Anda di halaman 1dari 166

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA MELALUI PENGEMBANGAN KARIR


PEGAWAI PUSKESMAS DI KABUPATEN KONAWE
KEPULAUAN

TESIS

OLEH :
ASNUR JAYA
NIM. 1966MM01010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM MAGISTER (S-2)


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI
2021
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA MELALUI PENGEMBANGAN KARIR
PEGAWAI PUSKESMAS DI KABUPATEN KONAWE
KEPULAUAN

TESIS

Diajukan Kepada :

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari


untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Magister Manajemen

OLEH :

ASNUR JAYA
NIM. 1966MM01010

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM MAGISTER (S-2)


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI
2021
ABSTRAK

Asnur Jaya (1966MM01010). Pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja


terhadap kinerja melalui pengembangan karir pegawai Puskesmas Di
Kabupaten Konawe Kepulauan. Tesis Program Studi Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari. Pembimbing I: Andi
Basru Wawo, Pembimbing II: Bakhtiar Abbas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh


kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja melalui pengembangan karir
pegawai Puskesmas Di Kabupaten Konawe Kepulauan. Sampel dalam penelitian
ini adalah sebagian pegawai Puskesmas Di Kabupaten Konawe Kepulauan yang
berjumlah 95 orang. Penelitian ini menggunakan analisis PLS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengembangan karir pegawai pada Puskesmas di
Kabupaten Konawe Kepulauan. (2) Kepemimpinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe
Kepulauan. (3) Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengembangan karir pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.
(4) Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. (5) Pengembangan karir
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di
Kabupaten Konawe Kepulauan. (6) Pengembangan karir dapat memediasi
pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten
Konawe Kepulauan. (7) Pengembangan karir dapat memediasi pengaruh motivasi
kerja terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe
Kepulauan.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Pengembangan Karir dan Kinerja


Pegawai

vii
ABSTRACT

Asnur Jaya (1966MM01010). The influence of leadership and work motivation


on performance through career development for Puskesmas employees in
Konawe Islands Regency. Thesis of Master of Management Study Program
of the Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari. Advisor I: Andi
Basru Wawo, Supervisor II: Bakhtiar Abbas.

This study aims to determine and analyze the influence of leadership and
work motivation on performance through career development for employees of the
Public Health Center in Konawe Islands Regency. The sample in this study were
some of the employees of the Puskesmas in Konawe Islands Regency, amounting
to 95 people. This study uses PLS analysis.
The results showed that: (1) Leadership has a positive and significant effect
on career development of employees at Puskesmas in Konawe Islands Regency.
(2) Leadership has a positive and significant effect on employee performance at
the Puskesmas in Konawe Islands Regency. (3) Work motivation has a positive
and significant effect on employee career development at the Puskesmas in
Konawe Islands Regency. (4) Work motivation has a positive and significant effect
on employee performance at the Puskesmas in Konawe Islands Regency. (5)
Career development has a positive and significant effect on employee
performance at the Puskesmas in Konawe Islands Regency. (6) Career
development can mediate the influence of leadership on employee performance at
Puskesmas in Konawe Islands Regency. (7) Career development can mediate the
effect of work motivation on employee performance at Puskesmas in Konawe
Islands Regency.

Keywords: Leadership, Work Motivation, Career Development and Employee


Performance

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya serta memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan dan penyususan tesis ini dengan judul ” Pengaruh

kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja melalui pengembangan karir

pegawai Puskesmas Di Kabupaten Konawe Kepulauan” sebagai salah satu syarat

penyelesaian studi pada Program Studi Magister Manajemen (S-2) Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa proses kegiatan,

penulisan, penyusunan, serta perbaikan materi tesis ini cukup banyak melibatkan

andil dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak memberikan dukungan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada

Bapak Dr. H. Andi Basru Wawo, S.E., M.Si., AK., CA., sebagai Pembimbing I

dan Bapak Dr. Bakhtiar Abbas, S.E. M.Si. sebagai Pembimbing II, yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Irma Nurjannah, S.T., M.T., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

ix
2. Bapak Sudarmanto Saeka, S.E., M.Si., selaku Ketua Dewan Penyantun

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

3. Bapak Dr. Bakhtiar Abbas, S.E., M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Enam Enam Kendari.

4. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Azis Muthalib, S.E., M.S, selaku Wakil Ketua

Bidang Akademik dan Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam

Kendari.

5. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, S.E., M.Si, selaku Wakil Ketua Bidang

Sumber Daya Manusia dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Enam Enam Kendari.

6. Bapak Dr. Abdul Razak, S.E., M.S., selaku Kepala Pusat Penjaminan Mutu

Internal dan Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari

7. Bapak Dr. La Utu, SE., M.M., selaku Ketua Program Studi Manajemen

Program Magister (S-2) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

8. Ibu Sherly Valentina, S.E., selaku Kepala Bagian Administrasi Umum dan

Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

9. Bapak Muhammad Nuzul Qadri, S.Si., M.M., selaku Kepala Bagian

Akademik Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam

Kendari.

10. Bapak La Ode Hamida, SE., M.M., selaku Kepala Perpustakaan Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

x
11. Bapak Dr. H. Mahmudin A. Sabilalo, S.E., M.Si., selaku Ketua Pusat

Penelitian, Pengabdian Masyarakat (P3MK) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Enam Enam Kendari.

12. Seluruh Dosen pengajar dan Staf tenaga kependidikan Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Enam Enam Kendari, yang telah banyak memberikan dukungan,

bantuan serta arahan-arahan selama penulis mengikuti perkuliahan.

13. Istriku serta anakku yang tercinta, atas segala motivasi, perhatian dan donya

serta selalu memberi energi pada saat saya sedang jenuh dalam perkuliahan

dan penulisan tesis ini.

14. Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari

Program Studi Manajemen Program Magister angkatan 2019 yang telah

memberi dukungan moril sehingga berbagai kesulitan yang dihadapi selama

dan sesudah perkuliahan dapat teratasi dengan baik dan dukungannya dalam

penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tesis ini

sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Kendari, Mei 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TESIS ................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS ............................ vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 13
2.2. Konsep Manajemen Sumberdaya Manusia ................................... 16
2.3. Konsep Kepemimpinan ................................................................. 17
2.4. Konsep Motivasi Kerja.................................................................. 26
2.5. Konsep Pengembangan Karir ........................................................ 32
2.6. Konsep Kinerja Pegawai ............................................................... 39
2.7. Kerangka Pikir Penelitian.............................................................. 50
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS -
PENELITIAN .............................................................................. 54
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 54
3.2. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 57
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 58
4.1. Jenis dan Objek Penelitian ............................................................ 58
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 58
4.2.1. Populasi Penelitian............................................................... 58
4.2.2. Sampel Penelitian ................................................................ 59
4.3. Variabel Penelitian ........................................................................ 60
4.4. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 61
4.4.1. Jenis Data ............................................................................. 61
4.4.2. Sumber Data ........................................................................ 61
4.5. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 62
4.6. Skala Pengukuran Data ................................................................. 62

xii
4.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...................... 63
4.7.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian....................................... 63
4.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................... 64
4.8. Metode Analisis Data .................................................................... 65
4.8.1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................. 65
4.8.2. Analisis Partial Least Square (PLS) .................................... 65
4.9. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 68
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 72
5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 72
5.2. Karakteristik Responden ............................................................... 75
5.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 75
5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...................... 76
5.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 77
5.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ............. 78
5.3. Deskripsi Variabel Hasil Penelitian .............................................. 79
5.3.1. Variabel Kepemimpinan ...................................................... 80
5.3.2. Variabel Motivasi Kerja ...................................................... 82
5.3.3. Variabel Pengembangan Karir ............................................. 83
5.3.4. Variabel Kinerja Pegawai .................................................... 85
5.4. Uji Asumsi Partial Least Square (PLS)........................................ 88
5.5. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS) ................................... 88
5.6. Evaluasi Model Pengukuran (Outher Model) ............................... 89
5.6.1. Discriminant Validity........................................................... 90
5.6.2. Convergent Validity ............................................................. 92
5.6.3. Composite Validity............................................................... 92
5.7. Evaluasi Goodness Of Fit Model .................................................. 93
5.8. Pengujian Model Struktural dan Hipotesis Penelitian................... 94
5.8.1. Pengujian Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis ............ 95
5.8.2. Pengujian Koefisien Jalur Pengaruh Tidak Langsung ......... 99
5.9. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 103
5.9.1. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pengembangan Karir .. 103
5.9.2. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai ......... 105
5.9.3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir .. 108
5.9.4. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai.......... 109
5.9.5. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai 111
5.9.6. Peranan Pengembangan Karir Dalam Memediasi Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai ......................... 113
5.9.7. Peranan Pengembangan Karir Dalam Memediasi Pengaruh
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai .......................... 116
5.10. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 117
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 119
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 119
6.2. Saran ........................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 122
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Populasi Penelitian .................................................................................. 58

4.2. Sampel Penelitian .................................................................................... 60

4.3. Option Skala Likert ................................................................................. 63

5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 76

5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ............................................... 77

5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................... 78

5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ...................................... 78

5.5. Kriteria Deskriptif Variabel Penelitian ................................................... 80

5.6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan ....... 81

5.7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Motivasi Kerja ....... 82

5.8. Distribusi Jawaban Terhadap Variabel Pengembangan Karir ................ 84

5.9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Pegawai ..... 86

5.10. Nilai AVE, √AVE dan Korelasi Antar Variabel Laten ........................... 90

5.11. Hasil Perhitungan Cross Loading ........................................................... 91

5.12. Hasil Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Instrumen ................... 93

5.13. Hasil Pengujian Goodness Of Fit ............................................................ 94

5.14. Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis ................................................ 96

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

2.1. Kerangka Pikir Penelitian ......................................................................... 53

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 56

5.1. Diagram Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis .................................. 96

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesoner Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Rekapitulasi Data

Lampiran 3 : Uji Linearitas Data

Lampiran 4 : Hasil Analisis PLS

Lampiran 5 : Izin Penelitian Balitbangda Provinsi Sulawesi Tenggara

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah

organisasi yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. SDM juga sebagai

faktor sentral suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat

berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan

misinya dikelola dan diurus manusia. Oleh karena itu, manusia juga merupakan

faktor strategis pada semua kegiatan institusi atau organisasi. Tidak heran jika

SDM handal memakai terminologi human capital di suatu organisasi sehingga

organisasi sadar bahwa karyawan sebagai suatu SDM memiliki nilai investasi

yang besar, dimana saat ini, mengumpulkan tenaga kerja yang berkinerja baik

semakin sulit didapatkan, terlebih lagi dalam mempertahankan yang sudah ada.

Kondisi tersebut berlaku juga bagi lembaga pemerintah, tingginya tuntutan

akan pelayanan publik yang maksimal menggambarkan keseriusan pemerintah

untuk terus menggembangkan sumber daya manusia agar mampu mencapai

tuntutan tersebut maka perlu untuk dirumuskan suatu kebijakan dalam rangka

meningkatkan kinerja pegawai seperti halnya pegawai yang bergerak di bidang

kesehatan.

Puskesmas sebagai satu organisasi penyaji jasa kesehatan publik saat ini

menghadapi berbagai macam perubahan lingkungan pelayanan kesehatan (health

care), sehingga manajemen rumah sakit membutuhkan cara dan konsep tertentu

untuk menghadapinya. Perubahan lingkungan yang dimaksud antara lain terjadi

1
2

pada bidang ilmu dan pengetahuan medis yang makin maju dan terus

berkembang. Deregulasi dan swastanisasi sektor kesehatan yang dilakukan

pemerintah melalui pemberian kemudahan bagi swasta untuk membangun rumah

sakit sehingga kemungkinan akan terjadi persaingan yang makin meningkat di

antara puskesmas.

Beberapa puskesmas mulai diswadanakan untuk mengelola dana dan

sumberdayanya secara mandiri, dengan diberi otonomi lebih luas untuk mengelola

keuangan dan penggunaan langsung dari penerimaannya. Salah satu tujuan dari

kebijakan ini untuk meningkatkan kualitas kinerja dan kemandirian puskesmas

(Aniroen dalam Tiastuty, 2017).

Kinerja dapat digambarkan sebagai fungsi proses dari respon individu

terhadap ukuran kinerja yang diharapkan organisasi, yang mencakup desain

kinerja, proses pemberdayaan, dan pembimbingan, serta dari sisi individu itu

sendiri yang mencakup keterampilan, kemampuan dan pengetahuan. Kinerja

merupakan hasil suatu proses perpaduan kapabilitas individu dengan sikap

individu terhadap aspek pekerjaan dan organisasi. Kinerja karyawan adalah hasil

dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari

karyawan serta organisasi bersangkutan (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007:153).

Sedangkan ahli lain berpendapat bahwa kinerja karyawan mendeskripsikan

sebuah ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas yang sering

dihubungkan dengan produktivitas kerja (Gomes, 2003:195).

Kinerja pegawai merupakan tolok ukur bagi perusahaan untuk menilai

kemampuan, produktivitas dan memberikan informasi yang berguna bagi hal-hal


3

yang berkaitan dengan pegawai. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Kinerja memainkan peranan

penting bagi pencapaian tujuan organisasi. Keberhasilan atau kegagalan

pelaksanaan tugas individu dalam suatu organisasi ditentukan oleh kinerja yang

dicapainya selama kurun waktu tertentu.

Pegawai negeri sipil yang bekerja dilingkungan kerja di organisasi dituntut

untuk dapat menunjukkan kinerja yang baik. Untuk meningkatkan kinerja yang

baik ,dapat dilakukan dengan meningkatkan disiplin kerja, mengkondisikan

lingkungan kerja yang mendukung sehingga mereka bekerja lebih giat dan

bergairah kerja dalam menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goniyah dan Masurip (2011:119) yang

menyatakan bahwa apabila individu dalam perusahaan yaitu sumber daya

manusianya dapat berjalan efektif maka perusahaan tetap berjalan.

Kinerja pegawai merupakan hasil olah pikir dan tenaga dari seorang

pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dapat berujud, dilihat, dihitung

jumlahnya, akan tetapi dalam banyak hal hasil olah pikiran dan tenaga tidak dapat

dihitung dan dilihat, seperti ide-ide pemecahan suatu persoalan, inovasi baru suatu

produk barang atau jasa, bisa juga merupakan penemuan atas prosedur kerja yang

lebih efisien. Kinerja para pegawai sangat mempengaruhi keberhasilan suatu

organisasi. Kinerja seseorang merupakan ukuran sejauh mana keberhasilan

seseorang dalam melakukan tugas pekerjaannya (Sutiadi, 2003:6). Apabila kinerja

pegawai baik, maka kinerja organisasi akan meningkat. Sebaliknya apabila kinerja

pegawai buruk, dapat menyebabkan menurunnya kinerja organisasi. Sumber daya


4

manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai subyek

pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional organisasi. Selanjutnya kinerja

dapat memberikan efek bagi pegawai dari segi pencapaian target, loyalitas

pegawai, pelatihan dan pengembangan, promosi, berprilaku positif dan

peningkatan organisasi (Umam : 2010).

Faktor pertama yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah

kepemimpinan. Pemimpin yang baik harus memiliki sikap kepemimpinan dalam

organisasi. Pimpinan dan kepemimpinan yang dimiliki mempunyai manfaat

strategis yang dapat menentukan tinggi rendahnya kinerja pegawai. Pemimpin

yang dapat menjadi panutan dan teladan bagi pegawai yaitu pimpinan yang

mampu menggerakan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya

pemimpin yang hanya dianggap oleh pegawai sebagai figur dan tidak memiliki

pengaruh serta kemampuan dalam memimpin, akan mengakibatkan kinerja

pegawai menjadi rendah, hal ini dikarenakan pimpinan tidak memiliki kapabilitas

dan kecakapan untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Yukl (2014:18) mengemukakan kepemimpinan merupakan cara seseorang

untuk memberikan pengaruh yang kuat terhadap orang lain guna membimbing,

membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan di organisasi.

Dalam organisasi, kepemimpinan merupakan faktor yang penting karena

pemimpinlah yang dapat menggerakan dan mengarahkan organisasi untuk

menggapai tujuan dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Pegawai

harus dipengaruhi oleh pimpinan agar dapat memberikan pengabdian dan

partisipasinya secara efektif, karena tercapainya tujuan secara efektif sangat


5

tergantung pada kemampuan kepemimpinan seorang pemimpin. Hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Irmayanti (2017) dan Riyadi (2011) menyatakan

bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai.

Faktor kedua yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah motivasi.

Untuk mencapai tujuan organisasi, maka organisasi harus memperhatikan

motivasi pegawainya agar setiap pegawai dapat memberikan konstribusi positif

terhadap organisasi. Karena dengan adanya motivasi, pegawai tentunya lebih

bersemangat dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh organisasi. Tanpa

adanya motivasi, pegawai menjadi tidak bersemangat dalam bekerja sehingga

pegawai tidak mampu memenuhi tugasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan

organisasi atau bahkan melampaui standar organisasi karena apa yang menjadi

motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi.

Terkait beberapa penjelasan mengenai motivasi di atas, baik jika

mengetahui secara rinci apa defenisi dari motivasi itu sendiri. Beberapa pengertian

yang dikaitkan dengan motivasi (Herlina, 2018) yang menyatakan bahwa motivasi

merupakan dorongan dalam diri yang berhubungan dengan tingkat, arah dan

persistensi-konsistensi usaha yang dilakukan seseorang dalam bekerja. Robbins

(2008:63) mendefinisikan motivasi merupakan kesediaan untuk mengeluarkan

tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Motivasi

kerja adalah suatu perangsang keinginan dan daya gerak yang menyebabkan

seseorang bersemangat dalam bekerja karena terpenuhi kebutuhannya. Sedangkan


6

Luthans (2006:124) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses yang dimulai

dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakan perilaku atau

dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif.

Motivasi adalah proses yang berperan pada intensitas, arah dan lamanya

berlangsung upaya individu ke arah pencapaian sasaran (Robbins dan Judge,

2008:65). Menurut Parinussa (2011:23) bahwa motivasi diartikan suatu sikap

(attitude) pimpinan dan pegawai terhadap situasi kerja di lingkungan

organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan

menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif

terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Hasil

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adi Suryadharma, Gede Riana, Desak

Ketut (2016) dan Irmayanti (2017) yang menyatakan bahwa motivasi kerja

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah

pengembangan karir. Organisasi yang mempunyai model yang sistematis dalam

pengembangan karir karyawannya akan mempunyai kinerja yang baik. Hasil

penelitian tersebut didukung oleh Appelbaum et al (2001) yang menyatakan

bahwa perusahaan yang mempunyai manajemen karir yang baik akan

meningkatkan kemauan karyawan untuk berpartisipasi dalam aktivitas

pengembangan dan perilaku dalam melakukan pengembangan, dimana hal

tersebut akan meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan kedua penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir yang baik yang diraih karyawan
7

maka kinerjanya akan meningkat atau dengan kata lain pengembangan karir

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.

Simamora (2004:392) proses pengembangan karir dalam suatu pendekatan

formal yang diambil organisasi untuk memastikan bahwa orang-orang dengan

kualisifikasi dan pengalaman yang tepat tersedia pada saat dibutuhkan. Sehingga

pengembangan karir dapat dikatakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya

peningkatan-peningkatan status seseorang dalam organisasi dalam jalur karir yang

telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Pengembangan karir dan

penilaian system prestasi kerja dan system karir pada umumnya melalui kenaikan

pangkat, mutasi jabatan serta pengangkatan dalam jabatan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wicaksono (2010) dan

Hamrian Nur (2017) yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara pengembangan karir terhadap kinerja pegawai.

Berdasarkan atas fenomena empirik dapat kita ketahui bahwa kinerja

pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan masih cukup rendah. Pada

dasarnya penurunan kinerja yang ditunjukkan oleh pegawai dapat kita sinyalir

bahwa manajemen organisasi tidak tertata dengan baik yang dampaknya akan

menganggu pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dapat kita lihat adanya

sebagian pegawai memperlihatkan rendahnya disiplin kerja yang dapat dilihat dari

absensi, pegawai yang tidak mengikuti apel di Puskesmas dikarenakan

keterlambatan, masih adanya pegawai yang pulang cepat, ditemukannya pegawai

yang tidak menuliskan status keperawatan pasien, masih adanya pegawai yang

suka duduk santai sambil bercerita dengan rekan kerja di jam kantor,
8

semangat/gairah untuk menjalankan aktivitas yang masih rendah, proses

pelayanan pasien yang lamban berdasarkan keluhan masyarakat menunjukkan

masih rendahnya kinerja sebagian pegawai terhadap organisasi.

Fenomena lain yang juga dihadapi puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan ialah masih adanya anggapan pegawai terhadap pemimpin yang belum

mampu memaksimalkan kepemimpinannya dalam bekerja, sehingga pegawai

merasakan kebingunan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh

pimpinan. Kemudian, masih adanya anggapan pegawai terhadap pimpinan dimana

pegawai merasa kurangnya sosialisasi terkait apa yang menjadi visinya kepda

pegawai, sehingga pegawai belum mengetahui apa tujuan dan keuntungannya bagi

organisasi ketika pimpinan memerintahkan suatu pekerjaan kepada pegawai.

Selain itu, masih adanya anggapan pegawai terhadap pimpinan dimana pegawai

merasa memiliki hubungan kurang baik dengan pimpinan sehingga tentunya

keadaan ini dapat menyebabkan pegawai merasakan ketidaknyamanan dalam

bekerja.

Berdasarkan fenomena empirik diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penilitian yang selanjutnya dituangkan dalam sebuah karya ilmiah dengan judul:

“Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Melalui

Pengembangan Karir Pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah:
9

1. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap pengembangan karir pegawai

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

2. Apakah kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

3. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap pengembangan karir pegawai

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

4. Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

5. Apakah pengembangan karir berpengaruh terhadap kinerja pegawai Puskesmas

di Kabupaten Konawe Kepulauan.

6. Apakah pengembangan karir dapat memediasi pengaruh kepemimpinan

terhadap kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

7. Apakah pengembangan karir dapat memediasi pengaruh motivasi kerja

terhadap kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan ditas, maka tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Pengaruh kepemimpinan terhadap pengembangan karir pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

2. Pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan.

3. Pengaruh motivasi kerja terhadap pengembangan karir pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.


10

4. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan.

5. Pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

6. Peranan pengembangan karir dalam memediasi pengaruh kepemimpinan

terhadap kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

7. Peranan pengembangan karir dalam memediasi pengaruh motivasi kerja

terhadap kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan di bidang Manajemen

Sumberdaya Manusia dan Perilaku Organisasi. Penelitian dapat dijadikan

bahan acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam

hal:

a. Bagi pemerintah maupun instansi terkait: dapat menjadi bahan evaluasi,

pengembangan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan/ kebijakan

khususnya dibidang Kepegawaian.


11

b. Bagi Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan: dapat menjadi evaluasi

dan membantu dalam memahami peranan pengembangan karir dalam

memediasi pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja

pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

c. Bagi masyarakat; dapat menjadi sumber wawasan yang memberikan

gambaran dan pemahaman peranan pengembangan karir dalam memediasi

pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Sehingga, masyarakat dapat

melihat situasi dan kondisi yang sebenarnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja melalui

pengembangan karir pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

Kepemimpinan sebagai variabel observasi di ukur dengan 5 (lima) item

indikator yang diadopsi dari pendapat yang dikemukakan oleh Gary Yukl

(2014:64), yaitu visioner, pembimbing, menyatukan, demokratis dan komunikatif.

Motivasi kerja sebagai variabel observasi diukur dengan menggunakan 3

(tiga) indikator yang mengacu pada pengukuran yang dikemukakan oleh Hasibuan

dalam Yurizal (2017) yakni kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan

kekuasaan.

Pengembangan karir sebagai variabel observasi diukur dengan

menggunakan 5 (lima) indikator yang mengacu pada pengukuran yang

dikemukakan oleh Keith Davis dan Werther dalam Yunus (2019), yaitu keadilan
12

dalam karir, perhatian dengan penyelia, kesadaran tentang kesempatan, minat

kerja dan kepuasan karir.

Kinerja pegawai sebagai variabel observasi di ukur dengan menggunakan 8

(delapan) indikator yang mengacu pada PP No.30 Tahun 2019 yakni kualitas,

kuantitas, waktu, biaya, orientasi pelayanan, komitmen, inisiatif kerja dan

kerjasama.
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

ini yang dapat diambil sebagai bahan acuan utama dan pembanding sebagai

berikut:

1. Irmayanti (2017)

Pengaruh kemampuan kerja, kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap

kinerja pegawai pada PT. Pos Indonesia Kendari Sulawesi Tenggara. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

kemampuan kerja, kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai

pada PT. Pos Indonesia Kendari Sulawesi Tenggara.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti;

kepemimpinan dan kinerja. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah

objek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan

membandingkan apakah setiap variabel terdapat juga pengaruh setelah meneliti

dengan objek yang berbeda.

