Anda di halaman 1dari 60

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI DINAS


PENDIDIKAN KOTA BINJAI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas PPL

Semester VII Tahun 2018

1. Randi Permana 1503100067


2. Roni Setiawan 1503100131
3. Della Farantinata Dalimunthe 1503100153
4. Nicken Hafizah Siregar 1503100086
5. Lisa Andriani Purba 1503100115
6. Asri Utari Nst 1503100076

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

2018
LEMBAR BIMBINGAN
Kelompok : IV ( Empat )

Dosen Pembimbing/Supervisor : Dedi Amrizal S.Sos., M.Si

Waktu Rencana Kegiatan Kegiatan yang Paraf


dilaksanakan
Medan, 2019

Pembimbing

Dedi Amrizal S.Sos., M.Si


LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah


Penyelenggaraan Pendidikan Kota Binjai

Disusun Oleh : 1. RANDI PERMANA NPM : 1503100067

2. RONI SETIAWAN NPM : 1503100131

3. DELLA FARANTINATA D NPM : 1503100153

4. NICKEN HAFIZAH SRG NPM : 1503100086

5. LISA ANDRIANI PURBA NPM : 1503100115

6. ASRI UTARI NST NPM : 1503100076

Menyetujui, Ketua Kelompok

DEDI AMRIZAL S.Sos,. M.Si RANDI PERMANA


NIP : 0110097201 NPM : 1503100067
Mengesahkan,
Ketua Program Studi

Ilmu Administrasi Negara

Nalil Khairiah, S.IP.,M.Pd


NIDN 0130116804
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan penulisan Naskah Akdemik Rancangan Peraturan
Daerah Tentang........................................... Di Dinas Pendidikan Kota Binjai.

Naskah Akademik ini kami buat untuk ditujukan sebagai acuan atau
referensi dalam penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kota
Binjai tentang.................................................

Kami menyadari bahwa Naskah Akademik ini dapat diselesaikan karena


adanya bantuan, pengarahan, bimbingan serta dorongan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih.

Harapan kami dengan


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Identifikasi Masalah......................................................................................

C. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik....................................................

D. Metode Penulisan..........................................................................................

1. Metode Pendekatan................................................................................

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis...............................................................................................

B. Perspektif Sosiologis....................................................................................

C. Kajian Empiris.............................................................................................

D. Perspektif Kerangka Hukum Pemerintahan................................................

E. Letak Geografi dan Demografi...................................................................

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERUNDANG – UNDANGAN

A. Peraturan Perundang – undangan terkait


1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan (Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan (Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5157);

4. Undang-undang Nomor 20 Tahun2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Pasal (10) menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah

daerah berhak mengarahkan,membimbing,membantu dan mengawasi


penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

5. Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan

pemerintahan antara pemerintah,pemerintah daerah provinsi, dan

pemerintah daerah kabupaten/kota. Lampiran A angka (1) point (3),

bahwa salah satu urusan pemerintahan kabupaten/kota bidang

pendidikan adalah pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar,pendidikan menengah dan pendidikan

nonformal.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis.....................................................................................

B. Landasan Sosiologis..................................................................................

C. Landasan Yuridis......................................................................................

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

B. Ruang Lingkup Materi Muatan Kebijakan Yang Mencakup

C. Ruang Lingkup materi yang akan diatur

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

merupakan hukum dasar yang tertulis bagi bangsa Indonesia. Undang-undang

Dasar 1945, sebagai perwujudan dari tujuan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus

1945, terdiri dari Pembukaan dan Batang tubuh serta penjelasan UUD 1945

(Kansil dan Christine, 2008: 90). Setelah diamandemen tidak seperti itu

melainkan terdiri dari Pembukaan dan Pasal - pasalnya. Pada UUD 1945 yang

belum diamandemen maupun yang sudah diamandemen tersebut memuat pasal-

pasal yang mengatur sistem ketatanegaraan Indonesia salah satunya tentang

Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan Daerah merupakan salah satu bahasan di dalam UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diatur dalam BAB IV Pasal 18

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu masalah mengenai

Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-undang tersendiri yaitu Undang -

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pasal 1 ayat (2)

Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


Undang - undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke empat menyatakan bahwa

tujuan negara Indonesia :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia;

2. Memajukan kesejahteraan umum;

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa;

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan hal yang penting dalam


mencapai tujuan negara Indonesia salah satunya yaitu melalui pendidikan. Terkait
hal itu, dalam Pasal 31 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 juga
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Pendidikan nasional berfungsi sebagai pemersatu bangsa, persamaan

kesempatan, serta pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat

memperkuat keutuhan bangsa, memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga

negara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Pembangunan pendidikan harus mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap

pendidikan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan pemerataan pelayanan

pendidikan, kualitas dan relevansi pendidikan serta meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pelayanan pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan

sumber daya manusia yang berpotensi, berdaya saing, mandiri serta mampu

berpartisipasi dalam pembangunan.


Undang - undang Nomor 23 Tahun 20014 tentang Pemerintahan Daerah

menyebutkan beberapa tugas dan wewenang suatu daerah dalam menjalankan

pemerintahannya di daerah dengan mengarah pada apa yang disebut dengan

otonomi daerah. Pasal 1 ayat (2) Undang - Undang Nomor 23 Tahun 20014

tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Otonomi Daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan otonomi yang nyata

salah satunya yaitu kewenangan membuat Peraturan Daerah (Perda), merupakan

wujud nyata pelaksanaan hak otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah dan

sebaliknya, Perda merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan otonomi

daerah (Rozali Abdullah, 2007: 131). Perda dibuat oleh DPRD bersama-sama

Pemerintah Daerah, artinya prakarsa dapat berasal dari DPRD maupun dari

Pemerintah Daerah (Widjaja, 2005: 144). Selain itu, Pasal 136 ayat (1) Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan, Perda

ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD.

Perda yang baik dibuat sesuai dengan pembentukan peraturan perundang -

undangan, dalam hal ini adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.Selain itu, Perda juga dibuat sesuai

dengan kondisi masyarakat yang ada, sehingga ketika Perda diberlakukan tidak

merugikan masyarakat.Masyarakat disini merupakan hal yang penting karena

masyarakat merupakan suatu kelompok yang terkena kebijakan yang ada pada
Perda tersebut. Oleh sebab itu, materi muatan yang dicantumkan dalam Perda

sesuai dengan kondisi permasalahan di dalam masyarakat dan menampung

kondisi lokal yang merupakan ciri kekhususan daerah dengan tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Di era otonomi daerah atau desentralisasi, DPRD dan Pemerintah Daerah

mempunyai kewenangan yang luas dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Dalam praktek, tidak jarang terjadi kewenangan tersebut dilaksanakan tidak

selaras bahkan bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih

tinggi (vertikal) atau dengan Peraturan Perundang-undangan yang sama

(horizontal). Oleh karena itu, DPRD dan Kepala Daerah dalam membentuk

Peraturan Daerah harus selalu memperhatikan asas pembentukan dan asas materi

muatan Peraturan Perundang-undangan.

Pedoman tentang materi muatan Peraturan Daerah dan Peraturan

Perundang-undangan tingkat daerah lainnya (Peraturan Gubernur, Peraturan

Bupati/Walikota), juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan dalam Peraturan Pelaksanaannya (Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jenderal

Peraturan Perundang-undangan, Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan

Daerah, 2011: 9-10).

Selain itu pelaksanaan otonomi daerah menuai ketidaktertiban penerbitan

produk hukum, yang ditandai dengan adanya kasus pembatalan Perda. Daerah

dinilai tidak memahami kapan Perda mestinya dibentuk dalam rangka


menjalankan kewenangan luasnya. Disamping itu pembentuk Perda tidak

memahami lingkup materi muatan Perda sebagai implementasi kewenangan

daerah.

Berbagai Perda atau Raperda yang pernah ditemui, banyak mekanisme

yang dirumuskan justru tidak menyelesaikan masalah utama.Norma-norma di

dalam Perda lebih banyak mengutip peraturan perundang-undangan di tingkat

pusat (copy paste), sedangkan muatan lokal/masalah lokal hanya tempelan dan

belum jelas arah penyelesaiannya sehingga justru menambah masalah.Terjadi

degradasi materi muatan aturan yang lebih tinggi ke aturan yang lebih rendah,

artinya perda tersebut tidak memenuhi asas kesesuaian materi muatan perundang -

undangan. ( http://hukum.kompasiana.com/2011/03/31/menyusun perda yang

bermanfaat / diakses pada tanggal 1 Mei 2012).

Salah satu kewenangan Pemerintah Daerah dalam pembentukan peraturan

daerah yaitu mengenai masalah pendidikan. Sesuai Pasal 1 ayat (1) Undang -

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah, Kota Binjai

merupakan daerah yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan


pemerintahan daerahnya yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD.

Sesuai Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan

Pemerintahan Daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota Salah satu urusan wajib yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

di atas adalah penyelenggaraan pendidikan.

Pemerintah Kota Binjai memiliki tugas, fungsi dan kewajiban

meningkatkan kualitas SDM melalui pemberdayaan, baik formal maupun non

formal. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, ketentuan umum, pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa,

“ penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

masyarakat yang menyelenggarakan pada jalur pendidikan formal,” sedangkan

ayat (6) “ Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal dalam setiap jenjang

dan jenis pendidikan.” Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

penyelenggara lembaga pendidikan dan pelayanan pendidikan dituntut agar

mampu membentuk sebuah peraturan perundang – undangan atau peraturan

daerah terkait penyelenggaraan pendidikan.

Terkait pembentukan Perda, terdapat tahap-tahap yang harus dilalui

sebelum Perda tersebut diundangkan dalam Lembaran Daerah. Tahap-tahap

tersebut meliputi penyusunan Rancangan Perda yang disertai Naskah Akademik,

pembahasan rancangan Perda dimana dalam tahap ini dilakukan melalui tingkat-

tingkat pembicaraan yang dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat


kelengkapan DPRD kabupaten yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat

paripurna, penetapan rancangan Perda dan tahap terakhir yaitu pengundangan.

Sebelum Perda tersebut dibuat, maka terlebih dahulu dibuatlah Naskah

Akademik sebagai dasar dari pembuatan Perda Tersebut. Naskah Akademik

menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan Pasal 1 angka 11 menyatakan bahwa, “Naskah Akademik

adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya

terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-undang,

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum

masyarakat.”

Naskah Akademik merupakan hal yang pokok sebagai dasar dalam tahap

selanjutnya yaitu pembahasan Rancangan Perda.Tahap pembahasan tersebut

melalui pembicaraan- pembicaraan yang terkadang menuai banyak pro dan kontra

antara anggota-anggota yang ikut dalam pembahasan tersebut. Hal ini dikarenakan

adanya benturan kepentingan politik dari masing-masing anggota. Tahap ini

biasanya dituangkan dalam risalah sidang yang berbentuk rekaman mengenai

pembicaraan-pembicaraan tentang hal-hal atau materi muatan yang akan dijadikan

pertimbangan untuk dituangkan dalam produkhukum yang berupa Perda.

Sesuai penjelasan di atas, maka peneliti akan meneliti penyelenggaraan

pendidikan di Dinas Pendidikan kota Binjai


B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang akan

ditemukan dan diuraikan dalam naskah akademik tersebut. identifikasi masalah

dalam naskah akademik ini adalah :

1. Bagaimana Pelaksanan penyelenggaraan Pendidikan di Kota Binjai

C. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik

Adapun tujuan dari pada Naskah Akademik adalah sebagai Berikut :

a. Memberikan landasan pemikiran yang objektif dan

komprehensif tentang pokok – pokok Peraturan tentang

penyelenggaraan pendidikan

b. Memberikan arah dan ruang lingkup kebijakan dalam urusan

penyelenggaraan pendidikan yang menjadi kewenangan Kota

Binjai

c. Sebagai landasan pemikiran tentang penyelenggaraan

pendidikan yang menjadi kewenangan Kota Binjai

d. Mengkaji dan meneliti pokok-pokok materi apa saja yang

ada dan harus ada dalam Rancangan Peraturan Daerah

tentang penyelenggaraan pendidikan

Kegunaan Naskah Akademik

Adapun Kegunaan Naskah Akademik ini adalah :


a. Sebagai dasar konseptual dalam penyusunan penjelasan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Kota Binjai

b. Sebagai landasan pemikiran bagi anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Kota Binjai dan Walikota Binjai

dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang

penyelenggaraan pendidikan.

c. Sebagai Referensi Bagi semua Pihak, Pakar Kebijakan,

Civitas Akademik, dan Para Kaum Intelektual yang

berorientasi kepada Pembuatan Kebijakan Publik

D. Metode Penelitian

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan

suatu kegiatan penelitian dan kajian kebijakan, sehingga

metode yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik ini

berbasiskan kepada metode penelitian hukum atau penelitian

yuridis, filosofis dan sosiologis serta penelitian dan kajian

lainnya.

Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis

normatif dan metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris

dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis


normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menela’ah

(terutama) data sekunder yang berupa Peraturan Perundang –

Undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau

dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil

pengkajian, dan referensi lainnya.

Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan

wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat

dengar pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal

adalah penelitian yang diawali dengan penelitian normatif

atau menela’ah terhadap Peraturan Perundang – Undangan

(normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam

serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor

Non – hukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap

Peraturan Perundang – Undangan yang diteliti.

Dengan demikian penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan

dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Yuridis normatif melalui studi pustaka untuk menela’ah

sistem penyelenggaraan Pendidikan yang diterapkan sesuai

Peraturan dan Perundang – Undangan yang berlaku di

Indonesia.
2. Mengkaji hasil-hasil penelitian, buku-buku referensi, dan

sumber – sumber lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan

Pendidikan.

3. Yuridis empiris yang dilakukan dengan menela’ah data –

data primer yang dikumpulkan langsung dari sumber – sumber

yang dapat dipercaya dalam penyelenggaraan Pendidikan baik

yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah maupun pihak

swasta.

