Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur yang merata baik materiil

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional

Tenaga Kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai

pelaku dan tujuan pembangunan. pembangunan ketenagakerjaan harus diatur

sedemikian rupa sehingga terpenui hak hak dan perlindungan yang mendasar bagi

tenaga kerja dan pekerja/buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan

kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. 1

Terciptanya hubungan kerja yang kondusif dalam perkembangan

kemajuan dunia usaha, maka fungsi hukum perlu dilaksanakan sebagai

perlindungan bagi kepentingan manusia termasuk perlindungan bagi pekerja

dalam dunia usaha. Hukum sebagai instrumen perlindungan bertujuan untuk

menciptakan suasana yang harmonis antara subjek hukum secara seimbang,

damai dan adil,2 artinya bahwa perlindungan hukum ini ada untuk menjamin

1
Tim Legality, Undang-Undang Ketenegakerjaan terbaru dan terlengkap, Legality
Perum Tegalasri, Yogyakarta, Tahun terbit tidak disebutkan, hal.3.
2
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, PT.RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2017,hal.266.
2

terpenuhinya hak hak subjek hukum secara adil sesuai dengan aturan hukum yang

berlaku.

Perlindungan hukum bagi pekerja dalam bidang ketenagakerjaan sangat

dibutuhkan dalam rangka pemenuhan terhadap hak hak normatif pekerja yang

harus dilindungi. Perlindungan hukum ini ada untuk menjamin kesamaaan,

kesempatan, serta perlakuan tanpa diskriminasi dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan pekerja. Mengingat bahwa pekerja mempunyai peranan yang

penting sebagai mitra kerja serta faktor produksi dalam dunia kerja, sehingga hal

ini yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan tujuan pembangunan yang

merupakan pengamalan dari pancasila dan Konstitusi.

Pembukaan undang-undang Dasar tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD

NRI Tahun 1945 yakni Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan

bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan”, artinya bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan

mendasar setiap warga negara. Tujuannya yaitu untuk menunjang kestabilan

kebutuhan hidup dengan memperoleh hasil yang layak dalam rangka

mempertahankan keberadaan kehidupan mereka. sehingga, hal ini menjadi

kewajiban konstitusional pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi

warga negaranya. karena, bekerja merupakan hak asasi warga negara. hal ini

merupakan komitmen bangsa Indonesia untuk menghormati, mengakui, dan

melindungi serta menjunjung tinggi hak hak asasi setiap warga negara. salah
3

satunya hak untuk bekerja yang merupakan sarana aktualisasi diri dan hak

memperoleh pekerjaan. 3

Pekerja/buruh berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan adalah “setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”. Pasal ini jelas menempatkan

posisi penting terhadap pekerja/buruh yang berperan sebagai tulang punggung

perusahaan. Andigium ini mempunyai makna bahwa pekerja/buruh dikatakan

sebagai tulang punggung karena memang pekerja mempunyai peranan yang

penting. Tanpa adanya pekerja maka sebuah perusahaan tidak akan bisa berjalan

dengan baik dan tidak akan bisa pula ikut berpartisipasi dalam pembangunan

nasional.4 Menyadari bahwa pekerja merupakan pihak yang lemah dalam

hubungan kerja maka, perlu adanya intervensi pemerintah melalui kebijakan yang

menyeluruh dan komprehensif yang bertujuan untuk menciptakan hubungan

industrial yang adil. karena, jika hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha

sangat berbeda secara sosial-ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak,

maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan industrial akan sulit

untuk tercapai, karena pada dasarnya pihak yang kuat ingin selalu menguasai

pihak yang lemah.5 Oleh sebab itu, campur tangan pemerintah sangat diperlukan

untuk memperoleh kesejahteraan bagi pekerja, keadilan serta terjaminnya

pelaksanaan terhadap hak hak pekerja.

3
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi,
PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta,2012,hal.11
4
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.77.
5
Endah Pujiastuti, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Semarang University Press,
Semarang, 2008, hal.12-13.
4

Tujuan Negara Republik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan

UUD NRI Tahun 1945 yaitu “untuk memajukan kesejahteraan umum dan untuk

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, sebagai landasan

filosofis dan mandat dalam penyelenggaraan negara indonesia. dilihat dari

landasan filosofis pancasila in, Maka hal ini dapat merujuk pada konsep negara

kesejahteraan (welfare state) yang menegaskan bahwa pemerintah sebagai

pemikul utama tanggung jawab mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan

umum, dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini dengan jelas

menempatkan posisi pemerintah sebagai pihak ketiga dalam suatu pola hubungan

kerja ketika berubah menjadi pola hubungan industrial. maka tidak ada alasan

bagi pemerintah/negara, untuk memasuki segala lini kehidupan warga negaranya

dengan tujuan utama yang telah diamanatkan dalam konstitusi. 6

Intervensi atau campur tangan pemerintah hadir melalui peraturan

perundang-undangan dalam hal ini Undang Undang Ketenagakerjaan Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 39 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4279), Undang undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 6 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4356), Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6573). yang menjadi payung hukum untuk

6
Ashabul khafi, Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja, Jurisprudentie, Vol.3,
No.2, Desember 2016, hal.61-62.
5

merangkum kepentingan tenaga kerja seperti yang telah diamanatkan dalam Pasal

27 ayat 2, Pasal 28, Pasal 33 dan Pasal 34 yang merupakan bentuk perlindungan

hak hak buruh. sehingga pemerintah berperan dalam melakukan pengawasan agar

peraturan tersebut dapat terlaksana dengan baik. karena hukum

perburuhan/ketenagakerjaan tidak hanya bersifat hukum privat/perdata namun

juga mengandung unsur hukum publik dalam hal ini upaya perlindungan

pekerja/buruh yang masuk dalam lingkup hukum administrasi negara dan tata

usaha negara.7

Lingkup perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh Berdasarkan

Ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu meliputi :

1. Perlindungan Atas Hak-Hak dasar Pekerja untuk berunding dengan


pengusaha.
2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan khusus bagi pekerja perempuan, anak-anak dan penyandang
cacat dan,
4. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial buruh.
Indonesia merupakan salah satu negara yang turut terdampak pandemi

covid 19. Virus ini membawa pengaruh dan dampak yang sangat besar terhadap

aktivitas masyarakat indonesia diberbagai sektor salah satunya yaitu sektor

ketenagakerjaan. Dampak pada sektor ketenagakerjaan yang sangat signifikan

terlihat pada terpengaruhnya kinerja perusahaan, menurunnya produktivitas

masyarakat, hingga pada kebutuhan operasional pekerja. Situasi ini

Mengakibatkan banyaknya pengusaha yang mengalami kerugian. Hal ini sejalan

dengan dikeluarkannya Kebijakan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar

Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (covid


7
Ikhwan Faroji, Hukum Perburuhan, Setara Press, Malang Jatim, 2016 ,hal.4.
6

19),yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6487). Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1)

pembatasan tersebut paling sedikit meliputi perliburan sekolah dan tempat kerja,

pembatasan kegiatan keagamaan dan pembatasan kegiatan di tempat atau

fasililitas umum, banyak perkantoran juga yang harus tutup. Hal ini bertujuan

untuk membatasi aktivitas masyarakat yang dapat menimbulkan kerumunan dan

untuk menekan intensitas penyebaran virus Corona.

Kebijakan Pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat memberikan

dampak yang sangat signifikan bagi pekerja dan pengusaha, yang mengakibatkan

timbulnya masalah baru terhadap pengusaha. Banyak perusahaan yang harus tutup

dan harus menghentikan atau mengurangi kegiatan usaha akibat pandemi covid

19. Kebijkan ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi Hak-Hak

Pekerja karena adanya pembatasan pekerja. sehingga memaksa banyak

perusahaan untuk harus merumahkan pekerjanya atau dengan kata lain work from

home, kemudian gaji pekerja juga dipotong, adanya praktik unpaid leave

(mencutikan pekerjanya namun tidak dibayar ), hingga pada pemutusan hubungan

kerja. Pemutusan hubungan kerja selanjutnya disingkat PHK, berdasarkan

ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan

bahwa “PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara buruh/pekerja dengan

pengusaha”, dalam hal terjadinya PHK maka hal tersebut membuat berkurangnya

atau terhentinya sumber nafkah pekerja dan dampak secara langsung bagi
7

pemerintah sendiri yaitu menimbulkan keresahan sosial dan bertambahnya

pengangguran.8

Mencegah agar tidak timbulnya eksploitasi pada hak-hak pekerja,

sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. salah satunya,

terhadap pekerja yang di PHK. terlebih khusus, berkaitan dengan hak-hak pekerja

yang harus diperoleh pada masa pandemi covid 19, baik itu hak terhadap uang

pesangon, uang penghargaan masa kerja serta uang penggantian hak yang harus

diterima sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pada

Pasal 156 ayat (1) yang menyatakan bahwa :

“Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan


membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima”.
Berdasarkan penjabaran pasal tersebut maka pemerintah menyikapinya

dengan dikeluarkanya Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor

M/3/HK.04/III/2020 tentang perlindungan pekerja/buruh dan kelangsungan usaha

dalam rangka pencegahan dan penanggulangan covid 19. Hal ini merujuk pada

perlindungan pembayaran upah pekerja di masa pandemi covid bahwa pengusaha

harus membayar upah pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Namun, apabila Pengusaha tidak dapat menyanggupinya maka dapat

mempertimbangkanya dengan melakukan kesepakatan dengan pekerja agar tidak

membebani pengusaha dan pekerja tidak kehilangan pekerjaan mereka

8
Kayanka Prajnaparamitha dan Mahendra Ridwanul Ghoni, “ Perlindungan Status Kerja
Dan Pengupahan Tenaga Kerja Dalam Situasi Pandemi Covid-19 Berdasarkan Perspektif
Pembaharuan Hukum”, Administrative Law & Governance Jurnal, Vol. 3, No.2, Juni 2020,
hal.316.
8

Pada kenyataan yang terjadi banyak juga pekerja yang kehilangan

pekerjaannya karena mengalami pemutusan hubungan kerja. Salah satunya, terjadi

di perusahaan PT Dharma Indah yang turut mengalami kerugian akibat pengaruh

dari pandemi covid 19. Perusahaan yang beralamat di jalan setia budi, kota

Ambon provinsi Maluku, yang usahanya bergerak di bidang transportasi,

terkhususnya menyediakan jasa transportasi antar laut. harus, mengalami

penurunan omset yang disebabkan tidak adanya pemasukan, karena kapal kapal

yang menjadi pion utama pendapatan dari perusahaan ini tidak beroperasi. Hal ini

terjadi karena dikeluarkannya Kebijakan tentang PSBB yang mengharuskan untuk

meminimalisir kegiatan masyarakat meliputi adanya berbagai kebijakan

pembatasan di tempat umum untuk menghindari kerumunan serta membatasi

akitivitas di ruang publik yang menggunakan akitivitas publik. sehingga

menyebabkan perusahaan mengalami penurunan pendapatan yang tidak berjalan

semestinya, karena pendapatan yang diperoleh tidak sesuai dengan pemasaukan

yang diterima oleh perusahaan sehingga perusahaan tersebut mengalami kesulitan

yang berpengaruh kepada pekerja tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan

pengupahan dari pekerja, berbagai upaya dari pengusaha telah dilakukan antara

lain, mengurangi upah pekerja, mengurangi shift pekerja, mengurangi jam dan

hari kerja, kemudian meliburkan dan merumahkan pekerja, tetapi pemutussan

hubungan kerja tidak dapat dihindari dan menjadi langkah terakhir yang di

tempuh oleh perusahaan ini. Otomatis hal ini akan sangat berpengaruh terhadap

kehidupan pekerja Oleh sebab itu, perlu adanya perlindungan hukum untuk

menjamin keberlangsungan kehidupan pekerja, hak-hak pekerja guna terciptanya


9

keadilan dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan pekerja, mental dan

spiritual serta kemakmuran setiap pekerja.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian berkaitan dengan pekerja ditinjau dari undang-undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang

cipta kerja, Surat edaran menteri ketenagakerjaan Nomor M/3/HK.04/III/2020

tentang perlindungan pekerja/buruh dan kelangsungan usaha dalam rangka

pencegahan dan penanggulangan covid 19. Dengan demikian judul yang diambil

oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah “Perlindungan Hukum

Terhadap Perkerja di Masa Pandemi Covid 19 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan maka permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Pekerja yang di

PHK akibat pandemi covid 19.

2. Bagaimana Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja di

Masa Pandemi Covid 19.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bentuk Perlindungan hukum terhadap pekerja yang di

PHK akibat pandemi covid 19.

2. untuk Mengetahui implementasi Perlindungan hukum terhadap pekerja di

masa pandemi Covid 19.