2. M. Sarastia Adhi1, Tarcisius T. Sipayung (2016)

Pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

Hotel Bumi Asih Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemimpinan

di Hotel Bumi Asih Denpasar masuk ke dalam kategori cukup tinggi, Kondisi

lingkungan kerja di Hotel Bumi Asih Denpasar sudah baik dimana suasana dan

keamanan kerja karyawan sudah kondusif dan Kinerja karyawan Hotel Bumi Asih

13
14

Denpasar sudah tinggi. selain itu, pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja

terhadap kinerja karyawan Hotel Bumi Asih Denpasar menunjukkan adanya

hubungan yang positif dan signifikan sebesar 77.8%. Secara parsial

kepemimpinan memiliki pengaruh sebesar 49.1% terhadap kinerja karyawan dan

lingkungan kerja mempengaruhi kinerja karyawan Hotel Bumi Asih Denpasar

sebesar 22.2%

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti;

kepemimpinan dan kinerja. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah

objek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan

membandingkan apakah setiap variabel terdapat juga pengaruh setelah meneliti

dengan objek yang berbeda.

3. Zuhria Husnia Hasibuan (2018)

Pengaruh disiplin kerja, stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja

pegawai Dinas Tenaga Kerja Padang Lawas. Hasil penelitian membuktikan bahwa

tiga variabel yaitu disiplin kerja, stress kerja dan motivasi kerja mempunyai

pengaruh signifikan terhadap variabel defenden yaitu kinerja pegawai pada Dinas

Tenaga Kerja Padang Lawas. Pengaruh signifikan terbesar terhadap kinerja

pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Padang Lawas adalah pada variabel motivasi

kerja dengan koefisien standar beta sebesar 0,560 kemudian diikuti oleh variabel

disiplin kerja dengan koefisien beta sebesar 0,330 selanjutnya variabel stress kerja

dengan koefisien beta sebesar 0,127. Dari hasil analisis tersebut dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa motivasi kerja merupakan faktor paling dominan yang
15

mempunyai pengaruh terbesar terhadap kecenderungan kinerja pegawai pada

Dinas Tenaga Kerja Padang Lawas.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti ; motivasi

kerja dan kinerja. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah objek

penelitian. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan

membandingkan apakah setiap variabel terdapat juga pengaruh setelah meneliti

dengan objek yang berbeda.

4. Intan (2017)

Pengaruh motivasi kerja, budaya kerja dan komunikasi terhadap kinerja

pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika Kota Palu. Hasil

Penelitian diperoleh bahwa motivasi kerja, budaya kerja dan komunikasi secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Motivasi

kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Budaya kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai. Komunikasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti; motivasi kerja

dan kinerja serta alat analisis yang digunakan ialah regresi linear berganda.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian. Berdasarkan

hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan membandingkan apakah setiap

variabel terdapat juga pengaruh setelah meneliti dengan objek yang berbeda.
16

5. Hasdiah, Darsa, Rahmat dan Adnan (2018)

Pengaruh motivasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor

Sekertariat Daerah Kabupaten Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

motivasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Budaya kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai. Pengaruh motivasi dan budaya kerja secara besama-sama berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di Kantor Sekertariat Daerah

Kabupaten Enrekang.

Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti; motivasi kerja

dan kinerja serta alat analisis yang digunakan ialah regresi linear berganda.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah objek penelitian. Berdasarkan

hasil penelitian terdahulu, maka peneliti akan membandingkan apakah setiap

variabel terdapat juga pengaruh setelah meneliti dengan objek yang berbeda.

2.2. Konsep Manajemen Sumberdaya Manusia

Manajemen merupakan ilmu dan seni dalam memanfaatkan sumber daya

manusia dan sumber daya lain dalam organisasi secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan organisasi. Manajemen terdiri dari enam unsur (6M) yaitu men,

money, methode, materials, machines, dan market. Unsur manusia ini berkembang

menjadi bidang ilmu manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia

atau disingkat MSDM.

Hasibuan (2017:10) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia

adalah ilmu dan seni dalam mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar

efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan,
17

karyawan, dan masyarakat. Sedangkan Simamora yang dikutip oleh Sutrisno

(2017:5) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah

memberdayagunakan, mengembangkan, menilai, memberikan balas jasa, dan

mengelola individu dalam suatu organisasi atau kelompok pekerja.

Rivai yang dikutip oleh Suwatno dan Priansa (2016:29) mengatakan bahwa

manajemen sumber daya manusia adalah manajemen umum yang meliputi segi-

segi perencanaan, pegorganusasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini

terdapat dalam fungsi produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian.

Sedangkan Mangkunegara (2017:2) mengemukakan bahwa manajemen sumber

daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,

pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian

balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam

rangka untuk mencapai tujuan organisasi.

2.3. Konsep Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan salah satu cara bagi pemimpin untuk

mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan produktif untuk

mencapai tujuan organisasi (Hasibuan dalam Lago, 2019). Menurut Badeni (2013:

2), kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang mempengaruhi

suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Robbins dan Judge (2015: 410)

menunjukkan bahwa kepemimpinan mengacu pada kemampuan untuk

mempengaruhi tim untuk mencapai visi atau tujuannya.

Kreitner dan Kinicki dalam Lago (2019) mendefinisikan kepemimpinan

sebagai proses di mana individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
18

bersama. McShane dan Von Glinow dalam Lago (2019) bahwa kepemimpinan

adalah untuk mempengaruhi, menginspirasi dan memungkinkan orang lain untuk

berkontribusi pada efektivitas dan kesuksesan organisasi mereka. Kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi dan mendukung orang lain untuk secara aktif

mencapai tujuan mereka (Newstrom dalam Lago, 2019). Kepemimpinan

merupakan faktor penting yang membantu individu atau kelompok menentukan

tujuan mereka dan kemudian memotivasi mereka untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya.

Kepemimpinan adalah sifat, karakter atau cara seseorang, yang bertujuan

untuk memajukan dan mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk

bekerja sama, berkomitmen dan dengan loyal menjalankan semua kegiatan sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya guna mencapai tujuan organisasi.

Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang kepemimpinan, yang

secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut (Robbins dan Judge, 2015: 249-

271):

1. Teori Sifat

Teori sifat adalah salah satu jenis teori kepemimpinan yang meyakini bahwa

seorang pemimpin adalah pribadi yang bersifat non-pemimpin. Dalam

kehidupan nyata, Anda dapat menemukan bahwa beberapa orang memiliki

atribut yang luar biasa. Mereka bisa berasal dari kalangan pemerintah, politisi,

tentara, dan pengusaha. Margaret Thatcher, Nelson Mandela, Steve Jobs,

Rudolph Giuliani sering digunakan sebagai contoh. Mereka menunjukkan

kepercayaan diri, kemauan, ketegasan, karisma, antusiasme dan keberanian.


19

2. Teori Perilaku

Teori perilaku kepemimpinan telah berkembang karena ketidakpuasan terhadap

teori sifat karena orang mengira mereka tidak dapat menjelaskan keefektifan

kepemimpinan dan pergerakan hubungan antar manusia. Teori percaya bahwa

perilaku pemimpin secara langsung mempengaruhi keefektifan tim. Pemimpin

dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka untuk mempengaruhi orang

lain secara efektif.

3. Teori Kontinjensi

Teori kontingensi disebut juga teori situasional. Teori tersebut menyatakan

bahwa keefektifan perilaku pemimpin tertentu bergantung pada situasinya.

Ketika keadaan berubah, gaya kepemimpinan yang berbeda perlu diterapkan.

Gaya kepemimpinan perlu beradaptasi dengan perubahan keadaan. Teori ini

secara langsung menantang pandangan bahwa hanya ada satu gaya

kepemimpinan terbaik.

4. Teori Sedang Tumbuh

Masalah kepemimpinan berkembang seiring dengan perkembangan organisasi.

Hal ini telah membangkitkan minat dan pemikiran beberapa penulis terhadap

model kepemimpinan yang dapat diterapkan pada era ini.

a. Kepemimpinan karismatik adalah kemampuan untuk mempengaruhi

pengikut berdasarkan bakat supernatural dan daya tarik. Pengikut suka

bersama pemimpin karismatik karena mereka merasa terinspirasi, nyata, dan

penting.
20

b. Kepemimpinan transaksional adalah jenis kepemimpinan yang dapat

membantu organisasi mencapai tujuan saat ini dengan lebih efektif, seperti

menghubungkan kinerja pekerjaan dengan penghargaan dan evaluasi, dan

memastikan bahwa karyawan memiliki sumber daya yang mereka butuhkan

untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Menurut Bass (Robbins, 2015: 344)

pemimpin transaksi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Imbalan kontingen. Pertukaran remunerasi bisnis, imbalan menjanjikan

untuk kinerja yang baik, kontrak untuk pengakuan penyelesaian.

2) Manajemen pengecualian (aktivitas). Amati dan cari penyimpangan dari

aturan dan standar, dan lakukan tindakan korektif.

3) Manajemen pengecualian (pasif). Lakukan intervensi hanya jika standar

tidak terpenuhi.

4) Laissez-faire. Serahkan tanggung jawab dan hindari membuat keputusan.

c. Kepemimpinan transformasional adalah perspektif kepemimpinan yang

menjelaskan bagaimana pemimpin dapat mengubah tim atau organisasi

dengan membuat, mengkomunikasikan, dan mencontohkan visi untuk

organisasi atau unit kerja serta menginspirasi karyawan untuk bekerja keras

mencapai visi tersebut. Unsur-unsur kepemimpinan transformasional

adalah (McShane dan Von Glinow dalam Lago, 2019):

1) Mengembangkan visi strategis dan menetapkan visi strategis. Pemimpin

transformasional menciptakan visi untuk masa depan perusahaan,

memungkinkan karyawan mencapai tujuan yang mungkin tidak mereka

pikirkan.
21

2) Sampaikan visi tersebut. Jika visi adalah inti dari kepemimpinan

transformasional, maka mengkomunikasikan visi adalah sebuah proses.

Kualitas terpenting seorang pemimpin adalah bagaimana pemimpin

menetapkan dan berbagi visi untuk organisasi.

3) Modelkan visi. Pemimpin transformasional tidak hanya berbicara tentang

visi, tetapi juga mewujudkan impian. Mereka "berada di jalur yang

benar" dengan melangkah keluar dan menghibur para eksekutif serta

melakukan hal-hal yang mencerminkan visi tersebut.

4) Membangun komitmen terhadap visi. Mengubah visi menjadi kenyataan

membutuhkan masukan dari para pekerja. Para pemimpin

transformasional telah menetapkan komitmen ini dalam banyak hal.

Kata-kata, simbol, dan cerita telah membangun antusiasme dan

menginspirasi orang untuk menerima visi sebagai visi mereka.

d. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan untuk menciptakan dan

mengungkapkan visi masa depan yang realistis, kredibel, dan menarik bagi

suatu organisasi atau unit organisasi.Visi dan perkembangan tersebut lebih

baik dari pada saat ini.

e. Teori atribusi pemimpin adalah untuk menghubungkan alasan perilaku

pengikut atau bawahan dengan sumber dari tiga dimensi: orang, entitas atau

latar belakang.

Menurut Jerome Want (Wibowo, 2013:323), prinsip kepemimpinan yang

benar adalah sebagai berikut:


22

1. Decision making (pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan harus dilakukan di tingkat yang paling efektif.

Pemimpin berbicara pada saat yang tepat, terinformasi kepada yang

memerlukan, keputusan berbasis kriteria sejalan dengan tujuan bisnis.

Keputusan pemimpin dibuat dengan komitmen pribadi, merasakan sebagai

kepemilikan dan akuntabilitas.

2. Leadership (kepemimpinan)

Kepemimpinan bukan hanya seseorang pada level tertinggi, tetapi

kepemimpinan juga ada di semua level. Organisasi melatih para pemimpin,

para pemimpin ini harus menunjukkan kemampuan tingkat tinggi,

memenangkan kepercayaan, dan bermain dengan bakat mereka sendiri dan

orang-orang di sekitar mereka.

3. Communication (komunikasi)

Komunikasi di dalam organisasi dilakukan melalui dialog terbuka. Dalam

organisasi yang berkembang dan sehat, semua sumber daya manusia

mencakup semua jenis informasi, ide, dan kesuksesan.

4. Appreciating differences (menghargai perbedaan)

Pemimpin menghargai perbedaan antara atasan dan bawahan atau antara

bawahan, dan dapat menemukan peluang dalam konflik. Kesempatan akan

menyambut perbedaan pendapat dan ide dengan saling menghormati

5. Personal excellence (keunggulan personal)

Organisasi yang kuat bergantung pada individu yang kuat dengan kepribadian

yang luar biasa. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk melakukan
23

yang terbaik untuk diri mereka sendiri, rekan kerja, dan perusahaan.

Keunggulan pribadi didasarkan pada keterampilan tingkat tinggi,

pengetahuan, perawatan diri, motivasi diri, dan penghormatan terhadap

keinginan semua orang.

6. Business success (keberhasilan bisnis)

Kesuksesan komersial akan memberikan kekuatan finansial. Pemimpin

memberikan pertumbuhan yang stabil dalam pangsa pasar, penjualan, dan

keuntungan. Kekuatan finansial menguntungkan pekerja, pemegang saham,

dan masyarakat.

7. Continuous learning (pembelajaran berkelanjutan)

Para pemimpin harus terus belajar sekarang, dan mereka harus terus belajar.

Keunggulan kompetitif organisasi terletak pada peningkatan berkelanjutan

dari pekerjaan yang dilakukan. Para pemimpin secara aktif mencari dan

menerapkan praktik terbaik

8. Vibrant workplace (tempat kerja bersemangat)

Ini adalah tempat kerja di mana kita dapat membuat perbedaan. Kami

menciptakan dan memelihara budaya untuk meningkatkan kerja tim,

kegembiraan, pengembangan pribadi, karier, keuntungan finansial, dan

keseimbangan kehidupan kerja

9. Ethics (etika)

Pemimpin menjaga etika bisnis dengan melakukan hal yang benar. Integritas

adalah dasar dari semua keputusan, tindakan, dan hubungan yang dibuat oleh

para pemimpin.
24

10. Partnership (kemitraan)

Membangun kemitraan adalah syarat penting bagi setiap orang untuk sukses.

Berorganisasi dan bekerja sama dengan mitra untuk memberikan keuntungan

bersama. Hubungan didasarkan pada rasa hormat, kejujuran, keterbukaan,

keandalan, dan kepercayaan.

11. Passion for coffee (berkeinginan besar)

Pemimpin akan mau bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka. Pemimpin

berjanji dan memastikan bahwa setiap orang akan memiliki pengalaman yang

luar biasa.

12. Planning and measuring (merencanakan dan mengukur)

Pemimpin merencanakan dan mengukur untuk memahami dan meningkatkan

hasil yang dicapai. Pemimpin berfokus pada rencana komprehensif seluruh

organisasi sesuai dengan strategi organisasi. Pemimpin memiliki pemahaman

yang mendalam tentang kesuksesan dan tantangan dengan mengukur dan

mengevaluasi hasil dari tindakan mereka.

13. Shared ownership (kepemilikan bersama)

Pemimpin merasa dibagi dengan berpikir dan bertindak seperti tuannya. Para

pemimpin memenuhi janji mereka dan menghargai kontribusi satu sama lain.

Pemimpin adalah pengurus sumber daya kolektif dan karenanya berbagi

kesuksesan dengan cara yang adil.


25

14. Sustainability (keberlanjutan)

Pembangunan berkelanjutan adalah jalan menuju masa depan. Oleh karena

itu, pemimpin menggunakan sumber daya dengan bijak dan mengambil

keputusan dengan memperhitungkan keuntungan.

15. World benefit (manfaat bagi dunia)

Tindakan pemimpin diharapkan bermanfaat bagi dunia dengan menciptakan

perubahan positif. Pemimpin mendukung kekuatan perusahaan dan individu

yang membuat perubahan positif secara lokal dan global.

Suatu situasi akan menyenangkan jika pemimpin diterima para pengikutnya,

tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas dengan

menggunakan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi

seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi. Di dalam kepemimpinan

harus memiliki tingkatan atau indikator guna mengetahui kepemimpinan

seseorang sudah maksimal atau belum. Indikator-indikator tersebut terdapat dalam

setiap dimensi yang dimiliki oleh kepemimpinan. Berikut ini adalah dimensi dan

indikator kepemimpinan menurut Gary Yukl (2014:64), yaitu :

1. Visioner

Pola kemampuan yang ditunjukan untuk memberi arti pada kerja atau usaha

yang perlu dilakukan bersama-sama oleh anggota organisasi dengan cara

memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan

visi yang jelas oleh pemimpin perusahaan terhadap karyawan.


26

2. Pembimbing

Seorang pemimpin yang mampu membimbing bawahannya dengan baik dan

bersama-sama mewujudkan tujuan organisasi.

3. Menyatukan

Pemimpin yang dapat menyatukan, mampu menciptakan dan menyelesaikan

manajemen konflik dengan baik, menciptakan keharmonisan, mampu

mencairkan ketegangan yang terjadi di lingkungan kerja, selain itu juga mampu

memberikan kenyamanan bagi para bawahan.

4. Demokratis

Menghargai potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat dan sugesti

bawahan, juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya

masing-masing.

5. Komunikatif

Kemampuan membangun komunikasi yang baik dalam berbagai kelompok.

2.4. Konsep Motivasi Kerja

Pamela & Oloko (2015) motivasi merupakan kunci keberhasilan organisasi,

dapat menjaga kelangsungan kerja organisasi dengan cara tertentu dan

memberikan bantuan yang ampuh untuk kelangsungan hidup. Motivasi adalah

memberi mereka bimbingan atau arahan, sumber daya, dan penghargaan yang

sesuai sehingga mereka terinspirasi dan tertarik untuk bekerja sesuai keinginan

mereka. Chukwuma & Obiefuna (2014) Motivasi adalah proses perilaku yang

menginspirasi, menjaga kemajuan perilaku dan membimbing perilaku tertentu.


27

Oleh karena itu motivasi (kebutuhan, keinginan) mendorong karyawan untuk

melakukan tindakan.

Motivasi merupakan proses yang dimulai dari kebutuhan manusia dan

menciptakan kekosongan dalam diri seseorang (Chukwuma & Obiefuna, 2014).

Motivasi merupakan suatu proses dimana kebutuhan akan mendorong seseorang

melakukan serangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Jika berhasil

dicapai, tujuan akan memenuhi atau memenuhi kebutuhan tersebut (Munandar

dalam Yurizal, 2017).

Steers & Porter dalam Suwardi (2020) mengemukakan bahwa motivasi

kerja merupakan upaya yang dapat mengarah pada perilaku, panduan perilaku,

dan mempertahankan atau mempertahankan perilaku sesuai dengan lingkungan

kerja organisasi. Motivasi kerja merupakan kebutuhan dasar manusia, dan juga

merupakan motivasi yang dapat memenuhi kebutuhan dasar yang diharapkan,

oleh karena itu apabila ada kebutuhan akan menyukseskan suatu kegiatan.

Karyawan yang bermotivasi tinggi akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat

pekerjaan mereka baik.

Dalam pengertian umum, motivasi adalah kebutuhan untuk mendorong

tindakan menuju suatu tujuan tertentu, dan motivasi kerja merupakan sesuatu yang

dapat menimbulkan semangat atau motivasi kerja. Oleh karena itu, motivasi kerja

dalam psikologi kerja sering disebut sebagai morale booster. Kekuatan motivasi

kerja seorang pekerja juga menentukan besar kecilnya prestasinya. (Anoraga

dalam Muslimin, 2019).


28

Motivasi adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi perilaku

dan kinerja manusia. Teori motivasi telah dibahas dan dikonseptualisasikan oleh

banyak peneliti. Tingkat motivasi individu atau tim diberikan dalam tugas atau

pekerjaan mereka, yang dapat mempengaruhi semua aspek kinerja organisasi.

Dalam penelitian terbaru, Saraswathi mendefinisikan motivasi dalam Suwardi

(2020) sebagai kesediaan untuk melakukan upaya tingkat tinggi untuk tujuan

organisasi, dan upaya ini bergantung pada kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan beberapa individu. (Wan & Tan, 2013).

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan suatu proses dimana seseorang

perlu didorong untuk melaksanakan rangkaian kegiatan yang mengarah pada

terwujudnya tujuan dan tujuan organisasi tertentu serta memenuhi beberapa

kebutuhan. Kekuatan motivasi kerja pekerja juga menentukan tingkat

pencapaiannya.

Menurut Munandar dalam Yurizal (2017) menjelaskan tentang aspek-aspek

motivasi kerja adalah:

1. Karyawan disiplin Artinya, perilaku atau tindakan karyawan tertentu sesuai

dengan pola aktivitas kerja. Keputusan dan norma yang telah dirumuskan dan

disepakati secara tertulis dan lisan, dan dapat dikenakan sanksi jika melanggar

tugas dan wewenang yang diberikan.

2. Daya imajinasi dan kombinasi yang sangat tinggi Menjadikan kombinasi hasil

karya dan ide atau gambar yang disusun lebih cermat atau aktif, daripada ditiru
29

secara alami dan konstruktif, untuk membentuk hasil atau produk yang

mendukung kualitas karya yang lebih baik.

3. Keyakinan Karyawan memiliki kepercayaan penuh terhadap kemampuan

mereka. Kemampuan untuk berpikir positif dalam menghadapi kenyataan dan

bertanggung jawab atas keputusan yang dapat diambil sehingga Anda dapat

menyelesaikan masalah dengan tenang.

4. Tahan stres, karyawan menanggapi pengalaman emosional yang tidak

menyenangkan, yang dipandang sebagai ancaman atau menyebabkan

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan keinginan mereka sendiri, dan

tekanan ini dapat diatasi dengan cara yang unik dan individual untuk setiap

individu.

5. Tanggung jawab kerja, memiliki rasa tanggung jawab atau pekerjaan pribadi,

dan berani mengambil segala resiko, menunjukkan inisiatif yang besar dalam

menghadapi kesulitan pekerjaan, dan memiliki keinginan yang kuat untuk

menyelesaikan apa yang harus dikerjakan.

Menurut George dan Jones dalam Ella (2015) mengemukakan 3 aspek-

aspek Motivasi kerja:

1. Perilaku (direction of behavior)

2. Tingkat Usaha (Level of effort)

3. Tingkat Kegigihan (level of persistence)

Winardi dalam Yurizal (2017) menggungkapkan ada tiga aspek motivasi

yang mengarah tercapainya tujuan tertentu, yaitu :


30

1. Desire, ketika seseorang memiliki keinginan, motivasinya adalah melakukan

sesuatu untuk mencapai apa yang diinginkannya.

2. Tuntutan, ketika seseorang membutuhkannya, dia akan memiliki motivasi yang

tinggi. Ketika seseorang membutuhkan sesuatu seperti gaji, remunerasi, hal

tersebut akan memotivasi pekerjaannya untuk melakukan pekerjaannya dengan

baik.

3. Rasa aman, ketika seseorang mencoba melakukan sesuatu, dia juga takut tidak

melakukan sesuatu, alasan motivasi adalah ketika seseorang melakukan

sesuatu, dia merasa aman.ketika seseorang memiliki kainginan maka

motivasinya terpacu untuk melakukan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai

yang diinginkannya.

erdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa aspek motivasi kerja meliputi: kedisiplinan karyawan, daya

imajinasi dan kemampuan penggabungan yang lebih tinggi, kepercayaan diri,

ketahanan terhadap tekanan, tanggung jawab kerja, perilaku, tingkat kerja, tingkat

ketekunan, keinginan, kebutuhan, rasa aman.

Fredick Hezberg, dkk dalam Wirawan (2013) mengemukakan faktor-faktor

yang mempengaruhi Motivasi kerja :

1. Faktor motivasi: faktor yang ada dalam bekerja, faktor tersebut dapat

menimbulkan kepuasan kerja dan kemauan untuk bekerja keras. Faktor ini

akan mendorong lebih banyak usaha.

2. Faktor kesehatan: Faktor ini disebut “kesehatan” karena berperan dalam

mencegah ketidakpuasan kerja. Jika jumlah faktor pemeliharaan tidak


31

mencukupi, maka akan menyebabkan pekerjaan tidak memuaskan. Oleh karena

itu faktor pemeliharaan tidak menghasilkan kepuasan kerja, tetapi dapat

mencegah terjadinya ketidakpuasan kerja.