4. Analisis data dilakukan melalui kajian Kebijakan Publik.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
Paradigma filsafat pendidikan, merupakan persoalan yang melekat secara

kodrati di dalam diri manusia. Pendidikan menguasai berbagai sektor baik

kegiatan kehidupan masyarakat baik dalam dimensi horisontal maupun vertikal,

ketika manusia berinteraksi dengan dirinya disitulah ada pendidikan. Ketika

manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam setiap kegiatan kemasyarakatan

disitu ada pula pendidikan ketika manusia berinteraksi dengan alamanya disitu

juga ada pendidikan. Antara pendidikan dan manusia bagaikan wadah dengan

isinya. Dengan kata lain hubungan kodrat pendidikan dan manusia, pada taraf

eksistensial, bagaikan hubungan antara jiwa dan badan manusia. Jika jiwa

berpotensi menggerakan badan kehidupan manusia pun digerakkan oleh

pendidikan kearah pencapaian tujuan akhir, tanpa pendidikan manusia kehilangan

roh penggerak kehidupan sehingga menjadi tidak kreaktif dan pada akhirnya

mengancam kelangsungan seluruh kehidupan itu sendiri.

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi anak didik

menyangkut intelektual, keterampilan serta kepribadiannya untuk mememrankan

dirinya ditengah-tengah masyarakat. Tujuan pendidikan menurut Delors,dkk;

dikenal empat pilar pendidikan versi UNESCO sebagai berikut : (1) learning to

know (belajar untuk mengetahui); (2) learning to do (belajar untuk dapat

berbuat) ; (3)learning to be (belajar untuk menjadi dirinya sendiri) ; dan (4)

learning to life together ( belajar untuk hidup bersama dengan orang lain).

Upaya menyiapkan sumber daya manusia masa depan membangn karakter

bangsa ( national character building), tujuan pendidikan harus ada keseimbangan

antara membangun intelektual, emosional, dan spiritualitas. Terlebih-lebih lagi


dalam negara yang berdasarkan pancasila, tugas pendidikan adalah untuk

mengembangkan pribadi yag bersusila, dan berbeda sebagai anggota dalam

masyarakatnya, masyarakat sekitarnya, masyarakat etnisnya, masyarakat

bangsanya yang bhineka dan sebagai anggota masyarakat yang beradab.

Menurut Dale, kontrol negara terhadap pendidikan umumnya dilakukan

melalui 4 (empat )cara antara lain .

1. Sistem pendidikan diatur secara legal

2. Sistem pendidikan dijalakan sebagai birokrasi menekankan pada

ketaatan pada aturan dan objektifitas.

3. Penerapan wajib pendidikan (compulsory education)

4. Reproduksi politik dan ekonomi disekolah berlangsung dalam

konteks politik tertentu

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan hal penting dalam mencapai

tujuan negara indonesia salah satunya melalui pendidikan. Terkait hal itu ,dalam

pasal 31 (1) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 juga menyebutkan

bahwa setisp warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Pendidikan nasional berfungsi sebagai pemersatu bangsa, persamaan

kesempatan serta pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat

memperkuat keutuhan bangsa,memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga

negara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Pembangunan pendidikan harus mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap

pendidikan berkualitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas


pelayanan pendidikan. Pendidikan berkualitas akan menghasilkan sumber daya

manusia potensial,berdaya saing mandiri serta mampu berpartisipas dalam

pembangunan.

Kota binjai merupakan daerah yang diberi kewenangan untuk

menyelenggarakan pemerintahan daerah yang dihasilkan oleh pemerintah daerah

dan DPRD Kota Binjai .Sesuai pasal 14 ayat (1)UU NO 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah umtuk kabupaten/kota merupakan urusan yang bersekala

kabupaten/kota. Salah satu urusan wajib yang dilakukan oleh pemerintah daerah

adalah penyelenggaraan pendidikan.

Dengan demikian, maka penyusunan rancangan peraturan daerah tentang

penyelenggaraan pendidikan, merupakan sesuatu yang amat urgent dalam rangka

pelaksanaan kewenangan daerah dibidang pendidikan. Tujunnya untuk menjadi

acuan bersama dalam penyelenggaran sistem pendidikan guna mewujudkan

ketentuan dalam undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang

pada hakikatnya mewujudkan cita-cita bangsa/negara,yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa.

B. Perspektif Sosiologis
Binjai merupakan salah satu Kota yang berada di Provinsi Sumatera Utara

dengan kondisi penduduk terdiri dari Suku Melayu, Jawa, Batak, Karo dan

Tionghoa. Sedangkan untuk agama yang dianut oleh penduduk Kota Binjai adalah

Islam ( 82,47% ), Kristen Protestan ( 10,20% ), Budha ( 5,64% ), Katholik

(1,141% ), Hindu (0,28% ), Konghuchu ( 0,007% ). Walaupun berbeda – beda

dari segi agama dan bahasa serta adat istiadat, kehidupan bermasyarakat tetap

berjalan harmonis dalam naungan pancasila sebaagai pedoman hidup. Dengan

kondisi masyarakat yang serba majemuk pemerintah kota binjai dituntut agar

mampu untuk menyelenggarakan pelayanan dasar bagi masyarakat tak terkecuali

pendidikan. Di kota Binjai terdapat berapa lembaga pendidikan formal dan non

formal yaitu PAUD sejenis 100 lembaga, tempat penitipan anak 3 lembaga,

kelompok bermain 295 lembaga, TK 974 lembaga, SD 1.008 lembaga,

SMP/MTS/LB 300 lembaga, MADIN/PONTREN 1.239 lembaga, TPQ 1.268

lembaga, KURSUS 80 lembaga, PKBM 27 lembaga, TBM 11 lembaga.

C. Kajian Empiris

Praktik kajian empiris terhadap penyelenggaraan pendidikan, kondisi yang

ada, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat dapat dilihat berdasarkan data

di Dinas Pendidikan Kota Binjai. Pembangunan di bidang pendidikan telah

membawa perubahan positif namun perkembangan derajat pendidikan sebagai

tolak ukur dari keberhasilan bidang ini masih belum cukup untuk menunjukan

hasil yang signifikan. Berbagai persoalan seperti persentase melek huruf,

kualifikasi tenaga pendidik dan jangkauan pelayanan pendidikan di daerah

terpencil masih menjadi isu utama.


Capaian hasil kinerja per indikator tiap tahun mengalamin peningkatan,

tetapi pada indikator kualifikasi guru yang sesuai kompetensi pada jenjang SD/MI

tahun 2009 target sebesar 51,56% dan realisasi sebesar 81,80% mengalami

peningkatan 30,24% apabila realisasi tahun 2009 tersebut dibandingkan realisasi

tahun 2010 sebesar 57,4% mengalami penurunan 24,4% hal ini karena pada tahun

2009 kualifikasi tenaga pendidik yang masih memenuhi kompetensi nya adalah

tenaga pendidik dengan kualifikasi serendah-rendahnya D-2 tetapu pada tahun

2010 kualifikasi tenaga pendidik serendah-rendahnya S1/D IV hal ini untuk

memenuhi standart kualifikasi tenaga pendidik dan memperoleh sertifikasi.

4.1. Visi dan misi Dinas Pendidikan

Visi adalah suatu gambaran jauh kedepan kemana instansi hendak dibawa.

Gambaran kedepan tersebut dibangun melalui proses refleksi dan proyeksi yang

digali dari nilai-nilai luhur yang di anut oleh seluruh komponen stakeholder.

Dengan mendasarkan pada logika pembangunan, maka visi untuk membangun

Kota Binjai 5 tahun kedepan adalah: Terwujudnya kota cerdas yang layak huni,

berdaya saing dan berwawasan lingkungan menuju Binjai yang sejahtera

berdasarkan visi walikota tersebut dan berawal dari cita-cita bersama yang ingin

di wujudkan dengan dukungan peran serta seluruh elemen instansi, masukan-

masukan dari stakeholder, dan dengan memperhatikan nilai-nilai yang di anut dan

nilai lingkungann yang mempengaruhi maka dirumuskan visi Dinas Pendidikan

sebagai berikut terwujudnya sumber daya manusia yang bermutu, ber akhlak

mulia, maju dan sejahtera melalui Pendidikan.


Visi Dinas Pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan sarana dan prasarana yang bermutu untuk mendukung

penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang demokratis

2. Peningkatan manajemen/profesionalisme,sertifikasi, penetaraan dan

penambahan guru/tenaga kependidikan.

3. Meningkatkan mutu pendidikan, kreaktivitas, nilai akademik dan lulusan

yang ber akhlak mulia.

4. Pembinaan dan pengembangan pendidikan luar sekolah pemuda dan

olahraga

5. Menggalang partisipasi masyarakat melalui komite sekolah dewan

pendidikan dan dunia usaha.

4.2.Tujuan dan sasaran Dinas pendidikan

1. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang akan di capai atau yang dihasilkan dalam

jangka waktu 1-5 tahun kedepan. Dinas pendidikan Kota Binjai

berkewajiban memberikan dukungan dan ikut bertanggung jawab atas

tercapainya tujuan Pemerintah Kota Binjai fungsi/kewenangannya.

Kota Binjai adalah pelayanan publik. Berdasarkan tujuan di atas serta

pernyataan visi dan misi Dinas ditetapkanlah tujuan Dinas Pendidikan

sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya tampung, TK,SD,SMP.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana TK,SD,SMP.


3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PBM.

4. Memberdayakan KKKS, MGMP KKS gugus.

5. Penuntasan wajib belajar 9 tahun

6. Meningkatan daya serap mata pelajaran

7. Meningkatkan mutu pendidikan

8. Pembinaan pendidikan luar sekolah

1. Sasaran

Sasaran utama pembangunan pendidikan di Kota Binjai dikelompokkan ke

dalam 5 bidang yang ingin dicapai selama 5 tahun kedepan yaitu:

1. Penambahan guru, meningkatkan jumlah guru yang disertifikasi,

peningkatan pendidikan guru dan peningkatan profersionalisme guru

2. Meningkatkan APK dan APM.

3. Penambahan alat bantu pendidikan, buku pokok, buku perpustakaan.

4. Peningkatan mutu gedung dan moubiilier

5. Penambahan gedung dan moubilibilier

D. Kajian terhadap Asas/Prinsip Terkait

Pembentukan Peraturan Daerah Kota Binjai tentang penyelenggaran

pendidikan dilakukan dalam rangka mewujudkan sinkronisasi dan kesamaan

persepsi dalam peningkatan mutu dan pengembangan potensi daerah sesuai

dengan visi dan misi kota binjai yang berbunyi “ terwujudnya kota cerdas yang
layak huni , berdaya saing dan berwawasan lingkungan menuju binjai yang

sejahtera. Adapun yang menjadi asas pembentukan peraturan kota binjai adalah

bersaskan pendidikan berkeadilan yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama,

sosial dan budaya.

E. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan

Dalam pembangunan dan pengembangannya, Kota Binjai mengacu pada

visi dan misi Kota Binjai. Visi yang dimaksud yaitu : “terwujudnya kota cerdas

yang layak huni , berdaya saing dan berwawasan lingkungan menuju binjai yang

sejahtera” dengan misi :

1. Mewujudkan pemerintahan yang cerdas ( smart governance)

melalui birokrasi yang berkesinambungan guna mewujudkan tata

kelola pemerintahan kota yang bersih, efektif dan demokratis dan

terpercaya.

2. Membangun sumber daya manusia yang berkualitas ( smart

people) dengan kualifikasi pintar, sehat, produktif dan sejahtera.

3. Mengoptimalkan produktifitas pergerakan masyarakat (smart

mobility) melalui kualitas infrastruktur daerah yang mampu

meningkatkan fungsi ekonomi ,sosial dan budaya masyarakat.

4. Meningkatkan perekonomian melalui peningkatan sumber daya

alam berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia yang

terampil, kreatif,inovatif dan produktif ( smart economi dan smart

enviorment)
5. Meningkatkan kualitas standar hidup ( smart living) dalam aspek

kelayakan kesejahteraan keadilan dan kenyamanan.

Dengan melihat visi dan misi kota binjai memiliki sasaran pokok : (1)

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan kualifikasi pintar (2)

meningkatkan sumber daya manusia yang sehat dan produktif (3) meningkatkan

sumber daya manusia yang sejahtera.

Dalam pelaksanaannya, strategi yang ditempuh dalam penyelenggaraan

pendidikan dengan perluasan dan pemerataan pendidikan formal, kesempatan

belajar dengan biaya murah pada anak usia dini dan kesempatan belajar 12 tahun.

1. Penciptaan kemitraan antara sekolah formal dengan dunia usaha dalam

rangka menghasilkan lulusan yang siap kerja

2. Penyusunan kurikulum muatan lokal yang berbasis pada kultur dan potensi

daerah

3. Pengembangan dan pendidikan non formal untuk menambah keterampilan

hidup dan kemandirian dan berwirausaha.

4. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru atau tenaga pendidik pada

sekolah umum dan pesantren/madrasah diniah

5. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan secara

berkelanjutan.

F. Kajian Terhadap Implikasi Sosial, Politik dan Ekonomi


Penyusunan rancangan daerah kota binjai tentang penyenggaraan

pendidikan diharapkan membawa implikasi baik secara sosial, politik maupun

ekonomi, ikhtiar ini merupakan bagian daripada aktifitas pengaturan dan penataan

aspek-aspek yang relevan untuk memperkuat kelembagaan pendidikan dikota

binjai sehingga dalam pelaksanaannya mampu mencetak sumber daya manusia

yang berkualitas dengan kualifikasi pintar, sehat, produktif dan sejahtera.

