Anda di halaman 1dari 121

KINERJA PEMERINTAH KELURAHAN DALAM PROGRAM

PEMBERDAYAAN KELURAHAN
(Studi pada Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia)




TESIS


Oleh

HENDRA DERMAWAN SIREGAR
067024011/SP



















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
KINERJA PEMERINTAH KELURAHAN DALAM PROGRAM
PEMBERDAYAAN KELURAHAN
(Studi pada Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia)






Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP)
dalam Program Studi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara






TESIS





Oleh

HENDRA DERMAWAN SIREGAR
067024011/SP





SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
J udul Tesis : KINERJ A PEMERINTAH KELURAHAN DALAM
PROGRAM PEMBERDAYAAN KELURAHAN
(Studi Pada Kelurahan Polonia Kecamatan Medan
Polonia)
Nama Mahasiswa : Hendra Dermawan Siregar
Nomor Pokok : 067024011
Program Studi : Studi Pembangunan



Menyetujui,
Komisi Pembimbing






(Drs. Kariono, M.Si) (Drs. Agus Suriadi, M.Si)
Ketua Anggota





Ketua Program Studi, Direktur,





(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)











Tanggal Lulus : 14 April 2008
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Telah diuji pada
Tanggal 14 April 2008















PANITIA PENGUJ I TESIS

Ketua : Drs. Kariono, M.Si
Anggota : 1. Drs. Agus Suriadi, M.Si
2. Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
3. Drs. Sudirman, MSP
4. Subhilhar, MA, Ph.D
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
PERNYATAAN



KINERJA PEMERINTAH KELURAHAN DALAM PROGRAM
PEMBERDAYAAN KELURAHAN
(Studi Pada Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia)





TESIS




Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.



Medan, April 2008




(Hendra Dermawan Siregar)








Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRAK


Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana kinerja aparat
kelurahan dalam program pemberdayaan kelurahan di Kelurahan Polonia sesuai dengan
surat keputusan Walikota Kota Medan, nomor 050 / 848 / sk /1998 tanggal 11 maret
1998.
Sesuai dengan fokusnya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif, untuk menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (fact finding). Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik, wawancara, dan teknik dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak kota Medan telah berupaya
semaksimal mungkin untuk mensukseskan dan mengimplementasikan instruksi
tersebut dengan melaksanakan pemberdayaan di wilayah Kelurahan Polonia dengan
mengutamakan pemberdayaan kelurahan dan juga masyarakat di kelurahan.
Pemberdayaan Kelurahan mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya
untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. J adi,
pendekatan pemberdayaan kelurahan bertitik berat pada pentingnya masyarakat yang
mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri sehingga
diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sekedar objek, tetapi justru
sebagai subjek pelaku pembangunan ikut menentukan masa depan dan kehidupan
masyarakat secara umum. Kinerja pemerintah Kelurahan Polonia sudah dapat
dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari baiknya akuntabilitas, responsivitas dan
responsibilitas dari pemerintah kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.


Kata Kunci: Kinerja, Pemberdayaan












Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRACT


This study is aiming at understanding the performance of the Kelurahan
aparatur in the implementation empowerment of Kelurahan Polonia as the Walikota
Kota Medan, nomor 050/848/SK/1998 tanggal 11 maret 1998.
This study used descriptive qualitative methods to describe the research
subject/object condition based on fact finding. Data gathering was by, interview and
documentation techniques. The focus of research is to show the the performance of the
govermental aparatur Kelurahan in doing empowerment program in kelurahan polonia.
The study results showed that goverment apartur of kelurahan Polonia had a
maximally effort to successfully the implementation the program by doing
empowerment in kelurahan and to the kelurahan people. Kelurahan empowerment
program is some effort to actuallitation some potension that own by people. So, the
main think of this program is to make the people to be stand alone as a system that can
to organizer them self so they are not just a object but as a subject in development an
also get together to determine the future. The performance of the aparatur whould be
said was so good, this statement can we saw from the akuntability, responsibility and
responsivity of the goverment apartur in kelurahan polonia to give serve to the people.


Keys Words: Performance, Empowerment
















Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini
dengan sebaik-baiknya. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magister
Studi Pembangunan (M.SP) dalam Program Studi Pembangunan pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan oleh kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
akan menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak guna kesempurnaan Tesis ini.
Dalam hal ini Penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak dalam menyelesaikan Tesis ini. Pantas kiranya penulis dengan hati
yang tulus mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(k) selaku Rektor USU yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti perkuliahan di
Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Subhilhar, MA, Ph.D selaku Penasehat Program pada Program Studi
Pembangunan USU dan Penguji Tesis yang telah memberikan banyak masukan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Tesis pada Program Studi
Pembangunan.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
3. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program pada Program Studi
Pembangunan USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
dapat mengikuti perkuliahan pada Program Studi Pembangunan.
4. Drs. Kariono, M.Si selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan
dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesisnya.
5. Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku Sekretaris Program pada Program Studi
Pembangunan USU dan sekaligus Pembimbing II yang telah sabar membimbing
serta meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan dan saran
sehingga Tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
6. Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si dan Drs. Sudirman, MSP selaku Penguji Tesis
yang telah meluangkan waktunya untuk mengkoreksi dan memberikan masukan
sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Hj. Fizni Anggraini, mama tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan
perhatiannya yang besar, doa, dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan
studinya pada Program Studi Pembangunan USU. Khususnya lagi kepada Alm.
Budiman Siregar, papa tercinta yang telah dipelihara Allah SWT sejak 05 April
2002 yang lalu, dimana semasa hidupnya selalu memotivasi penulis agar terus
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sehingga sekarang penulis
dapat menyelesaikan Tesisnya tepat pada waktunya. There is no word can be
expressed to describe how I love you both and how big are your love for me.
8. Dina Rahmah Nasution, S.Sos, istri tercinta yang telah begitu banyak membantu,
memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Tesisnya. Dina, you are not the special one but you are the best. Begitu juga
kepada Filzah Halwa Siregar Anak tersayang yang selalu memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan Tesisnya.
9. Aman Fahri Siregar, SE, Fera, Andi Irawan Siregar dan Akila Siregar, selaku
abang, kakak ipar dan adik serta ponakan penulis yang telah banyak memberikan
dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesisnya.
10. Hj. Delima Hasibuan, Aida Nasution, M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP dan Fatimah
Rizki Nasution, SE, selaku mertua, kakak, abang, dan adik ipar penulis yang telah
banyak memberikan, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tesisnya.
11. Kepada teman-teman seangkatan penulis yaitu Angkatan IX t.a.2006/2007 yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua
dukungannya.

Medan, April 2008
Penulis,


(Hendra Dermawan Siregar)






Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Hendra Dermawan Siregar
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 30 Oktober 1976
3. J enis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Status : Kawin
6. Nama Ayah : Alm. Budiman Siregar
7. Nama Ibu : Hj. Fizni Anggraini
8. Alamat : J l. Prof. H. M. Yamin, SH No.33 Medan
9. Nomor Telpon : 061-4142485
10. Pendidikan:
1983-1989 : SD Bhayangkari Medan
1989-1992 : SMP Negeri 1 Medan
1992-1995 : SMA Negeri 1 Medan
1996-2000 : STPDN Bandung
11. Pengalaman Kerja:
2000-2001 : Adc. Sekda Kab. Deli Serdang
2001-2002 : Staf Kantor Camat Tj. Morawa
2002-2003 : Kasi. Pemerintahan Kelurahan Pekan Tj. Morawa
2003-2005 : Adc. Wakil Walikota Medan
2005-2006 : Adc. Sekda Medan
2006-sekarang : Lurah Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan





Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK... i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR ISI .. vii
DAFTAR TABEL .. ix
DAFTAR GAMBAR . x

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1. Pengertian Organisasi................................................................ 7
2.2. Kinerja Organisasi .................................................................... 10
2.3. Mengukur Kinerja Organisasi ................................................... 13
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja.............................. 14
2.5. Pemberdayaan........................................................................... 16
2.6. Pemberdayaan Kelurahan.......................................................... 20
2.7. Pembaruan Kinerja Organisasi Publik...................................... 31
2.8. Fungsi Pemerintah..................................................................... 36
2.9. Pemerintah Kelurahan............................................................... 37
2.10.Defenisi Konsep........................................................................ 39


Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB III : METODE PENELITIAN............................................................ 41
3.1. J enis Penelitian......................................................................... 41
3.2. Informan................................................................................... 41
3.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 42
3.4. Lokasi Penelitian ..................................................................... 43
3.5. Metode Analisa Data ............................................................... 43
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 44
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................ 44
4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan ................................. ... 44
4.1.2. Asal Usul dan Perkembangan Kota Medan................... 46
4.1.3. Gambaran Umum Kelurahan Polonia ............................ 54
4.1.4. Luas Daerah................................................................... 54
4.2. Kinerja Pemerintah Kelurahan.................................................. 55
4.2.1. Akuntabilitas ................................. .............................. 58
4.2.2. Responsibilitas ............ ................................................ 76
4.2.3. Responsivitas ............................................................... 90
BAB V : PENUTUP .......................................................................................... 102
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 102
5.2. Saran ....................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 104








Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman
1 Informan Penelitian...............................................42
2 Target WP dan PBB....87
3 Realisasi WP dan PB ..............................................................................88
4 Rencana dan Realisasi Kegiatan Pembinaan di Wilayah Kelurahan Polonia 2007.......95















Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman
1 Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan.........................................39
2 Bagan Potensi Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2006....54
3 Bagan Struktur Pemerintahan Kelurahan Polonia Kecamatan Polonia...55
4 Gotong Royang Masyarakat Membersihkan Selokan.....................................65
5 Mobil Pengangkutan Sampah......................................................................66
6 Pos Siskamling yang Merupakan Hasil Swadaya Kelurahan..........................68
7 Pemasangan Lampu di Ruko dan Rumah Penduduk...................................69
8 Pembinaan Pedagang Kaki Lima.........................................................................81
9 Penertiban Pedagang Kaki Lima.........................................................................82
10 Penertiban terhadap Hewan Peliharaan...85
11 Kereta Gerobak Swadaya Masyarakat.................................................................87
12 Himbauan Pembayaran Pajak......................................................................88
13 Kegiatan Penyuluhan PKK..........................................................................98
14 Kegiatan Pengajian......................................................................................99
15 Kegiatan Maulid Nabi...................................................................................100

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Otonomi Daerah yang sedang berlangsung saat ini merupakan suatu hal yang
baru bagi setiap daerah di Indonesia, oleh karena otonomi yang dicanangkan melalui
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut lebih memberikan keleluasaan bagi
daerah untuk mengekspresikan dirinya menuju arah berkembang melalui
pemberdayaan masyarakat daerah itu sendiri. Hal tersebut tentunya mengembalikan
masyarakat daerah kepada penemuan dirinya masing-masing dengan ciri dan
kemampuannya masing-masing, setelah terbelenggu dengan penyeragaman yang
selama ini terjadi oleh rezim yang ada.
J . Kaloh (2002) menyatakan, pada dasarnya di era otonomi daerah fungsi
pemerintahan meliputi tiga hal yaitu pelayan kepada masyarakat (service); membuat
pedoman/arah atau ketentuan kepada masyarakat (regulation); dan pemberdayaan
(empowering). Selanjutnya Sadu Wasistiono (2000) menyatakan salah satu tugas pokok
pemerintah yang terpenting adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat,
oleh karena itu organisasi pemerintah sering pula disebut sebagai pelayanan
masyarakat (public service).
Otonomi Daerah yang sarat dengan isu strategi berupa kelembagaan, sumber
daya manusia berupa aparatur pelaksana, jaringan kerja serta lingkungan kondusif yang
terus berubah merupakan sebuah tantangan bagi Kelurahan Polonia untuk menanggapi
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
serta mensiasatinya dengan tanggap dan cepat agar tidak ketinggalan dari kelurahan-
kelurahan lainnya dalam memacu gerak pembangunan.
Dengan demikian diperlukan kinerja yang lebih intensif dan optimal dari bagian
organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang diembannya. Kinerja suatu organisasi
sangat penting, oleh karena dengan adanya kinerja maka tingkat pencapaian hasil akan
terlihat sehingga akan dapat diketahui seberapa jauh pula tugas yang telah dipikul
melalui tugas dan wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata dan
maksimal.
Kinerja organisasi yang telah dilaksanakan dengan tingkat pencapaian tertentu
tersebut seharusnya sesuai dengan misi yang telah ditetapkan sebagai landasan untuk
melakukan tugas yang diemban. Dengan demikian kinerja (performance) merupakan
tingkat pencapaian hasil atau the degrees of accomplishment (Keban,1995).
Sehubungan dengan tuntutan pembangunan di era otonomi, Pemerintah Kota
Medan mengambil kebijakan Program Pemberdayaan Kelurahan. Hal ini diperkuat
dengan dikeluarkannya Instruksi Walikota Medan Nomor:141/1417/INST, tentang
Tugas dan Tanggung J awab Camat dalam Membina dan Mengawasi Program
Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan dan Instruksi Walikota Medan
Nomor:141/079/INST, tentang Tugas dan Tanggung J awab Kepala Kelurahan dalam
Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan.
Kelurahan sebagai organisasi pemerintahan yang paling dekat dan berhubungan
langsung dengan masyarakat merupakan ujung tombak keberhasilan pembangunan kota
khususnya otonomi daerah, dimana kelurahan akan terlibat langsung dalam
perencanaan dan pengendalian pembangunan serta pelayanan. Dikatakan sebagai ujung
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
tombak karena kelurahan berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu
kelurahan harus mampu menjadi tempat bagi masyarakat untuk diselesaikan atau
meneruskan aspirasi dan keinginan tersebut kepada pihak yang berkompeten untuk
ditindak lanjuti. Disamping itu peran kelurahan di atas menjembatani program-program
pemerintah untuk disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami dan
didukung oleh masyarakat.
Dengan begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada di Kota Medan,
seperti dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ditambah dengan
pembangunan yang harus dilakukan Pemerintah Kota Medan, untuk meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat. Maka baik visi, misi dan fungsi Kota Medan
mengkondisikan perlunya suatu upaya Pemberdayaan Masyarakat, salah satunya adalah
Program Pemberdayaan Kelurahan.
Dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan,
kelurahan sebagai ujung tombak pemerintahan diberikan tugas dan tanggung jawab
untuk mensukseskan program ini. Hal tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya
Instruksi Walikota Medan Nomor: 141 / 079 / INST, tentang tugas dan tanggung jawab
kepala kelurahan dalam Program Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan seperti:
1. Kebersihan
2. Keamanan
3. Ketertiban
4. Pembinaan Masyarakat
5. Pelayanan Masyarakat
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Berangkat dari kondisi di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa aparat
kelurahan memiliki tanggungjawab yang besar dalam pencapaian hasil maksimal dari
program pemberdayaan ini. Dengan perkataan lain, untuk mewujudkan dan mencapai
tujuan tersebut diperlukan kemampuan dan kinerja aparat yang maksimal. Kinerja
aparat kelurahan menjadi faktor yang sangat penting bagi implementasi pelaksanaan
pemberdayaan kelurahan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Orsbone dan Gaebler
(1992) yang menyatakan bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh pemerintah
dewasa ini bukan terletak pada apa yang dikerjakan tetapi terletak pada bagaimana
mengerjakan.
Dalam melaksanakan pemberdayaan pihak pemerintah kelurahan harus
terlebih dahulu melihat semua faktor kemungkinan yang ada, baik itu kesempatan,
peluang maupun tantangan serta hambatan apa yang ada dalam era otonomi ini serta
pemberdayaan yang akan dibuat haruslah pula dapat menjawab serta memenuhi
kehendak pelanggan yaitu masyarakat di kelurahan yang memerlukan pelayan secara
optimal agar tercipta suatu keadaan yang menggambarkan good governance di
kelurahan Polonia. Untuk itu diperlukan pula aparat birokrasi pemerintah yang
memiliki kemampuan dan responsif yang tinggi serta berdisiplin, komitmen dan
bertanggungjawab serta accountability dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai
unsur pelayananan terhadap organisasi publik. Ini sangat penting bagi birokrat dalam
pelaksanaan misi tugasnya agar dapat terwujud tujuan ke arah keberhasilan, yaitu
berupa pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Berdasarkan kondisi di atas maka penulis tertarik melakukan sebuah penelitian
dengan judul Kinerja pemerintah kelurahan dalam program pemberdayaan kelurahan
(Studi pada Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia).

1.2. Perumusan Masalah
Berangkat dari permasalahan dan identifikasi masalah yang menjadi latar
belakang kajian ini, maka untuk menjawab permasalahan penelitian ini diperlukan
pertanyaan yang akan berguna bagi arah dan langkah penelitian dalam bentuk
pertanyaan. Adapun rumusan masalah yang diajukan adalah: Bagaimanakah kinerja
Pemerintah Kelurahan Polonia dalam Program Pemberdayaan Kelurahan?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah teridentifikasinya pelaksanaan
program pemberdayaan kelurahan, dan secara khusus adalah untuk mengetahui:
Kinerja Pemerintah Kelurahan dalam Program Pemberdayaan Kelurahan di Kelurahan
Polonia.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. Secara praktis sebagai masukan bagi Pemerintah dalam upaya peningkatan kinerja
pemerintah dalam melaksanakan pelayanan dan pemberdayaan.


Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
b. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan menambah khasanah
pengetahuan di bidang pemberdayaan dan menjadi acuan oleh penelitian lain yang
berhubungan dengan pemberdayaan dan kinerja pemerintah.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Organisasi
Organisasi yang didirikan pada dasarnya ingin mencapai tujuan dan sasaran
yang telah disepakati bersama dengan lebih efisien dan efektif dengan tindakan yang
dilakukan bersama-sama dengan penuh rasa tanggung jawab. Hal ini dapat dilakukan
apabila para manjer dan anggotanya mengerti dan memahami dengan benar tentang
organisasi. Karena, organisasi tersebut dapat dipandang sebagai wadah, sebagai proses,
sebagai perilaku dan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Namun,
pendefinisian organisasi yang banyak dilakukan oleh para ahli sekurang-kurangnya
mempunyai unsur-unsur adanya manusia atau orang-orang yang bekerjasama, adanya
kerjasama itu sendiri, dan adanya tujuan organisasi yang telah disepakati.
Definisi organisasi dari beberapa pandangan ahli organisasi tersebut diatas
maka selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan organisasi
secara sederhana, sebagai berikut:
Organisasi adalah merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama-sama secara efisien dan efektif melalui kegiatan yang telah ditentukan secara
sistematis dan didalamnya ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang
jelas dalam mencapai tujuan organisasi tersebut.

Organisasi itu sangatlah penting dalam kehidupan kita dan meresap dalam
kehidupan masyarakat, karena dalam kenyataannya sebagian besar orang hidup dalam
organisasi dan menghabiskan waktu hidup mereka sebagai anggota organisasi (sosial,
pekerjaan, sekolah dan sebagainya). Memang kadangkala kita melihat organisasi itu
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
dapat dijalankan dengan lancar, efisien dan cepat serta tanggap terhadap kebutuhan
manusia dan kadangkala juga dapat menjengkelkan atau membingungkan kita. Namun
organsasi itu setidak-tidaknya dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif jika
kemampuan technical skill dan manajerial skill dapat diterapkan dengan baik menjadi
satu kesatuan yang solid yakni kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi dapat dilihat atau ditinjau dari beberapa sudut pandangan, antara
lain:
1. Organsiasi Sebagai Wadah
Organisasi adalah merupakan suatu wahana kegiatan yang mencerminkan
bahwa organisasi merupakan tempat beraktivitas saja yakni kegiatan administrasi dan
manajemen. Dalam wadah kegiatan itu setiap orang harus jelas tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya, serta hubungan dan tata kerjanya. Pengertian demikian ini
merupakan organisasi yang besifat statis karena hanya melihat strukturnya saja.
Dikatakan oleh Soewarno Handayaningrat (1980: 42) memberikan penjelasan sebagai
wadah yang sifatnya statis, karena setiap orang dalam wadah itu harus jelas tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya serta hubungan dan tata kerjanya.
Oleh karena itu dalam organisasi yang dipandang sebagai wadah aktivitas maka
pola struktur harus atas dasar landasan yang kuat serta pemikiran yang benar-benar
berorientasi pada masa depan. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi
terjadi adanya perubahan dimasa datang misalnya perubahan tujuan, perubahan
aktivitas yang menuntut adanya perubahan yang mendasar dan strukturnya tidak harus
berubah.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
2. Organisasi Sebagai suatu Proses Pembagian Kerja
Organisasi sebagai suatu proses pembagian kerja melihat bahwa adanya unsur-
unsur yang saling berhubungan, yakni sekelompok orang atau individu, adanya
kerjasama dan adanya tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Interaksi dalam organisasi
akan terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok
dengan kelompok. Hubungan-hubungan ini terjadi karena adanya pembagian kerja
yang telah jelas dalam suatu sistem. Kerjasama dalam suatu sistem yang teratur ini
dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.
Louis Allen (1958: 57) mengemukakan tentang perlunya pembagian kerja
sebagai berikut:
We can define organization as the process of denifying and grouping the work to be
performed, defining and delegating responsibility and authority, and establishing
relationships for the purposes of enabling people to work most effectively together in
accomplisihing objectives (kami dapat merumuskan organisasi sebagai proses
menetapkan dan mengelompok-lompokkan pekerjaan yang akan dilakukan,
merumuskan dan melimpahkan tanggung jawab dan wewenang serta menyusun
hubungan-hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama
secara paling efektif dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Pengelompokan orang-orang dalam suatu pekerjaan yang dilakukan akan
memungkinkan terjadinya hubungan kerjasama yang formal sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan disamping itu dapat pula terjadi hubungan yang sifatnya informal
antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok kerja yang lain, hal
ini dapat terjadi karena adanya kepentingan-kepentingan pribadi masing-masing
individu dalam suatu organisasi.


Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
3. Organisasi sebagai Suatu Alat dalam Mencapai Tujuan
Manusia mendirikan suatu organisasi karena adanya beberapa tujuan dari
individu dan hanya akan tercapai lewat tindakan yang harus dilakukan dengan adanya
kesepakatan-kesepakatan atau adanya persetujuan bersama. Untuk melaksanakan
kesepakatan tersebut maka dengan cara kerjasama akan dapat meringankan,
mengefektifkan, mengefisiensikan dan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang
hendak dicapai bersama.
Gibson, et. al (1993: 3) dalam kaitannya dengan tujuan maka organisasi itu
mengejar tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dapat dicapai secara lebih efisien dan
lebih efektif dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama. Organisasi
merupakan suatu alat dalam mencapai tujuan dan sangat diperlukan oleh masyarakat
baik dalam bidang profit maupun jasa (pelayanan). Tujuan organisasi akan tercapai
bilamana tiap-tiap individu yang ada dalam organisasi sadar akan tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya sehingga pada akhirnya tujuan organisasi akan tercapai.

2.2. Kinerja Organisasi
Menurut Peter J ennergren dalam Nystrom dan Starbuck (1981:43), makna dari
Performance (Kinerja) adalah Pelaksanaan tugas-tugas secara actual. Sedangkan
Osborn dalam J ohn Willey dan Sons (1980:77) menyebutnya sebagai Tingkat
pencapaian misi organisasi. Dengan demikian dapatlah disimpulkan yang mana
performance (kinerja) itu merupakan Suatu keadaan yang bisa dilihat sebagai
gambaran dari hasil sejauh mana pelaksanaan tugas dapat dilakukan berikut misi
organisasi.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Sebelum membahas masalah kinerja organisasi, terlebih dahulu perlu di bahas
tentang masalah organisasi. Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama sekelompok
manusia atau orang di bidang tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(Etzioni,1969). Lebih lanjut Etzioni, menjelaskan bahwa organisasi memiliki ciri-ciri:
a) adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggungjawab berkomunikasi, pembagian
yang direncanakan untuk mempertinggi realisasi tujuan khusus, b) adanya satu atau
lebih pusat kekuasaan yang mengawasi penyelenggaraan usaha-usaha bersama dalam
organisasi dan pengawasan. Usaha tersebut untuk mencapai tujuan organisasi, pusat
kekuasaan ini juga harus menunjuk secara terus menerus pelaksanaan organisasi dan
menata kembali strukturnya untuk meningkatkan efisiensi, c) pengaturan personil
misalnya orang-orang yang bekerja secara tidak memuaskan dapat dipindahkan dan
kemudian mengangkat pegawai lain untuk melaksanakan tugasnya.
Sedangkan Henry (1988) mengatakan bahwa organisasi merupakan suatu
koneksitas manusia yang kompleks dan dibentuk untuk tujuan tertentu, dimana
hubungan antara anggotanya bersifat resmi (impersonal), ditandai oleh aktivitas
kerjasama, terintegrasi dalam lingkungan yang lebih luas, memberikan pelayanan dan
produk tertentu dan tanggungjawab kepada hubungan dengan lingkungannya.
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang kinerja organisasi,
J ackson dan Morgan (1978) mengemukakan bahwa kinerja pada umumnya
menunjukkan tingkat tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, yang hendak dicapai.
Rue and Byar {1981 (dalam Keban, 1995)} menyebutkan bahwa kinerja (performance)
didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment
atau kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi secara berkesinambungan.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Sementara itu, Atmosudirdjo (1997) mengatakan bahwa kinerja juga dapat
berarti prestasi kerja, prestasi penyelenggaraan sesuatu (performance, how well you do
a piece of work or activity). Faustino (1995) memberi batasan mengenai perfomansi
adalah suatu cara mengukur kontribusi-kontribusi dari individu - individu anggota
organisasi kepada organisasinya.
Selain itu Bernadin dan Russel sebagaimana dikutip J ones (1991) lebih rinci
memberikan batasan mengenai kinerja yakni dampak yang dihasilkan dari fungsi suatu
pekerjaan tertentu atau kegiatan selama satu periode waktu tertentu. Menurut Peter
J ennergen (dalam Steers,1985) pengertian kinerja organisasi adalah tingkat yang
menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi
organisasi tercapai. Selanjutnya Pamungkas (2000) menjelaskan bahwa kinerja adalah
penampilan cara-cara untuk menghasilkan sesuatu hasil yang diperoleh dengan
aktivitas yang dicapai dengan suatu unjuk kerja.
Dengan demikian dari konsep yang ditawarkan tersebut dapat dipahami bahwa
kinerja adalah konsep utama organisasi yang menunjukan seberapa jauh tingkat
kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.
Untuk mengetahui bagaimana kinerja sebuah organisasi banyak pendapat para
pakar dengan menggunakan indikator dan konsep, seperti efektivitas, efisiensi dan juga
produktivitas untuk menentukan sejauh mana kemampuan sebuah organisasi dalam
mencapai tujuan. Namun konsep dan indikator yang dikemukakan selalu saja hanya
tepat digunakan bagi organisasi swasta yang berorientasi keuntungan belaka, hal ini
tentunya berbeda dengan organisasi publik yang berorientasi pada pelayanan kepada
masyarakat banyak tanpa mengejar keuntungan materi. Namun orientasi untuk
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
pelayanan publik bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat untuk menuju suatu
pemerintahan yang good governance.

2.3. Mengukur Kinerja Organisasi
Cakupan dan cara mengukur indikator kinerja sangat menentukan apakah suatu
organisasi publik dapat dikatakan berhasil atau tidak (Keban,1995). Lebih lanjut Keban
menjelaskan bahwa ketepatan pengukuran seperti cara atau metode pengumpulan data
untuk mengukur kinerja juga sangat menentukan penilaian akhir kinerja.
Whittaker (1993) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas
(dalam LAN, 2000). Pengukuran kinerja mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran
kinerja sendiri dan evaluasi kinerja, di mana untuk melaksanakan kedua hal tersebut
terlebih dahulu harus ditentukan tujuan dari suatu program secara jelas. Pengukuran
kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas,
sehingga suatu pemerintah daerah dapat dikatakan berhasil jika terdapat bukti-bukti
atau indikator-indikator atau ukuran-ukuran capaian yang mengarah pada pencapaian
misi. Teknik dan metode yang digunakan dalam menganalisis kinerja kegiatan, yang
pertama-tama dilakukan adalah dengan melihat sejauh mana adanya kesesuaian antara
program dan kegiatannya. Program dan kegiatan merupakan program dan kegiatan
sebagaimana yang tertuang dalam perencanaan strategis Pemerintah Daerah yang
bersangkutan.
Donald dan Lawton (dalam Keban,1995) mengatakan bahwa penilaian kinerja
organisasi dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
waktu tertentu dan penilai tersebut juga dapat dijadikan input bagi perbaikan dan
peningkatan kinerja organisasi.
Levine dkk (1990) mengusulkan tiga konsep yang bisa dipergunakan untuk
mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu: responsiveness, responsibility dan
accountability (Dwiyanto, 1995). Georgepoulus dan Tannenbaum dalam Emitai
Etzioni (82) Menggunakan ukuran keberhasilan sebuah organisasi dengan:
1. Produktivitas organisasi
2. Bentuk organisasi yang luwes sehingga berhasil menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi di dalam organisasi yang bersangkutan.
3. Tidak adanya ketegangan, tekanan maupun konflik di antara bagian-bagian dalam
oganisasi tersebut.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Banyak faktor yang dapat berperanan menciptakan kinerja organisasi,
diantaranya visi-misi, struktur organisasi, prosedur kerja, sistem intensif, disiplin, kerja
sama, kepemimpinan dan lain-lain. Hal tersebut telah dibuktikan dengan berbagai
penelitian. Menurut penelitian Daha (2002), faktor yang dapat berperanan dalam
mempengaruhi keberhasilan kinerja pelayanan publik yang sangat dominan adalah
faktor kepemimpinan, sistem intensif dan kerjasama (Studi Kasus pada Kantor
Pendaftaran Penduduk Kota Samarinda). Keadaan tersebut lebih banyak terdapat pada
organisasi yang bertujuan profit dan organisasi pelayanan publik secara langsung.


Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Menurut Zauhar (1996:9), menyebutkan:
peningkatan kinerja individu dapat dilihat dari keterampilannya, kecakapan
praktisnya, kompetensinya, pengetahuan dan informasinya, keleluasaan
pengalamannya, sikap dan prilakunya, kebajikannya, kreativitasnya, moralitasnya dan
lain-lain. Kinerja kelompok dilihat dari aspek kerjasamanya, keutuhannya, disiplinnya,
loyalitasnya dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas, kinerja individu sangat dipengaruhi banyak hal,
yang mana sangat menonjol adalah kecakapan serta pengetahuan seseorang,
sesdangkan kinerja kelompok juga sangat kompleksnya, yang mana diantaranya adalah
aspek kerjasama dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut tentunya
dibutuhkan sikap profesionalisme dalam bekerja.
Menurut Robins (2001:273), bahwa:
Sejumlah faktor struktural menunjukkan suatu hubungan kekinerja. Diantara
faktor yang lebih menonjol adalah persepsi peran, norma, inekuitas status, ukuran
kelompok, susunan demografinya, tugas kelompok, dan kekohesifan.
Selanjutnya menurut Katz (1969) pelaksanaan tugas atau tujuan organisasi
memerlukan dukungan struktur organisasi, seperti dasar hukum, tata kerja, fasilitas dan
lain-lain. Kemampuan struktur organisasi merupakan kemampuan administrasi, yakni
kemampuan organisasi untuk mencapai atau menyelesaikan tugas-tugas yang didukung
oleh struktur organisasi di samping lingkungannya. Seberapa jauh kemampuan
organisasi melaksanakan fungsi sangat tergantung pada tersedianya tenaga terlatih,
resources dan tingkat kewenangan (Katz, 1969:100).

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Selanjutnya Wright dkk (1996:188), berpandangan bahwa:
Struktur Organisasi adalah sebagai bentuk cara dimana tugas dan tanggung
jawab dialokasikan kepada individu, dimana individu tersebut dikelompokkan ke dalam
kantor, departemen dan divisi. Struktur Organisasi hendaknya selalu menyesuaikan
dengan perkembangan kebutuhan publik dan lingkungan hal tersebut bertujuan untuk
terciptanya kinerjaorganisasi yang efektif dan proses kerja yang cepat.
Menanggapi pendapat di atas, maka dapat disimak bahwa untuk terciptanya
kinerja organisasi yang efektif agar tercipta suatu keadaan untuk mempercepat proses
kerja yang cepat dibutuhkan struktur organisasi yang bisa memenuhi kebutuhan publik
dalam era otonomi saat ini.
Melihat dari pendapat para pakar tersebut di atas jelaslah, bahwa
profesionalisme pegawai dan struktur organisasi merupakan faktor yang mempengaruhi
dalam kinerja suatu organisasi khususnya dalam hal ini pemerintah kelurahan Polonia.

2.5. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien dari
keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. J adi pemberdayaan masyarakat adalah upaya
mengembangkan mayarakat dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi punya
daya dengan tujuan agar masyarakat tersebut dapat mencapai/memperoleh kehidupan
yang lebih baik.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Payne (1997:266) mengemukakan lebih jauh inti dari tujuan pemberdayaan
dilakukan :
to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the
effect of social or personal blocks to exercising cacity and self-confidence to use power
and by transferring power from the environment to clients.

Shardlow (1998:32) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok maupun
komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Gagasan Shardlow ini, tidak
jauh dengan gagasan yang mengartikan pemberdayaan sebagai upaya mendorong klien
untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitannya dengan upaya
mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien mempunyai kesadaran dan
kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.
Pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya memberikan kekuatan,
kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan berbagai bentuk inovasi kreatif sesuai
dengan kondisi, yang secara potensial dimiliki. Disamping itu secara bertahap
masyarakat juga didorong untuk meningkatkan kapasitas dirinya untuk mengambil
peran yang sejajar dengan mereka yang lebih berdaya melalui proses penyadaran.
Konsep pemberdayaan pada hakikatnya dapat dipandang sebagai upaya untuk
mewujudkan keberdayaan, yaitu kemampuan dan kemandirian. Menurut Kartasasmita
(1996:2) keberdayaan merupakan unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat
bertahan (survive) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai
kemajuan. Unsur-unsur yang menjadi sumber keberdayaan masyarakat dimaksud
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
adalah nilai kesehatan, pendidikan, prakarsa, kekeluargaan, kegotongroyongan,
kejuangan dan sebagainya.
Secara etimologi, pemberdayaan berasal dari kata berdaya yang berarti
berkekuatan, berkemampuan bertenaga (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998: 189).
Menurut Sumodiningrat, (1999) pengertian pemberdayaan adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian. Perserikatan Bangsa Bangsa untuk program
pembangunan (United Nations Development Programme) mendefinisikan
pemberdayaan masyarakat sebagai proses dimana semua usaha swadaya masyarakat
digabungkan dengan usaha usaha yang dilakukan pemerintah guna meningkatkan
kondisi masyarakat di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Atau pengertian tersebut
dapat disederhanakan menjadi suatu metode atau pendekatan yang menekankan adanya
partisipasi umum dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan.
Pemberdayaan (empowerment) dalam studi kepustakaan memiliki
kecenderungan dalam dua proses. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan
pada proses pemberian atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya, dan kedua,
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempuyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan
hidupnya melalui proses dialog.
Menurut Prijono (1996:208-209), pemberdayaan terdiri dari pemberdayaan
pendidikan, ekonomi, sosial budaya, psikologi dan politik. Pemberdayaan pendidikan
merupakan faktor kunci yang ditunjang dan dilengkapi oleh pemberdayaan yang lain,
yaitu:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
1. Pemberdayaan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci pemberdayaan
masyarakat. Oleh karena pendidikan dapat meningkatkan pendapatan, kesehatan,
produktivitas. Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah satu
penyebabnya adalah faktor ekonomi, karena dalam pendidikan itu sendiri
membutuhkan biaya yang cukup banyak.
2. Pemberdayaan ekonomi. Akses dan penghasilan atas pendapatan bagi setiap orang
merupakan hal yang penting karena menyangkut otonominya (kemandirian).
Sehingga dengan faktor ekonomi tersebut memungkinkan manusia untuk
mengontrol dan mengendalikan kehidupannya sesuai dengan yang mereka
inginkan.
3. Pemberdayaan sosial budaya. Dalam kehidupan masyarakat hendaknya tidak ada
pembedaan-pembedaan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
Setiap manusia hendaknya memiliki peran dan tanggung jawab yang sama sehingga
dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat secara bersama-sama.
4. Pemberdayaan psikologi. Pemberdayaan sebagai perubahan dalam cara berfikir
manusia. Pemberdayaan tidak bermaksud membekali manusia dengan kekuasaan
dan kekayaan, tetapi membuat mereka sadar terhadap dirinya dan apa yang
diinginkan dalam hidup ini. Interaksi antar masyarakat didasarkan atas pengambilan
keputusan bersama, tanpa ada yang memerintah dan diperintah, tidak ada yang
merasa menang atau dikalahkan. Pemberdayaan didasarkan atas kerja sama, untuk
mencapai dengan hubungan timbal balik yang saling memberdayakan.
5. Pemberdayaan politik. Dalam pemberdayaan politik pada intinya adalah bagaimana
setiap orang dapat memiliki peluang dan partisipasi yangs sama dalam kegiatan-
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
kegiatan politik. Seperti kesempatan bersama dalam pengambilan keputusan dan
kepemimpinan, keterlibatan lembaga-lembaga politik, kesempatan untuk
memberikan pendapat dan menyampaikan hak suara dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan yang menurut Midgley dalam Adi
(2003:49-50) diidentikkan dengan pembangunan sosial yang dapat dilakukan oleh
individu, masyarakat/atau komunitas maupun oleh pemerintah, yaitu:
1. Pembangunan sosial melalui individu (Social Development By Individual), dimana
individu-individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha pelayanan
masyarakat pada pendekatan individual ataupun perusahaan (individuals or
enterprise approach).
2. Pembangunan sosial melalui komunitas (Social Development By Communities),
dimana kelompok masyarakat secara bersama-sama berupaya mengembangkan
komunitas lokalnya. Pendekatan ini lebih dikenal dengan nama pendekatan
komunitarian (communitarian approach).
3. Pembangunan sosial melalui pemerintah (Social Development By Goverments),
dimana pembangunan sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga didalam organisasi
pemerintah (governmental agencies). Pendekatan ini lebih dikenal dengan nama
pendekatan statis (statist approach).

2.6. Pemberdayaan Kelurahan
Program Pemberdayaan Kelurahan merupakan sebuah kebijakan Pemerintah
Kota Medan yang dilaksanakan guna peningkatan kemampuan kelembagaan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
masyarakat dan aparat melalui usaha peningkatan partisipasi masyarakat serta untuk
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 .
Program Pemberdayaan Kelurahan ini sesuai dengan rencana pembangunan
strategis yang telah ditetapkan sebelumnya, yakni Rencana Strategis (Renstra) Tahun
19982003 Pembangunan Kota Medan, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan, Nomor 050/848/SK/1998 tanggal 11
Maret 1998, yang tertuang dalam visi dan misi pembangunan Kota Medan.
Adapun yang menjadi dasar dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan
Kelurahan ini adalah:
1. Kelurahan adalah penyelenggara dibidang pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
(UU Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa)
2. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian ruang.
3. Kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten / Kota.
(UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah)
4. Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurusi kepentingan masyarakat berdasarkan aspirasi rakyat.
(UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah)
5. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Perwakilan
yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di Desa yang berfungsi
mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa/kelurahan.
(Kepmendagri Nomor 64 Tahun 1999)
6. Kewenangan Desa sebagai suatu kesatuan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat berubah menjadi
kewenangan wilayah kerja Lurah dengan melibatkan masyarakat melalui BPD.
(Kepmendagri Nomor 65 Tahun 1999)
Pemberdayaan Kelurahan di Kota Medan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
bahwa kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang memikul
tanggung jawab sebagai ujung tombak pembangunan terendah di daerah.
Pemberdayaan kelurahan jika dilihat dari dasar pertimbangan produk hukum
saat ini merupakan suatu keharusan karena menurut Undangundang Nomor 22 Tahun
2002 tentang Pemerintahan Daerah kelurahan merupakan perangkat daerah
Kabupaten/Kota. Perangkat daerah tanpa power adalah suatu kemustahilan. Sementara
Perda Nomor 24 Tahun 1992 menggariskan bahwa pemerintah kelurahan dilibatkan
dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian ruang.
Melihat ketentuan diatas maka peranan kelurahan harus diperluas tidak hanya
sebagai administratur pemerintahan tetapi juga sektor lain. Hal ini tentu saja juga
berdasarkan pada adanya hubungan langsung yang sangat dekat antara pemerintah dan
masyarakat. Dengan fungsi dan peran yang sangat strategis tersebut maka Pemerintah
Kota Medan harus menjadikan pemberdayaan kelurahan sebagai salah satu prioritas
dalam pembangunan dengan upaya antara lain:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
1. Pelimpahan tanggung jawab dan wewenang atas beberapa fungsi pelayanan dan
pengawasan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat.
2. Penataan terhadap kekuatan dan kemampuan Pemerintah Kelurahan dengan
melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia, kelengkapan personil dan
penambahan dukungan dana.
Dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1982 tentang Susunan
Organisasi dan Tata kerja Pemerintah Kelurahan di Kota Medan diatur jabatan-jabatan
yang ada dikelurahan antara lain: Kepala Kelurahan, Sekretaris Kelurahan dan Kepala-
Kepala Urusan. Dari pengamatan dan aspirasi dari masyarakat, kondisi Kelurahan
sebelum dikeluarkannya program Pemberdayaan Kelurahan antara lain:
1. Tugas dan Fungsi
Tugas yang dijalankan oleh kelurahan yang terlihat hanyalah tugas-tugas
administrasi seperti: proses penerbitan KTP, Kartu Keluarga dan J ual beli tanah,
sedangkan fungsi dan tugas lain seperti perencanaan dan pengendalian
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan belum terlihat.
2. Pelayanan Kepada Masyarakat
Menurut Keputusan Menteri Pemdayagunaan Aparatur Negara No. 81 tahun 1993
Pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh pemerintah di pusat, daerah, dan lingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundangundangan.
Walaupun pelaksanaan fungsi dan tugas yang dilaksanakan kelurahan selama ini
relatif hanya tugas-tugas rutin saja, tetapi pelayanan yang diberikan dan diterima
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
masyarakat masih jauh dari yang diharapkan, hal ini disebabkan karena Kelurahan
belum menyadari perannya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Disamping
itu kelurahan juga belum mampu menampung aspirasi masyarakat seperti masalah
kebersihan lingkungan, pemeliharaan taman dan lampu-lampu jalan, hal ini
disebabkan oleh kewenangan tersebut tidak sepenuhnya berada di Kelurahan.
Kumorotomo menyatakan bahwa kelambatan pelayanan umum tidak hanya
disebabkan oleh kurang baiknya cara pelayanan pada tingkat bawah, akan tetapi
juga disebabkan oleh buruknya tata kerja dalam organisasi. Sikap pandang
organisasi birokrasi pemerintahan kita, misalnya terlalu berorientasi pada kegiatan
dan pertanggungjawaban yang sifatnya formal. Penekanan pada hasil produksi atau
kualitas pelayanan sangatlah kurang, sehingga lambat laun pekerjaan-pekerjaan
menjadi kurang menantang atau kurang menggairahkan. Dengan tambahan
semangat kerja yang buruk maka terjadilah rutinitas yang menggejala dan aktivitas
aktivitas yang dijalankan menjadi counter productive. Menurut Kumorotomo
penyebab hambatan terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik tidak terlepas
dari sistem dan mekanisme kerja yang diterapkan dalam birokrasi pemerintahan
kita. Formalitas dalam rincian tugastugas organisasi menuntut uni formalitas dan
keseragaman tinggi. Akibatnya para pegawai menjadi takut berbuat salah dan
cenderung menyesuaikan pekerjaan menurut petunjuk pelaksanaan meskipun juklak
tersebut tidak sesuai dengan kenyataankenyataan dilapangan, yang pada akhirnya
mematikan inovasi dan kreativitas para pegawai.


Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
3. Sumber Daya Manusia
Hal yang mendasar lainnya yang dialami Kelurahan adalah masalah sumber daya
manusia meliputi kualitas maupun jumlah personalianya. Berdasarkan data yang
ada bahwa formasi jabatan-jabatan yang ada di Kelurahan sebanyak 1.057 orang.
(Pemko Medan, 2000). Kenyataan yang ada bahwa Pegawai negeri yang bertugas
di Kelurahan pada akhir tahun 2001 sebanyak 871 orang. Dengan demikian masih
dibutuhkan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Kelurahan sebanyak 186 orang
lagi, belum lagi berbicara masalah kualitas dan pendidikannya (Kota Medan dalam
Angka Tahun 2001).
4. Fasilitas
Fasilitas pendukung dan dana operasional kelurahan akhir tahun 2001 masih belum
sempurna seperti peralatan komputer dan lain-lain, sehingga untuk pembuatan data-
data potensi kelurahan dan analisa proyeksi pengembangan Kelurahan kedepaan
tidak sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan keadaan tersebut diatas maka Pemerintah Kota Medan mengambil
langkah-langkah nyata yang disusun dalam suatu program yang disebut Pemberdayaan
kelurahan.
Mengingat fungsi dan peranan Kelurahan yang strategis tersebut maka
Pemberdayaan Kelurahan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan
kota Medan melalui upaya sebagai berikut:
1. Pelimpahan tanggung jawab dan wewenang atas beberapa fungsi pelayanan dan
pengawasan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat seperti; kebersihan,
pengawasan kota.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
2. Penataan terhadap kekuatan dan kemampuan Pemerintah Kelurahan dengan
melakukan peningkatan Sumber daya Manusia, kelengkapan personil, dan
penambahan dukungan dana.
Menurut Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/ 079/INST, tentang tugas dan
tanggung jawab kepala kelurahan didalam Program Pemberdayaan Kelurahan agar
melakukan kegiatan-kegiatan seperti:
1. Kebersihan
a. Mengawasi masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan, keindahan dan
kerapian di lingkungannya masing-masingdan menjaga agar tidak ada lagi
sampah yang berserakan / bertumpuk-tumpuk.
b. Melaksanakan pengangkatan sampah dari rumah masyarakat dan yang
berserakan ke Tempat Pembuangan sampah yang sudah ditentukan.
c. Mengontrol dan mengawasi penggunaan Tempat Pembuangan Sampah agar
sampah-sampah tidak melimpah dan berserakan di sekitar Tempat Pembuangan
Sampah.
d. Melaksanakan penyapuan terhadap jalan-jalan protokol dan jalan-jalan lainnya
yang berada di wilayah kerjanya dan memerintahkan petugas kebersihan agar
mematuhi dan melaksanakan tugasnya sesuai wilayah kerja dan jam kerja yang
telah ditentukan.
e. Mengawasi masyarakat agar tidak membuang sampah kedalam parit dan
membersihkan sampah-sampah yang ada dalam parit agar air mengalir dengan
lancar.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
f. Menggerakkan masyarakat melaksanakan gotong royong pada hari jumat dan
minggu untuk membersihkan parit yang tersumbat agar tidak terjadi banjir
apabila hujan turun.
g. Melaksanakan pembersihan dan perawatan terhadap lokasi tanah kuburan yang
berada diwilayah kerjanya.
h. Melaksanakan pembersihan saluran dan pengangkatan tumpukan-tumpukan
tanah yang berada di brem jalan atau badan jalan agar air yang berada di badan
jalan dapat mengalir dengan lancar kedalam parit.
i. Melaksanakan pengorekan parit-parit sampai boodem (dasar saluran) agar air
dalam parit berjalan lancar.
j. Melakukan pengawasan terhadap petugas pengangkut sampah dan petugas
penyapu jalan yang ada di wilayah kerjanya dalam melaksanakan tugas
kebersihan serta menyalurkan pembayaran gaji petugas tersebut.
k. Memungut kontribusi sampah kepada setiap kepala keluarga dan dalam
pelaksanaannya harus berpedoman ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku.
l. Melaksanakan pemotongan rumput dipinggir jalan dan pengecatan trotoar
dengan minyak tanah yang ada di wilayah kerjanya masing-masing.
m. Memelihara pohon-pohon penghijauan, taman-taman kota dan fasilitas umum
lainnya yang telah ditanam serta dibangun oleh pemerintah kota atau swadaya
masyarakat.
n. Mengawasi pohon-pohon penghijauan, taman-taman kota serta fasilitas umum
lainnnya yang dibangun pemerintah atau swadaya masyarakat dari kerusakan-
kerusakan yang dilakukan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
o. Menggerakkan peran serta masyarakat untuk menanam, memelihara dan
menjaga pohon-pohon penghijauan, taman-taman kota serta fasilitas umum
lainnya yang ada di wilayah kerjanya masing-masing.
2. Keamanan
a. Menggerakkan masyarakat untuk membangun Pos-pos Siskamling di setiap
lingkungan masing-masing.
b. Mengaktifkan Siskamling dan Pam Swakarsa di wilayah kerjanya masing-
masing.
c. Melaksanakan koordinasi dengan aparat keamanan agar gangguan keamanan
dapat terkendali.
d. Memerintahkan masyarakat untuk melaksanakan pemasangan lampu-lampu
neon (TL) di depan ruko atau rumah tempat tinggal masing-masing.
e. Memerintahkan masyarakat untuk menghidupkan lampu-lampu neon (TL) yang
telah dipasang di depan ruko atau rumah tempat tinggal masing-masing mulai
pukul 19.00 s/d 05.00 WIB (pagi).
f. Mengawasi masyarakat dalam pengambilan/penyambungan aliran listrik untuk
kebutuhan lampu neon (TL) harus melalui meteran ruko atau rumah tempat
tinggal masing-masing.
g. Mengawasi dan melaporkan lampu penerangan jalan (LPJ ) yang mati ataupun
rusak (tidak hidup) ke Dinas Pertamanan Kota Medan.



Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
3. Ketertiban
a. Menata pedagang-pedagang kaki lima agar berjualan pada tempat-tempat yang
telah ditentukan atau jalan-jalan alternatif yang ada di wilayah kerjanya masing-
masing.
b. Menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar atau diatas parit pada
jalan-jalan protokol dan halte-halte bus bersama dengan camat.
c. Mengawasi masyarakat agar tidak membangun bangunan tanpa izin dari
Pemerintah Kota Medan.
d. Menindak dan membongkar bangunan yang tidak memiliki izin maupun yang
menyimpang dari izin yang diberikan bersama dengan camat.
e. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan galian-galian yang dilaksanakan
oleh PLN, Telkom, PN GAS dan PDAM serta jalan-jalan yang berlobang dan
rusak, selanjutnya melaporkan ke Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.
f. Memerintahkan masyarakat agar tidak menutup/membeton parit-parit yang ada
di depan rumah tokonya.
g. Mengawasi dan menindak masyarakat yang memelihara hewan berkaki empat
yang dipelihara di tempat-tempat dilarang Pemerintah Kota Medan bersama
camat.
h. Mengawasi dan menindak masyarakat yang memarkir kendaraannya tidak pada
tempat parkir yang telah disediakan maupun yang dapat mengganggu arus lalu
lintas bersama dengan camat.
i. Menjaga dan memelihara rambu-rambu lalu lintas agar tidak dirusak oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
4. Pembinaan Masyarakat
a. Melaksanakan tatap muka dengan masyarakat maupun tokoh-tokoh masyarakat
dengan menjelaskan program-program pemerintah yang belum, sedang dan
akan dilaksanakan disetiap kesempatan yang ada.
b. Menghadiri setiap undangan masyarakat dan menghimbau peran aktif warga
untuk membangun wilayahnya masing-masing.
c. Memelihara dan meningkatkan taraf kesehatan serta gizi warga masyarakat
serta membina dan meningkatkan akseptor KB yang mandiri serta membina dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung penghasilan
tambahan keluarga.
d. Harus tampil di tengah-tengah masyarakat dalam situasi/keadaan tertentu dan
mampu menyelesaikan masalah yang ada secara arif dan bijaksana.
e. Menyusun dan melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan
pemberian fasilitas-fasilitas kemudahan/kesempatan/kelancaran administrasi,
pelatihan, permodalan, pemasaran melalui kerja sama dengan instansi sektoral.
5. Pelayanan Masyarakat
a. Melaksanakan pendataan tehadap masyarakat yang tidak memliki Kartu Rumah
Tangga (KRT), Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan memerintahkan untuk
mengurusnya dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.
b. Melaksanakan pelayanan pengurusan KRT dan KTP kepada masyarakat sesuai
dengan prosedur yang berlaku dan tetap mempedomani tarif KRT / KTP
berdasarkan Peraturan Daerah yang ditetapkan.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
c. Melaksanakan pengawasan dan sweeping terhadap penduduk yang masuk
wilayahnya dan wajib lapor 1 X 24 jam kepada Kepala Lingkungan masing-
masing.
d. Melaksanakan pelayanan berupa pemberian surat-surat keterangan yang
dibutuhkan masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku dan tidak
mempersulit / membebani masyarakat yang bersangkutan.
e. Melaksanakan penyelesaian pengurusan surat-surat keterangan tanah dan
melakukan pengecekan terhadap bidang tanah yang akan dimohonkan haknya
kepada kantor BPN Medan, dengan tetap berpedoman kepada ketentuan
peraturan yang berlaku.
f. Mempercepat semua urusan pelayanan masyarakat, tidak mempersulit dengan
tidak membebani biaya yang tidak diatur oleh ketentuan peraturan yang
berlaku.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat adanya hubungan yang erat antara
kinerja aparatur kelurahan dengan pelaksanaan Program Pemberdayaan Kelurahan,
dimana kelurahan tidak hanya sebagai administratur pemerintahan, tetapi juga
mencakup sektor-sektor lain, seperti sektor pembangunan dan kemasyarakatan.

2.7. Pembaruan Kinerja Organisasi Publik Dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan
Pembaruan kinerja organisasi publik merupakan suatu issu pada beberapa tahun
terakhir ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang
menyatakan bahwa kinerja organisasi publik adalah sumber kelambanan, pungli, dan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
inefisiensi. Citra organisasi publik negara berkembang, termasuk di Indonesia dalam
melayani kepentingan masyarakat pada umumnya amat buruk jika dibandingkan
dengan organisasi swasta. Karenanya tidaklah mengherankan kalau organisasi swasta
seringkali dijadikan sebagai alternatif pilihan kebijakan untuk menyelesaikan berbagai
persoalan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya
penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas daerah secara aktif, serta meningkatkan peran
dan fungsi DPRD.
Format kebijakan otonomi daerah yang ada pada saat ini menandai awal dari
suatu proses perubahan fundamental dalam paradigma penyelenggaraan pemerintahan
di negeri ini. Kalau pada pemerintahan orde baru, pembangunan menjadi misi
terpenting pemerintah (developmentalism) dan pemerintah pada masa itu menjadikan
dirinya pusat kendali proses pembangunan itu (sentralisasi di tingkat nasional), kini
harus mereposisi diri sebagai pelayan dan pemberdaya masyarakat dan harus
menyebarkan aktivitasnya ke berbagai pusat di tingkat lokal. Dengan kata lain arus
baru kehidupan politik kita sekarang adalah realitas pergeseran kekuasaan dari pusat
menuju lokus-lokus daerah dan berbasis pada kekuatan masyarakat sendiri.
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan
dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar
pelayanan merupakan unsur yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Menurut Keputusan
MENPAN Nomor 63 Tahun 2004, standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:
1. Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan
termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai
dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
3. Biaya pelayanan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam proses pemberian
pelayanan.
4. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Sarana dan Prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara
pelayanan publik.
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
Pengertian kualitas mengadung banyak penafsiran dan arti, J . Supranto
(2000:228) mendefenisikan bahwa kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa
merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut
Goetsch dan Davis (dalam Tjiptono dan Diana, 2001:12) mendefenisikan bahwa
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan.
Pelayanan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999:571) adalah usaha
melayani kebutuhan orang lain sedang pelayan adalah membantu menyiapkan
(mengurus apa yang diperlukan seseorang). Keunggulan suatu produk jasa adalah
tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut apakah
sudah sesuai dengan keinginan dan harapan pelanggan (J .Supranto, 2001).
Sejalan dengan uraian tersebut, maka pengertian pelayanan menurut Munir
(2000:27) adalah serangkaian kegiatan karena itu ia merupakan proses, sebagai proses
pelayanan langsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan
orang dalam masyarakat. Dari defenisi yang telah diuraikan, maka ditarik kesimpulan
bahwa kualitas pelayanan merupakan serangkaian proses meliputi kebutuhan
masyarakat yang dilayani secara berkesinambungan.
Dari defenisi tersebut ada beberapa kesamaan yaitu:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggannya.
2. Kualitas merupakan kondisi yang setiap saat mengalami perubahan.
3. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
4. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Perbedaan, harapan dan persepsi masyarakat yang dilayani birokrasi pemerintah
selaku pemberi layanan merupakan permasalahan krusial yang mengakibatkan
terjadinya pelayanan tidak berkualitas, tidak efektif dan tidak efisien. Dari beberapa
asumsi tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah merupakan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
usaha sadar yang dilakukan organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81 Tahun 1993
dalam buku Manajemen Mutu Terpadu terdapat 8 (delapan) unsur kualitas pelayanan
yaitu: Kesederhanaan, Kejelasan/Kepastian, Keamanan, Keterbukaan, Efisiensi,
Ekonomis, Keadilan dan Ketepatan Waktu.
Toha (1998) berpendapat bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik,
organisasi publik (birokrasi publik) harus mengubah posisi dan peran (revitalisasi)
dalam memberikan layanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah berubah
menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan berubah
menjadi suka mendorong menuju ke arah yang sesuai, kolaboratis dan dialogis dan dari
cara-cara sloganis menuju cara kerja realistik pragmatik.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan baik
kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan sesuai ketentuan
perundangan.
Akuntabilitas kinerja pelayanan publik yang merupakan proses mulai dari
tingkat ketelitian (akurasi), profesionalitas petugas, kelengkapan saranan dan prasarana,
kejelasan aturan dan kedisiplinan, pelayanan yang sesuai standar/janji pelayanan, dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka, pemberian konpensasi, penilaian oleh
masyarakat secara berkala sesuai mekanisme dan mekanisme pertanggungjawaban bila
terjadi kerugian dalam pelayanan atau jika pengaduan masyarakat tidak ditanggapi.
Akuntabilitas biaya pelayanan publik yang meliputi biaya pelayanan yang dipungut
harus sesuai dengan ketentuan perundangan yang ditetapkan dan pengaduan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
masyarakat terhadap penyimpang biaya pelayanan publik harus ditangani oleh petugas
yang ditunjuk berdasarkan penugasan dari pejabat yang berwenang. Akuntabilitas
Produk pelayanan publik yang menyangkut persyaratan teknis dan administratif harus
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsyahan produk
pelayanan, prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai
ketentuan yang ditetapkan serta produk pelayanan diterima dengan benar, tepat dan
sah.

2. 8. Fungsi Pemerintah
Kehadiran negara atau pemerintah tetap ada dalam percaturan ekonomi rakyat,
walaupun secara kuantitas atau kualitas memiliki variasi yang berbeda. Kehadiran
tersebut, terutama untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
melalui berbagai kebijakan perencanaan yang strategis. Menurut Devey (1980:21-24),
fungsi-fungsi pemerintahan regional dapat digolongkan dalam lima pengelompokan,
yaitu:
1. Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi lingkungan dan kemasyarakatan;
2. Fungsi pengaturan-yakni perumusan dan penegakan (enforce) peraturan-peraturan;
3. Fungsi pembangunan, yaitu keterlibatan langsung pemerintah dalam bentuk-bentuk
kegiatan ekonomi;
4. Fungsi perwakilan-untuk menyatakan pendapat daerah atas hal-hal di luar bidang
tanggung jawab eksekutif;
5. Fungsi koordinasi dan perencanaan, terutama dalam investasi dan tata guna tanah.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Pada bagian lain Devey (1980:181) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
faktor yang menetukan bobot suatu penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah
regional yaitu:
1. Sifat dan luasnya fungsi yang dapat dijalankan, yakni bidang-bidang pemerintahan
yang dapat dia kontrol, jangkauan keputusan-keputusan yang dapat dia lakukan
atau dia pengaruhi.
2. Luasnya sumber-sumber yang tersedia untuk pemerintah regional sebanding dengan
luas dan sifat tugas-tugasnya.
Pemaknaan terhadap konsep di atas dapat dianggap sebagai suatu konsekuensi
dari pemberian wewenang atau tanggung jawab pemerintah atasan/pusat kepada
pemerintah bawahan/daerah yang diikuti pula dengan sumber pembiayaan, dan pada
akhirnya disertai juga dengan pengawasan terhadap pelimpahan tanggung jawab
tersebut.
Wewenang pembinaan dalam bentuk pembimbingan dan pendampingan serta
pengendalian dan pengawasan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah,
menjadi sangat penting guna memberikan jaminan perlindungan kepada warga negara
atau masyarakat dari kesewenang-wenangan dan ketidakadilan pemerintah daerah.
Dengan demikian, warga negara yang berada di daerah merasa terlindungi dan
mempunyai pegangan serta arah yang tepat dalam melakukan aktivitasnya.

