Proses

yang berupaya menyatukan semua kekuatan permintaan dan penawaran itu sering di

sebut price discovery, dan akan menghasilkan suatu harga yang fair (wajar) dan

mencerminkan nilai ekonomi rill suatu produk. Para pelaku bursa, baik pembeli

maupun penjual, memiliki price reference atau acuan harga dari suatu komoditi.

Selain itu perdagangan berjangka juga mendorong standarisasi dan

peningkatan kualitas produk. Suatu komoditi hanya bisa diperdagangkan secara

berjangka jika memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu menyagkut standar kualitas,

proses uji mutu, persyaratan tempat penyerahan, kualitas gudang penyimpanan,

satuan penyerahan, dan masih banyak kriteria lainnya.

95
Bappebti, Peraturan Tentang Tata Cara Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa
Berjangka Luar Negeri, Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 82/BAPPEBTI/Per/04/2010
96
Wijaya, op.cit., hal. 6.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu bank dan lembaga keuangan lebih senang memberikan kredit

kepada unit usaha yang memiliki jaminan/agunan dalam bentuk persediaan yang

nilainya terlindungi dari fluktuasi harga yang tidak menguntungkan.

Karna manfaat yang sangat penting inilah maka banyak puhak mulai merasa

membutuhkan bursa berjangka, terutama sebagai sarana lindung nilai (hedging) 97 dan

untuk sarana berinvestasi.

Perdagangan berjangka mempunyai banyak sekali manfaat, baik itu bagi

pengusaha maupun bagi perekonomian nasional. Dalam teori ekonomi, pasar adalah

tempat bertemunya penawaran dan permintaan. Terkait dengan hal tersebut,

informasi mengenai harga merupakan aspek penting dari suatu pasar. Bursa

berjangka memberikan suatu mekanisme pembentukan harga bagi semua pelaku di

dalamnya. Harga yang terjadi dari suatu transaksi perdagangan berjangka dipakai

sebagai harga patokan bagi bermacam-macam kegiatan yang dapat meningkatkan

efisiensi sistem pemasaran secara menyeluruh. 98 Harga tersebut menjadi referensi

bagi petani (produsen), prosesor, pedagang, eksportir, serta pelaku usaha lainnya.

Dengan referensi harga tersebut, baik produsen maupun konsumen dapat membuat

perencanaan yang baik atas produksi ataupun konsumsi berdasarkan informasi

tersebut.

97
Hedging adalah pemanfaatan mekanisme pasar yang dilakukan oleh seorang pedagang
dengan tujuan untuk melindunginya dari kemungkinan kerugian karena fluktuasi harga barang
atau saham yang diperdagangkannya. Lihat Sastradipoera, op.cit., hal. 118.
98
Lumban Batu, op.cit., hal. 106-107.

Universitas Sumatera Utara


Peserta dalam perdagangan berjangka adalah mereka yang melakukan

kegiatan usaha di bidang komoditi yang akan menggunakan kontrak berjangka

sebagai sarana lindung nilai (hedger) dan para investor serta spekulator yang

memanfaatkan perdagangan berjangka untuk berinvestasi dan mengharapkan

keuntungan dari investasi dimaksud. 99

Berikut ini contoh penerapan hedging dalam penerapan perdagangan

berjangka:

Di bulan Juni, seorang petani mengharapkan panen 5.000 karung padi di bulan

September. Pada bulan Juni tersebut harga padi adalah Rp 500 dan harga kontrak

berjangka padi adalah Rp 600. Petani tersebut dapat melakukan hedging dengan

menjual 5 kontrak berjangka padi (masing-masing 1.000 karung per kontrak) pada

harga Rp 600. Pada awal September, terjadi panen raya. Jumlah penawaran padi lebih

besar dibandingkan permintaan. Harga padi di pasar fisik dan pasar berjangka jatuh.

Petani menjual padinya di pasar fisik dengan harga Rp 400 per karung dan menutup

hedging di pasar berjangka dengan mengambil posisi beli di harga Rp 550. Dengan

demikian, petani tersebut mendapatkan hasil penjualan Rp 400 per karung dari pasar

fisik dan keuntungan di pasar berjangka sebesar Rp 50.

Disamping untuk lindung nilai (hedging), perdagangan berjangka juga dapat

dipergunakan sebagai sarana berinvestasi. Awalnya pilihan bagi pemilik dana dalam

berinvestasi sangatlah terbatas. Akan tetapi, seiring dengan kemajuan ekonomi,

pilihan untuk berinvestasi bertambah dengan adanya perdagangan berjangka.


99
Lumban Batu, op.cit., hal. 180.

Universitas Sumatera Utara


Berinvestasi dalam perdagangan berjangka mempunyai daya tarik tersendiri bagi

masyarakat. Disamping dapat memberikan keuntungan besar apabila analisis benar,

juga dapat diuangkan kembali secara cepat. 100 Transaksi yang terjadi di bursa dapat

dengan mudah dilikuid tanpa kewajiban untuk menyerahkan ataupun menerima

barang selama masa kontraknya belum jatuh tempo. Penyelesaiannya hanya dengan

memperhitungkan selisih harga saja.

Apabila harga beli lebih rendah dari harga jual maka investor mendapatkan profit.

Sebaliknya, apabila harga jual lebih rendah dari harga beli, maka investor mengalami

kerugian.

Dalam konteks perekonomian nasional, perdagangan berjangka dapat dipergunakan

sebagai alat pengendali inflasi. Palaniappan Chidambaran berpendapat bahwa

perdagangan berjangka memiliki pengaruh dalam mengatur spekulasi naiknya harga

bahan makanan seperti beras, jagung, kedelai, minyak goring, dan gula di India. 101

Dapat dikatakan bahwa perdagangan berjangka merupakan sarana early warning

system dalam pengendalian inflasi suatu negara, seperti misalnya di Amerika Serikat

dimana inflasi dihitung oleh Commodity Reasearch Buream berdasarkan indeks dari

beberapa harga komoditi yang ditransaksikan di beberapa bursa berjangka di Amerika

Serikat. 102

100
Lumban Batu, op.cit., hal. 124.
101
Ibid., hal.130.
102
Ibid

Universitas Sumatera Utara


E. Resiko Perdagangan Berjangka

Resiko bisnis semakin berkembang dan penting untuk menangani resiko tersebut,

teknik dan instrument baru untuk mengelola resiko telah dikembangkan. Permintaan

akan instumen ini semakin meningkat karna ketakutan yang beralasan bahwa

mengabaikan volatilitas harga akan beriimplikasi pada biaya operasi perusahaan dan

bahkan dapat menghancurkan usaha yang seharusya menguntungkan.

Bagi para investor, kegiatan perdagangan berjangka komoditi, yang selanjutnya

disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang cukup

menarik, karena adanya factor leverage. 103

Perlu disadari bahwa transaksi yang terjadi dalam perdagangan berjangka

bersifat high risk high return. Investor mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan

keuntungan yang besar akan tetapi tidak tertutup kemungkinan menderita kerugian

atas keseluruhan margin. Hal ini dapat terjadi karena pergerakan harga yang terjadi di

pasar berjangka sangat fluktuatif. Untuk itu, diperlukan suatu pemahaman

menyeluruh dan mendalam mengenai mekanisme bertransaksi di perdagangan

berjangka, termasuk keberanian untuk menerima dan membatasi kemugkinan

menderita resiko.

103
Leverage adalah suatu keadaan, dimana dengan penempatan sejumlah dana yang kecil
dapat diperoleh keuntungan atau kerugian, sebagai akibat dari perubahan harga komoditi yang terjadi,
yang besarnya diperhitungkan dari nilai dana yang ditempatkan.

