KONVENSIONAL
SKRIPSI
OLEH:
NIM: 160200145
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2021
2
ABSTRAK
**Dosen Pembimbing I
***Dosen Pembimbing II
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah Swt yang telah
Konvensional”.
dari bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pertama sekali saya selaku penulis skripsi ini mengucapkan terimakasih kepada
orang tua saya yaitu Bapak Maraden F Manullang dan Ibu Siti Rupana Purba yang
dengan senantiasa seikhlas hati mendukung dan selalu memberikan doa terbaik
pihak yang turut serta dalam membimbing dan memberikan motivasi selama
proses perkuliahan sampai dengan pengerjaan skripsi ini. Untuk itu, penulis
i
3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
9. Ibu Dr. Megarita, S.H., CN, selaku Dosen PA penulis sejak awal
perkuliahan.
10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pengajar yang mengabdikan diri mengajar
11. Saudara ku yang terkasih Awan Samudra Manullang yang tak henti-henti
ii
12. Teman dekatku Mutiara Cinta Kasih Nasution yang selalu memberikan
13. UKM Catur Universitas Sumatera Utara dan seluruh teman-teman anggota
perkuliahan
14. UKM Debat Bahasa Indonesia dan Public Speaking Universitas Sumatera
15. Komunitas Generasi Baru Indonesia dan seluruh teman-temanku yang ada
semasa perkuliahan
iii
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………………...1
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 8
G. Metode Penelitian........................................................................... 11
ONLINE…………………………………………………………….15
Online ............................................................................................ 17
Online……. .................................................................................... 24
iv
2. Lahirnya Perjanjian Pinjam Meminjam Uang Berbasis Online ...
......................................................................................................29
......................................................................................................33
................................................................................................... 36
3. Penerima Pinjaman................................................................ 38
4. Bank ...................................................................................... 38
Online
................................................................................................... 40
Pinjaman ................................................................................... 43
v
C. Perlindungan Hukum dalam Pinjam Meminjam Berbasis Uang
Berbasis Online
Terjadi Wanprestasi....................................................................... 72
BAB V: PENUTUP……………………………………………………………94
A. Kesimpulan.................................................................................... 94
B. Saran .............................................................................................. 97
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lebih baik. Seiring dengan perkembangan era globalisasi dewasa ini,segala macam
aktivitas masyarakat tidak terlepas dari bantuan teknologi. Begitu pula pada sektor
keuangan yang kini mulai terintegrasi dengan platform sistem elektronik tersebut.
Salah satu kemajuan dalam bidang keuangan saat ini adanya adaptasi
Financial Technology yang disingkat menjadi fintech. Fintech itu sendiri berasal
dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman.
Salah satu contoh platform jasa keuangan yang ditawarkan oleh pelaku
usaha fintech adalah pinjam meminjam berbasis online. Praktik bisnis pinjam
1
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, ”Sistem informasi Fintech Pinjaman Online Berbasis
web”, Jurnal Sistem Informasi,Teknologi Informasi dan Komputer Volume 9, Nomor 2, Tahun
2008, Halaman 100.
2
online.2
(surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) yang
dengan layanan pinjam meminjam uang sebagaimana diatur dalam Pasal 1754
Pasal 1754 KUHPerdata para pihak yang terlibat adalah pemberi pinjaman dan
penerima pinjaman dimana para pihak ini memiliki hubungan hukum secara
untuk memberikan kepada pihak lain suatu jumlah tertentu barang yang
mengembalikan dalam jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama
pula. Sedangkan dalam layanan fintech, pemberi pinjaman tidak bertemu langsung
dengan penerima pinjaman, bahkan diantara para pihak dapat saja tidak
mengetahui atau mengenal karena dalam fintech ini ada wadah yang
menjadi suatu model solusi pembiayaan dengan cara financial technology yang
2
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, ”Praktik Finansial Teknologi Ilegal
Dalam Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 380.
3
Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli, “Hubungan Hukum Para Pihak dalam
Peer to Peer Lending”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Volume 25, Nomor 2, Tahun 2018,
Halaman 322.
3
dianggap efektif dan efisien. Dari definisi diatas jelas bahwa dibuatnya teknologi
mendapatkan pinjaman tanpa harus terbatasi oleh ruang dan waktu selama gadget
Selain itu proses pencairan pinjaman dan proses pengembalian dengan sistem
cicilan dilakukan melalui transfer ATM atau bank sehingga tidak memakan
waktu. Dengan kemudahan dan efesiensi ini diharapkan menjadi solusi keuangan
masyarakat.4
pinjaman online relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan pinjam meminjam
serangkaian prosedur yang lumayan panjang sampai dana tersebut cair. Saat
dapat mendownload berbagai aplikasi atau bisa juga dengan membuka website
tarik tersendiri sehingga banyak yang memilih pinjam meminjam berbasis online.
4
Edi Suprayitno, Nur Ismawati, ”Sistem informasi Fintech Pinjaman Online Berbasis
web”, Jurnal Sistem Informasi,Teknologi Informasi dan Komputer, Volume 9, Nomor 2, 2008,
Halaman 101.
5
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, Loc.cit
4
pinjam meminjam berbasis online hanya dalam rentang 4 jam sampai 3 hari. Dari
pilihan masyarakat baik dari akses kecepatan, tetapi disisi lain memiliki resiko
layanan pinjam-meminjam secara online adalah adalah kredivo dan uang teman.
manusia. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua,karena selain
dunia, tapi sekaligus menjadi sasaran yang efektif dalam perbuatan melawan
payung hukum yang bersifat adil dan berkepastian hukum, agar menciptakan
persaingan yang sehat dan memberikan kenyamanan bagi kreditur maupun debitur
dimaksud adalah bahwa debitur mendapat garansi terkait dengan kerahasiaan data
diri maupun segala bentuk jaminannya oleh karena tersebar dimuka umum sangat
5
mudah melalui media online. Begitu pula dengan kreditur yang wajib merasa
meminjam berbasis online tidak dilakukan dengan tatap muka langsung, sehingga
apabila terjadi keterlambatan dan gagal membayar pinjaman. Tentunya hal ini
sangat meresahkan nasabah dan kontak ponsel yang dihubungi oleh pihak pemberi
layanan pinjam meminjam uang berbasis online. Tidak hanya mengakses kontak
ponsel peminjam yang terlambat membayar, bahkan ada yang berupa terror,
denda harian, hingga bunga yang tinggi. Hal ini tentunya menjadi suatu
haknya dalam hal ini perlindungan data diri atau dokumen pribadi yang
Isu hukum lain yang menarik dilihat tentang pinjam meminjam uang
berbasis online ini yaitu si peminjam menggunakan data diri yang bukan miliknya
6
Istiqamah, “Analisis Pinjaman Online Oleh Fintech Dalam Kajian Hukum Perdata”,
Jurisprudentie, Volume 6, Nomor 2,Tahun 2019, Halaman 294.
7
Femina, Diteror Debt Collector Karena Utang Pada Aplikasi Pinjaman Online,
https://www.femina.co.id/True-Story/diteror-debt-collector-karena-utang-pada-aplikasi-pinjaman-
online, Diakses pada tanggal 5 Maret 2021 pukul 21.18.
6
layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online yang mana hal ini merugikan
pihak kreditur atau penyedia layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online.
terlepas dari perjanjian atau kontrak para pihak yang didasari oleh adanya
didasarkan dengan sifat itikad baik, dikarenakan terhadap perbuatan ketika akan
melaksanakan perjanjian adalah sikap mental dari para pihak, dan juga hak ini
berkaitan dengan tujuan utama dari hukum yaitu menjamin kepastian hukum bagi
setiap orang.8
belum diatur secara spesifik dalam undang-undang yang khusus namun ada
Transaksi Elektronik
Teknologi Finansial
8
Raden Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, ”Praktik Finansial Teknologi Ilegal
Dalam Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika Bisnis”, Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 381.
7
Tata Kelola dan Manajemen Resiko Teknologi Informasi pada Layanan Pinjam
pelaksanaan praktik pinjam meminjam berbasis online ini, serta Bank Indonesia
juga sebagai salah satu lembaga keuangan yang independen memiliki kewenangan
secara teoritis mengenai pinjam meminjam berbasis online baik dilihat dari segi
subjek hukum, objek jaminan, resiko pelaksanaannya, hak dan kewajiban para
pihak, regulasi pinjam meminjam berbasis online dan pinjam meminjam secara
8
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan pada penulisan skripsi ini antara lain,sebagai
berikut:
Indonesia?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini antara lain, sebagai
berikut:
online di Indonesia
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
9
2. Manfaat praktis
bagi setiap orang yang akan melakukan transaksi pinjam meminjam berbasis
penulis lain yang meneliti lebih lanjut dan mendalam mengenai permasalahan
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini adalah asli, sebab ide, gagasan pemikiran merupakan
berdasarkan usaha sendiri dan bukan sebuah hasil ciptaan orang lain ataupun hasil
dari penggandaan karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak
tertentu. Sebagai suatu pembanding yang menguatkan bahwa penulisan skripsi ini
fakultas hukum dengan tema pembahasan yang sama yaitu menyangkut hal
10
hukum kontrak antara debitur dengan kreditur dalam perjanjian pinjam meminjam
terletak pada skripsi ini yaitu akan dibandingkan bagaimana perjanjian pinjam-
konvensional, Pada skripsi ini juga telah dilakukan tahap pemeriksaan oleh
Universitas Sumatera Utara Cabang Fakultas Hukum atau Pusat Dokumentasi dan
Februari 2020” dan tidak ditemukan adanya judul skripsi yang sama, maka
penulisannnya. Jika dikemudian hari ditemukan penelitian yang sama dan muncul
F. Tinjauan Pustaka
perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih sedangkan menurut Subekti suatu perjanjian didefinisikan sebagai suatu
peristiwa dimana seorang berjanji pada seorang lain atau dimana dua orang itu
dilakukan secara elektronik yang mana didalamnya para pihak saling berinteraksi
G. Metode Penelitian
Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder belaka. Penelitian hukum normatif ini juga disebut dengan penelitian
9
Soerjono Soekanto,Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawai Pers, Jakarta,
2013, Halaman 1.