Fredick Herzberg, dkk dalam Wirawan (2013) juga mengemukakan faktor

lain mengenai Motivasi yaitu:

1. Supervise

2. Hubungan interpersonal

3. Kondisi kerja fisikal

4. Gaji

5. Kebijakan dan praktik perusahaan

6. Benefit dan sekuritas pekerjaan

Menurut Siagian dalam Yurizal (2017) motivasi seorang karyawan sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Termasuk pada faktor-faktor internal adalah :

1. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri,

2. Harga diri,

3. Harapan pribadi,

4. Kebutuhan,

5. Keinginan,

6. Kepuasan kerja,

7. Prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi motivasi

seseorang antara lain :


32

1. Jenis dan sifat pekerjaan,

2. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung,

3. Organisasi tempat bekerja,

4. Situasi lingkungan pada umumnya,

5. System imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

Indikator yang digunakan dalam mengukur motivasi kerja dalam penelitian

ini adalah mengacu pada pendapat Hasibuan dalam Yurizal (2017) yaitu :

1. Kebutuhan prestasi merupakan sikap pegawai dalam melaksanakan tugas

secara baik dengan ekspektasi imbalan prestasi;

2. Kebutuhan berafiliasi merupakan sikap karyawan dalam melaksanakan

hubungan kerja dengan mitra ataupun pihak luar yang bertujuan untuk

pencapaian kinerja secara maksimal;

3. Kebutuhan kekuasaan merupakan sikap pegawai dalam melaksanakan tugas

dengan penuh tanggung jawab serta mampu mengaplikasikan pekerjaan

tersebut terhadap orang lain.

2.5. Konsep Pengembangan Karir

Karir merupakan riwayat pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang

dipegang dalam kehidupan kerja, karir merupakan rangkaian promosi atau

pemindahan ke posisi dengan prasyarat kerja yang lebih tinggi atau posisi yang

lebih baik dalam hierarki hubungan kerja selama kehidupan kerja seseorang.

Menurut Marwansyah (2015:170) terdapat dua perspektif tentang karir yaitu

dari satu perspektif, karir adalah serangkaian pekerjaan yang dijalani seseorang

selama hidupnya yang disebut dengan karir obyektif. Sedangkan dari perspektif
33

lain, karir meliputi perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi seiring

dengan bertambahnya usia yang disebut dengan karir subyektif. Kedua perspektif

ini meletakkan fokus pada individu. Keduanya juga menganggap bahwa orang-

orang memiliki kendali atas nasibnya, sehingga mereka dapat memanfaatkan

peluang peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan dari karir

mereka. Menurut Rivai dan Sagala (2016:266), karier adalah seluruh pekerjaan

yang dimiliki atau dilakukan oleh individu selama masa hidupnya.

Berdasarkan berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa karir adalah

rangkaian urutan posisi pekerjaan yang dipegang seseorang dalam riwayat hidup

pekerjaannya. Pengembangan karir sangat dibutuhkan dan setiap pegawai dalam

perjalanan kehidupan kerjanya.

Menurut Siagian (2015:68) pengembangan karir adalah perubahan-

perubahan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.

Menurut Widodo (2015:53) “Pengembangan karier adalah serangkaian aktivitas

sepanjang hidup yang berkontribusi pada eksplorasi, pemantapan, keberhasilan

dan pemenuhan karier seseorang”. Menurut Rivai dan Sagala (2016:274),

mengemukakan bahwa, pengembangan karir adalah proses peningkatan

kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir yang

diinginkan.

Menurut Hani Handoko (2015:165) pengertian karier ada tiga, yakni:

1. Karier sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral ke

jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau lokasi-lokasi yang


34

lebih baik dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama kehidupan

kerja seseorang.

2. Karier sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola

kemajuan sistematik yang jelas kariernya.

3. Karier sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang

dipegangnya selama kehidupan kerja.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pengembangan karir adalah aktivitas yang membantu pegawai merencanakan

masa depan karir mereka di perusahaan agar pegawai dan perusahaan dapat

mengembangkan diri secara maksimum. Untuk pengembangan karirnya, pegawai

dituntut untuk memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk peningkatan karir seperti

berprestasi dalam pekerjaan, keefektifan dan keefisienan dalam bekerja dan

sebagainya.

Titik awal pengembangan karir dimulai dari diri pegawai. Setiap orang

bertanggung jawab atas pengembangan atau kemajuan karirnya. Setelah

komitmen pribadi dibuat, beberapa kegiatan pengembangan karir dapat dilakukan.

Menurut Bianca, dkk (2016:173) pengembangan karir meliputi aktivitas-aktivitas

untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang

direncanakan. Ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan


35

yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada

aktivitas rencana pengembangan formal.

2. Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan

pekerjaan yang spesifik. Tentunya akan berbeda skill yang dibutuhkan untuk

menjadi supervisor dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle

manager.

3. Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh

skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaa. Jika tujuan tersebut dikembangkan

lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang

dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.

4. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan

mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional.

Untuk pengembangan karir karyawan tidak hanya tergantung pada usaha

individu saja, organisasi harus juga berperan aktif misalnya mengadakan

program-program pelatihan dan pengembangan karyawan. Dengan demikian

usaha pengembangan karir akan menguntungkan karyawan dan organisasinya.

Tujuan utama pengembangan karir adalah untuk meningkatkan efektivitas

dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan agar memberikan hasil yang

memuaskan untuk mencapai tujuan organisasi dimana tempat ia bekerja. Menurut

Mangkunegara (2015:77-78) tujuan pengembangan karir adalah:

1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan

2. Menunjukkan hubungan kesejahteraan karyawan

3. Membantu karyawan menyadari kemampuan potensi mereka


36

4. Memperkuat hubungan antara karyawan dan perusahaan

5. Membuktikan tanggung jawab social

6. Membantu memperkuat pelaksanaan program perusahaan

7. Mengurangi turn over dan biaya kekaryawanan

8. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial

9. Menggiatkan analisis dari keseluruhan karyawan

10. Menggiatkan suhu pemikiran jarak waktu yang panjang

Manfaat pengembangan karir adalah untuk karyawan dan organisasi. Untuk

karyawan, pengembangan karir yang didapatnya membuka kesempatan bagi

dirinya untuk berkarya lebih baik dalam pekerjaannya. Untuk organisasi, manfaat

yang diperolehnya adalah peningkatan kinerja karyawannya dan banyak manfaat

lain yang didapat organisasidalam meningkatkan potensi-potensi untuk meraih

tujuan dari organisasi tersebut.

Menurut Widodo (2015:54) ada lima manfaat dalam pengembangan karir,

yaitu:

1. Pengembangan karier memberi petunjuk siapa diantara para pekerja yang

pantas untuk dipromosikan.

2. Perhatian yang lebih besar dari bagian kepegawaian terhadap pengembangan

karier menumbuhkan loyalitas di kalangan pegawai. dalam diri setiap manusia

masih terdapat reservoir kemampuan yang perlu dikembangkan agar berubah

sifatnya dari potensi menjadi kekuatan nyata.

3. Perencanaan karier mendorong para pekerja untuk bertumbuh dan berkembang,

tidak hanya secara mental intelektuil, akan tetapi juga professional.


37

4. Perencanaan karier dapat mencegah terjadinya penumpukan tenaga-tenaga

yang terhalang pengembangan kariernya.

5. Pengembangan karir bagaimanapun juga akan memberikan manfaat bagi

karyawan dan organisasi itu sendiri berdasarkan tujuan-tujuan pengembangan

yang telah ditetapkan.

Bentuk pengembangan karir pada dasarnya bergantung pada jalur karir

menurut tiap-tiap organisasi yang ada, dan sesuai dengan kebutuhan. “Jalur karir

adalah serangkaian posisi yang digunakan oleh organisasi untuk memindahkan

seorang pegawai”. Bentuk pengembangan karir yang dapat dilaksanakan menurut

Nitisemito (2016:74) yaitu:

1. Pembinaan dari pimpinan

Pimpinan adalah orang yang mempunyai tugas mengarahkan dan membimbing

bawahan dan mampu memperoleh dukungan bawahan sehingga dapat

menggerakkan mereka mencapai tujuan perusahaan.

2. Pendidikan dan pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber

daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan

kepribadian manusia.

3. Promosi

Promosi dalam manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai

kemajuan seorang pegawai pada suatu tugas yang lebih baik, dipandang dari

sudut tanggung jawab yang lebih berat, martabat atau status yang lebih tinggi,

kecakapan yang lebih baik dan terutama tambahan pembayaran upah atau gaji.
38

4. Mutasi

Mutasi atau pemindahan adalah kegiatan untuk memindahkan pegawai dari

suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar.

Keith Davis dan Werther dalam Yunus (2019) menjelaskan bahwa ada lima

indikator pengukuran pengembangan karir, yaitu sebagai berikut :

1. Keadilan dalam karir

Para pegawai menghendaki keadilan dalam system promosi dengan

kesempatan sama untuk peningkatan karir.

2. Perhatian dengan Penyelia

Para pegawai menginginkan para penyelia mereka memainkan perannya secara

aktif dalam pengembangan karir dan menyediakan umpan balik dengan teratur

tentang kinerja.

3. Kesadaran tentang kesempatan

Para pegawai menghendaki pengetahuan tentang kesempatan untuk

peningkatan karir.

4. Minat Pekerja

Para pegawai membutuhkan sejumlah informasi berbeda dan pada kenyataan;

memiliki derajat minat yang berbeda dalam peningkatan karir yang tergantung

pada beragam factor.

5. Kepuasan Karir

Para pegawai, tergantung pada usia dan kedudukan mereka, memiliki kepuasan

berbeda. Program karir yang efektif harus mempertimbangkan perbedaan

persepsi keinginan para pegawai. Apa yang pekerja harapkan dari program
39

karir dikembangkan; oleh departemen SDM sesuai dengan ragam faktor usia,

jenis kelamin kedudukan pendidikan dan faktor-faktor lainnya.

2.6. Konsep Kinerja Pegawai

Menurut Mohamad Mahsun (2016:25) menyatakan bahwa: “Kinerja

(performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujaun,

misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi’’.

Menurut Mangkunegara (2015:67) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Dari uraiaian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupkan hasil dari seorang

karyawan dalam melakukan tugasnya, baik itu dari segi kualitas dan kuantitas

kerjanya.

Penilaian prestasi kerja karyawan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui

prestasi kerja karyawan yang berguna bagi perusahaan untuk menetapkan

kebijakan selanjutnya.

Menurut Hasibuan (2017:87), penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio

hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap

karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan

dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikan. Sedangkan menurut

Mangkunegara (2015:69), penilaian prestasi kerja karyawan adalah suatu proses

penilaian penliaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan pimpinan perusahaan

secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.


40

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian prestasi

keja merupakan suatu proses melihat serta mengetahui seberapa besar presatasi

kerja karyawan tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Tinggi rendahnya kinerja

seorang karyawan ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya baik

secara langsung aupun secara tidak langsung.

Menurut Mangkunegara (2015:67) faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

Menurut Davis dalam Mangkunegara (2015:67) merumuskan bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja adalah:

Human Performance = Ability + Motivation

Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + Skill

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, karyawan

yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari.,

maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang dihrapkan. Oleh

karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job).

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi

kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri karyawan yang


41

terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental

merupakan kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha

mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan

harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fisik,

tujuan da situasi). Artinya seorang karyawan harus siap mental, mampu secara

fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu

memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. Oleh karena itu motivasi dari diri

karyawan akan timbul apabila perusahaan memperhatikan karyawannya, maka

karyawan akan memberikan kinerja yang tinggi.

Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut

(Mangkunegara, 2015:68):

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.

3. Memiliki tujuan yang realistis.

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk

merealisasi tujuannya.

5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh

kegiatan kerja yang dilakukannya.

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

Adapun indikator dari kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2015:68)

adalah sebagai berikut :


42

1. Kualitas Kerja

2. Kuantitas kerja

3. Kedisiplinan

4. Ketepatan waktu

5. Dampak interpersonal

Schuler dan Jackson dalam Bustam (2018) mengungkapkan bahwa indikator

pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan :

1. Kualitas kerja; merupakan akurasi dan marjin kesalahan pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan.

2. Kuantitas kerja; mengacu pada jumlah produksi atau hasil kerja pegawai.

3. Kehadiran dan Ketepatan Waktu; mengacu pada ketaatan jadwal kerja

pegawai.

4. Tanggung Jawab; mengacu pada penyelesaian tugas dan proyek.

5. Kerja sama dengan rekan kerja; mengacu pada kerja sama dan komunikasi

dengan penyelia dan rekan kerja.

Pengertian penilaian kinerja pegawai berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2019 Tentang Penilaian prestasi kerja

pegawai negeri sipil. Penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian

secara sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja

pegawai dan perilaku kerja PNS. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut,

dan juga Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2019 dapat

disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja (kinerja) adalah penilaian yang

dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan


43

kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan pelatihan kerja secara

tepat, memberikan tanggapan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai

dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan dan penentuan

imbalan. Tujuan dari penilaian prestasi kerja (kinerja) adalah untuk memperbaiki

atau meningkatkan kinerja organisasi dari SDM organisasi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 tahun

2019, Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip:

1. Objektif;

2. Terukur;

3. Akuntabel;

4. Partisipatif; dan

5. Transparan.

Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur:

1. SKP; dan

2. Perilaku Kerja.

Tata Cara Penilaian Kinerja pegawai adalah dengan menilai dua unsur yaitu

SKP dan perilaku kerja dengan Bobot nilai unsur SKP 60% (enam puluh persen)

dan perilaku kerja 40% (empat puluh persen).

1. Sasaran Kerja Pegawai (SKP)

Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana kerja

pegawai yang disusun berdasarkan rencana kerja tahunan instansi dan target yang

akan dicapai dari setiap pelaksanaan tugas jabatan oleh seorang PNS.
44

Rencana dan target kerja tersebut disusun setiap awal tahun oleh pegawai,

dan harus disetujui oleh atasan lagsung/pejabat penilainya. Sanksi bagi pegawai

yang tidak menyusun SKP diatur dalam PP No. 53 Tahun 2011 tentang Hukuman

Disiplin Pegawai.

Penilaian kinerja dengan menggunakan SKP ini meliputi beberapa aspek,

yakni kuantitas, kualitas, waktu dan biaya sesuai dengan karakteristik, sifat dan

jenis kegiatan pada masing-masing instansi. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa

aspek-aspek tersebut disusun dengan mengacu pada standar teknis kegiatan

masingmasing instansi. Adapun penilaian dilakukan dengan membandingkan

aspek-aspek penilaian pada target di awal tahun dengan realisasi yang dicapai

pada akhir tahun.

a. Aspek Kuantitas

Menurut Wungu dan Brotoharsojo (2003:56) bahwa “Quantity (kuantitas)

adalah segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan jumlah hasil kerja dan

dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan angka”.

Sedangkan menurut Wilson dan Heyyel (1987:101) mengatakan bahwa

“Quantity of Work (kuantitas kerja) adalah jumlah kerja yang dilaksanakan

oleh seseorang pegawai dalam suatu periode tertentu. Hal ini dapat dilihat dari

hasil kerja pegawai dalam kerja penggunaan waktu tertentu dan kecepatan

dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.” Dengan demikian

kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah kerja dan penggunaan waktu. Jumlah

kerja adalah banyaknya tugas pekerjaanya, dapat dikerjakan. Penggunaan


45

waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam menyelesaikan tugas

dan pekerjaan.

b. Aspek Kualitas

Menurut Wungu dan Brotoharsojo (2003:57) bahwa “Quality (kualitas) adalah

segala bentuk satuan ukuran yang terkait dengan mutu atau kualitas hasil kerja

dan dinyatakan dalam ukuran angka atau yang dapat dipadankan dengan

angka”. Sedangkan menurut Wilson dan Heyel (1987:101) mengatakan bahwa

“Quality of work (kualitas kerja) menunjukkan sejauh mana mutu seorang

pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya meliputi ketepatan, kelengkapan,

dan kerapian”.

Dari pendapat diatas, jelas bahwa kualitas kerja dapat diukur melalui ketepatan,

kelengkapan, dan kerapian. Yang dimaksud ketepatan adalah ketepatan dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan, artinya terdapat kesesuaian antara rencana

kegiatan dengan sesaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Yang dimaksud

dengan kelengkapan adalah kelengkapan ketelitian dalam melaksanakan

tugasnya. Yang dimaksud kerapian adalah kerapian dalam melaksanakan tugas

dan pekerjaannya.

c. Aspek Waktu

Ketepatan waktu ini berhubungan dengan waktu penyelesaian tugas

(pekerjaan) sesuai dengan waktu yang diberikan. Setiap pekerjaan yang

dilakukan oleh para pegawai memiliki standar waktu yang telah ditentukan.

Visi dan misi suatu organisasi akan tercapai apabila pekerjaan yang dilakukan

oleh para pegawai dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
46

ditentukan, dalam hal ini diantaranya ; Ketepatan waktu dalam menyelesai kan

pekerjaan dan Pekerjaan selesai pada saat dibutuhkan. Berbicara soal ketepatan

waktu maka hal ini terkait dengan efisiensi waktu.

Menurut Muchdoro (1997:180) “Efisiensi adalah tingkat kehematan dalam

menggunakan sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang

diinginkan. Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi waktu dan efisiensi

biaya. Efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat

pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai. Sedangkan efisiensi biaya adalah

tingkat kehematan dan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan”.

d. Aspek Biaya

Aspek biaya disini mengenai tingkatan dimana penggunaan sumber dana

organisasi yang mana didalamnya menyangkut penggunaan keuangan

dimaksimalkan untuk mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan

kerugian dari tiap unit. Didalam melaksanakan tugasnya para pegawai

diharapkan untuk dapat memberdayakan/menggunakan segala sumber daya

keuangan yang ada di dalam organisasi yang bersangkutan guna membantu

penyelesaian tugas pekerjaan baik dari segi waktu maupun hasil kerja. Efisiensi

adalah tingkat pengendalian biaya atau pengorbanan sumberdaya ekonomi

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan”.
47

2. Perilaku Kerja

Selain dengan SKP, prestasi kerja pegawai juga diukur dengan indikator

perilaku kerja. Parameter yang digunakan untuk mengukur perilaku kerja adalah

orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan khusus bagi

pejabat struktural ditambah satu dimensi yaitu kepemimpinan. Definisi

operasional dari indikator-indikator tersebut adalah sebagaimana dijelaskan dalam

penjelasan pasal demi pasal dalam PP Nomor 30 tahun 2019.

a. Orientasi Pelayanan

Yang dimaksud dengan “Orientasi pelayanan” adalah sikap dan perilaku kerja

PNS dalam memberikan pelayanan terbaik kepada yang dilayani antara lain

meliputi masyarakat, atasan, rekan sekerja, unit kerja terkait, dan/atau instansi

lain. Konsep orientasi pelayanan erat kaitannya dengan orientasi pasar. Bila

orientasi pasar menekankan aspek praktek, kebijakan, dan prosedur layanan

sebuah orientasi pelayanan lebih berfokus pada penyelarasan antara kapabilitas

unit organisasi dan kebutuhan pelanggan dalam rangka mencapai tujuan kerja

bisnis (Tjiptono & Chandra, 2005:39).

b. Komitmen

“Komitmen” merupakan kemauan dan kemampuan untuk menyelaraskan

sikap dan tindakan PNS untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan

mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan diri sendiri, seseorang,

dan/atau golongan. Stephen Jaros dalam Meyer dan Herscovitch (2001:301)

mendefinisikan bahwa komitmen adalah "kekuatan yang mengikat seorang

untuk tindakan yang relevan dengan satu atau lebih target". Karyawan berteori
48

mengalami gaya ini dalam bentuk tiga basis, atau pola pikir: afektif, normatif,

dan keberlangsungan, yang mencerminkan ikatan emosional, kewajiban,

dirasakan dan biaya hangus dalam kaitannya dengan target masing-masing.

c. Inisiatif kerja

“Inisiatif kerja” didefinisikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu atau

bekerja tanpa harus diberi tahu terlebih dahulu apa yang harus dilakukan.

Dengan kemampuan ini, seseorang tidak akan pernah berhenti belajar dan terus

berusaha untuk mengembangkan dirinya. Ketika menunjukkan inisiatif di

dalam dunia kerja, kamu akan memecahkan suatu masalah yang mungkin tidak

terlalu diperhatikan orang lain, terus mencari ide-ide yang bagus, dan lain-lain.

Pada dasarnya, kemampuan inisiatif juga termasuk ke dalam kemampuan

manajemen diri atau self management. Kemampuan ini sendiri dapat

dikembangkan secara sendiri secara perlahan-lahan. Dengan inisiatif,

dipastikan produktivitas kerjamu akan meningkat dan kemungkinan besar

orang-orang di lingkunganmu akan menyukai sosok kepribadianmu.

d. Kerjasama

“Kerjasama” diartikan sebagai kemauan dan kemampuan PNS untuk bekerja

sama dengan rekan sekerja, atasan, bawahan dalam unit kerjanya serta instansi

lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan tanggung jawab yang ditentukan,

sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kerja

sama adalah sebuah sistem pekerjaan yang kerjakan oleh dua orang atau lebih

untuk mendapatkan tujuan yang direncanakan bersama. Kerja sama dalam tim

kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan


49

prestasi kerja. Telah banyak riset membuktikan bahwa kerja sama secara

berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas yang lebih baik. Hal ini

sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan oleh perorangan.

e. Kepemimpinan

Berikutnya, aspek “kepemimpinan” yang diperuntukkan bagi pejabat struktural

didefinisikan sebagai kemampuan dan kemauan PNS untuk memotivasi dan

mempengaruhi bawahan atau orang lain yang berkaitan dengan bidang

tugasnya demi tercapainya tujuan organisasi.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial,

sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan

manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian

yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,

definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Penilaian prestasi kerja dilakukan dengan cara menggabungkan penilaian

SKP dengan penilaian perilaku kerja. Penilaian SKP memuat kegiatan tugas

jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat

nyata dan dapat diukur. Penilaian SKP membandingkan antara kinerja yang

dicapai dan target yang ditentukan sedangkan penilaian Perilaku Kerja dilakukan

melalui pengamatan oleh pejabat penilai terhadap PNS sesuai dengan kriteria

yang ditentukan.

Penilaian prestasi kerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 PP

Nomor 30 tahun 2019 dilaksanakan oleh pejabat penilai yaitu Pejabat pembina

kepegawaian sebagai pejabat penilai dan/atau atasan pejabat penilai yang tertinggi
50

di lingkungan unit kerja masing-masing. Nilai prestasi kerja PNS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 dinyatakan dengan angka dan sebutan sebagai berikut:

1. 91 – ke atas: sangat baik

2. 76 – 90: baik

3. 61 – 75: cukup

4. 51 – 60: kurang

5. 50 ke bawah: buruk

2.7. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan fenomena dan kajian empirik ditemukan bahwa kepemimpinan,

motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini

menuntut Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan untuk melakukan

perbaikan-perbaikan terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja

pegawai.

Faktor pertama yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah

kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan sifat penting pimpinan dalam

pengorganisasian sumber daya manusia yang baik. Pimpinan dan kepemimpinan

yang diembannya memiliki fungsi strategis yang menentukan kinerja sumber daya

manusia. Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, dapat

menggerakan orang/personil ke arah tujuan yang dicita-citakan, akan menjadi

panutan dan teladan. Sebaliknya pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai

figur dan tidak memiliki pengaruh serta kemampuan kepemimpinan, akan


51

mengakibatkan kinerja sumber daya manusia menjadi lambat, karena tidak

memiliki kapabilitas dan keakapan untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Faktor kedua yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah motivasi

kerja. Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak

manajemen bila mereka menginginkan setiap karyawan dapat memberikan

kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Karena dengan

motivasi, seorang karyawan akan memiliki semangat yang tinggi dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang

karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui

standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak

terpenuhi.

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah

pengembangan karir. Organisasi yang mempunyai model yang sistematis dalam

pengembangan karir karyawannya akan mempunyai kinerja yang baik. Hasil

penelitian tersebut didukung oleh Appelbaum et al (2001) yang menyatakan

bahwa perusahaan yang mempunyai manajemen karir yang baik akan

meningkatkan kemauan karyawan untuk berpartisipasi dalam aktivitas

pengembangan dan perilaku dalam melakukan pengembangan, dimana hal

tersebut akan meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan kedua penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir yang baik yang diraih karyawan

maka kinerjanya akan meningkat atau dengan kata lain pengembangan karir

berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.


52

Berdasarkan fenomena dan kajian empirik bahwa ada kesenjangan antara

fakta yang ditemukan berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan dan motivasi

kerja terhadap kinerja melalui pengembangan karir pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan sehingga menimbulkan permasalah yang perlu

mendapat perhatian bagi organisasi.

Berangkat dari permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melihat

pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja melalui

pengembangan karir pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

Variabel-variabel yang nantinya akan diteliti adalah kepemimpinan, motivasi

kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai.