2.9. Pemerintah Kelurahan
Pemerintah Kelurahan merupakan ujuang tombak penyelenggaraan pemerintah,
dikatakan ujung tombak pemerintahan karena pada kelurahan, aparatur pemerintah
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
akan dapat langsung berhadapan dengan masyarakat secara nyata, hal ini lebih
dijelaskan lagi dalam uraian berikut:
Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten dan/atau
Daerah kota dibawah Kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004).
Kemudian Pemerintah Kelurahan tersebut terdiri dari kepala kelurahan dan
perangkat kelurahan. Perangkat kelurahan terdiri dari Sekretariat Kelurahan dan
Kepala-Kepala Lingkungan. Kesemua aparatur Pemerintahan Kelurahan inilah yang
akan melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai abdi negara, aparatur pemerintahan kelurahan harus dapat memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara baik. Pelayanan masyarakat adalah kegiatan
organisasi yang dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri kepada
masyarakat (The Liang Gie, 1989:365).
Dalam rangka peningkatan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan maka
ditetapkan susunan dan tata kerja pemerintahan kelurahan yang terdiri atas:
1. Kepala Kelurahan
2. Sekretariat Kelurahan
3. Kepala-Kepala Urusan
4. Kepala Lingkungan, yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan
yang bersangkutan.
Kemudian jumlah urusan sedikitnya 3 urusan:
1. Urusan pemerintahan
2. Urusan perekonomian dan pembangunan
3. Urusan keuangan dan urusan umum
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Dan sebanyak-banyaknya 5 urusan yaitu:
1. Urusan pemerintahan
2. Urusan perekonomian dan pembangunan
3. Urusan kesejahteraan rakyat
4. Urusan keuangan
5. Urusan umum

Struktur pemerintahan kelurahan dapat dilihat pada bagan berikut:

KEPALA KELURAHAN
KEPALA LINGKUNGAN
SEKRETARIAT KELURAHAN
KEPALA-KEPALA URUSAN




Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan

2.10. Defenisi Konsep
Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:
1. Kinerja pemerintah adalah menunjukan seberapa jauh tingkat kemampuan
pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan.
2. Pemberdayaan adalah memberdayakan guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
3. Pemberdayan kelurahan merupakan sebuah kebijakan Pemerintah Kota Medan
yang dilaksanakan guna peningkatan kemampuan kelembagaan masyarakat dan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
aparat melalui usaha peningkatan partisipasi masyarakat serta untuk mendukung
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
4. Responsivitas merupakan kemampuan organisasi Kelurahan dalam mengenali
kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan.
5. Responsibilitas merupakan pelaksanaan kegiatan organisasi dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar sesuai dengan kebijakan organisasi.
6. Akuntabilitas merupakan konsistensi antara kebijakan dan kegiatan dengan aspirasi
masyarakat, khususnya dalam pemberdayaan Kelurahan serta tingkat kemampuan
meningkatkan prakarsa dan kepedulian aparatur dan masyarakat terhadap kemajuan
Kelurahan.













Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah
deskriptif. Sebagaimana menurut Nawawi(1990:64), bahwa metode deskriptif yaitu
metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah masalah atau fenomena
yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian
menggambarkan fakta- fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya
diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Dalam penelitian deskriptif ini
penelitian difokuskan pada upaya penggambaran bagaiamana kinerja pemerintah
Kelurahan Polonia dalam melaksanakan program pemberdayaan Kelurahan.

3.2. Informan
Menurut Moleong (2000:90), informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian secara faktual.
Dalam menentukan informan, yang pertama dilakukan adalah menjabarkan ciri-ciri
atau karakteristik dari populasi objek, yang dipilih adalah informan yang mengetahui
dengan jelas dan sesuai dengan tujuan dari permasalahan. Oleh sebab itu, informan
tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan dalam
pelaksanaan Program Pemberdayaan Kelurahan.


Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1. Informan Penelitian
No Informan Jumlah


1 Lurah

2 Aparat Kelurahan

3 Kepling

4 LMD

5 Pamong Praja

6 Masyarakat

1

5

3

1

1

5




3.3. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan/Dokumentasi
Sumber Data Sekunder berupa studi kepustakaan dan dokumentasi yang antara
lain dapat diperoleh dari kantor / lembaga / instansi pemerintah mulai dari tingkat
kelurahan sampai dengan tingkat kota, berita-berita pada media massa dan internet,
serta literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti
yaitu evaluasi program pemberdayaan masyarakat.
Sumber Data Sekunder ini dipergunakan untuk lebih dapat memperkuat dan
memperdalam data yang diperoleh sehingga merupakan suatu hal yang saling terkait.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan informasi dengan
teknik bertanya yang bebas, tetapi berdasarkan suatu pedoman (sesuai dengan
ruang lingkup penelitian) guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Wawancara mendalam ini dengan mempergunakan pedoman wawancara tidak
berstruktur dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin mengenai
permasalahan yang diamati.

3.4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Kelurahan Medan Polonia dengan pertimbangan
bahwa Kelurahan ini merupakan salah satu Kelurahan yang konsisten dalam
melaksanakan program pemberdayaan kelurahan.

3.5. Metode Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data deskriptif
kualitatif, dimana teknik ini berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan
objek penelitian serta berusaha menjelaskan dan menggambarkan variabel penelitian
secara mendalam dan komperhensif (mendeteil) sesuai dengan tujuan penelitian yang
sudah dirumuskan.




Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan adalah salah satu ibukota propinsi yang terbesar penduduknya di
Indonesia. Kota Medan berada di bagian timur propinsi Sumatera Utara, serta terletak
antara 2 29'30" 2 47'30" lintang utara dan 9835'30" bujur timur. Luas areal kota
Medan adalah 26.510 Ha dan berada pada ketinggian antara 2,5 37,5 meter di atas
permukaan laut, dengan tofografi yang mendatar (rata). Suhu udara pertahun berkisar
antara 27 - 29 C.
Kota Medan sebelah utara berbatasan dengan Selat Sumatera. Di sebelah
selatan berbatasan dengan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
Serdang, di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Percut, Kabupaten Deli
Serdang.
Saat ini kota Medan terus berkembang menjadi pusat trans Sumatera, bahkan
dapat dikatakan merupakan salah satu jalur transportasi yang strategis untuk menuju
daerah lain bagi penduduk sekitarnya. Di sebelah utara yakni Belawan, terdapat sebuah
pelabuhan Samudera, yang berfungsi sebagai pelabuhan antar pulau untuk menuju
daerah lain atau pulau lainnya di dalam wilayah Indonesia, dan sebagai pelabuhan
internasional untuk menuju berbagai negara lain. Di sebelah selatan terdapat sebuah
pelabuhan udara yang terkenal dengan nama Polonia. Pelabuhan ini berfungsi untuk
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
melayani penumpang menuju provinsi lain maupun untuk penerbangan internasional
sebagai penghubung kota Medan dengan beberapa negara lain, seperti Malaysia,
Singapura, dan lain-lain.
J alur transportasi darat juga memegang peranan penting untuk daerah
sekitarnya. Kota Medan dapat menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya
melalui sarana angkutan darat. Ada empat jalur penting untuk menuju daerah lain dari
Kota Medan, yaitu:
1. Di sebelah utara terdapat sebuah jalan propinsi yaitu J ln. Kolonel Yos Sudarso yang
menghubungkan pelabuhan Belawan. Kemudian melalui angkutan laut dapat
dilanjutkan ke Pulau J awa atau ke tempat lain melalui laut.
2. Di sebelah selatan terdapat sebuah jalan propinsi yaitu: J ln. Sisingamangaraja. J alur
ini merupakan sarana untuk menuju daerah propinsi Sumatera Barat, Riau, J ambi,
Sumatera Selatan dan seterusnya melalui Tapanuli Selatan dan Labuhanbatu.
3. Di sebelah barat terdapat sebuah jalan propinsi yaitu: J ln. J enderal Gatot Subroto.
Melalui jalur ini kita dapat menuju Nangroe Aceh Darussalam melewati Langkat.
4. Di sebelah timur terdapat sebuah jalan propinsi yaitu: J ln. Letnan J enderal J amin
Ginting. Melalui jalur ini kita dapat menuju Nangroe Aceh Darusalam, yaitu
Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Selatan dan Aceh Barat, setelah lebih dahulu
melewati Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara.
Kota Medan telah menjadi daerah perkotaan yang berkembang pesat. Hal ini
disebabkan antara lain:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
1. Peranan kota ini sebagai pusat perniagaan yang mempunyai jaringan hubungan
dengan daerah perindustrian dan pertanian di luar kota maupun di sekitar pusat
kota.
2. Peranan kota ini sebagai tempat kedudukan kantor-kantor pemerintah dan swasta.
3. Peranan kota ini sebagai pusat pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi
baik negeri maupun swasta.
4. Peranan kota ini sebagai pintu gerbang keluar masuk baik melalui daratan maupun
melalui laut menuju daerah lain.
5. Kota Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.

4.1.2. Asal-usul dan Perkembangan Kota Medan
Penduduk asli kota Medan adalah suku bangsa Melayu Kampung Medan
yang pertama sekali terletak di daerah Medan Putri, yakni dataran medan tempat
bertemu aliran Sungai Deli dan Sungai Babura. Tempat pertemuan kedua aliran sungai
ini dahulu dipergunakan sebagai pelabuhan kecil untuk sarana transportasi melalui air
bagi rakyat setempat.
Menurut riwayatnya, Kampung Medan didirikan oleh Guru Patimpus, nenek
moyang Datuk Hamparan Perak dan Sukapiring, yakni dua dari empat kepala-kepala
suku kesultanan Deli.
Pada tahun 1823 seorang pegawai Inggris, yang bernama J ohn Anderson datang
mengunjungi kota Medan. Pada saat itu kota Medan masih merupakan kampung kecil
dengan junlah penduduk sekitar 200 orang. Kemudian pada tahun 1865, Pemerintah
Belanda datang ke Medan dan membuat suatu perjanjian dengan Sultan Deli. Perjanjian
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
tersebut berisikan akan didirikannya perkebunan tembakau di sekitar kota Medan oleh
pemerintah Belanda. Kerjasama antara pemerintah Belanda dengan Sultan Deli menjadi
terkenal di seluruh dunia. Kenyataan ini banyak menarik investor asing dan
menyebabkan banyak terjadi perpindahan penduduk dari tempat lain ke Medan atau ke
Daerah Deli.
Untuk meningkatkan hasil usaha perkebunan tembakaunya, Pemerintah Belanda
pada saat itu menjadikan kota Medan sebagai daerah terbuka bagi para pedagang atau
para perantau dari daerah lain. Bahkan Pemerintah Belanda banyak mengambil tenaga
kerja dari Pulau J awa. Kebijaksanaan ini ternyata banyak merangsang penduduk dari
luar daerah berdatangan ke kota Medan.
Pada tahun 1915 Medan diresmikan menjadi ibukota propinsi Sumatera Utara
dan pada tahun 1918 Medan resmi menajdi kotapraja kecuali daerah di sekitar Kota
Matsum dan Sei Kera yang tetap merupakan daerah kekuasaan Sultan Deli.
Ketika Pemerintah Belanda berkuasa, kota Medan disebut dengan
Stadagemeente Medan di bawah pimpinan Burgemeester atau Walikota. Pada saat itu
(1918) jumlah penduduk kota Medan sebanyak 43.826.
Beberapa tahun setelah Indonesia merdeka, pertumbuhan jumlah penduduk
Medan meningkat pesat terutama disebabkan oleh migrasi yang terus menerus. Asal
para migran tidak hanya dari desa maupun kota-kota propinsi lain di Indonesia, tetapi
bahkan dari luar negeri dengan latar belakang rasial yang sangat berbeda. Kenyataan
yang demikian menyebabkan kota Medan menjadi daerah perkotaan yang dihuni oleh
berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya yang berbeda pula. Masing-masing
suku bangsa (etnik) hidup sendiri-sendiri. Tempat tinggal mereka cenderung
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
mengelompok di sekitar tempat pekerjaan (okupasi) yang juga ada kecenderungan
didominasi oleh etnik-etnik tertetu.
Dengan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU,
terhitung mulai tanggal 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali
lipat. Keputusan tersebut disusul oleh maklumat Walikota Medan Nomor. 21 tanggal
29 September 1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi
empat kecamatan yakni, kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Timur,
Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru dengan jumlah 59
Kepenghuluan.
Perkembangan selanjutnya di Propinsi Sumatera Utara umumnya dan
Kotamadya Medan khususnya, memerlukan perluasan daerah untuk mampu
menampung laju perkembangan. Oleh karena itu, maka dikeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 22 tahun 1973, dimana dimasukkan beberapa bagian dari wilayah
Kabupaten Deli Serdang ke dalam Kotamadya Medan, sehingga luas wilayah Kota
Medan menajdi 26.510 Ha yang terdiri 11 kecamatan dan 116 kelurahan. Kemudian
dengan Surat Persetujuan Mendagri No. 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986 jumlah
kelurahan di Kotamadya Medan menjadi 144 kelurahan dari 11 kecamatan.
Kemudian melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 59 tahun 1991
tentang pembentukan beberapa kecamatan di Sumatera Utara termasul 8 (delapan)
kecamatan pemekaran di Kotamadya Medan, sehingga yang sebelumnya sebelas
menjadi 19 kecamatan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan Sumatera Utara termasuk
dua kecamatan pemekaran di Kotamadya Medan, sehingga yang sebelumnya 19
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
kecamatan dimekarkan menajdi 21 kecamatan. Saat ini ada usaha-usaha untuk
mengadakan perluasan wilayah kota Medan dengan meminta sebahagian wilayah
Kabupaten Deli Serdang. J ika ke depan terjadi perluasan wilayah, kemungkinan
penambahan kecamatan juga akan terjadi.
Penduduk kota Medan berdasarkan sensus tahun 2000 berjumlah 1.898.013
jiwa yang terbagi atas 939.039 jiwa laki-laki dan 958.977 perempuan. Angka ini terjadi
peningkatan yang sangat nyata dibanding sepuluh tahun yang lalu yakni 1.730.725 jiwa
pada tahun 1990 yang terbagi atas 866.241 jiwa laki-laki dan 864.511 jiwa perempuan.
Penduduk kota Medan terkenal sangat majemuk terutama dari sukubangsa dan
agama. Kemajemukan ini juga ditandai dengan penguasaan suatu okupasi dan
terjadinya pengelompokan tempat tinggal berdasarkan sukubangsa walaupun tidak
bersifat mutlak. Di kota Medan kelompok etnik Cina banyak bermukim di pusat-pusat
kota seperti kampug Sei Rengas dan Pandahulu. Hal ini erat kaitannya dengan jenis
pekerjaan mereka yang umumnya terpusat pada aktivitas perdagangan kelas menengah
ke atas, seperti kampung kota Matsum dan kampung Mesjid, karena pekerjaan mereka
kebanyakan bergerak di bidang perdagangan kelas menengah ke bawah. Etnik Batak
bermukim di sekitar pusat perkantoran seperti Kecamatan Medan Baru, dan sekitar
daerah tanah pertanian di pinggiran kota seperti Sei Putih Barat, Teladan. Hal ini
karena pekerjaan yang mereka tekuni cenderung pada bidang perkantoran (birokrasi
pemerintahan) disamping bidang-bidang pertanian. Sedangkan etnik J awa dan Melayu
banyak bermukim di daerah pinggiran kota Medan seperti Suka Ramai, Sudi Rejo, Sei
Agul dan Helvetia. Pekerjaan mereka kebanyakan sebagai buruh di pusat-pusat kota
ataupun buruh di bidang industri di samping pertanian.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Keanekaragaman suku bangsa di kota Medan dapat juga dilihat dari kelompok
keagamaan mereka, yaitu organisasi keagamaan yang mengelola kehidupan sosial dan
agama. Sebahagian besar etnik Minangkabau banyak berkelompok dan berorganisasi
ke dalam kelompok Muhammadiyah.
Etnik Mandailing banyak berkelompok ke dalam organisasi Al Washliyah.
Etnik Toba banyak berkelompok ke dalam persekutuan HKBP (Huria Kristen Batak
Protestan) atau GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia). Etnis Karo banyak
berkelompok dengan GBKP (Gereja Batak Karo Protestan). Di samping itu terdapat
suatu organsiasi kelompok yang dibentuk berdasarkan marga.
Masyarakat Cina, umumnya bergerak pada lingkup kelas menengah dan atas.
Dalam hal pengelolaan bisnis dan perdagangan oleh masyarakat Cina umumnya telah
dilakukan dengan cara-cara yang lebih modern.
Masyarakat yang berasal dari etnis J awa umumnya bekerja di sektor buruh,
pertanian, pekerja harian, dan aspek pekerjaan orang kebanyakan lainnya. Namun
dalam hal perkembangannya, saat ini sudah mulai banyak di antara mereka yang
bekerja sebagai staf pengajar, pegawai pemerintah dan TNI Polri. Hal ini terutama yang
berasal dari pendatang kemudian, yang ditugaskan oleh atasan mereka yang berada di
J akarta atau di tempat lainnya.
Pada masyarakat yang berasal dari etnis Melayu, umumnya mereka bekerja
sebagai petani, pegawai pemerintah, dan pekerja harian di berbagai lapangan. Sebagai
penduduk asli, mereka banyak yang dulunya menjadi pegawai kerajaan dengan segala
hak dan kewajiban yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Orang Melayu umumnya
tidak menempati posisi strategis dalam pemerintahan dan bisnis. Walaupun saat ini
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
walikota Medan berasal dari etnis Melayu, peranan dan posisi mereka belum mencapai
puncaknya. Namun demikian, beberapa organisasi sosial dan keagamaan sudah
diduduki oleh orang Melayu.
J enis-jenis pekerjaan berbagai etnis tersbut di atas ternyata sedikit banyak juga
mempengaruhi dalam pengelompokan tempat tinggal atau pemukiman mereka. Atau
dengan istilah lain terdapat signifikansi antara preferensi pekerjaan dengan lokasi
tempat tinggal. Di samping itu, banyak kelompok pemukiman di kampung-kampung
yang terpisah secara fisik dan sosial. Kelompok pemukiman ini merupakan daerah
kantong etnik yang relatif jelas.
Masyarakat dari etnis Cina dan Minangkabau, bertempat tinggal di daerah yang
merupakan konsentrasi kegiatan ekonomi dan bisnis di tengah kota, seperti di sekitar
pasar, sekitar pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Hanya saja terdapat perbedaan
dalam hal penggunaan tempat tinggal dengan kegiatan pekerjaan pada kedua
masyarakat tersebut.
Masyarakat Minangkabau yang pindah untuk mendekati pusat-pusat
perbelanjaan tidak membangun rumah atau toko baru tetapi dengan membeli atau
menyewa rumah-rumah rakyat dari pemilik-pemilik lama. Para pemilik lama tersebut
sebagian besar etnis J awa, Melayu, Mandailing yang kemudian pindah ke tempat yang
lebih baik di pinggiran kota. Sementara itu orang Cina tinggal di atas toko-toko mereka
yang bertingkat dalam pasar atau kompleks perdagangan. Rumah itu dibeli dari
pengelola pengadaan rumah dan toko.
Etnis Batak Toba dan Mandailing tersebar di pinggiran, dalam kampung-
kampung etnik yang terpisah di beberapa tempat. Begitu pula halnya yang terjadi pada
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
etnis Melayu, J awa, dan lain sebagainya. Proses bermukim ke daerah pinggiran kota
pada berbagai etnis pada umumnya hampir sama. Mereka menjual tanah yang ada di
tengah kota dengan harga yang relatif mahal, kemudian membeli tanah di daerah
pinggiran dengan harga yang relatif murah.
Orang Mandailing dalam bermukim lebih menetap dibanding pemukiman Cina
atau Minangkabau. Hal ini dikarenakan orang Mandailing cenderung memandang
daerah rantau sebagai tempat menetap permanen. Mereka tidak perlu harus mengikuti
pembangunan pusat-pusat perbelanjaan. Mereka juga mempunyai lebih banyak pilihan
pekerjaan dibanding orang Minangkabau atau Cina. Pada mulanya orang Mandailing
yang telah lama menetap di Kota Medan, bermukim di daerah perkotaan dan
menempati rumah yang disediakan oleh Belanda atau Kesultanan Deli.
Setelah kemerdekaan, generasi kedua perantau Mandailing yang orang tuanya
pedagang mulai merasa bahwa berdagang atau menjalankan usaha kecil di bidang
bisnis eceran tidak lagi merupakan pekerjaan yang memadai. Pertama, ada dua
kelompok etnik lain yang menguasai pekerjaan tersebut, Minangkabau dan Cina.
Kedua, pemuda Mandailing yang berpendidikan merasa bahwa pekerjaan-pekerjaan
kantoran lebih prestisius dan memberikan akses yang lebih mudah kepada kekuasaan
dan uang.
Apabila dirasa telah mampu untuk membeli tanah dan atau rumah orang
Mandailing mencarinya di pinggiran kota. Hal itu disesuaikan dengan kemampuan
keuangan mereka dan situasinya lebih nyaman. Keadaan yang sama juga terjadi pada
etnis Toba. Sehingga terdapat persaingan yang ketat antara suku Mandailing dengan
Batak Toba untuk membeli tanah dari orang-orang Melayu dan J awa.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Pada orang Melayu, proses kepindahan pemukiman mereka juga hampir sama.
Mulanya, orang Melayu menguasai tanah yang luas dan memiliki banyak rumah di
kota. Kampung ini merupakan kampung-kampung Melayu lama di sekitar pusat kota.
Namun karena orang Melayu tidak menempati posisi-posisi strategis dalam bisnis atau
pemerintahan, maka lama kelamaan mereka mulai terdesak keluar dari sekitar pusat
kota. Lama kelamaan kampung Melayu menjadi pemukiman perantau.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan pada orang J awa yang mengalami proses
pemindahan pemukiman ke pinggiran kota, akan tetapi secara umum juga hampir sama.
Hanya saja bila dilihat dari sejarah pemukiman mereka, memang pada masa awalnya
mereka juga sudah bertempat tinggal di daerah pinggiran, di lahan pertanian atau
perkebunan, atau sekitar rawa-rawa. Lama kelamaan pemukiman tersebut menjadi
daerah perkotaan sesuai dengan pertumbuhan kota Medan. Ketika daerah pemukiman
mereka telah menjadi daerah ramai atau tergolong perkotaan, tanah mereka dibeli oleh
orang Mandailing atau Toba.
Adapun orang Aceh bermukim secara tersebar sesuai dengan jenis pekerjaan
mereka. Akan tetapi mereka tetap hidup secaraberkelompok dengan sesama etnisnya
dalam kelompok-kelompok kecil. Ada yang berada di daerah pinggir pantai bagi yang
bekerja sebagai nelayan. Ada pula yang berada di tengah kota bagi yang bekerja
sebagai pedagang atau pekerja lainnya.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
4.1.3. Gambaran Umum Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia
Kelurahan Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia adalah salah satu
kelurahan yang ada di wilayah administratif Kota Medan. Adapun potensi Kelurahan
dapat dilihat pada bagan berikut ini :





POTENSI
SUMBER DAYA ALAM
POTENSI SUMBER
DAYA MENUSIA
POTENSI
KELEMBAGAAN
POTENSI SARANA DAN
PRASARANA
POTENSI
KELURAHAN
Gambar 2. Bagan Potensi Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2006

4.1.4. Luas Daerah
Luas daerah Kelurahan Polonia , terbagi atas beberapa bagian:
a. Luas pemukiman : 1,20 km
2

b. Luas kuburan : 0,005 km
2

c. Luas perkantoran : 0,003 km
2

d. Luas prasarana umum lain : 0,3497 Ha km
2

Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia terdiri atas 13 lingkungan.
Komposisi aparat adalah sebagai berikut:
a. Kepala Kelurahan : 1 orang
b. Sekretaris : 1 orang
c. Kepala urusan pemerintahan : 1 orang
d. Kepala urusan Ekbang : 1 orang
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
e. Kepala urusan keuangan : 1 orang
f. Kepala urusan umum : 1 orang
g. Kepala urusan lingkungan : 13 orang.