12
2. Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
Merupakan bahan hukum yang terdiri dari semua dokumen peraturan yang
undangan. Baik dibidang hukum perdata maupun hukum acara perdata, Antara
lain :
pinjaman online
10
Ibid, Halaman 14.
13
1) Rancangan undang-undang
2) Hasil-hasil penelitian
3) Jurnal
4) Modul
5) Majalah hukum.
1) Kamus
pengumpulan data yang digunfakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara
4. Analisis Data
kwalitatif.. Pendekatan ini berawal dari gagasan para ahli, kerangka teori, ataupun
H. Sistematika Penulisan
14
Secara sistematis skripsi ini terbagi atas lima bab yang tiap-tiap bab terdiri
atas beberapa sub bab yang saling berhubungan. Adapun sistematika penulisan
berisi latar belakang pemikiran penulis sehingga mengangkat judul skripsi ini,
pemasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, tujuan penelitian, manfaat
online, aturan hukum perjanjian pinjam-meminjam berbasis online serta tata cara
Bab iii mengenai perlindungan hukum mengenai hak dan kewajiban para
rangkaian bab-bab sebelumnya dalam penulisan skripsi ini. Bab ini berisi tentang
BAB II
ONLINE
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna dari kata pinjam
adalah memakai barang(uang dan sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu
Menurut ilmu fiqih, pinjam meminjam adalah transaksi antara dua pihak.
Misalnya orang yang menyerahkan uang kepada orang lain secara sukarela, dan
uang itu dikembalikan lagi kepada pihak pertamadalam waktu yang berbeda,
meminjam antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dan objek yang
diperjanjikan pada umumnya adalah uang. Kedudukan pihak yang satu sebagai
pihak yang memberikan pinjaman, sedang pihak yang lain menerima pinjaman
uang. Uang yang dipinjamkan akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu
kedalam pinjam meminjam, hal ini sebagaimana diatur dalam bab ketiga belas
buku ketiga KUH Perdata. Pasal 1754 KUH Perdata menyebutkan bahwa pinjam
meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada
11
Abu sura’I Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam , Surabaya: Al-Ikhlas, 1993,
Halaman 125.
16
pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan
karena itu pihak yang meminjam akan mengembalikan barang yang dipinjam
dengan ukuran dan nilai yang sama, begitu juga dengan uang yang dipinjam harus
perjanjian,yaitu pihak yang memberi pinjaman uang dan pihak yang menerima
pinjaman uang. Istilah yang sering digunakan dalam hal tersebut adalah, untuk
pihak yang memberikan pinjaman adalah pihak yang berpiutang atau disebut juga
dengan kreditur, sedangkan pihak yang menerima pinjaman disebut pihak yang
telah disebutkan diatas, pengertian pinjam meminjam berbasis online itu sendiri
yaitu disebutkan dalam Pasal 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan atau POJK
debitur dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang
Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah serangkaian
pada umumnya, yaitu satu pihak memberikan pinjaman yang kemudian disebut
sebagai kreditur dan satu pihak lagi menerima pinjaman yang kemudian disebut
sebagai debitur yang mana debitur wajib untuk mengembalikan sejumlah utang
kepada debitur dalam jangka waktu yang ditentukan, namun perbedaan mendasar
diantara keduanya yaitu didalam pinjam meminjam berbasis online para pihak
Online
Perjanjian secara umum berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata yaitu suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
merupakan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua
pihak, dimana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu
hal atau tidak melakukan suatu hal, sedang pihak yang lain berhak menuntut
mempunyai fungsi sebagai perjanjian pokok, alat bukti mengenai batas-batas hak
hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
dapat diketahui unsur-unsur yang terdapat di dalam suatu kontrak atau perjanjian.
yaitu:18
14
Wirjono Prodjodikoro,1985, Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertentu, Cet VIII,
Bandung, Sumur, Halaman 11.
15
Hermansyah, 2011, Hukum Pebankan Nasional Indonesia, Cet. VI, Kencana, Jakarta,
Halaman 72.
16
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Sebagai Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
1999, Halaman 100.
17
Sudikno Mertokusumo dalam Ridwan Khairandy, Halaman 66.
18
Ibid.
19
Sudikno Mertokusumo:19
1. Unsur Essensialia, yaitu unsur yang mutlak harus ada agar perjanjian tersebut
sah menurut hukum, yaitu syarat sahnya perjanjian yang dianut dalam Pasal 1320
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang terdiri dari kesepakatan, adanya para
pihak yang telah cakap hukum, adanya suatu objek, dan adanya suatu sebab yang
halal, yaitu bahwa isi perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan undang-
melainkan secara diam-diam melekat pada setiap perjanjian atau dianggap ada
tersebut, unsur ini tidak diatur oleh undang-undang melainkan dari ketentuan
umum.
19
Sudikno Mertokusumo, Loc.Cit.
20
sepihak.
bagi satu pihak senantiasa timbul suatu kewajiban pokok, sedangkan mungkin
pihak yang lainnya juga wajib untuk sesuatu, tanpa dapat dikatakan dengan pasti
2. Perjanjian dapat dibuat dengan percuma atau dengan alas hak yang membebani.
perjanjian-perjanjian yang disitu terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu
selalu terdapat (kontra) prestasi dari pihak yang lainnya, sedangkan antara kedua
suatu kewajiban dari pihak lainnya, tetapi juga pemenuhan suatu syarat yang
dengan percuma ialah perjanjian yang disitu menurut hukum terjadi keuntungan
persetujuan kehendak belaka, kata-kata sakrametil harus juga diucapkan atau pula
misalnya pada penyita nyata dari barangnya, seperti misalnya pada penitipan
utang piutang.23
suatu perjanjian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dalam
perjanjian tersebut, diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak. Dengan
adanya hak dan kewajiban para pihak, maka dalam hal ini, pihak pemberi
22
Ibid, Halaman 6.
23
Ibid, Halaman 7.
22
Adapun syarat sah dari suatu perjanjian yang dimaksud menurut Pasal
1. Kesepakatan
yang akan dibuat kepada lawan pihaknya. Lahirnya kesepakatan harus didasari
dengan adanya kebebasan oleh para pihak dalam perjanjian tersebut. Pasal 1321
KUH Perdata menyatakan bahwa suatu kesepakatan itu sah apabila diberikan
tidak karena kekhilafan, atau dengan paksaan, ataupun tidak karena penipuan.25
2. Kecakapan
Disamping kesepakatan para pihak, juga ada syarat subyektif lainnya yaitu
kecakapan para pihak dalam perjanjian. Setiap orang yang sudah dewasa dan
memiliki pikiran yang sehat adalah cakap menurut hukum. Kedewasaan tersebut
menurut Pasal 330 KUH Perdata yaitu sudah berumur 21 tahun atau telah
menikah.
24
I Ketut Oka Setiawan, 2018, Hukum Perikatan , Cet. III, Sinar Grafika, Jakarta, 2018,
Halaman 19.
25
I. G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak , Megapoin, Bekasi, 2004, Halaman 47.
23
mencantumkan secara jelas dan tegas apa yang menjadi obyek perjanjian.
Ketegasan obyek perjanjian tersebut dapat diartikan bahwa obyek perjajian dapat
dihitung dan dapat ditentukan jenisnya. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 1333
KUH Perdata yang berbunyi : “Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok
pasti melibatkan keberadaan dari suatu kebendaan tertentu. Pada perikatan untuk
memberikan sesuatu, maka benda yang diserahkan tersebut harus dapat ditentukan
secara pasti. Pada perikatan untuk melakukan sesuatu, dalam pandangan KUH
Perdata, hal yang wajib dilakukan oleh satu pihak dalam perikatan pastilah
Mengenai sebab yang halal diatur dalam Pasal 1335 hingga 1337 KUH
Perdata. Pasal 1335 KUH Perdata menyatakan bahwa “Suatu perjanjian tanpa
sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau yang terlarang,
tidaklah mempunyai kekuatan”. Adapun sebab yang halal dimaksud dalam Pasal
26
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari undang-undang,
Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, 2005, Halaman 156.
24
Pada Pasal 1336 KUH Perdata menyatakan lebih lanjut bahwa suatu perjanjian
yang dibuat para pihak adalah sah jika tidak bertentangan dengan sebab yang
dilarang. Selanjutnya Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan sebab yang halal
umum.27
dengan subyek dalam perjanjian, dan dua syarat yang terakhir berhubungan
dengan syarat obyektif yang berkaitan dengan obyek perjanjian yang disepakati
oleh para pihak dan akan dilaksanakan sebagai prestasi atau utang dari para
pihak.28
berbasis online dengan penekanan pada 2 (dua) hal yang dilarang dicantumkan,
27
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Cet. 2, Jakarta,
Pustaka Sinar Harapan, 1996, Halaman 99.
28
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, op. cit.,Halaman. 53.
25
Pengertian dari klausula baku itu sendiri yaitu jika dilihat berdasarkan
disebutkan sebagai setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan atau perjanjian yang mengikat dan
Pengertian lain dari klausula baku menurut kamus hukum ekonomi karya
Sri Rejeki Hartono, Paramita dan Fatimah, bahwa klausula baku mengandung
makna ketentuan khusus dalam suatu perjanjian, dapat bersifat memperluas atau
Sholihin dan Wiwin Yulianingsih, klausula baku sebagai setiap aturan atau
ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu
secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen atau
karena memiliki posisi lebih lemah jika dibandingkan dengan pihak pelaku usaha,
dikarenakan beban yang semestinya dipikul oleh pelaku usaha, akan serta merta
tercantum dalam Pasal 18, diuraikan bahwa “Pelaku usaha dalam menawarkan
mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/ atau perjanjian apabila
29
“Bahasa hukum: Klausula Baku Klausula yang mengganggu”, www.hukumonline.com,
diakses pada tanggal 6 Februari 2021 Pukul 18.25.
26
konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/
atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
Dalam klausula baku ini sering kali kontrak tersebut sudah tercetak dalam
yang membuat salah satu pihak dalam kontrak tersebut hanya memiliki sedikit
30
Siti Yuniarti, “Perjanjian Baku Dalam Fintech”
https://businesslaw.binus.ac.id/2018/12/31/perjanjian-baku-dalam-fintech/ (diakses pada 28
Oktober 2020, pukul 02.30).
27
elektronik, dan atau hasil cetaknya baru sah dianggap sebagai alat bukti apabila
dilandasi dengan adanya konsep hukum sistem terbuka yang diatur pada Pasal
1338 KUH Perdata pada ayat 1 yang lebih dikenal dengan asas kebebasan
berkontrak, yang didalam Pasal tersebut disebutkan “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas
dimaksud meliputi:32
2. Kebebasan tiap orang untuk memilih dengan siapa ia akan membuat suatu
perjanjian
31
Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia , Institut Bankir Indonesia, 1993, Jakarta,
Halaman 66.
32
Sukarmi, 2005, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Kerugian Konsumen Yang
Disebabkan Oleh Perjanjian Baku (Standart Contract) Dalam Transaksi Elektronik”, Disertasi
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung, Halaman 241.
28
adanya klausula baku pada pinjam meminjam uang berbasis online. “Pada Pasal
berkekuatan hukum dan mengikat bagi para pihak selagi hal tersebut tidak
disebutkan dalam POJK nomor 77/POJK.01/2016, akan tetapi jika dirujuk pada
penyedia layanan atau pemberi pinjaman dikarenakan isi perjanjian atau klausula
ditetapkan oleh mereka dan pihak penerima pinjaman hanya bisa bertindak untuk
33
Miru Ahmadi, Prinsip-Prinsip perlindingan hukum bagi konsumen di Indonesia, Raja
Grafindo, 2013, Jakarta, Halaman. 24.
29
sepakat atau tidak dengan klausula tersebut dan tidak dapat bernegosiasi untuk
menentukan isi klausula atau kontrak didalamnya atau dengan kata lain
yang dikehendaki oleh pihak-pihak yang saling mengikatkan diri untuk berbuat
sesuatu, memberikan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Terdapat beberapa faktor
penting dalam suatu perikatan, antara lain yaitu janji dan perikatan. Pada asasnya
kepada janjinya, dalam arti ada kewajiban pada si pemberi janji untuk
memenuhinya dan di lain pihak lawan janjinya boleh berharap (mempunyai hak),
para pihak yang saling mengikatkan diri atau melakukan perjanjian. Selayaknya
pinjam meminjam berbasis online ini dituangkan kedalam suatu kontrak. Pada
kegiatan kredit atau pinjam meminjam uang berbasis online seluruh perjanjian
yang dibuat antara debitur dengan kreditur tertuang didalam kontrak elektronik.
34
Subekti, Hukum Perjanjian , Ctk. 8, PT Intermasa, Jakarta, 1979, Halaman 15.
30
bahwa: “Kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui
sistem elektronik”. Kekuatan hukum kontrak elektronik dapat dilihat dalam Pasal
tersebut dapat dilihat bahwa suatu transaksi yang menjadi perjanjian lalu
dituangkan didalam ontrak elektronik memiliki sifat atau bersifat mengikat para
umumnya. Pada kegiatan kredit melalui media online yang mana perjanjiannya
tertuang didalam akta atau kontrak elektronik tentunya klasifikasi dari akta
tersebut merupakan akta dibawah tangan, bukan akta yang bersifat autentik atau
notariil.35
Akta dibawah tangan adalah akta yang dibuat tidak oleh atau tanpa
oleh para pihak yang mengadakan perjanjian, termasuk halnya pinjam meminjam
peraturan OJK adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang
35
Istiqamah, “Analisis Pinjaman Online Oleh Fintech Dalam Kajian Hukum Perdata”,
JurisprudentieVolume 6, Nomor 2,Tahun 2019, Halaman 298.
36
Soeroso, Perjanjian dibawah tangan : peristilahan yang berhubungan dengan perjanjian,
Ctk Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Halaman 7.
31
1. Data pembuatan bersifat privasi dan hanya diketahui oleh pemilik tanda
tangan.
2. Saat pembuatan tanda tangan, hanya pemilik asli yang memiliki kuasa
untuk menggunakannya.
tangannya.
tertentu.
37
Nurhimmi Falahiyati, Tinjauan Hukum Kontrak Elektronik Dalam Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi (Transaksi Peer To Peer Lending), Justiqa/
Vol.02/N0.01/Februari 2020, Halaman 9.
38
Pasal 11 undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
elektronik.
32
layanan pinjam meminjam berbasis online. Pemberi pinjaman adalah orang, badan
hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan
pinjaman adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena
hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut lahir dari hubungan kontraktual para
dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta rancangan, foto, atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
yang wajib termuat didalam dokumen elektronik yang dimaksud antara lain
meliputi :
1. nomor perjanjian
2. tanggal perjanjian
5. jumlah pinjaman
7. nilai angsuran
8. jangka waktu
pihak yaitu pemberi pinjaman dan juga penerima pinjaman yang perjanjiannya
dikatakan juga bahwa perikatan yang telah disepakati oleh kreditur dan debitur
telah hapus. Pada Pasal 1381 KUH Perdata mengatur berbagai cara hapusnya
atau kebatalan utang, karena berlakunya syarat-syarat batal, serta karena lewatnya
waktu.40
Lima cara pertama yang tersebut didalam Pasal 1381 KUH Perdata
menunjukkan bahwa kreditur tetap menerima prestasi dari debitur. Dalam cara
keenam yaitu pembebasan utang, maka kreditur tidak menerima prestasi, bahkan
pada empat cara terakhir maka kreditur tidak menerima prestasi, karena perikatan
Pasal 1382 yang isinya adalah “Tiap-tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa saja
penanggung utang. Suatu perikatan bahkan dapat dipenuhi juga oleh seorang
pihakketiga yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja orang pihak ketiga itu
40
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, Halaman 115.
41
Ibid, Halaman 116.
35
bertindak atas nama dan untuk melunasi utangnya si berutang, atau jika ia
berpiutang”.42
terlaksanalah perjanjian kedua belah pihak dan telah berakhirlah perjanjian pinjam
42
Ibid, Halaman 116.
36
BAB III
ONLINE
online telah diatur dalam Pasal 1 angka 6 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang
meminjam uang berbasis online haruslah badan hukum dan tidak dapat dilakukan
Maatschap, Firma, ataupun CV. Badan hukum yang dapat bertindak sebagai
dan HAM atau Koperasi. Ditinjau dari kapasitas hukum, tentu badan hukum
memiliki kedudukan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan non
badan hukum mengingat badan hukum merupakan subjek hukum atau pendukung
hak dan kewajiban yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas nama badan
43
Pasal 2 ayat (2) POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi.
37
hukum tersebut. Dengan ketentuan ini pula jelas bahwa Yayasan maupun badan
hukum lainnya tidak dapat menjalankan kegiatan layanan jasa pinjam meminjam
perseroan terbatas atau koperasi ini telah sesuai dengan tujuan kepastian hukum
bagi para pihak dalam kegiatan usaha layanan jasa pinjam meminjam uang
berbasis online dimana hal ini merupakan kegiatan usaha yang bersifat mencari
2. Pemberi pinjaman
Informasi adalah orang, badan hukum, dan/atau badan usaha yang mempunyai
Pemberi pinjaman dapat berasal dari dalam dan/atau luar negeri. Pemberi
lembaga internasional.44
berbasis online lebih luas jika dibandingkan dengan penyelenggara layanan jasa
pinjam meminjam uang berbasis online. Dalam hal ini, orang perorangan baik
WNI maupun WNA dapat bertindak selaku pemberi pinjaman. Hal yang perlu
diperhatikan agar kegiatan usaha layanan pinjam meminjam uang berbasis online
44
Pasal 16 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis
Teknologi Informasi.