Universitas Sumatera Utara


Perdagangan berjangka bukanlah merupakan judi. Dalam pasar berjangka,

risiko yang dihadapi dunia usaha adalah risiko yang melekat (inherent) yang perlu

dikelola, sementara risiko dalam kegiatan judi adalah yang diciptakan sendiri. Proses

keputusan untuk mengambil posisi semata-mata karena feeling atau untung-untungan,

Sifat alami dari transaksi yang mengandung faktor leverage, adalah transaksi tersebut

dapat menghasilkan kerugian dan keuntungan yang signifikan, dimana kerugiannya

dapat lebih besar dibanding deposit margin awal Anda. Untuk itu, Anda bertanggung

jawab "menutupi" kerugian tersebut dengan tambahan dana. sementara dalam pasar

berjangka diperlukan suatu kemampuan analisis fundamental dan atau teknikal

berbagai dari informasi/data. 104 Sebelum investor mengambil keputusan bertransaksi,

perlu dilakukan analisis fundamental dan analisis teknikal. Dengan dipergunakannya

analisis fundamental dan teknikal yang akurat dapat meminimalisir kemungkinan rugi

ataupun membatasi kerugian yang telah terjadi.

Salah satu aktifitas penting yang dilakukan oleh para pelaku pasar valuta

asing adalah melaukan analisis untuk memprediksi arah kurs valuta asing dimasa

yang akan dating. Analisis yang dilakukan ini biasa disebut analisis pasar atau

market analysis. Prediksi arah kurs Valuta asing ini sangat penting dilakukan

mengingat dengan melakukan prediksi ini para pelaku pasar dapat menghindari

kerugian dan bahkan dapat memperoleh keuntungan dari pergerkan kurs valuta asing

dipasar. Sampai saat ini ada dua tipe analisis yang biasa dilakukan oleh pelaku pasar

104
http://www.bappebti.go.id /diunduh 15 juni 2013.

Universitas Sumatera Utara


di pasar valuta asing untuk memprediksi pergerakan kurs valuta asing dimasa yang

akan dating. Dua tipe analisis tersebut adalah: 105

1. Analisis Fundamental

Jack D. Schwager memberikan definisi analisis fundamental sebagai berikut

“Fundamental analysis involves the use economic data (e.g., production,

consumption, income) to forecast price.” 106 Analisis fundamental adalah suatu

metode analisis yang menggunakan data-data ekonomi, seperti data produksi,

konsumsi, dan tingkat pendapatan, untuk memprediksi pergerakan harga. 107Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan fundamental mempelajari sebab-sebab

pergerakan harga. Faktor-faktor yang biasa dipergunakan oleh para fundamentalis

antara lain supply dan demand, ekspor impor, cuaca, tanah dan kondisi komoditi,

keadaan ekonomi dan politik, bursa internasional, serta factor subtitusi.

Sentral dari analisis fundamental adalah memperhatikan hubungan antara supply dan

demand. Yang dimaksud dengan demand (permintaan) disini adalah jumlah satu

komoditi yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga selama satu

periode tertentu. Sementara yang dimaksud dengan supply (penawaran) disini adalah

jumlah yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga. Supply, demand, dan

harga saling berkaitan. Ada beberapa kemungkinan keterkaitan, antara lain:

1. Apabila supply lebih besar daripada demand maka harga akan turun;

105
Heli Charisma Berlianta, “ Mengenal Valuta Asing”. ( Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2006) hal 249
106
Wijaya, op.cit., hal. 60.
107
ibid.

Universitas Sumatera Utara


2. Apabila demand lebih besar daripada supply maka harga akan naik;

3. Pada harga suatu komoditias rendah, masyarakat akan membeli lebih banyak,

dengan demikian demand bertambah;

4. Apabila harga suatu komoditas tinggi, demand masyarakat terhadap komoditas

dimaksud cenderung berkurang.

Faktor subtitusi dan tingkat pendapatan juga dapat mempengaruhi supply dan

demand. Pendapatan masyarakat yang bertambah akan mengakibatkan peningkatan

demand terhadap satu komoditi tertentu. Selain itu, meningkatnya harga satu

komoditi yang merupakan subtitusi dari komoditi lainnya akan cenderung

meningkatkan demand terhadap komoditi yang merupakan saingannya tersebut.

Faktor lain yang dapat dianalisis secara fundamental adalah ekspor impor. Jika

permintaan ekspor terhadap komoditi tertentu meningkat maka harga komoditi

dimaksud akan naik. Sebaliknya jika dilakukan banyak impor maka harga akan turun.

Kebijakan pemerintah seperti pajak, bea masuk, dan kuota juga akan mempengaruhi

harga suatu komoditi. Cuaca merupakan faktor penting dalam melakukan analisis

fundamental karena menentukan masa panen dan keberhasilan panen atas suatu

komoditi tertentu. Jika terjadi panen raya maka supply akan bertambah banyak,

sebaliknya jika panen gagal maka supply akan menjadi sedikit.

Universitas Sumatera Utara


Faktor tanah juga merupakan faktor penting karena luas dan kondisi tanah

dapat digunakan untuk analisis untuk mendapatkan perkiraan jumlah produksi pada

masa panen serta kualitas komoditi yang akan dihasilkan. 108

Selain faktor-faktor di atas, faktor makro ekonomi seperti inflasi, deflasi,

kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan fiskal, nilai tukar mata uang, kebijakan

perdagangan akan mempengaruhi harga secara umum dan harus digabungkan ke

dalam suatu analisis fundamental. 109

Inflasi dapat menimbulkan ketidakstabilan harga yang tercermin secara langsung ke

dalam resiko dan kesempatan keuntungan yang tinggi baik bagi hedger maupun

investor. 110 Contoh pengaruh inflasi terhadap perdagangan berjangka seperti terlihat

di bursa Amerika Serikat. Pada tahun 1970, terdapat 27, 2 juta volume transaksi

kontrak berjangka. Jumlah tersebut meningkat menjadi 184,4 juta pada tahun 1986

dan terus meningkat hingga mencapai 2.043 transaksi pada tahun 2006. Peningkatan

tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh inflasi. 111 Berkebalikan dari inflasi yang

merupakan pengaruh dari kecenderungan kenaikan harga (bullish), deflasi merupakan

pengaruh dari kecenderungan penurunan harga (bearish) yang tidak seimbang dengan

peningkatan nilai mata uang di suatu negara.

108
Ibid., hal. 62.
109
Lumban Batu, op.cit., hal. 194.
110
Yang dimaksud inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi
barang.
111
Lumban Batu, op.cit.

Universitas Sumatera Utara


Faktor lain dalam makro ekonomi yang dapat dijadikan analisis adalah

kebijakan moneter yang diterapkan oleh suatu negara. Kebijakan moneter untuk

menekan jumlah uang yang beredar dapat meningkatkan tingkat bunga dan cenderung

membuat harga komoditi menjadi rendah. Sebaliknya, kebijakan moneter untuk

meningkatkan jumlah uang yang beredar dapat menurunkan tingkat bunga dan

menaikkan harga komoditi di pasar berjangka.

Untuk komoditi yang diperdagangkan secara internasional, perlu dilhat pula aspek

nilai tukar mata uangnya sebagai salah satu bahan analisis fundamental. Suatu negara

yang nilai tukar mata uangnya menurun akan menyebabkan kemampuannya untuk

melakukan impor barang menjadi berkurang sementara kemampuan ekspornya

meningkat. Sebaliknya, negara yang nilai tukar mata uangnya naik mempunyai

kecenderungan untuk mengimpor lebih banyak sementara ekspornya menurun.

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal mempelajari mengenai akibat supply dan demand terhadap

pergerakan harga. 112Analisis teknikal juga dikenal sebagai charting karena

menganalisis pergerakan chart dimana pergerakan chart dimaksud merupakan

perubahan harga yang sesungguhnya terjadi.

Ada tiga buah prinsip yang harus dipergunakan dalam melakukan analisis teknikal.

