Anda di halaman 1dari 29

Analiisi Yuridis Pertanggungjawaban Tindak Pidana

Direktur PT Uni Oil Yang Melakukan Penggelapan Pajak


(Studi Kasus Nomor: 1864/Pid.B/2019/PN.Tgn)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna


Mencapai Gelar Strata Satu (S1) Ilmu Hukum

Oleh:

Nama : M. Hilmy Agus Falih


NIM : 1902010174
Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF


TANGERANG
2023

HALAMAN PERSETUJUAN
2

Analiisi Yuridis Pertanggungjawaban Tindak Pidana


Direktur PT Uni Oil Yang Melakukan Penggelapan Pajak
(Studi Kasus Nomor: 1864/Pid.B/2019/PN.Tgn)

Disetujui Untuk Diajukan Kepada Panitia Ujian Sidang Skripsi


Strata Satu (S1) Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang

Tangerang, 12 Maret 2023

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

DR. H. SUKHEBI MOFEA S.H., M.H RAENDHI RAHMADI, S.H.,


M.KN
NIDN: 0415046403 NIDN: 0008118501

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang

DR. H. SUKHEBI MOFEA, S.H., M.H


NIDN: 0415046403
HALAMAN PENGESAHAN

Analiisi Yuridis Pertanggungjawaban Tindak Pidana


Direktur PT Uni Oil Yang Melakukan Penggelapan Pajak
(Studi Kasus Nomor: 1864/Pid.B/2019/PN.Tgn)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi Fakultas


Hukum Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang
Pada Tanggal, 19 Maret 2023

Ketua Sidang

DR. H. SUKHEBI MOFEA, S.H., M.H


NIDN: 410520069

Anggota, Anggota,

RAENDHI RAHMADI, S.H., M.KN BEGGY TAMARA, S.H., MSy


NIDN: 0428066403 NIDN: 043108850

Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang

DR. H. SUKHEBI MOFEA, S.H., M.H


NIDN: 410520069
4

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Dan di antara pertanda-Nya bahwa


dia telah menjadikan Isteri kamu
dari jenismu, agar kamu bisa
bersama, dan bahwa ia telah
mengadakan sifat kasih mesra di
antara kamu kedua belah pihak.
Dalam hal ini, menjadi pertanda
bagi Orang – Orang yang mau
berfikir (Q.S, Ar Rum :21)

PERSEMBAHAN

"Ayah dan Ibu, ku tahu betapa


sulitnya kalian merawat dan
menjagaku, membesarkanku juga
mendidikku hingga dewasa,
namun semua itu tidak akan ku
sia-siakan. Ku berjanji,
pengorbanan kalian adalah
kebahagiaan kalian kelak".
"Ya Allah, jagalah kedua orang
tuaku seperti mereka menjagaku
sewaktu aku kecil".
KATA PENGANTAR

Pertama-tama disampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang maha

pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan strata S1 di Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf

Tangerang. Sehubungan dengan itu, disusun skripsi yang berjudul: Analiisi

Yuridis Pertanggungjawaban Tindak Pidana Direktur PT. Uni Oil Yang

Melakukan Penggelapan Pajak (Studi Kasus Nomor:

1864/Pid.B/2019/PN.Tgn)

Penulis menyadari bahwa di dalamnya masih banyak kekurangan-

kekurangan, karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan berbagai masukan atau saran dari para penguji untuk

penyempurnaannya. Dalam kesempatan ini Penulis juga ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moral

maupun materiil demi selesainya skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, Dip.RSL., M.Pd., Selaku Rektor

Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang.

2. Bapak Dr.H.Sukhebi Mofea SH.,MH. Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang. Sekaligus sebagai dosen

pembimbing ke I yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis

dalam menyusun skripsi ini.

3. Ibu Mamamy Komariah, SH., MH., Selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang. Sekaligus sebagai


6

dosen pembimbing ke II yang telah memberikan saran dan arahan dalam

menyusun skripsi ini.

4. Bapak Raendhi Rahmadi, S.H., M.KN. Selaku Pembimbing II Fakultas

Hukum Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang.

5. Bapak Beggy Tamara SH., Msy., Ketua Program Studi Fakultas Hukum

Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh-Yusuf

yang tidak bisa penulis sebut satu persatu beserta para staff, yang telah

banyak membimbing, dan membantu penulis.