Adapun impilikasi yang diharapkan dari penyusunan rancangan peraturan

daerah Kota Binjai tentang penyelenggraan pendidikan, antara lain :

1. Implikasi sosial dengan terbitnya peraturan daerah tentang

penyelenggaran pendidikan ini diharapkan sekolah dan masyarakat

dapat mendidik para peserta didik untuk mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak peserta didik dalam rangka mewujudkan

masyarakat kota binjai dengan kualifikasi pintar, sehat, produktif dan

sejahtera.

Pengkajian dalam konteks sosial ini mengarahkan pada pemikiran

bahwa sebuah pemerintahan tersusun dari sistem kontrol sosial yang

ada demi menjamin perwujudan tertinggi dari konsep dasar tentang

kebaikan umum.kebaikan yang mejadi ikon masyarakat kota binjai

sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari sistem pendidikan

yan dianutnya. Sekolah-sekolah, tidak hanya sebagai sebuah lembaga

dalam pemerintahan, tidak hanya sebagai bentuk keluaran yang

diharapkan oleh masyarakat beserta nilai-nilainya, namun sekaligus

sebagai sebuah penentu (determinan) kualitas masyarakatnya.


2. Implikasi politik dengan diterbitkannya peraturan daerah ini

diharapkan memberikan pemahaman yang memadai kepada para

pemimpin dan warga masyarakat kota binjai tentang pentingnya

pendidikan sebagai wadah pembelajaran berdemokrasi, berkeadilan,

menghargai pemimpin dan memaham dengan baik makna sebuah

kekuasaan didaerah.

Analisis yang muncul dari implikasi ini adalah bahwa pendidikan

formal, sebagaimana pendidikan nonformal dan pendidikan informal

merupakan satu dari kondisi-kondisi (atau lembaga-lembaga) yang

perlu ada demi kontrol politis yang efektif. Pendidikan bertindak untuk

membentuk perilaku sosial ditingkat paling mendasar, dengan asumsi

menentukan apakah generasi berikutnya akan memiliki kemampuan

atau kecondongan untuk berperilaku dalam cara yang selaras dengan

tujuan-tujuan politis dominan.

Keterkaitan sekolah dengan masyarakat bukanlah sebuah proses arah

melainkan saling bersambut dan saling memperngaruhi. Dengan kata

lain bahwa kebijakan-kebijakan pendidikan mengadsahkan atau

meneguhkan kebijakan-kebijakan politis, yang melahirkan kebijakan-

kebijakan moral,dan kebijakan moral merupakan nilai tertinggi dari

sebuah proses pendidikan.

3. Implikasi ekonomi

Implikasi secara ekonomi diharapkan turut menentukan arah yang jelas

dalam penyelenggaraan pendidikan yang berlaku secara umum dan


berkualitas, guna menunjang perbaikan taraf hidup masyarakat,

kesejahteraan dan kehidupan yang lebih layak dan bersahaja diera post

milenium ini. Dilihat dari implikasi ekonomis bahwa dalam

perkembangan ekonomi banyak faktor yang mempengaruhi termasuk

kemajuan ilmu dan teknologi. Namun hal tersebut tidak akan banyak

bermanfaat jika tidak ada manusia sebagai sumberdaya produksi aktif

yang dapat melakukan berbagai aktifitas penting, seperti mengolah dan

memanfaatkan sumberdaya alam guna pemenuhan kebutuhan dan

mencapai kemakmuran membangun organisasi sosial, mengelola dan

mengakumulasi modal dan sebagainya. Jadi sumberdaya manusia ini

sangat berperan besar karena itulah pembangunan sebuah bangsa

diawali dengan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kualitas

berarti skill atau kemampuan diri,yang bisa diperoleh dari pendidikan

selanjutnya,jika sumberdaya manusia suatu bangsa telah berkualitas

tinggi, tentu saja hal itu berpengaruh kembali terhadap kemajuan

bangsa.kemajuan dalam segala aspek hendaklah mendapatkan

perhatian pemerintah, termasuk aspek ekonomi dalam konteks berikut.

a. Mencukupi keprluan pendidikan yaitu penunjang untuk kelancaran

jalannya proses pendidikan seperti sarana dan prasarana, materi

dan media belajar mengajar, alat peraga, juga peralatan belajar

mengajar

b. Membiayai operasional pendidikan seperti ATK, perbaikan alat

atau media peraga, lampu, televisi, iuran sambungan telepon, kuota


internet, pemakaian air dan sebagainya sebagai penunjang proses

belajar mengajar dan operasional pendidikan lainnya.

c. Membayar kegiatan penunjang pendidikan. misalnya seminar-

seminar pengembangan kualitas pendidik dan pengelola,

pertamuan-pertemuan ilmiah ataupun nonilmiah, perayaan tertentu,

biaya kepanitiaan acara, studi banding pendidikan, darmawisata

dan sebagainya yang berkaitan dengan proses pendidikan

d. Memberikan balas jasa pada pendidik dan pengelola lembaga.

Sebagai apresiasi atas kerja keras pendidik dan pngelola lembaga

pendidikan yang kiprahnya untuk menciptakan generasi yang

mumpuni, perlu adanya balas jasa yang pantas

e. Meningkatkan gairah dan motivasi kerja pendidik dan pengelola

lembaga.untuk memberikan rasa aman dan nyaman serta

konsistensi etos kerja yang baik, insentif bahkan reward terkadang

dibutuhkan. Hal ini tidak hanya berlaku dalam dunia bisnis, namun

dunia pendidikan juga karna pada dasarnya manusia memiliki

kecenderungan terjebak pada titik terendah dalam motivasi dan

etos kerja. bisa juga dikatakan sebagai titik jenuh atau kebosanan.

Maka tidak menjadi sesuatu hal yang salah jika insentif ataupun

reward ada untuk menghilangkan atau mencegah kencenderungan

tersebut.

f. Menciptakan kualitas lembaga pendidikan.kebanyakan masyarakat

menilai kualitas sebuah lembaga pendidikan berdasar pada


tampilan fisik atau sesuatu yang terlihat. Seperti gedung lembaga

yang kokoh dan besar.ini bisa terjadi jika dibangun menggunakan

dan ekonomi.juga pendidik dan peneglola lembaga yang banyak.ini

juga bisa ada jika lembaga memiliki cukup modal untuk menggaji

mereka. namun terlepas dari hal itu,kualitas sumber daya pendidik

dan pengelola lembaga lebih menjadi prioritas. Jadi, guna

menciptakan kualitas lembaga pendidikan secara menyeluruh perlu

adanya tunjangan ekonomi yang memadai.

g. Mengembangkan bidang ilmu. Dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, ilmu itu sendiri mempengaruhi

pendidikan. Sehingga ilmu ekonomi pun dipelajari seiring

peerkembangan dan pergerakan zaman.

h. Mengembangkan sumberdaya manusia berperilaku ekonomi.

Berperilaku ekonomi yaitu memahami dan menerapkan prinsip-

prinsip ekonomi seperti bersikap efisien, hidup hemat, memiliki

keterampilan produktif, mempunyai etos kerja. Sumberdaya

manusia yang terkait dalam dunia pendidikan adalah tenaga

pendidik,tenaga penunjang dan pengelola lembaga pendidik,serta

peserta didik ( siswa). Dengan mempelajari ekonomi, diharapakan

seluruh sumberdaya manusia yang terkait mampu menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi guna kemajuan lembaga pendidik tersebut

pada khususnya, dan pengajuan masyarakat serta bangsa pada

umumnya.
G. Perspektif Geografi dan Demografi

Secara umum letak geografis Kota Binjai pada posisi 03⁰03’40” Lintang

Utara dan 98⁰27’03” - 98⁰39’32” Bujur Timur. Ketinggian rata – rata adalah 28

meter di atas permukaan laut. Secara Administratif, Kota Binjai

berbatasan dengan beberapa daerah yaitu :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli

Serdang

b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan

Deli Serdang

d. Sebelah Barat :berbatasan dengan Kabupaten Langkat

Kota Binjai merupakan kota multietnis, dihuni oleh suku

jawa, karo, tionghoa, batak dan melayu. Kemajemukan etnis ini

menjadikan binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah

penduduk kota Binjai sampai pada April 2016 adalah 267.901 jiwa

dengan kepadatan penduduk 2.961,86 jiwa/km². Tenaga kerja

produktif sekitar 160.000 jiwa.


BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT

Peraturan Daerah merupkan salah satu bahasan di dalam Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang di atur dalam Bab IV

Pasal 18 Undang – undnag Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu

masalah mengenai Pemerintahan Daerah di atur dalam Undang - Undang

tersendiri yaitu Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Pasal 1 ayat (2) Undang - undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Pasal 1 ayat 2 Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

di maksud dalam Undang – undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyebutkan juga beberapa tugas dan wewenang suatu daerah dalam

menjalankan pemerintahannya di daerah dengan mengarah pada apa yang disebut

pada otonomi daerah. Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak,


wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah, Kota Binjai

merupakan daerah yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan kewenangan

pemerintahan daerahnya yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan DPRD.

Sesuai pasal 14 ayat (1) undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah menyatakan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala

kabupaten/kota salah satu urusan wajib yang dilakukan oleh pemerintah daerah di

atas adalah menyelenggarakan pendidikan.

Pentingnya peraturan daerah yang mengatur tentang penyelanggaraan

pendidikan disuatu daerah sudah seharusnya pemerintah dengan DPRD kabupaten

/ kota membentuk sebuah peraturan daerah tentang penyelenggaraan pendidikan.

Oleh sebab itu, keterkaitan peraturan perundang-undangan yang ada

dengan peraturan daerah yang akan dibuat harus dilakukan secara konperhensif.

Sebagai referensi hukum, secara lebih lengkap di atur dalam perundangan atau

peraturan sebagai berikut :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan (Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan (Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5157);

4. Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional. Pasal (10) menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah

daerah berhak mengarahkan,membimbing,membantu dan mengawasi

penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

5. Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan

pemerintahan antara pemerintah,pemerintah daerah provinsi, dan

pemerintah daerah kabupaten/kota. Lampiran A angka (1) point (3), bahwa


salah satu urusan pemerintahan kabupaten/kota bidang pendidikan adalah

pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar,pendidikan menengah dan pendidikan nonformal.

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu

untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu yang bersifat

positif. Tujuan pendidikan nasional pada hakekatnya adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi tujuan akhir pendidikan

nasional adalah menciptakan warga negara yang berjiwa Pancasila yang

merupakan filosofi Bangsa Indonesia.

Tertenun di dalamnya dari aspek pemerintahan yang baik bahwa fungsi

utama yang harus dijalankan Pemerintah Kota Binjai saat ini adalah Public

Service Function (fungsi pelayanan masyarakat), development function (fungsi

pembangunan) dan protection function (fungsi perlindungan). Denhardt, mengulas

bahwa prinsip-prinsip good governance akan terwujud apabila setiap aparat

pemerintah telah mampu melaksanakan apa yang disebut sebagai objective and

subjective responsibility. Responsibility objective bersumber kepada adanya


pengendalian dari luar (external controls) yang mendorong atau memotivasi aparat

untuk bekerja keras sehingga tujuan 3Es (economy, efficiency and effectiveness)

dari organisasi perangkat daerah dapat tercapai Sedangkan responsibilitas

subjektif yang bersumber pada sifat subjektif individu aparat (internal control)

lebih mengedepankan nilai-nilai etis dan kemanusiaan yang terangkum dalam

EEF (equity, equality and fairness) dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat dan tugas- tugas administratif lainnya.

Peraturan Daerah ini nantinya adalah memberikan fasilitas

penyelenggaran pendidikan sesuai dengan nilai-nilai dasar yang seharusnya. Maka

nilai-nilai yang dikandung filosofi-filosofi pendidikan di atas menjadi acuan

bahwa agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermakna haruslah

berangkat dari nilai-nilai tertinggi dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan di Kota

Binjai tidak saja diarahkan pada ikhtiar mengentas kebodohan dan

keterbelakangan akan tetapi juga dihajadkan pada masyarakat Kota Binjai yang

mengenal perwujudan dirinya, mengenal jati dirinya dan tentu saja berakhlak.

B. Landasan Sosiologis

Suatu Peraturan perundang-undangan akan berlaku secara efektif apabila

dalam pembentukannya dilandasi oleh pertimbangan sosiologis yaitu menyangkut

dengan kebutuhan masyarakat/aparatur pemerintah terhadap Peraturan tersebut.

Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pendidikan menjawab

permasalahan tentang kepastian hukum terhadap penyelenggaraan pendidikan di


Kota Binjai sesuai dengan kebutuhan daerah dan berdasarkan Peraturan

perundang-undangan. Dilihat dari aspek sosiologis, bahwa masyarakat dalam

menjalankan kehidupan membutuhkan hubungan yang harmonis antarsesama,

dalam arti dapat menyesuaikan diri dengan segala bentuk kondisi dan lingkungan

yang ada. Untuk itu masyarakat membutuhkan pengetahuan dan ilmu yang

diperoleh melalui jalur pendidikan untuk dapat berinteraksi sesamanya.

Pembentukan peraturan daerah tentang penyelenggaraan pendidikan Kota

Binjai ini pada dasarnya tidak hanya bermakna filosofis, tetapi juga memiliki

makna sosiologis. Perda ini ditujukan agar seluruh komponen di Kota Binjai

mendapatkan kesempatan yang sama untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Perda ini disusun agar dapat meningkatkan akses masyarakat untuk

menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan

pemerataan pelayanan pendidikan, kualitas dan relevansi pendidikan serta

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan pendidikan. Pendidikan yang

berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia Kota Binjai yang potensial,

berdaya saing, mandiri, religius serta mampu berpartisipasi dalam pembangunan

yang bersahaja.

C. Landasan Yuridis

Dalam pembuatan peraturan perundang – undangan atau peraturan daerah

harus memperhatikan ketentuan – ketentuan yang berlaku secara hukum, agar

pembuatan sebuah produk kebijakan memiliki landasan – landasan yang legal dan

tidak bertentangan. Landasan yuridis dalam pembuatan kebijakan merupakan


pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

untuk mengatasi permasalahab hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan

dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan

substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang –

undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang

sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis

peraturan yang lebih rendah dari Undang – undang sehingga daya berlakunya

lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang

sama sekali belum ada. Secara yuridis, naskah akademik ini dilandasi beberapa

produk hukum diantaranya :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

2. Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4301)

3. Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);


4. Undang - undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 41 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4496);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun

2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007

Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 90 Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4863);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan

Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 91 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4864);


10. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran

Negara Tahun 2008 Nomor 194 Tambahan Lembaran Negara Nomor

4941); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010;

11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 29 Tahun 2005 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Akreditasi;

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah;

13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah;

15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang

Standar Isi Program Paket A, Program Paket B dan Program Paket C;

16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;

17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Standar Sarana dan Prasarana;


18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008 tentang

Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B

dan Program Paket C;

19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan; 33. Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 79 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi;

21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor

694);

24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan

Dasar dan Menengah;

25. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah;
26. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah;

27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah.

28. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas - Dinas daerah Kota Binjai

29. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan

Perangkat Daerah Kota Binjai ( Lembaran Daerah Kota Binjai tahun 2016

Nomor 5, tambahan Lembaran Daerah Kota Binjai Nomor 13);

30. Peraturan Daerah Nomor 29 tahun 2016 tentang Tugas Fungsi dan Tata

Kerja Dinas Pendidikan Kota Binjai ( Berita Daerah Kota Binjai Tahun

2016 Nomor 29);

31. Peraturan Walikota Binjai Nomor 22 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Kota Binjai ( Berita Daerah Kota

Binjai tahun 2014 Nomor 22);

32. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 ( Lembaran Daerah

Kota Binjai Tahun 2017 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota

Binjai Nomor 22);


33. Peraturan Walikota Binjai Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Penjabaran

Anggaran pendapatan dan Belanja daerah Tahun Anggaran 2018 ( Berita

Daerah Kota Binjai Tahun 2017 Nomor 52)


BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Jangkauan dan arah pengaturan peraturan daerah tentang penyelenggaraan

pendidikan meliputi ketentuan umum yang di atur dalam peraturan daerah tersebu.

Ketentuan umum merupakan suatu ketentuan yang berisi ;

a. batasan pengertian atau defenisi

b. singkatan atau akronim yang digunakan dalam peraturan daerah

c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal

berikutya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas,maksud

dan tujuan.

B. Ruang Lingkup Materi Muatan Kebijakan Yang Mencakup

Dalam rancangan peraturan derah tentang penyelenggaran pendidikan

didalam ketentuan umum antara lain meliputi ;

1. Daerah adalah kota Binjai

2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerh dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem

dan prinsip negara kesatuan republik indonesia sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang dasar republik indonesia 1945


3. Pemerintah daerah adalah walikota dan perangkat derah sebagai

unsur pelaksana pemerintahan daerah

4. Menteri adalah yang menyelenggarakan urusan pemerintah

dibidang pendidikan

5. Walikota adalah walikota Binjai

6. Dinas pendidikan adalah dinas pendidikan kota Binjai

7. Kepala dinas pendidikan adalah kepala dinas pendidikan kota

Binjai

8. Peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang di

bentuk oleh DPRD kota Binjai dengan persetujuan bersama

walikota Binjai

9. Peraturan walikota adalah peraturan walikota Binjai

10. Penyelenggaraan Pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan

komponen sistem pendidikan pada satuan/program pendidikan

pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan

dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

11. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah,

atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan.

12. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar yang kondusif, bagi terwujudnya proses

pembelajaran yang aktif, Kreatif, efektif dan inovatif dan

menyenangkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,


pengendalian diri, kepribadian, kesehatan, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara, yang diselenggarakan di Kota Binjai.

13. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan

14. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

15. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

16. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

C. Ruang Lingkup Materi Yang Akan Di Atur

Ruang lingkup peraturan daerah kota binjai tentang penyelenggaraan

pendidikan adalah untuk melaksanakan pelayanan pendidikan di kota binjai

diperlukan membentuk peraturan daerah tentang penyelenggaraan pendidikan

meliputi ;

a. Satuan pendidikan

b. Peserta didik

c. Pendidik dan tenaga kependidikan

d. Jalur, jenis dan jenjang pendidikan


e. Pengelolaan pendidikan

f. Kurikulum

g. Bahasa pengantar

h. Pendidik dan tenaga kependidikan

i. Sarana dan prasarana

j. Pendanaan

k. Peran serta masyarakat

l. Kerja sama

m. Pengawasan dan pengendalian

n. Ketentuan dan lain-lain

o. Ketentuan penyidikan

p. Ketentuan pidana

q. Ketentuan peralihan

r. Ketentuan penutup

a. Peserta didik

1. Peserta didik mendapatkan pelayanan pendidikan dan pembelajaran

dalam rangka pengembangan pribadi sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan dan kemampuannya

2. Peserta didik yag berprestasi dan/atau orang tuanya tidak mampu

membiayai pendidikan berhak mendapatkan beasiswa

b. Pendidik dan Tenaga kependidikan

1. Pendidik memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan

sosial
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai prestasi kerja

3. Tenaga pendidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,

pengawas, tata usaha, pengembang, pustakawan, laboran, tekhnisi

sumber belajar, petugas kebersihan dan penjaga sekolah

c. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan

1. Jalur pendidikan meliputi pendidikan formal, nonformal da

informal

2. Jenjang pendidikan formal terdiri atas PAUD dan pendidikan dasar

3. Jenis penidikan meliputi pendidikan umum, kejuruan, akademik,

profesi, vokasi, keagamaan dan khusus

4. Jalur, jenjangn dan jenis pendidikan diwujudkan dalam bentuk

pendidikan anak usia dini,pendidikan dasar, pendidikan

nonformal,pendidikan informal, pendiikan bertaraf internasional

dan berbasis keunggulan daerah, pendidikan khusus dan layanan

khusus, pendidikan keagamaan dan pendidikan keolahragaan.

d. Pengelolaan Pendidikan

1. Pengelolan pendidikan dilakukan oleh pemerintah daerah, badan

hukum penyelenggara satuan pendiikan pada jalur pendidikan formal

dan informal, satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan

informal

2. Untuk melakukan pengelolaan pendidikan orang atau badan hukum

harus memenuhi syarat mendapat ijin operasional walikota, memiliki


nomor pokok sekolah nasional yang dikeluarkan oleh kementrian

pendidikan atas usulan satuan pendidikan

3. Syarat memperoleh ijin operasional diatur sesuai ketentuan peraturan

perundag-undangan di bidang pendidikan

e. Kurikulum

1. Kurikulum pada satuan pendidikan dasar dan jalur pendidikan non

formal dapat dikembangkan dengan standar yang lebih tinggi garis

standard nasional pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan

dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang pendidikan.

2. Pengembangan kurikulum meliputi kompetensi, perkembangan,

kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungan, beragam dan

terpadu. Tanggap terhadap pengembangan ilmu pengetahuan,

tekhnologi, seni dan budaya

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan dan

pengembangan kurikulum diatur dengan peraturan walikota

f. Bahasa Pengantar

1. Bahasa pengantar dalam pendidikan menggunakan bahasa indonesia

2. Bahasa dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam

pendidikan

3. Bahasa asing dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar selain

bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan peserta didik


g. Pendidik dan Tenaga Pendidikan

1. Pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan merupakan

pelaksana dan penunjang penyelenggara pendidikan.

2. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

agen pembelajaran sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendidikan anak usia dini

dan pendidikan dasar meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,

profesional dan sosial.

4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian

tetapi memiliki keahliah khusus yang diakui dan di perlukan dapat

mmenjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

h. Pendanaan

1. Pendanaa pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah,

pemerintah daerah dan masyarakat

2. Pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,

kecukupan, berkelanjutan, transparan dan akuntabel.

3. Penyelenggara dan atau pengelola satuan pendidikan wajib mendaya

gunakan dana pendidikan, guna menjamin kelangsungan dan

peningkatan mutu pendidikan

i. Peran Serta Masyarakat

1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta

perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan


organiasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan

pengendalian mutu pelayanan pendidikan

2. Peran serta masyarakat dapat sebagai sumber, pelaksana, dan

pengguna hasil pendidikan

j. Kerjasama

1. Penyelenggaraan dan/atau pengelolan pendidikan dapat dilakukan

kerjasama dengan lembaga pendidikan dan/atau dunia usaha/dunia

industri dan/atau asosiasi profesi dalam negeri dan/atau luar negeri

2. Kerjasama dimaksudkan dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi,

dan pelayanan pendidikan

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerjasama diatur dengan

peraturan walikota

k. Pengawasan dan Pengendalian

1. Pemerintah daerah, dan pendidikan, komite sekolah/pendidikan non

formal atau nama lain yang sejenis melakukan pengawasan atas

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan nonformal sesuai dengan kewenangan masing-masing

2. Pengawasan dilakukan dengan prinsip profesional, transparant dan

akuntabel

l. Ketentuan lain-lain

1. Pemerintah daerah bertanggung jawab memfasilitasi penyelenggaraan

pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah


2. Bentuk fasilitasi disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku

m. Ketentuan Penyidikan

1. Selain pejabat penyidik polri,penyidik pegawai negeri sipil tertentu

dilingkungan pemerintah daerah dapat diberikan kewenangan untuk

melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran terhadap ketentuan-

ketentuan dalam peraturan daerah

n. Ketentuan Pidana

1. Pimpinan satuan pendidikan yang telah ditutup tetapi tetap

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.

50.000.000 ( lima puluh juta rupiah )

2. Tindak pidana adalah tindak pidana pelanggaran

o. Ketentuan peralihan

1. Peraturan daerah ini mulai berlaku,penyelenggaraan pendidikan

menengah masih tetap dilaksanakan sampai dengan diserahkannya

P3D oleh pemerintah daerah kepada pemerintah provinsi

p. Ketentuan Penutup

1. Semua ketentuan yang berkaitan dengan pendidikan yang telah

ditetapkan sebelum ditetapkannya peraturan daerah ini, masih tetap

berlaku sepajang tidak bertentangan dengan peraturan daerah.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar yang kondusif, bagi terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan inovatif dan menyenangkan agar peserta didik dapat mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kesehatan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan hal penting dalam mencapai

tujuan negara indonesia salah satunya melalui pendidikan. Terkait hal itu ,dalam

pasal 31 (1) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 juga menyebutkan

bahwa setisp warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Pendidikan nasional berfungsi sebagai pemersatu bangsa, persamaan

kesempatan serta pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat

memperkuat keutuhan bangsa, memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga

negara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Pembangunan pendidikan harus mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap

pendidikan berkualitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas

pelayanan pendidikan. Pendidikan berkualitas akan menghasilkan sumber daya

manusia potensial, berdaya saing mandiri serta mampu berpartisipasi dalam

pembangunan.
Pemerintah mengharapkan seluruh daerah bisa memberikan mutu

penyelenggaraan pendidikan secara optimal tanpa adanya keterpaksaan dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan adanya kesadaran dari pemerintah

daerah akan lebih mudah dalam memberikan pembinaan terhadap pendidikan

B. Saran

Pemerintah Daerah Kota Binjai melalui Dinas Pendidikan diharapkan untuk

lebih meningkatkan penyelenggaraan pendidikan demi terjaganya ketentraman

masyarakat.

Untuk terlaksannya penyelenggaraan pendidikan secara optimal, pemerintah

Kota Binjai harus melakukan upaya dalam pengawasan dan menegaskan sanksi

yang diberikan. Pengawasan yang dilakukan agar mengurangi dampak terhadap

tindakan – tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.

Penegasan sanksi diterapkan secara konsekuen agar memberikan dampak bagi

pelaku yang melakukan penyelewengan.


DAFTAR PUSTAKA

Delors, Jacques. 1996. Learning: The Treasure Within, Boston: Harvard

University Press.

Denhardt, Janer V, and Robert B. Denhardt. 2003. The New Public Service:

Serving Not Steering. Armonk, N.Y : M.E.Sharpe.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5587)

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun

2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5157);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan

pemerintahan antara pemerintah,pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota.
Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

- Dinas daerah Kota Binjai

Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan

Perangkat Daerah Kota Binjai ( Lembaran Daerah Kota Binjai tahun 2016 Nomor

5, tambahan Lembaran Daerah Kota Binjai Nomor 13);

Peraturan Daerah Nomor 29 tahun 2016 tentang Tugas Fungsi dan Tata Kerja

Dinas Pendidikan Kota Binjai ( Berita Daerah Kota Binjai Tahun 2016 Nomor

29);

Peraturan Walikota Binjai Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif di Kota Binjai ( Berita Daerah Kota Binjai tahun 2014 Nomor

22);

Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 ( Lembaran Daerah Kota

Binjai Tahun 2017 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Binjai Nomor

22);

Peraturan Walikota Binjai Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Penjabaran Anggaran

pendapatan dan Belanja daerah Tahun Anggaran 2018 ( Berita Daerah Kota Binjai

Tahun 2017 Nomor 52)

O’neil, F. William, 1981. Educational Ideologies: Contemporary Expressions of

Educational Philosophies, California: Goodyear Publishing Company.


Sirozi,M., 2005. Politik pendidikan, Dinamika Hubungan Antara kepentingan

Kekuasaan dan Praktik Wajib Belajar 12 Tahun, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suhartono, Suparlan, 2005. Filasat Pendidikan, Yogyakarta: AR-RUZZ Media

Tilaar, H.A.R. dan Riant Nugroho, 2008. Kebijakan Pendidikan (Pengantar Untuk

Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan

Publik), Jakarta: Pustaka Pelajar.

Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5234);

https://docobook.com/naskahakademik9e9937307f13e12608818a4fc46bc2813161

.html

Anda mungkin juga menyukai