112
Ibid., hal. 199.

Universitas Sumatera Utara


Teknik Penggunaan Grafik The Dow Theory. 113, yang dikelompokkan mejadi tiga
yaitu

Prinsip pertama adalah market price discounts everything. Menurut prinsip

ini, segala kejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa, seperti faktor

ekonomi, politik fundamental, kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi, dan

sebagainya, akan tercermin pada harga pasar. Perubahan harga dipengaruhi oleh

perubahan penawaran dan permintaan. 114

Prinsip kedua adalah price moves in trend. Menurut prinsip ini, harga suatu

komoditi akan tetap bergerak dalam suatu tren, apakah itu tren harga bergerak naik

(up trendline/bullish), turun (down trendline/bearish), atau mendatar/horizontal

(sideways/consolidations). Tren ini akan berlanjut sampai pergerakan harga

melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan bergerak kearah yang

berlawanan. 115

Prinsip ketiga adalah history repeats itself. Dalam analisis teknikal,

pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga di

masa yang akan datang. Hal ini karena pada dasarnya the psychological nature of the

financial markets means that, like history, the future is just a repetition of the past. 116

113
Teori ini ditemukan oleh Charles H. Dow pada tahun 1800-an. Teori ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tren harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data historis
harga pasar saham di masa lalu
114
Wijaya, op.cit., hal. 66.
115
Analisis Teknikal”, http://dewawan.blogspot.com, di unduh tanggal 15 juni 2013
116
Wijaya, op.cit., hal. 68.

Universitas Sumatera Utara


Gam

bar 3.4 Contoh pergerakan harga menurut The Dow Theory 117

Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan dalam suatu analisis teknikal,

antara lain:

1. Support & Resistance Level

Terminologi support dan resistance level disini hampir sama dengan

permintaan dan penawaran. Support adalah tingkat harga dimana terdapat permintaan

yang memadai untuk menghentikan penurunan harga. Pada tingkat ini, jumlah

pembeli melebihi jumlah penjual. 118

117
www.ut.ac.id/html/suplemen
118
Ibid hal 69

Universitas Sumatera Utara


Resistance adalah tingkat harga dimana terdapat penawaran yang memadai

untuk menghentikan naiknya harga sehingga setelahnya harga akan bergerakturun.

Pada tingkat ini, jumlah penjual melebihi jumlah pembeli. 119

2. Tren

Melihat perkembangan tren merupakan salah satu teknik analisis teknikal

yang paling sering digunakan. Dalam hal ini berlaku prinsip analisis teknikal yang

kedua, yaitu price moves in trend, dimana terdapat tren pergerakan harga, baik itu

naik, turun, ataupun mendatar.

3. Moving Average

Moving average adalah rata-rata harga pada periode waktu tertentu. Untuk

menghitung moving average, analis harus terlebih dahulu menentukan periode

waktunya, misalnya N hari dan memiliki data sebanyak N hari tersebut. Moving

average secara sederhana dihitung dengan menjumlahkan harga-harga yang ada

selama rentang waktu N lalu dibagi dengan N.

Moving average dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan posisi.

Apabila harga penutupan bergerak di atas pergerakan harga rata-rata, maka dapat

diambil posisi beli. Sebaliknya, apabila harga penutupan bergerak di bawah

pergerakan harga rata-rata, maka dapat diambil posisi jual. 120

Ada dua tipe umum moving average, yaitu simple moving average dan eksponential

moving average. Simple moving average adalah bentuk moving average yang paling

119
ibid
120
Lumban Batu, op.cit., hal. 211.

Universitas Sumatera Utara


sederhana, namun simple moving average sangat rentan terhadap perubahan harga

yang tiba-tiba. Exponential moving average lebih menekankan pada harga terkini dan

oleh karena itu dapat menunjukkan kepada kita apa yang dilakukan oleh trader pada

saat ini.

Moving average merupakan salah satu indikator yang tertua dan terpepuler.

Disebut moving average atau rata-rata bergerak kerna data harga yang dipakai adalah

harga yang selalu bergerak (berfluktuasi). Jika harganya naik, tentu saja MA nya juga

naik. Begitupun sebaliknya. 121

4. Relative Strength Index (RSI)

RSI merupakan indikator momentum yang dikembangkan oleh Welles Wilder pada

tahun 1978. Untuk pertama kali, Wilder memperkenalkan RSI – 14 hari. Saat ini yang

banyak dipergunakan adalah RSI - 9 hari dan RSI – 25 hari. 122

Wilder juga merekomendasikan untuk menggunakan level 70 dan 30. Jika RSI naik

ke atas level 70 maka posisi harga tertinggi telah terjadi dan sinyal jual terlihat.

Sebaliknya, jika RSI turun ke bawah level 30, posisi harga terendah telah terjadi dan

sinyal beli akan terlihat. 123

Indikasi perubahan harga dapat dilihat dari divergensi antara grafik harga dan RSI.

Jika harga beranjak naik sementara RSI menurun maka akan terjadi penurunan harga.

121
Lucius M. sitanggang dan yulika indrawati, “ Panduan Trading Forex”, (Yokyakarta : Andi,
2006), hal 50
122
Wijaya, op.cit., hal. 71.
123
ibid

Universitas Sumatera Utara


Sebaliknya jika harga menurun sementara RSI meningkat maka harga akan bergerak

naik.

5. Stochastic Oscillator

Stochastic Oscillator dikembangkan oleh George C. Lane. Oscillator adalah

alat untuk mengidentifikasi pasar yang kelebihan beli (over bought) atau kelebihan

jual (over sold). 124 Contoh: jika harga penutupan lebih dari 2% diatas garis tren rata-

rata pergerakan harga sepuluh hari maka pasar disebut mengalami kelebihan beli. Jika

harga penutupan lebih dari 2% di bawah garis tren rata-rata pergerakan harga sepuluh

hari maka pasar disebut mengalami kelebihan jual. 125 Selain prinsip-prinsip dan

teknik analisis teknikal, seorang pelaku pasar juga harus mengetahui hubungan antara

harga, volume, dan open interest sebelum mengambil posisi. 126 Terkait dengan hal

ini, terdapat delapan kemungkinan hubungan harga,volume, dan open interest

sebagaimana ditunjukkan dalam table di bawah ini.

124
Suatu pasar disebut mengalami kelebihan beli apabila harga-harganya
mencapai batas atas dalam suatu tren. Sebaliknya, suatu pasar disebut mengalami
kelebihan jual apabila hargaharganya mencapai batas bawah suatu tren. Lihat
Lumban Batu, op.cit., hal. 211.
125
Lumban Batu, ibid.

126
Open interest adalah posisi terbuka yang merupakan dasar dari pasar futures untuk pelaku
pasarnya melakukan transaksi. Open interest ini menunjukkan bahwa ada pelaku pasar yan berani
memegang posisi terbuka dalam waktu lama dan berani mengambil resiko dalam waktu itu. Open
interest dihitung secara akumulatif dari awal kontrak hingga saat kontrak tersebut jatuh tempo. Lihat
Wijaya, op.cit., hal. 75.

Universitas Sumatera Utara


HARGA VOLUME OPEN INTEREST PASAR

Naik Naik Naik Sangat bullish

Naik Naik Turun Bullish

Naik Turun Naik Agak bearish

Naik Turun Turun Bearish

Turun Naik Naik Sangat Bearish

Turun Naik Turun Bearish

Turun Turun Naik Agak bullish

Turun Turun Turun Bullish

Tabel 3.1 hubungan harga, volume dan open interest 127

127
Wijaya ibid

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PERATURAN PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DI BIDANG

PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

A. Perlindungan Bagi Calon Nasabah Dalam Tahap Pra Transaksi

Perdagangan Berjangka.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Nomor : 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 dan 64/BAPPEBTI/Per/9/2009 Tentang

Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka menyebutkan bahwa 128:

Pasal 1
(1) Kegiatan usaha sebagai Pialang Berjangka hanya dapat dilakukan oleh Anggota
Bursa Berjangka yang berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin
usaha Pialang Berjangka dari Bappebti.
(2) Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang perseorangan yang telah memperoleh izin Wakil Pialang Berjangka dari
Bappebti.
(3) Wakil Pialang Berjangka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki
status sebagai pegawai tetap Pialang Berjangka yang bersangkutan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2
(1) Hanya Wakil Pialang Berjangka yang berwenang berhubungan langsung dengan
calon Nasabah atau Nasabah dalam rangka pelaksanaan transaksi Kontrak
Berjangka.
(2) Berhubungan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah melakukan
hubungan dengan calon Nasabah atau Nasabah secara tatap muka langsung
ataupun melalui sarana elektronik tanpa melalui pihak lain.