38
3. Penerima pinjaman
Informasi adalah orang dan/atau badan hukum yang mempunyai utang karena
pinjaman dalam sistem layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online harus
badan hukum asing. Namun, ketentuan tersebut belumlah cukup mengingat dalam
ketentuan tersebut hanya disebutkan bahwa penerima pinjaman adalah pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian utang-piutang atau pinjam meminjam. Hal ini
penyelenggara layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online dimana hal
4. Bank
45
Pasal 15 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis
Teknologi Informasi.
39
menggunakan escrow account dan virtual account dalam rangka layanan jasa
pinjam meminjam uang berbasis online. Selain itu, penyelenggara juga wajib
menyediakan virtual account bagi setiap pemberi pinjaman dan dalam rangka
Escrow Account adalah rekening yang dibuka secara khusus untuk tujuan tertentu
user) yang dibuat oleh Bank untuk selanjutnya diberikan oleh perusahaan kepada
dalam hal ini yaitu larangan bagi penyelenggara dalam melakukan penghimpunan
Otoritas Jasa Keuangan. OJK dalam sistem pinjam meminjam uang berbasis
pendaftaran dan perizinan penyelenggaraan sistem serta selaku pihak yang harus
Online
meminjam uang berbasis online. Dalam hal ini, jika calon pemberi pinjaman
kewajiban para pihak, jumlah pinjaman, suku bunga pinjaman, besarnya komisi,
jangka waktu, rincian biaya terkait, ketentuan mengenai denda (jika ada),
47
Pasal 19 ayat (1) POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi.
41
dikelola oleh penyelenggara layanan pinjam meminjam uang berbasis online yang
berbasis online yaitu uang yang diserahkan oleh pemberi pinjaman tidaklah
ditujukan untuk dimiliki dan dikelola oleh penyelenggara seperti halnya dalam
penerima pinjaman dan berdasarkan kuasa yang telah diberikan oleh pemberi
hukum yang lahir dari perjanjian pemberian kuasa dengan pihak pemberi
pinjaman selaku pemberi kuasa dan pihak penyelenggara selaku penerima kuasa.
Pemberian kuasa (lastgeving) diatur dalam Buku III Bab XVI mulai dari
Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUHPerdata. Pasal 1792 KUHPerdata
48
Pasal 19 ayat (2) POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Berbasis Teknologi Informasi.
42
kesimpulan bahwa surat kuasa (volmacht dalam bahasa Belanda atau Power of
Attorney dalam bahasa Inggris) adalah surat yang berisi pemberian kuasa dari
kuasa kepadanya
e. Wajib membayar “bunga uang” tunai yang diterimanya jika uang yang
49
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, Halaman
310.
43
Sedangkan pemberi kuasa dalam hal ini si pemberi pinjaman memiliki kewajiban
yaitu:50
a. Wajib mengganti segala uang panjar dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
penerima kuasa
layanan pinjam meminjam uang berbasis online tidak saling bertemu secara
pinjaman online, hubungan pinjam meminjam yang terjadi adalah antara pemberi
pinjaman dan penerima pinjaman. Perjanjian pinjam meminjam tadi tidak terjadi
antara penerima pinjaman dan penyelenggara. Hal ini harus dijaga agar konstruksi
hubungan hukum antara para pihak dalam sistem layanan pinjam meminjam uang
berbasis online berbeda dengan konstruksi hubungan hukum antara para pihak
dalam perbankan.
angka 11 UU Perbankan yaitu: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
50
Ibid., Halaman 311.
44
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tabungan setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Oleh karena itu, dalam sistem layanan pinjam
pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Untuk mewujudkan hal ini, pemberi
virtual account. Penerima pinjaman yang akan melunasi pinjamannya dalam hal
bahwa pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula. Dalam
pinjam meminjam ini, perkataan “verbruik” berasal dari “verbruiken” yang berarti
menghabiskan.51
apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam
perjanjian (Pasal 1759 KUHPerdata). Selain itu jika tidak telah ditetapkan suatu
jumlah dan keadaan yang sama dan pada waktu yang ditentukan (Pasal 1763
dan keadaan yang sama, maka ia diwajibkan membayar harganya, dalam hal mana
harus dikembalikan. Jika waktu dan tempat ini tidak telah ditetapkan, harus
diambil harga barang pada waktu dan tempat dimana perjanjian telah terjadi
(Pasal 1764 KUHPerdata), dan jika telah diperjanjikan bunga, maka bunga yang
51
R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, Halaman 126.
46
informasi status pinjaman kepada para pihak juga secara online, dan penyediaan
escrow account dan virtual account di perbankan kepada para pihak sehingga
hukum bagi para pihak yaitu antara penyelenggara dan bank. Terlibatnya pihak
bank dalam skema layanan pinjam meminjam uang berbasis online sebagai pihak
penyedia virtual account dan escrow account ini menunjukkan bahwa sistem
uang berbasis online harus berjalan seefisien mungkin dan tetap dapat
dipertanggungjawabkan.
OJK.53
52
Hukumonline. “16 Hal yang Wajib Dipenuhi Pemain Peer to Peer Lending dalam
Fintech” http://m.hukumonline.com/index.php/berita/baca/lt586e1f6a2e0a2/16-hal-yang-wajib-
dipenuhi-pemain-peerto-peer-lending-dalam-fintech diakses pada tanggal 6 maret 2021.
53
Pasal 7 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis
Teknologi Informasi.
47
meminjam uang berbasis online harus seizin dan dibawah pengawasan OJK.
online dan OJK adalah hubungan hukum yang lahir dari ketentuan peraturan
pengawas kegiatan usaha yang dijalankan oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK).
Hal ini ditujukan untuk mewujudkan kepastian hukum dan perlindungan hukum
adalah pemberian pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang
lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk
melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum sangat dibutuhkan untuk mereka
54
Pasal 9 POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Berbasis
Teknologi Informasi.
48
yang lemah dan belum kuat secara ekonomi, politik dan untuk memperoleh
keadilan sosial.55
harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadap hak asasi manusia di mata
hukum. Sarana perlindungan hukum ada dua bentuk yaitu sarana perlindungan
Meminjam Uang Berbasis Online, antara lain yaitu prinsip transparansi, perlakuan
yang adil, keandalan, keberhasilan dan kemanan data, dan penyelesaian sengketa
55
Basrowi, “Analisis Aspek dam Upaya Perlindungan Konsumen Fintech Syariah”,
Jurnal Lex Librum : Ilmu Hukum, Volume 5, Tahun 2019, Halaman 11.
56
Ibid..
57
Ibid.
49
ini baru bisa dilakukan setelah timbulnya sengketa terlebih dahulu. Sengketa
dalam layanan pinjam meminjam uang berbasis online bisa terjadi antara
penyelenggara layanan.58
online yaitu sebagai Lembaga negara yang independent yang berwenang mengatur
sebagai salah satu payung hukum bagi pengembangan bisnis layanan pinjam
meminjam uang berbasis online. Perlindungan hukum bagi nasabah dan pelaku
usaha layanan pinjam meminjam uang berbasis online diatur dalam Undang-
Tahun 2019 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang
58
Ibid.
50
berbasis teknologi informasi. Didalam aturan tersebut, OJK mengatur berbagai hal
pengguna, atau yang biasa disebut dengan peer to peer lending. Sehingga pada
akhirnya ini akan melindungi kepentingan konsumen terkait keamanan dana dan
pendanaan terorisme, serta stabilitas sistem keuangan. Selain itu, layanan pinjam
kedalam jenis usaha keuangan finansial teknologi yang diatur dalam Pasal 1
pinjam meminjam berbasis online ini. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses
untuk menjamin bahwa layanan pinjam meminjam ini berjalan sesuai sebagai
mana harusnya. Dalam hal OJK melaksanakan tugasnya dibidang pengaturan dan
59
Basrowi, “Analisis Aspek dam Upaya Perlindungan Konsumen Fintech Syariah”,
Jurnal Lex Librum : Ilmu Hukum, Volume 5, Tahun 2019.
60
Subhan Zein,Tinjauan Yuridis Pengawasan OJK Terhadap Aplikasi Pinjaman Dana
Berbasis Elektronik di Indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Unsurya, Vol. 4, no 2, Juni 2019,
Halaman 118.
51
dalam mengatur dan mengawasi hampir seluruh sektor perbankan dan jasa
keuangan, termasuk juga dalam pelaksanaan kegiatan jasa keuangan yang bersifat
masyarakat di sektor jasa keuangan. Peran aktif dari para otoritas pengaturan dan
61
Ibid, Halaman 122.
52
kemiripan dengan perusahaan perbankan yang menerima uang dari deposan dan
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
meminjam berbasis online mirip dengan kegiatan usaha perbankan, maka dibawah
ini akan dilihat persamaan antara keduanya berdasarkan unsur-unsur yang ada
didalamnya.
Suatu kontrak lahir berdasarkan kesepakatan antara para pihak, yang mana
pada pinjam meminjam uang yang diawali dengan adanya kesepakatan para pihak
kesepakatan oleh para pihak untuk saling mengikatkan dirinya pada sebuah
62
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
53
konvensional atau pada bank , suatu pinjam meminjam juga didasari dengan
kesepakatan antara pihak bank selaku pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai
Dikaitkan dengan Pasal 1338 KUH Perdata yaitu asas pacta sunt
servanda, disebutkan bahwa suatu kontrak yang dibuat dan disepakati oleh para
Pasal ini baik dalam pinjam meminjam uang secara konvensional maupun pinjam
peristiwa perjanjian antara keduanya didasari oleh kesepakatan para pihak untuk
saling mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian pinjam
meminjam.
b. Subjek Hukum
Belanda atau law of subject dalam bahasa Inggris. Pada umumnya rechtsubject
menurut Algra adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban, jadi
kewenangan untuk mempunyai hak dan kewajiban, untuk menjadi subjek dari
hak-hak.
54
dalam bidang hukum, khususnya dalam hukum keperdataan karena subjek hukum
Subjek hukum itu sendiri terbagi atas dua yaitu manusia dan badan hukum.
Semua manusia mempunyai hak-hak subjekif sejak ia dilahirkan akan tetapi tidak
perbuatan hukum. Orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang-
orang yang telah dewasa dan atau sudah kawin. Ukuran kedewasaan berdasarkan
dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti manusia atau orang
berwujud himpunan, dan dengan harta kekayaan yang disendirikan untuk suatu
tujuan tertentu.65
Dalam hal suatu perikatan yang timbul karena perjanjian, dikenal ada dua
macam subjek hukum yaitu debitur dan kreditur. Seperti yang telah dijelasakan
diatas, baik debitur maupun kreditur dapat berupa sebagai orang perorangan dan
juga dapat berupa suatu badan hukum. Definisi dari debitur adalah pihak yang
63
Sudikno Mertokusumo, Pengantar Hukum Perdata Tertulis(BW), Sinar Grafika,
Yogyakarta, Maret 2001, Halaman 23.
64
Ibid, Halaman 24.
65
Ibid, Halaman 25.
55
dibebankan atas suatu kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu.66
Begitu juga pada peristiwa pinjam meminjam uang yang merupakan lahir
dari sebuah perjanjian yang kemudian menjadi subjek hukum juga lazimnya
disebut sebagai kreditur dan debitur, yang mana kreditur merupakan sebagai pihak
jangka waktu tertentu sesuai dengan yang telah disepakati kedua belah pihak.
Pada peristiwa pinjam meminjam uang di perbankan para pihak yang dimaksud
adalah pihak bank dan juga pihak nasabah. Dalam hal ini bank merupakan sebagai
kreditur dengan nasabah sebagai debitur yang kemudian debitur atau nasabah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Nasabah atau debitur dalam
perjanjian pinjam meminjam uang pada bank ini dapat berupa individua tau orang
Jika dilihat pada perjanjian pinjam meminjam uang berbasis online para
pihak yang turut dalam perjanjian tersebut yaitu pihak penerima pinjaman dan
juga pihak pemberi pinjaman. Penerima pinjaman atau dalam istilah yaitu sebagai
66
Ahmadi Miru, Sakka Pati, Hukum Perikatan, Rajawai Pers, Makasar, 2018 Halaman 6.
67
Ibid, Halaman 9.
56
Informasi didefinisikan sebagai suatu orang dan/ atau badan hukum yang
mempuyai utang oleh sebab perjanjian layanan pinjam meminjam uang berbasis
pinjaman atau disebut dengan istilah sebagai kreditur menurut Pasal 1 angka 8
Teknologi Informasi adalah orang, badan hukum, dan/ atau badan usaha yang
online.
konvensional dalam hal ini bank mempunyai kesamaan subjek ,yaitu keduanya
terdiri atas pihak kreditur yang merupakan pemberi pinjaman sebagai pemegang
hak untuk menerima prestasi pengembalian dan juga terdapat debitur sebagai
menuntut Kembali objek atau uang yang dipinjamkannya, sesuai dengan batas
dalam Pasal 1760 KUH Perdata bahwa dalam hal tidak ditetapkan waktu, maka
Berdasarkan pada Pasal 1759 KUH Perdata bahwa salah satu kewajiban
dari pemberi pinjaman adalah si kreditur tidak boleh meminta kembali apa yang
jumlah dan keadaan yang sama dan pada waktu yang telah di perjanjikan, hal ini
dijelaskan dalam Pasal 1763 KUH Perdata. Kewajiban lain dari si penerima
pinjaman atau debitur yaitu apabila dalam perjanjian tersebut telah diperjanjikan
bunga, maka bunga yang telah diperjanjikan tersebut harus dibayarkan pada saat
Perdata.
a. Pengaturan Bunga
kredit bank, pengaturan mengenai suku bunga secara jelas diatur oleh lembaga
yaitu Bank Indonesia yang mana Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
68
R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia ,
Alumnu, Bandung, 1982, Halaman 6.
58
mengenai peraturan suku bunga pada pinjam meminjam berbasis online, maka hal
b. Objek Jaminan
debitur untuk melunasi utangnya dikemudian hari sesuai dengan waktu yang
bank mempunyai fungsi yang salah satunya sebagai sesuatu yang dapat
meminjam.
meminjam berbasis online tidak dikenal adanya objek jaminan, pada pinjam
meminjam berbasis online, debitur hanya perlu mendaftarkan diri dan mengisi
formulir identitas diri pada platform tempat mereka akan meminjam yang berupa
nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat, identitas orangtua, pekerjaan,
yang mana keseluruhan identitas tersebut disertai dengan bukti foto, namun
dengan kata lain identitas tersebut yang menjadi jaminan antara debitur dengan
kreditur melainkan bukan suatu objek benda tertentu. Hal inilah yang menjadi
salah satu perbedaan mendasar antara objek jaminan pada pinjam meminjam uang
secara konvensional atau bank dengan pinjam meminjam uang berbasis online.
c. Proses Pelaksanaan
dengan langsung antara pihak kreditur dan debitur tanpa adanya perantara alat
kontak fisik antara kreditur dan debitur. Berbeda dengan pelaksanaan pinjam
melalui perantara yang antara kreditur dengan debitur tidak secara langsung
yang terkait juga memiliki bentuk yang berbeda, jika pada pinjam meminjam
60
maka pada pinjam meminjam berbasis online bentuk dokumen terkait adalah
Ada beberapa resiko yang harus diketahui dan disimak dalam pinjam
Resiko bunga tinggi bagi peminjam tidak seperti suku bunga perbankan
yang diatur ketat, pada pinjam meminjam uang berbasis online masih belum ada
aturan yang spesifik atau jelas. Saat ini suku bunga pada pinjam meminjam uang
berbasis online ditawarkan pada kisaran 14% sampai 30% perbulan. Besaran
suku bunga ini tergantung dengan yang ditentukan oleh penyedia layanan jasa
pinjam meminjam uang berbasis online masing-masing sebagai kreditur dalam hal
ini, dan besaran suku bunga tergantung scoring profil dari si peminjam selaku
debitur.
Jika memilki profil resiko yang rendah dan didukung oleh agunan yang
mencukupi, maka bisa jadi akan memiliki profil kredit yang dapat dipercayai oleh
kreditur, sehingga suku bunga yang didapatkan rendah. Sedangkan jika memiliki
69
Istiqamah, Op.Cit, Halaman 302.
61
profil kredit yang kurang baik maka akan mendapatkan suku bunga yang tinggi.
Dengan tingkat suku bunga yang tinggi, maka beban yang harus ditanggung untuk
layanan yang besarnya antara 3% sampai 5% dari nilai pinjamanm. Itu artinya jika
layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online atau pihak kreditur.
Jangka waktu atau tenor maksimal dari pinjam meminjam uang berbasis
Dengan jangka waktu pelunasan yang sangat pendek, maka limit kredit
pinjam meminjam uang berbasis online juga lebih kecil dibandingkan dengan
jenis pinjaman perbankan. Dari satu penyedia layanan jasa pinjam meminjam
Pada saat mengajukan pinjaman online, ada potensi bocornya data pribadi
yaitu berupa nomor handphone, kemudian juga data diri yang dimasukkan ketika
pada saat pendaftaran atau pengajuan pinjaman yang antara lain berupa foto,
identitas KTP ataupun identitas lainnya yang digunakan sebagai jaminan data diri.
63
BAB IV
Asas-asas yang berlaku pada kontrak online pada dasarnya tidak memiliki
perbedaan dengan asas-asas yang berlaku pada perjanjian perdata pada umumnya,
pinjam meminjam tersebut, akan tetapi tidak boleh ada unsur keterpaksaan dalam
perjanjian tersebut, yang mana para pihak harus saling menyepakati klausula
“Sepakat mereka yang mengikatkan diri” adalah asas esensial dari hukum
perjanjian. Asas ini dinamakan juga dengan asas otonomi “konsensualisme”, yang
mengandung arti “kemauan” para pihak untuk saling berpartisipasi, ada kemauan
perjanjian itu dipenuhi. Asas kepercayaan ini merupakan nilai etis yang
70
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, Halaman 83.
64
kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat didalam Pasal
1338 ayat (1) KUH Perdata. Ketentuan tersebut berbunyi: “Semua persetujuan
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”.
menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian itu diadakan dan sebuah
perjanjian yang diperbuat sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata mempunyai
2. Asas konsensualisme
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata.
Dalam Pasal 1320 KUH Perdata disebutkan tegas sedangkan dalam Pasal 1338
3. Asas kepercayaan
71
Ibid, Halaman 84.
72
Ibid, Halaman 87.
65
kepercayaan diantara kedua pihak tersebut bawa satu sama lain akan memegang
janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya di kemudian hari. Tanpa
adanya kepercayaan itu, maka perjanjian itu tidak akan mungkin terjadi diantara
para pihak. Dengan kepercayaan ini, para pihak mengikatkan dirinya dan untuk
undang.73
dengan jumlah yang disepakati dan dengan jangka waktu yang telah ditentukan
pula.
perjanjian terkandung suautu asas kekuatan mengikat. Terikatnya para pihak pada
perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikanakan tetapi
juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dukehendaki oleh kebiasaan dan
kepatutan serta moral. Demikianlah sehingga asas moral, kepatutan dan kebiasaan
Dalam hal perjanjian pinjam meminjam uang maka si debitur telah terikat
secara moral kepada si kreditur, dan apabila dikaitkan dengan kebiasaan maka
73
Ibid, Halaman 87.
74
Ibid, Halaman 88.
66
Asas ini menempatkan para pihak didalam persamaan derajat, tidak ada
perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, kekayaan, kekuasaan, jabatan, dan hal
mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia
Antara kreditur dan debitur tidak ada perbedaan dan tidak ada
kreditur dapat menggugat debitur atas hal tersebut, begitu pula sebaliknya apabila
kreditur melakukan perbuatan diluar dari yang telah di sepakati dalam perjanjian
misalnya menagih utang sebelum waktu yang telah ditentukan atau menagih utang
dengan cara kekerasan maka debitur juga dapat menggugat kreditur atas hal
tersebut.
6. Asas keseimbangan
perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan.
Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat
memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian dengan itikad baik. Dapat
75
Ibid, Halaman 88.
67
debitur seimbang.76
hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu
Asas ini masih berkaitan dengan Pasal 1338 ,yaitu perjanjian sebagai
undang-undang bagi para pihak, maka dari itu didalam perjanjian haruslah jelas
hal-hal apa saja yang diatur karena perjanjian tersebut sebagai patokan dalam
8. Asas moral
Asas ini terlihat dalam perikatan, dimana suatu perbuatan sukarela dari
para pihak debitur juga hal ini terlihat didalam zaakwaarneming, dimana
ini juga terdapat didalam Pasal 1339 KUH Perdata. Faktor-faktor yang
itu berdasarkan pada “kesusilaan (moral), sebagai panggilan dari hati nuraninya. 78
9. Asas kepatutan
76
Ibid, Halaman 88.
77
Ibid, Halaman 88.
78
Ibid, Halaman 89.
68
Asas ini dituangkan di dalam Pasal 1339 KUH Perdata. Asas kepatutan ini
berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas kepatutan ini haruslah
dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga
Berbasis Online
masyarakat yang menciptakan jenis-jenis dan peluang bisnis yang baru, serta
menciptakan jenis pekerjaan dan karir baru dalam kehidupan manusia, salah satu
pinjam meminjam yang salah satunya ditandai dengan adanya layanan jasa pinjam
elektronik boleh saja dipergunakan, memang jika dilihat berdasarkan buku III
KUH Perdata di Indonesia kontrak online belum ada diatur, akan tetapi jika
ditinjau dari hukum perjanjian yang ada di Indonesia selama para pihak dalam
kontrak tersebut tidak menciderai makna dari perjanjian itu maka kontrak online
79
Ibid, Halaman 89.
69
sah dan dapat dipergunakan sebagaimana diatur didalam Pasal 1320 KUH Perdata
pihak yang dibuat melalui sistem elektronik”. Kekuatan hukum kontrak online/
elekronik dapat dilihat didalam Pasal 18 ayat (1) UU ITE yang bunyinya adalah
mengikat bagi para pihak”, maka jika dilihat dari penjelasan dua Pasal tersebut
dapat dikatakan bahwa suatu transaksi yang menjadi perjanjian lalu perjanjian
tersebut dituangkan kedalam kontrak online/ elektronik maka memiliki sifat yang
mengikat para pihak, hal ini berarti kontrak online memiliki kesamaan dengan
perjanjiannya tertuang di dalam akta atau kontrak elektronik tentunya akta atau
kontrak tersebut termasuk kedalam akta dibawah tangan, bukan akta yang
termasuk bersifat otentik atau notarial. Meskipun kontrak atau akta tersebut
dijadikan sebagai alat bukti, akan tetapi kekuatan pembuktian akta dibawah
dari perjanjian sebagimana yang tercantum didalam Pasal 1320 KUH Perdata.
melalui media elektronik secara online tidak lain adalah perluasan dari konsep
perjanjian jual beli yang ada didalam KUH Perdata. Perrjanjian online ini
memiliki dasar hukum perdagangan konvensional atau jual beli dalam hukum
perdata.80
Jika dianalisis berdasarkan keterangan diatas maka hal demikian juga yang
online atau elektronik dalam perjanjian pinjam meminjam uang berbasis online
berbasis online yang bersamaan dengan hal tersebut dibarengi dengan penggunaan
80
Mieke Komar Kantaatmadja, Cyberlaw: Suatu Pengantar, cetakan I, ELIPS, Bandung,
2001, Halaman 15.
81
Pasal 48 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik.
71
6. Ketentuan yang memberikan hak apabila ada salah satu pihak yang dirugikan
elektronik berdasarkan peraturan OJK adalah tanda tangan yang terdiri atas
1. Data pembuatan bersifat privasi hanya diketahui oleh pemilik tanda tangan
2. Saat pembuatan tanda tangan, hanya pemilik asli yang memiliki kuasa untuk
menggunakannya
5. Memiliki cara khusus untuk mengetahui dengan pasti pemilik tanda tangannya.
82
Pasal 11 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.
72
6. Memiliki cara khusus untuk membuktikan bahwa pemilik tanda tangan sudah
terpenuhinya semua ketentuan yang telah ditetapkan oleh UU ITE dan POJK
nomor 77/ POJK. 01/2016, maka transaksi elektronik berupa pinjam meminjam
uang berbasis online ini dituangkan kedalam kontrak online atau elektronik yang
mengikat para pihak serta segala informasi elektronik dan/ atau dokumen
elektronik merupakan alat bukti hukum yang sah yang dapat diajukan ke
pengadilan.
Wanprestasi
hubungan hukum antara para pihak yang meliputi pemberi pinjaman atau
Hubungan hukum yang dimaksud disini adalah suatu hubungan yang didalamnya
terdapat hak dan kewajiban diantara para pihak yang terkait didalamnya. 83
lahir dari adanya suatu perjanjian. Secara konvensional, perjanjian dapat terjadi
melalui tindakan langsung ataupun tidak langsung dari kedua belah pihak dimana
83
Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Prestasi Pustaka
Publisher, Jakarta, 2006, Halaman 221.
73
membayar utang sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Jika debitur terlambat
membayar utang dan sudah jatuh tempo, maka hal ini dapat dikenakan denda
sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan dan jika debitur masih tidak
mempunyai itikad baik untuk membayar utang, kreditur berhak untuk menggugat
(prestasi) dapat berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu. Oleh karena itu, jika salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi dalam
suatu perikatan, maka pihak tersebut dapat dikatakan cacat atau cidera janji.
Dari suatu perjanjian yang dibuat akan muncul suatu kewajiban bagi
Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk
yaitu suatu keadaan tidak terlaksananya prestasi atas kesalahan debitur baik
dengan kesengajaan atau kelalaian. Wanprestasi tidak terjadi seketika, saat debitur
tidak memenuhi prestasinya. Perlu diberikan suatu tenggang waktu yang layak
seseorang dapat dikatakan melakukan wanprestasi. Jadi, ketika para pihak dalam
84
Ibid, Halaman 5.
85
Chandrika Radita Putri, “Tanggung gugat penyelenggara peer to peer lending jika
penerima pinjaman melakukan wanprestasi”, Jurisdiction, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2018,
Halaman 467.
74
maka wanprestasi tidak terjadi demi hukum. Jika waktu prestasinya telah
ditentukan pada perjanjian, belum berarti bahwa waktu tersebut sudah merupakan
misalkan satu minggu, atau dalam waktu satu bulan. Dalam perjanjian walaupun
ditentukan suatu tenggang waktu, namun waktu tersebut bukan berarti batas akhir
hukum. Debitur dapat dikatakan wanprestasi ketika telah ada pernyataan lalai
(ingebrekestelling) yang dapat ditemukan pada Pasal 1238 BW. Pernyataan lalai
atau somasi adalah pesan dari kreditor kepada debitur, dengan mana kreditur
pemenuhan prestasi. Sejak saat itu maka debitur harus menanggung akibat
wanprestasi. Pada Pasal 1238 KUH Perdata disebutkan bahwa si berutang adalah
lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah
86
Ibid.
87
Ibid.
75
dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menerapkan, bahwa
lalai tidak diperlukan, kreditur langsung minta ganti kerugian. Dalam hal debitur
dianggap masih dapat berprestasi. Kalau debitur keliru dalam memenuhi prestasi,
Hoge Raad berpendapat pernyataan lalai perlu, tetapi Meijers berpendapat lain,
Dalam hal seseorang melakukan suatu perbuatan melawan hukum, maka dia
berkewajiban membayar ganti rugi akan perbuatannya tersebut, hal yang berbeda
hukum tidak ada peraturan yang jelas mengenai ganti kerugian tersebut, namun
sebagaimana diatur dalam Pasal 1371 ayat (2) KUH Perdata tersirat juga
penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah
pihak, menurut keadaan. Langkah hukum dan solusi yang tepat atas permasalahan
ini yaitu pinjaman yang sudah jatuh tempo berdasarkan perjanjian yang sudah
88
Ibid.
89
C. Asser, Pedoman Untuk Pengajian Hukum Perdata Belanda, Dian Rakyat, Jakarta,
Halaman 13.
90
Sedyo Prayogo, “Penerapan batas-batas wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
dalam perjanjian”, Jurnal Pembaharuan Hukum, Volune III, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 282.
76
sama seperti perjanjian pinjam meminjam konvensional, hanya saja pada pinjam
penerima pinjaman.
hal yaitu:91
Ganti rugi ini dapat merupakan pengganti dari prestasi pokok, akan tetapi
dapat juga sebagai tambahan disamping prestasi pokoknya. Dalam hal pertama,
ganti rugi terjadi, karena debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sedangkan
91
Chandrika Radita Putri, Op.Cit, Halaman 486.
92
Ibid, Halaman 469.
77
bunga. Makna biaya maksudnya pengeluaran yang nyata telah dikeluarkan, makna
keadaan lalai. Pernyataan lalai tersebut merupakan upaya hukum yang diberikan
memenuhi prestasinya.94
pinjaman (debitur) pada kegiatan pinjam meminjam uang berbasis online, maka
penyelenggara pada dasarnya tidak memiliki akibat hukum secara langsung yang
penyelenggara hanya sebagai penerima kuasa yang bertindak untuk dan atas nama
yang disebutkan dalam surat kuasa khusus maupun sebagai penyedia layanan
maka tidak bertanggung gugat atas wanprestasi yang dilakukan oleh penerima
pinjaman.
93
Ibid.
94
C. Asser, Op.Cit, Halaman 12.
78
Sebagai pihak ketiga yang mempertemukan pemberi pinjaman dan debitur sebagai
begitu penyelenggara juga ikut bertanggung jawab dalam suatu tindakan baik
harus dapat mengelola serta mengoperasikan platform nya dengan baik termasuk
pinjaman yang berkualitas. Sistem profiling juga harus jujur dan transparan
penyelenggara ikut bertanggung gugat atas kerugian tersebut. Untuk itulah OJK
pelaksanaan kegiatan pinjam meminjam uang berbasis online juga tidak akan
analisis yang mendalam dengan proses yang ketat terhadap pengajuan pinjaman
dan melunasi pinjaman yang didasarkan pada hasil analisa dan penilaian dengan
penerima pinjaman merupakan hal yang penting karena tidak ada jaminan apapun
yang diberikan oleh penerima pinjaman dalam kegiatan pinjam meminjam uang
dilaksanakan melalui lembaga litigasi maupun non litigasi. Jika dalam perjanjian
95
Chandrika Radita Putri, Op.Cit, Halaman 470.
80
maka pengadilan negeri tidak berwenang lagi untuk mengadili sengketa para
pihak.96
sebab proses pengadilan yang tergolong lama, biayanya mahal serta sulitnya
untuk mengeksekusi putusannya membuat para pihak lebih memilih jalur non
litigasi dalam penyelesaian sengketa pinjam meminjam uang berbasis online ini.
melalui diluar pengadilan lebih diminati dikarenakan lebih efektif dan juga
efisien.. Para pihak dapat memilih cara-cara penyelesaian sengketa sesuai dengan
96
Pasal 2 Juncto Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
97
Iswi Hsriysni, ”Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bisnis Jasa PM
Tekfin”, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 14, Nomor 03, 2017, Halaman 09.
81
arbitrasi. Pada tahap awal maka para pihak yang bersengketa dianjurkan untuk
melakukan negosiasi tanpa melibatkan pihak ketiga. Jika negosiasi gagal maka
kemudian para pihak dapat menyepakati hadirnya pihak ketiga yang dapat
Disebutkan dengan jelas dalam BAB II, Pasal 6 angka 1 sampai dengan 9
pertemuan langsung para pihak yang berkaitan yang hasilnya dituangkan dalam
suatu kesepakatan tertulis. Namun jika sengketa tersebut tidak dapat diselesaikan,
maka dapat melihat ketentuan pada BAB III Undang-undang Nomor 30 tahun
sengketa melalui arbitrase, sifat putusan adalah final, memiliki kekuatan hukum
dalam proses arbitrase yang tertuang dalam UU Nomor 30 tahun 1999 tentang
Adapun syarat yang harus dipenuhi agar suatu sengketa dapat diselesaikan
98
Ibid.
99
Ibid, Halaman10.
82
alternatif.
sengketa antara para pihak harus dilakukan secara sederhana, cepat dan juga
a. Undang-Undang
100
Theresia Tri Utami, “Rechtvakum dalam penyelesaian pinjaman gagal bayar pada
pinjaman online di Indonesia”, Jurnal Rechtvinding, Tahun 2020.
83
yang mengalami kerugian. Dalam hal ini berarti apabila debitur mengalami
peer to peer lending atau layanan pinjam meminjam uang berbasis online di
Pasal 29. Dalam Pasal ini dijelaskan bahwa Otoritas Jasa Keuangan memfasilitasi
penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku. Pada Pasal 30,
b. Peraturan Pemerintah
elektronik dan harus dimuat dalam kontrak elektronik. Peraturan ini juga
memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada.
c. Peraturan Menteri
dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Teknologi Finansial.
85
elektronik, namun peraturan ini pada Pasal 18 menyatakan bahwa kerja sama
dengan penyelenggara teknologi finansial dalam hal jasa sistem pembayaran harus
konsumen oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan ketentuan yang tertera dalam
Pasal 41. Apabila penyelesaian pengaduan tidak mencapai kata sepakat, maka
kemungkinan terjadinya dan dampak risiko. Peraturan ini juga menerapkan sanksi
peraturan OJK ini antara lain peringatan tertulis, denda (untuk membayar
Sampai saat ini, belum adanya peraturan khusus yang mengatur tentang
pinjaman gagal bayar di bidang pinjam meminjam uang berbasis online yang
penyelesaian sengketa.
online yaitu antara lain, terdapat beberapa sengketa perdata mengenai pinjam
meminjam uang berbasis online baik melalui penyelesaian secara alternatif atau
gugatan ke pengadilan oleh para pihak, sengketa pertama yaitu yang tedaftar pada
INDO JAYA sebagai debitur yang menerima pinjaman uang dari penyelenggara
layanan jasa pinjam meminjam uang berbasis online, kemudian pihak lain yaitu
layanan pinjam meminjam uang berbasis online, dalam sengketa ini PT.
AMOOREA INDO JAYA atau debitur berposisi sebagai penggugat dan PT.
hukum, adapun uraian singkat dari sengketa tersebut adalah pihak PT.
AMOOREA INDO JAYA sebagai debitur melakukan pinjaman uang untuk tujuan
online, pihak debitur memberikan jaminan kepada kreditur yaitu dua unit mesin
produksi usaha yang dimiliki oleh debitur yang mana jaminan tersebut sesuai
perjanjiannya akan dilelang oleh kreditur apabila sesuai dengan waktu yang
pihak, debitur mengalami kesulitan dalam dalam usaha nya sehingga terkendala
pihak debitur akan tetapi pihak debitur memiliki itikad baik dengan tetap
kreditur melakukan likuidasi terhadap asset yang dijaminkan oleh pihak debitur
atau melakukan pelelangan terhadap objek jaminan tersebut akan tetapi pihak
kreditur tidak melaksanakannya maka dari itu debitur menggugat pihak kreditur
Dalam perkara ini majelis hakim tidak mengeluarkan putusan bagi para
316/Pdt.G/2020/PN Jkt.Pst.101
Sinaga selaku debitur pada layanan pinjam meminjam uang berbasis online dan
juga sebagai penggugat dalam sengketa ini kemudian sebagai pihak tergugat PT.
dan bangunan milik penggugat akibat dari si penggugat yang juga sebagai debitur
utang nya. Dalam sengketa ini majelis hakim mengadili dan menyatakan
menerima eksepsi yang disampaikan oleh pihak tergugat dan tidak dapat
Dua contoh kasus diatas adalah contoh sengketa perdata pinjam meminjam
uang berbasis online yang diselesaikan melalui jalur litigasi atau pengadilan yang
baik yang dalam proses gugatannya diputuskan oleh majelis hakim yang
101
PT.AMOOREA INDO JAYA melawan PT.MEDIATOR KOMUNITAS INDONESIA
(CROWDO), Penetapan Nomor 53/Pdt.G/2020/PN.Jkt.Pst, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Tahun
2020.
102
Hasnawati Sinaga melawan PT. BPR INDOBARU FINANSIA, Putusan Nomor
261/Pdt.G/2019/PN.Btm, Pengadilan Negeri Batam, Tahun 2019.
89
negosiasi hingga arbitrasi. Akan tetapi hingga tahun 2021 atau saat ini belum
ditemukan data konkrit yang tercatat tentang kasus sengketa pada pinjam
non litigasi. Yang paling umum ditemui dalam pinjam meminjam uang berbasis
utangnya atau wanprestasi maka pihak kreditur atau penyelenggara layanan jasa
pinjam meminjam uang berbasis online akan menggunakan pihak ketiga yaitu
debt collector atau penagih utang agar debitur melaksanakan kewajibannya untuk
melunasi utangnya, Jika di analisis hal ini dapat dikatakan sebagai penyelesaian
sengketa yang dilakukan melalui non litigasi yang mana debt collector diberikan
kuasa oleh pihak kreditur atau penyelenggara layanan jasa pinjam meminjam uang
melalui debt collector yang menjadi perpanjangan kewenangan dari kreditur pihak
(restructuring).103
103
Hukumonline, Penagihan Pinjaman Online Meresahkan? Perhatikan Tips Ini Agar
Tak Salah Langkah, https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5e61064053e54/penagihan-pinjol-
meresahkan-perhatikan-tips-ini-agar-tak-salah-langkah-/. Diakses pada tanggal 9 Maret 2021
Pukul 03.38.
90
Dengan Menggunakan Kartu, didalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran
Bank Indonesia tersebut terdapat isi bahwa penggunaan jasa debt collector
penggunaan debt collector oleh kreditur atau penyedia layanan jasa pinjam
meminjam uang berbasis online juga boleh digunakan apabila debitur melakukan
berbasis online dan penggunaan debt collector termasuk salah satu alternatif
penyelesaian sengketa antara pihak debitur dengan kreditur atau penyedia layanan
jasa pinjam meminjam uang berbasis online dan dapat disebut sebagai negosiasi
dalam penyelesaian sengketa yang mana arti dari negosiasi tersebut dilihat pada
Penyelesaian Sengketa adalah suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa
berbasis online
upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang tidak puas dengan putusan
seseorang atau badan hukum untuk dalam hal tertentu dengan maksud melawan
putusan hakim.
tetap (inkracht). Kekuatan hukum tetap maksudnya tidak ada lagi upaya hukum
hukum acara perdata Indonesia memberikan 2 macam upaya hukum kepada para
pihak yaitu; upaya hukum biasa yang terdiri dari Perlawanan (verzet) atas putusan
verstek, banding serta kasasi dan upaya hukum luar biasa yang terdiri dari
diberikan kepada pihak Tergugat yang pada umumnya dikalahkan. Jika dalam
105
Chandrika Radita Putri, Op.Cit, Halaman 471.
106
Pasal 125 ayat (3) Juncto 129 HIR, 149 ayat (3) Juncto Pasal 153 RBg.
92
putusan Pengadilan Negeri yang diajukan pihak yang merasa tidak puas dengan
putusan yang dijatuhkan oleh Hakim atas perkara yang diperiksa. Menurut Riduan
Syahrani, upaya hukum banding dilandaskan pada ketentuan Pasal 188 s/d. 194
HIR (untuk daerah Jawa dan Madura) dan dalam Pasal 199 s.d 205 RBg (untuk
daerah di luar Jawa dan Madura). Namun Pasal 188 s/d. 194 HIR dinyatakan tidak
berlaku lagi berdasarkan Pasal 3 juncto Pasal 5 UU Nomor 1 tahun 1951 (UU-
Darurat Nomor 1 tahun 1951) dan diganti dengan UU Nomor 20 tahun 1947
yang dilakukan terhadap kasus yang bersangkutan yang duduk perkaranya telah
dan berwenang memeriksa dan memutus permohonan kasasi. Putusan kasasi dapat
Upaya hukum Peninjauan Kembali ialah upaya hukum luar biasa yang
akhir dan putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat (verstek), dan yang
Upaya hukum luar biasa yang terakhir ialah perlawanan pihak ketiga
para pihak yang berperkara dan tidak mengikat pihak ketiga. Namun jika pihak
ketiga hak-haknya dirugikan oleh suatu putusan maka pihak yang dirugikan
Pasal 378 Rv). Perlawanan diajukan kepada Hakim yang menjatuhkan putusan
yang dilawan tersebut dengan menggugat para pihak yang bersangkutan dengan
cara biasa (Pasal 379 Rv). Jika perlawanan dikabulkan, maka putusan yang
dilawan tersebut diperbaiki sepanjang merugikan pihak ketiga (Pasal 382 Rv). 111
110
Ibid, Halaman 473.
111
Ibid.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berbasis online ini tidak terlepas dari syarat sah yang ada pada Pasal 1320
KUH Perdata, yang didalamnya harus ada kesepakatan para pihak yaitu
antara debitur dan kreditur , kemudian kecakapan para pihak dimana ini
pelaksanaan perjanjian, kemudian pula suatu hal ternetu dalam hal ini
dimaksud pinjam meminjam uang tersebut serta suatu sebab yang halal,
disepakati oleh para pihak sebagai dasar hukum bagi mereka sebagaimana
yang dimaksud pada Pasal 1338 KUH Perdata serta tidak terlepas dari
meminjam uang berbasis online ini dikarenakan hingga saat ini belum ada
regulasinya.
tentang hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan pinjam meinjam
cepat dan juga dengan biaya yang terjangkau. Para pihak dapat menempuh
dua cara untuk menyelesaikan sengketa mereka, yaitu melalui litigasi dan
B. Saran
berbasis online sehingga tidak lagi hanya bertitik fokus pada peraturan
Otoritas Jasa Keuangan maka dari itu diharapkan kepada pemerintah untuk
dari masing-masing pihak agar tidak terjadi sengketa diantara para pihak.
non litigasi lebih disarankan kepada para pihak dengan sebab alasan jalur
non litigasi akan lebih singkat penyelesaiannya dan para pihak akan
para pihak harus siap unrk mendapatkan hasil yang mutlak dari keputusan
menyelesaikan sengketa melalui non litigasi maka para pihak itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hadi, Abu Sura’I Abdul. 1993. Bunga Bank Dalam Islam , Surabaya: Al-Ikhlas.
Miru, Ahmadi. Sakka Pati. 2018. Hukum Perikatan, Makasar: Rajawai Pers.
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. 2005. Perikatan yang Lahir dari Undang-
Undang, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Rusli ,Hardijan. 1996. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Cetakan
2, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Setiawan, I Ketut Oka. 2018. Hukum Perikatan , Cetakan III, Jakarta: Sinar
Grafika.
Jurnal
Ani Eko Wahyuni,Bambang Eko Turisno, Raden. 2019. Praktik Finansial
Teknologi Ilegal Dalam Bentuk Pinjaman Online Ditinjau Dari Etika
Bisnis, Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 1, Nomor 3.
Hartanto, Ratna dan Juliyani Purnama Ramli. 2018. Hubungan Hukum Para
Pihak dalam Peer to Peer Lending, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM,
Volume 25, Nomor 2.
Istiqamah. 2019. Analisis Pinjaman Online Oleh Fintech Dalam Kajian Hukum
Perdata, Jurisprudentie, Volume 6, Nomor 2.
Sari, Alfhica Rezita. 2018. Perlindungan Hukum Bagi Pemberi Pinjaman Dalam
Penyelenggaraan Financial Technology Berbasis Peer To Peer Lending Di
Indonesia, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.
Sukarmi. 2005. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Atas Kerugian Konsumen yang
Disebabkan oleh Perjanjian Baku (Standart Contract) Dalam Transaksi
Elektronik, Bandung: Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Suprayitno, Edi dan Nur Ismawati. 2008. Sistem Informasi Fintech Pinjaman
Online Berbasis Web, Jurnal Sistem Informasi Teknologi Informasi dan
Komputer, Volume 9, Nomor 2.
Peraturan Perundang-Undangan
Transaksi Elektronik
Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia No. 3/11/PBI/2001 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia No. 2/24/PBI/2000 tentang Hubungan Rekening Giro
Antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern.
103
Putusan Pengadilan
Website
Femina, “Diteror Debt Collector Karena Utang Pada Aplikasi Pinjaman Online”,
https://www.femina.co.id/True-Story/diteror-debt-collector-karena-utang-
pada-aplikasi-pinjaman-online,
----------------. “16 Hal yang Wajib Dipenuhi Pemain Peer to Peer Lending dalam
Fintech”.
------------------. “Penagihan Pinjaman Online Meresahkan? Perhatikan Tips Ini
Agar Tak Salah Langkah”.
----------------. “Dasar Hukum Adanya Debt Collector”.
Yuniarti, Siti “Perjanjian Baku Dalam Fintech”
https://businesslaw.binus.ac.id/2018/12/31/perjanjian-baku-dalam-fintech/.