7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh-

Yusuf Tangerang yang telah membantu dan memberikan dukungan serta

ilmu kepada penulis.

8. Kedua orang tuaku yang telah mendidik, membesarkan dengan penuh

kasih sayang yang tulus serta memberikan segala perhatian dan pengertian

kepada Penulis.

9. Kakanda dan adinda yang selalu mendampingi dalam tinjauan pustaka

maupun tinjauan lapangan kepada penulis.

10. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan yang telah sama-sama diskusi,

tegur sapa, kritik dan saran, sehingga skripsi ini selesai disusun. Di

Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang.

Semoga semua amal yang telah di berikan mendapatkan balasan dan

pahala yang berlipat dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya

skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT, maka penulis berharap kritik dan saran yang berguna untuk

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya

sederhana ini dapat bermanfaat,

Amin ya Robbal Alamin. Taqabballa Huminna Waminkum

Allahumma Taqabbal ya Karim. Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Tangerang, 14 Maret 2023

Penulis
8

DAFTAR ISI

Abstrak…………………………………… ……………………………………....i

Kata Pengantar……………………………

……………………………………..ii

Daftar Isi……………………………….……… . …………….…………………v

BAB I

PENDAHULUAN…………………………………….…..………………...…...1

A. Latar belakang ………………………………………………………..6

B. Perumusan Masalah ............................................................................11

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………11

D. Metode Penelitian ………………………………………………...…12

E. Kerangka Teori ……………………………………………...………15

F. Definisi Operasional ………………………………………………...20

G. Sistematika Penulisan ………………………………………………21


ABSTRAK

M. Hilmy Agus Falih, NIM : 1902010174 Program Studi : Ilmu Hukum


Judul Skripsi: Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Tindak Pidana
Direktur Uni Oil Yang Melakukan Penggelapan Pajak (Studi Kasus Nomor:
1864/Pid.B/ 2019/PN.Tgn)
Pajak sebagai kewajiban yang harus dibayar bagi setiap wajib pajak yang telah
terdaftar baik pribadi maupun perusahaan. Pemungutan pajak, penagihan pajak
bagi perorangan dan perusahaan. Merupakan pemasukan yang sangat besar bagi
pembangunan, Dalam pemungutan pajak tidak luput dari kejahatan oknum, dari
wajib pajak maupun pengelola pajak. Penggelapan pajak yang sering terjadi oleh
oknum untuk kepentingannya sendiri. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
hukum tentang penggelapan pajak, serta mengkaji bentuk-bentuk penggelapan
pajak yang dilakukan oleh wajib pajak, karena melanggar ketentuan hukum
yang berlaku. Metode penelitian yang dilakukan melalui hukum normatif dengan
pendekatan Yuridis Normatif dan menggunakan data bersumber hokum, data
sekunder yang terdiri bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
hukum tersier. Hasil penelitian yang diperoleh gambaran bahwa perlu adanya
pengawasan yang ketat dari pemerintah terkait dalam mengawasi perusahaan-
perusahaan yang menjadi wajib pajak agar tidak berbuat curang karena dapat
merugikan negara. Pertanggungjawaban bagi pelaku penggelapan pajak sudah
diatur dalam Undang-Undang Perpajakan yang dimana para pelaku wajib
mempertanggungjawabkan perbuatannya karena merugikan negara. Dalam hal
penjatuhan hukuman Hakim telah bersikap adil,dapat dilihat dari fakta hukum
yang terjadi, seharusnya bisa diberikan hukuman yang lebih berat, karena telah
memenuhi unsur unsur delik pidana pajak.

Katakunci: Pertanggungjawaban, Tindak Pidana, Penggelapan Pajak


10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang,

yang tujuannya adalah memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah melakukan pembangunan nasional tersebut

memerlukan dukungan dana yang cukup besar dan rencana yang mantap agar

dapat terealisasi dengan baik dan tanpa didukung dengan dana yang besar baik

dana yang bersumber dari penerimaan dalam negeri ataupun dana yang

bersumber dari penerimaan luar negeri, mustahil untuk mewujudkan cita-cita

bangsa Indonesia agar pembangunan tersebut dapat tercapai. Sebagaimana telah

tertulis dalam tujuan negara di dalam pembukaan UUD 1945 bahwa negara

bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Guna mewujudkan kesejahteraan umum tersebut, yang tentunya negara harus

mempunyai regulasi agar tujuan tersebut dapat tercapai secara baik.

Sumber dana yang diperoleh guna membiayai pembangunan bagi negara

Indonesia adalah sebagian besar bersumber dari pajak. Untuk itu perlu

ditingkatkan profesionalisme dalam mengolah dana dibidang perpajakan.

Kewajiban negara pada hakikatnya menempatkan wajib pajak mengutamakan

kewajiban dari pada menuntut hak-haknya, bahkan jika dikaitkan dengan


pengamalan Pancasila, maka seorang warga negara (Wajib Pajak) harus

menempatkan kepentingan negara dan bangsa diatas kepentingan pribadi atau

golongan serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa. Dalam hal

pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan UUD 1945 adalah

pembangunan manusia yang seutuhnya, implementasinya berupa pembangunan

di segala bidang dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa: (1). "Perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; (2). abang-

cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh Negara; (3). Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat; (4). Perekonomian nasional diselenggarakan

berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; (5). Ketentuan

lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur dalam UU”

Dalam hal korporasi/perusahaan sebagai subjek tindak pidana, hal ini

menimbulkan permasalahan yang menyangkut pertanggungjawaban dalam hukum

pidana, yaitu badan hukum dapat mempunyai kesalahan, baik berupa kesengajaan

maupun kealpaan.1 Kehidupan sosial tidak lagi diserahkan kepada pola aturan

yang santai, tetapi dikehendaki adanya peraturan yang semakin rapih dan

terperinci. Sekalipun cara-cara tersebut mungkin memenuhi kebutuhan

1 Ruslan Renggong. 2016. Hukum Pidana Khusus Memahami Delik-delik di Luar KUHP. Jakarta :
Kencana, Halaman 49-50.
12

masyarakat yang semakin berkembang, akan tetapi persoalan-persoalan yang

ditimbulkan juga tidak kalah banyaknya.

Dengan adanya modernisasi tersebut antara lain perlu adanya hal-hal yang

berkaitan dengan kehidupan ekonomi agar dapat menempatkan korporasi sebagai

subjek hukum untuk menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan dari

adanya korporasi. Dari sekian banyak kasus Tindak Pidana Pajak yang terjadi di

Indonesia dari tahun 2008 hingga 2013 Direktur Jenderal Kementrian

Keuangan telah menyidik 100 kasus yang merugikan negara

1.500.000.000 ( satu trliun lima ratus juta rupiah ), mulai dari kasus penggelapan

pajak, penyuapan pajak, pemungutan pajak tetapi tidak disetor ke negara dan yang

paling menarik adalah Tindak Pidana Perpajakan yang dilakukan oleh Direktur

Perseroan Terbatas (PT).

Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4756), terdiri dari “ RUPS, Komisaris, dan Direksi, dimana masing-masing

organ tersebut memiliki tugas dan wewenang yang saling melengkapi.” 2. Dalam

dunia usaha sering kali segelintir oknum pelaku ekonomi memanfaatkan dan

menggunakan segala macam cara untuk memperoleh keuntungan yang instan

dimana hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan baik dalam hukum

yang berlaku maupun dalam norma norma kehidupan yang berjalan. Artinya:

“Janganlah kalian mendapatkan harta (yang bersumber dari) sekitar kalian

2 https:www.pajak.go.id/artikel/kasus tindak pidana dibidang perpajakan. Diakses pada tanggal 3 Juni


2020, pukul 16.05.
dengan cara yang batil, dan (contoh lainnya) kalian perkarakan harta (yang batil

itu) kepada para hakim sehingga kalian dapat menikmati sebagian harta orang

lain dengan cara yang kotor, sementara kalian mengetahui (hal itu)”. (Q.S Al-

Baqarah : 188).