128
http://www.bappebti.go.id /diunduh 15 juni 2013.

Universitas Sumatera Utara


(3) Ruang lingkup kewenangan Wakil Pialang Berjangka dalam berhubungan
langsung dengan calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. Menjelaskan dan menawarkan kontrak berjangka yang akan ditransaksikan;
b. Menjelaskan mengenai risiko perdagangan berjangka;
c. Menandatangani dokumen pernyataan adanya risiko;
d. Menjelaskan peraturan perdagangan (trading rules) termasuk mekanisme
transaksi;
e. Menjelaskan isi dokumen perjanjian pemberian amanat; dan
f. Menandatangani dokumen perjanjian pemberian amanat.

Pasal 3
(1) Dalam berhubungan langsung dengan calon Nasabah, Wakil Pialang Berjangka
wajib:
a. Mengetahui latar belakang calon Nasabah yang mencakup pengetahuan,
pengalaman transaksi di bidang Perdagangan Berjangka dan kemampuan
keuangan sehingga diperoleh keyakinan bahwa calon Nasabah yang akan
diterima merupakan calon Nasabah yang layak;
b. Menyampaikan dan menjelaskan dokumen Keterangan Perusahaan berupa
profil perusahaan yang telah disetujui Bappebti yang isinya berpedoman pada
Formulir Nomor: IV.PRO.9.;
c. Menyampaikan dan menjelaskan dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.10., dokumen Perjanjian
Pemberian Amanat dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.11., serta
Peraturan Perdagangan (Trading Rules) yang dibuktikan dengan pernyataan
bahwa Wakil Pialang Berjangka telah menjelaskan dan calon Nasabah telah
memahami penjelasan Wakil Pialang Berjangka dengan menggunakan
Formulir Nomor: IV.PRO.12.;
d. Menjelaskan mengenai Kontrak Berjangka yang akan ditransaksikan;
e. Menyampaikan dan menjelaskan dokumen Aplikasi Pembukaan Rekening
Transaksi, serta memeriksa apakah dokumen tersebut telah diisi seluruhnya
secara lengkap oleh Nasabah sesuai dengan Formulir Nomor: IV.PRO.13.;
f. Memberikan kesempatan kepada calon Nasabah untuk melakukan simulasi
transaksi Perdagangan Berjangka, yang dibuktikan dengan pernyataan bahwa
calon Nasabah telah melakukan simulasi transaksi Perdagangan Berjangka
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.14.;
g. Memberikan kesempatan kepada calon Nasabah untuk membaca dan
mempelajari isi dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko dan dokumen
Perjanjian Pemberian Amanat;
h. Menandatangani dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko dengan
menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.10.; dan
i. Menandatangani dokumen Perjanjian Pemberian Amanat dengan
menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.11.

Universitas Sumatera Utara


(2) Perjanjian Pemberian Amanat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i harus
ditandatangani oleh Wakil Pialang Berjangka, Nasabah, dan Pimpinan Perusahaan
Pialang Berjangka di Kantor Pusat atau Kantor Cabang Pialang Berjangka yang
bersangkutan.
(3) Wakil Pialang Berjangka yang juga berstatus sebagai salah satu Pimpinan
Perusahaan Pialang Berjangka di Kantor Pusat atau Kantor Cabang Pialang
Berjangka hanya dapat menandatangani dokumen Perjanjian Pemberian Amanat
sebagai Wakil Pialang Berjangka atau Pimpinan Perusahaan Pialang Berjangka.

Pasal 4
Dalam berhubungan langsung dengan calon Nasabah atau Nasabah, Wakil Pialang
Berjangka yang melaksanakan kegiatan usaha dari Pialang Berjangka sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2), dilarang:

a. Menerima calon Nasabah apabila mengetahui calon Nasabah yang bersangkutan:


1. Telah dinyatakan pailit oleh pengadilan;
2. Telah dinyatakan melanggar ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan
Pelaksanaannya oleh badan peradilan atau Bappebti;
3. Pejabat atau pegawai:
a) Bappebti, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka; dan
b) Bendaharawan lembaga yang melayani kepentingan umum, kecuali yang
Bersangkutan mendapat kuasa dari lembaga tersebut.
b. Secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi calon Nasabah atau Nasabah
dengan memberikan informasi yang menyesatkan untuk melakukan transaksi
Kontrak Berjangka, antara lain: menawarkan pendapatan tetap (fixed income) atau
bagi hasil (profit sharing);
c. Menawarkan Kontrak Berjangka yang tidak mendapat persetujuan dari Bappebti;
d. Menerima Nasabah yang sumber dananya berasal dari beberapa orang yang
digabung dalam satu rekening;
e. Menerima dana Nasabah (Margin awal) secara tunai (cash);
f. Menerima dana Nasabah (Margin awal) sebelum menandatangani dokumen
Pemberitahuan Adanya Risiko dan dokumen Perjanjian Pemberian Amanat;
g. Menerima kode akses transaksi Nasabah (Personal Access Password);
h. Membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan calon Nasabah atau Nasabah
kecuali perjanjian yang diatur dalam Peraturan ini; atau
i Menerima kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas nama Nasabah yang
Bersangkutan.

Pasal 5
(1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai
Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut
dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka.

Universitas Sumatera Utara


(2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib:
a. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai
perdagangan berjangka kepada calon nasabah;
b. Membuat materi pelatihan mengenai perdagangan berjangka yang disetujui
oleh bappebti;
c. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan
nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan;
d. Membuat dan melaksanakan prosedur operasional standar (pos) tentang
pelayanan nasabah yang disetujui oleh bappebti;
e. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung;
f. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan
ruangan penyelesaian (settlement room);
g. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi rekening terpisah (segregated
Account);
h. Menjelaskan bahwa dana nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke rekening
terpisah (segregated account);
i. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada nasabah;
j. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai
Sengketa keuangan;
k. Melaksanakan prosedur operasional standar (pos) penerimaaan nasabah dan
Pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh pialang berjangka dan telah
disetujui bappebti;
l. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari nasabah dalam kartu amanat
dengan menggunakan formulir nomor: iv.pro.15. Dan mengkonfirmasikan
kepada nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan dengan
menggunakan formulir nomor: iv.pro.16., dalam hal penyampaian transaksi
dilakukan secara tidak langsung oleh nasabah; dan
m. Menyampaikan laporan harian nasabah (daily statement) kepada nasabah.

Pasal 6
Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka dilarang:
a. Mempekerjakan tenaga kerja asing (bukan Warga Negara Indonesia);
b. Mencari calon Nasabah dengan dalih iklan lowongan pekerjaan;
c. Menerima setoran dana Margin awal Nasabah secara tunai;
d. Menyerahkan kode akses transaksi Nasabah (Personal Access Password)
kepada pihak lain selain Nasabah;
e. Menerima setoran Margin untuk suatu rekening Nasabah yang pengirimnya
tidak sama identitasnya dengan identitas Nasabah tersebut yang tertera dalam
dokumen Perjanjian Pemberian Amanat;
f. Memberi pinjaman dana untuk Margin Nasabah;

Universitas Sumatera Utara


g. Memindahbukukan dana Nasabah dari Rekening Terpisah Pialang Berjangka
ke rekening Nasabah yang namanya tidak sesuai dengan nama dan rekening
bank yang tercantum dalam dokumen Perjanjian Pemberian Amanat;
h. Melakukan pembayaran secara tunai dalam hal Nasabah menarik dananya
(withdrawal);
i. Menugaskan tenaga penyelesaian transaksi (settlement) merangkap sebagai
tenaga
j. Pelaksana transaksi (dealing) dan/atau sebaliknya;
k. Menggunakan dana Nasabah yang terdapat di dalam Rekening Terpisah
(Segregated Account) untuk kepentingan lain kecuali untuk membayar komisi
dan biaya lain sehubungan dengan transaksi Kontrak Berjangka; atau
l. Menyerahkan Laporan Harian Nasabah (Daily Statement) kepada pihak lain
kecuali Nasabah atau kuasanya.