SEKRETARIS LURAH
Ahmad
KAUR PEMERINTAHAN
D. Sihotang
KAUR KEUANGAN
Susanti

KAUR UMUM
khaidir

KAUR EKBANG
LURAH
Arrahmaan Pane SSTP MAP

Gambar 3. Bagan Struktur Pemerintahan Kelurahan Polonia Kecamatan Polonia

4.2. Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Pemberdayaan Kelurahan
Penerapan model efisiensi struktural selama ini telah berdampak pada berbagai
pelayanan di sektor publik yang tidak berkualitas. Terdapat kecenderungan keengganan
pemerintah pusat untuk menyerahkan kewenangan yang lebih besar kepada daerah
otonom, sehingga pelayanan publik menjadi tidak efektif, efisien dan ekonomis.
Bahkan lebih dari itu, pelayanan cenderung tidak memiliki responsibilitas,
responsivitas, dan tidak representatif sesuai dengan tuntutan masyarakat. Banyak
contoh yang dapat diidentifikasi; pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, transportasi,
fasilitas sosial, dan berbagai pelayanan di bidang jasa yang dikelola pemerintah tidak
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
memuaskan kebutuhan masyarakat, bahkan kalah bersaing dengan pelayanan yang
dikelola oleh pihak swasta.
Pergeseran peranan pemerintahan daerah ke arah model demokrasi tentunya
menuntut pelayanan publik yang lebih berkualitas, karena keterlibatan masyarakat yang
bersifat lokalitas atas prakarsa sendiri sangat strategis dan menentukan berkaitan
dengan kualitas pelayanan yang mereka terima. Hal yang perlu dipahami adalah
dimungkinkan adanya kualitas pelayanan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi
masyarakat, mengingat masyarakat Indonesia adalah bersifat majemuk baik secara
vertikal maupun horisontal, berdasarkan agama, ras, bahasa, geografis, kultural, dan
kemajemukan lainnya. Sebagaimana dikemukakan Hoessein (2001:5).
Mengingat kondisi masyarakat lokal beraneka ragam, maka local government
dan local autonomy akan beraneka ragam pula. Dengan demikian fungsi desentralisasi
(devolusi) untuk mengakomodasi kemajemukan aspirasi masyarakat lokal.
Desentralisasi (devolusi) melahirkan political variety dan structural variety untuk
menyalurkan local voice dan local choice.
Dengan dasar pemikiran tersebut, tujuan desentralisasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik dalam kerangka model demokrasi ini harus benar-benar
menjunjung nilai-nilai demokrasi dan kemandirian yang berakar dari masyarakat
setempat. Masyarakat melalui representasi wakil-wakilnya dapat menentukan kriteria
kualitas pelayanan yang diharapkan di berbagai bidang; pendidikan, kesehatan,
transportasi, ekonomi, sosial budaya, dan lain-lain. Bidang-bidang pelayanan apa yang
perlu mendapatkan prioritas, bagaimana cara menentukan prioritas, oleh siapa dan
dimana pelayanan itu diberikan, bagaimana agar pelayanan dapat efektif dan efisien,
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
merepresentasikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, dan masih banyak kriteria
lain yang perlu dijelaskan. Yang jelas penetapan semua kriteria tersebut dalam model
demokrasi adalah sangat ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
Hal ini tentunya tidak mudah, sangat tergantung pada perubahan visi, misi,
strategi, dan operasionalisasi pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan
pemerintahannya. Selama ini terdapat kecenderungan bahwa penentuan kualitas
pelayanan publik adalah sangat ditentukan oleh pemerintah atau lembaga yang
memberikan pelayanan (provider), bukan ditentukan secara bersama-sama antara
provider dengan user, customer, client, atau citizen sebagai komunitas masyarakat
pengguna jasa pelayanan; sebagai pencerminan demokrasi dan kemandirian. Padahal
pelayanan yang diberikan seharusnya mencerminkan nilai-nilai demokrasi.
Perbaikan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik menjadi isu
yang semakin penting untuk segera mendapatkan perhatian dan semua pihak. Birokrasi
yang memiliki kinerja buruk dalam memberikan pelayanan kepada publik akan sangat
mempengaruhi kinerja pemerintah dan masyarakat secara keseluruan dalam rangka
meningkatkan daya saing suatu negara pada era global.
Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika
(Prawirosentono, 1992:2).
Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat
digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja
bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.
Kinerja birokrasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi, seperti
dimensi akuntabilitas, Responsibilitas dan responsivitas, aparat dalam memberikan
pelayanan. Berbagai literatur yang membahas kinerja birokrasi pada dasarnya memiliki
kesamaan substansial yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang
telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu merupakan suatu konsep yang
disusun dan berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks
penggunaannya.

4.2.1. Akuntabilitas
Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah
dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dengan mempraktikkan prinsip-prinsip good governance.
Agar pemerintahan yang baik menjadi kenyataan dibutuhkan komitmen dari
semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintahan yang baik dan efektif
menuntut keseteraan, integritas, profesionalisme serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Maka dalam penerapannya sebagai sebuah konsepsi dalam penyelenggaraan kekuasaan
dan pemerintahan menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Terselenggaranya pemerintahan yang baik menjadi prasyarat utama untuk
mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan bangsa dan negara.
Karenanya tidak berlebihan jika penyelenggara pemerintahan yang baik menjadi salah
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
satu indikasi terwujudnya demokratisasi sebagai upaya mengembalikan kedaulatan
kepada rakyat.
Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem akuntabilitas
yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab serta
bebas dari KKN.
Keberadaan akuntabilitas sebagai suatu sistem sudah cukup lama dikenal dalam
sejarah Mesopotamia pada 4000 SM dengan dikenalnya hukum Hamurabi yang
mewajibkan seorang raja mempertanggungjawabkan tindakannya kepada pihak yang
memberi wewenang (wangsit).
Dalam perkembangannya, muncul doktrin demokrasi yang menempatkan rakyat
sebagai pemberi mandat berhak mengetahui hasil-hasil yang dilaksanakan oleh suatu
sistem pemerintahan.
Perkembangan global mendorong institusi publik di banyak negara untuk lebih
akuntabel dan transparan dalam setiap penyusunan kebijakan, tindakan dan kinerja
yang dihasilkan. Kewajiban melakukan pengukuran, pelaporan, dan penilaian kinerja
mulai populer pada dekade 1980-an dan sedang dipraktikkan di beberapa negara seperti
Australia, Inggris, dan AS.
Walau terdapat perbedaan penerapannya di masing-masing negara, akuntabilitas
pemerintahan kepada publik pada umumnya lebih difokuskan kepada masalah
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan.Konsep akuntabilitas publik
didasari pemikiran bahwa rakyat tidak hanya berhak mengetahui pada pelaporan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
pertanggungjawaban keuangan saja, tetapi juga non-keuangan, atau yang lebih dikenal
dengan sebutan akuntabilitas kinerja.
Akuntabilitas kinerja paling tidak memberi manfaat (pertama) masyarakat ingin
mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan setiap kegiatan
publik oleh pemerintah, yang notabene dibiayai oleh uang rakyat. Pemerintah dapat
sekaligus mengintrospeksi diri terhadap kemampuan dari setiap program yang
dijalankan apakah mengarah pada tujuan pada periode akhir perencanaan.
Sayangnya konsep akuntabilitas publik masih dijalankan setengah hati untuk
menjadi budaya kerja di Indonesia. Banyak pihak mengartikan akuntabilitas publik
hanya terbatas pada pelaporan pertanggungjawaban keuangan saja, hanya mencakup
pertanggungjawaban anggaran semata. Akibatnya, suatu penyelenggaraan
pemerintahan yang telah melaporkan alokasi dana yang digunakan dianggap sudah
selesai mempertanggungjawabkan kegiatannya secara memadai terlepas dari apakah
kegiatan yang dilaksanakan memberi manfaat atau tidak, terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini pada gilirannya membuka peluang yang besar bagi
praktik-praktik penyimpangan dana dan sumber daya lainnya. Yang lebih berbahaya
munculnya penyimpangan gaya lama dengan pola dan modifikasi baru.
Sesungguhnya akuntabilitas publik harus diikuti oleh pengukuran secara
komprehensif terhadap keluaran, hasil, dan manfaat yang benar-benar dapat dirasakan
dan dilihat masyarakat, serta pada gilirannya dengan memperhitungkan dampak. Oleh
karena itu, akuntabilitas kinerja pemerintahan tidak lagi terjebak dalam pola
pertanggungjawaban administratif belaka, yang dapat diinterpretasikan sebagai apologi
terhadap temuan penyimpangan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dengan cara ini
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
kinerja suatu instansi pemerintah pada suatu tahun tertentu dapat dibandingkan
kinerjanya dengan tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya, yang perlu dipahami bahwa
pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah membutuhkan komitmen dari seluruh pihak terkait, pemerintah, legislatif
dan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas ini akan dilihat dari tingkat konsistensi
antara kebijakan dan kegiatan Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia dengan
aspirasi masyarakat, khususnya dalam pemberdayaan Kelurahan, tingkat kemampuan
meningkatkan prakarsa dan kepedulian aparatur dan masyarakat terhadap kemajuan
Kelurahan.
Akuntabilitas organisasi Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, dapat
dilihat pada pelaksanaan misi pemberdayaan yaitu menerapkan berbagai kebijakan
dalam mengelola, memajukan serta meningkatkan kualitas hidup kehidupan di
kelurahan tersebut. Keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan tidak terlepas pada
kemampuan Kelurahan itu sendiri di dalam melaksanakan kebijakan, program dan
kegiatan. Atas dasar itu semua di dalam pencapaian sasaran dan tujuan Kelurahan
Polonia, Kecamatan Medan Polonia telah berkomitmen dan memprioritaskan segala
bentuk kegiatan dan kebijakan yang berorientasi kepada masyarakat. Kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia merupakan
penjabaran Instruksi Walikota Medan Nomor: 141/079/INST, tentang tugas dan
tanggung jawab kepala Kelurahan dalam Program Pemberdayaan Kelurahan di Kota
Medan untuk melakukan kegiatan-kegiatan di bidang kebersihan, keamanan,
ketertiban, pembinaan masyarakat serta pelayanan masyarakat.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Komitmen pemberdayaan tersebut merupakan tanggungjawab pemerintah
sebagai pelayan masyarakat sebagaimana pernyataan Bapak Lurah Arrahman bahwa:
Berbagai upaya dalam rangka pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh
pemerintah yang nota bene merupakan pelayan dan pengayom masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Namun demikian, sampai saat ini upaya-upaya
tersebut masih perlu untuk diteruskan agar masyarakat berperan aktif dalam proses
pembangunan. Pendekatan yang dipandang dapat mempercepat proses pemberdayaan
masyarakat adalah melalui pendekatan yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
.
Pemberdayaan adalah upaya memberdayakan (mengembangkan klien dari
keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan Kelurahan mengacu kepada kata
empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki sendiri oleh masyarakat. J adi, pendekatan pemberdayaan kelurahan bertitik
berat pada pentingnya masyarakat yang mandiri sebagai suatu sistem yang
mengorganisir diri mereka sendiri sehingga diharapkan dapat memberi peranan kepada
individu bukan sekedar objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunanyan
ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum.
Pemberdayaan menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Artinya,
pelaksana pemberdayaan masyarakat adalah pemerintah dan masyarakat itu sendiri
sebagai pemilik program. Dengan demikian, aktor peranserta adalah pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah melalui mekanisme dan sistem yang wajib diperhatikan
terutama untuk mengefektifkan peranserta yang berasal dari kalangan masyarakat.
Di dalam kegiatan pemberdayaan Kelurahan, peranan masyarakat menempati
posisi cukup dominan, namun tentunya agar perannya lebih efektif perlu adanya
pelembagaan peranserta itu sendiri dalam wadah (organisasi/lembaga), seperti LKMD,
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BPD, LMD, PKK, Posyandu, Dasawisma, Musbangdes, dan sebagainya). Berkaitan
dengan kondisi tersebut, agar gerak langkah dan kinerja serta peranserta masyarakat
berikut lembaga-lembaga yang ada, seiring dengan tuntutan akomodatif dan aspiratif
serta partisipatif, perlu dilakukan bimbingan, pembinaan, penyuluhan, penyampaian
informasi, konsultasi, fasilitasi, katalisasi, mediasi, stimulasi, pendampingan maupun
advokasi dan entrepreunership ke arah pengembangan peranserta, meningkatkan
produktifitas dan pemberdayaan masyarakat dalam aspek yang luas, sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat, yang itu semua mesti
dilakukan oleh berbagai institusi terkait.
Akuntabilitas organisasi Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, dapat
dilihat dari kesungguhan aparat Kelurahan dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan
Kelurahan sesuai dengan Instruksi walikota Medan yang menyangkut bidang-bidang
kebersihan, keamanan, ketertiban, pelayanan masyarakat dan pembinaan masyarakat.
Dalam rangka mensukseskan program kebersihan dalam kerangka
pemberdayaan kelurahan menuju tercapainya kualitas lingkungan yang sehat dan
bersih maka pihak Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia telah malakukan
berbagai tindakan pro-aktif untuk mensukseskan program kebersihan lingkungan
tersebut. Adapun upaya-upaya yang telah dilaksanakan pihak kelurahan adalah
mengacu kepada indikator kerja yang dihimbau pada instruksi Walikota Medan. Sesuai
dengan himbauan tersebut maka Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia telah
melakukan berbagai upaya dan langkah untuk menciptakan suasana lingkungan
kelurahan yang bersih dan asri. Berbagai langkah yang dilakukan oleh pihak Kelurahan
adalah dengan mengadakan sosialisasi dan pendekatan langsung kepada masyarakat
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan. Dalam sosialisasi tersebut
pihak kelurahan memberi berbagai himbauan kepada masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan mengajak masyarakat untuk secara langsung berperan serta
menjaga kebersihan lingkungan dengan mengadakan gotong-royong yang ditentukan
pihak kelurahan yang pelaksanaanya setiap hari sabtu dan minggu di lokasi-lokasi yan
telah ditentukan.
Kondisi tingkat kebersihan lingkungan sebelum pelaksanaan program ini sangat
jauh berbeda dengan pencapaian kebersihan yang ada saat ini. Penanganan kebersihan
yang ada saat ini lebih terkontrol dan menunjukkan wajah Kelurahan yang terkesan
bersih dan nyaman. Kondisi ini merupakan suatu efek positif dari pelaksanaan program
pemberdayaan di bidang kebersihan, dimana dengan adanya program menuntut
tanggungjawab dari semua pihak, baik pihak kelurahan maupun masyarakat untuk
secara kolektif menciptakan kebersihan di seluruh wilayah kelurahan. Hal ini didukung
oleh salah seorang informan dari pihak masyarakat yaitu Bapak Sulistio yang
mengatakan:
Masalah kebersihan yang ada saat ini cukup berbeda dengan apa yang kemarin-
kemarin. Dulunya masyarakat disini mana mau peduli dengan kebersihan lingkungan,
jangankan untuk membersihkan lingkungan kelurahan, pekarangan rumah sendiripun
terkadang jarang diurusi. Akan tetapi setelah adanya program pemberdayaan kelurahan
perlahan-lahan kesadaran masyarakat sudah tumbuh dan mulai peduli dengan
permasalahan kebersihan lingkungan.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa dengan adanya program-program yang
berhubungan langsung dengan masyarakat apabila dilakukan dengan pendekatan-
pendekatan penyadaran akan berbuah positif dan dapat menunjukkan hasil yang baik
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
terhadap pencapaian hasil program yang diharapakan. Hal ini sesuai dengan penuturan
Bapak Kepling I, yaitu Bapak Sitorus yang mengatakan:
Apa yang ada saat ini dalam hal kebersihan di wilayah Kelurahan kita adalah
merupakan hasil kerja bersama baik pemerintah, kepala lingkungan dan juga
masyarakat. Kerja keras kita selama ini untuk mengajak dan menyadarkan masyarakat
akan pentingnya kebersihan telah menimbulkan kesadaran dan semangat gotong-
royong dalam diri masyarakat untuk berperan serta dalam membersihkan lingkungan
tempat tinggalnya.









Gambar 4. Gotong Royang Masyarakat Membersihkan Selokan
Komitmen dan keseriusan pihak kelurahan dalam menciptakan lingkungan yang
bersih dan asri tidak boleh hanya sebatas semangat saja akan tetapi harus diwujudkan
dengan kerja nyata dan dukungan dari berbagai elemen-elemen penting terutama
mengenai dukungan sarana dan prasarana operasional. Dalam pelaksanaan operasional
kebersihan lingkungan ini, pihak Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia di
dukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kerja. Dalam hal teknis
pihak kelurahan memiliki berbagai fasilitas penunjang yang secara kualitas masih
memadai atau masih dalam keadaan baik, seperti ketersediaan 1 buah typer yang
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
setiap hari beroperasional di jalan-jalan utama atau jalan besar di wilayah kelurahan.
Sebagai penampungan sampah sementara dari limbah rumah tangga/ masyarakat maka
pada tempat yang paling strategis ditempatkan sebuah kontainer. Untuk pengumpulan
sampah-sampah yang berada di gang-gang atau perumahan yang jauh dari jalan utama
disediakan 2 buah becak sampah dan ditambah dengan 5 unit kereta dorong sampah.
Dan untuk mengoperasionalisasikan alat-alat kerja tersebut maka pihak kelurahan
memiliki perangkat/personil kerja yaitu personil Bestari sebanyak 7 orang, personil dari
Melati 3 orang, personil becak sampah 2 orang dan personil kereta dorong sebanyak 5
orang.









Gambar 5. Mobil Pengangkutan Sampah
Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang serta tenaga operasional yang
tersedia tersebut tentunya tidak akan maksimal dalam menangani permasalahan
kebersihan di seluruh wilayah Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.
Kesadaran dan partisipasi masyarakat merupakan suatu kunci utama dalam penciptaan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
kebersihan di kelurahan ini. Dalam hal ini pihak kelurahan sangat giat mengajak
masyarakat untuk secara bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan yang dimulai
dari kebersihan rumah masing-masing. Disamping hal tersebut pihak kelurahan juga
mengadakan kampanye jangan buang sampah sembarangan di lokasi-lokasi strategis
di sekitaran Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.
Disamping penciptaan kebersihan lingkungan, salah satu tugas penting dari
pemerintah Kelurahan sebagai pelayan publik adalah mengupayakan terwujudnya rasa
aman dilingkungan masyarakat yang dipimpinnya. Keamanan merupakan salah satu
kebutuhan utama setiap manusia sehingga sangat dibutuhkan upaya-upaya semaksimal
mungkin dalam mengupayakan terciptanya rasa aman tersebut.
Masalah keamanan di wilayah Kelurahan Polonia pada dasarnya cukup rawan
dan sangat berpotensi terhadap gangguan stabilitas. Hal ini mengingat posisi kelurahan
polonia yang cukup dekat dengan jantung kota. Tingginya angka kriminalitas dan
kegiatan-kegiatan yang mengganggu keresahan masyarakat merupakan suatu kendala
yang sangat berakibat fatal terhadap kelanjutan proses pembangunan. Berbagai macam
kegiatan yang masih sering meresahkan masyarakat di wilayah ini adalah misalnya
masih maraknya kegiatan perampokan, pencurian kendaraan dan masih tingginya kasus
penggunaan Narkoba dan komsumsi Miras di lingkungan masyarakat.
Dalam upaya penciptaan rasa aman dan ketenangan di wilayah kelurahan
Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia maka berbagai langkah telah
dilaksanakan oleh pihak kelurahan. Langkah-langkah tersebut di atas merupakan wujud
nyata tindakan dari pemerintah kelurahan untuk menghindarkan masyarakat dari
gangguan kemanan.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Sebagai bentuk ril dari upaya penciptaan keamanan maka pihak kelurahan
bersama-sama dengan warga membangun pos-pos siskamling di setiap lingkungan
yang ada di kelurahan. Pembangunan pos-pos ini merupakan swadaya Kelurahan
Polonia, Kecamatan Medan Polonia yang dibantu dengan sumbangan sukarela dari
masyarakat baik secara materi maupun tenaga.







Gambar 6. Pos Siskamling yang Merupakan Hasil Swadaya Kelurahan.
Untuk operasional pos siskamling ini maka pihak kelurahan menyerahkan
kepercayaan kepada warga untuk secara bergantian menjaga pos-pos tersebut. Dalam
hal ini mayoritas lingkungan memberdayakan para pemuda-pemuda yang berada di
lingkungannya untuk melakukan kegiatan ronda setiap malam. Sebagai bentuk
partisipasi masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam penjagaan pos biasanya
secara sukarela mereka akan memberi sumbangan materi untuk mendukung
operasional siskamling tersebut. Dalam hal ini di beberapa lingkungan ada juga yang
melaksanakan pengutipan uang jaga malam.
Disamping program siskamling pihak kelurahan juga menekankan kepada
masyarakat untuk melaksanakan pemasangan lampu-lampu neon (TL) di depan ruko
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
atau rumah tempat tinggal masing-masing. Himbauan ini dikeluarkan demi mendukung
suasana yang terang yang diharapkan mampu meminimalisir tindakan kejahatan atau
tindakan kriminal di tengah-tengan masyarakat.
Sedangkan untuk mengantisipasi maraknya penggunaan narkoba dan
komsusmsi miras pihak Kelurahan telah melakukan berbagai upaya dengan cara
mengadakan sosialisasi tentang bahaya menggunakan Narkoba. Upaya yang lainnya
yang ditempuh oleh pihak kelurahan adalah dengan mengadakan kerjasama dengan
pihak aparat kepolisian untuk melakukan operasi-operasi razia pada tempat-tempat
yang dicurigai sebagai tempat peredaran narkoba. Sedangkan untuk mengantisipasi
peredaran miras, pihak kelurahan biasanya setiap menjelang hari-hari besar keagamaan
melakukan sweeping terhadap tempat-tempat penjualan minuman keras untuk
mengamankan dan menertibkan minuman-minuman keras yang dianggap berbahaya.










Gambar 7. Pemasangan Lampu di Ruko dan Rumah Penduduk
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Akan tetapi pihak kelurahan menyadari bahwa untuk menimbulkan rasa aman
tentu harus dimulai dari kesadaran warga itu sendiri karena mereka merupakan suatu
indikator utama penrwujudan rasa aman tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut maka
pihak kelurahan melibatkan masyarakat secara langsung untuk bersama-sama
menciptakan keamanan dengan menjaga keamanan lingkungan masing-masing.
Dalam hal ketertiban, pihak Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia
benar-benar konsisten dalam pelaksanaan peraturan-peraturan dan tata tertib yang
berlaku.Terkendalinya ketentraman dan ketertiban masyarakat dapat meningkatkan
kredibilitas dan kewibawaan aparatur pemerintah Kelurahan. Pemerintah Kelurahan
bersama petugas Tramtib sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban sekaligus
pengayom masyarakat harus mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya secara
profesional. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, diperlukan
dukungan sarana dan prasarana serta teknologi yang memadai. Disamping itu sikap
mental dan perilaku aparat yang adil, profesional dan penuh pengabdian menjadi
faktor bagi keberhasilan penegakan hukum, ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Masalah ketertiban di wilayah kelurahan Polonia Medan tidak begitu jauh
kondisinya dengan kondisi keamanan yang ada. Pada dasarnya keamanan dan
ketertiban sangat erat kaitannya. Untuk wilayah kelurahan Polonia pada dasarnya
memiliki suatu permasalahan pada mental masyarakatnya. Pola perilaku dan tindakan-
tindakan masyarakat di kelurahan ini dapat dikatakan masih kurang tertib, Hal ini
sesuai dengan pengakuan dari salah seorang anggota masyarakat yaitu bapak Ngatino
yang mengatakan:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Terus terang saya akui bahwa mental serta watak dan perilaku masyarakat di sini
cukup keras. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi kerasnya perjuangan untuk
mencari nafkah dan juga latar belakang pendidikan masyarakat disini masih bisa
digolongkan rendah. Disamping hal tersebut di daerah ini sangat mencolok fenomena
kesenjangan sosial antara ekonomi rendah dengan masyarakat kaya. Kondisi ini
tercermin dari keseharian masyarakat yang masih kurang komunikatif dan banyaknya
aktivitas kenakalan-kenakalan remaja yang terjadi di daerah ini.

Perihal kondisi tersebut di atas memang fenomena ril yang terjadi di kelurahan
ini. Kondisi ini juga di benarkan oleh salah seorang informan dari pihak LPM yaitu
Bapak Satrio yang mengatakan:
Memang ada benarnya apabila dikatakan ketertiban di wilayah kita ini masih kurang
terlaksana. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi masyarakat yang cukup rentan dengan
hal-hal negatife. Tekanan ekonomi sepertinya menciptakan masyarakat yang keras dan
sulit bersosialisasi dan rendah kepekaan sosial. Sebagai contoh kecilnya di wilayah ini
sangat banyak tempat-tempat mangkal pemuda yang selalu ramai sampai larut malam.
Tempat-tempat mangkal tersebut biasanya dihuni oleh para pemuda pengangguran dan
remaja-remaja yang putus sekolah. Hal ini tentunya sangat mengganggu ketertiban
masyarakat.

Dalam upaya membina dan menciptakan ketertiban, pihak Kelurahan Polonia,
Kecamatan Medan Polonia mengupayakan penegakan peraturan-peraturan yang
berlaku baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Disamping hal tersebut dalam hal
mengupayakan ketertiban di wilayah Kelurahan Polonia lebih ditekankan kepada
kesadaran dan moral masyarakat serta mengekspose norma-norma atau pranata yang
sudah ada pada masyarakat tersebut. Pembangunan hukum, ketentraman ketertiban
masyarakat dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat sadar hukum, taat hukum,
tertib dan menghayati hak serta kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan bangsa,
guna menumbuhkembangkan disiplin dan tanggung jawab sosial bagi setiap warga
Kelurahan Polonia sekaligus sebagai penduduk negara kesatuan RI.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Dalam kerangka pembinaan, pihak Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan
Polonia mengupayakan pembinaan secara menyeluruh baik kepada masyarakat maupun
di lingkungan kerja kelurahan. Dalam hal pembinaan di lingkungan kelurahan program
pembinaan ini ditujukan untuk menciptakan team work yang kuat guna memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan meningkatkan kemampuan para aparat
sebagai pelaksana amanah masyarakat. Dalam upaya pembinaan di lingkungan internal
ini, pihak kelurahan melaksanakan berbagai kegiatan intens kepada seluruh jajaran
yang terkait dengan tugas dan fungsi pemerintahan di Kelurahan Polonia, Kecamatan
Medan Polonia.
Kondisi masyarakat di kelurahan Polonia yang berlatar belakang berbeda baik
secara kebutuhan baik ekonomi, sosial budaya dan agama tentunya harus mendapat
perhatian lebih dari pihak kelurahan. Perhatian yang diberikan oleh pihak kelurahan
adalah dengan mengupayakan berbagai kegiatan-kegiatan pembinaan terhadap
masyarakat baik melalui pembinaan ekonomi, kesehatan, pendidikan, agama maupun
pembinaan kepekaan sosial masyarakat. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembinaan di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia sudah
berjalan dengan baik dan mendapat tanggapan dan respon positif dari masyarakat.
Untuk penyelenggaraan pelayanan merupakan tugas, kewajiban dan fungsi dari
pemerintahan, baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota
maupun pemerintah tingkat Kelurahan kepada masyarakatnya. Pelayanan masyarakat
merupakan pelayanan yang dilakukan kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali, jadi
berbeda dengan pelayanan privat yang dilakukan dalam suatu organisasi atau institusi
privat kepada kelompok tertentu saja.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Pelayanan publik (public service) oleh birokrasi publik merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping abdi
negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dumaksudkan untuk mensejahterakan
masyarakat (warga negara) dari suatu negara sejahtera (walfare state). Pelayanan
umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk
kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bila layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan,
maka kualitas layanan yang dipersepsikan baik dan memuaskan. J ika layanan yang
diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai
kualitas yang ideal.
Dengan demikian, baik atau buruknya kualitas layanan tergantung kepada
kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan masyarakat secara konsisten
dan berakhir pada persepsi pelanggan. Ini berarti bahwa citra kualitas yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang penyelenggara, tetapi harus dilihat dari sudut
pandang atau persepsi masyarakat pengguna layanan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka pihak Kelurahan Polonia, Kecamatan
Medan Polonia telah berupaya semaksimal mungkin mengembangkan konsep
pelayanan prima kepada seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata. Dalam
pemberian layanan kepada masyarakat pihak kelurahan sangat memegang teguh prinsip
efisiensi dan efektivitas. Dalam setiap pelayanan yang diberikan diupayakan untuk
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
memberikan kualitas prima sehingga masyarakat merasa puas sehingga masyarakat
tidak merasa kecewa terhadap pemerintah khususnya pihak kelurahan. Untuk kategori
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat untuk wilayah Kelurahan Polonia,
Kecamatan Medan Polonia dapat dikategorikan memuaskan. Pihak kelurahan telah
melakukan berbagai pelayanan kepada masyarakat seperti pelayanan KTP untuk bulan
J anuari sebanyak 96 kartu Keluarga sebanyak 17 Surat Keterangan sebanyak 33.
Kondisi tersebut diatas merupakan cerminan kinerja baik dari pihak kelurahan yang
ditunjukkan tingginya intensitas masyarakat berurusan dengan pihak Kelurahan.
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan maka banyak aspek atau hal-hal
yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah keterlibatan masyarakat di dalam
pembangunan. Asumsi para pakar yang berpendapat bahwa semakin tinggi kepedulian
atau partisipasi masyarakat pada proses-proses pembangunan akan memberikan output
yang lebih optimal.
Pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia, dalam
pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima
program pembangunan (partisipasi pembangunan). Karena hanya dengan partisipasi
masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka
hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu indikator keberhasilan pembangunan
adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program.
Partisipasi masyarakat dapat memfasilitasi arus informasi antara pemerintah
dengan masyarakat, menghasilkan pemenuhan permintaan masyarakat dan membantu
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
pemerintah menggunakan alokasi sumber daya sesuai keinginan pengguna. Partisipasi
masyarakat dalam penyediaan pelayanan juga dapat mempromosikan akuntabilitas
pemerintah melalui peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kegiatan dan sekaligus
kontrol terhadap pemerintah daerah. Mekanisme yang tersedia untuk pengguna yang
berpartisipasi dalam penyediaan pelayanan dan mengemukakan keinginannya terhadap
kebijakan publik dapat diwujudkan.
Dalam hal partisipasi, masyarakat di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan
Polonia memiliki antusiasme dan kesadaran yang tinggi dalam mendukung pemerintah
kelurahan dalam mensukseskan program-program kerjanya. Upaya partisipasi ini
merupakan cerminan pemberdayaan masyarakat dimana merupakan salah satu upaya
pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemberdayaan
masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalam
menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah. Pembinaan lokal merupakan
serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan
peran serta masyarakat setempat.
Hal ini dapat dilihat dari tingginya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk
bergotong-royong dalam pelaskanaan kebersihan. Dalam hal ini masyarakat dilibatkan
partisipasinya melalui gotong royong yang setiap minggunya dilaksanakan pada hari
Sabtu dan Minggu yang dikoordinir oleh masing-masing Kepala Lingkungan yang ada
di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia. Dalam bidang keamanan masyarakat
bersama-sama mendukung penciptaan keamanan dengan menjaga keamanan
lingkungan masing-masing dengan membangun pos-pos siskamling di lingkungan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
mereka. Partisipasi masyarakat juga tercermin dari antusiasme mereka bergotong-
royong dalam melakukan pengecatan trotoar dan pembersihan dinding jalan dan juga
pembersihan saluran-saluran air.
Berlandaskan kondisi tersebut di atas maka dalam pelaksanaan program
pemberdayaan kelurahan di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, pihak
kelurahan membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk berpatisipasi
langsung dalam mensukseskan program ini. Bentuk partisipasi masyarakat dapat
berupa materi, sumbangan pemikiran maupun material. Sesuai kondisi di lapangan
menunjukkan bahwa masyarakat menyambut baik konsep partisipasi ini yang mereka
wujudkan dengan kesediaan berperan serta dalam mensukseskan segala kegiatan-
kegiatan dan program-program kelurahan. Akhirnya, yang perlu dipahami bahwa
pemahaman dan kesadaran mengenai pentingnya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah membutuhkan komitmen dari seluruh pihak terkait, pemerintah dan
masyarakat.

4.2.2 Responsibilitas
Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) di Indonesia
dalam pengelolaan administrasi publik dan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, merupakan perwujudan responsibilitas pemerintah terhadap tuntutan dan
aspirasi masyarakat modern Indonesia, dalam mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa
dan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam kaitannya dengan responsibilitas ini akan dilihat dari apakah
pelaksanaan kegiatan organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
yang benar sesuai dengan kebijakan organisasi, yang diukur dengan tingkat
pelanggaran masyarakat terhadap aturan serta upaya penanggulangannya, tingkat
kontribusi penerimaan pajak Bumi dan Bangunan dan Wajib retribusi Sampah.
Secara umum Pemerintah Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia sudah
melaksanakan Instruksi tentang pemberdayaan kelurahan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kesungguhan pihak kelurahan dalam penyelenggaraan
program-program pemberdayaan sesuai dengan Instruksi Walikota. Akan tetapi, tidak
ada gading yang tidak retak, demikian juga dengan kondisi yang di alami oleh pihak
Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia dimana masih terdapat berbagai
pelanggaran dari pihak masyarakat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku.
Tingkat pelanggaran yang paling sering terjadi adalah mengenai pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan. Pada kasus ini terdapat suatu fenomena yang unik dimana
setiap tahunnya terdapat banyak kasus masyarakat yang sangat sulit dalam melunasi
kewajiban pajak. Untuk kasus di wilayah Kelurahan Polonia, setiap waktu jatuh tempo
pelunasan PBB jumlah masyarakat yang belum membayar kewajibannya selalu berada
di atas angka 15 %. Hal ini tentunya menjadi suatu masalah yang sangat krusial dan
harus mendapatkan penanganan secara serius dari pihak Kelurahan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas pihak Kelurahan Polonia, telah
mengupayakan sosialisasi dan penyadaran-penyadaran melalui berbagai cara misalnya
dengan membuat spnduk-spanduk anjuran untuk membayar PBB, serta mengunjungi
masyarakat pada acara-acara bersama kemudian mengingatkan masyarakat tentang
batas waktu pembayaran. Usaha sosialisasi tersebut ternyata kurang menunjukkan hasil
yang signifikan terhadap peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar PBB.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Berangkat dari kondisi tersebut di atas maka beberapa tahun terakhir pihak Kelurahan
membuat sebuah strategi kebijakan baru terhadap masyarakat di Kelurahan Polonia.
Adapun strategi tersebut adalah membuat sebuah peraturan dimana seluruh masyarakat
yang melakukan pengurusan masalah kependudukan wajib melunasi dahulu kewajiban
PBB mereka baru bisa mendapatkan pelayanan dari pihak Kelurahan. Hal ini senada
dengan pernyataan informan yang merupakan Sekretaris Kelurahan yaitu Bapak
Khaidir yang mengatakan:
saat ini pihak Kelurahan sudah memperketat segala pengurusan-pengurusan masalah
kependudukan dengan menggandengkannya dengan keharusan pembayaran PBB. Hal
ini merupakan strategi mendongkrak pencapaian pembayaran wajib pajak dari
Kelurahan ini.

Kondisi tersebut di atas pada sisi tertentu cukup berhasil meningkatkan realisasi
target pajak akan tetapi kalau menilik dari sisi mentalitas dapat disimpulkan bahwa
kondisi yang ada tidak menimbulkan kesadaran sendiri dari pihak masyarakat.
Disamping hal tersebut kondisi yang sering terjadi adalah, bagaimana jika ternyata
masyarakat yang sangat membutuhkan pelayanan tidak mampu untuk melakukan
pembayaran PBB? Apakah lantas masyarakat tersebut tidak bisa mendapatkan
pelayanan yang sangat ia butuhkan saat itu? Hal ini sesuai dengan penuturan salah
seorang informan:
Peraturan seperti yang dilakukan oleh kelurahan tersebut memang bisa di bilang baik
untuk mendapatkan pembayaran pajak dari masyarakat, tapi yang harus disadari oleh
pemerintah khususnya para aparat kelurahan, bawa tidak semua masyarakat yang tidak
membayar PBB karena ketidakmauan akan tetapi banyak dari kami masyarakat yang
memang pada dasarnya tidak sanggup atau belum sanggup membayar sesuai tempo
yang ditentukan. J ujur saja tidak ada terlintas dipikiran kami untuk tidak membayar
PBB tersebut karena kami sadar itu kewajiban seluruh warga negara.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Khusus untuk fenomena/kasus tersebut di atas pihak Kelurahan Polonia
memiliki suatu kebijakan sebagai solusi apabila hal tersebut di atas terjadi dalam sistem
pelayanan masyarakat. Pihak Kelurahan menyadari bahwa pada dasarnya tidak semua
masyarakat yang tidak melakukan pembayaran karena alasan ketidakmauan melakukan
pembayaran akan tetapi ada beberapa anggota masyarakat yang memang betul-betul
tidak mampu atau belum mampu melakukan pembayaran. Untuk hal tersebut Pihak
kelurahan memberikan suatu kearifan khusus terhadap anggota masyarakat tersebut
seperti halnya pernyataan dari Lurah Polonia yang mengatakan:
kita sadar bahwa kebijakan ini terkesan memaksa, dan juga dilaksanakan dengan
cukup ketat, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada beberapa anggota masyarakat
yang belum mampu melunasi kewajibannya, untuk itu pihak kelurahan memberikan
solusi keringanan kepada masyarakat tersebut dengan membuat kesepakatan/perjanjian
tentang pengunduran batas waktu pembayaran.

Disamping pelanggaran tentang pajak terdapat juga banyak bentuk pelanggaran
masyarakat dalam hal pembuangan sampah pada areal tanah kosong. Salah satu
kebiasaaan buruk dari masyarakat di kelurahan Polonia adalah membuang sampah pada
areal-areal tanah yang belum atau tidak ditempati. Kondisi ini merupakan suatu hal
yang meresahkan dan sekaligus sangat mengganggu kenyamanan wilayah. Disamping
hal tersebut akibat pembuangan sampah ditempat-tempat tanah kosong sangat
berdampak terhadap kekotoran lingkungan dan disamping hal tersebut tanpa disadari
masyarakat kondisi tersebut berpengaruh signifikan terhadap pengurangan pembayaran
PBB, karena pihak pemilik tanah akan menjadikan fenomena tersebut sebagai alasan
keengganan mereka dalam melunasi kewajiban pajaknya. Hal ini sesuai dengan
penuturan dari informan yang merupakan Kaur keuangan yang mengatakan:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Banyak terdapat kasus di lapangan mengenai kesulitan memperoleh pembayaran PBB
dari target pajak. Salah satunya adalah objek pajak yang memiliki lahan kosong di
wilayah kelurahan akan tetapi enggan membayar PBB dengan alasan bahwa telah
terjadi pelanggaran penyalahgunaan fungsi tanah. Dalam hal ini tidak jarang objek
pajak malah menuduh balik bahwa petugas kelurahan tidak memiliki rasa
tanggungjawab menjaga ketertiban masyarakat.

Kondisi tersebut di atas merupakan suatu fenomena yang menyedihkan dari
sebuah proses demokratisasi di negara ini. Kebebasan yang kebablasan dan semakin
banyaknya informasi yang dimiliki masyarakat dalam era reformasi saat ini terkadang
menjadi suatu bumerang bagi pemerintah. Penafsiran arti kata demokrasi dan
kebebasan yang tidak logis kadang diposisikan masyarakat untuk membentengi diri
dari peraturan bahkan terkadang atas nama kebebasan masyarakat sering melakukan
tindakan melanggar hukum.
Pelanggaran lainnya yang masih sering dilaksanakan masyarakat kelurahan
adalah masalah berjualan yang tidak tertib di kaki lima sepanjang wilayah Kelurahan
Polonia. Maraknya kegiatan pedagang kaki lima di wilayah Polonia sangat
memperburuk citra kelurahan yang nampak sangat semberawut akibat ulah para
pedagang kaki lima. Beberapa pelanggaran yang terjadi adalah menempati wilayah
yang dilarang untuk melakukan perdagangan ternyata telah dijadikan lapak usaha oleh
para masyarakat yang mencari nafkah dari berjualan. Disamping hal tersebut
pelanggaran yang terjadi adalah batas-batas tempat berjualan yang sudah ditentukan
oleh pihak kelurahan sering sekali dilewati/ dilanggar akibat tingginya aktivitas
berjualan dari pedagang kaki lima. Hal tersebut di atas sering menyebabkan kondisi
yang tidak teratur dan tidak jarang pula mengakibatkan kemacetan lalulintas. Untuk
mengantisipasi masalah ini pihak kelurahan dengan intens telah melakukan penertiban
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
ataupun razia terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para pedagang
kaki lima. Penertiban ini dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa aktivitas pedagang
kaki lima tersebut telah mengganggu kepentingan umum seperti pernyataan dari salah
seorang aparat kelurahan bidang pemerintahan yaitu bapak Sihotang yang mengatakan:
Dalam pelaksanaan ketertiban di wilayah kerja kelurahan Polonia baru-baru ini pihak
kelurahan bersama-sama dengan SATPOL PP telah mengadakan kegiatan rutin untuk
menertibkan para pedagang kaki lima yang beroperasi di sepanjang jalan protokol .
Penertiban ini dilaksanakan sesuai prosedur dan peraturan yang ada, dengan
pertimbangan bahwa aktivitas para pedagang kaki lima tersebut telah menyebabkan
gangguan lalu lintas, kesembrautan wajah kota, ketidak nyamanan bagi pejalan kaki
dan lain-lain.










Gambar 8. Pembinaan Pedagang Kaki Lima





Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008









Gambar 9. Penertiban Pedagang Kaki Lima
Pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas terkadang merupakan hal yang
dilematis bagi pihak Kelurahan. Disatu sisi masyarakat mencari nafkah untuk
kelangsungan hidupnya dengan berjualan di kaki lima, akan tetapi disisi lain kegiatan
ini mengganggu terhadap beberapa kepentingan umum sehingga mau tidak mau kondisi
ini mengharuskan ada kepentingan yang di prioritaskan. Dan kondisi yang paling sering
sering terjadi adalah penggusuran terhadap para pedagang kecil yang nota bene
menggantungkan penghidupannya dari usaha kaki lima tersebut. Hal ini tentunya
merupakan suatu bentuk ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat yang berperan
di dalam aktivitas tersebut. Tidak jarang juga masyarakat mengtakan bahwa ini
merupakan suatu bentuk penindasan dan ketidak pedulian pemerintah terhadap
masyarakat kecil. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang informan dari
pedagang kaki lima yaitu ibu Rahmawati yang mengatakan:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Terus terang kami benci dengan aparat pemerintah. Mengapa aparat selalu melakukan
penertiban buat kami rakyat kecil yang cari makan untuk hidup dan meyekolahkan
anaka-anak. Kalau kami tidak berjualan, lantas apakah pemerintah mau memberi kami
makan dan menyekolahkan anak-anak kami?

Pernyataan informan tersebut di atas juga diperkuat oleh salah seorang informan
dari pedagang kaki lima lainnya yaitu bapak Napitupulu yang mengatakan:
Pemerintah seharusnya jangan asal main gusur kalau tempat/lokasi kami berjualan
memang mengganggu ya tolong dong dibuka lokasi yang cocok buat tempat kami
berusaha. Disamping itu juga buat para petugas pamong praja jika mengadakan
penertiban kami harap jangan main paksa dan main fisik dan yang paling penting
jangan sampai merusak dagangan kami, karena ini adalah hidup kami.

Pernyataan isi hati dari informan tersebut di atas tentunya sangat mengiris hati.
Akan tetapi kondisi tersebut di atas merupakan suatu yang lumrah dalam proses
pembangunan dimana untuk mencapai sebuah kemajuan harus ada yang dikorbankan.
Dalam pelaksanaan di lapangan proses penertiban para pedagang kaki lima ini sangat
sering mengalami benturan antara aparat dengan masyarakat dan tak jarang pula
penertiban ini mengakibatkan adu fisik antara aparat penertiban dengan para pedagang.
Hal ini dibenarkan oleh salah seorang informan dari petugas Pamong praja yang
mengatakan:
J ujur saja pada dasarnya kami punya perasaan dan kami juga merasa kami bagian dari
masyarakat jadi tidak ada unsur kesengajaan atau sesuatu yang kami rencanakan
apabila terjadi kekerasan dalam penertiban. Kami datang dengan misi menertiban akan
tetapi di lapangan masyarakat sangat sulit untuk ditertibkan jadi sesuai prosedur kerja
kami harus berapresiasi di lapangan untuk melakukan penertiban.

Perihal permasalahan yang dilematis tersebut diatas harus ditanggapi secara
objektif tanpa menyalahkan salah satu pihak baik aparat maupun masyarakatnya.
Kondisi ini sebenarnya terjadi disebabkan belum baiknya sistem yang ada dimana
sistem atau arah pembangunan harus betul-betul direncanakan dengan baik dengan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
mengakomodir kepentingan semua golongan sehingga efek dari pembangunan tersebut
mengarah kepada kemajuan dan keteraturan. Untuk kasus pedagang kaki lima ini
sebenarnya pemerintah harus memikirkan relokasi bagi para pedagang tersebut yaitu
dengan meyediakan pasar khusu tempat para pedagang berjualan untuk mencari
nafkah. Disamping itu juga sikaf arif dan kedewasaan dari masyarakat juga sangat
diharapkan dalam kasus ini. Masyarakat harus sadar hukum dan mengembalikan
kepercayaan kepada pemerintah untuk mengatur dan mengarahkan seluruh masyarakat
demi kemajuan bangsa ini kedepannya.
Kegiatan penertiban juga sering dilaksanakan pihak kelurahan terhadap
beberapa anggota masyarakat yang memiliki hewan ternak peliharaan yang dilepas
begitu saja sehingga mengganggu kenyamanan dan ketertiban masyarakat. Untuk kasus
wilayah Polonia, ada sebagian masyarakat yang memiliki hewan ternak seperti ayam,
babi, bebek dan hewan peliharaan lainnya tidak diternakkan dalam kandang akan tetapi
dilepas begitu saja sehingga sering masuk ke pekarangan orang lain atau bahkan sering
merusak tanaman ataupun mengotori rumah masyarakat lainnya. Dalam hal ini pihak
Kelurahan melakukan tindakan tegas dengan melaksanakan penertiban dan membuat
perjanjian dengan masyarakat untuk mengkandangkan ternak tersebut sebelum
mendapat tindakan yang lebih tegas lagi.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 10. Penertiban terhadap hewan peliharaan
Disamping pelanggaran dan upaya penyelesaiannya, tingkat responsibilitas
aparat Kelurahan dapat dilihat dari kemampuan merealisasikan penerimana-penerimaan
yang berasal dari kewajiban masyarakat kelurahan, misalnya penerimaan dari pajak
maupun dari retribusi sampah. Gambaran penerimaan atau kemamuan merealisasikan
target penerimaan merupakan wujud baiknya kualitas kinerja dan pelayanan yang
diberikan.
Dalam beberapa hal kinerja pihak kelurahan Polonia dapat dikatakan sudah
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari fed back yang diterima oleh pihak kelurahan,
dimana dengan kualitas pelayanan yang diberikan mampu menggerakkan dan
memotivasi masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya tanpa merasa terbebani.
Kondisi ini salah satunya dibuktikan dengan tidak sulitnya pihak kelurahan dalam
melaksanakan pemungutan Wajib Retribusi Sampah (WRS). Seperti pada 3 bulan
terakhir dimana pihak kelurahan yang memiliki target WRS sebesar Rp.10.006.500
mampu merealisasikannya secara keseluruhan atau 100%. Pencapaian tersebut tentunya
merupakan usaha dan kerja keras dari pihak Kelurahan dalam memberikan pelayanan
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
terutama di bidang kebersihan yang ada akhirnya menimbulkan simpati dari
masyarakat untuk memberikan kewajiban mereka atas pelayanan kebersihan dan
kenyamanan yang mereka terima. Hal ini didukung oleh penyataan salah seorang
informan dari kaur Umum yaitu bapak Khaidir yang mengatakan:
Kita sangat bangga atas pencapaian target dari WRS. Dengan adanya pencapaian ini
menunjukkan bahwa adanya penghargaan masyarakat terhadap kinerja dan pelayanan
yang kita berikan dan disamping hal tersebut ini merupakan indikator positif terhadap
tumbuhnya kesadaran masyarakat akan rasa tanggungjawab sebagai warga.

Kesuksesan realisasi WRS ditunjang oleh ketersediaan fasilitas pendukung
ditambah keseriusan pihak kelurahan dalam menciptakan kebersihan di lingkungan
kelurahan. Sehingga hasilnya dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat setempat.
Dalam hal penanganan masalah sampah, disamping adanya mobil bantuan dari Pemko
Medan, Pihak kelurahan mengupayakan pengadaan gerobak-gerobak sampah di
tempat-tempat tertentu di wilayah lingkungan masyarakat. Dengan adanya gerobak-
gerobak sampah tersebut mengantisipasi timbunan sampah masyarakat apabila suatu
saat mobil kebersihan pihak Pemko tidak dapat beroperasi. Tindakan antisipatif ini
tentunya sangat membantu dalam mensukseskan program kebersihan lingkungan
kelurahan. Hal positif lainnya bahwa pengadaan gerobak-gerobak tersebut merupakan
sumbangan atau swadaya dari masyarakat kelurahan. Hal ini sesuai dengan penuturan
dari salah seorang anggota masyarakat yaitu bapak Syaiful yang mengatakan:
Gerobak-gerobak ini adalah merupakan swadaya masyarakat sini, gerobak ini
merupakan bentuk kepedulian kita terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan
kita. Pembuatan gerobak ini atas inisiatif masyarakat karena terdorong melihat betapa
seriusnya pihak kelurahan dalam menciptakan kebersihan di wilayah kita padahal yang
paling membutuhkan dan merasakan adalah masyarakat sendiri. Oleh karena tersebut
atas hasil musyawarah masyarakat sini mengumpulkan sumbangan sukarela untuk
pengadaan gerobak-gerobak ini.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008









Gambar 11. Kereta gerobak swadaya masyarakat
Kondisi yang bertolak belakang terjadi dalam hal realisasi penerimaan dari
PBB. Pihak Kelurahan mengakui bahwa sangat sulit merealisasikan target penerimaan
dari wajib pajak di wilayah kerjanya. Kondisi yang sangat memprihatinkan yang terjadi
dalam hal pemungutan PBB adalah bahwa setiap tahunnya terjadi degradasi/ penurunan
pencapian realisasi PBB di wilayah Kelurahan Polonia. Kondisi ini terus berlangsung
dalam beberapa tahun terakhir dan belum mampu ditekan oleh pihak Kelurahan.
Tabel 2. Target WP dan PBB
Tahun Target WP
(Org)
Target
Pencapaian
(Rp)
2005 3131 557.174.313
2006 3282 332.786
2007 3301 861.478.612

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 3. Realisasi WP dan PB
Tahun Target WP
(Org)
Target Pencapaian
(Rp)
%
2005 1820 334.304.640 60%
2006 1970 345.286.247 54,95%
2007 1454 370.119.158 42,6%

Kondisi tersebut di atas merupakan suatu permasalahan yang sangat serius dan
sangat perlu mendapat perhatian khusus. Rendahnya pencapaian target realisasi PBB
ini sudah diupayakan penanggulangannya secara aktif dan intensif namun untuk saat ini
belum mencapai hasil yang maksimal. Upaya penyadaran dan sosialisasi pun terus
dilaksanakan di tingkatan masyarakat.


Gambar 12. Himbauan Pembayaran Pajak
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Menurut hasil pengamatan di lapangan ada beberapa hal penting yang
menyebabkan sulitnya merealisasikan target pembayaran PBB oleh masyarakat yaitu:
1. Melonjakknya Nilai J ual Objek Pajak (NJ OP)
2. Banyaknya tanah kosong yang tidak diketahui alamat pemiliknya
3. Ketidaksanggupan masyarakat membayar PBB
4. Mental/ kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam pemenuhan kewajiban
sebagai warga.
Keempat poin tersebut di atas merupakan faktor-faktor utama penyebab
kesulitan untuk merealisasikan penerimaan PBB di wilayah Kelurahan-kelurahan pada
umumnya dan di Kelurahan Polonia khususnya.Alasan yang paling menonjol dalam
hal ini untuk wilayah Kelurahan Polonia adalah faktor banyaknya tanah tak bertuan
atau lahan kosong yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Dalam hal ini pihak
Kelurahan sangat sulit untuk melakukan identifikasi alamat si pemilik, dan apabila
pada beberapa lahan kosong yang telah diketahui pemiliknya akan berbenturan pula
dengan alibi dari si pemilik bahwasanya mereka merasa keberatan bahwa tanah milki
mereka dijadikan tempat pembuangan sampah-sampah masyarakat. Hal ini menjadi
suatu polemik yang selalu membayangi kinerja aparat Kelurahan Polonia dalam hal
merealisasikan penerimaan PBB. Disamping hal tersebut di atas salah satu faktor yang
paling berpengaruh dalam hal realisasi PBB adalah tidak adanya kejelasan hukum bagi
pelanggaran tersebut. Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap masyarakat yang tidak
melunasi PBB sehingga membuat masyarakat lebih berani untuk menghindar dari
kewajibannya walaupun telah dilakukan kegiatan penyisiran oleh aparat kelurahan.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
4.2.3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan
program-progrm pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokasi
terhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntutan pengguna jasa. Responsivitas
sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti
kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan
prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Dalam kaitannya dengan responsivitas ini merupakan kemampuan organisasi
Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia dalam mengenali kebutuhan masyarakat
dalam memberikan pelayanan, yang akan dilihat dari tingkat kepekaan terhadap
keluhan masyarakat dalam pelayanan, tingkat usaha untuk membina kegiatan
masyarakat Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.Adanya berbagai keluhan
dan rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diterima atau yang
diberikan oleh pemerintah merupakan salah satu cerminan ketidak mampuan atau
merupakan indikasi kurang baiknya kinerja pemerintah. Semakin banyak keluhan
masyarakat semakin buruk ukuran kemampuan kinerja dari pemerintah yang melayani
masyarakat tersebut.
Sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan, di wilayah Kelurahan Polonia,
Kecamatan Medan Polonia masih terdapat beberapa bentuk keluhan dari pihak
masyarakat terhadap kinerja aparat Kelurahan. Beberap keluhan tersebut menyangkut
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
masalah layanan dalam kepengurusan kependudukan. Adapun prosedur pelayanan yang
harus dilalui oleh masyarakat pengguna jasa layanan pemerintah dirasakan masih
berbelit-belit dan memakan waktu yang lama bahkan tidak jarang masyarakat harus
datang berulangkali ke kelurahan sehingga menyulitkan masyarakat karena tidak
efisien dan pada akhirnya masyarakat menjadi enggan untuk mengikuti prosedur yang
seharusnya.Hal ini sesuai penuturan dari salah seorang anggota masyarakat yang
mengatakan:
Kita sering kecewa sewaktu melakukan pengurusan KTP. Waktu yang diperlukan oleh
aparat Kelurahan terkadang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya
dalam pengurusan perpanjangan KTP, idealnya prosesnya dapat selesai dalam waktu
tiga hari. Namun pada kenyataannya di lapangan, perpanjangan KTP bisa selesai
melebihi waktu yang seharusnya. Dilema yang terjadi, masyarakat ingin agar waktu
penyelesaiannya sesegera mungkin, sedangkan aparat tidak dapat memenuhinya.

Dalam hal ini pihak kelurahan Polonia tidak memungkiri kondisi tersebut dan
juga tidak membenarkannya secara keseluruhan. Dalam proses Pengurusan
kependudukan yang dilaksanakan di tingkat Kelurahan pada dasarnya membutuhkan
waktu terutama yang berhubungan dengan pelayanan yang berkaitan dengan
Kecamatan. Untuk masalah ini pihak kelurahan melalui bapak Lurah Polonia
memberikan penjelasan bahwa:
Banyak hal yang tidak dapat dimengerti atau tidak diketahui masyarakat tentang
proses pengurusan KTP yang sebenarnya, sehingga atas dasar tersebut sering
melahirkan preseden buruk terhadap aparat kelurahan yang memberikan pelayanan.
Proses pelaksanaanpengurusan KTP dalam pelayanan administrasi kependudukan di
Kecamatan Medan Polonia dimulai dari kebutuhan masyarakat yang membutuhkan
pelayanan administrasi kependudukan. Masyarakat datang ke Kantor Kelurahan di
lingkungan tempatnya tinggal dengan membawa persyaratan sesuai dengan kebutuhan
administrasi yang dibutuhkan. Selanjutnya aparat kelurahan membawa berkas-berkas
tersebut ke Kantor Camat untuk selanjutnya data tersebut dientri dan dikirimkan ke
Dinas Kependudukan. J ika tidak ada masalah (misalnya terjadinya biodata ganda,
dimana yang bersangkutan telah terdaftar di kecamatan lain) maka berkas yang telah
dientri tersbeut dapat dicetak untuk selanjutnya ditandatangani oleh Camat. Berkas
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
yang telah selesai diproses tersebut selanjutnya diambil oleh aparat kelurahan untuk
kemudian dapat diambil oleh yang masyarakat yang bersangkutan. Kondisi tersebut
tentunya membutuhkan waktu dan hal inilah yang sering kurang dipahami
masyarakat.

Dalam hal proses penyelenggaraan pelayanan kepengurusan KTP sering terjadi
suatu hal kondisional dan diluar perhitungan sehingga masyarakat sering terlambat
menerima pelayanan dari pihak Kelurahan. Kondisi ini sangat sensitif dan mampu
menimbulkan persepsi buruk masyarakat dengan beranggapan kinerja aparat
Kelurahan sangat lamban dan terkadang mempersulit pelayanan.
Disamping masalah ketepatan dan kecepatan waktu layanan, masyarakat juga
sering mengeluhkan mengenai standarisasi pembayaran biaya kepengurusan. Sistem
yang ada selama ini tidak memberi kepastian bagi masyarakat yang sedang melakukan
pengurusan. Keadaan ini memaksa masyarakat harus mengeluarkan biaya tertentu
diluar aturan resmi pemerintahan agar pelayanan dari aparatur dapat terlaksana dengan
cepat. Hal ini tentunya akan membentuk opini negatif dari masyarakat terhadap citra
aparatur pelayanan dimana birokrasi pemerintah tidak pernah lepas dari pungutan liar.
Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang anggota masyarakat yaitu Ibu Suriany
yang mengatakan:
Kebiasaan yang terjadi kalau kita mengikuti prosedur dalam pengurusan biasanya
akan makan waktu lama padahal dalam hal tertentu kita membutuhkan layanan yang
cepat sehingga mau tidak mau kita harus memberikan dana lebih untuk pengurusan,
baru urusan kita cepat kelarnya.

Dari pernyataan ibu tersebut dapat menunjukkan potret buram sistem pelayanan
yang ada di negeri ini. Dalam menanggapi keluhan tersebut di atas, pihak Kelurahan
Polonia telah berkomitmen kuat untuk melakukan perubahan kearah perbaikan mutu
pelayanan dengan komitmen memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Pelayanan prima tersebut mengandung unsur kecepatan, kesederhanaan dan
kemudahan. Dan disamping itu pihak kelurahan juga telah memperketat peraturan
terhadap masalah pungutan biaya kepada masyarakat yang sedang mengadakan
pengurusan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lurah Polonia yang mengatakan:
Kita benar-benar konsisten dalam hal penertiban pungutan-pungutan yang tidak resmi.
Sejak tahun kemarin kita telah mengeluarkan kebijakan internal untuk menindak tegas
aparat yang melakukan pengurusan dengan imbalan dana lebih untuk percepatan
pelayanan. Dan kepada masyarakat juga kami himbau untuk turut mensukseskan
program disiplin, tertib dan kesabaran dalam pengurusan.

Disamping permasalahan pengurusan layanan, pihak Kelurahan saat ini banyak
mendapat keluhan dari masyarakat mengenai kasus tanah yang mereka tempati saat ini.
Seperti diketahui bersama bahwa pada tahun lalu terjadi konflik antara pihak AURI
yang mengkalim kepemilikan tanah yang ditempati penduduk. Status kepemilikan atas
tanah tersebut secara hukum dimenangkan oleh pihak AURI akan tetapi hal yang paling
mendasar memicu konflik antara penduduk dengan pihak AURI adalah dimana pihak
AURI berniat menggusur masyarakat dari wilayah tersebut yang tentunya sangat
ditentang oleh masyarakat Kelurahan dengan berbagai alasan.
Berangkat dari kondisi tersebut di atas pihak masyarakat banyak mengeluhkan
tentang posisi dan keberadaan pihak kelurahan dalam penanganan kasus tersebut.
Masyarakat sebagai satuan komunitas yang berada dibawah kepemimpinan pihak
Kelurahan berharap agar pihak kelurahan memihak dan mengupayakan peran/andil dari
pihak kelurahan untuk membela masyarakat dan memenangkan aspirasi masyarakat
dalam kasus tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang informan
masyarakat yaitu bapak Sabar yang mengatakan:
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Kita, masyarakat kelurahan ini merasa kecewa terhadap aparat kelurahan. Pihak
kelurahan seolah-olah lepas tangan terhadap masyarakatnya. Dimana bentuk
tanggungjawab kelurahan membiarkan masyarakatnya berjuang sendiri dalam
mempertahankan tanah kelurahan ini?

Tentunya hal ini sangat bertentangan, karena pihak Kelurahan tidak memiliki
wewenang atau tidak bisa membuat atau mengeluarkan kebijakan perihal kasus
tersebut. J adi dalam permasalahan ini terdapat suatu miss understanding antara
masyarakat dengan pihak kelurahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan dari
seksi pemerintahan yang mengatakan:
Mengenai kondisi masyarakat yang mengeluh dan merasa kecewa terhadap aparat
kelurahan kalau kita tinjau dari segi sosialnya adalah wajar karena masyarakat
menganggap bahwa pihak kelurahan merupakan pelindung dan pengayom mereka akan
tetapi dari segi hukum dan peraturan pihak kelurahan memang tidak boleh berada atau
memihak satu pihak untuk masalah perkara tanah ini. J adi dalam hal kasus ini pihak
kelurahan hanya bias berada sebagai fasilitator dan penengah.

Dari kondisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keluhan masyarakat
mengenai keberadaan pihak kelurahan hanya merupakan bentuk kekecewaan atas
masalah, tidak terlalu mengarah kepada kurang baiknya kinerja aparat kelurahan.
Untuk kasus ini pihak kelurahan masih terus berupaya mencari cara pemecahan dan
jalan keluar terbaik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Selain faktor keluhan masyarakat, responsivitas aparat kelurahan dapat dilihat
dari tingkat usaha untuk membina kegiatan masyarakat Kelurahan Polonia, Kecamatan
Medan Polonia. Apabila responsivitas dilihat dari aspek tingkat usaha untuk membina
kegiatan masyarakat yang dilaksanakan sebagaimana tabel di bawah ini:



Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pembinaan di Wilayah Kelurahan Polonia 2007
No Jenis kegiatan

Rencana Realisasi Keterangan
1 Mengadakan sosialisasi
tentang Undang-undang
no.32

Seluruh aparat kelurahan

Sudah berjalan
sebanyak 5 x
Untuk tahun 2008
belum dilaksanakan

2 Pengembangan
kelembagaan
Pembentukan lembaga
masyarakat
Terbentuknya
LPM
Sudah berjalan
dengan aktif
3 Pembinaan PKK 2 x dalam 1 bulan di tiap
lingkungan
2 x dalam 1 bulan
untuk 12
lingkungan dan 1
lingkungan masih
berjalan 1 x tiap
bulannya
Kegiatan pembinaan
Dilaksanakan dalam
arisan arisan PKK
4 Pembinaan kelompok
masyarakat
Membina kelompok
masyarakat yang sudah ada
dan menumbuh kembangkan
kelompok-kelompok
masyarakat yang menunjang
kepada pembangunan
kelurahan
Pelaksanaan
masih minim
karena kelompok
masyarakat belum
begitu banyak
Kelompok
masyarakat yang ada
masih sebatas
kelompok pengajian
dan perkumpulan
marga-marga
5 Pembinaan kepada
kelompok masyarakat usaha
Melakukan bimbingan/
penyuluhan ekonomi dan
peluang usaha
Sudah berjalan 2 x -
6 Pembinaan dan penyuluhan
bahaya penyakit flu burung
dan demam berdarah
Melakukan sosialisasi dan
penyuluhan cara pencegahan
penularan serta memberantas
wabah
Sudah berjalan
rutin setiap
bulannya
Sangat mendapat
antusiasme dari
masyarakat

7 Penyuluhan tentang bahaya
psikotropika, narkoba dan
penyakit AIDS
Melaksanakan penyuluhan
rutin kesekolah-sekolah dan
juga kepada masyarakat
Masih terlaksana
di sekolah-sekolah
Bekerjasama dengan
Dinas Sosial dan
Dinas Kesehatan

Komitmen dan keseriusan pihak kelurahan dalam pembinaan masyarakat dapat
dilihat dari daftar kegiatan pembinaan yang ada pada tabel di atas. Dalam
melaksanakan pembinaan pihak kelurahan selalu berkoordinasi dengan kepling-kepling
tiap kelurahan karena kepling merupakan pihak yang paling dekat dan paling
mengetahui perkembangan kebutuhan masyarakatnya. Dalam hal ini pihak kelurahan
melakukan rapat bersama kepling setiap minggu yaitu pada hari senin untuk
melaksanakan rapat koordinasi dan evaluasi terhadap keberadaan kondisi lingkungan-
lingkungan yang ada di Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Dalam hal pembinaan ini pihak kelurahan tidak hanya melakukan pembinaan
terhadap masyarakat akan tetapi pihak kelurahan juga melaksanakan pembinaan
terhadap aparat-aparat kelurahan mengenai sosialisasi undang-undang No.32 Thn 2004.
Hal ini senada dengan pernyataan salah seorang informan bagian pemerintahan yaitu
bapak D. Sihotang:
Untuk pembinaan internal kita juga mengadakan pemantapan dan pembobotan bagi
para aparat kelurahan mengenai sosialisasi undang-undang No.32 thn 2004 tentang
otonomi daerah. Dengan adanya pembinaan ini diharapkan agar para aparat mampu dan
mengerti tentang tugas dan fungsinya dan semakin mampu meningkatkan kapabilitas
mereka sebagai aparat pelayan masyarakat yang profesional.

Berkaitan dengan profesionalisme aparatur pemerintah daerah, ditandai
dengan pelaksanaan tugas bagi aparatur pemerintahan daerah sesuai dengan tuntutan
reformasi yang kini sedang digulirkan. Profesionalisme aparatur tersebut
mensyaratkan: pertama, aparatur yang menguasai konsep (teori) dan kedua, aparatur
yang dapat mengimplementasikan konsep-konsep (teori) tersebut, sehingga aparatur
pemerintah (daerah) dapat mengembangkan fungsinya sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat.
Fungsi abdi Negara dan abdi masyarakat antara lain: fungsi pelayanan, dan
fungsi pemberdayaan masyarakat, serta fungsi pembangunan sosial ekonomi, dan
politik. Pelaksanaan fungsi-fungsi ini diharapkan mampu mewujudkan kepedulian
aparatur pemerintah terhadap rakyatnya, sehingga masyarakat dapat merasakan nilai
lebih dari aparatur. Oleh karena itu, dengan adanya optimalisasi fungsi-fungsi ini akan
membawa masyarakat kita pada harapan akan pemerataan keadilan yang dapat
dijadikan pedoman dalam menciptakan ketahanan masyarakat, kemandirian
masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Aparatur pemerintahan yang mampu menghadapi perubahan adalah aparatur
yang adaptif dengan perubahan itu sendiri, aparatur yang mampu berselancar diatas
gelombang perubahan, apapun bentuknya. Aparatur yang dapat memainkan hal ini
adalah aparatur yang mempunyai komitmen yang tinggi, mempunyai kompetensi dan
akuntabel berdasarkan prinsip-prinsip governance yang dibuktikan melalui kepribadian
yang tangguh serta karakter yang tahan uji, aparatur yang demikianlah yang dapat
memainkan strategi menghadapi era perubahan.
Untuk keberhasilan dalam pengembangan aparatur yang diberdayakan
ditempuh dengan berbagai strategi antara lain:
1. Proses pelatihan untuk mempersiapkan individu dan tim agar kinerja pada tingkat
tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi.
2. Penekanan pada tanggung jawab dan kewenangan sesuai tugas pokok dan
fungsinya.
Dengan strategi tersebut, maka pemberdayaan aparatur pemerintah pada
gilirannya bermuara pada aparatur yang inovatif dan kreatif dalam menciptakan masa
depan. Kreatifitas merupakan pernyatuan pengetahuan dari berbagai bidang
pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide baru yang lebih baik. Apabila
kreativitas merupakan pengembangan ide baru, maka inovasi merupakan proses
penerapan ide tersebut secara aktual ke dalam praktek. Tantangan terbesar bagi
individu kreatif adalah mempengaruhi pihak lain untuk menerima ide mereka dan
kemudian sukses dalam mengimplementasikan ide tersebut di tempat kerja.
Untuk pembinaan ditingkatan masyarakat, pihak kelurahan juga sangat
konsisten dalam melaksanakan pemberdayaan melalui pembinaan tim PKK. Wujud
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
nyata dari keberhasilan pembinaan terhadap PKK terlihat dari aktifnya kegiatan
posyandu Balita, posyandu Lansia dan pengajian bulanan di masing-masing
lingkungan. Pembinaan PKK yang lebih mengarah kepada pembinaan kualitas
kehidupan keluarga diserahkan tanggungjawab penuh kepada ibu-ibu PKK kelurahan.
Dalam pelaksanannya kegiatan ibu PKK sudah berjalan dengan baik. Pembinaan PKK
ini biasanya dilaksanakan setiap pertemuan-pertemuan arisan yang dikoordinir oleh tim
penggerak PKK. Dalam hal ini pihak tim penggerak akan mengadakan penyuluhan-
penyuluhan tentang program-program serta rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

Gambar 13. Kegiatan Penyuluhan PKK
Hal tersebut merupakan suatu bentuk pemberdayaan rumah tangga yang
merupakan salah satu upaya fasilitas yang bersifat tidak memerintah guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya
dengan benar, tanpa atau dengan bantuan dari pihak lain. Pemberdayaan keluarga
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan
masalah kesehatan yang ada dalam keluarga, kemudian mampu merencanakan dan
mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau
dengan bantuan orang lain. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun keluarga
adalah melalui pendekatan komunikasi-informasi-edukasi (KIE).


Gambar 14. Kegiatan Pengajian
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Gambar 15. Kegiatan Maulid Nabi
Untuk pembinaan masyarakat di bidang kesehatan, phak kelurahan sangat
intens mengadakan sosialisasi program kesehatan baik secara langsung melalui tatap
muka maupun melalui selebaran yang ditempelkan di sekitar wilayah kelurahan.
Seperti baru-baru ini pihak Kelurahan Polonia sangat serius dalam melaksanakan
sosialisasi mengenai pencegahan penyakit deman berdarah. Penyakit DBD sudah
menjadi problem kesehatan yang selalu muncul berulang setiap tahun. Sebagai daerah
beriklim tropis, Indonesia tidak mungkin terbebas dari penyakit yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Untuk itu pihak kelurahan mengupayakan pembinaan
masyarakat di bidang kesehatan dengan sistematis untuk mengantisipasi
berkembangnya penularan virus dengan. gerakan Menguras, Menutup, dan Menimbun
(3M).
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Disamping pembinaan tersebut di atas pihak kelurahan juga mengadakan
pembinaan terhadap usaha masyarakat. Di wilayah Kelurahan Polonia terdapat
berbagai jenis usaha masyarakat diantaranya usaha/pabrik roti kelapa dan usaha bakso
keliling. Usaha masyarakat ini merupakan usaha yang dimodali oleh PT. Angkasa Pura
dan menjadi usaha binaan Kelurahan Polonia. Dalam hal pembinaan para pengusaha ini
pihak kelurahan memberikan berbagai konsultasi usaha dan mengupayakan
kemudahan-kemudahan bagi para pengusaha untuk mengakses modal dan juga
pemasaran.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan data yang ada, memperlihatkan
bahwa dalam melaksanakan fungsinya, aparat Kelurahan Polonia telah berupaya secara
optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mengupayakan
pemberdayaan kelurahan dan masyarakat kelurahan dengan mengaktualisasikan prinsip
akuntabilitas, resposibilitas dan responsivitas dalam kinerjanya.










Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Instruksi Walikota Medan Nomor 141/079/INST tentang pemberdayaan Kelurahan
dapat dikatatakan sebuah acuan terhadap perubahan kearah peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat Kelurahan yang ada di kota Medan, dimana dengan
keluarnya instruksi ini menjadi sebuah cambuk bagi aparat kelurahan untuk
meningkatkan kinerja dan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan
pelayanan prima kepada masyarakatnya.
2. Pihak kelurahan Polonia sebagai salah satu Kelurahan di wilayah administratif kota
Medan telah berupaya semaksimal mungkin untuk mensukseskan dan
mengimplementasikan instruksi tersebut dengan melaksanakan pemberdayaan di
wilayah Kelurahan Polonia dengan mengutamakan pemberdayaan di bidang
kebersihan, keamanan, ketertiban, pelayanan dan pembinaan masyarakat.
3. Akuntabilitas aparat Kelurahan Polonia sudah cukup baik dimana hal ini
ditunjukkan dengan adanya komitmen dan kesungguhan aparat kelurahan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam hal pelaksanaan program pemberdayaan
kelurahan Polonia.
4. Responsibilitas aparat kelurahan sudah cukup baik dimana hal ini dapat dilihat dari
kemampuan pihak kelurahan meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan masyarakat serta adanya kemampuan aparat mengantisipasi pelanggaran
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
tersebut. Akan tetapi dalam hal realisasi target pencapaian PBB pihak aparat
kelurahan belum mampu melakukan secara maksimal dikarenakan adanya beberapa
hambatan-hambatan di lapangan.
5. Tingkat responsivitas aparat kelurahan polonia dapat dilihat dari komitmen dan
tindakan aparat kelurahan yang sangat intens dalam melakukan pembinaan-
pembinaan kepada masyarakat.

5.2. Saran
1. Agar kedepannya pihak kelurahan lebih meningkatkan komitmen dan kinerja dalam
melaksanakan pemberdayaan di kelurahan masing-masing.
2. Dibutuhkan adanya pembinaan yang intens bagi aparat pemerintah kelurahan untuk
mendukung terciptanya aparat yang professional dan bertanggungjawab serta
memiliki kepekaan sosial dan mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat.
3. Pihak kelurahan diharapkan lebih proaktif dalam mengupayakan peningkatan
penerimaan /pencapaian target PBB.
4. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya hendaknya pihak pemerintah secara umum
dan pihak pemerintah kelurahan secara khusus untuk lebih menanamkan nilai-nilai
profesional, akuntabilitas, responsivitas dan responsibilitas pada pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.



Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis).
J akarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ancok, Djamaludin. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Hand Out Perkuliahan
Manajemen SDM. Yogyakarta : MAP UGM.

Bryant, C & White, LG. 1982. Managing Development in The Third World, West
View Press, Mc, diterjemahkan oleh Rustyanto, L, 1987. Manajemen
Pembangunan untuk Negara Berkembang. J akarta : LP3ES.

Cohen and Uphoff. 1977. Rural Development Participation. New York : Cornel
University.

Conyers, Diana. 1991. An Introduction to Social Planning in the Third World. By
J hon Wiley & Sons Ltd. 1984. Terjemahan Drs. Susetiawan. SU :
Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press (xi, 335 hal.).

Daha, Khairid. 2002. Kinerja Organisasi Pelayanan Publik (Studi Kasus pada Kantor
Pendaftaran Penduduk Kota Samarinda). Tesis, Yogyakarta.

Darwin, Muhadjir. 1994. Teori Organisasi Publik. Hand Out Perkuliahan Matrikulasi.
Yogyakarta : MAP UGM.

Dwiyanto, Agus. 1995. Penilaian Kinerja Organisasi Publik. Seminar Kinerja
Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya. J urusan Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 20 Mei.

Dwiyanto, Agus. 2001. Budaya Paternalisme dalam Birokrasi Pelayanan Publik,
Policy Brief, Center for Population and Policy Studies. UGM, Yogyakarta.

Gibson, dkk. 1992. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. J akarta : Erlangga.

Handoko, Hani, T. 1984. Manajemen. Edisi ke II. Yogyakarta : BPFE.

Hasibuan, Malayu S. P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. J akarta : Haji
Masagung.

Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Kartasasmita, Ginandjar. 1997. Membangun Sumber Daya Sosial Profesional.
Bappenas, J akarta.

Keban, J eremias. T. 1995. Indikator Kinerja Pemerintah Daerah : Pendekatan
Manajemen dan Kebijakan. Makalah, Seminar Sehari, Fisipol, UGM,
Yogyakarta.

Moenir, H.A.S. 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. J akarta : PT. Bumi
Aksara.

Moleong, J . Lexy.2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.

Musanef. 1991. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. J akarta : Haji Masagung.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. J akarta : Ghalia Indonesia.

Ndraha, Talizuduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat, Mempersiapkan Masyarakat
Tinggal Landas. J akarta : PT. Bina Aksara.

Nasir, Moh. 1988. Methode Penelitian. J akarta : Ghalia Indonesia.

Nystorm and Sturbuck, ed. 1981. Hand Book of Organization Design. Oxford :
University Press.

Robbins, P. Stephen. 1944. Teori Organisasi, Struktur, Desain dan Aplikasi. J akarta :
Arcan (terjemahan).

--------------------------. 2001. Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi, Aplikasi.
J akarta : Prenhallindo (terjemahan).

Stooner, J ames, A. F. 1986. Manajemen Jilid 2. J akarta : Erlangga.

Sajogyo. 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. J akarta : PT.
Bina Rena Pariwara (BRP).

Sastropoetro, Santoso, R.A. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
dalam Pembangunan Nasional. Bandung : Alumni.

Soedjatmoko. 1987. Pembangunan sebagai Proses Belajar. J akarta.

Soestrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta : Kanisius.

Sudjana, H.D. 1992. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Nusantara Press.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008
Sumodiningrat, Gunawan. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat. J akarta : PT. Bina Rena Pariwara.

Suprayogo, Imam & Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.

Supriatna, Tjahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. J akarta : Rineka
Cipta.

Suradinata, Ermaya. 1995. Peranan Kepala Wilayah dalam Analisis Masalah dan
Potensi Wilayah. Bandung : Ramadhan.

Suryochondro, Sukanti. 1993. Masalah Kota dan Perencanaan Kota. J akarta : Pusat
antar Universitas Ilmu Sosial Universitas Indonesia.
Sutisna, P. Kiswandi, Supriyatno, E. Soewasto, WA. 1986. Sosiologi dan Antropologi.
J akarta : J emar Baru.

Tjokromidjojo, Bintoro.1974. Pangantar Administrasi Pembangunan. J akarta : LP3ES.

----------------------------.1987. Manajemen Pembangunan. J akarta : Haji Masagung.

----------------------------.1996. Perencanaan Pembangunan. J akarta : Gunung Agung.
Hendra Dermawan Siregar: Kinerja Pemerintah Kelurahan Dalam Program Pemberdayaan Kelurahan, 2008.
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai