SKRIPSI
Oleh :
DANIEL EDENATA GIRSANG140200356
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
2018
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas perkenanan dan kasih-
Nya yang telah menolong penulis menyelesaikan perkuliahan selama ini terkhusus
Adapun salah satu tujuan dari disusunnya skripsi ini adalah untuk
Sumatera Utara.
besarnya kepada Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Drs. Warman Girsang,
MM dan Ibu Matilda Haloho,S.Pd, serta saudara kandung penulis, yaitu Eben
Ezer Girsang S.Th, Steven Christoper Girsang dan Priscila Eklesia Girsang.
Keluarga yang senantiasa ada dalam suka dan duka penulis, sekaligus sebagai
1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.,M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Bapak Prof. Dr. O.K Saidin, SH.,M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas
Sumatera Utara;
7. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih
bang MP dan Nalsal Cole Damanik yang senantiasa ada disaat suka dan duka
penulis. Terima kasih banyak teman-teman, tanpa kalian aku bukan siapa-
siapa. Terima kasih telah mengisi hari-hari indahku dan sabar melihat
mengenalkanku akan kasih Kristus yang begitu besar bagi dunia, terkhusus
19. Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu
tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, hanya Tuhan yang
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Daniel Edenata G
NIM. 140200356
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................................ 7
D. Keaslian Penulisan .................................................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8
F. Metode Penelitian.................................................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan.............................................................................................. 16
iv
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 98
B. Saran........................................................................................................................ 100
v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,
manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mau harus atau setidaknya mepunyai
meningkatkan kehidupan sosial mereka, atau dalam arti kata memberikan cinta
kasih dan menambah arti dan kualitas hidup yang positif bagi sesamanya. Dengan
manusia itu dapat diwujudkan di dalam suatu lembaga yang telah diakui dan
dan kemanusiaan ini kadang kala merupakan wujud dari kebutuhan kerohanian
Hindia Belanda, yang dikenal dengan sebutan “stichting”. Namun tidak ada suatu
sendiri yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya ataukah bukan merupakan
11
mengenai tujuan dan kegiatan apa saja yang boleh dilakukan oleh yayasan.1
tentang Yayasan yaitu Nomor 16 Tahun 2001 Lembaran Negara (LN) No. 112
Tahun 2001 Tambahan Lembaran Negara (TLN) 4132 dan telah direvisi dengan
Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan LN No. 115 T.L.N.
pendidikan, dan agama sangat menonjol. Oleh karena itu, lembaga tersebut hidup
demikian, tidaklah berarti bahwa di Indonesia sama sekali tidak ada ketentuan
yang mengatur tentang yayasan. Secara sporadis dalam beberapa pasal undang-
undang disebut adanya Yayasan, seperti: Pasal 365, Pasal 889, 900, 1680 KUH
Perdata, kemudian dalam pasal 6 ayat (3) dan pasal 236 Rv, serta Pasal 2 ayat (7)
maka secara otomatis penentuan status badan hukum yayasan harus mengikuti
1
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan Di Indonesia (Jakarta: PT.
ABADI, 2003), hlm. 3.
2
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan Di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2010), hlm. 5.
sebagai berikut:
status yang dipersamakan dengan orang perorangan sebagai subyek hukum dan
Walaupun diakui selama ini bahwa yayasan adalah badan hukum, tetapi
Yayasan badan hukum berbeda dari Perseroan Terbatas, terutama dari segi tujuan.
Tujuan yayasan ini harus bersifat sosial dan idiil, yayasan sebaiknya tidak
dikaitkan dengan adanya perusahaan, tetapi dengan adanya maksud yang tidak
bertujuan untuk mencari keuntungan atau laba. Badan sosial jika melakukan
melaksanakan sesuatu yang idiil atau filantropis atau amal walaupun tidak
yayasan ini tidak bertujuan untuk mengejar keuntungan, tetapi karena banyaknya
3
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op. Cit., hlm. 20.
seperti untuk menghindari pajak. Dengan kata lain, banyak yayasan yang
4
melakukan bisnis terselubung dengan dalih untuk mencapai tujuan yayasan.
keuntungan. Modal yang ada tidak diolah untuk mendapat keuntungan melainkan
untuk melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. 5Hasil usaha
yayasan atau kekayaan yayasan. Oleh karena menjadi milik yayasan, maka sejalan
dengan itu Pasal 3 Ayat (2) melarang, bahwa yayasan tidak boleh membagikan
hasil kegiatan usaha itu kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Ini untuk
Di samping itu terdapat larangan pengalihan harta yayasan dalam Pasal 5 Ayat (1)
yaitu, bahwa kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain
atau dibagikan secara langsung baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium,
4
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 6.
5
Abdul Muis, Yayasan sebagai wadah kegiatan masyarakat (Medan:USU, 1991). Hlm.
95.
pengawas.6
disebutkan Pasal 5 Ayat (2) bahwa pengurus yayasan dapat menerima upah, gaji
a. Bukan pendiri yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan
Pengawas
dahulu dalam anggaran dasar yayasan supaya mengikat semua personal yayasan.
larangan pengalihan kekayaan Yayasan yang semula termasuk juga yang dilarang
kepada pihak lain (khususnya pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap
maka pada prinsipnya hal tersebut boleh dilakukan. Akan tetapi pengalihan
6
Gatot Supramono, Hukum Yayasan Di Indonesia (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2008).
Hlm. 116.
Dari Latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis mengangkat judul
B. Perumusan Masalah
maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga
Yayasan?
Undang Yayasan?
ini adalah:
Undang Yayasan.
Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini
adalah:
1. Manfaat Teoritis
hukum yayasan dalam peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan yang
hukum dan juga tidak hanya bertujuan untuk memperkaya organ yayasan saja.
D. Keaslian Penulisan
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia). Judul skripsi ini belum pernah ditulis
dan diteliti dalam bentuk yang sama sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata
lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU.
dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran pribadi yang didasarkan
melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Penelitian ini disebut
asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka serta
merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan sosial (amal) yang tidak
bahwa yayasan merupakan suatu badan hukum, yang mana status badan hukum
yayasan semua diperoleh dari sistem terbuka penentuan suatu badan hukum
beralih menjadi sistem tertutup. Artinya, sekarang yayasan menjadi badan hukum
7
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 14.
8
Fitri Pratiwi Rasyid, “Eksistensi Yayasan sebagai pihak dalam melaksanakan kegiatan
usaha ditinjau dari Undang-Undang Yayasan”, http://repository.unhas.ac.id (diakses pada tanggal
1 Juni 2018, pukul 18.00WIB)
sepanjang perbuatan hukum itu tercakup dalam maksud dan tujuanyayasan yang
perbuatan hukum ultra vires, yang diluar batas kecakapannya, maka perbuatan
yayasan, dalam pasal 1 angka 1 secara tegas disebutkan bahwa yayasan adalah
formil, maka kapan saatnya yayasan merupakan badan hukum? Dalam pasal 11
ayat 1 ditegaskan bahwa yayasan memperoleh status badan hukum saat akta
Asasi Manusia.
a. Kekayaan yang dapat diperoleh dari sumbangan atau bantuan yang tidak
mengikat.
b. Wakaf.
c. Hibah.
d. Hibah wasiat.
e. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan dan/
10
yang berasal dari modal para pendiri sebagai modal awal, dan kekayaan yang
Hal ini sejalan dengan adanya pendapat yang mengatakan bahwa yayasan
adalah badan hukum yang philantropic, memiliki tujuan yang ideal, sehingga
untuk berusaha, tetapi lebih merupakan sarana dan wahana untuk melaksanakan
Yayasan tidak terdiri atas anggota. Orang- orang yang merupakan pendiri,
dan organ yayasan, yakni pembina, pengawas dan pengurus bukan merupakan
1. Pembina.
pada suatu saat dapat tidak ada sama sekali, yang diakibatkan karena pendiri
9
Ibid., hlm. 23.