Pasal 7
Pegawai Pialang Berjangka atau pihak lainnya yang memiliki kepentingan dengan
Perusahaan Pialang Berjangka dilarang:
a. Menerima surat kuasa dalam bentuk apapun dari calon Nasabah atau Nasabah;
b. Secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi calon Nasabah atau Nasabah
dengan memberikan informasi yang menyesatkan untuk melakukan transaksi
Kontrak Berjangka, antara lain: menawarkan pendapatan tetap (fixed income),
atau bagi hasil (profit sharing);
c. Membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan calon Nasabah atau Nasabah
kecuali perjanjian yang diatur dalam Peraturan ini;
d. Menerima dan menggunakan kode akses transaksi Nasabah (Personal Access
Password);
e. Membuat atau mempublikasikan pernyataan yang tidak benar yang isinya tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang Perdagangan Berjangka;
atau
f. Menerima Laporan Harian Nasabah (Daily Statement).

Universitas Sumatera Utara


B. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pelaksanaan Transaksi

Perdagangan Berjangka

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999

tentang penyelenggaraan perdagangan komoditi berjangka menyebutkan bahwa

Pasal 108

(1) Setiap kali menerima amanat Nasabah untuk melakukan transaksi atas beban
rekening Nasabah yang bersangkutan, Pialang Berjangka wajib mencatat dalam
kartu amanat sebagaimana ditetapkan oleh Bappebti.
(2) Apabila amanat Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
melalui telepon, maka perintah dan pembicaraan tersebut wajib direkam.
(3) Apabila transaksi telah selesai dilaksanakan, Pialang Berjangka segera
memberitahukan Nasabah yang bersangkutan selambat-lambatnya 2 (dua) hari
kerja berikutnya.
(4) Pialang Berjangka wajib menyampaikan kepada Bappebti formula perhitungan
biaya transaksi atau jasa yang harus dibayar oleh Nasabah untuk referensi. 129

Pasal 110
Dalam menyalurkan amanat Nasabah, Pialang Berjangka dilarang melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Menyembunyikan atau mengubah informasi tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi;
b. Menyarankan untuk membeli atau menjual jenis Kontrak Berjangka tertentu atau
memberikan penilaian harga akan naik atau turun tanpa didasarkan perhitungan
yang benar dengan maksud agar Nasabah melakukan transaksi;
c. Menerima amanat Nasabah dan menyelesaikan perjanjian pemberian amanat di
luar kantor pusat dan kantor cabang resmi;
d. Membocorkan rahasia tentang amanat Nasabah atau rahasia bisnis lainnya yang
diperoleh dalam pelaksanaan transaksi;
e. Menyalahgunakan dana Nasabahnya;
f. Memberikan jawaban yang tidak benar atas pertanyaan Nasabah, sehingga
merugikan kepentingan Nasabah;

129
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 108.

Universitas Sumatera Utara


g. Membuat, menyimpan, melaporkan dan mempublikasikan secara melawan
hukum tentang kegiatannya, atau membuat pernyataan tidak benar dalam
rekening, buku laporan keuangan, dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. Lalai menyampaikan berbagai laporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
i. Memberi pinjaman atau meminjam uang dari Nasabah atau bertindak sebagai
perantara bagi Nasabahnya untuk meminjamkan atau meminjam uang dari pihak
lain;
j. Melakukan kesalahan pencatatan mengenai pelaksanaan transaksi;
k. Melakukan perubahan tidak sah yang dibubuhkan pada cap waktu pada pesanan
nasabah, laporan transaksi, atau dokumen lainnya;
l. Melaksanakan transaksi melebihi jumlah batas maksimal yang telah ditetapkan.
m. Melaksanakan transaksi untuk Nasabahnya tanpa perintah Nasabah yang
bersangkutan;
n. Tidak menyalurkan amanat Nasabah ke Bursa Berjangka sesuai dengan perintah
Nasabah;
o. Menerima kuasa dari Nasabah untuk melakukan transaksi atas nama Nasabah
yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tertentu yang ditetapkan oleh
Bappebti; dan
p. Melakukan pelanggaran terhadap ketentuan lainnya yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 130

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka

Komoditi Nomor : 64/BAPPEBTI/Per/1/2009 Tentang Ketentuan Teknis Perilaku

Pialang Berjangka menyebutkan bahwa 131:

Pasal 5
(1) Pialang Berjangka bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh pegawai
Pialang Berjangka atau pihak yang terkait dengan Pialang Berjangka tersebut
dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka.
(2) Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan Berjangka, Pialang Berjangka wajib:
a. Membuat dan melaksanakan prosedur operasional standar (pos) tentang tata
cara penerimaan nasabah yang disetujui oleh bappebti;
b. Membentuk unit yang berfungsi untuk menyelenggarakan pelatihan mengenai
perdagangan berjangka kepada calon nasabah;

130
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 110
131
http://www.bappebti.go.id /diunduh 15 juni 2013.

Universitas Sumatera Utara


c. Membuat materi pelatihan mengenai perdagangan berjangka yang paling
sedikit meliputi:
1. Peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka;
2. Pengetahuan tentang komoditi dan Kontrak Berjangka;
3. Pengetahuan tentang mekanisme transaksi dan risiko di bidang Perdagangan
Berjangka;
4. Hak-hak dan kewajiban Nasabah; dan
5. Sarana penyelesaian perselisihan perdata.

d. Menjelaskan mengenai pengertian dan fungsi Rekening Terpisah (Segregated


Account);
e. Menjelaskan bahwa dana Nasabah harus ditransfer atau disetorkan ke
Rekening Terpisah (Segregated Account);
f. Menjelaskan biaya-biaya yang akan dikenakan kepada Nasabah;
g. Menyediakan sarana simulasi transaksi Perdagangan Berjangka bagi calon
Nasabah;
h. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang
pelaksanaan transaksi yang ditetapkan oleh Pialang Berjangka dan telah
disetujui
Bappebti;
i. Menyediakan ruangan perdagangan (dealing room) yang terpisah dengan
ruangan penyelesaian (settlement room);
j. Menyediakan sarana untuk transaksi secara langsung maupun tidak langsung;
k. Merekam dan mencatat penerimaan amanat dari Nasabah dalam Kartu Amanat
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.15.;
l. Mengkonfirmasikan kepada Nasabah tentang transaksi yang telah dilaksanakan
dengan menggunakan Formulir Nomor: IV.PRO.16., dalam hal penyampaian
transaksi dilakukan secara tidak langsung oleh Nasabah;
m. Menyampaikan Laporan Transaksi Harian (Daily Statement) kepada Nasabah;
n. Menjelaskan alternatif penyelesaian perselisihan perdata khususnya mengenai
sengketa keuangan;
o. Membuat dan melaksanakan Prosedur Operasional Standar (POS) tentang
penanganan pengaduan Nasabah oleh Pialang Berjangka dan telah disetujui
Bappebti; dan
p. Membentuk unit yang berfungsi untuk memberikan pelayanan pengaduan
Nasabah dan mengawasi kepatuhan terhadap peraturan.