Hal ini sebagai perbuatan curang sering kali didasarkan oleh keinginan

nafsu manusia yang begitu besar agar bisa mendapatkan apa yang mereka

inginkan dengan menghalalkan berbagai macam cara misalnya korupsi, mark up

anggaran, hingga membuat atau mengeluarkan transaksi palsu yang dimana

seolah olah mereka menjalankan sebuah transaksi dalam dunia usaha ataupun

perusahaan, akan tetapi transaksi tersebut hanya terdapat diatas kertas dan fakta

dilapangan tidak terjadi apapun. Oleh karena itu perusahaan yang notabene

biasanya berbentuk suatu korporasi haruslah jelas struktur kepengurusan suatu

korporasi tersebut dikarenakan berjalannya suatu badan usaha /badan hukum

seperti korporasi harus sejalan dengan peraturan perundang undangan yang

berlaku agar dapat memenuhi hak dan kewajibannya sebagai penyelenggara

usaha yang tunduk dalam aturan suatu negara yang mempunyai payung hukum

untuk segala bidang termasuk bidang usaha yang melibatkan para pelaku

ekonomi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Namun peranan penting dan positif korporasi terhadap pertumbuhan

ekonomi suatu negara sering kali diikuti oleh pelanggaran-pelanggaran yang

mengarah pada hukum pidana. Apabila perusahaan ataupun pemimpinnya

melakukan pelanggaran atau tindakan yang tidak dibenarkan secara hukum,

maka pemimpin tersebut harus bertanggung jawab baik secara pribadi ataupun
14

keseluruhan dari perusahaan apabila memang kesalahan tersebut merupakan

kesalahan perusahaan, akan tetapi apabila pelanggaran hukum tersebut murni

perbuatan curang dari oknum pimpinan tersebut, maka pemimpin tersebut wajib

mundur dari jabatannya dan mempertanggungjawabkan perbuatan melanggar

hukum tersebut misalnya dalam contoh kasus dimana direktur perusahaan yang

berjalan dibidang minyak sawit melakukan transaksi palsu agar bisa

mendapatkan keuntungan dari transaksi palsu tersebut yang dimana seharusnya

keuntungan yang diterima perusahaan tersebut menjadi pendapatan yang masuk

ke kas negara dari sektor pajak, oleh sebab itu negara mengalami kerugian di

sektor penerimaan pajak dan dalam mengusut kasus seperti diatas, negara harus

hadir dalam memberantas mafia pajak tersebut dan tidak boleh di intervensi oleh

pihak manapun. Oleh karena itu, keberadaan pengertian hukum pajak sangat

memegang fungsi bagi mereka yang terkait dengan penegakan hukum pajak,

baik terhadap penegakan diluar maupun didalam lembaga peradilan pajak.

Dalam pengertian hukum pajak dapat memberi petunjuk bagi penegak

hukum pajak dalam menggunakan wewenang dan kewajibannya untuk

menegakkan hukum pajak. Sebaliknya, dapat dijadikan pedoman bagi wajib

pajak dalam melaksanakan kewajiban dan menggunakan hak dalam rangka

memperoleh perlindungan hukum sebagai konsekuensi dari penegakan hukum

pajak.3

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

persoalan tersebut sebagai sebuah penelitian dengan judul: AnaliSis Yuridis

3 Muhammad. Djafar Saidi. 2018. Pembaruan Hukum Pajak. Jakarta : Rajawali Pers. Halaman 3.
Pertanggungjawaban Tindak Pidana Direktur Uni Oil Yang Melakukan

Penggelapan Pajak (Studi Kasus Nomor: 1864/Pid.B/ 2019/PN.Tgn)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditarik permasalahan

yang akan menjadi batasan pembahasan dari penelitian, adapun rumusan masalah

yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penggelapan pajak yang dilakukan Direktur PT. Uni

Oil?

2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana Direktur PT. Uni Oil yang

melakukan penggelapan pajak?

3. Bagaimana analisis putusan Pertanggungjawaban Pidana Direktur PT.

Uni Oil Yang Melakukan Penggelapan Pajak (Putusan Nomor :

1864/Pid.B/2019/PN.Tgn).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penggelapan pajak yang

dilakukan Direktur PT. Uni Oil..

b. Untuk mengatahui bagaimana pertanggungjawaban pidana Direktur PT.

Uni Oil yang melakukan penggelapan pajak.


16

c. Untuk mengetahui bagaimana analisis putusan hakim dalam

menjatuhkan hukuman bagi Direktur PT. Uni Oil yang melakukan

penggelapan pajak.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan faedah baik secara teoritis maupun secara praktis, oleh karena

itu manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Kegunaan penelitian ini secara teoritis yaitu guna menambah wawasan

terhadap ilmu pengetahuan hukum khususnya dalam bidang hukum

pidana, terlebih lagi mengenai masalah pertanggungjawaban pidana

bagi direktur perusahaan yang melakukan penggelapan pajak serta

mengetahui aturan-aturan hukum yang mengaturnya.

b. Secara Praktis

Kegunaan praktis dalam penulisan ini diharapkan bisa berguna bagi

kepentingan negara, bangsa, masyarakat dan pembangunan dalam

melaksanakan kehidupan berbangsa yang taat pajak.

D. Metode Penelitian

Agar mencapai hasil yang maksimal, maka metode yang dipergunakan

dalam penelitian ini terdiri dari:


1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian adalah pendekatan yuridis normatif atau yang disebut juga

penelitian hukum doktrinal, dimana hukum dikonsepkan sebagai apa yang

tertuliskan pada peraturan perundang-undangan (law in books), dan

penelitian terhadap sistematika hukum dapat dilakukan pada peraturan

perundang-undangan tertentu atau hukum tertulis.4

2. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dimana penelitian

hanya semata-mata melukiskan keadaan objek atau peristiwanya tanpa

suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku

secara umum.5

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh data yang bersumber dari

hukum Islam dan data sekunder yang terdiri dari:

a. Data yang bersumber dari hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah

Nabi, data ini disebut sumber data kewahyuan.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan,

seperti peraturan perundang-undangan, dokumen, buku ilmiah, dan

hasil penelitian terpadu, yang terdiri dari:

1) Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah UndangUndang

Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

4 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara. Op cit. Halaman 19.


5 Ibid. Halaman 20.
18

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer yang berupa karya-karya ilmiah, buku-buku dan

lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan yang

sesuai dengan judul skripsi. Bahan hukum tersier, yaitu berupa bahan-

bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus

hukum, internet, dan sebagainya yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang sesuai dengan judul ini.

4. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan

dengan studi kepustakaan (library research) yang dilakukan dengan dua cara

yaitu:

a. Offline, yaitu menghimpun data studi kepustakaan (library research)

secara langsung dengan mengunjungi toko-toko buku, perpustakaan

(baik di dalam maupun di luar kampus Universitas Muhammadiyah

Sumatera) guna menghimpun data sekunder yang dibutuhkan dalam

penelitian yang dimaksud.

b. Online, yaitu studi kepustakaan (library research) yang dilakukan

dengan cara searching melalui media internet guna menghimpun data

sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian yang dimaksud.


c. Analisis Data Data yang terkumpul tersebut akan dianalisa secara

seksama dengan menggunakan analisis kualitatif yakni pemilihan teori-

teori, asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal dalam

undangundang yang relevan dengan permasalahan, membuat sistematika

dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan kualifikasi tertentu

yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam uraian

secara sistematis dan selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian

dinyatakan secara deskriptif sehingga dapat memberikan seleksi terhadap

permasalahan yang dimaksud.

E. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, peneliti melihat hasil penelitian terdahulu mengenai

pelaksanaan penagihan sebagai tinjauan literatur berupa skripsi yang telah

dilakukan oleh Feny Juliani (2006) berjudul Analisis Pelaksanaan Penagihan

Pajak Dengan Surat Paksa Sebagai Upaya Law Enforcement di KPP Jakarta

Kebayoran Satu dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses penagihan

pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh KPP Jakarta Kebayoran Satu dan

efektifitas pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa di KPP Jakarta

Kebayoran Satu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut

adalah pendekatan kualitatif melalui wawancara dan studi literatur. Fokus pada

penelitian ini adalah pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa. Pada

penelitian ini hasil yang didapat adalah efektifitas pelaksanaan penagihan pajak
20

dengan surat paksa di KPP Jakarta Kebayoran Satu yang dihitung berdasarkan

Tax Performance Index dapat dibilang sudah cukup efektif.

1. Syarat Pemungutan Pajak

Syarat pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

berikut :

a. Pemungutan pajak harus adil, Sesuai dengan tujuan hukum, yakni

mencapai keadilan maka undang-undang dan pelaksanaan pemungutan

harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak

secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-

masing.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)

pemungutan pajak harus memberikan jaminan hukum untuk

menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.

c. Tidak mengganggu perekonomian. Pemungutan tidak boleh mengganggu

kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak

menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), Sesuai dengan fungsi

budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih

rendah dari hasil pemungutannya.