10

3. untuk memenuhi salah satu persyaratan Akademik dalam Penyelesaian

studi pada Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkanPenulis dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Manfaat secara teoritis, dapat memberikan pemahaman yang baik dan

dapat menjadi parameter bagi pengembangan penelitian yang sejenis

selanjutnya dalam rangka pengembangan lebih lanjut Hukum

ketenagakerjaan.

2. Manfaat secara praktis, diharapkan dapat memperluas wawasan, dapat

memberikan sumbangan pemikiran serta pengetahuan dan informasi

terkait dengan Perlindungan hukum bagi pekerja di saat masa Pandemi

Covid 19.

E. Kerangka Konseptual

1.Konsep Negara Hukum

Secara embrionik, konsep negara hukum telah dikemukakan oleh

Plato yang menyatakan gagasannya bahwa penyelenggaraan negara yang

baik ialah didasarkan pada pengaturan hukum yang baik. Gagasan ini

didukung oleh Aristoteles yang menyatakan bahwa suatu negara yang baik

ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan berkedaulatan hukum.

menurutnya ada tiga unsur pemerintahan yang berkonstitusi yaitu pertama,

pemerintah dilaksanakan untuk kepentingan umum. Kedua, pemerintah

dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan

umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang


11

menyampaikan konvensi dan konstitusi. Ketiga, pemerintahan berkonstitusi

berarti pemerintahan yang dilaksanakan berdasarkan kehendak rakyat, dan


9
bukan berupa paksaan tekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotik.

Gagasan tersebut masih bersifat samar dan muncul secara ekspilit pada abad

ke 19 yaitu dengan munculnya konsep rechsstaat dari freidrich Julius stahl

yang diilhami oleh imanuel kant. unsur unsur negara hukum (rechtsstaat)

adalah perlindungan hak-hak asasi manusia, pemisahan atau pembagian

kekuasaan. untuk menjamin hak hak itu, pemerintahan berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan peradilan administrasi dalam

perselisihan. 10

Konsep negara hukum yang digunakan di indonesia dikenal dengan

istilah Rechtstaat sementara untuk memberikan ciri keindonesiaan juga

dikenal dengan menambahkan atribut pacasila. sehingga menjaadi negara

hukum pancasila. ciri khas negara hukum bahwa negara memberikan

perlindungan hukum kepada warga negaranya dengan cara yang berbeda-

beda. Negara hukum adalah suatu pengertian yang berkembang dan

terwujud sebagai reaksi masa lampau sehingga unsur negara hukum berakar

pada sejarah dan perkembangan suatu bangsa. 11

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 Negara

Indonesia adalah negara hukum. negara hukum bukanlah merupakan negara

9
Lukman santoso AZ, Negara Hukum dan Demokrasi: Pasang Surut Negara Hukum
Indonesia Pasca Reformasi, IAIN Po PRESS, Yogyakarta, 2016, hal.8.
10
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, PT.RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2017,hal.2-3.
11
La Ode Husen, Negara Hukum Demokrasi dan pemisahan kekuasaan, CV.Social Politic
Genius (SIGn), Makasar, 2019, hal.43.
12

kekuasaaan. Penegasan dalam penjabaran pasal tersebut dapat dipahami

bahwa segala tindakan yang dilakukan atau yang diputuskan oleh alat

kelengkapan negara dan masyarakat harus tunduk kepada hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini telah menjelaskan

bahwa negara hukum Indonesia menganut adanya supremasi

hukum/kekuasaan tertinggi dalam negara hukum. 12

Konsep negara hukum Indonesia merupakan perpaduan antara negara

hukum modern karena merupakan perpaduan antara konsep negara hukum

dengan negara kesejahteraan. karena negara Indonesia tidak semata-mata

sebagai penjaga keamanan atau ketertiban masyarakat saja. Tetapi, memikul

tanggung jawab mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum, dan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sebagaimana yang telah diamanatkan

dalam UUD NRI Tahun 1945 dan pancasila. Bangsa Indonesia dalam

pembentukan negara hukum didasarkan pada cita-cita hukum (Rechtsidee)

pancasila. Konsep negara hukum berdasarkan pancasila yaitu :

“Dasar negara hukum menurut pancasila antara lain dilandasi oleh


pengakuan adanya Hukum tuhan, hukum kodrat dan hukum etis.
Lain dari pada itu dapat disusun kedudukan dan hubungan tiga
macam hukum antara satu dengan yang lain dan terhadap negara
serta hukum positif dalam satu rangka”.13
Negara hukum pancasila dalam bidang ketenagakerjaan yaitu hukum

yang mampu memberikan pengayoman dan keadilan bagi Pekerja/buruh

dalam dalam memperjuangkan hak-haknya untuk hidup sejahtera dan untuk

12
Muhamad Sadi Is dan Sobandi, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Kencana,
Jakarta, 2020, hal.12.
13
Bambang Arumnadi dan sunarto, Konsepsi Negara Hukum menurut UUD 1945, IKIP
Semarang Press, Semarang, 1990, hal.46-47.
13

tidak diperlakukan secara diskriminatif oleh pengusaha/perusahaan atau di

tempat bekerja.oleh karena itu, hukum ketenagakerjaan di indonesia

kedepan harus berlandaskan paradigma yang berlandaskan pada nilai-nilai

pancasila.14

2.Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak

asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan

kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.15 Perlindungan Hukum ini ada untuk memberikan perlindungan

akan harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak asasi manusia yang

dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum.16

Perlindungan Hukum dalam bahasa inggris disebut sebagai legal

protection, sedangkan dalam bahasa belanda disebut rechtsbecherming.

Perindungan hukum ditujukan untuk melindungi kepentingan kepentingan

tertentu yaitu dengan menjadikan kepentingan tersebut dalam sebuah hak

hukum. sehingga Perlindungan hukum adalah perlindungan yang

berlandaskan hukum dan perundang-undangan. Perlindungan hukum bagi

setiap warga negara Indonesia tanpa terkecuali dapat ditemukan dalam UUD

NRI Tahun 1945 untuk itu, setiap produk yang dihasilkan oleh legislative

harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum bagi

semua orang bahkan harus mampu menangkap aspirasi aspirasi hukum dan

14
Ibid. hal. 17-19.
15
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000,hal.53.
16
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT.Bina ilmu,
Surabaya, 1987, hal.1-2.
14

keadilan yang berkembang di masyarakat.17 Salah satunya, dalam bidang

ketenagakerjaan perlindungan hukum sangat diperlukan bagi pekerja terkait

perlindungan bagi hak-hak pekerja dalam rangka untuk menciptakan

hubungan kerja yang adil antara pengusaha dan pekerja, dan sebesar-

besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran bagi setiap pekerja dan

keluarganya.

Bentuk Perlindungan Hukum Bagi rakyat dibedakan atas dua macam

perlindungan Hukum yaitu :

1. Perlindungan Hukum yang Prefentif, yaitu perlindungan hukum

kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan

kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya

sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

2. Perlindungan Hukum yang Represif, yaitu perlindungan hukum

kepada rakyat yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. 18

Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat dilandaskan pada pancasila

sebagai dasar ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum

bagi rakyat di barat bersumber pada konsep-konsep pengakuan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan konsep rechtsstaat dan

the rule of law yang mencipatakan sarananya, dengan demikian pengakuan

dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia akan subur dalam wadah

rechtsstaat atau rule of law, sebaliknya akan gersang di negara-negara

17
Malahayati Dkk, Konsep Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap
Penata Laksana Rumah Tangga Indonesia, Nanggroe Jurnal Hukum Tata Negara, Vol.4, No,1,
April 2015, hal.4-6.
18
Philipus M.Hadjon, op.Cit.,hal. 3-5.
15

diktrator atau totaliter. Menggunakan konsepsi tersebut sebagai kerangka

pikir dengan landasan pijak pancasila, maka prinsip pengakuan dan

perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia bersumber pada

pancasila, karena pengakuan dan perlindungan terhadap manusia secara

instrinsik melekat pada pancasila dan seyogianya memberi warna dan corak

serta isi yang berdasarkan pancasila.19

F. Metode Penelitian

Istilah metodologi berasal dari kata metode dan log. Sedangkan kata

metode berasal dari kata yunani methodos. Sambungan kata depan meta yang

berarti menuju,melalui,mengikuti sedangkan hodos yang berarti perjalanan,

cara, arah. Sedangkan logi adalah ilmu yang berdasarkan logika berfikir.

Sehingga metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan

pikiran untuk mencapai tujuan. dengan demikian metodologi dalam penelitian

hukum pada hakekatnya berfungsi untuk memberikan pedoman tentang cara

seseorang memahami, menganalisa dalam melakukan penelitian hukum. 20

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yaitu

penelitian yang mengkaji ketentuan-ketentuan hukum positif, asas-asas

19
Ibid.hal.20.
20
H Izhaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Thesis Serta Disertasi,
Alfabeta, Bandung, 2017, Hal.26.
16

hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin hukum guna untuk

menjawab isu hukum yang dihadapi. 21

2. Pendekatan Masalah

penelitian hukum dimulai dengan melakukan penelusuran terhadap

bahan-bahan hukum sebagai dasar untuk membuat keputusan hukum,

terhadap kasus-kasus hukum yang konkret. Cara pendekatan yang

digunakan Dalam suatu penelitian normatif memungkinkan seseorang

peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum empiris dan

ilmu lainnya untuk kepentingan dan analisis serta eksplanasi hukum tanpa

mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif.22 dalam penelitian

hukum terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang

(statute approach), pendekatan kasus ( case approach), pendekatan

historis ( Historical approach), Pendekatan Komparatif ( comparative

approach ), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Pendekatan

undang-undang yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua

undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

dikaji, serta pendekatan konseptual yaitu pendekatan yang beranjak dari

21
Peter MahmudMarzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2005. Hal.35.
22
Johni Ibrahim, teori dan petode penelitian hukum normatif, 3rd ed, Bayumedia
Publishing, Malang, 2007, hal. 300.
17

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam

ilmu hukum. 23

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum adalah unsur-unsur pembentuk hukum atau bahan/materi

pembentuk hukum sehingga menjadi satu kesatuan hukum.24 Dalam

penelitian ini bahan hukum yang digunakan yaitu adalah sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang dapat

berasal dari sumber hukum dalam arti formil yang berbentuk

tertulis yaitu Undang-Undang, putusan-putusan hakim, serta

catatan-catatan yang resmi. Bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan.

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang 2020

tentang cipta kerja.

4. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor

M/3/HK.04/III/2020 tentang perlindungan pekerja/buruh

dan kelangsungan usaha dalam rangka pencegahan dan

penanggulangan covid 19.

23
Ibid hal 93-95
24
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : suatu tinjauan
singkat, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003. hal.13-14.
18

b. Bahan Hukum Sekunder

bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang digunakan

untuk memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan

hukum sekunder yang digunakan yaitu buku-buku, lebih

terkhusunya buku-buku di bidang ketenagakerjaan, artikel atau

jurnal hasil penelitian di bidang hukum dan lain sebagainya.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder sehingga diperoleh penjelasan yang detail dan rinci

terhadap permasalahan yang dikaji. 25

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum dan Analisa

Teknik pengumpulan dilakukan melalui cara studi kepustakaan,

untuk memperoleh data yang berguna bagi penulisan, yang didapat

dari bahan hukum primer dan sekunder. Semua bahan hukum tersebut

dikumpulkan untuk diinventarisasi agar mendapatkan sinkronisasi

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

5. Prosedur Pengelolaan dan Analisa Bahan Hukum

Pengelolaan secara menyeluruh dilakukan ketika semua bahan

hukum primer maupun sekunder didapatkan kemudian dikelompokan,

dikaji dan dianalisis secara kualitatif untuk selanjutnya dihubungkan

25
Rahman Amin, Pengantar Hukum Indonesia, Deepublish Group penerbitan CV Budi
Utama, Yogyakarta, 2019.hal.62-63.
19

antara satu dengan yang lainya dalam menjawab permasalahan yang

di teliti.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini akan diterapkan sebagai berikut yaitu :

BAB I Merupakan BAB Pendahuluan berisikan Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka

Konseptual, Metode Penelitian Dan Sistematika Penulisan.

BAB II Merupakan BAB Pembahasan Rumusan Masalah Pertama

(First Legal Issue), yang menguraikan permasalahan pertama pada

penelitian ini.

BAB III Merupakan BAB Pembahasan Rumusan Masalah Kedua

(Second Legal Issue), yang menguraikan permasalahan kedua pada

penelitian ini.

BAB IV Merupakan BAB Penutup yang berisikan Kesimpulan dari

seluruh penelitian serta Saran yang diberikan secara akademisi.

Anda mungkin juga menyukai