Universitas Sumatera Utara


C. Perlindungan Bagi Nasabah Dalam Tahap Pasca Transaksi Perdagangan

Berjangka.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999

tentang penyelenggaraan perdagangan komoditi berjangka menyebutkan bahwa :

Pasal 92
1) Pialang Berjangka wajib membuat, memelihara, dan menyimpan semua catatan
keuangan secara benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara
umum serta tersedia setiap saat untuk diperiksa, dan catatan transaksi termasuk
semua kartu, memo atau rekaman yang berkaitan dengan kegiatan transaksi
Kontrak Berjangka, opsi, dan komoditi dipasar fisik.

2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi semua pesanan yang telah
ditransaksikan, kartu transaksi,kartu tanda tangan, buku catatan transaksi,jurnal,
buku kas, cek yang dibatalkan, salinan informasi, salinan pernyataan jual beli,
Dokumen Perjanjian Pemberian Amanat, Dokumen Pemberitahuan Resiko, dan
catatan lainnya yang dibuat berkaitan dengan pelaksanaan transaksi Kontrak
Berjangka, Opsi Komoditi di pasar fisik.

3) Untuk transaksi Opsi harus dicatat informasi mengenai waktu transaksi, transaksi
Opsi jual atau beli, waktu jatuh tempo, jumlah transaksi, jenis Opsi, harga
patokan, premi, komisi, dan biaya lainnya. 132
Pasal 93
(1) Pialang Berjangka yang menerima amanat wajib segera mencatat dalam kartu
amanat, nama Pihak yang memberi amanat, nomor rekening dan data amanat.
(2) Kartu amanat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib segera diberi tanda
waktu terima amanat dengan menggunakan peralatan atau mesin pencatat
waktu. 133
Pasal 94
(1) Pialang Berjangka wajib membuat catatan keuangan yang terpisah untuk setiap
Nasabah, meliputi uang masuk dan keluar dan semua transaksi Kontrak

132
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 92.
133
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 93

Universitas Sumatera Utara


Berjangka di Bursa Berjangka dalam negeri dan/atau luar negeri yang mencakup
waktu, harga, jumlah transaksi, dan jenis komoditi.
(2) Pialang Berjangka wajib menyampaikan konfirmasi tentang posisi keuangan
Nasabah, mencakup berbagai biaya yang dikeluarkan untuk transaksi dan jasa
kepada Nasabah setiap hari, selambatnya pukul 12.00 hari berikutnya.
(3) Pialang Berjangka wajib membuat konfirmasi sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sekali kepada Nasabah tentang posisi terbuka Kontrak Berjangka dan harga yang
terjadi, laba atau rugi bersih yang belum nyata, semua dana Nasabah, dan
berbagai biaya yang dibebankan kepada rekening nasabah tersebut. 134

D. Jaminan Yang Dibeikan Oleh Perusahaan Pialang Kepada Nasabah/Investor

Dalam Kaitannya Perlindungan Hukum Konsumen.

Nasabah merupakan konsumen sehingga perlindungan bagi kepentingannyamerupakan

suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Dalam dunia transaksi perdagangan

berjangka, nasabah/ investor merupakan unsur yang sangat berperan sekali, karna mati

hidupnya dunia transaksi bersandar kepada kepercayaan dari pihak nasabah atau masyarakat,

Pengertian konsumen dalam pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen yaitu : 135

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

mahluk hidup lain dan tidak untuk di perdagangkan.

134
Peraturan Pemerintah RI no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan
Berjangka Komoditi. Pasal 94.

135

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan nasabah / investor pasal 1 angan (22) Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2011 tentang perdagangan berjangka komoditi ialah dapat diartikan sebagai berikut :

Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola

oleh Pialang Berjangka.

Adapun jaminan yang diberikan oleh perusahaan kepada nasabah sebagaimana telah

dibuat dalam pasal 1 sampai pasal 6 Undang –Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang

Perdagangan berjangka Komoditi yakni sebagai berikut :

Dana jaminan hanya dapat digunakan untuk keperluan pembayaran ganti rugi
kepada nasabah yang diakibatkan oleh cidera janji yang dilakukann oleh pialang
berjangka sehubungan dengan penyaluran amanat Nasabah untuk transaksi
kontrak berjangkaBursa luar negri.

Pasal 69
(1) Bursa Berjangka wajib membentuk suatu Unit Khusus untuk mengelola Dana
Kompensasi.
(2) Unit Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab kepada
Bursa Berjangka.
(3) Dana Kompensasi wajib disimpan dalam rekening yang dibuat khusus untuk
menyimpan Dana Kompensasi pada Bank yang disetujui oleh Bappebti.
(4) Pembukuan Dana Kompensasi terpisah dengan pembukuan Bursa Berjangka.
(5) Laporan keuangan Dana Kompensasi wajib diperiksa dan diaudit oleh Akuntan
Publik.
(6) Paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun buku, Bursa Berjangka
wajib menyampaikan laporan keuangan Dana Kompensasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) kepada Bappebti. 136

Pasal 72

136
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 69

Universitas Sumatera Utara


(1) Dana Kompensasi hanya dapat digunakan untuk pembayaran ganti rugi kepada
Nasabah akibat cidera janji Pialang Berjangka.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar nilai kerugian. 137

Pasal 73
Tuntutan ganti rugi kepada Bursa Berjangka hanya dapat dipertimbangkan, apabila:
a. Nasabah yang bersangkutan telah melakukan upaya penagihan secara maksimal
kepada pialang berjangka yang melakukan cidera janji tersebut;
b. Memberikan bukti yang kuat bahwa kerugian yang dialaminya disebabkan oleh
perbuatan cidera janji pialang berjangka yang menerima amanat dari nasabah
yang bersangkutan; dan
c. Jumlah uang yang dituntut adalah jumlah ganti rugi yang sebenarnya terjadi. 138

Dengan adanya Undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Pasal 19

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.
(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian
lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 139

137
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 72
138
eraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 73
139
Undang-undang No.8, LN No.3674 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen, Pasal
19

Universitas Sumatera Utara


maka perjanjian dengan klausula baku telah dilarang. Larangan membuat atau

mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian diatur dalam

Pasal 18 ayat (1), berupa : 140

a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang


yang dibeli konsumen.

c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang
dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli konsumen.

d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang
berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan


jasa yang dibeli oleh konsumen.

f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa.

g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,


tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku
usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya.

h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk


pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang
dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Pengertian klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu setiap aturan atau

ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh

pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang

140
Undang-undang No.8, LN No.3674 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen, Pasal
18 ayat (1)

Universitas Sumatera Utara


mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Yang dibakukan dalam perjanjian

tersebut adalah klausul-klausulnya bukan formulir perjanjian. Pada saat ini,

kedudukan nasabah sangat lemah sehingga ia menerima saja aturan dan syarat-syarat

oleh pihak perusahaan pialang berjangka.

Selain dari dana jaminan yang di uraikan diatas adapaun hal-hal yang harus

diperhatikan oleh seorang Nasabah/Investor dalam memutuskan untuk memasuki

dunia trading, ada beberapa hal yang sebaiknya dipahami oleh nasabah tersebut.

Berikut ada 8 tips trading 141

1. Pahami tujuan dan sumber daya trading.

Seorang investor hendaknya memahami tujuan Investasi sebelum mengambill

keputusan untuk mengalokasikan dana dibidang Trading forex. Mengingat

resiko yang dihadapi cukup tinggi, disarankan untuk menggunakan dana extra

cash jika ingin mencoba trading forex. Pertimbangannya, apabila mengalami

kerugian, stress atau masalah lain akan mudah diatasi, tidak seberat bila sumber

dana yang digunakan adalah dana untuk keperluan sehari-hari atau bahkandana

dari hutang.

2. Mempelajari profil perusahaan (broker)

141
Lacius M dan Yulika indrawati, “panduan Trading Forex”, (yokyakarta : penerbit Andi Yokyakarta,
2006) hal 70

Universitas Sumatera Utara


Seoranng investor disarankan untuk mencari informasi selengkap-lengkapnya

mengenai perusahaan (broker) dimulai dari legalitas perusahaan / broker yang

dipilih, memiliki trader yang berkualitas (apabila diperlukan) potensi hasil dan

potensi resiko yang dihadapi.