1
1
Universitas Sumatera Utara
meninggal dunia ataupun mengundurkan diri. Keadaan dimana tidak ada seorang
pun pendiri atau pendiri hanya tinggal satu orang, memberikan kesempatan
kepada pendiri yang masih ada untuk memanipulasi yayasan untuk kepentingan
sendiri. Hal yang sama juga dapat dilakukan pengurus dalam hal ketiadaan
pendiri. Adanya organ pembina ini merupakan suatu hal yang baik untuk
2. Pengurus.
yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan
3. Pengawas.
12
seperti juga pada pengurus, setiap anggota pengawas secara tanggung renteng
tersebut.10
F. Metode Penelitian
sebagai berikut:
1. Bentuk Penelitian
yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder
tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-
10
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002),
hlm. 22.
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Depok: Universitas Indonesia Press,
1994), hlm. 44.
1
3
Universitas Sumatera Utara
surat pribadi, buku-buku harian, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang
primer, seperti buku, artikel, laporan penelitian, dan berbagai karya tulis
elektronik.13
c) Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk dan
dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research) dan juga
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), hlm. 28.
13
Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 13
14
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm.
104
14
tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan
beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi
dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran, dan
4. Analisis Data
data yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu
dengan:
1
5
Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan
Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan (Studi Kasus Yayasan Kasih
Anak Kanker Indonesia)” ini penulis membaginya menjadi beberapa sub-sub bab
agar penulisan skripsi ini bisa menjadi lebih terarah, sistematis, dan mudah
dipahami.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
16
kekayaan yayasan.
YAYASAN
KANKER INDONESIA)
Bab ini membahas tentang posisi kasus yang terjadi pada yayasan
1
7
Universitas Sumatera Utara
perkembangan ilmu hukum yayasan dan orang-orang yang akan
membacanya.
18
A. Pengertian Yayasan
yang belum tertangani oleh badan hukum lainnya. Namun demikian, keberadaan
Tidak terdapatnya aturan hukum yang secara khusus mengatur tentang yayasan ini
hakikat dan tujuan suatu yayasan serta aspek-aspek lain dalam pengelolaan
yayasan.
18
dalam arti Undang-Undang yang lama diganti dengan yang baru. Perubahan itu
berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Yayasan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 adalah badan hukum yang
berdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
15
Hayati Soeroredjo, Status Hukum dari Yayasan dalam Kaitannya dengan Penataan
Badan-Badan Usaha di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hlm. 8.
16
Gatot Supramono, Op. Cit., hlm. 9.
19
anggota.17
Dalam Pasal 1 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2001, dengan tegas dikatakan
bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
kekayaan pendirinya
kemanusiaan
tahun 2001, maka status badan hukum Yayasan, yang semula diperoleh dari
sistem terbuka penentuan suatu badan hukum (het open systeem van
17
Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001.
20
yurisprudensi.18
Hukum sebelum lahirnya UU No. 16 Tahun 2001 bertolak dari pandangan bahwa
suatu organisasi dapat menjadi badan hukum tidak harus berdasarkan Undang-
Undang atau dengan Undang-Undang, tetapi cukup karena kebiasaan, doktrin, dan
ditunjang oleh yurisprudensi. Oleh karena kebiasaan yang selama ini berlangsung
sudah memperlakukan Yayasan sebagai suatu badan hukum, juga karena doktrin
mendukung kenyataan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum, maka dengan
sendirinya Yayasan itu telah menjadi Badan hukum. Sebaliknya, kelompok yang
menjadikan suatu organisasi menjadi badan hukum. Jadi, untuk dapat menjadi
dimaksud dengan “badan hukum”. Badan hukum itu adalah suatu pengertian
dimana ada suatu badan yang sekalipun bukan manusia alamiah namun dianggap
mempunyai harta kekayaan sendiri terpisah dari manusia orang perorangnya, yang
18
Puspa Melati Hasibuan, Pengantar Hukum Dagang Indonesia (Medan: Dharma
Persada, 2013), hlm. 194.
19
Ibid, hlm. 195-196.
21
Umumnya jika ada suatu badan, maka niscaya badan yang bersangkutan
bersangkutan. Tetapi, khusus pada yayasan, tidak dikenal dengan adanya anggota.
tidak dikenal pula adanya anggota. Di sana ada yang dinamakan dengan
Donateurs, tetapi yang dimaksud dengan Donateurs ini adalah orang yang secara
yang mengatur mengenai Yayasan (UU No. 16 Tahun 2001 jo. UU Revisinya No.
24 Tahun 2004), telah membatasi dengan ketat mengenai tujuan dari yayasan,
sedemikian rupa sehingga yayasan ini tidak disalah gunakan. Sebagaimana Pasal
ini.22
20
Rudhi Prasetya, Yayasan dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.
8.
21
Ibid., hlm. 9.
22
Ibid., hlm. 10.
22
ini harus untuk kepentingan suatu kelompok masyarakat diluar yayasan yang
dirasakan perlu untuk dibantu. Mengingat bahwa Yayasan ini harus untuk
baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam praktik rupanya belum ada
itu sendiri. Organ yayasan dapat terdiri dari pendiri, badan penyantun, pengurus,
dan kadang-kadang ada suatu badan pengawas khusus atau internal. Akan tetapi
yang selalu ada adalah pendiri dan pengurus. Dengan berlakunya Undang-Undang
Yayasan, maka organ yayasan selain pengurus, dikenal juga pembina dan
23
pengawas.
Sebagai suatu badan sosial, jika melakukan usaha tujuannya bukan untuk
Disamping itu, tidak ada ketentuan yang melarang yayasan untuk mendapat
keuntungan.
23
Anwar Borahima., Op.Cit., hlm. 7-8.
23
diberikan oleh kewenangan itu, baik berupa monopoli, pemberian order tertentu,
maupun keringanan atau bahkan pembebasan pajak. Disamping itu, Yayasan telah
segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ Yayasan dalam rangka
kegiatan usaha, hanya saja kegiatan usaha tersebut dilakukan dengan cara
mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha (Pasal 3 ayat
langsung menjalankan kegiatan usaha selain dengan cara mendirikan badan usaha
atau ikut serta dalam suatu badan usaha dan karenanya pendirian atau penyertaan
dalam suatu badan usaha oleh yaysan merupakan satu-satunya cara bagi yayasan
untuk melakukan kegaitan usaha. Mengacu pada ketentuan Pasal 3 ayat (2)
24
Puspa Melati Hasibuan., Op.Cit., hlm. 197.
25
Pasal 4 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
26
Pasal 6 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
24
maksud dan tujuan yayasan. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai
tersebut paling banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan
Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Hal ini menunjukkan bahwa
pendiri bukanlah pemilik Yayasan karena sudah sejak semula telah memisahkan
sebagian dari kekayaannya menjadi milik badan hukum Yayasan. ini merupakan
salah satu alasan untuk berpendapat bahwa Yayasan adalah milik masyarakat.
Orang asing pun pada dasarnya dapat mendirikan Yayasan di indonesia, dengan
memisahkan harta dari seseorang atau beberapa orang pendirinya, dengan tujuan
27
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi., Op.Cit., hlm. 32.
28
Puspa Melati Hasibuan., Op.Cit., hlm. 198.
29
Chatamarrasjid Ais., Op.Cit., hlm. 27.
25
mendirikan sendiri atau secara bersama-sama dalama arti sesama orang asing atau
Yayasan harus mempunyai tujuan tertentu dan jelas. Tujuan tersebut harus
ideal dan tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum, hukum
dan kepentingan umum. Yayasan tidak boleh mempunyai tujuan yang diarahkan
karena yayasan bukan badan usaha perdagangan yang tidak hanya berharap
hak yayasan. Jadi pada awalnya yayasan ini didirikan untuk tujuan idiil/sosial, dan
tidak mencari keuntungan. Pendiri sama sekali bebas untuk mengatur sesuai
kehendaknya. Yang harus dijaga adalah, Yayasan tidak boleh berubah menjadi
suatu perkumpulan.
30
Ratnawati W. Prasodjo, Mengembalikan fungsi yayasan sebagai pranata hukum dalam
rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Makalah seminar
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, hlm. 6.
31
R.F. Saragih, Yayasan dan Permasalahan di Indonesia Era Hukum No.3 (2000), hlm.
247.
26
tujuan itu dapat terbatas, hanya untuk golongan tertentu saja tanpa menyebut
nama per individu, melainkan hanya disebut menurut golongannya ataupun nama
Oleh karena itu, menurut Soemitro, bahwa yayasan lebih tepat disebut
sebagai organisasi tanpa tujuan laba (OTTL) sebagai terjemahan dari Non-Profit
karena kata “Nir” yang berasal dari bahasa jawa berarti tanpa, sehingga nirlaba
keuntungan, tetapi ini tidak menjadi tujuan yang utama. Lebih jauh dijelaskan
bahwa istilah OTTL ini lebih luas daripada istilah Yayasan. yayasan adalah
OTTL, tetapi sebaliknya OTTL tidak selalu merupakan Yayasan. jadi yayasan
merupakan salah satu organisasi tanpa tujuan laba. Oleh karena itu, kata “tujuan”
32
harus dicantumkan dalam istilah.
Tidak ada lebih lanjut mengenai pengertian idiil, sosial dan filantropis,
tetapi pada umunya pendidikan dan rumah sakit berbentuk Yayasan. apakah
27
adalah tujuannya. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang paling
sedikit jumlahnya. Sebagai contoh perguruan tinggi yang ada di ibukota, jumlah
33
SPP selalu menyebut angka jutaan rupiah.
rumah sakit yang didirikan untuk melayani mereka yang menginginkan pelayanan
yang prima, tidak berdesak-desakan, dan berada di rumah sakit seolah-olah berada
di hotel mewah. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan secara sederhana apa
kebanyakan mendirikan rumah sakit dalam bentuk yayasan. Hal ini disebabkan di
swasta disyaratkan atau hanya dapat diberikan kepada pemohon yang berbentuk
badan hukum. Jika hendak memilih bentuk badan hukum lain seperti, perseroan
terbatas atau badan hukum lainnya, maka akan terbentur pada persyaratan yang
33
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 90.
28
yayasan dibandingkan dengan bentuk badan hukum lainnya. Jadi motif pendirian
rumah sakit dengan bentuk yayasan, tidak lagi murni untuk sosial, idiil/filantropis,
dan rumah sakit) tidak semata-mata ditujukan untuk mencari laba. Oleh karena
keuntungan atau laba. Badan sosial jika melakukan usaha, tujuannya bukan untuk
atau amal walaupun tidak mustahil bahwa yayasan itu mendapat keuntungan.
Saat ini terlihat sejumlah yayasan yang semakin bertambah dengan tujuan
yang sangat seragam. Ada yang bergerak di bidang lingkungan, bantuan hukum,
aspek hidup dan kehidupan manusia selalu ada yayasan yang mengikutinya.
kekayaan yang digunakan untuk tujuan sosial. Sebagian besar biasanya berbentuk
bangunan seperti: rumah yatim piatu, rumah jompo, panti wreda atau rumah sakit,
tetapi di samping itu orang juga menemukan uang kas untuk pemeliharaan orang,
34
Ibid., hlm. 92.
29
tetapi selama ini juga tidak ada Undang-Undang yang melarang yayasan untuk
dibutuhkan dana yang kadang tidak kecil, sehingga tidak mungkin selalu
kekayaan yang dipisahkan terkadang sangat kecil, sehingga untuk mengatasi hal
ini, terpaksa yayasan harus mencari dana sekalipun itu dengan jalan berbisnis.
terutama jika yayasan tersebut bersifat pelayanan masyarakat, sedang di sisi lain
35
Ibid., hlm. 95.
36
Ibid., hlm. 102.
30
mendirikan yayasan? hal ini mengingat lingkungan hidup tercakup dalam bidang
sosial, agama, dan kemanusiaan.37 Praktik yang terjadi selama ini, yaitu banyak
terbatas dengan dalih untuk membiayai kegiatan yayasan, tetapi sebenarnya lebih
dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam
suatu badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan.
kegiatan usaha Yayasan ini tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum,
39
kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan.
Demi pencapaian tujuan yayasan serta untuk menjamin agar yayasan tidak
yayasan harus bekerja secara sukarela tanpa menerima gaji, upah, atau honor
37
Hikmahanto Junawa, Pengelolaan Yayasan di Indonesia, Makalah disampaikan dalam
seminar “Reformasi Hukum Yayasan di Indonesia” (Yogyakarta, 2000), hlm. 10.
38
Ibid., hlm. 11.
39
Pasal 8 UU No. 16 Tahun 2001
31
bersangkutan pailit, tetapi yayasan masih tetap dapat melakukan misinya, sebab
dana yang dimiliki masih jauh lebih besar daripada yang diikutsertakan dalam
41
perusahaan.
Adapun pendirian Yayasan itu dilakukan dengan akta notaris dan dibuat
Dalam hal ini Yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama orang asing,
mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan tersebut diatur dengan Peraturan
Pemerintah.43
orang lain berdasarkan surat kuasa. Dalam hal ini pendirian Yayasan dilakukan
Dalam hal surat wasiat dimaksud tidak dilaksanakan, maka atas permintaan pihak
40
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 105.
41
Ibid., hlm. 105.
42
Pasal 9 ayat 2 dan 3 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
43
Pasal 9 ayat 4 dan 5 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
32
Yayasan, hal ini dianggap sebagai kewajiban yang ditujukan kepada mereka yang
ditunjuk dalam surat wasiat selaku penerima wasiat untuk melaksanakan wasiat.
Penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat. Dalam hubungan ini, bila
penerima wasiat atau ahli waris tidak melaksanakan maksud pemberi wasiat untuk
dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat untuk melaksanakan wasiat
memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang
Hak Asasi Manusia. Untuk memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Notaris yang membuat
46
akta pendirian Yayasan tersebut.
44
Pasal 10 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
45
Chatamarrasjid Ais, Op.Cit., hlm. 28
46
Puspa Melati Hasibuan, Op.Cit., hlm. 202.
33
Yayasan sebagai sebuah badan hukum dapat dibebani hak dan kewajiban,
terbatas yang di dalamnya terdapat RUPS, direksi dan komisaris, dimana ketiga
organ tersebut saling bekerja sama mengurus perseroan sesuai dengan tugasnya
47
Pasal 13 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
48
Puspa Melati Hasibuan, Op.Cit., hlm. 204.
34
atas: Badan Pembina, Badan Pengurus, dan Badan Pengawas, tetapi sedikit agak
kebutuhan Yayasan. pada saat RUU Yayasan ini dibahas, masih terjadi perbedaan
pendapat di antara beberapa fraksi tentang organ yang harus ada pada yayasan.
ada fraksi yang menghendaki agar organ yayasan terdiri dari pembina dan
pengurus harian. Ada pula yang menghendaki organ yayasan terdiri dari pendiri,
pengurus, dan pengawas. Bahkan ada yang mengusulkan agar tidak perlu
oleh yayasan sesuai dengan kebutuhan”. Penentuan organ yayasan secara limitatif
tantangan, namun semua pihak sependapat bahwa perlu ada organ yang wajib
50
yang dimiliki oleh yayasan yaitu adanya pengurus.
bahwa yayasan mempunyai organ yang terdiri dari Pembina, Pengurus, dan
tugas yang terpisah. Dengan demikian Undang-Undang Yayasan yang baru tidak
49
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 74.
50
Ibid., hlm. 208-209.
35
yang digunakan untuk itu adalah RUPS singkatan dari Rapat Umum Pemegang
istilah itu dapat dikatakan kurang tepat, mengapa tidak menggunakan istilah
“Rapat Pembina” saja, karena seolah-olah pembina hanya terdiri satu orang saja.
Padahal Undang-Undang menghendaki lebih dari satu orang Pembina karena yang
menentukan suatu keputusan adalah Rapat Pembina. Seperti pada perseroan dan
koperasi yang menyebutkan secara terus terang organnya itu dengan kata
51
“Rapat”.
mengembangkan Yayasan.
kenyataannya, pendiri yayasan pada suatu saat dapat tidak ada sama sekali, yang
dimana tidak ada seorangpun pendiri atau pendiri hanya tinggal satu orang,
yayasan untuk kepentingan diri sendiri. Hal yang sama juga dapat dilakukan
51
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 74
36
suatu hal yang baik untuk menghindarkan hal-hal yang mengakibatkan yayasan
Kedudukan pembina sebagai organ tertinggi dapat dilihat dalam ketentuan Pasal
yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-Undang atau
anggaran dasar.
pengurus dan pengawas setiap tahun, hal ini tampak dalam laporan tahunan yang
Pembina. Rapat pembina dapat saja menolak pengesahan jika laporan tersebut
Pembina tidak harus selalu pendiri yayasan. Dengan kata lain, tidak semua
pembina adalah pendiri yayasan, sebab pembina dapat juga yang bukan pendiri,
anggota pengawas, jika yayasan tidak lagi mempunyai pembina, tetapi semua
52
Chatamarrasjid, Op.Cit., hlm. 9-10
53
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 76
37
a) Orang perorangan.
sementara.55
Dengan melihat ketentuan Pasal 28 ayat (3) ini, dapat diketahui bahwa
personel pembina tidak dibatasi, artinya anggota pembina tidak harus orang
dalam. Tidak harus diangkat dari mereka yang menjadi pendiri yayasan. Orang
luar yayasan pun terbuka untuk menjadi anggota pembina, dengan syarat seperti
tersebut di atas, yaitu memiliki dedikasi yang tinggi terhadap maksud dan tuj uan
dari yayasan.
Dalam alat perlengkapan pembina ini dapat terjadi kemungkinan suatu saat
tidak ada anggotanya alias mengalami kekosongan anggota pembina. Hal mana
54
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 212-213
55
Soni Gunawan “Pengelolaan Yayasan menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28
Tahun 2004 tentang Yayasan”, http://lppm.unla.ac.id (diakses pada tanggal 1 Juni 2018, Pukul
17.00 WIB)
38
jalan keluarnya, yaitu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal kekosongan
itu, anggota pengurus dan anggota pengawas wajib mengadakan rapat gabungan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3). Dengan tempo maksimal 30 hari tersebut
diwajibkan memperhatikan Ayat (3) Pasal 28. Di sini yang dimaksudkan adalah
bahwa dalam rapat gabungan itu juga memperhatikan anggota pembina yang
diangkat telah dinilai memiliki dedikasi tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan
57
yayasan.
pembina mempunyai kewenangan yang telah ditentukan dalam Pasal 28 Ayat (2)
pengawas.
40
Kelima kewenangan tersebut di atas dilakukan dengan cara melalui rapat anggota
tidak menetapkan batas waktunya, kapan batas akhir rapat tahunan tersebut,
pembina. Selain itu anggota pembina juga dilarang oleh pasal 7 ayat (3) Undang-
Undang Yayasan, untuk merangkap jabatan sebagai anggota direksi atau pengurus
dan anggota dewan komisaris atau pengawas dari badan usaha yang didirikan oleh
60
yayasan.
Larangan ini tujuannya agar tidak terjadi adanya tumpang tindih tugas
yang wajib dilaksanakan seorang personel dengan peran yang berbeda dalam saat
58
Puspa Melati Hasibuan., Op.Cit., hlm. 210.
59
56 Gatot
Gatot Supramono., Op.Cit., hlm.
Supramono, Op.Cit., hlm. 78.
81.
60
57 Ibid., hlm. 82.
Ibid., hlm. 78.
39
Keadaan itu akan mempengaruhi yayasan tidak dapat mencapai maksud dan
tujuannya.
2. Pengurus
hal ini lebih mencolok lagi dalam keadaan tiadanya pendiri ataupun pada situasi
Yayasan tidak memperkenankan adanya suatu jabatan rangkap. Pada masa lalu
lebih kurang 54,7% (lima puluh empat koma tujuh persen) pendiri dan pengurus
61
dijabat oleh orang yang sama.
Yayasan. Yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah orang perseorangan yang
berikut:
a) Orang perorangan.
42
f) Anggota pengurus yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang
masa jabatan yang terbatasbseperti pada umumnya yang berlaku pada pejabat
bahwa masa jabatan pengurus adalah lima tahun dan dapat diangkat kembali.63
susunan pengurus yayasan minimal harus ada tiga orang yang menduduki jabatan
61
Chatamarrasjid Ais., Op.Cit., hlm. 12.
62
Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
41
42
kesibukannya tergolong tinggi, bisa dibentuk jabatan wakil ketua. Selain itu juga
dapat dikembangkan jabatan ketua yaitu ketua I dan ketua II. Untuk wakil ketua
menjadi wakil ketua I dan wakil ketua II, begitu pula untuk sekretaris dan
seksi, misalnya seksi umum, seksi keuangan, seksi personalia, dan lain
64
sebagainya.
disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
65
sejak tanggal penggantian pengurus yayasan.
pengurus harus dilakukan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Jika hal ini
dilakukan tidak sesuai dengan anggaran dasar, maka pihak yang berkepentingan
64
Ibid., hlm. 87-88.
65
Anwar Borahima., Op.Cit., hlm. 215.
43
pembatalan diajukan.66
baik. Itikad baik dan penuh tanggung jawab, merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan di dalam menjalankan sebuah tugas atau pekerjaan. Itikad baik atau
kejujuran sangat penting dalam bekerja karena dengan kejujuran itu akan
akan menghindari terjadinya kejahatan. Di lain pihak kejujuran saja tidak cukup
jika tidak disertai dengan tanggung jawab yang penuh. Di dalam melakukan
pekerjaan selalu ada permasalahan yang timbul dan harus segera diatasi,
anggota pengurus yang tidak berwenang mewakili yayasan, namun hal ini
merupakan suatu kekecualian untuk hal-hal tertentu saja. Untuk itu Pasal 36 ayat
66
Ibid., hlm. 215.
67
Gatot Supramono., Op.Cit., hlm. 93-94.
44
yayasan, agar kekayaan itu tidak berkurang atau habis lantaran bukan untuk
juga mengatur tentang larangan yang harus dipatuhi oleh pengurus yayasan.
b) Larangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), tidak berlaku dalam hal
yayasan.
3. Pengawas
68
Ibid., hlm. 98-99.
45
Pasal 40 Ayat (1) disebutkan, bahwa selain tugas tersebut, pengawas juga
yayasan. hal ini dimaksudkan melakukan pengawasan saja tidaklah cukup jika
Yayasan.70
misalnya jumlah itu dipandang belum cukup, akan tetapi biasanya jumlah
dalam yayasan tergolong tinggi, maka jumlah pengawasnya juga pasti akan
1) Orang perorangan.
69
Ibid., hlm. 102.
70
Puspa Melati Hasibuan.,Op.Cit., hlm. 216.
71
Gatot Supramono., Op.Cit., hlm. 103.
46
atau usaha di wilayah negara Republik Indonesia dan pemegang kartu izin
sementara. 72
Masa jabatan pengawas sama dengan masa jabatan pengurus yaitu lima
tahun. Setelah masa jabatan tersebut selesai, yang bersangkutan dapat diangkat
kembali. Ketentuan Pasal 44 Ayat (1) ini sejalan dengan ketentuan Pasal 32 Ayat
(1), karena dengan masa jabatan yang sama, dikehendaki tidak ada ketimpangan
diangkat dalam waktu yang bersamaan, paling tidak berbeda beberapa hari. Begitu
73
pula berakhir masa tugasnya kemungkinan tidak berbeda jauh waktunya.
kepada pembina. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal
72
Anwar Borahima., Op.Cit., hlm. 216.
73
Gatot Supramono., Op.Cit., hlm. 104.
47
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri, pembina wajib:
atas permohonan yang berkepentingan atau atas permintaan kejaksaan dalam hal
dan/atau negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu paling lama
5 (lima) tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak
48
Bukan tidak mungkin terjadi persekongkolan oleh tiga organ yang merugikan
sarana kontrol oleh publik atas kinerja yang dilakukan oleh organ yayasan dan
77
sekaligus untuk melindungi kekayaan yayasan agar tidak disalahgunakan.
Yayasan
1. Fiduciary Duty
dan bukanlah untuk kepentingan pribadi organ yayasan dan harus sesuai dengan
tujuan dan maksud yayasan, bilamana pengurus berbuat untuk keuntungan bagi
diri mereka sendiri atau pihak ketiga, atau merugikan yayasan, maka perbuatan
78
tersebut memperlihatkan tidak adanya itikad baik dari para pengurus.
Apabila pengurus berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka sendiri atau
adanya itikad baik dari para pengurus tersebut. Ada dua prinsip standar yang
76
Anwar Borahima., Op.Cit., hlm. 226.
77
Sogar Simamora “Karakteristik, Pengelolaan, dan Pemeriksaan badan hukum yayasan
di Indonesia”, http: //rechtsvinding.bphn.go.id (Diakses pada tanggal 2 Juni 2018, Pukul 17.00
WIB)
78
Chatamarrasjid Ais., Op.Cit., hlm. 107
49
dilakukan dengan itikad baik untuk kepentingan yayasan, dan kedua, harus dibuat
misappropriation rule).
Prinsip di atas konsepnya berbeda satu sama lain, tetapi sering kali
tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya. Maka
dari itu, di antara tindakan pengurus yang dapat merugikan yayasan adalah
dilaksanakan sendiri bagi kepentingan sendiri. Dalam hukum korporasi hal ini
79
Ibid., hlm. 108-109.
50
kepemilikan. Dengan kata lain, pembina, pengurus, dan pengawas sebagai agent
dalam suatu yayasan mempunyai kepentingan yang berbeda dengan pihak ketiga.
melainkan milik orang lain dan untuk kepentingan orang lain, dimana orang lain
keuntungan pribadi yang diperoleh karena jabatannya kepada Yayasan. lebih jauh
yayasan karena dalam hal ini terdapat pertentangan kepentingan antara pribadi
80
Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law & Eksistensinya Dalam
Hukum Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 33.
51
lain. Suatu hubungan fiduciary timbul ketika satu pohak mengharapkan pihak lain
untuk berbuat bagi kepentingan pihak pertama itu atau dalam kepentingan
sebagaimana seorang constructive trustee. Begitu pula setiap orang yang diketahui
kewajiban untuk bertindak sebagai seorang constructive trustee. Pihak ketiga yang
81
Chatamarrasjit Ais., Op.Cit., hlm. 109.
82
Ibid., hlm. 110.
52
13kk KUH Perdata yang menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab tidak
saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian
oleh seorang pengurus. Hal ini terutama karena pada mulanya seorang pengurus
apa yang dimaksud dengan kecakapan yang dibutuhkan bagi seorang pengurus
dan juga batasan dari suatu perbuatan yang merupakan suatu kelalaian. Bertolak
dari pandangan bahwa pada mulanya pengurus yayasan adalah seorang amatir,
tidaklah beralasan untuk menetapkan satu standar yang sama bagi kecakapan dan
83
kelalaian itu.
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul, kecuali kesalahan yang timbul
atau kecil, kecuali dapat ditentukan sampai berapa jauh atau luas tugas yang
83
Ibid., hlm. 111.
53
dengan kehati-hatian yang beralasan dapat diharapkan pada dirinya, sesuai dengan
yayasan mewakili yayasan di dalam dan di luar pengadilan. Dalam hubungan ini
ada 2 (dua) sisi yang harus diperhatikan, yaitu kekuasaan pengurus untuk
mewakili, guna bertindak untuk serta atas nama yayasan. sedangkan pada sisi lain,
anggaran dasar.
awam bertindak atas nama pengurus seandainya berada pada posisi yang
sama.
3. Statutory Duty
54
yayasan.
Jelas dari ketentuan ayat (5) di atas bahwa kekuasaan dan wewenang
pengurus yayasan didasarkan dan dibatasi oleh anggaran dasar yayasan yang
dasarnya. Anggaran dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua organ
ingin melakukan hal-hal yang bertentangan atau tidak sejalan dengan anggaran
dasar, maka yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengubah anggaran dasar
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Yayasan dan anggaran dasar itu
55
melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan, anggaran dasar dapat
hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari pembina dan atau
85
pengawas.
terafiliasi dengan yayasan, organ yayasan lainnya, dan karyawan yayasan, kecuali
bila hal tersebut bermanfaat bagi tercapainya tujuan yayasan. anggota pengurus
jangka waktu 5 (lima) tahun setelah putusan tersebut tidak dapat diangkat menjadi
kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik di dalam
baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan. untuk
84
Ibid., hlm. 113-114.
85
Ibid., hlm. 114.
56
35 Undang-Undang Yayasan).86
86
Ari Purwadi “Karakteristik Yayasan sebagai Badan Hukum di Indonesia”, http:
//www.academia.edu (Diakses pada tanggal 31 Mei 2018, pukul 20.00 WIB).
57
YAYASAN
usahanya dapat berjalan dengan baik ketika kedua badan hukum itu baru berdiri
aktivitasnya lebih berperan sebagai pelaku sosial. Oleh karena itu pada yayasan
awalnya memang memiliki harta benda yang pada umumnya disebut sebagai
“modal”, dan karena kedudukan dan perannya seperti itu, sehingga tidak tepat jika
diberi istilah modal, tetapi lebih tepat disebut kekayaan, walaupun maksudnya
81
sama.
tujuannya yang filantropis, maka dibutuhkan dana yang cukup. Persoalan dana ini
merupakan hal yang paling urgen bagi yayasan, apalagi jika yayasan tersebut
tidak mempunyai sumber penghasilan tetap. Berbeda halnya jika yayasan itu telah
mempunyai banyak deposito di bank, sebab hanya dengan bunga deposito mereka
81
Gatot Supramono., Op.Cit., hlm. 66.
yayasan, sama seperti sebuah perusahaan harus memiliki modal dasar, dalam hal
ini adalah kekayaan awal. Kekayaan awal ini untuk membiayai kegiatan seperti
Sehubungan dengan itu, dalam Pasal 9 Ayat (1) disebutkan, bahwa sebagai
diperkuat oleh Pasal 26 Ayat (1) yang menyebutkan, kekayaan yayasan berasal
dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang dan barang.
Padahal sebenarnya uang itu sendiri termasuk ke dalam jenis barang, karena
dalam KUH Perdata secara garis besarnya membedakan barang ada dua macam,
yaitu barang bergerak dan tidak bergerak. Uang statusnya sebagai barang
menginginkan ketentuan yang jelas dan mudah dimengerti oleh seluruh lapisan
83
masyarakat.
Pasal 26 Ayat (2) berasal dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat,
82
Anwar Borahima., Op.Cit., hlm. 109.
83
Gatot Supramono., Op.Cit., hlm. 67.
diterima yayasan, baik dari negara, masyarakat, maupun pihak lain asalkan
berlaku.
Memang jika ada bantuan yang datang dari mana pun, pihak yang
memberi bantuan pada umumnya selalu mengharap adanya sesuatu yang dapat
dengan dalih karena merasa telah berutang budi kemudian melakukan sesuatu
pun yang memang berniat memberi sumbangan kepada yayasan, tidak boleh
kepada yayasan, biar bantuan itu diurus yayasan setelah diterima. Sebaliknya
untuk yayasan sebagai penerima bantuan, juga tidak boleh mengikatkan diri
2. Wakaf
Harta yang diwakafkan dapat berasal dari seseorang atau badan hukum,
dengan cara seperti diatur dalam Undang-Undang No.41 tentang wakaf, yaitu
dengan membuat ikrar wakaf di depan pejabat pembuat ikrar wakaf. Setelah
Dalam hal ini, jika yayasan sebagai penerima harta wakaf, maka yayasan
sebagai harta kekayaan yayasan, untuk dikelola dan digunakan dalam mencapai
3. Hibah
Yang disebut hibah menurut Pasal 1666 Ayat (1) KUH Perdata adalah
86
Ibid., hlm. 70.
yang dibuat oleh penghibah kepada penerima hibah, dan yang mempunyai janji
hanyalah penghibah saja. Tidak ada janji sebaiknya yang merupakan kontra
yang sudah ada di tangan penghibah. Jika hibah itu meliputi barang-barang yang
akan ada di kemudian hari, maka berdasarkan ketentuan pasal 1667 KUH Perdata
mengenai barangnya dapat dilakukan secara nyata setelah perjanjian hibah dibuat.
Syarat yang harus dipenuhi agar hibah itu sah adalah perjanjiannya dibuat
hibah yang dibuat oleh seseorang, karena akta notaris memiliki kekuatan
maupun badan hukum mana pun dapat melakukan hibah barang yang dimilikinya
baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak kepada suatu yayasan, dan
86
barang yang dihibahkan itu menjadi kekayaan yayasan.
84
Ibid., hlm. 68.
85
Ibid., hlm. 69.
Ketentuan Pasal 957 KUH Perdata menyebutkan hibah wasiat adalah suatu
penetapan wasiat yang khusus dengan mana si yang mewariskan kepada seorang
memberikan hak pakai hasil atas seluruh atau sebagian harta peninggalannya.
terlarang (Pasal 879 KUH Perdata). Fideicommnis adalah keputusan dari pewaris
meninggal dunia, harta tersebut akan jatuh kepada pihak ketiga. Larangan ini
dikarenakan harta yang dihibah wasiatkan tidak sampai tujuannya, karena pihak
ketiga yang akan menerima bukan yang dimaksud dalam hibah wasiat. Oleh
masih hidup.
Setiap hibah wasiat yang bersahaja dan tidak bersyarat, memberi hak
kepada mereka yang menerima hibah wasiat, semenjak hari meninggalnya orang
hak itu menurun kepada para ahli warisnya atau pengganti haknya. Mereka yang
menerima hibah wasiat tidak boleh berdiam diri, melainkan harus melakukan
tagihan akan penyerahan kebendaan yang dihibahkannya, kepada ahli waris atau
perolehan kekayaan yayasan adalah dari hibah wasiat. Syarat yang ditentukan oleh
5. Perolehan lainnya
sewa gedung, atau perolehan dari hasil usaha yayasan. sebuah yayasan selaku
badan hukum yang memiliki sejumlah saham pada perseroan terbatas, maka setiap
Demikian pula jika kekayaan yayasan yang berupa uang disimpan pada
bank sebagai tabungan, tiap bulannya akan mendapat bunga sekian persen.
Kemudian kekayaan yayasan yang berupa harta tidak bergerak seperti tanah dan
bangunan, jika harta ini tidak digunakan dan disewakan kepada pihak lain, biaya
usaha yayasan, misalnya yayasan mendirikan badan usaha seperti toko buku,
bagian dari keuntungan. Bagian dari keuntungan ini juga sebagai kekayaan
yayasan.
87
Ibid., hlm. 72 .
modal yang diberikan oleh pendiri yayasan dan sumbangan-sumbangan dari para
dermawan, akan tetapi pihak lain terbuka untuk melakukan wakaf, hibah, dan
hibah wasiat. Di samping itu terbuka pula bagi yayasan untuk mendirikan badan
88
usaha yang tujuannya dapat memperoleh keuntungan.
Pembagian berasal dari kata “bagi” yang mempunyai arti yaitu pecahan
dari sesuatu yang utuh atau penggal atau pecah. Secara umum pengertian
pembagian merupakan prosess mengurai suatu hal menjadi berbagai unsur yang
Dalam ilmu pengetahuan bidang logika, pembagian berarti pemecah belahan atau
pembagian kekayaan yayasan dapat diartikan yaitu sebagai suatu proses, cara,
atau uang yayasan kepada seseorang atau suatu badan hukum dengan maksud dan
tujuan tertentu baik yang diatur maupun tidak diatur oleh suatu Undang-Undang
Yayasan.
bagiannya. Dan pembagian lebih erat hubungannya dengan proses yang semata-
c) Pembagian harus tegas dan jelas. Artinya, setiap pembagian harus tertata,
berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang
siur.
satu tidak boleh memuat bagian yang lain. Tidak boleh terjadi adanya
suatu „perlawanan‟.
89
Rizki Daud, Tinjauan Yuridis tentang Pembagian Kekayaan dari Yayasan kepada
Organ Yayasn ditinjau dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor
28 tahun 2014, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2016, hlm. 59-60
yang langsung menyusun suatu keseluruhan atau bagian yang dibagi lebih
jauh. “substansi” tidak dapat dibagi dalam “yang hidup dan yang tidak
lalu substansi materiil dapat dibagi dalam “yang hidup dan yang tidak
hidup”.
formal dari pembagian itu dengan benar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku
baik sesuai dengan syarat-syarat dari pembagian itu sendiri ataupun menurut
Kekayaan dan juga harta yang diperoleh dari hasil usaha dari kegiatan
yayasan yang diperoleh dan diberikan kepada yayasan menjadi milik yayasan
sepenuhnya. Oleh karena menjadi milik yayasan, maka sejalan dengan itu
boleh membagikan hasil kegiatan usaha dan Pasal 5 Ayat (1) menyebutkan
kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
dan pengawas. Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat ditentukan dalam anggaran dasar yayasan bahwa pengurus menerima gaji,
upah atau honorarium, dalam hal pengurus yayasan yaitu bukan pendiri yayasan
pada Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Yayasan, ditetapkan oleh pembina sesuai
menanggung segala biaya dan ongkos yang mereka keluarkan dalam rangka
apapun dilarang untuk dialihkan atau dibagikan kepada pembina, pengurus, dan
dimiliki yayasan, dimana pembagian merupakan cara untuk melepas hak milik
dari yayasan kepada pihak yang akan menerima pembagian kekayaan tersebut.
beberapa macam cara melepas hak tersebut oleh organ yayasan seperti:
a. Dengan perjanjian
90
Penjelasan huruf a, yang dimaksud dengan “terafiliasi” adalah hubungan keluarga
karena perkawinan atau keturunan sampai derajat ketiga, baik secara horizontal maupun vertikal.
91
Penjelasan huruf b, yang dimaksud dengan “secara langsung dan penuh” adalah
melaksanakan tugas kepengurusan sesuai dengan ketentuan hari dan jam kerja yayasan bukan
bekerja paruh waktu.
terlepas dari perjanjian yang dibuatnya atas nama dan untuk tujuan
yayasan.
b. Dengan pewarisan
sebagai titel umum yang sah atas peralihan hak dan kewajiban mengenai
c. Hibah
Menurut Pasal 1666 ayat (1) KUH Perdata menyebutkan hibah adalah
d. Penyerahan
kepadanya oleh orang lain. Dasar penyerahan itu haruslah melalui suatu
92
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan (menurut Sistematika KUH
Perdata dan Perkembangannya) (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hlm. 113.
juga dapat memperoleh gaji, upah atau honorarium. Padahal bila dicermati
pembina sebagai organ yang mendirikan yayasan dan organ tertinggi di yayasan
dilarang untuk dibagikan dan dikuasai oleh seluruh organ yaitu baik pendiri,
yayasan yang bubar tersebut. Pengaturan ini diatur dalam Pasal 68 Undang-
Undang Yayasan yang menyebutkan sisa kekayaan yayasan likuidasi (yang bubar)
yayasan yang bubar dan dapat diserahkan kepada badan hukum lain yang
mempunyai kesamaan kegiatan dengan yayasan yang bubar, apabila hal tersebut
diatur dalam Undang-Undang mengenai badan hukum tersebut. Serta jika tidak
diserahkan kepada yayasan lain atau badan hukum maka kekayaan yayasan dapat
Jadi dalam Undang-Undang Yayasan tidak terdapat satu pasal pun yang
yang pailit atau bubar dapat diberi kepada pemegang saham yang dimilikinya
pembina tidak dibenarkan mendapat bagian dari kekayaan yayasan yang bubar.
Karena dengan pemisahan kekayaan dalam yayasan ini sifatnya mutlak, maka
hubungan antara pendiri atau dapat selaku pembina dengan kekayaannya terputus.
Oleh karena itu, pendiri yayasan bukanlah pemilik yayasan yang didirikan, dan
Pengalihan berasal dari kata dasar yaitu “alih” yang mempunyai arti yaitu
pindah, ganti, tukar, ubah. Sedangkan kata pengalihan merupakan kata kerja yang
berbentuk barang atau uang suatu yayasan. pengertian umum yang terkait dari
berikut:94
93
Anwar Borahima., Op.Cit., hlm. 40.
94
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1999), hlm. 140.
miliknya. Orang yang mengakui ini mempunyai hak milik atas benda
sebagainya.
b) Dengan penemuan, yakni benda milik orang lain yang lepas dari
warisan. Dengan adanya penyerahan itu, maka hak kebendaan atas benda
(lampau waktu). Daluwarsa benda bergerak dan tidak bergerak tidak sama.
menemukan di jalan, hak milik diperoleh setelah lampau waktu tiga tahun
tahun, dan dalam hal tidak adanya alas hak selama 30 tahun. Setelah
lampau waktu 20 tahun atau 30 tahun itu, orang yang menguasai benda
menurut hukum waris yang berlaku. Ada tiga macam hukum waris yang
berlaku, yaitu hukum waris adat, hukum waris islam, dan hukum waris
KUH Perdata.
f) Dengan cara penciptaan, yaitu penciptaan barang baru yang tadinya belum
ada, misalnya hak cipta atas suatu lukisan, lagu, buku, dan sebagainya.
tanah, dinyatakan sebagai benda ikutan dari tanah itu, orang yang membeli
Hak milik merupakan hak yang paling utama jika dibandingkan dengan
hak-hak kebendaan yang lain, karena yang mempunyai hak dapat menikmatinya
milik merupakan hak yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun baik orang
lain yang bukan pemilik maupun oleh pembentuk undang-undang atau penguasa,
harus ada ganti kerugiannya dan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
milik, harus memenuhi ketentuan sebagaimana digariskan dalam Pasal 584 KUH
dapat dilakukan haruslah ada terlebih dahulu suatu peristiwa perdata yang
bertujuan untuk mengalihkan hak milik tersebut, yang dalam bentuk perjanjian
penyerahan terhadap suatu barang dari hasil jual beli ada ketentuan bahwa
surat bukti milik, jika itu ada dan ketentuan ini terdapat pada Pasal 1428 KUH
95
Perdata.
dilakukan oleh pengurus dengan persetujuan dari pembina yayasan. syarat dan
ketentuan lainnya berkaitan dengan hall tersebut harus memperhatikan lebih lanjut
ketentuan yang ada dalam anggaran dasar yayasan. misalnya siapa yang
oleh pembina.
95
Rizki Daud, Op.Cit., hlm. 63-64.
A. Posisi Kasus
kasih, empati pada anak penderita kanker serta orangtua dan keluarga mereka.
lagi berjalan efektif karena management yayasan tidak dikelola berdasarkan azas-
azas tata pengelolaan yayasan yang baik dan terjadi perbedaan prinsip mendasar
pembina karena mengingat YKAKI selama ini dikelola secara tidak profesional
pengelolaan 2 (dua) rumah singgah milik YKAKI karena antara Penggugat dan
Tergugat yang diwakili oleh Maya Irawati dan Aniza Mardi Santosa, dimana
Penggugat dan Tergugat sudah tidak bisa lagi bekerja sama dalam satu
75
1. 2011
tidak dikelola berdasarkan azas-azas tata pengelolaan yayasan yang baik dan
2. 10 Mei 2012
atau Pembina karena mengingat YKAKI selama ini dikelola secara tidak
3. 17 Mei 2012
Penggugat bertemu dan meminta bantuan Mustika Indah J. Sinaga, SH., MMSI
YKAKI yang sekarang ini berkedudukan sebagai Ketua Pengurus YKAKI dan
102
Diakses dari Putusan Nomor:01/PDT/2016/PT.DKI tentang kasus Yayasan, pada
tanggal 20 Maret 2018
76
dengan Tergugat yang diwakili oleh Maya Irawati Soelistyo dan Aniza Mardi
Santosa, dimana Penggugat dan Tergugat sudah tidak bisa lagi bekerja sama
4. 28 Mei 2012
Maya Ira Soelistyo yang pada saat itu berkedudukan sebagai Sekretaris
YKAKI dan Aniza M. Santosa yang pada saat itu berkedudukan sebagai
badan hukum bagi Rumah Singgah I (RK I) yang terletak di Jl. Percetakan
Negara IX No. 10 A, Jakarta Pusat dan Rumah Singgah II (RK II) yang terletak
5. 30 Mei 2012
Hasil pertemuan mediasi antara Penggugat dengan Maya Ira Soelistyo yang
pada saat itu berkapasitas sebagai Sekretaris YKAKI dan Aniza M. Santosa
yang pada saat itu berkapasitas sebagai Bendahara YKAKI yang difasilitasi
Pengalihan Sebagian Asset YKAKI Kepada Badan Hukum Yayasan Baru, dan
77
melalui electronic mail (email) kepada Penggugat, Maya Ira Soelistyo dan
Aniza M. Santosa.
6. 29 Juni 2012
Penggugat Maya Ira Soelistyo selaku Sekretaris YKAKI dan Aniza M. Santosa
jalan Percetakan Negara dan RK II, Slipi, dalam satu management dengan
aktivitas yang begitu banyak serta besarnya waktu dan usaha yang
3) Bahwa untuk itu, Pengurus mengajukan usulan jalan keluar tersebut diatas
78
3.3. Aniza Mardi Santosa, yang saat ini menjabat sebagai Bendahara
3.4. Pengurus telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Drs. Safril Nahar dan
Mei 2012.
unit kendaraan Motor Merk Vario No Pol. B 3338 SEM kepada Badan
% dari dana yang tersisa pada rekening YKAKI kepada Badan Hukum
4). Bahwa Pengurus akan tetap bekerjasama dengan baik dalam pengelolaan
79
RK II, serta menjunjung tinggi asas menghormati satu sama lain, serta
7. 6 Juli 2012
Pembina YKAKI
8. Setelah perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama
YKAKI dan proses selanjutnya peralihan hak melalui hibah dari YKAKI ke
diwakili Maya Ira Soelistyo menandatangani blanko akta PPAT dalam rangka
(YAI).
9. 6 Maret 2013
80
Blanko akta PPAT yang masih tersedia masih dapat digunakan oleh PPAT
sampai dengan tanggal 31 Maret 2013, sehingga pertanggal 1 April 2013 akta
PPAT yang dapat diterima pada kantor pertanahan adalah akta PPAT yang
10. Bahwa dengan perubahan kebijakan BPN , akta yang pernah ditandatangani
meminta kembali Para Pihak menandatangani ulang akta di atas blanko baru
sesuai dengan kebijakan BPN, namun Tergugat menolak dengan alasan yang
Advokat Tri Adhyaksa dari Kantor ADHYAKSA & CO, yang ditujukan
81
tidak terbatas; rumah di jalan Anggrek Neli Murni Blok A/10 RT 002 RW 01
534/L/N/VI/2012;
82
ini diperhitungkan sejumlah Rp. 526.000.- (lima ratus dua puluh enam
ribu rupiah);
83
Bersama tangal 29 Juni 2012 kepada Yayasan Anyo Indonesia sebagai badan
Agustus 2015 tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan dan Majelis
Penggugat/Terbanding seluruhnya.
84
atau alasan untuk melakukan gugatan terhadap yayasan, hal ini dilihat jika
dasar;
Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan pemeriksaan dan gugatan
terhadap yayasan adalah harus ada dugaan yang kuat terhadap organ yayasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf a, bahwa yang dimaksud
dengan perbuatan melawan hukum tidak dapat dilepaskan dari ketentuan Pasal
103
1365 KUH Perdata, karena pasal tersebut merupakan landasan hukumnya.
bagi organ yayasan itu sendiri. Pihak ketiga yang dimaksudkan tersebut adalah
103
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm 126.
85
pemerisaan ke dalam yayasan. Ketentuan Pasal 53 Ayat (2) dan ayat (3)
104
Ibid., hlm. 129.
86
yayasan berdomisili.105
pada umumnya, bukti-bukti yang diajukan berupa alat bukti surat dan saksi-
Gugatan terhadap yayasan yang terjadi dapat dilihat dari kasus Yayasan
gugatan dilakukan oleh Pinta Uli Panggabean dengan Yayasan Kasih Anak
105
Ibid., hlm. 128.
106
Ibid., hlm. 130.
87
Kasih Anak Kanker Indonesia dan Ketua Yayasan digugat oleh Ketua
menandatangani ulang blanko baru akta PPAT dalam rangka mengalihkan hak
Rumah Singgah II (RK II) yang terletak di Jl. Anggrek Neli Murni Blok
Jakarta Barat dari YKAKI ke Yayasan Anyo Indonesia (YAI), dimana tanda
tangan di atas blanko lama sudah tidak berlaku karena perubahan kebijakan
telah dibuat dan disepakati adalah sah dan mengikat sehingga tergugat harus
menyelesaikan peralihan hak atas tanah dan bangunan yang terletak di Jl.
Anggrek Neli Murni Blok A/110, RT. 002/RW. 001, Kelurahan Kemanggisan,
88
oleh panitia sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Bahwa yang menjadi
persoalan dalam gugatan ini adalah mengenai peralihan hak asset Yayasan
”kekayaan yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
antara lain:
89
dimaksud dalam Pasal 5, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun;
dimaksud dalam ayat (1) juga dikenakan pidana tambahan berupa kewajiban
90
pembubaran yayasan kepada yayasan lain yang memiliki maksud dan tujuan
tentang Yayasan.
2012 tersebut batal demi hukum karena tidak memenuhi kausa/sebab yang
halal sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 dan 1337 KUH Perdata.
Bersama tangal 29 Juni 2012 kepada Yayasan Anyo Indonesia sebagai badan
91
Agustus 2015 tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan dan Majelis
Penggugat/Terbanding seluruhnya.
tugas ini pada umumnya diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian.
dilarang oleh hukum pidana, dengan adanya sanksi tersebut diharapkan orang
92
pidana penjara)”.
bahwa pada dasarnya sanksi pidana merupakan suatu pengenaan suatu derita
pidana) melalui suatu rangkaian proses peradilan oleh kekuasaan (hukum) yang
secara khusus diberikan untuk hal itu, yang dengan pengenaan sanksi pidana
tersebut diharapkan orang tidak melakukan tindak pidana lagi dalam hal ini
ditujukan khusus bagi organ yayasan yaitu pembina, pengurus, dan pengawas
109
yang bertanggung jawab secara pribadi karena kelalaiannya.
yang terafiliasi dengan organ yayasan atau pihak-pihak yang berkaitan. Jika
Undang Yayasan, dapat dijatuhi sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama
107
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 111.
108
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary (St.Paul Winim: West Publishing CO,
1979), hlm. 337.
109
Ibid, hlm. 195.
93
dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) yang menyebutkan
setiap anggota organ yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dibagikan. Yayasan dapat dijadikan alat untuk mencari keuntungan, bahkan lebih
jauh lagi yayasan dapat dijadikan tandem untuk melakukan tindak pidana
khususnya untuk pencucian uang haram (Money Loundering) dan korupsi oleh
organnya yang merupakan akibat hukum dari sanksi pidana dalam pengalihan
110
harta kekayaan yayasan.
bahkan lebih jauh lagi yayasan dapat dijadikan tandem untuk melakukan suatu
tindak pidana, khususnya untuk pencucian uang haram (Money loundering) dan
korupsi oleh organnya. Modus yang sering dilakukan organ yayasan selalu
dikaitkan dengan pencucian uang, yaitu dengan mendirikan yayasan yang akan
sumbangan yang didapat yayasan berasal dari seseorang dengan dalih untuk
111
kepentingan sosial.
110
Anwar Borahima, Op.Cit. hlm. 280.
111
Ibid, hlm. 281.
94
koperasi) oleh pelaku fisik, karena adanya hubungan antara orang yang
penting, justru karena dalam korporasi yang besar dengan struktur organisasi yang
rumit, tidak selalu jelas hubungan antara pelaku fisik dengan korporasi yang
dialihkan ini adalah bahwa tidak perlu terdapat kesalahan pada pelaku fisik (dan
tidak perlu pula ada kewajiban hukum), karena yang menentukan adalah adanya
seharusnya dapat dilihat pada kasus Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia.
Karena Pintu Uli Panggabean selaku Ketua pengurus Yayasan Anyo Indonesia
Kasih Anak Kanker Indonesia. Tetapi putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama
memutuskan bahwa Pinta Uli Panggabean tidak bersalah karena Majelis hakim
banding terhadap putusan majelis hakim tingkat pertama. Majelis Hakim Tingkat
Hakim Tingkat Pertama karena mengacu pada Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang
Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 dan Pasal 19 Akta Pendirian Yayasan Kasih
95
perkara peradilan.
Yayasan seharusnya dapat dijatuhi sanksi pidana, karena atas perbuatan hukum
yang dilakukannya, telah nyata merugikan yayasan. dan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud Pasal 5 dipidana penjara 5 (lima) tahun”. Dan Ayat (2)
dimaksud dalam ayat (1) juga dikenakan pidana tambahan berupa kewajiban
dibagikan. Pasal 5 yang dimaksudkan ini adalah kekayaan yayasan baik berupa
Undang-Undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak
langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium atau bentuk lain yang
96
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk
97
Anak Kanker Indonesia adalah batal demi hukum. Karena pengalihan asset-
pada Pasal 5 ayat (1) menetapkan bahwa kekayaan yayasan baik berupa
tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah maupun honorarium, atau
bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang. Pengalihan kekayaan yayasan
lain yang memiliki maksud dan tujuan yang sama. Sehingga perjanjian atau
B. Saran
1. Organ Yayasan yaitu pengurus diharapkan mampu bekerja sama dengan baik
dengan memiliki tujuan yang sama sebagai suatu badan hukum yang
98
mampu bekerja sama agar tidak terjadi perselisihan antar organ yayasan.
kekayaan yayasan ini karena sanksi nya masih kurang tegas dan tidak
spesifik.
99
1. BUKU
Ashshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1996.
Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary. St. Paul Minim: West
Publishing CO, 1979.
Prasetya, Rudhi. Yayasan dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
100
2. Perundangan
3. Jurnal Hukum
Tahun 2016.
101
102