Selanjutnya peneliti akan mengumpulkan data primer yang dibutuhkan

seperti pengumpulan data profil pegawai, data hasil kusioner dari responden dan

profil pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Sedangkan data

sekunder juga akan dikumpulkan baik dari internet dan berbagai referensi lainnya.

Seluruh data yang dikumpulkan akan di analisis dengan metode deskriptif

dan dengan analisis PLS. Dari analisis data yang dilakukan, akan diperoleh hasil

penelitian berupa rekomendasi untuk meningkatkan kinerja pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kajian teoritik dan kajian empirik yang telah diuraikan pada bagian awal dapat

dipergunakan sebagai dasar dalam pembuatan kerangka pikir penelitian pada

skema 2.1. berikut ini:


53

Puskesmas di Kabupaten Konawe


Kepulauan

Fakta dan Fenomena


Masih rendahnya kinerja Kesimpulan dan
pegawai disinyalir Saran
dikarenakan kepemimpinan,
motivasi dan pengembangan
karir yang masih rendah. 1. Hasil
2. Informasi Empirik

1. Studi Teori : Manajemen Sumberdaya


Manusia
2. Studi Empirik : Irmayanti (2017), M. Alat Analisis
Sarastia Adhi1, Tarcisius T. Sipayung PLS
(2016), Zuhria Husnia Hasibuan (2018),
Intan (2017), Hasdiah, Darsa, Rahmat
dan Adnan (2018).
Data:
1.Primer
2.Sekunder

Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi


Kerja Terhadap Kinerja Melalui
Pengembangan Karir Pegawai Puskesmas
Di Kabupaten Konawe Kepulauan

Variabel Penelitian:
Kepemimpinan (X1)
Hipotesis Motivasi Kerja (X2)
Pengembangan Karir (Y1)
Kinerja Pegawai (Y2)

Skema 2.1 Kerangka Pikir Penelitian


54

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada pengertian dan teori-teori yang dikemukakan pada kajian

pustaka, maka dapat dikembangkan suatu kerangka konseptual yang akan

mengkaji beberapa variabel yaitu variabel kepemimpinan (X1), motivasi kerja

(X2), pengembangan karir (Y1) dan variabel kinerja pegawai (Y2). Penelitian ini

akan menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja

terhadap kinerja melalui pengembangan karir pegawai Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan. Kerangka alur pikir pada studi ini dibangun berdasarkan

masalah dan tujuan studi, kajian teoritik, dan empirik sebagai landasan untuk

merumuskan hipotesis.

Penelitian ini diawali dari studi teoritik yaitu mengkaji teori yang relevan

dengan kajian studi ini. Kajian teoritis tersebut menuntun berpikir deduktif yaitu

suatu proses berpikir dari umum kekhusus. Penyusunan tesis selain berdasarkan

hasil kajian yang bersumber dari teori, juga kajan empiris yang bersumber dari

penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian penelitian ini. Studi empirik

dalam penelitian ini menuntun untuk berpikir induktif yaitu suatu proses berpikir

dari khusus ke umum. Oleh karena itu alur berpikir dalam tesis ini tidak hanya

berdasarkan atas pemikiran deduktif atau induktif saja, tetapi kombinasi antara

alur berfikir deduktif dan induktif karena keduanya saling berhubungan dan saling

mendukung satu sama lain.

54
55

Pertama, kepemimpinan didefinisikan sebagai proses yang disengaja dari

seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain guna

membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan di

dalam grup atau organisasi. Adapun indikator untuk mengukur variabel

kepemimpinan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan

oleh Gary Yukl (2014:64), yaitu visioner, pembimbing, menyatukan, demokratis

dan komunikatif.

Kedua, motivasi kerja adalah kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

pegawai melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.

Motivasi kerja sebagai variabel observasi diukur dengan menggunakan 3 (tiga)

indikator yang mengacu pada pengukuran yang dikemukakan oleh Hasibuan

dalam Yurizal (2017) yakni kebutuhan prestasi, kebutuhan afiliasi dan kebutuhan

kekuasaan.

Ketiga, pengembangan karir dalam penelitian ini adalah presepsi pegawai

mengenai peluang atau kesempatan yang diberikan atasan akan

peningkatan/perkembangan karir pegawai. Pengembangan karir sebagai variabel

observasi diukur dengan menggunakan 5 (lima) indikator yang mengacu pada

pengukuran yang dikemukakan oleh Keith Davis dan Werther dalam Yunus

(2019), yaitu keadilan dalam karir, perhatian dengan penyelia, kesadaran tentang

kesempatan, minat kerja dan kepuasan karir.

Keempat, kinerja pegawai didefinisikan sebagai hasil kerja karyawan dalam

melaksanakan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang tertuang dalam rencana strategis
56

suatu organisasi. Variabel ini adalah variabel laten yang diukur dengan 8

(delapan) indikator yang mengacu pada PP No.30 Tahun 2019 yakni kualitas,

kuantitas, waktu, biaya, orientasi pelayanan, komitmen, inisiatif kerja dan

kerjasama.

Berdasarkan kerangka alur berpikir di atas, maka peneliti menyusun

kerangka konseptual dalam penelitian ini seperti yang disajikan pada skema 3.1.

berikut:

Kepemimpinan
(X1) H2
H1
H6

Pengembangan H5 Kinerja
Karir (Y1) Pegawai
(Y2)
H7
H3
H4
Motivasi Kerja
(X2)

Skema 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Ket:

= Pengaruh Langsung

=Pengaruh Tidak Langsung


57

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan

karir pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

3. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan

karir pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

4. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

5. Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

6. Pengembangan karir dapat memediasi pengaruh kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

7. Pengembangan karir dapat memediasi pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja

pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.


58

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Objek Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory. Suatu penelitian yang

bersifat explanatory umumnya bertujuan menjelaskan kedudukan variabel-

variabel yang diteliti serta hubungan dan pengaruh antara satu variabel dengan

variabel yang lain (Sugiono, 2001).

Lokasi penelitian adalah di Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

Objek penelitian ini adalah kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir

dan kinerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan. Total pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan adalah 125 pegawai. Adapun sebaran jumlah populasi pada Puskesmas

di Kabupaten Konawe Kepulauan dapat dilihat 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Populasi Penelitian


NO Nama Puskesmas Populasi
1 Puskesmas Langara 27
2 Puskesmas Lampeapi 18
3 Puskesmas Bobolio 18
4 Puskesmas Polara 9
5 Puskesmas Waworete 15
6 Puskesmas Ladianta 15
7 Puskesmas Lansilowo 17
8 Puskesmas Rokoroko 6
JUMLAH 125
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan, 2020

58
59

4.2.2. Sampel Penelitian

Mengingat populasi dalam penelitian ini banyak dan juga keterbatasan

waktu dan biaya, maka dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2000:108) dengan tingkat kesalahan

10% dengan bentuk perhitungan sebagai berikut :

N
n=
Ne² + 1
Dimana :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : Tingkat Kesalahan yang ditoleransi yaitu 5%
Berdasarkan rumus Slovin, maka jumlah sampel yaitu :

= 125 = 125 = 95,24


125.0,05² + 1 1,3125

n = 95 (dibulatkan)

Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka peneliti mempertimbangkan

menarik sampel sebanyak 95 orang responden. Penentuan sampel studi ini

menggunakan teknik stratified cluster random sampling. Strata dilakukan

berdasarkan Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Dengan demikan

distribusi sampel yang diambil dalam penelitian ini menurut Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:
60

Tabel 4.2. Sampel Penelitian


No Puskesmas Populasi Perhitungan Sampel
1 Puskesmas Langara 27 27/125 x 95 21
2 Puskesmas Lampeapi 18 18/125 x 95 14
3 Puskesmas Bobolio 18 18/125 x 95 14
4 Puskesmas Polara 9 9/125 x 95 7
5 Puskesmas Waworete 15 15/125 x 95 11
6 Puskesmas Ladianta 15 15/125 x 95 11
7 Puskesmas Lansilowo 17 17/125 x 95 13
8 Puskesmas Rokoroko 6 6/125 x 95 5
JUMLAH 125 125/125 x 95 95
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2020

Dalam penelitian ini diberlakukan metode penarikan sampel secara

aksidental sampling yaitu teknik penentuan responden berdasarkan faktor

spontanitas (Silalahi, 2009:272). Artinya siapa saja yang secara sengaja bertemu

dengan peneliti dan merupakan pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan langsung ditetapkan sebagai sampel penelitian.

4.3. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat-sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:64).

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari exogeneus variable,

endogeneus variable dan intervening variable. Exogenous variable adalah

variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain tetapi mempengaruhi variabel

lain dalam model. Endogeneus variable adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain dan tidak mempengaruhi variabel lain dalam model. Intervening

variable adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara


61

variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak

langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.

1. Variabel Exogenous : a. Kepemimpinan

b. Motivasi Kerja

2. Variabel Intervening : a. Pengembangan Karir

3. Variabel Endogeneus : a. Kinerja Pegawai

4.4. Jenis dan Sumber Data

4.4.1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data kualitatif yaitu data yang tidak terukur seperti pernyataan atau persepsi.

Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari persepsi mereka terkait variabel

yang diteliti.

2. Data kuantitatif yaitu data yang terukur dalam bentuk angka seperti skor atau

interval. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi jumlah pegawai,

pencapaian hasil kerja dalam 1 tahun dan informasi lain yang didapat dari

lokasi penelitian.

4.4.2. Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2012:225) yang menyatakan bahwa : “Sumber primer

adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.
62

Data primer diperoleh dari kuesioner yang dilakukan untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan persepsi pegawai terhadap variabel kepemimpinan,

motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai.

2. Data Sekunder

Pengertian dari data sekunder menurut Sugiyono (2012:225) adalah ”Sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen”.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Angket, yaitu pengumpulan data dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan

(kuesioner) kepada Pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

2. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat atau mengcopy

berbagai dokumen yang relevan dengan penelitian ini.

4.6. Skala Pengukuran Data

Pengukuran data yang berkaitan dengan variabel bebas maupun terikat

dilakukan dengan menggunakan skala likert, dalam pengelolaan data, skala likert

termasuk data interval, Supranto (1997). Sugiyono (2004) menjelaskan bahwa

skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang telah ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.


63

Pengukuran masing-masing variabel menggunakan kuesioner dengan 5

kategori yang mengacu pada skala Likert, seperti yang terlihat pada tabel 4.3. di

bawah ini.

Tabel 4.3. Option Skala Likert


Nilai item pernyataan
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Riduwan, 2006

4.7. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

4.7.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas merupakan arti seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dengan kata lain suatu tes atau instrument

dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan

fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran.

Menurut Sugiyono (2017:125) validitas menunjukan derajat ketepatan

antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan

oleh peneliti. Untuk itu dilakukan analisa item dengan metode korelasi product

moment pearson. Uji validitas dengan metode ini dilakukan dengan cara

mengkorelasikan skor jawaban yang diperoleh pada masing-masing item dengan

skor total dari keseluruhan item. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan

kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi ukur secara keseluruhan atau dengan

kata lain instrument tersebut valid. Instrument tersebut dikatakan valid jika
64

mengukur apa yang seharusnya diukur atau mengukur apa yang diinginkan

dengan tepat (Supranto,2009).

Pengujian validitas, instrument diuji dengan menghitung koefisien korelasi

antara skor item dan skor totalnya dalam taraf signifikansi 95% atau α =0,05.

Instrument dikatakan valid mempunyai nilai signifikansi korelasi α ≤ dari 95 %

atau α = 0,05. (Santoso, 2002). Uji validitas dilakukan dengan menggunakan

koefisien korelasi product moment dengan kriteria konsumen yang dikatakan valid

jika nilai r ≥ 0,30 (cut of point) dengan derajat signifikan α = 0,05 (Sugiyono,

2012).

4.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrument juga harus reliabel. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika alat

ukur tersebut menghasilkan hasil-hasil yang konsisten. Dengan demikian

instrument ini dapat dipakai dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada

waktu yang berbeda dalam kondisi yang berbeda. Uji reliabilitas menunjukkan

seberapa besar pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila

dilakukan pengukuran terhadap subyek yang sama.

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan

objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2012:177).

Apabila korelasi 0,60 maka dikatakan item tersebut memberikan tingkat reliabel

yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,60 maka dikatakan item

tersebut kurang reliabel.


65

4.8. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua macam analisis, analisis statistik deskriptif

dan analisis statistik inferensial terhadap data yang diperoleh di lapangan. Analisis

deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan secara lebih mendalam terhadap

masing-masing variabel penelitian. Sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk

melihat kuat lemahnya pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat,

yaitu dengan cara menganalisis terhadap data yang telah diberi skor sesuai dengan

skala pengukuran yang telah ditetapkan melalui analisis regresi linear berganda

dengan menggunakan Microsoft Excel, sofware SPSS dan SmartPLS.

4.8.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskripsi bertujuan untuk menginterprestasikan mengenai argumen

responden terhadap pilihan pernyataan dan distribusi frekwensi pernyataan

responden dari data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini jawaban

responden diklasifikasi dalam lima pernyataan dengan menggunakan skala Likert.

Kemudian mendeskriptifkan masing-masing variabel penelitian, karakteristik

responden maupun gambaran umum obyek penelitian dalam bentuk alasan

terhadap pernyataan responden, jumlah, rata-rata, dan persentase.

4.8.2. Analisis Partial Least Square (PLS)

Partial least square (PLS) merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk

tujuan prediksi. PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman Wold, beliau

adalah pegawai dari Karl Joreskog (yang mengembangkan AMOS). Model ini

dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana teorinya lemah atau


66

indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS

merupakan metode analisis yang powerfull karena dapat diterapkan pada semua

skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus

besar. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan

untuk merekomendasikan hubungan yang ada atau belum dan juga mengusulkan

proposisi pengujian selanjutnya.

Metode Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis variance

dikenal sebagai metode Partial Least Square (PLS). Alasan-alasan yang melatar

belakangi pemilihan model analisis PLS sebagai berikut:

1. PLS merupakan metode analisis yang power full yang tidak didasarkan banyak

asumsi dan memungkinkan dilakukan analisis dari berbagai indikator variabel

laten baik indikator bersifat refleksif dan formatif.

2. Metode PLS lebih mudah dioperasikan, karena PLS tidak memerlukan asumsi

distribusi tertentu, tidak memerlukan adanya modifikasi indeks dan goodness

of fit dapat dilihat pada Q-Square Predictive

3. PLS SEM memberi kelonggaran kepada pengguna untuk menggunakan skala

pengukuran selain interval seperti data nominal, ordinal dan data rasio dimana

hal ini tidak diijinkan dalam SEM yang berbasis kovarian yang selama ini kita

kenal Jonathan Sarwono (2012)

Asumsi PLS khususnya hanya berkaitan dengan pemodelan struktural, dan

tidak terkait dengan pengujian hipotesis yaitu: (1) hubungan antara variabel laten

dalam inner model adalah linear dan adatif, dan (2) model structural bersifat

rekursif. Selain itu berhubungan dengan sampel size, maka sampel dalam PLS
67

dapat diperkirakan dengan: (a) sepuluh kali jumlah jalur struktural (struktural

path) pada inner model, dan (b) Sampel size kecil 30-50 atau sampel besar lebih

dari 200.

Pengujian model empiris penelitian ini berbasis variance Partial Least

Square (PLS) dengan software SmartPLS. Pengujian goodness of fit dilakukan

baik pada tahapan pengukuran variabel (outer model) dengan melihat nilai

estimasi loading karena penelitian ini seluruh variabel laten diukur dengan

indikator bersifat reflektif, maka evaluasi terhadap model pengukuran dapat

dilakukan melalui convergent validity, jika nilai estimasi loading ≥ 0,50 dan nilai

titik kritis (critical ratio/CR) signifikan pada tingkat kepercayaan 95% atau α =

0,05. Discriminant validity dengan melihat nilai AVE (Average Variance

Extracted), yang direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,50 dan nilai

composite reliability lebih besar atau sama dengan 0,70 (Hair et al., 2010 dan

Ghozali, 2015).

Goodness of Fit untuk inner model dievaluasi dengan melihat persentase

varian yang dijelaskan yaitu dengan melihat R2 (R-square variabel eksogen) untuk

konstruk laten, mengukur seberapa nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga

estimasi parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki

predictive relevance, sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model

kurang memiliki predictive relevance. Perhitungan Q-square dilakukan dengan

rumus: Q2 = 1– (1 – R12) (1 – R22) … (1 – Rp2). Di mana R12, R22…Rp2 adalah R-

square variabel eksogen dalam model persamaan. Besaran Q2 setara dengan

koefisien determinan total R2 pada analisis jalur. Asumsi data terdistribusi bebas
68

(distribution free), model struktural pendekatan prediktif PLS dievaluasi dengan

R-square untuk konstruk dependen, Q-square test untuk relevansi prediktif, t-

statistik dengan tingkat signifikansi setiap koefisien jalur.

4.9. Definisi Operasional Variabel

1. Kepemimpinan adalah proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan

pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain guna membimbing, membuat

struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam organisasi.

Variabel ini merupakan variabel observasi yang diukur melalui indikator yang

mengacu pada pendapat Gary Yukl (2014:64) yakni:

a. Visioner yaitu kemampuan yang ditunjukan pimpinan untuk usaha yang

perlu dilakukan bersama-sama oleh anggota organisasi dengan cara

memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan

berdasarkan visi yang jelas oleh pemimpin perusahaan terhadap karyawan.

b. Pembimbing yaitu kemampuan yang ditunjukan pimpinan yang mampu

membimbing bawahannya dengan baik dan bersama-sama mewujudkan

tujuan organisasi.

c. Menyatukan yaitu kemampuan yang ditunjukan pimpinan dalam

menyatukan, menciptakan dan menyelesaikan manajemen konflik dengan

baik.

d. Demokratis yaitu kemampuan yang ditunjukan pimpinan dalam menghargai

potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan..

e. Komunikatif yaitu kemampuan yang ditunjukan pimpinan dalam

membangun komunikasi yang baik dalam berbagai kelompok.


69

2. Motivasi adalah kondisi yang mendorong atau menjadi sebab Pegawai

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan yang berlangsung secara sadar. Variabel ini adalah variabel observasi

yang diukur dengan 3 (tiga) indikator yang mengacu pada pendapat Hasibuan

dalam Yurizal (2017) yakni:

a. Kebutuhan prestasi adalah kebutuhan untuk mengerjakan sesuatu yang lebih

baik.

b. Kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk melakukan komunikasi dengan

orang lain guna menjalin hubungan sosial–pertemanan.

c. Kebutuhan kekuasaan adalah kebutuhan karyawan untuk mengembangkan

diri terhadap peningkatan karir.

3. Pengembangan karir adalah presepsi pegawai mengenai peluang atau

kesempatan yang diberikan atasan akan peningkatan/perkembangan kariri

pegawai. Variabel ini merupakan variabel observasi yang diukur melalui

indikator yang mengacu pada pendapat Keith Davis dan Werther dalam Yunus

(2019) yakni:

a. Keadilan dalam karir adalah persepsi pegawai mengenai kehendak yang

dimiliki dalam sistem promosi dengan kesempatan sama untuk peningkatan

karir.

b. Perhatian dengan penyeliaan adalah persepsi pegawai mengenai keinginan

kepada atasan memainkan perannya secara aktif dalam pengembangan karir

dan menyediakan umpan balik dengan teratur tentang kinerja.


70

c. Kesadaran tentang kesempatan adalah persepsi pegawai mengenai

pengetahuan tentang kesempatan untuk peningkatan karir.

d. Minat pekerja adalah persepsi pegawai mengenai minat yang berbeda dalam

peningkatan karir yang tergantung pada beragam faktor.

e. Kepuasan karir adalah persepsi pegawai mengenai rasa puas yang dimiliki

atas pencapaian karir/jabatan yang diemban.

4. Kinerja pegawai adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai karyawan sesuai

dengan tanggung jawabnya. Variabel ini merupakan variabel observasi yang

diukur melalui indikator yang mengacu pada PP No. 30 Tahun 2019, yakni:

a. Kualitas adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan tentang ketepatan dan kerapihan dalam melaksanakan tugas-

tugas yang diberikan dengan mutu/kualitas kerja yang sangat tinggi.

b. Kuantitas adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan mengenai kemampuan pegawai dalam menyelesaikan sejumlah

pekerjaan dalam periode waktu yang telah ditetapkan.

c. Waktu adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan mengenai efisiensi atas penyelesaian pekerjaan sesuai dengan

kebutuhan dan ketepatan waktu pelaksanaan kerja.

d. Biaya adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan atas sejumlah biaya yang telah dikeluarkan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan.
71

e. Orientasi pelayanan adalah persepsi pegawai Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan tentang perilaku kerja pegawai dalam memberikan

pelayanan terbaik kepada yang dilayanan.

f. Komitmen adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan tentang komitmen pegawai dalam bekerja.

g. Inisiatif kerja adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan tentang menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan

memberikan ide/gagasan setiap kali terjadi masalah.

h. Kerjasama adalah tanggapan pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan tentang kemampuan pegawai dalam bekerjasama degan rekan

kerja dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh

pimpinan.
72

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Konawe Kepulauan

mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Kesehatan RI., dengan Visi yaitu :

“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berdaya Saing” dan Misinya yaitu : 1)

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,

termasuk swasta dan masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat

dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu,

dan berkeadilan; 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya

kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Hal ini diperlukan

suatu indikator kesehatan sebagai pencapaian kegiatan. Dalam perjalanannya,

indicator kesehatan tersebut bersifat dinamis mengikuti situasi dan kondisi yang

ada. Beberapa indikator mengalami perubahan, baik indikatornya itu sendiri

maupun definisinya.

Indikator Kesehatan yang sering dilakukan yaitu: (1) Indikator Derajat

Kesehatan yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan

Status Gizi; (2) Indikator-indikator untuk Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup,

Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan; serta (3) Indikator-indikator untuk

Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan

Kontribusi Sektor Terkait.

Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan memposisikan diri sebagai

Regulator, penyedia pelayanan kesehatan yang bermutu, dan pemberdayaan

72
73

masyarakat dalam bidang kesehatan. Indikator yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan pembangunan kesehatan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal

(SPM) sebagaimana ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/

Menkes/ Per/ VII/ 2008 untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs),

sekarang Suistainable Development Goals (SDGs).

Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan tahun

2020 ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mendukung sistem manajemen

kesehatan yang lebih baik di Kabupaten Konawe Kepulauan untuk mewujudkan

“Masyarakat Konawe Kepulauan Sehat yang Mandiri, Sejahtera dan Berdaya

Saing”. Derajat kesehatan menggambarkan tingkat kesehatan dan kemampuan

masyarakat mengusahakan dirinya sendiri dan lingkungannya menjadi sehat.

Derajat Kesehatan Masyarakat juga merupakan gambaran kemampuan Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) dalam merencakan, melaksanakan, mengendalikan

program/kegiatan sehingga mampu meningkatkan derajat Kesehatan Masyarakat.

Derajat kesehatan mempunyai dua komponen yaitu status kesehatan dan

lingkungan.

Status kesehatan menggambarkan tingkat sehat, sakit dan mati dari

penduduk, sedangkan status lingkungan menggambarkan lingkungan sosio-

budaya, fisik dan biologis yang memberi pengaruh kepada status kesehatan

penduduk. Derajat kesehatan mempunyai berbagai variable antara lain Lamanya

Hidup, Kematian, Cacat, Kesakitan, Status Gizi, Pendidikan Kesehatan, Kuantitas

dan Kualitas Air serta Sanitasi Lingkungan.


74

Derajat kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan, perilaku penduduk terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan.

Peningkaan derajat kesehatan masyarakat akan berpengaruh pada penduduk dan

organisasi kemasyarakata, sehingga dapat lebih sejahtera dan dapat bekerja lebih

produktif. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

indikator yang dapat digunakan. Indikator tersebut tercermin dalam kondisi

Mortalitas (Angka Kematian), Status Gizi dan Morbiditas (Angka Kesakitan).

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam

masyarakat dari waktu ke waktu. Selain itu, kejadian kematian juga dapat

digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan

dan program pembangunan kesehatan lainnya. Mortalitas adalah kejadian

kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan

oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas

adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan terintegrasi dengan peran dan fungsi sebagai

a. Pusat pembangunan berwawasan kesehaan

b. Pusat penggerakan peran serta masyarakat

c. Pusat pelayanan kesehatan dasar


75

Puskesmas yang ada di Kabupaten Konawe Kepulauan berjumlah 8

Puskesmas yang tersebar di setiap wilayah kecamatan terdiri dari 1 Puskesmas

Perawatan dan 7 Puskesmas Non Perawatan. Untuk meningkatkan aksesibilitas

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya di desa-desa yang jauh dan

sulit dijangkau oleh puskesmas, pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan juga

melakukan upaya peningkatan dan rehabilitasi Puskesmas Pembantu dan

Polindes/Poskesdes. Adapun jumlah Puskesmas Pembantu yang mendukung

pelayanan Puskesmas Induk adalah 9 buah dan Poskesdes/Polindes sebanyak 41

buah.

5.2. Karakteristik Responden

5.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden terdiri atas 2 kelompok, yaitu laki-

laki dan perempuan. Hasil analisis data berdasarkan jenis kelamin responden

dapat ditunjukkan pada tabel 5.1. sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Pria 62 65,26
Wanita 33 34,74
Jumlah 95 100,00
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 5.1. diatas menunjukkan bahwa responden dilihat dari

kategori jenis kelamin mempunyai hasil untuk jumlah responden laki-laki adalah

sebanyak 62 orang dengan persentase 65,26% sedangkan perempuan sebanyak 33

orang dengan persentase 34,74%. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden

yang terbanyak adalah laki-laki.


76

Hal ini dikarenakan pada dasarkan tugas dan tanggung jawab yang ada pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sehingga peran pegawai yang

berjenis kelamin laki-laki sangat dibutuhkan oleh organisasi. Selain itu juga,

pegawai yang berjenis kelamin laki-laki memiliki banyak waktu dalam bekerja

dan juga laki-laki lebih mempunyai andil dalam mengambil keputusan karena

adanya sifat yang bertanggung jawab. Pegawai dengan jenis kelamin pria pada

dasarnya cenderung memiliki semangat kerja, keuletan dan kegigihan dalam

melaksanakan pekerjaan. Pegawai dengan jenis kelamin pria juga dianggap

memiliki tingkat mobilisasi yang sangat tinggi dalam bekerja.

5.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur dapat menunjukkan atau menggambarkan kematangan maupun

kedewasaan seseorang dalam bertindak dan berfikir untuk melakukan yang terbaik

untuk dirinya sendiri maupun untuk organisasi orang lain. Hasil analisis data

berdasarkan umur responden dapat ditunjukkan pada tabel 5.2. sebagai berikut:

Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Umur


Umur (tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
26-28 12 12,63
29-31 18 18,95
32-34 32 33,68
35-37 17 17,89
38-40 10 10,53
41-43 6 6,32
Jumlah 95 100,00
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas menunjukkan bahwa responden mayoritas

berumur 32-34 tahun yaitu sebanyak 32 orang atau 33,68%, selanjutnya yang

berumur 29-31 sebanyak 18 orang atau 18,95%, yang berumur 35-37 sebanyak 17
77

orang atau 17,89%, yang berumur 26-28 sebanyak 12 orang atau 12,63%, yang

berumur 38-40 sebanyak 10 orang atau 10,53%, sedangkan yang berumur 41-43

tahun sebanyak 6 orang atau sebesar 6,32%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan termasuk tenaga

kerja yang produktif sehingga masih sangat memungkinkan untuk ditingkatkan

kinerjanya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar pegawai pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan dalam kategori usia produktif. Hal

ini dikarenakan mayoritas pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan berada pada usia yang masih memiliki masa bakti kurang lebih 10

tahun. Usia tersebut merupakan usia produktif bagi pegawai yang memberikan

keuntungan bagi Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan untuk

memaksimalkan potensi kerja pegawai agar dalam setiap pelaksanaan pekerjaan

dapat terselesaikan dengan kualitas dan tepat waktu atas capai hasil kerja.

5.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan

menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Diploma 58 61,05
S1 30 31,58
S2 7 7,37
Jumlah 95 100,00
Sumber : Data Primer Di Olah Tahun 2021

Data pada Tabel 5.3. tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 58 orang atau

61,05% pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan


78

berpendidikan Diploma. Sebanyak 30 orang atau 31,58% berpendidikan S1.

Sebanyak 7 orang atau 7,37% berpendidikan S2. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa rata-rata pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan memiliki pendidikan tingkat Diploma. Tingkat pendidikan pada

dasarnya ikut mempengaruhi bagaimana pengetahuan karyawan dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya.

5.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa kerja seorang pegawai mencerminkan pengalaman yang diperoleh

selama pegawai tersebut bekerja. Semakin lama pegawai tersebut bekerja pada

sebuah instansi, maka semakin banyak pula pengalaman kerja yang dimiliki oleh

pegawai tersebut. Data karakteristik responden berdasarkan masa kerja

ditunjukkan pada tabel 5.4. berikut:

Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja


Masa kerja (tahun) Jumlah Responden (Orang ) Persentase (%)
1-3 10 10,53
4-6 16 16,84
7-9 17 17,89
10-12 36 37,89
13-15 16 16,84
Jumlah 95 100,00
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa masa kerja pegawai pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan adalah 10-12 tahun yaitu sebesar

37,89% atau sebanyak 36 orang. Sedangkan distribusi masa kerja yang lain adalah

yang bekerja 7-9 tahun sebesar 17,89% atau sebanyak 17 orang, 4-6 tahun sebesar

16,84% atau sebanyak `16 orang, 13-15 tahun sebesar 16,84% atau sebanyak `16

orang serta 1-3 tahun sebesar 10,53% atau sebanyak 10 orang. Hal ini
79

menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai pada Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan mempunyai pengalaman kerja yang cukup lama.

Masa kerja yang dimiliki oleh pegawai pada Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan sangat menentukan kepemimpinan, motivasi kerja,

pengembangan karir dan kinerja pegawai. Hal ini dikarenakan masa kerja pegawai

yang cukup lama dapat membuat pegawai memiliki motivasi kerja yang tinggi

dalam bekerja karena pegawai dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang

ada pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

5.3. Deskriptif Variabel Penelitian

Deskriptif variabel penelitian bertujuan untuk mendeskriptifkan variabel

(kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai)

berdasarkan persepsi responden sehingga dapat diperoleh informasi tentang

kondisi variabel itu berada pada kondisi penilaian dimana. Rumus statistik yang

digunakan adalah:


C=
Keterangan:
c = Perkiraan Besarnya Kelas (Class Size)
k = Banyaknya Kelas
Xn = Nilai Observasi Terbesar
X1 = Nilai Observasi Terkecil
Sumber: Supranto (2011:64)
Jadi perhitungannya adalah

C=
Setelah besarnya interval kelas diketahui kemudian dibuat rentang skala

rerata (mean) dari hasil persepsi responden dengan kriteria sebagaimana pada

Tabel 5.5. berikut ini.


80

Tabel 5.5. Kriteria Deskriptif Variabel Penelitian


Kategori Persepsi Responden
Rerata
Motivasi Pengembangan Kinerja
(Mean) Kepemimpinan
Kerja Karir Pegawai
Sangat Tidak Sangat Sangat Tidak Sangat Tidak
1,00-1,79
Baik Tidak Baik Baik Baik
1,80-2,59 Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik
2,60-3,39 Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik
3,40-4,19 Baik Baik Baik Baik
4,20-5,00 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sumber : Supranto (2011:64) diadaptasi oleh penulis

Tabel 5.5. diatas menunjukkan makna kategorik dalam melakukan

interpretasi hasil penelitian ini berdasarkan skor jawaban responden. Gambaran

data tanggapan responden dari hasil penelitian mengenai keempat variabel laten

yang diteliti dengan menggunakan nilai rata-rata skor pernyataan responden dapat

diuraikan sebagai berikut:

5.3.1. Variabel Kepemimpinan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui kusioner, maka kondisi

objektif untuk variabel kepemimpinan yang dimaksudkan dalam penelitian ini

diukur dengan 5 (lima) indikator, yakni: (1) visioner, (2) pembimbing, (3)

menyatukan, (4) demokratis dan (5) komunikatif. Hasil pengukuran masing-

masing item indikator variabel kepemimpinan dapat dilihat pada tabel 5.6. berikut

ini.
81

Tabel 5.6. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepemimpinan


Frekuensi Jawaban Responden (F) dan Persentase (%)
Item
SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Rata-Rata
(Butir)
F % F % F % F % F %
X1.1.1 42 44,21 31 32,63 9 9,47 9 9,47 4 4,21 4,03
X1.1.2 43 45,26 30 31,58 7 7,37 11 11,58 4 4,21 4,02
Rata-rata Skor Indikator Visioner 4,03
X1.2.1 46 48,42 28 29,47 6 6,32 10 10,53 5 5,26 4,05
X1.2.2 37 38,95 35 36,84 6 6,32 11 11,58 6 6,32 3,91
Rata-rata Skor Indikator Pembimbing 3,98
X1.3.1 41 43,16 32 33,68 5 5,26 11 11,58 6 6,32 3,96
X1.3.2 51 53,68 22 23,16 6 6,32 11 11,58 5 5,26 4,08
Rata-rata Skor Indikator Menyatukan 4,02
X1.4.1 49 51,58 24 25,26 5 5,26 11 11,58 6 6,32 4,04
X1.4.2 47 49,47 26 27,37 6 6,32 11 11,58 5 5,26 4,04
Rata-rata Skor Indikator Demokratis 4,04
X1.5.1 36 37,89 37 38,95 5 5,26 11 11,58 6 6,32 3,91
X1.5.2 50 52,63 23 24,21 5 5,26 11 11,58 6 6,32 4,05
Rata-rata Skor Indikator Komunikatif 3,98
Rata-rata Skor Variabel Kepemimpinan 4,01
Sumber : Data Primer di Olah Tahun 2021

Pada tabel 5.6. menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dirasakan oleh

responden berada pada kategori baik yang ditunjukan dengan nilai rata-rata skor

penilaian untuk variabel kepemimpinan sebesar 4,01, hal ini menunjukkan bahwa

responden merasa kepemimpinan pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan sudah baik. Namun masih ada sebagian pegawai yang memilih

jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Faktor penyebab responden memilih jawaban tidak setuju dan sangat tidak

setuju adalah masih adanya pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan yang mempersepsikan rendah terhadap indikator kepemimpinan

diantaranya adalah masih adanya pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan yang merasa pimpinan belum memberikan kepercayaan mengambil


82

keputusan saat sedang bekerja serta masih adanya pegawai yang merasa pimpinan

belum mengontrol dan mengevaluasi kondisi serta perkembangan kerja pegawai.

Berdasarkan informasi di atas, maka pihak Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan dapat melakukan perbaikan dengan cara pimpinan

memberikan kepercayaan mengambil keputusan saat sedang bekerja serta

pimpinan selalu berusaha mengontrol dan mengevaluasi kondisi serta

perkembangan kerja pegawai.

5.3.2. Variabel Motivasi Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui kusioner, maka kondisi

objektif untuk variabel motivasi kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini

diukur dengan 3 (tiga) indikator, yakni: (1) kebutuhan prestasi, (2) kebutuhan

afiliasi dan (3) kebutuhan kekuasaan. Adapun tanggapan responden terhadap

indikator variabel kepuasan kerja dapat dilihat pada Tabel 5.7. berikut ini.

Tabel 5.7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Motivasi Kerja


Frekuensi Jawaban Responden (F) dan Persentase (%)
Item
SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Rata-Rata
(Butir)
F % F % F % F % F %
X2.1.1 41 43,16 29 30,53 6 6,32 13 13,68 6 6,32 3,91
X2.1.2 42 44,21 28 29,47 7 7,37 12 12,63 6 6,32 3,93
Rata-rata Skor Indikator Kebutuhan Prestasi 3,92
X2.2.1 44 46,32 26 27,37 7 7,37 12 12,63 6 6,32 3,95
X2.2.2 48 50,53 22 23,16 7 7,37 10 10,53 8 8,42 3,97
Rata-rata Skor Indikator Kebutuhan Afiliasi 3,96
X2.3.1 45 47,37 25 26,32 7 7,37 12 12,63 6 6,32 3,96
X2.3.2 48 50,53 22 23,16 7 7,37 12 12,63 6 6,32 3,99
Rata-rata Skor Indikator Kebutuhan Kekuasaan 3,97
Rata-rata Skor Variabel Motivasi Kerja 3,95
Sumber: Data Primer Di Olah Tahun 2021

Pada tabel 5.7. diatas dapat diketahui bahwa variabel motivasi kerja pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan berada pada kategori baik yang


83

ditunjukan dengan nilai rata-rata skor penilaian untuk variabel motivasi kerja

sebesar 3,95. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai pada Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan memiliki motivasi kerja yang baik dalam menjalankan tugas

dan fungsinya masing-masing. Namun masih ada sebagian pegawai yang memilih

jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Faktor penyebab responden memilih jawaban tidak setuju dan sangat tidak

setuju adalah masih adanya pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan yang mempersepsikan rendah terhadap indikator motivasi kerja

diantaranya adalah masih adanya pegawai yang memiliki semangat kerja yang

rendah disertai kemampuan dan keahlian yang rendah, masih adanya pegawai

yang tidak memiliki kedisiplinan dalam bekerja dengan masuk dan pulang kantor

tidak sesuai jam kerja, tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

Berdasarkan informasi di atas, maka pihak Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan dipandang perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan

motivasi kerja, hal ini dikarenakan motivasi kerja mampu mendorong perubahan

perilaku kerja dengan lebih menumbuhkan semangat kerja dan etos serta gairah

kerja yang dapat meningkatkan kinerja pegawai tersebut.

5.3.3. Variabel Pengembangan Karir

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui kusioner, maka kondisi

objektif untuk variabel pengembangan karir yang dimaksudkan dalam penelitian

ini diukur dengan 5 (lima) indikator, yakni: (1) keadilan dalam karir, (2) perhatian

dengan penyelia, (3) kesadaran tentang kesempatan, (4) minat kerja dan (5)
84

kepuasan karir. Adapun tanggapan responden terhadap indikator variabel

pengembangan karir dapat dilihat pada Tabel 5.8. berikut ini.

Tabel 5.8. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Pengembangan Karir


Frekuensi Jawaban Responden (F) dan Persentase (%)
Item
SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Rata-Rata
(Butir)
F % F % F % F % F %
Y1.1.1 42 44,21 33 34,74 6 6,32 10 10,53 4 4,21 4,04
Y1.1.2 34 35,79 39 41,05 6 6,32 10 10,53 6 6,32 3,89
Rata-rata Skor Indikator Keadilan Dalam Karir 3,97
Y1.2.1 35 36,84 40 42,11 6 6,32 10 10,53 4 4,21 3,97
Y1.2.2 40 42,11 37 38,95 6 6,32 8 8,42 4 4,21 4,06
Rata-rata Skor Indikator Perhatian Dengan Penyelia 4,02
Y1.3.1 59 62,11 17 17,89 7 7,37 8 8,42 4 4,21 4,25
Y1.3.2 44 46,32 30 31,58 7 7,37 10 10,53 4 4,21 4,05
Rata-rata Skor Indikator Kesadaran Tentang Kesempatan 4,15
Y1.4.1 53 55,79 18 18,95 7 7,37 12 12,63 5 5,26 4,07
Y1.4.2 46 48,42 26 27,37 6 6,32 11 11,58 6 6,32 4,00
Rata-rata Skor Indikator Minat Kerja 4,04
Y1.5.1 31 32,63 42 44,21 8 8,42 10 10,53 4 4,21 3,91
Y1.5.2 55 57,89 20 21,05 6 6,32 10 10,53 4 4,21 4,18
Rata-rata Skor Indikator Kepuasan Karir 4,04
Rata-rata Skor Variabel Pengembangan Karir 4,04
Sumber: Data Primer Di Olah Tahun 2021

Data dalam tabel 5.8. menunjukkan bahwa pada umumnya pengembangan

karir pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sudah baik yang

ditunjukan dengan rata-rata nilai skor untuk variabel pengembangan karir sebesar

4,04. Hal ini menunjukkan bahwa responden merasa pengembangan karir pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sudah baik. Namun masih ada

pegawai yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Faktor penyebab pegawai merasa pengembangan karir belum cukup baik

adalah masih ada pegawai yang merasa pemberian kesempatan promosi oleh

pimpinan tidak dilakukan secara terbuka dan pegawai tidak diberikan kesempatan

yang sama sesuai dengan jabatannya, pegawai tidak memberikan perhatian lebih
85

dalam penyelesaian pekerjaan untuk menunjang karir, pegawai tidak mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan baik karena minat serta penguasaan terhadap

bidang kerja yang masih kurang, serta masih ada pegawai yang tidak merasa puas

atas karir/jabatan serta kinerja yang dimiliki sekarang.

Berdasarkan informasi di atas, maka pihak Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan perlu meningkatkan persepsi pegawai terhadap variabel

pengembangan karir dengan cara meningkatkan kemampuan pegawai sehingga

masih pegawai merasa pemberian kesempatan promosi oleh pimpinan sudah

dilakukan secara terbuka dan pegawai diberikan kesempatan yang sama sesuai

dengan jabatannya, pegawai memberikan perhatian lebih dalam penyelesaian

pekerjaan untuk menunjang karir, pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan baik karena minat serta penguasaan terhadap bidang kerja, serta pegawai

merasa puas atas karir/jabatan serta kinerja yang dimiliki sekarang.

5.3.4. Variabel Kinerja Pegawai

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui kusioner, maka kondisi

objektif untuk variabel kinerja pegawai yang dimaksudkan dalam penelitian ini

diukur dengan 8 (delapan) item indikator, yakni : (1) kualitas, (2) kuantitas, (3)

waktu, (4) biaya, (5) orientasi pelayanan, (6) komitmen, (7) inisiatif kerja dan (8)

kerjasama. Adapun tanggapan responden terhadap indikator variabel kinerja

pegawai dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut ini.


86

Tabel 5.9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Pegawai


Frekuensi Jawaban Responden (F) dan Persentase (%)
Item
SS (5) S (4) N (3) TS (2) STS (1) Rata-Rata
(Butir)
F % F % F % F % F %
Y2.1.1 56 58,95 15 15,79 7 7,37 12 12,63 5 5,26 4,11
Y2.1.2 50 52,63 22 23,16 6 6,32 11 11,58 6 6,32 4,04
Rata-rata Skor Indikator Kualitas 4,07
Y2.2.1 49 51,58 25 26,32 6 6,32 9 9,47 6 6,32 4,07
Y2.2.2 47 49,47 25 26,32 7 7,37 9 9,47 7 7,37 4,01
Rata-rata Skor Indikator Kuantitas 4,04
Y2.3.1 34 35,79 38 40,00 6 6,32 12 12,63 5 5,26 3,88
Y2.3.2 42 44,21 30 31,58 7 7,37 11 11,58 5 5,26 3,98
Rata-rata Skor Indikator Waktu 3,93
Y2.4.1 48 50,53 24 25,26 5 5,26 11 11,58 7 7,37 4,00
Y2.4.2 52 54,74 20 21,05 6 6,32 11 11,58 6 6,32 4,06
Rata-rata Skor Indikator Biaya 4,03
Y2.5.1 44 46,32 28 29,47 6 6,32 11 11,58 6 6,32 3,98
Y2.5.2 43 45,26 29 30,53 7 7,37 11 11,58 5 5,26 3,99
Rata-rata Skor Indikator Orientasi Pelayanan 3,98
Y1.6.1 55 57,89 19 20,00 4 4,21 10 10,53 7 7,37 4,11
Y1.6.2 49 51,58 25 26,32 6 6,32 10 10,53 5 5,26 4,08
Rata-rata Skor Indikator Komitmen 4,09
Y1.7.1 46 48,42 27 28,42 5 5,26 11 11,58 6 6,32 4,01
Y1.7.2 48 50,53 25 26,32 5 5,26 11 11,58 6 6,32 4,03
Rata-rata Skor Indikator Inisiatif Kerja 4,02
Y1.8.1 44 46,32 29 30,53 6 6,32 11 11,58 5 5,26 4,01
Y1.8.2 51 53,68 25 26,32 5 5,26 9 9,47 5 5,26 4,14
Rata-rata Skor Indikator Kerjasama 4,07
Rata-rata Skor Variabel Kinerja Pegawai 4,03
Sumber : Data Primer Di Olah Tahun 2021

Pada tabel 5.9. diatas dapat diketahui bahwa variabel kinerja pegawai pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan berada pada kategori baik yang

ditunjukan dengan nilai rata-rata skor penilaian untuk variabel kinerja pegawai

sebesar 4,03. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai pada Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan telah menerapkan kinerja pegawai dengan melakukan

pengawasan dan penilaian serta evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan sebagai

tindakan rutin yang bertujuan untuk menganalisa dan mendiagnosa kemampuan


87

dan kekurangan pegawai pada suatu bidang kerja yang dijalani. Namun masih ada

sebagian pegawai yang memilih jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Faktor penyebab responden memilih jawaban tidak setuju dan sangat tidak

setuju adalah masih adanya pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan yang mempersepsikan rendah terhadap indikator kinerja diantaranya

adalah masih adanya pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan

yang tidak memiliki inisiatif dalam bekerja yang dibuktikan dengan pegawai

selalu menunggu instruksi pimpinan dalam pelaksanaan pekerjaan, masih adanya

pegawai yang kurang teliti dan cermat dalam pelaksanaan pekerjaan yang

mengakibatkan timbulnya kesalahan kerja, kurangnya pengembangan diri

pegawai yang dibuktikan dengan pegawai lebih memilih melakukan aktivitas lain

yang tidak berhubungan dengan pelayanan yang diberikan Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

Berdasarkan informasi di atas, maka pihak Lingkup Pemerintah Kabupaten

Konawe Kepulauan dapat melakukan perbaikan dengan membentuk kepercayaan

diri pegawai melalui pemberian tugas dalam membentuk tim kerja dan

mendelegasikan sebagian wewenang untuk mempermudah penyelesaian

pekerjaan, meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki pegawai dengan

memberikan pelatihan dan bimbingan kepada pegawai serta memberikan

kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan karir, pimpinan juga

memberikan motivasi kepada pegawai untuk meningkatkan kualitas hasil kerja

dengan mendorong agar lebih cermat, teliti dan bekerjasama dengan pegawai yang

lain.
88

5.4. Uji Asumsi Partial Least Square (PLS)

Sebelum melakukan evaluasi lebih lanjut dari Partial Least Square (PLS)

perlu dilakukan terlebih dahulu uji asumsi linearitas, yaitu bahwa hubungan antar

konstruk laten yang diuji memiliki hubungan linear. Pengujian asumsi linearitas

dalam penelitian ini, dengan menggunakan metode Curve of Fit menggunakan

software SPSS, Hasilnya disajikan pada Lampiran 4. Rujukan yang digunakan

adalah prinsip parsimony, yaitu model dikatakan linear jika model linear

signifikan atau bila seluruh model yang digunakan sebagai dasar pengujian

nonsignifikan. Spesifikasi model yang digunakan sebagai dasar pengujian adalah

model linear, kuadratik, kubik, inverse, logarithmic, power, S, compound, logistic,

growth, dan eksponensial (Solimun, 2010 : 118).

5.5. Hasil Analisis Partial Least Square (PLS)

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis

Partial Least Square (PLS) dengan Program SmartPLS. Hasil analisis PLS dapat

dilakukan dengan mengevaluasi model persamaan struktural. Dalam studi ini

terdapat dua evaluasi mendasar dalam analisis PLS yaitu: Pertama, evaluasi

model pengukuran (outer model) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

indikator-indikator yang mengukur variabel laten; kriteria uji validitas dan

reliabilitas instrumen pada penelitian ini mengacu pada discriminant validity,

convergent validity, dan composite reliability. Kedua menilai inner model atau

structural model untuk melihat hubungan antar konstruk, nilai signifikansi dan

R-square dari model penelitian. Pengujian inner model dalam analisis PLS

dilakukan melalui resampling bootstrap.


89

5.6. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Pengujian model pengukuran (measurement model) dalam riset ini bertujuan

untuk menilai variabel-variabel indikator (observed variabel) yang merefleksikan

sebuah konstruk atau variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung baik

pada data persepsi maupun ratio. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan

diuji agar memberikan makna. Analisis secara empiris bertujuan menvaliditasi

model dan reliabilitas konstruk yang mencerminkan parameter-parameter pada

variabel laten yang dibangun berdasarkan teori dan kajian empiris. Penelitian ini

menggunakan empat variabel laten yaitu kepemimpinan, motivasi kerja,

pengembangan karir dan kinerja pegawai dengan indikator variabel yang bersifat

reflektif.

Evaluasi model pengukuran variabel laten dengan indikator reflektif

dianalisis dengan melihat convergent validity masing-masing indikator. Pengujian

convergent validity pada PLS dapat dilihat dari besaran outer loading setiap

indikator terhadap variabel latennya. Outer loading di atas 0,70 sangat

direkomendasikan, namun demikian nilai faktor loading 0,50-0,60 masih dapat

ditolerir (Solimun, 2010; Ghozali, 2011). Outer model atau measurement model

adalah penilaian terhadap validitas dan reliabilitas variabel penelitian. Ada tiga

kriteria untuk menilai outer model yaitu discriminant validity, composite

reliability dan convergent validity. Berdasarkan ketiga kriteria penilaian model

pengukuran dari hasil bootstrapping pada metode PLS, maka pengujian model

pengukuran terhadap setiap indikator dapat dijelaskan sebagai berikut:


90

5.6.1. Discriminant Validity

Pengujian discriminant validity dalam penelitian menggunakan nilai cross

loading dan square root of average (AVE) dengan tujuan memeriksa apakah

instrumen penelitian valid dalam menjelaskan atau merefleksikan variabel laten.

Discriminant validity dengan menggunakan square root of average

variance extracted (AVE). Jika nilai square root of average variance extracted

(√AVE) setiap variabel lebih besar dari nilai AVE dan korelasi antara variabel

laten tersebut dengan variabel laten lainnya, maka instrumen variabel tersebut

dikatakan valid diskriminan. Hasil perhitungan nilai square root of average

variance extracted (√AVE) disajikan pada Tabel 5.10. berikut ini.

Tabel 5.10. Nilai AVE, √AVE dan Korelasi antar Variabel Laten
Korelasi
Variabel
AVE √AVE Motivasi Kepuasan Disiplin Kinerja
Penelitian
Kerja Kerja Kerja Pegawai
Kepemimpinan
0,855 0,924 1,000
(X1)
Motivasi Kerja
0,937 0,967 0,842 1,000
(X2)
Pengembangan
0,846 0,919 0,836 0,793 1,000
Karir (Y1)
Kinerja
0,847 0,920 0,952 0,884 0,889 1,000
Pegawai (Y2)
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2021

Hasil pengujian pada Tabel 5.10. menunjukkan nilai square root of average

variance extracted (√AVE) semua variabel penelitian ini lebih besar

dibandingkan dengan korelasi antara variabel laten dengan variabel laten lainnya,

sehingga instrumen setiap variabel dikatakan valid diskriminan. Selain itu diperoleh

nilai akar AVE variabel kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir dan

kinerja pegawai lebih besar dari korelasi variabel laten bersangkutan dengan
91

variabel laten lainnya dan masih di atas 0,70 (batas toleransi). Artinya konstruk

variabel laten kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja

pegawai memiliki discriminant validity yang baik. Dengan demikian instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengukur seluruh variabel laten atau konstruk

dalam penelitian ini memenuhi kriteria validitas diskriminan.

Discriminant validity dengan menggunakan nilai cross loading. Jika nilai

cross loading setiap indikator dari variabel laten lebih besar dibandingkan dengan

cross loading variabel lain, maka indikator tersebut dikatakan valid. Hasil

komputasi program PLS nilai Cross Loading dalam penelitian ini disajikan pada

Tabel 5.11. berikut ini.

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Cross Loading


X1 X2 (Motivasi Y1 (Pengembangan Y2 (Kinerja
Simbol
(Kepemimpinan) Kerja) Karir) Pegawai)
X1.1 0,911712 0,800031 0,764569 0,876381
X1.2 0,886505 0,828179 0,83182 0,870967
X1.3 0,953623 0,73171 0,751549 0,882427
X1.4 0,938349 0,774355 0,754873 0,88698
X1.5 0,933903 0,758564 0,761025 0,886252
X2.1 0,803884 0,966262 0,769382 0,838835
X2.2 0,820324 0,975575 0,773044 0,864894
X2.3 0,823307 0,963428 0,763972 0,866984
Y1.1 0,772528 0,734813 0,944532 0,826409
Y1.2 0,768275 0,716859 0,950549 0,809571
Y1.3 0,759709 0,648539 0,898025 0,754392
Y1.4 0,784026 0,832482 0,891981 0,888923
Y1.5 0,758852 0,704239 0,91373 0,800642
Y2.1 0,790978 0,83382 0,885439 0,893716
Y2.2 0,916832 0,839086 0,793959 0,918371
Y2.3 0,853442 0,829355 0,823837 0,924449
Y2.4 0,894375 0,840635 0,820387 0,930117
Y2.5 0,850949 0,841391 0,829213 0,945098
Y2.6 0,895455 0,796347 0,829992 0,950989
Y2.7 0,931378 0,746189 0,750648 0,891529
Y2.8 0,877166 0,79152 0,820625 0,910514
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2021
92

Berdasarkan pada Tabel 5.11. diatas maka dapat diketahui bahwa secara

keseluruhan nilai cross loading indikator variabel kepemimpinan, motivasi

kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai berada di atas nilai cross loading

dari variabel laten lainnya sehingga instrumen penelitian dikatakan valid secara

diskriminan.

5.6.2. Convergent Validity

Convergent validity mengukur validitas indikator sebagai pengukur

konstruk yang dapat dilihat dari outer loading. Indikator dianggap valid jika

memiliki nilai outer loading di atas 0,70 sangat direkomendasikan, namun

demikian nilai faktor loading 0,50-0,60 masih dapat ditolerir dengan nilai t-

statistic di atas 1,96 atau p-value < 0,05. Dari nilai outer loading juga dapat

diinterprestasi kontribusi setiap indikator terhadap variabel laten. Outer loading

suatu indikator dengan nilai paling tinggi, berarti indikator tersebut merupakan

pengukur terkuat atau terpenting dalam merefleksikan dari variabel laten yang

bersangkutan.

Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 5.11. dapat diketahui bahwa nilai

estimasi outer loading yang diperoleh di atas 0,70. Dengan demikian konstruk laten

memprediksi indikator saling mempengaruhi dan saling ketergantungan antara

variabel satu dengan variabel lainnya.

5.6.3. Composite Validity

Composite reliability menguji nilai reliability antara indikator dari konstruk

yang membentuknya. Hasil composite reliability dikatakan baik, jika nilainya di


93

atas 0,70. Hasil pengujian composite reliability model pengukuran pada penelitian

ini dapat disajikan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Hasil Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Instrumen


Variabel Construk Reliability Hasil
Kepemimpinan (X1) 0,967 Reliabel
Motivasi Kerja (X2) 0,978 Reliabel
Pengembangan Karir (Y1) 0,964 Reliabel
Kinerja Pegawai (Y2) 0,978 Reliabel
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2021

Hasil pengujian pada Tabel 5.12. diperoleh nilai composite reliability

variabel kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai

menunjukkan bahwa keempat variabel laten yang dianalisis memiliki reliabilitas

komposit yang baik karena nilainya lebih besar dari 0,70. Dapat disimpulkan

bahwa seluruh instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi

kriteria atau layak untuk digunakan dalam pengukuran keseluruhan variabel laten

yakni: kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai

karena memiliki kesesuaian dan keandalan yang tinggi. Berdasarkan hasil evaluasi

convergent dan discriminant validity dari indikator serta construct reliability

untuk indikator, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator sebagai pengukur

variabel laten masing-masing merupakan pengukur yang valid dan reliabel.

Dengan demikian selanjutnya dapat diketahui goodness of fit model dengan

mengevaluasi inner model.

5.7. Evaluasi Goodness of Fit Model

Model struktural dievaluasi dengan memperhatikan Q2 predictive relevance

model yang mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model. Q2

didasarkan pada koefisien determinasi seluruh variabel endogen. Besaran Q2


94

dengan rentang 0 < Q2 < 1, semakin mendekati nilai 1 berarti model semakin baik.

Adapun koefisien determinasi (R2) dari kedua variabel endogen disajikan pada

Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Hasil Pengujian Goodness of Fit


Model Struktural Variabel Endogen R-Square
1 Pengembangan Karir (Y1) 0,726
2 Kinerja Pegawai (Y2) 0,947
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) yang disajikan dalam tabel

5.12. diatas dapat diketahui nilai Q2 dengan perhitungan sebagai berikut:

Q2 = 1 – ( 1 – R1 2 ) ( 1 – R2 2 )

= 1 – {(1 – 0,7262) (1 – 0,9472) }

= 1 – {(0,472) (0,103)}

= 0,951

Berdasarkan hasil perhitungan data persepsi diketahui nilai predictive-

relevance (Q2) = 0,951 atau 95,1%. Artinya akurasi atau ketepatan model

penelitian ini dapat menjelaskan keragaman variabel kepemimpinan, motivasi

kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai sebesar 95,1%. Sisanya 4,9%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini. Pada

akhirnya model dapat digunakan untuk pengujian hipotesis. Artinya, nilai Q2

yang diperoleh dapat dikatakan model yang terbentuk dan memiliki akurasi atau

ketepatan model yang baik karena diperoleh nilai di atas 60%.

5.8. Pengujian Model Struktural dan Hipotesis Penelitian

Model struktural (inner model) dievaluasi dengan melihat nilai koefisen

parameter jalur hubungan antara variabel laten. Pengujian model struktural (inner
95

model) dilakukan setelah model hubungan yang dibangun dalam riset ini sesuai

dengan data hasil observasi dan kesesuaian model secara keseluruhan (goodness-

of-fit model). Tujuan pengujian terhadap model hubungan struktural untuk

mengetahui hubungan antara variabel laten yang dirancang dalam studi ini. Dari

output model PLS, pengujian model struktural dan hipotesis dilakukan dengan

melihat nilai estimasi koefisien jalur dan nilai titik kritis (t-statistik) yang

signifikan pada α =0,05. Hasil analisis data secara lengkap dapat dilihat pada

output model PLS, (Lampiran 4). Berdasarkan kerangka konseptual penelitian ini,

maka pengujian model hubungan dan hipotesis antara variabel dapat dilakukan

dengan dua tahapan yaitu: (1) pengujian koefisien jalur pengaruh langsung, dan

(2) pengujian koefisien jalur pengaruh tidak langsung (mediasi). Uraian hasil

pengujian hubungan antara variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

5.8.1. Pengujian Koefisien Jalur Dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dan koefisien jalur pengaruh secara langsung antara

variabel kepemimpinan, motivasi kerja, pengembangan karir dan kinerja pegawai.

Hasil pengujian pengaruh antara variabel dapat diketahui dari nilai koefisien jalur

dan titik kritis (t-statistik) yang disajikan pada diagram jalur pada Skema 5.1.
96

Skema 5.1. Diagram Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis

Sumber: Data Primer diolah Tahun 2021

Hasil pengujian pada Skema 5.1. dan tabel 5.14. diperoleh dari lima

pengaruh langsung yang diuji semuanya berpengaruh positif dan signifikan yaitu:

(1) kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan

karir, (2) kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai, (3) motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pengembangan karir, (4) motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai, (5) pengembangan karir berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai. Secara lengkap dapat disajikan pada Tabel

5.14.

Tabel 5.14. Koefisien Jalur dan Pengujian Hipotesis


Original Sample Standard Standard
T Statistics
Sample Mean Deviation Error
(|O/STERR|)
(O) (M) (STDEV) (STERR)
X1 -> Y1 0,577024 0,564235 0,130465 0,130465 4,422845
X1 -> Y2 0,570115 0,564196 0,054547 0,054547 10,451730
X2 -> Y1 0,307716 0,321617 0,112429 0,112429 2,736978
X2 -> Y2 0,208338 0,202913 0,058362 0,058362 3,569786
Y1 -> Y2 0,247245 0,258161 0,052774 0,052774 4,684948
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2021
97

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 5.14. diatas maka pengujian

koefisien jalur pengaruh langsung dan hipotesis penelitian bertujuan untuk

menjawab apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Hasil

pengujian hipotesis pengaruh langsung dapat dijelaskan sebagai berikut:

H1: Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pengembangan Karir

Hasil pengujian pengaruh kepemimpinan terhadap pengembangan karir

dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,577

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Berdasarkan pada tabel 5.14. diatas maka hipotesis 1

pada penelitian ini adalah pengaruh kepemimpinan terhadap pengembangan karir.

Berdasarkan dari hasil pengolahan data dengan smart PLS diketahui bahwa nilai t-

statistik yaitu sebesar 4,422845 lebih besar dari t-tabel 1,96 (sig 0,05), dengan

demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis pertama pada penelitian ini diterima.

Sehingga dapat disimpulkan kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap pengembangan karir.

H2: Pengaruh kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil pengujian pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dapat

dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,570

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Berdasarkan pada tabel 5.14. diatas maka hipotesis

kedua pada penelitian ini adalah pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja

pegawai. Berdasarkan dari hasil pengolahan data dengan smart PLS diketahui

bahwa nilai t-statistik yaitu sebesar 10,451730 lebih besar dari t-tabel 1,96 (sig
98

0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis kedua pada penelitian ini

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

H3: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir

Hasil pengujian pengaruh motivasi kerja terhadap pengembangan karir

dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,307

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif. Berdasarkan

pada tabel 5.14. diatas maka hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah pengaruh

motivasi kerja terhadap pengembangan karir. Berdasarkan dari hasil pengolahan

data dengan smart PLS diketahui bahwa nilai t-statistik yaitu sebesar 2,736978

lebih besar dari t-tabel 1,96 (sig 0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa

hipotesis ketiga pada penelitian ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

motivasi kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

pengembangan karir.

H4: Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil pengujian pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai dapat

dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,208

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Berdasarkan pada tabel 5.14. diatas maka hipotesis

keempat pada penelitian ini adalah pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja

pegawai. Berdasarkan dari hasil pengolahan data dengan smart PLS diketahui

bahwa nilai t-statistik yaitu sebesar 3,5697 lebih besar dari t-tabel 1,96 (sig 0,05),

dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis keempat pada penelitian ini
99

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

H5: Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil pengujian pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja pegawai

dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,247

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Berdasarkan pada tabel 5.14. diatas maka hipotesis

kelima pada penelitian ini adalah pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja

pegawai. Berdasarkan dari hasil pengolahan data dengan smart PLS diketahui

bahwa nilai t-statistik yaitu sebesar 4,684948 lebih besar dari t-tabel 1,96 (sig

0,05), dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis kelima pada penelitian

ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan karir memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

5.8.2. Pengujian Koefisien Jalur Pengaruh Tidak Langsung (Mediasi)

Pengujian pengaruh tidak langsung (mediasi) bertujuan untuk mendeteksi

kedudukan variabel intervening dalam model. Pengujian mediasi dilakukan guna

menentukan sifat hubungan antara variabel baik sebagai variabel mediasi

sempurna (complete mediation), mediasi sebagian (partial mediation) dan bukan

variabel mediasi. Pendekatan PLS pengujian variabel mediasi dapat dilakukan

dengan mengalikan nilai koefisien jalur pengaruh variabel eksogen terhadap

variabel mediasi dengan koefisien jalur pengaruh variabel mediasi terhadap

variabel endogen dan perbedaan nilai koefisien. Pendekatan perbedaan koefisien

menggunakan metode pemeriksaan dengan melakukan analisis tanpa melibatkan


100

variabel mediasi. Dari metode perbandingan nilai koefisien dan signifikansi maka

pengujian koefisien jalur pengaruh tidak langsung (mediasi), sebagai berikut:

H6: Pengembangan Karir Dapat Memediasi Pengaruh Kepemimpinan

Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil analisis diagram jalur menunjukkan bahwa kepemimpinan

berpengaruh langsung terhadap pengembangan karir dengan nilai sebesar 0,577

dengan arah positif. Berikut ini adalah perhitungan pengaruh tidak langsung

dengan menggunakan rumus Sobel test (Solimun, 2012) sebagai berikut:

dimana:
ab adalah koefisien indirect effet yang diperoleh dari perkalian antara direct effect
a dan b.
a adalah koefisien direct effect eksogen (X) terhadap mediator (M).
b adalah koefisien direct effect variabel mediator (M) terhadap endogen (Y).
Sa adalah standard error dari koefisien a.
Sb adalah standard error dari koefisien b
Berdasarkan rumus Sobel, maka pengujian pengaruh tidak langsung

(mediasi) dapat dilakukan dengan aplikasi Uji Sobel Online pada situs

http://quantpsy.org/sobel dan selanjutnya melakukan penginputan nilai

berdasarkan output Partial Least Suare pada Lampiran Boostraping Inner Weight.

Data yang diinput adalah :

a adalah koefisien jalur kepemimpinan (X1) terhadap pengembangan karir (Y1).


b adalah koefisien jalur variabel mediator (pengembangan karir/Y1) terhadap
kinerja pegawai (Y2).
Sa adalah standard error dari koefisien jalur a.
Sb adalah standard error dari koefisien jalur b
101

Sumber : http://quantpsy.org/sobel/sobel.htm

Berdasarkan hasil perhitungan uji sobel online diperoleh hasil t-statistic (t

hitung) dengan nilai 3,216 > dari t-kritis 1,96. Sedangkan nilai probabilitas (p-

value) diperoleh nilai sebesar 0,0012 < (a) 0,05. Berdasarkan hasil analisis ini

dapat dijelaskan bahwa pengembangan karir dapat memediasi pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan.

H7: Pengembangan Karir Dapat Memediasi Pengaruh Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil analisis diagram jalur menunjukkan bahwa motivasi kerja

berpengaruh langsung terhadap kinerja pegawai dengan nilai sebesar 0,284

dengan arah positif. Berikut ini adalah perhitungan pengaruh tidak langsung

dengan menggunakan rumus Sobel test (Solimun, 2012) sebagai berikut:


102

dimana:
ab adalah koefisien indirect effet yang diperoleh dari perkalian antara direct effect
a dan b.
a adalah koefisien direct effect eksogen (X) terhadap mediator (M).
b adalah koefisien direct effect variabel mediator (M) terhadap endogen (Y).
Sa adalah standard error dari koefisien a.
Sb adalah standard error dari koefisien b
Berdasarkan rumus Sobel, maka pengujian pengaruh tidak langsung

(mediasi) dapat dilakukan dengan aplikasi Uji Sobel Online pada situs

http://quantpsy.org/sobel dan selanjutnya melakukan penginputan nilai

berdasarkan output Partial Least Suare pada Lampiran Boostraping Inner Weight.

Data yang diinput adalah :

a adalah koefisien jalur motivasi kerja (X2) terhadap pengembangan karir (Y1).
b adalah koefisien jalur variabel mediator (pengembangan karir/Y1) terhadap
kinerja pegawai (Y2).
Sa adalah standard error dari koefisien jalur a.
Sb adalah standard error dari koefisien jalur b

Sumber : http://quantpsy.org/sobel/sobel.htm
103

Berdasarkan hasil perhitungan uji sobel online diperoleh hasil t-statistic (t

hitung) dengan nilai 2,363 > dari t-kritis 1,96. Sedangkan nilai probabilitas (p-

value) diperoleh nilai sebesar 0,018 < (a) 0,05. Berdasarkan hasil analisis ini dapat

dijelaskan bahwa pengembangan karir dapat memediasi pengaruh motivasi kerja

terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

5.9. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka selanjutnya akan

dilakukan pembahasan terhadap analisis tersebut. Pembahasan dilakukan dengan

melihat hubungan kausalitas yang terjadi sebagai pembuktian hipotesis yang

diangkat dalam penelitian ini. Teori-teori ataupun hasil penelitian empirik yang

telah dilakukan sebelumnya akan digunakan dalam melakukan pembahasan hasil

penelitian, apakah teori atau hasil penelitian tersebut mendukung hasil pengujian

hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini. Lebih jelasnya uraian pengaruh dari

variabel laten yang didesain dalam penelitian ini sebagai berikut:

5.9.1. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pengembangan Karir

Hasil pengujian pengaruh kepemimpinan terhadap pengembangan karir

dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,577

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan kepemimpinan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengembangan karir.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ballout

dalam Hassan (2019) yang menyatakan bahwa pengembangan karir adalah


104

perkembangan pekerja secara individu dalam jenjang jabatan atau kepangkatan

yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi. Pengembangan

karir ini sangat penting di masing-masing organisasi, dimana setiap pegawai yang

melakoni pekerjaannya masing-masing akan sangat tertarik pada suatu saat

nantinya dia ditempatkan pada level tertinggi baik itu jabatan, materi maupun non

materi, disisi lainnya organisasi akan bisa mencapai tujuannya karena setiap

pegawai akan melihatkan potensi dirinya untuk naik ke level yang lebih tinggi.

Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari pemimpin untuk mengembangkan karir

bagi pegawainya yang memiliki potensi dan motivasi untuk berkembang.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robbins (2003) bahwa

kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan karir

pegawai karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap

usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Kepemimpinan yang efektif dibutuhkan pemimpin untuk dapat meningkatkan

kinerja semua pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sebagai instansi

pelayanan publik. Dengan demikian, kepemimpinan dapat menjadi pedoman yang

baik dalam peningkatan kinerja pegawai.

Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan

pengembangan karir. Hal ini menunjukkan, bahwa Semakin baik kepemimpinan

seseorang terhadap pegawainya, maka semakin meningkat pula karir pegawai

tersebut. Oleh karena itu peranan kepemimpinan akan menjadi penting dan

dibutuhkan untuk menyelaraskan berbagai macam kebutuhan dan juga untuk

menciptakan situasi kerja yang kondusif. Disamping itu dapat mendorong para
105

pegawai untuk berprilaku sesuai dengan tujuan organisasi yang ditetapkan. Dari

berbagai cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam menggerakkan pegawainya

untuk mencapai tujuan organisasi pada akhirnya harus dapat pula menimbulkan

kinerja dari para pegawainya. Secara tidak langsung kepemimpinan ikut

menentukan terbentuknya peningkatan karir pegawai.

Kepemimpinan secara langsung mempengaruhi perkembangan karir.

Kepemimpinan seseorang pada dasarnya akan memberi warna pada diri Anda

sendiri pada kepemimpinan dan orang yang dipimpinnya. Dengan kepemimpinan

yang tentunya memiliki keunikan di antara setiap pemimpin, seseorang akan

mampu mempengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam menjalankan aktivitas

untuk mencapai tujuan organisasi. Aktivitas bawahan yang mungkin dipengaruhi

oleh pemimpin salah satunya adalah aktivitas seseorang dalam pengembangan

karirnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kochan dan

Heinz (2012) bahwa terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap pengembangan

karir.

5.9.2. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil pengujian pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dapat

dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,570

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Kepemimpinan merupakan sifat penting pimpinan dalam pengorganisasian

sumber daya manusia yang baik. Pimpinan dan kepemimpinan yang diembannya
106

memiliki fungsi strategis yang menentukan kinerja sumber daya manusia.

Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, dapat

menggerakan orang/personil ke arah tujuan yang dicita-citakan, akan menjadi

panutan dan teladan. Sebaliknya pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai

figur dan tidak memiliki pengaruh serta kemampuan kepemimpinan, akan

mengakibatkan kinerja sumber daya manusia menjadi lambat, karena tidak

memiliki kapabilitas dan keakapan untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Gary Yukl

(2014:18) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses yang disengaja

dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain

guna membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan hubungan

di dalam grup atau organisasi. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, faktor

kepemimpinan memegang peranan yang penting karena pemimpin itulah yang

akan menggerakan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan

sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Bawahan dipengaruhi sedemikian

rupa sehingga dapat memberikan pengabdian dan partisipasinya secara efektif,

karena tercapainya tujuan secara efektif sangat tergantung pada kemampuan

kepemimpinan seorang pemimpin.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Siagian dalam

Wijayanti (2012) yang menyatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi baik

sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu,

sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang

bersangkutan. Bahkan kiranya dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang


107

terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam

keberhasilan organisasi tersebut dalam kinerja organisasi.

Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang dikemukakan oleh Nawawi

dalam Dewi (2012) yang menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu fungsi

kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan

dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Dengan definisi tersebut

dapat dikatakan bahwa karyawan memegang peranan penting dalam menjalankan

segala aktivitas organisasi agar dapat tumbuh berkembang mempertahankan

kelangsungan hidup organisasi. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang

handal membutuhkan pengelolaan yang baik agar kinerja karyawan lebih optimal.

Pencapaian tujuan organisasi dipengaruhi oleh kinerja karyawan organisasi itu

sendiri. Maka dari itu organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang

berpotensial dan berkualitas, baik dari segi pemimpin maupun karyawan pada

pola tugas, tanggung jawab, berdaya guna sesuai dengan peraturan dan

pengawasan yang merupakan penentu tercapainya tujuan organisasi.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Irmayanti (2017) dan M. Sarastia Adhi1, Tarcisius T. Sipayung

(2016) menyatakan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja pegawai. Sedangkan penelitian ini menolak hasil penelitian yang

dilakukan Brahmasari dan Suprayetno (2008), Saputra (2012), serta Sukmawati

(2012) menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai.
108

5.9.3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir

Hasil pengujian pengaruh motivasi kerja terhadap pengembangan karir

dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,307

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap pengembangan karir.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Robbins dalam Suwardi (2020) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan

suatu proses yang menyebabkan intensitas individu, dalam usaha mengarahkan

secara terus menerus untuk mencapai tujuan. Luthans dalam Tamrin (2020)

menyatakan bahwa secara teknis, istilah motivasi berasal dari kata latin movere,

yang artinya ”bergerak.” Dalam memahami motivasi, sejumlah ahli

mengembangkan berbagai teori dengan berbagai pendekatan. Salah satu teori

yang begitu begitu terkenal dan sekaligus kontroversial adalah dual factor theory

of motivation yang dikembangkan oleh Frederick Herzberg, Bernard Mausner,

dan B. Snyderman. Pemikiran Herzberg et al., beranjak dari pentingnya

memenuhi kebutuhan (needs) para pegawai. Mereka menyatakan bahwa motivasi

pegawai dapat dipahami dengan baik jika sikap pegawai terlebih dahulu dapat

dipahami. Mereka menyakini bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya

merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja sangat

menentukan kesuksesan atau kegagalan individu itu.

Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap

pengembangan karir. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai yang memiliki


109

motivasi kerja yang tinggi, senantiasa mempunyai semangat atau dorongan untuk

bekerja keras, sebagai energi guna membangkitkan dorongan dalam diri sehingga

mencapai prestasi standard of excellent, disamping itu hal ini disebabkan mereka

memiliki kontrol diri yang baik maka tidak memerlukan pengawasan yang ketat

dalam mencapai pretasi kerja yang telah ditetapkan sehingga meningkatkan

kinerja yang berdampak pada peningkatan karir. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian para peneliti yang mengkaji hubungan antara motivasi dengan

pengembangan karir. Kajian teoritis dan Werther dan Davis dalam Suwardi (2020)

serta Dessler dalam Tamrin (2020) menunjukkan bahwa motivasi kerja

merupakan anteseden penting bagi pengembangan karir. Motivasi merupakan

kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah yang pro dan

positif terhadap situasi kerja itulah yang memeperkuat motivasi kerjanya untuk

mencapai kinerja maksimal, sikap mental karyawan haruslah memiliki sikap siap

sedia secara psikofis (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya,

karyawan dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan

kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi),

(Mangkunegara dalam Suwardi, 2020).

5.9.4. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil pengujian pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai dapat

dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,208

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.


110

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Suharto dan Cahyono dalam Hayun (2018) yang menyebutkan ada salah satu

faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi

merupakan kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk mencapai tujuan

atau mencapai hasil yang diinginkan. Rivai dalam Asrih (2017) menunjukan

bahwa semakin kuat motivasi kerja, kinerja karyawan akan semakin tinggi. Hal ini

berarti bahwa setiap peningkatan motivasi kerja karyawan akan memberikan

peningkatan yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh

Mangkunegara dalam Yurizal, 2017) mengemukakan bahwa motif didefinisikan

sebagai suatu kecendrungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri

dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Selanjutnya teori yang dikemukakan

Stanton dalam dalam Yurizal (2017) mendefinisikan bahwa motif adalah

kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam

mencapai kepuasan. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi merupakan salah satu

faktor yang dapat meningkatkan kinerja pegawai, motivasi juga memiliki

pengaruh terhadap perilaku kerja pegawai yang dibuktikan dengan peningkatan

semangat kerja.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Zuhria Husnia Hasibuan (2018), Intan (2017) dan Hasdiah, Darsa, Rahmat

dan Adnan (2018) yang menyatakan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh

terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan fenomena empirik dan kondisi yang ada di
111

lapangan ialah pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan

memiliki motivasi kerja yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat kinerja pegawai

yang mempengaruhi perilaku kerja diri sendiri dan rekan kerja dalam

melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama dengan penuh tanggung jawab.

Motivasi juga menitikberatkan pada peningkatan dan pengembangan kemampuan

kerja pegawai.

5.9.5. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai

Hasil pengujian pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja pegawai

dapat dibuktikan dengan nilai estimate koefisien jalur data persepsi sebesar 0,247

dengan arah positif. Hal ini berarti koefisien jalur bertanda positif dan memiliki

pengaruh yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan

karir memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Pengembangan karir mampu meningkatkan kinerja secara nyata searah

positif karena dalam pelaksanaannya jika dilihat dari aspek indikator

pengembangan karir yaitu keadilan dalam karir, perhatian dengan penyelia,

kesadaran tentang kesempatan, minat kerja dan kepuasan karyawan dapat

meningkatkan kinerja pegawai. Artinya pegawai yang dapat mengembangkan

karirnya akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerjanya.

Pengembangan karir memiliki hubungan erat terhadap karakteristik pegawai

pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan pegawai pada Puskesmas di Kabupaten

Konawe Kepulauan berusaha untuk menunjukkan prestasi kerja secara maksimal

sebagai upaya peningkatan karir dimasa akan datang sebagai hasil dari penilaian

kinerja. Pegawai dengan tingkatan pendidikan yang tinggi dengan masa kerja
112

yang cukup lama cenderung menginginkan peningkatan pada karirnya. Hal ini

tidak terkecuali pada pegawai Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan yang

terus mengelola potensi diri dalam bekerja dan menunjukkan hasil kerja yang

berkualitas.

Hasil penelitian ini mendukung Abdul Hameed, et al dalam Yunus (2019)

yang mengatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan organisasi tergantung pada

kinerja karyawan, oleh karena itu pemerintah daerah dalam hal ini pimpinan pada

Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan memberikan respon positif dengan

berlaku adil bagi pegawai untuk mengembangkan karirnya.

Fenomena yang terjadi di Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan

adalah dimana setiap pegawai diberikan kesempatan untuk mengembangkan

karirnya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Akan tetapi atasan juga

seringkali hanya menentukan pilihan pada pegawai tertentu untuk mengikuti

diklat dan pelatihan. Tapi hal ini tidak memberi dampak yang signifikan bagi

pegawai lainnya untuk tetap mengembangkan karirnya untuk peningkatan kinerja

pegawai. Untuk itu, pimpinan diharapkan jeli dalam memilih pegawai yang diberi

kesempatan untuk mengikuti program pelatihan yang didasari oleh kemampuan

pegawai serta minat yang dimiliki terhadap suatu bidang kerja yang dilandasi oleh

kinerja yang ditunjukkan selama pegawai tersebut bekerja di Puskesmas di

Kabupaten Konawe Kepulauan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Wicaksono (2010) yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan pengembangan

karir terhadap kinerja pegawai. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti


113

menyimpulkan bahwa pengembangan karir memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan. Pengembangan karir bagi pegawai memiliki arti sangat penting

dikarenakan hal tersebut dianggap sebagai salah satu tujuan bagi pegawai dalam

mengembangkan diri dan karir di masa akan datang. Pengembangan karir juga

memiliki peran dalam membentuk sikap pegawai untuk meningkatkan loyalitas,

kemampuan dan keahlian kerja, kedisiplinan, kemandirian serta kepercayaan diri

dalam bekerja.

5.9.6. Peranan Pengembangan Karir Dalam Memediasi Pengaruh

Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai

Berdasarkan hasil perhitungan uji sobel online diperoleh hasil t-statistic (t

hitung) dengan nilai 3,216 > dari t-kritis 1,96. Sedangkan nilai probabilitas (p-

value) diperoleh nilai sebesar 0,0012 < (a) 0,05. Berdasarkan hasil analisis ini

dapat dijelaskan bahwa pengembangan karir dapat memediasi pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe

Kepulauan.

Kepemimpinan merupakan sifat penting pimpinan dalam pengorganisasian

sumber daya manusia yang baik. Pimpinan dan kepemimpinan yang diembannya

memiliki fungsi strategis yang menentukan kinerja sumber daya manusia.

Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, dapat

menggerakan orang/personil ke arah tujuan yang dicita-citakan, akan menjadi

panutan dan teladan. Sebaliknya pemimpin yang keberadaannya hanya sebagai

figur dan tidak memiliki pengaruh serta kemampuan kepemimpinan, akan


114

mengakibatkan kinerja sumber daya manusia menjadi lambat, karena tidak

memiliki kapabilitas dan keakapan untuk menghasilkan kinerja yang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gary

Yukl (2014:18) yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses yang

disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap

orang lain guna membimbing, membuat struktur, serta memfasilitasi aktivitas dan

hubungan di dalam grup atau organisasi. Dalam suatu organisasi atau perusahaan,

faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting karena pemimpin itulah

yang akan menggerakan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan

sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Bawahan dipengaruhi sedemikian

rupa sehingga dapat memberikan pengabdian dan partisipasinya secara efektif,

karena tercapainya tujuan secara efektif sangat tergantung pada kemampuan

kepemimpinan seorang pemimpin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Hasibuan dalam Lago (2019) yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah cara

seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerjasama dan

bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Badeni

(2013:2), kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Robbins dan Judge

(2015:410) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi

suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Kreitner dan Kinicki dalam Lago (2019) mendefinisikan kepemimpinan sebagai


115

proses di mana seorang individu memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan

bersama. McShane dan Von Glinow dalam Lago (2019) menyatakan

kepemimpinan adalah tentang memengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan

orang lain memberikan kontribusi ke arah efektivitas dan keberhasilan organisasi

di mana mereka menjadi anggotanya. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi

dan mendukung orang lain untuk bekerja secara antusias menuju pada pencapaian

sasaran (Newstrom dalam Lago, 2019). Kepemimpinan merupakan faktor penting

yang membantu individu atau kelompok mengidentifikasi tujuannya, dan

kemudian memotivasi dari dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan adalah sifat atau karakter atau cara seseorang dalam upaya

membina dan mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mau

bekerjasama, komitmen dan setia untuk melaksanakan semua kegiatan sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.

Hasil ini selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Sujana dan

Ardana (2020) menyatakan bahwa pengaruh langsung kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai lebih kecil dari pengaruh tidak langsung kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai dengan mediasi pengembangan karir, sehingga untuk

meningkatkan kinerja pegawai dipilih jalur tidak langsung. Menurut penelitian

terdahulu, hal ini berarti pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja dengan mediasi

pengembangan karir memberikan kontribusi yang lebih besar jika dibandingkan

pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja tanpa mediasi pengembangan karir,

sehingga dapat dikatakan bahwa pengembangan karir merupakan mediasi antara

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.


116

5.9.7. Peranan Pengembangan Karir Dalam Memediasi Pengaruh Motivasi

Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Berdasarkan hasil perhitungan uji sobel online diperoleh hasil t-statistic (t

hitung) dengan nilai 2,363 > dari t-kritis 1,96. Sedangkan nilai probabilitas (p-

value) diperoleh nilai sebesar 0,018 < (a) 0,05. Berdasarkan hasil analisis ini dapat

dijelaskan bahwa pengembangan karir dapat memediasi pengaruh motivasi kerja

terhadap kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan.

Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak

manajemen bila mereka menginginkan setiap pegawai dapat memberikan

kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi. Karena dengan motivasi,

seorang pegawai akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas

yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang pegawai tidak dapat

memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa

yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pamela

& Oloko (2015) yang menyatakan bahwa motivasi adalah kunci dari organisasi

yang sukses untuk menjaga kelangsungan pekerjaan dalam organisasi dengan cara

dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

bimbingan yang tepat atau arahan, sumber daya dan imbalan agar mereka

terinspirasi dan tertarik untuk bekerja dengan cara yang anda inginkan.

Chukwuma & Obiefuna (2014) Motivasi adalah proses membangkitkan perilaku,

mempertahankan kemajuan perilaku, dan menyalurkan perilaku tindakan yang


117

spesifik. Dengan demikian, motif (kebutuhan, keinginan) mendorong pegawai

untuk bertindak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Chukwuma & Obiefuna (2014) yang menyatakan bahwa motivasi adalah suatu

proses yang dimulai dengan kebutuhan dalam diri manusia yang menciptakan

kekosongan dalam diri seseorang. Motivasi adalah suatu proses dimana

kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian

kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Tujuan yang jika berhasil

dicapai akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut

(Munandar dalam Yurizal, 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Steers

& Porter dalam Suwardi (2020) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu

usaha yang dapat menimbulkan suatu perilaku, mengarahkan perilaku, dan

memelihara atau mempertahankan perilaku yang sesuai dengan lingkungan kerja

dalam organisasi. Motivasi kerja merupakan kebutuhan pokok manusia dan

sebagai insentif yang diharapkan memenuhi kebutuhan pokok yang diinginkan,

sehingga jika kebutuhan itu ada akan berakibat pada kesuksesan terhadap suatu

kegiatan. Pegawai yang mempunyai motivasi kerja tinggi akan berusaha agar

pekerjaannya dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

5.10. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari dalam pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari

keterbatasan yang dialami, selain keterbatasan waktu dan biaya adalah:


118

1. Penelitian ini menggunakan kuesioner sehingga terkadang jawaban yang

diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya

dikarenakan tidak didukung dengan interview yang mendalam.

2. Data yang diperoleh merupakan jawaban langsung dari responden penelitian,

sehingga perolehan data pada penelitian ini sangat dipengaruhi oleh persepsi

dan kejujuran responden dalam memberikan jawaban atas pernyataan yang

diberikan dalam kuesioner.

3. Dalam memberikan jawaban mungkin saja kurang jelas maksud dari

pernyataan tersebut, sehingga sangat dimungkinkan ada beberapa jawaban

yang agak menyimpang dari tujuan yang seharusnya.


119

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

hipotesis penelitian, hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat

dikemukakan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:

1. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan

karir pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Semakin

tinggi kepemimpinan maka semakin tinggi pula pengembangan karir pegawai.

2. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Semakin tinggi

kepemimpinan maka semakin tinggi pula kinerja pegawai.

3. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan

karir pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Semakin

tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi pula pengembangan karir pegawai.

4. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai

pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Semakin tinggi motivasi

kerja maka semakin tinggi pula kinerja pegawai.

5. Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Semakin tinggi

pengembangan karir maka semakin tinggi pula kinerja pegawai.

6. Pengembangan karir dapat memediasi pengaruh kepemimpinan terhadap

kinerja pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Artinya

119
120

pengembangan karir dapat dijadikan sebagai variabel mediasi pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.

7. Pengembangan karir dapat memediasi pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja

pegawai pada Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan. Artinya

pengembangan karir dapat dijadikan sebagai variabel mediasi pengaruh

motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan dan kesimpulan penelitian ini,

saran-saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Bagi pimpinan Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sebaiknya

memiliki kemampuan dalam membimbing pegawainya dan harus mau

menjelaskan kebijakan yang diambilnya kepada bawahannya.

2. Bagi pimpinan Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sebaiknya selalu

memberikan kesempatan yang sama kepada bawahannya dalam

mengembangkan karir dan bersedia untuk memberikan pendelegasian

kewenangan kepada bawahannya sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

3. Bagi pimpinan Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sebaiknya selalu

menanamkan minat yang besar kepada bawahannya untuk terus

mengembangkan karir/kemampuannya melalui pendidikan dan pelatihan

kedinasan yang ada.

4. Bagi pimpinan Puskesmas di Kabupaten Konawe Kepulauan sebaiknya terus

menerus mendorong bawahannya untuk memiliki inisiatif dalam

menyelesaikan pekerjaannya dan selalu memberikan kesempatan kepada


121

bawahannya untuk memberikan ide/masukan setiap kali terjadi permasalahan

pekerjaan.

5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan objek dan sampel yang lebih besar serta disarankan untuk

menggunakan data longitudinal (data gabungan antara cross section dan time

series) sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat diterapkan dalam skala

yang lebih luas.


DAFTAR PUSTAKA

Ade Anugrah Saputra, ,2010, Pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap
kinerja karyawan bagian kepanduan divisi pandu bandar utama pada PT
IPC Pelabuhan Indonesia (Cabang Tanjung Priok).

Andreas Y Sutrisno, Saiful dan Linda Duma, 2017, pengaruh kepemimpinan


demokratis terhadap motivasi kerja pegawai pada Dinas Koperasi UKM
Dan Ekonomi Kreatif. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume 3, No.1.

Anoraga, P. 2009. Psikologi dalam Perusahaan. Jakarta:Rineka Cipta.

Applebaum, H Steven, Heather Ayre and Barbara T Shapiro. 2001. “Career


Management in Information Technology: A Case Study,” Career
Development International 7/3, 142-15.

Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Bianca, Audra, Putri B. Katili, Shanti K. Anggraeni. 2016. Pengaruh Motivasi,


Pengembangan Karir dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
dengan Metode Struktural Equation Modelling, Jurnal Teknik Industri,
Vol1, No 4, pp 334-340.

Bustam, 2018, Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan., Tesis
Program Studi Manajemen Program Magister Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Enam Enam Kendari.

Chukwuma, E.M., & Obiefuna, O. 2014. Effect of Motivation on Employee


Productivity : A Study of Manufacturing Companies in Nnewi. Journal of
Managerial Studies and Research 2 (7).

Edy, Sutrisno, 2017. Manajemen Sumberdaya Manusia. Cetakan ke-9. Jakarta:


Kencana

Ervina, 2019, Pengaruh gaya kepemimpinan demokratis terhadap motivasi kerja


karyawan pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kantor Cabang Sangatta.
Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi “IMAGE”,

Ghoniyah, Nunung dan Masurip. 2011. Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui


Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Komitmen, Jurnal Dinamika
Manajemen. Vol. 2 No. 2 Hal. 118-129. Universitas Islam Sultan Agung.
Semarang.

Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
23. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Andi Offset.

Hair, Joseph F., et.al. 2010. Multivariate Data Analysis, 7th Edition. New York:
Prentice Hall International, Inc.

Handoko, T. Hani. 2015. Manajemen, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Hardianti, Anti, 2016,Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis Terhadap


Kinerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.

Hasdiah, Darsa, Rahmat dan Adnan, 2018, ”pengaruh motivasi dan budaya kerja
terhadap kinerja pegawai di Kantor Sekertariat Daerah Kabupaten
Enrekang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.

Hasibuan, Malayu S.P.. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.

Herlina, 2018, Pengaruh Kepemimpinan Demokrasi Terhadap Motivasi Kerja Dan


Kinerja Aparatur Sipil Negara Pada Sekertariat Dprd Provinsi Sulawesi
Tenggara., Skripsi Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Enam Enam Kendari.

Herzberg, Frederick, Teck Hang Tan and Amna Waheed. 2013. Herzberg‟s
Motivation-Hygiene Theory and Job Satisfaction in The Malaysian Retail
Sector: The Mediating Effect Of Love Money. Sunway University
Malaysia.

Irmayanti. 2017. Pengaruh kemampuan kerja, kepemimpinan dan motivasi kerja


terhadap kinerja pegawai pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan
Keluarga Berencana Kabupaten Muna. Tesis Program Pascasarjana
Program Studi Ilmu Manajemen. Universitas Halu Oleo.

Lago, Aurelia Yunita Angelina. 2019. Pengaruh kepemimpinan dan beban kerja
terhadap stress kerja dan turnover karyawan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Cabang Kendari Baypass. Skripsi Program Studi Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari.

Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh, PT. Andi: Yogyakarta

Mahsun, Mohamad. 2016. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama.


Yogyakarta: BPFE

Mangkunegara, Anwar Prabu 2015. Sumber Daya Manusia Perusahaan. Cetakan


kedua belas. Remaja Rosdakarya:Bandung.
................ 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.

Mangkuprawira, Sjafri dan Hubeis, Aida Vitayala. 2007. Manajemen Mutu


Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Bogor.

Marwansyah. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Alfabeta

..............., 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta

Mawartin, 2013, Pengaruh Keterlibatan kerja dan Pemberdayaan Kerja Terhadap


Kinerja Pegawai Pada Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Konawe.,
Tesis Program Pascasarjana Program Studi Manajemen Universitas Halu
Oleo.

Meyer, J.P. & Herscovitch, L. 2001. Commitment in the Workplace. Toward a


General Model. Human Resource Management Review, vol. 11, hal. 299-
326.

Miftah, Thoha, 2017. Kepemimpinan dalam Manajemen.Cetakan ke 18.


PT.RajagrafindoPersada, Jakarta.

Miftahun, N., & Sugiyanto. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial dan Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Komitmen Organisasi dengan Mediator
Motivasi Kerja. Jurnal Psikologi 37 (1). 94-109. Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada.

Mochammad Subagio, 2015, Pengaruh kemampuan kerja, motivasi kerja dan


sikap disiplin terhadap kinerja pegawai pada PT. Ithica Resources. Jurnal
Manajemen. 1 (1) 24 – 52

Muchdoro, A. M. 1997. Teori dan Perilaku Organisasi. Yogyakarta: UMM-Press.

Munandar, A.S, 2010. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).

Muslimin. 2019. Pengaruh kepemimpinan demokratis dan motivasi kerja terhadap


kinerja Aparatur Sipil Negara Pada Dinas Perikanan Kabupaten Konawe
Kepulauan. Skripsi Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Enam-Enam Kendari.

Narmodo, Hernowo dan M. Farid Wajdi, 2005, Pengaruh Motivasi dan Disiplin
Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Wonogiri, Jurnal_Daya_Saing
Nitisemito, Alex. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka setia,
Bandung.

Nur, Hamria. 2017. Pengaruh Disiplin Kerja, Hubungan Atasan Bawahan Dan
Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kecamatan Wolo
Kabupaten Kolaka. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu
Manajemen. Universitas Halu Oleo Kendari.

Okky Camilla Bianca, 2017, ”pengaruh gaya kepemimpinan demokratis dan


motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada CV. Karya Hidup Sentosa
Di Yogyakarta. http://repository.usu.ac.id.

Pamela, A.O., & Oloko, 2015. Effect Of Motivation On Employee Performance Of


Commercial Banks In Kenya : A Case Study Of Kenya Commercial Bank
In Migori County. Journal of Human Resource Studies 5 (2).

Parinussa, Annie F. 2011. Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Kerja Terhadap


Kinerja Pegawai Pada Sekretariat DPRD Kota Jayapura.Jurnal Ekonomi
dan Bisnis.1 (1) : 34 – 62

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 30 Tahun 2019 tentang


Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Seketariat Negara.

Rachmadi, F.,2006,Public Relations dalam Teori dan Praktek, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Riduwan, 2012. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:


Alfabeta

Rivai, Veithzal dan Sagala, Jauvani Ella, 2016. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori ke Parktik, PT. Rajawali Pers,
Jakarta.

Riyadi, Slamet. 2011 Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan, dan


Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur
di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vo113, No. 1.

Robbins, S, P, 2008, Organizational Behavior: Global and Southern African


Perspective. Capetown: Pearson Education South Africa.

.........., 2009, Perilaku Organisasi, Salemba Empat, Jakarta.

Robbins, S. P dan T. A. Judge, 2008, Perilaku Organisasi, Edisi 12, Jilid 1 dan 2,
Terjemahan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
..........., 2015, Perilaku Organisasi, Edisi 16 Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Santoso, Singgih. 2002. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Saraswathi, Y. D. 2011. Preferensi Faktor-Faktor Kinerja Karyawan pada


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Demak. Skripsi.
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Sarwono, Jonathan. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif


Menggunakan Prosedur SPSS (Edisi Pertama). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Siagian, Sondang P. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Sigit, Soehardi. 2003. Esensi Perilaku Organisasi. Penerbit Lukman Offset,


Yogyakarta.

Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT. Refika Aditama.

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE


YKPN.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

............2017. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk penelitian yang bersifat:


eksploratif, enterpretif, interaktif, dan konstruktif. Bandung: Alfabeta

Supranto, J. 2016. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Suryadharma, I Made Adi, I Gede Riana Dan Desak Ketut Sintaasih. 2016.
Pengaruh Kepemimpinan Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan
Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt. Bpr Sri Artha Lestari Denpasar), E-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana 5.2 (2016) : 335-358,
Issn : 2337-3067.

Sutiadi. 2003. Motivasi Karyawan Dan Aktifitas Manajerial Kepemimpinan


Terhadap Kinerja Karyawan. Pasca Sarjana, Universitas Barawijaya,
Malang.

Sutrisno, Edy., 2017. Manajemen Sumberdaya Manusia. Cetakan ke-9. Jakarta:


Kencana.
Suwardi, 2020. Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin
Kerja Dan Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Dinas Tanaman Pangan Dan
Peternakan Kabupaten Konawe Utara. Tesis Program Studi Magister
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari.

Suwatno dan Donni Juni Priansa, 2016. Perencanaan dan Pengembangan


SDM.Penerbit: Alfabeta Bandung.

Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. 2005, Manajemen Kualitas Jasa,


Yogyakarta. ANDI.

Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.

Umar, Husein. 2000, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta,
Raja Grafindo Persada.

Wan Fauziah, W.Y., & Tan, S.K. 2013. Generation Differences in work
Motivation : From Developing Country Persepctive. Journal of Economy,
Management and sosial Sciences 2 (4), 97-103.

Wibowo. 2013. Perilaku dalam Organisasi.. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wicaksono, Purnomo. 2010. “Hubungan Pengembangan Karir Dan Pemberian


Insentif Terhadap Loyalitas Kinerja Guru”, Jurnal Pendidikan Ekonomi
IKIP Veteran Semarang, Vol 1 No. 1.

Widodo, S. E. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia,


Yogyakarta: Pusaka Pelajar.

Willson and Heyyel. 1987. Hand Book Of Modern Office Management and
Administration Service. Mc Graw Hill Inc. New Jersey.

Winardi, W, 2000, Teori Motivasi dan Aplikasinya (Cetakan Kedua). Jakarta.PT


Rineka Cipta.

Wirawan. 2013. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi


dan Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wungu, Jiwo dan Brotoharsojo, Hartanto. 2003. Tingkatkan Kinerja Perusahaan


Anda dengan Merit System. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Yukl, Gary. 2014, Leadership in Organizations, Seventh Edition, PT. Indeks,


Jakarta.

Yunus, Hasrianti Anwar. 2019. Pengaruh Hubungan Atasan Bawahan, Disiplin


Kerja Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Pada
Kejaksaan Negeri Kendari. Skripsi Program Studi Manajemen Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari

Yurizal, Andi, 2017, Pengaruh Motivasi Kerja, Budaya Organisasi Dan


Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah
Kabupaten Kolaka., Tesis Program Pascasarjana Program Studi
Manajemen Universitas Halu Oleo.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

PENGANTAR

Hal : Permohonan Pengisian Daftar Pertanyaan

Kepada Yth

Bapak/ Ibu………

Dengan hormat,

Mohon maaf sebelumnya karena disela-sela kesibukan Bapak/Ibu kami

memohon kesediaannya untuk mengisi pertanyaan sebagaimana terlampir. Daftar

pertanyaan dimaksud adalah sebagai bahan dalam menyusun tesis sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen pada Program Magister

Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

Kami tidak bermaksud menilai benar-salahnya jawaban Bapak/Ibu, dan

jawaban yang diberikan tidak ada kaitan sama sekali dengan masa depan karir

Bapak/Ibu. Oleh karena itu kami mohon jawaban yang sejujurnya sesuai dengan

kondisi Bapak/Ibu rasakan selama ini. Kerahasiaan jawaban yang diberikan kami

jamin sepenuhnya, dan hanya untuk kepentingan ilmiah terbatas.

Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tak ternilai

harganya bagi kami. Atas perhatian dan bantuannya kami ucapkan terima kasih.

Kendari, ………. 2020


Hormat kami

Asnur Jaya
JUDUL PENELITIAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA MELALUI PENGEMBANGAN KARIR
PEGAWAI PUSKESMAS DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN

DAFTAR PERTANYAAN

I. IDENTITAS RESPONDEN

Kode responden : …………(hanya di isi enumator)

Umur : ............... Tahun

Masa Kerja :............... Tahun

Jenis kelamin : (1) Pria (2) Wanita

Tingkat Pendidikan :

II. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk semua pertanyaan/pernyataan berikut ini, berikan tanda silang (X)

dari satu pilihan jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu. Setiap jawaban

yang bapak/ ibu berikan akan diberi skor. Dengan pemberian skor untuk kategori

jawaban sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS) diberi poin 5

b. Setuju(S) diberi poin 4

c. Netral (N) diberi poin 3

d. Tidak Setuju (TS) diberi poin 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi poin 1


III. PERNYATAAN
a) Variabel Kepemimpinan (X1)
Alternatif
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 2 3
Visioner
1 Pimpinan anda memiliki kemampuan dalam
mengarahkan pegawainya.
2 Pimpinan anda selalu mengawasi apa
yang pegawai kerjakan.
Pembimbing
Pimpinan anda memiliki tingkat kemampuan dalam
3
membimbing pegawainya.
Pimpinan anda mau menjelaskan kebijakan yang
4
diambilnya kepada bawahan.
Menyatukan
Pimpinan anda memiliki kemampuan dalam
5
menciptakan keharmonisan antar sesama pegawai.
Pimpinan anda bersedia menyempatkan waktu untuk
6
mendengarkan keluhan bawahan.
Demokratis
Pimpinan anda menghargai potensi yang dimiliki
7
pegawainya.
Pimpinan anda jika bertindak/ mengambil kebijakan
8
berkonsultasi dengan bawahan.
Komunikatif
Pimpinan anda memiliki kemampuan berkomunikasi
9
yang baik dengan pegawainya.
Pimpinan anda suka melakukan hal-hal
10 sederhana yang membuatnya tampil menyenangkan di
depan bawahan.
b) Variabel Motivasi (X2)
Alternatif
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 2 3
Kebutuhan Prestasi
1 Pimpinan memotivasi anda untuk melakukan
pelayanan bermutu
2 Anda memiliki keinginan untuk menunjukkan kinerja
sebagai peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Kebutuhan Afiliasi
Motivasi dari rekan kerja mampu meningkatkan
3
kinerja anda
Hubungan harmonis antara sesama pegawai mampu
4
memotivasi anda untuk meningkatkan pelayanan
Kebutuhan Kekuasaan
Pimpinan memberikan kesempatan kepada setiap
5
pegawai dalam mengembangkan karir
Anda bersedia untuk menerima pendelegasian
6
kewenangan dari pimpinan

c) Variabel Pengembangan Karir (Y1)


Alternatif
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 2 3
Keadilan Dalam Karir
1 Anda merasa organisasi telah adil memberikan
kesempatan yang sama pada semua pegawai untuk
naik jabatan atau golongan
2 Anda merasa promosi yang diberikan organisasi
didasarkan pada pertimbangan yang objektif dan
rasional
Perhatian Dengan Penyelia
Anda memiliki hubungan yang baik dengan atasan
3 atau teman kerja untuk mendukung pengembangan
karir anda
Atasan anda peduli dan terlibat dalam perencanaan dan
4
pengembangan karir anda
Kesadaran Tentang Kesempatan
Organisasi menyediakan data mengenai peta
5 penggantian tempat (penggantian posisi dalam
pekerjaan) bagi pegawai
Organisasi menyediakan informasi dan data yang
6 lengkap mengenai syarat untuk menempati suatu
jabatan tertentu kepada setiap pegawai
Minat Kerja
Anda memiliki minat yang besar untuk terus
7
mengembangkan karir di organisasi
Program pengembangaan karir (misal: pendidikan dan
8 pelatihan) yang diberikan organisasi membuat anda
ingin terus mengembangkan karir anda.
Kepuasan Karir
Anda sudah merasa puas dengan posisi atau jabatan
9
yang anda miliki saat ini
Jabatan yang anda duduki sudah sesuai dengan
10
keinginan anda.

d) Variabel Kinerja Pegawai (Y2)


Alternatif
No Pernyataan Jawaban
SS S N TS STS
1 2 3
Kualitas
1 Anda mempunyai ketelitian dalam bekerja sehingga
tingkat kesalahan rendah.
2 Anda merasa hasil dari pekerjaan yang dilakukan
pegawai dengan mutu terbaik.
Kuantitas
Anda merasa jumlah pekerjaan rutin yang diselesaikan
3 berdasarkan target kerja yang telah ditetapkan oleh
pimpinan
Anda merasa jumlah pekerjaan tambahan yang
4 diselesaikan berdasarkan target kerja yang telah
ditetapkan oleh pimpinan
Waktu
Anda selalu selalu menyelesaikan pekerjaan tepat
5
waktu
Anda selalu menegakkan disiplin waktu kerja yang
6
ditetapkan oleh organisasi
Biaya
Anda selalu mengutamakan pekerjaan dibandingkan
7 dengan biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan
pekerjaan
Anda berusaha menggunakan segala sumber daya
8 keuangan yang ada di dalam organisasi guna
membantu penyelesaian tugas pekerjaan
Orientasi Pelayanan
Anda memiliki sikap yang baik dalam memberikan
9
pelayanan
Anda memiliki pengetahuan tentang cara memberikan
10
pelayanan
Komitmen
Anda memiliki komitmen kerja yang tinggi dalam
11
bekerja
Anda memiliki keinginan untuk berkomitmen kepada
12
organisasi tempat anda bekerja
Inisiatif Kerja
Anda memiliki inisiatif dalam menyelesaikan
13
permasalahan pekerjaan
Anda merasa pimpinan memberikan kesempatan untuk
14
memberikan ide setiap kali terjadi masalah
Kerjasama
Anda memiliki sikap kerjasama yang baik dalam
15
melakukan pekerjaan
Anda memiliki pengetahuan tentang cara bekerjasama
16
dengan rekan kerja
Lampiran 2. Hasil Rekapitulasi Data

Variabel Kepemimpinan
Resp X1
X1.1.1 X1.1.2 X1.2.1 X1.2.2 X1.3.1 X1.3.2 X1.4.1 X1.4.2 X1.5.1 X1.5.2
1 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 44
2 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 47
3 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 47
4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 46
5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 48
6 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 43
7 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 46
8 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 43
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
10 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 46
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
12 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 47
13 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 46
14 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 47
15 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 48
16 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
17 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 48
18 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 48
19 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 48
20 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 44
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
22 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 49
23 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
24 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 45
25 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 43
26 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 48
27 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 46
28 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 49
29 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 45
30 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 44
31 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 47
32 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 46
33 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 46
34 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 47
35 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 44
36 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 46
37 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 44
38 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 47
39 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 47
40 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 45
41 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 46
42 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
43 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49
44 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 45
45 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 44
46 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
47 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 46
48 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 45
49 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 44
50 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 46
51 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 44
52 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
Variabel Kepemimpinan
Resp X1
X1.1.1 X1.1.2 X1.2.1 X1.2.2 X1.3.1 X1.3.2 X1.4.1 X1.4.2 X1.5.1 X1.5.2
53 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49
54 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 45
55 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 44
56 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 46
57 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 47
58 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 45
59 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 46
60 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 44
61 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 44
62 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 45
63 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 45
64 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 47
65 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42
66 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 48
67 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 46
68 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 44
69 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 46
70 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 45
71 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 45
72 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 44
73 4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 44
74 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 27
75 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 21
76 1 3 1 2 1 2 1 2 1 1 15
77 2 2 4 3 2 1 2 1 2 2 21
78 3 1 3 2 3 2 3 2 3 3 25
79 3 2 2 1 2 3 2 3 2 2 22
80 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 16
81 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 23
82 1 3 3 2 1 1 1 2 1 1 16
83 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 18
84 3 1 1 2 3 3 3 2 3 3 24
85 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 23
86 2 3 3 2 1 1 1 2 1 1 17
87 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 17
88 3 1 1 2 3 3 3 2 3 3 24
89 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 23
90 3 3 3 2 1 1 1 2 1 1 18
91 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 17
92 2 1 1 2 3 3 3 2 3 3 23
93 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 23
94 2 3 3 2 1 1 1 2 1 1 17
95 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 18
Rerata 4,03 4,02 4,05 3,91 3,96 4,08 4,04 4,04 3,91 4,05 40,09
Variabel Motivasi Kerja
Resp X2
X2.1.1 X2.1.2 X2.2.1 X2.2.2 X2.3.1 X2.3.2
1 5 5 5 4 5 5 29
2 5 5 5 5 5 5 30
3 4 4 4 5 5 5 27
4 5 5 5 4 5 5 29
5 5 5 5 4 5 5 29
6 4 4 4 4 5 5 26
7 5 4 4 5 5 4 27
8 4 4 4 4 5 4 25
9 5 5 5 5 5 5 30
10 5 5 5 4 5 5 29
11 5 5 5 5 5 4 29
12 4 4 4 5 4 5 26
13 5 5 5 5 5 5 30
14 5 5 5 5 5 5 30
15 4 5 4 4 5 5 27
16 5 5 5 5 4 4 28
17 5 5 5 5 5 5 30
18 4 4 4 4 5 4 25
19 5 4 5 5 5 4 28
20 4 5 4 4 5 4 26
21 5 5 5 5 5 4 29
22 5 5 5 5 4 4 28
23 4 5 4 5 5 5 28
24 4 5 4 4 5 5 27
25 4 4 4 4 4 5 25
26 4 5 4 5 5 5 28
27 5 4 5 5 5 4 28
28 5 5 5 5 5 5 30
29 5 4 5 5 5 4 28
30 4 5 5 5 4 5 28
31 5 4 5 5 5 5 29
32 4 5 4 5 5 5 28
33 5 5 5 5 5 4 29
34 5 4 4 4 4 5 26
35 4 5 5 4 5 5 28
36 4 4 4 4 5 5 26
37 4 5 4 5 4 5 27
38 5 4 5 5 5 4 28
39 5 5 5 5 5 5 30
40 5 4 5 5 5 4 28
41 4 5 5 5 4 5 28
42 5 4 5 5 5 5 29
43 4 5 4 5 5 5 28
44 5 5 5 5 5 4 29
45 5 4 4 4 4 5 26
46 4 5 5 4 4 5 27
47 4 4 4 4 4 5 25
48 4 5 4 5 4 5 27
49 5 4 5 5 5 4 28
50 5 5 5 5 4 5 29
51 5 4 5 5 5 4 28
52 4 5 5 5 4 5 28
Variabel Motivasi Kerja
Resp X2
X2.1.1 X2.1.2 X2.2.1 X2.2.2 X2.3.1 X2.3.2
53 5 4 5 5 5 5 29
54 4 5 4 5 5 5 28
55 5 5 5 5 5 4 29
56 5 4 4 4 4 5 26
57 4 5 5 4 4 5 27
58 4 4 4 4 4 5 25
59 4 5 4 5 4 5 27
60 5 4 5 5 5 4 28
61 5 5 5 5 4 5 29
62 4 5 5 5 4 5 28
63 5 4 5 5 4 5 28
64 4 5 4 5 4 5 27
65 5 5 5 5 5 4 29
66 5 4 4 4 4 5 26
67 4 5 5 4 4 5 27
68 5 4 5 5 5 4 28
69 5 5 5 5 4 5 29
70 5 4 5 5 5 4 28
71 3 3 3 3 3 3 18
72 2 2 2 2 2 2 12
73 1 1 1 1 1 1 6
74 2 2 2 1 2 2 11
75 2 3 3 2 3 3 16
76 3 2 2 3 2 2 14
77 3 3 3 3 3 3 18
78 2 2 2 2 2 2 12
79 1 1 1 1 1 1 6
80 2 2 2 1 2 2 11
81 2 3 3 2 3 3 16
82 3 2 2 3 2 2 14
83 2 1 1 2 1 1 8
84 1 2 2 1 2 2 10
85 3 3 3 2 3 3 17
86 2 2 2 3 2 2 13
87 2 1 1 3 1 1 9
88 1 2 2 2 2 2 11
89 2 3 3 1 3 3 15
90 1 2 2 2 2 2 11
91 2 1 1 1 1 1 7
92 2 2 2 2 2 2 12
93 3 3 3 3 3 3 18
94 2 2 2 2 2 2 12
95 1 1 1 1 1 1 6
Rerata 3,91 3,93 3,95 3,97 3,96 3,99 23,69
Variabel Pengembangan Karir
Resp Y1
Y1.1.1 Y1.1.2 Y1.2.1 Y1.2.2 Y1.3.1 Y1.3.2 Y1.4.1 Y1.4.2 Y1.5.1 Y1.5.2
1 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 48
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 43
4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 44
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
7 5 4 4 4 3 3 5 5 3 5 41
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41
9 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 48
10 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 45
11 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 48
12 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 43
13 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
14 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 44
15 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 46
16 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 44
17 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
18 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 47
19 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 46
20 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 45
21 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 48
22 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
23 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 44
24 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 47
25 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 45
26 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49
27 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 43
28 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 45
29 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 44
30 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 46
31 5 4 4 4 4 5 5 5 3 5 44
32 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 46
33 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 47
34 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 47
35 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
36 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 45
37 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 48
38 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 45
39 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 42
40 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 46
41 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 43
42 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49
43 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 47
44 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 47
45 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 44
46 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
47 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 45
48 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 46
49 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 44
50 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 48
51 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 46
52 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49
Variabel Pengembangan Karir
Resp Y1
Y1.1.1 Y1.1.2 Y1.2.1 Y1.2.2 Y1.3.1 Y1.3.2 Y1.4.1 Y1.4.2 Y1.5.1 Y1.5.2
53 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 47
54 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 47
55 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 44
56 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 47
57 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 45
58 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 46
59 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 44
60 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 48
61 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 46
62 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 46
63 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 45
64 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 47
65 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
66 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 45
67 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49
68 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 44
69 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 43
70 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 49
71 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 46
72 5 4 5 4 5 5 3 4 5 5 45
73 4 3 4 5 5 4 2 3 4 4 38
74 3 2 3 4 4 3 1 2 3 3 28
75 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 20
76 1 2 1 2 2 1 3 2 1 1 16
77 2 3 2 1 1 2 2 3 2 2 20
78 3 2 3 2 2 3 1 2 3 3 24
79 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 20
80 5 4 5 4 5 5 3 2 4 5 42
81 4 3 4 5 5 4 2 3 4 4 38
82 3 2 3 4 4 3 3 2 3 3 30
83 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 20
84 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 14
85 2 3 2 1 1 2 2 3 2 2 20
86 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 26
87 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 20
88 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 14
89 2 3 2 1 1 2 2 3 2 2 20
90 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 26
91 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 20
92 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 14
93 2 3 2 1 1 2 2 3 2 2 20
94 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 26
95 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 20
Rerata 4,04 3,89 3,97 4,06 4,25 4,05 4,07 4,00 3,91 4,18 40,43
Variabel Kinerja Pegawai
Resp Y2
Y2.1.1 Y2.1.2 Y2.2.1 Y2.2.2 Y2.3.1 Y2.3.2 Y2.4.1 Y2.4.2 Y2.5.1 Y2.5.2 Y2.6.1 Y2.6.2 Y2.7.1 Y2.7.2 Y2.8.1 Y2.8.2
1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 77
2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 79
3 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 71
4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 75
5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 74
6 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 71
7 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 77
8 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 69
9 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 76
10 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 71
11 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 78
12 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 72
13 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 79
14 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 77
15 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 75
16 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 75
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 79
18 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 77
19 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 76
20 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 71
21 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 74
22 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 77
23 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 74
24 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 73
25 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 77
26 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 77
27 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 70
28 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 72
29 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 74
30 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 78
31 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 78
32 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 70
33 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 76
34 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 5 73
35 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 72
36 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 75
37 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 70
38 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 74
39 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 72
40 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 76
41 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 74
42 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 78
43 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 79
44 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 73
45 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 75
46 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 77
47 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 78
48 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 72
49 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 75
50 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 73
51 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 71
52 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 78
53 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 79
54 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 73
55 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 75
56 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 77
57 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 78
58 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 72
Variabel Kinerja Pegawai
Resp Y2
Y2.1.1 Y2.1.2 Y2.2.1 Y2.2.2 Y2.3.1 Y2.3.2 Y2.4.1 Y2.4.2 Y2.5.1 Y2.5.2 Y2.6.1 Y2.6.2 Y2.7.1 Y2.7.2 Y2.8.1 Y2.8.2
59 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 75
60 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 73
61 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 71
62 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 75
63 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 69
64 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 76
65 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 70
66 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 77
67 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 74
68 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 74
69 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 73
70 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 74
71 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 74
72 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 68
73 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 5 4 5 5 57
74 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 38
75 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 26
76 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 27
77 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 1 5 48
78 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 4 38
79 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 26
80 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 27
81 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 2 2 3 1 38
82 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 1 1 2 2 37
83 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 24
84 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 2 28
85 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 37
86 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 1 1 2 2 35
87 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 25
88 1 2 2 1 2 1 3 1 2 1 2 1 3 3 2 2 29
89 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 39
90 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 1 1 2 2 35
91 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 25
92 1 2 2 1 2 1 3 1 2 1 2 1 3 3 2 2 29
93 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 39
94 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 1 1 2 2 35
95 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 25
Rerata 4,11 4,04 4,07 4,01 3,88 3,98 4,00 4,06 3,98 3,99 4,11 4,08 4,01 4,03 4,01 4,14 64,51
Lampiran 3. Uji Linearitas Data

1. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Pengembangan Karir


Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Y1
Equation Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2 b3
Linear ,803 392,371 1 93 ,000 8,849 ,859
Logarithmic ,780 340,168 1 93 ,000 -97,308 39,078
Inverse ,731 260,311 1 93 ,000 90,952 -1593,541
Quadratic ,807 198,919 2 92 ,000 24,662 ,102 ,008
Cubic ,810 202,058 2 92 ,000 22,658 ,000 ,016 -8,770
Compound ,774 328,014 1 93 ,000 18,590 1,019
Power ,756 298,153 1 93 ,000 1,814 ,855
S ,715 240,916 1 93 ,000 4,718 -35,026
Growth ,774 328,014 1 93 ,000 2,923 ,019
Exponential ,774 328,014 1 93 ,000 18,590 ,019
Logistic ,774 328,014 1 93 ,000 ,054 ,981
The independent variable is X1.

2. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai


Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Y2
Equation Model Summary Parameter Estimates
R Square F df df2 Sig. Constant b1 b2 b3
1
Linear ,931 1292,405 1 93 ,000 -,597 ,607
Logarithmic ,912 999,769 1 93 ,000 -76,147 27,745
Inverse ,869 638,752 1 93 ,000 57,698 -1141,074
Quadratic ,933 662,011 2 92 ,000 7,284 ,230 ,004
Cubic ,934 671,913 2 92 ,000 9,863 ,000 ,010 -4,796
Compound ,903 890,324 1 93 ,000 8,782 1,023
Power ,893 800,170 1 93 ,000 ,535 1,025
S ,859 584,930 1 93 ,000 4,324 -42,363
Growth ,903 890,324 1 93 ,000 2,173 ,022
Exponential ,903 890,324 1 93 ,000 8,782 ,022
Logistic ,903 890,324 1 93 ,000 ,114 ,978
The independent variable is X1.
3. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Y1
Equation Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2 b3
Linear ,690 213,413 1 93 ,000 17,299 ,923
Logarithmic ,633 165,508 1 93 ,000 -51,273 29,667
Inverse ,517 102,861 1 93 ,000 79,943 -741,463
Quadratic ,704 113,098 2 92 ,000 34,048 -,175 ,014
Cubic ,713 77,868 3 91 ,000 58,422 -2,796 ,096 -,001
Compound ,654 181,809 1 93 ,000 22,508 1,020
Power ,601 144,842 1 93 ,000 5,094 ,642
S ,490 92,369 1 93 ,000 4,469 -16,039
Growth ,654 181,809 1 93 ,000 3,114 ,020
Exponential ,654 181,809 1 93 ,000 22,508 ,020
Logistic ,654 181,809 1 93 ,000 ,044 ,980
The independent variable is X2.

4. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai


Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Y2
Equation Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2 b3
Linear ,863 605,866 1 93 ,000 4,155 ,678
Logarithmic ,816 426,033 1 93 ,000 -47,443 22,114
Inverse ,690 213,596 1 93 ,000 50,604 -562,114
Quadratic ,865 303,961 2 92 ,000 7,840 ,436 ,003
Cubic ,883 236,296 3 91 ,000 30,720 -2,024 ,080 -,001
Compound ,841 508,906 1 93 ,000 10,428 1,025
Power ,812 414,606 1 93 ,000 1,507 ,824
S ,706 230,068 1 93 ,000 4,070 -21,231
Growth ,841 508,906 1 93 ,000 2,344 ,025
Exponential ,841 508,906 1 93 ,000 10,428 ,025
Logistic ,841 508,906 1 93 ,000 ,096 ,975
The independent variable is X2.
5. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Y2
Equation Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 b2 b3
Linear ,824 448,268 1 93 ,000 -,069 ,596
Logarithmic ,801 385,230 1 93 ,000 -71,042 26,435
Inverse ,730 259,876 1 93 ,000 54,970 -1002,654
Quadratic ,824 221,847 2 92 ,000 -,750 ,629 ,000
Cubic ,850 177,175 3 91 ,000 47,206 -2,895 ,077 -,001
Compound ,822 444,253 1 93 ,000 8,779 1,022
Power ,810 408,926 1 93 ,000 ,605 ,993
S ,749 286,808 1 93 ,000 4,236 -37,931
Growth ,822 444,253 1 93 ,000 2,172 ,022
Exponential ,822 444,253 1 93 ,000 8,779 ,022
Logistic ,822 444,253 1 93 ,000 ,114 ,978
The independent variable is Y1.
Lampiran 4. Hasil Analisis PLS

SmartPLS Report
Inner Weight (Structural Model)

Outer Weights (Measurement Model)


Outer Loadings (Measurement Model)

Latent Variable Correlations

R Square
Composite Reliability

AVE

Cross Loadings
Bootstrapping
Result For Inner Weights
Standard
Original Sample Standard Error T Statistics
Deviation
Sample (O) Mean (M) (STERR) (|O/STERR|)
(STDEV)
X1 -> Y1 0,577024 0,564235 0,130465 0,130465 4,422845
X1 -> Y2 0,570115 0,564196 0,054547 0,054547 10,451730
X2 -> Y1 0,307716 0,321617 0,112429 0,112429 2,736978
X2 -> Y2 0,208338 0,202913 0,058362 0,058362 3,569786
Y1 -> Y2 0,247245 0,258161 0,052774 0,052774 4,684948

Anda mungkin juga menyukai