3. Mengenali resiko

Seperti diungkapkan sebelumnya, trading forex memiliki tingkat resiko yang

tinggi. Sebesar keuntungan yang diharapkan, sebesar itupula resiko kerugian yang

harus dihadapi. Resiko kerugian tidak mungkin ditiadakan namun begitu resiko

itu dapat disiasati. Caranya, dengan menajemen resiko seperti yang akan dibahas

pada poin-poin selanjutnya.

4. Empat hal dalam trading

1) Bertanggung jawab atas modal. Baik investor melakukan trading sendiri atau

menggunakan jasa seorang broker, hendaknya menyadari potensi keuntungan

maupun kerugian yang akan terjadi.

2) Tenang. Pikiran yang jernih akan membantu dalam menganalisis pergerakan

harga.

3) Bersikap santai. Sikapi perubahan harga dengan santai walaupun harga

bergerak begitu fluktuatif. Kecemasan dan ketakutan justru akan membuat

anda tidak dapat melihat perubahan harga secara objektif.

Universitas Sumatera Utara


Jangan bereaksi berlebihan.

4) Jangan mudah terpancing dengan pergerakan-pergerakan harga dapat

memancinng reaksi. Harga bergerak “menggoda” investor untuk mengambil

posisi buy atau sell.

5. Manajemen resiko

Dalam perdagangan, baik perdagangan pada umumnya atau trading forex, selalu

ada resiko kerugian. Resiko tidak dapat dihindari tetapi dapat di eliminasi, yaitu

dengan cara menerapkan manejemen resiko :

a. Stop loss dan limit profit. Buat batasan sejau mana anda sanggup menaggung

kerugian dan buatlah batasan untuk merealisasikan keuntungan.

b. Cut loss. Jika menurut anda harga berbalik arah sehingga tidak sesuai dengan

prediksi anda, lebih baik anda “tega” melakukan cut loss dari pada menanggung

kerugian yang lebih besar, terutama anda yang tidak memberi batasan untuk stop

loss. Setelah itu anda dapat melakukan :

c. Switching atau balik badan / arah. Jika mengetahui setelah memperkirakan

pergerakan harga, misalnya mengambil posisi buy ternyata harga cendrung lebih

Universitas Sumatera Utara


kuat untuk turun / jatuh maka anda dapat menutup transaksi-transaksi

sebelumnnya dengan cara cut loss. Setelah mengambil posisi sell. 142

6. Manejemen stress

Factor stress adalah timbulnya kecemasan, kekuatiran dan ketakutan, sangan

manusiawi dan sangat sering terjadinya dalam trading. Bila perasaan itu mulai

dalam melakukan analisis, hentikan sejenak trading dan tenangkan pikiran. Lebih

baik tidak mengambil posisi buy atau sell. Perlu disadari bahwa factor stress

dapat berakibat buruk terhadap hasil analsisis dan terntu juga pada hasil trading.

7. Disiplin diri

Disiplin diri adalah kuci utama dalam menerapkan menejemen strees dan

manejemen risiko.

8. Besar hati jika menghadapi kenyataan rugi bila nasabah melakukan trading

dengan bertanggung jawab dan dengan kesadaran hati berbesar hati dan menerima

kenyataan bila mengalami kerugian. Mungkin untuk beberapa waktu nasabah

akan mengalami strees atau bahkan depresi, tetapi jika anda berbesar hati maka

keadaan anda tidak akan semakin buruk.

Ternyata dalam melakukan transaksi perdagangan perdagangan berjangka

komoditi yang ada pada PT. Konak Perkasa future pekanbaru tidak hanya

memberikan keuntungan kepada nasabah, tetapi juga terdapat kerugian pada nasabah/

142
Ibid hal 72

Universitas Sumatera Utara


investor itu sendiri, dan ini terjadi ketika nasabah tidak tidak memahami penuh

bagaimana perusahaan pialang berjangka yang ia investasikan dananya. Karna

sebagian besar perusahaan pialang berjangka yang menjual jasa pialangnya di

Indonesia, pada saat ini terutama Pialang Berjangka konvensional baik perusahaan

pialang yang berskala besarn maupun yang berskala kecil. Masing masing perusahaan

pialang berlomba-lomba untuk memberikan layanan sebaik-baiknya kepada nasabah.

Bahkan tidak sedikit perusahaan pialang yang menjanjikan keuntungan yang

besar bagi nasabahnya , apabila nasabah itu menjadi investor dan melakukan investasi

melalui jasa perusahaan pilang teersebut.

Dalam bab ini, adapun PT.Kontak Perkasa Future memuat atau memberi tips

bagaimana caranya memilih pialang berjangka yang begitu banyak kepada setiap

nasabah sebagaimana bahan pertimbangan terhadap nasabah dalam mengambil

keputusannya untuk menginvestasikan modalnya, yaitu :

Pertama dan yang paling utama tentu bergantung bagaimana nasabah menyikapi

dengan baik, namun, ada prinsip prinsip yang baik untuk dipegang dalam memilih

pialang berjangka, terutama untuk penilaian awal, yaitu makin murah fee atau komisi

yang ditawarkan perusahaan pialang biasanya pelayanan yang diberkan tidak

lengkap, sebaliknya perusahaan pialang berjangka yang meggunakan fee yang mahal

biasanya memberikan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik. Disamping prinsip

Universitas Sumatera Utara


dasar itu, ada beberapa kriteria lain yang harus dilihat untuk disikapi dalam menilai

baik tidaknya sebuah perusahaan pialang berjangka diantaranya : 143

a. Legalitas dalam hal ini adalah factor utama untuk disikapi dalam memilih

perusahaan pialang. Perusahaan pialang berjangka yang baik itu buka dilihat dari

besar dan mewahnya kantor perusahaan itu. Tetapi dilihat dari perizinan atas

keterlibatannya didalam kegiatan pialang berjangka yang diterbitkan oleh

bappebti, dan sekaligus sebagai anggota BBJ serta kliring Berjangka Indonesia

(KBI). Dengan legalitas ini dana nasbah dilindungi oleh lembaga tersebut.

Sehingga, jika terjadi kesalahan yang merugikan , investor bisa mengadukan

masalah tersebut kepada lembaga lembaga-lembaga yang terkait.

b. Domisili

Alamat perusahaan pialang jelas, dan terdaftar di Bappebti. Kalau bisa kita

mendapatkan informasi, bahwa alamat perusahaan tersebut tidak berpindah-

pindah.

c. Transparan

Perusahaan pialang yang baik adalah perusahaan yang dapat di percaya dan jujur

dalam mengemban amanat investor, terutama menyagkut penempatan,

pengelolaan, dan penggunaan dana nasabah dalam suatu rekening terpisah

(segregated account). Ini memang agak sulit di deteksi secara dini, kita

memerlukan waktu dan pengalaman berhubungan dengan perusahaan pialang

untuk mengetahui tingkat transparansi ini.


143
Ibid

Universitas Sumatera Utara


d. Complain

Di perusahaan pialang berjangka yang besar biasanya dilengkapi dengan divisi

complain. Divisi ini melayani semua permasalahan-permasalahan yang berkenaan

dengan nasabah. Apabila terjadi kesalahan-kesalahan yang menyangkut

pengelolaandana kita dapat menanyakan langsung kepada divisi ini.