2. Asas-asas Pemungutan Pajak

Asas-asas perpajakan oleh para ahli sudah banyak disarankan sebelum

Adam Smith menerbitkan bukunya An Inqiury into the Nature and Causes of the
Wealth Nations. Dalam buku tersebut, khususnya yang mengenai pemungutan

pajak, Adam Smith mengemukakan 4 kaidah yang harus diperhatikan

Keempat kaidah atau maksim tersebut masing-masing disebut Equality,

Certainty, Convenience, Efficiency.

a. Equality Pajak itu harus adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang-

orang pribadi sebanding dengan kemampuannya untu membayar (ability

to pay) pajak tersebut dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya.

b. Certainty Pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang, sebaliknya pajak

itu harus jelas bagi wajib pajak dan seluruh masyarakat. Berapa jumlah

yang harus dibayar, kapan harus dibayar, dan bagaimana cara

membayarnya. Bagi Adam Smith kepastian adalah lebih penting daripada

keadilan. Jadi, suatu sistem yang telah dirancang menurut asas keadilan,

apabila tanpa kepastian bisa saja menjadi tidak adil.

c. Convinience Saat Wajib Pajak harus membayar pajak hendaknya

ditentukan pada saat yang tidak akan menyulitkan Wajib Pajak.

Kemudahan atau kenyamanan menyatakan bahwa saat pembayaran pajak

hendaklah dimungkinkan pada saat yang menyenangkan dan

memudahkan wajb pajak.19

d. Efficiency Biaya pemungutan bagi kantor pajak dan biaya yang

memenuhi kewajiban pajak (compliance cost) bagi Wajib Pajak

hendaknya sekecil mungkin.

3. Asas Kepastian Hukum (Certainty)


22

Ketentuan hukum sangat diperlukan agar wajib pajak maupun fiskus dapat

memiliki kepastian dalam melaksanakan suatu pelayanan perpajakan. Kepastian

hukum memberikan jaminan bahwa subyek hukum tidak akan diberlakukan

secara sewenang-wenang, sehingga setiap orang akan dapat mengetahui dengan

pasti apa dan sejauh mana hak dan kewajiban yang diberikan oleh undang-undang

kepadanya.

Nenurut: Bahry mendefinisikan kepastian hukum sebagai perbuatan/

tindakan penguasa/ yang berwenang dan perlakuan terhadap masyarakat yang

senantiasa didasarkan kepada hukum yang berlaku. Definisi lain dari kepastian

hukum menurut Hamzah adalah:

“Jaminan bagi anggota masyarakat, bahwa ia akan diperlakukan oleh negara


atau penguasa berdasarkan aturan hukum dan tidak dengan sewenang-
wenang, begitu juga (sebanyak mungkin) kepastian mengenai isi aturan itu.
Dalam arti terakhir ini, kepastian hukum merupakan salah satu prinsip. Asas
utama penerapan hukum disamping dan sering berhadapan dengan asas
keadilan, kepastian hukum menuntut lebih banyak penafsiran secara harfiah
dari ketentuan undang-undang, sedangkan keadilan berusaha menafsirkan
sesuatu sedemikian rupa, sehingga dalam menghadapi peristiwa yang
kongkret dapat diperoleh putusan yang paling adil”

Menurut: Hancock dalam bukunya yang berjudul “Taxation: Policy and

Practice”, mengutip pendapat Stiglitz yang menyatakan bahwa lima karakteristik

yang diharapkan ada dalam suatu sistem perpajakan, yaitu:

Economically efficient: it should not have an impact on allocation of


resources; Administratively simple: it should be easy and inexpensive to
administer; Flexible: it should be easy for the sistem to respond to changing
economin circumstances; Politically accountable: taxpayers should be able
to determine what they are actually paying so that the political sistem can
more accurately reflect the preferences of individuals; Fair: it should be
seen to be fair in its impact on all individuals.23
Menurut: Nurmantu mengemukakan bahwa:
“Kepastian hukum adalah suatu kondisi dalam mana tidak terdapat keragu-
raguan dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan menjalankan hak
perpajakan baik bagi Wajib Pajak maupun fiskus. Kepastian hukum
perpajakan terdapat dalam undang- undang perpajakan sebagai rujukan
utama dan peraturan pelaksanaannya sebagai rujukan berikutnya.”24

Menurut Victory Thuronyi yang dikutip oleh Darussalam dan Danny


Septriadi (2006), konstitusi suatu negara selalu mensyaratkan bahwa pengenaan
pajak harus berdasarkan undang-undang. Hal ini berarti bahwa pengenaan pajak
tidak dapat ditetapkan melalui administrative regulation, Undang-undang pajak
tidak dapat mengatur seluruh aspek pemajakan atau dengan kata lain ada yang
harus didelegasikan kepada pemerintah. Akan tetapi, yang menjadi hal-hal yang
didelegasikan adalah bukan hal-hal pokok seperti penetapan tax base dan tax rate.
Asas kepastian hukum (certainty) menyatakan harus ada kepastian baik bagi
pemungut pajak maupun bagi wajib pajak dan seluruh masyarakat. Asas ini antara
lain mencakup kepastian mengenai subjek pajak, kepastian mengenai objek pajak,
kepastian mengenai tarif pajak, dan kepastian tata cara pemungutannya (prosedur
pajak). 2Dalam hal ini maka kepastian ini haruslah dapat memberi :
a. Jaminan hukum berupa perlindungan terhadap wajib pajak, dan

b. Arti pasti yang menjadi objek pajaknya, dan

c. Arti kepastian mengenai subjeknya, maka undang-undang harus

menguraikan secara tegas dan pasti,

d. Juga arti kepastian, mengenai jumlah pajak yang harus dibayar, bila

tarif dibuat golongan – golongan harus pasti, selanjutnya

e. Arti kepastian itu mengenai cara dan saat/waktu untuk membayar pajak.

Menurut: Soemitro berpendapat bahwa suatu aturan perpajakan secara

umum dapat dikatakan memenuhi kepastian hukum apabila peraturan-peraturan


24

tersebut diatur dengan tegas, jelas, tidak mengandung keraguan dan tidak

menimbulkan penafsiran ganda serta harus dapat diterapkan secara konsekuen

untuk keadaan yang sama secara terus menerus. Suatu aturan harus disusun

sedemikian rupa sehingga tidak memberikan peluang kepada siapapun untuk

memberikan interpretasi lain daripada yang dikehendaki oleh pembuat peraturan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional atau kerangka konsep adalah kerangka yang

menggambarkan hubungan antara definisi-definisi/konsep-konsep khusus yang

akan diteliti.6 Sesuai dengan judul penelitian yang diajukan yaitu “AnaliSis

Yuridis Pertanggungjawaban Tindak Pidana Direktur Uni Palma Yang

Melakukan Penggelapan Pajak (Studi Kasus Nomor: 1864/Pid.B/

2019/PN.Tgn)

Maka dapat diterangkan definisi operasional penelitian, yaitu:

a Pertanggungjawaban pidana adalah syarat-syarat penjatuhan pidana,

sehingga setiap terjadi delik maka tersangka atau terdakwa dapat

dipidana.5

b Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

Tentang Perseroan Terbatas, Direktur atau Direksi adalah Organ

Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

6 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2018. Pedoman Penulisan


Tugas Akhir Mahasiswa Fakultas Hukum UMSU. Medan: Pustaka Prima, halaman 17.
5
Ruslan Renggong. Op cit. Halaman 51.
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam

maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Direksi Perseroan terdiri atas satu orang anggota Direksi atau lebih.

c Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan

berkumpulnya semua faktor produksi.7

d Penggelapan pajak adalah suatu tindakan penggelapan secara ilegal

terhadap objek pajak yang dilakukan perorangan maupun korporasi,

dapat berupa tidak melaporkan data yang benar kepada otoritas

perpajakan dengan tujuan mengurangi liabilitas pajaknya.8

G. Sistematika Penulisan

Penulis membagi thesis ini kedalam 5 BAB, yang secara sistematis

diuraiakan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada Bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Kerangka Pemikiran , Metode Penelitian, Metode Analisis data dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka.

7 Wikipedia. Perusahaan. https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan. Diakses pada tanggal 6 Juni 2020,


pukul 12.30.
8 Wikipedia. Penggelapan Pajak. https://id.wikipedia.org/wiki/Penggelapan_pajak. Diakses pada
tanggal 6 Juni 2020, pukul 12.40.
26

Pada bab ini penulis menguraikan tentang ( A ) Pengertian Hukum

Pidana, Penggelapan Pajak ( B ) Pengertian Peradilan Pidana

Penggelapan Pajak ( C ) Pengertian Trafficking Penggelapan Pajak

( D ) Tindak Pidana Perdagangan Orang Ditinjau Dari Perspektif

Penggelapan Pajak ( E ) Peraturan Perundang-Undangan Mengenai

Pemberantasan Kejahatan Penggelapan Pajak.

BAB III : Hasil Penelitian Penerapan UU No. 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam

Memberantas Kejahatan Perdagangan Anak Dibawah Umur.

Pada bab ini penulis menguraikan tentang ( A ) Deskripsi Kasus

Yang Terdiri dari: Identitas Kasus Terhadap Analiisi Yuridis

Pertanggungjawaban Tindak Pidana Direktur PT. Uni Oil Yang

Melakukan Penggelapan Pajak (Studi Kasus Nomor:

1864/Pid.B/2019/PN.Tgn) ( B ) Hasil Proses Penyidikan dan

Penuntutan Yang Terdiri dari : Berkas Acara Pemeriksaan Penyidik,

Dakwaan Penuntut Umum, Tuntutan Penuntut Umum, ( C ) Putusan

Pengadilan Nomor: 1864/Pid.B/2019/PN.Tgn) dan Nomor

50/PID/2014/PT.BTN Yang Terdiri dari : Pertimbangan Hakim dan

Amar Putusan.

BAB IV: Analisis Penerapan terhadap putusan nomor 1864/Pid.B/2019/PN.Tgn

Dalam Memberantas Perdagangan Anak Dibawah Umur.


Pada bab ini penulis menguraikan tentang ( A ). Penerapan terhadap

putusan Nomor: 1864/Pid.B/2019/PN.Tgn), ( B ). Faktor Terjadinya

Perdagangan Anak Dibawah Umur, ( C ). Pencegahan dan Upaya-

Upaya Hukum Yang Sudah Dilakukan Pemerintah Dalam

Memberantas Kejahatan Perdagangan Anak Dibawah Umur.

BAB V : Penutup

Pada bab terakhir ini penulis menguraikan tentang Penggelapan

Pajak serta menarik Kesimpulan dan Saran.


28

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adrianto Dwi Nugroho. 2017. Hukum Pidana Pajak Indonesia. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.

Adrian Sutedi. 2016. Hukum Pajak. Jakarta : Sinar Grafika.

Agus Rusianto. 2016. Tindak Pidana &Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta :


Kencana.

Bohari. 2016. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta : Rajawali Pers.

Frans Maramis. 2016. Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia. Jakarta :
Rajawali Pers.

Ida Nadirah. 2017. Hukum Dagang dan Bisnis Indonesia. Medan : Ratu Jaya.

Mahrus Ali. 2015. Asas-asas Hukum Pidana Korporasi. Jakarta : Rajawali Pers.

Muhammad Djafar Saidi. 2018. Pembaruan Hukum Pajak. Jakarta : Rajawali


Pers.

Ruslan Renggong. 2016. Hukum Pidana Khusus Memahami Delik diluar KUHP.
Jakarta : Kencana.

Russel Butarbutar. 2017. Hukum Pajak Indonesia dan Internasional. Bekasi :


Gramata Publishing.

Teguh Prasetyo. 2015. Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers

Yesmil Anwar Adang. 2016. Kriminologi. Bandung : PT. Refika Aditama.

B. Artikel, Makalah, Jurnal dan Karya Ilmiah


Hidayat. “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Suap Dalam
Tindak Pidana Korupsi”. Jurnal EduTech Vol.3. No. 2. 2017.
Devi Marta Ardi, Trimurti, Suhendro. “Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang
Pribadi Terhadap Tindakan Penggelapan Pajak Di Kota Surakarta”.
Journal of Economic and Economic Education Vol.4 No.2 2016.
Herbert Rumanang Bismar Nasution, Mahmul Siregar, Mahmud Mulyadi.
“Tanggung Jawab Korporasi Dalam Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
(Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung NO.2239
K/PID.SUS/2012)”. USU Law Journal, Vol.4 No.4 2016.

C. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan


(UWDP)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan

D. Internet

https.www.pajak.go.id/artikel/kasus tindak pidana dibidang perpajakan


https://www.google.com/search?client=firefox-
bd&q=roeslan+saleh+pertanggungjawaban+pidana
Wikipedia.Perusahaan. https://id.wikipedia.org/wiki/perusahaan
Wikipedia.PenggelapanPajak. https://id.wikipedia.org/wiki/penggelapanpajak

Anda mungkin juga menyukai