Sehingga dengan mengetahui Legalitas yang ada pada perusahaan pialang

berjangka tersebut seorang nasabah/investor tidak menjadi santapan empuk oleh

scammer perusahaan pialang palsu, khususnya perusahaan –perusahaan yang

illegal dan yang tidak memiliki kepastian Hukum.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagaiberikut:

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 mengatur mengenai pihak-pihak yang terkait

dalam perdagangan berjangka, antara lain badan pengawas perdagangan berjangka

komoditi (BAPPEBTI) yang merupakan pengawas tertinggi, bursa berjangka

merupakan sebagai pihak yang menyelanggarakan dan menyedikan sitem dan/atau

sarana untuk kegiatan perdagangan berjangka, lembaga kliring berjangka sebagai

pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana untuk

kegiatan pelaksanaan kliring dan menjamin transaksi pedagangan berjangka, pialang

berjangka sebagai pihak yang bertransaksi untuk kepentingan nasabah, dan pedagang

berjangka sebagai pihak yang melakukan transaksi untuk rekeningnya sendiri.

Perdagangan berjangka menawarkan banyak kesempatan bagi investor dengan

modal dan adanya resiko. Speculator berjangka yang berinvestasi di komoditi

berjangka sama hal nya dengan mereka yang berinvestasi pada saham, obligasi dan

property yaitu mengambil keuntungan dengan mengambil resiko tentunya dengan

ekspetsi mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga.

Universitas Sumatera Utara


Perdagangan berjangka sebagai salah satu bentuk alternatif investasi dan

sarana lindung nilai merupakan suatu mekanisme perdagangan yang bersifat high risk

high return. Di satu sisi, nasabah yang berinvestasi di perdagangan berjangka (baik

hedger ataupun spekulan) mempunyai peluang untuk mendapatkan keuntungan yang

besar. Akan tetapi disisi lain, terdapat resiko yang melekat (inheren) dimana karena

keadaan pasar yang fluktuatif nasabah dapat kehilangan seluruh dana yang

diinvestasikan dan tidak menutup kemungkinan nasabah diminta untuk menambah

dananya. Faktor resiko yang besar inilah yang membuat nasabah di bidang

perdagangan berjangka memerlukan perlindungan, khususnya perlindungan hukum,

agar hak-hak mereka selaku nasabah diperhatikan.

Suatu aturan hukum haruslah dapat berlaku secara efisien dan efektif di

masyarakat. Di dalam prakteknya, aturan-aturan di bidang perdagangan berjangka

yang ditujukan untuk memberikan perlindungan bagi nasabah belum dapat dikatakan

berlaku secara efisien dan efektif.

B. Saran

Perlu dilakukan upaya yang berkesinambungan yang lebih bersifat preventif

untuk meminimalisir penyimpangan ataupun pelanggaran ketentuan perdagangan

berjangka oleh Pialang Berjangka sehingga hak-hak nasabah di bidang perdagangan

berjangka dapat dipenuhi, misalnya dilakukan audit rutin terhadap Pialang Berjangka

oleh Bappebti dan Bursa Berjangka. Dengan adanya audit rutin, indikasi pelanggaran

Universitas Sumatera Utara


ataupun penyimpangan dapat segera diketahui, dan dengan demikian dapat dicari

suatu langkah perbaikan, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan nasabah

menderita kerugian.

Perlu dilakukan evaluasi terhadap ketentuan peraturan perundangundangan di

bidang perdagangan berjangka yang saat ini berlaku dengan memperhatikan masukan

dari semua pihak, termasuk nasabah dan masyarakat. Apabila dari hasil evaluasi

tersebut ternyata aturan yang ada belum dapat memberikan perlindungan yang adil

bagi nasabah maupun pelaku usaha, maka aturan tersebut perlu untuk diamandemen.

Perlu dilakukan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat, calon nasabah, dan

nasabah mengenai industri perdagangan berjangka secara mendalam agar masyarakat,

calon nasabah, dan nasabah mengetahui dengan jelas hak dan kewajibannya

Perlu adanya koordinasi diantara stakeholder di bidang perdagangan berjangka

dalam hal terjadi suatu penyimpangan ataupun pelanggaran ketentuan untuk

mencegah kerugian lebih lanjut dari masyarakat (nasabah).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Az. Nasution. Suatu Pengantar Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta. Diadit

Media. 2001

Berlianta Charisma Heli. Mengenal Valuta Asing. Yogyakarta. Gajah Mada

University Press. 2000

Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Prenada Media Group, 2007

Fred F. Kerlinger. Asas-asas Penelitian Behavorial. Yogyakarta. Gajahmada

University Press, Cetakan kelima, 1996

H.B Sutopo, metedologi penelitian hukum kualitatif . Surakaarta: UNS Press, 1998

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar


Grafika, 2000

Lucius M, S dan Indrawati Yulika. Panduan Trading Forex. Yogyakarta. Andi.

2006

Lumban Batu, Pantas. Perdagangan Berjangka (Futures Trading). Jakarta: Elex


Media Komputindo, 2010.

Magerita. Perlindungan Hukum Terhadap Pembelian Saham yang Digadaikan.

Medan. USU Press. 2010

Nasarudin Irsan dkk. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Kencana.

2010

Universitas Sumatera Utara


Purba Hasim. Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum. Medan. Cahaya Ilmu.

2006

Sawidji Widoatmodjo. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Jakarta. PT. Elex

Media Komputindo, 2004

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Penerbit UI-Press.


2012.

Sofyan Hanapi. Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia. Jakarta. PT.

Alex Media Kompetindo. 2000

Sophie yusuf. Perlindungan Konsumen. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti. 2003

Sidabalok Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung. PT.

Citra Aditya Bhakti. 2006

Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta. Intermassa. 2001

Subekti. Hukum Perjanjian. Cet.14. Jakarta. Intermedia. 1992

Vibby Santo. The Stock Market Secret Profit of When Buy and Sell Candlestick

can Tell. Jakarta 2012

Wahyuni Sri Endang. Aspek Hukum Sertifikasi dan Keterkaitannya dengan

Perlindungan Konsumen. Bandung. PT. Citra Aditya Bhakri. 2003

Wijaya Krisna. Reformasi Perbankan Nasional. Jakarta. Harian Kompas. 2000

Wijaya, Johanes Arifin. Bursa Berjangka, Yokyakarta : Andi Yokyakarta, 2002

Universitas Sumatera Utara


B. Peraturan Perundang-undangan

Bappebti. Peraturan Kepala Bappebti Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala


Bappebti Nomor 63/BAPPEBTI/Per/9/2008 Tentang Ketentuan Teknis
Perilaku Pialang Berjangka. Peraturan Kepala Bappebti Nomor
64/BAPPEBTI/Per/1/2009.

Keputusan Presiden Tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak


Berjangka. Keppres Nomor 119 Tahun 2001.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Diterjemahkan oleh


Subekti Jakarta: Pradnya Paramita, 2001.

Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka


Komoditi. PP Nomor 9 Tahun 1999, LN Nomor 16 Tahun 1999, TLN
Nomor 3805.

Peraturan Kepala Bappebti Tentang Kontrak Derivatif Yang Diperdagangkan


Dalam Sistem Perdagangan Alternatif. Peraturan Kepala Bappebti Nomor:
72/BAPPEBTI/Per/9/2009.

Peraturan Tentang Tata Cara Penyaluran Amanat Nasabah Ke Bursa


Berjangka Luar Negeri. Peraturan Kepala Bappebti Nomor:
82/BAPPEBTI/Per/04/2010.

Peraturan Kepala Bappebti Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kegiatan Promosi


Atau Iklan, Pelatihan, dan Pertemuan di Bidang Perdagangan Berjangka
Komoditi. Peraturan Kepala Bappebti Nomor:
83/BAPPEBTI/Per/06/2010.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perdagangan Berjangka


Komoditi. UU LN Nomor 79 Tahun 2011, TLN Nomor 5232

Universitas Sumatera Utara


C. Internet

http://www.bappebti.go.id. Diunduh 15 Juni 2013.

http://www.bbj-jfx.com. Diunduh 15 Juni 2013

http://www.KP-Futures.com. Diunduh 15 Juni 2013

http://www.albachtimi.com/belajar-forex/exponential-moving-average/. Diunduh

15 Juni 2013

http://www.icdx.co.id/products. Diunduh 15 juni 2013.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai