Anda di halaman 1dari 66

PERAN PERANGKAT DESA DALAM AKUNTABILITAS

PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KALISONGO

KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

PROPOSAL

OLEH:

MAGDALENA FIDENSI BILI

2019110168

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2022
PERAN PERANGKAT DESA DALAM AKUNTABILITAS
PENGELOLAAN DANA DESA DI DESA KALISONGO KECAMATAN
DAU KABUPATEN MALANG

Magdalena Fidensi Bili 1), Hendrik Suhendri 2), Luh Dina Ekasari 3)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang 2023
E-mail : magdalenafidensibili@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran perangkat desa dalam akuntabilitas
pengelolaan Dana desa di Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Penelitian yang dilakukan mengunakan metode kualitatif. Data yang digunakan
yaitu wawancara dengan 3 informan yaitu kepala desa, sekretaris dan bendahara
Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Malang, serta mengambil
dokumentasi berupa laporan anggaran keuangan Kantor Desa Landungsari
periode 2023. Metode analisa data yang di gunakan yaitu deskriptif dengan cara
redukasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
membuktikan bahwa perangkat desa berperan penting dalam pengeolaan Dana
desa yang akuntanbilitas, proses penerapan akuntabilitas pengelolaan Dana desa
terdiri dari pengorganisasian, perencanaan, penyajian dan pertanggungjawaban.

Kata Kunci: Akuntabilitas, Pengelolaan Dana Desa, Peran Perangkat Desa.

i
THE ROLE OF VILLAGE APPARATUS IN ACCOUNTABILITY OF
VILLAGE FUND MANAGEMENT IN KALISONGO VILLAGE, DAU
DISTRICT, MALANG REGENCY

Magdalena Fidensi Bili 1), Hendrik Suhendri 2), Luh Dina Ekasari 3)
Accounting Study Program, Faculty of Economics, Tribhuwana Tunggadewi
University Malang 2023
E-mail : magdalenafidensibili@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the role of village officials in


accountability of village fund management in Kalisongo Village, Dau District,
Malang Regency. The research conducted used qualitative methods. The data
used were interviews with 3 informants, namely the village head, secretary and
treasurer of Kalisongo Village, Dau District, Malang Regency, and took
documentation in the form of financial budget reports of the Landungsari Village
Office for the 2023 period. The data analysis method used is descriptive by means
of data education, data presentation and conclusions. The results of the study
prove that village officials play an important role in accountable village fund
management, the process of implementing accountability for village fund
management consists of organizing, planning, presenting and accountability.

Keywords: Accountability, Village Fund Management, Role of Village


Apparatus.

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat, Hidayah, dan
Karuniannya kepada kita semua sehingga penelitian dapat menyelesaikan
proposal skripsi dengan judul “PERAN PERNAGKAT DESA DALAM
AKUNTBALITAS PENGELOLAAN DANA DESA”

Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyusun skripsi
dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) dengan Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak
yang telah membantu dan memberikan dukungan sehingga penyusunan
proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, M.Sc, P.hd, selaku Rektor
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang yang telah
memberikan kesempatan pada peneliti untuk menuntut ilmu di
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1).
2. Bapak Dr. Willy Try Hardianto, S.Sos, MM, MAP, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menempuh
studi pada Fakultas Ekonomi.
3. Bapak Dr. Ahmad Mukoffi, SE., M.SA, selaku Wakil Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menempuh
studi pada Fakultas Ekonomi.
4. Dr. Hendrik Suhendrik SE, MSA, CSRA selaku ketua Program
Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang yang memberikan kesempatan pada peneliti
untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan proposal skripsi
5. Ibu luh Dina Ekasari, SE. MM. AK dan Ibu Dra. Poppy Indri
Hastuti, MM, sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Dosen

iii
Pembimbing Pendamping yang telah membimbing saya sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan laporan proposal Skripsi.
6. Seluruh Dosen Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman dan inspirasi
kepada peneliti.
7. Buat kedua orang tua yang selalu memberikan do’a semangat dan
dorongan serta mendukung anaknya dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
8. Teman-teman satu bimbingan penelitian proposal skripsi yang
telah berjuang bersama-sama penulis dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini. Penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam
proposal skripsi ini, sehingga penyusun dengan senang hati
menerima masukan dan saran dari para pembaca demi memperbaiki
proposal skripsi ini.

Malang, Maret 2022

Magdalena Fidensi BilI

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sistem Pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia, desa

mempunyai peran strategis sebagai elemen dari pemerintah daerah khususnya

Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan proses pembangunan. Semua itu di

lakukan sebagai langkah nyata pemerintah pusat guna mendukung pelaksanaan

otonomi daerah. Pemerintah desa merupakan strata pemerintahan paling bawah

yang berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga tingkat kepercayaan

masyarakat atas pengelolaan pemerintah desa merupakan hal yang sangat

penting dan dibutuhkan. Berkaitan dengan peran tersebut, diatur dalam UU

No.6 Tahun 2014 tentang desa (selanjutnya disebut Undang - Undang Desa)

yang menjelaskan bahwa desa merupakan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal - usul dan/atau hak tradisional yang di akui dan di hormati

dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia, dengan

adanya kewenangan yang di berikan ke pemerintahan desa, desa diharapkan

dapat berkembang menjadi suatu wilayah yang maju, mandiri dan demokritas.

Desa adalah suatu wilayah yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang

saling mengenal, hidup bergotong-royong dan cenderung memiliki budaya

yang relatif sama. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang

1
2

dilegalkan melalui UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

PP No.72 Tahun 2005 Tentang Desa. Pada tahun 2014 Pemerintah meresmikan

UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai revisi yang menggantikan

peraturan tentang Desa yang tertuang dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan PP No.72 Tahun 2005 Tentang Desa, dan

memberikan perubahan secara signifikan dalam tata kelola Pemerintahan Desa.

Kepala Desa dan perangkat desa merupakan orang yang memiliki peran

penting dalam mengorganisir dan memimpin rakyat desa untuk bergerak

menuju pencapaian cita - cita bersama dalam upaya mengembangkan

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,

sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan

sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan

pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan

masyarakat desa maka dari itu kepemimpinan dan peran Perangkat Desa sangat

mempengaruhi keberhasilan dari Pemerintah Desa dalam menjalankan tugas -

tugasnya. Pemerintah desa yang akuntabel dalam pengelolaan keuangannya

berarti pemerintah mampu menyajikan informasi penyelenggaran pemerintah

secara terbuka, cepat, dan tepat kepada masyarakat, mampu menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional,

mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses

pembangunan, dan pemerintahan serta adanya sarana bagi publik untuk menilai

kinerja pemerintah, sehingga akuntabilitas pengelolaan keuangan desa sangat

penting dalam tercapainya good governance di tingkat pemerintah desa.


3

Pengelolaan keuangan yang transparan merupakan tuntutan para stakeholders

baik di pusat maupun daerah dalam rangka mewujudkan kemakmuran

masyarakat yang berkeadilan. Dengan diberikannya wewenang yang semakin

luas kepada Pemerintah Desa dalam mengurus rumah tangganya sendiri, desa

pun mendapatkan kucuran Dana dari Pemerintah Pusat berupa Dana desa.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota (APBD) yang

bertujuan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksaan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat

desa.

Akuntabilitas adalah kewajiban pemegang amanah/agent/kepala desa dan

aparatnya untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan,

dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Secara singkat,

kepala desa dan aparaturnya harus mempertanggungjawabkan pengelolaan

sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas

pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Transparansi memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban


4

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya

dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada dan fakta yang terjadi dapat

disimpulkan bahwa peran perangkat desa dalam akuntabilitas pengelolaan

Dana desa di Indonesia kurang baik. Banyak yang harus diperbaiki dan

diawasi oleh pemerintah pusat, dengan begitu akan merubah setidaknya

sedikit mengurangi kemiskinan yang ada di Negara ini. Semua berawal dari

pemerintahan desa yang baik dan transparan. Jika sebuah keuangan

pemerintahan desa dapat dikelola dengan baik dan laporan dapat di

pertanggung jawabkan kebenaran dan keakuratannya, begitupun juga yang

harus diikuti dan dilakukan oleh pemerintahan kabupaten maupun Provinsi.

Maka pemerintahan negara akan mudah melihat kekurangan - kekurangan

yang harus diperbaiki dalam memperbaiki negara ini.

Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Malang merupakan salah satu

desa yang memperoleh anggaran Dana desa dari pemerintah pusat. Anggaran

Dana desa yang diperoleh pemerintah desa tersebut tentunya membutuhkan

pengelolaan yang baik sehinggga tidak terjadi penyelewengan, sehingga

diperlukan peran perangkat desa untuk membantu kepala desa dalam

mengelolah keuangan desa. Mengingat bahwa dalam hal pengelolaan keungan

desa, tidak menutup kemungkinan adanya resiko terjadinya kesalahan baik

bersifat administratif maupun substansif yang dapat mengakibatkan terjadinya

permasalahan hukum karena belum memadainya kompetensi kepala desa dan


5

perangkat desa di desa Kalisongo dalam hal penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban keuangan desa.

Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana

Desa di Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan uraian latar belakang

di atas adalah bagaimana Peran Perangkat Desa dalam Akuntabilitas

Pengelolaan Dana Desa di Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten

Malang.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang akan dipecahkan,

maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Perangkat Desa

dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Desa Kalisongo Kecamatan

Dau Kabupaten Malang.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat dikontribusikan oleh peneliti melalui penelitian

ini, adalah sebagai berikut:

a. Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi syarat yang memenuhi peneliti untuk

meraih gelar Sarjana (Strata 1) di Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Malang, dengan penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat untuk

menambah wawasan dan pengetahuan khususnya bagi peneliti, dan bagi


6

para pihak yang berkepentingan tentang Perangkat Desa, Akuntabilitas

dan Pengelolaan Dana Desa.

b. Untuk Akademik

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam disiplin

ilmu akuntansi serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

dan perbandingan untuk penelitian - penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan Perangkat Desa, Akuntabilitas dan Pengelolaan Dana Desa.

c. Untuk Umum

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi kepada kalangan umum agar

mengetahui peran dan fungsi Pemerintah Desa, sehingga kalangan umum

dalam mengawasi instansi pemerintah dalam melakukan pengelolaan uang

rakyat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan judul peneliti,

diantaranya yaitu Penelitian Sevtia N. Rindorindo, Linda A.O Tanor, Roy I.J.

Pangkey (2021) berjudul Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan

Dana Desa (Desa Pakuweru Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan),

dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian tersebut

adalah peran perangkat desa dalam akuntabilitas pengelolaan Dana desa dikatakan

sudah sangat berperan aktif, perangkat desa yang ada terlibat. Pada perencanaan

Dana desa perangkat desa telah ikut berperan dalam menyusun perencanaan

pembangunan desa sesuai hasil kesepakatan yang ada sehingga perangkat desa

membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya akan

dibahas dalam musyawarah desa.

Penelitian Ulfah Andriani, Tatik Zulaika (2019) berjudul Peran Perangkat

Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, dengan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian tersebut

yaitu perangkat desa sudah berperan dengan baik secara keseluruhan dalam

pengelolaan Dana desa, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, tetapi

yang banyak berperan hanya sekretaris desa dengan kepala desa karena masih

kurangnya pengetahuan perangkat desa lainnya tentang pengelolaan dana desa.

7
8

Penelitian Hindun Mar’atus Sholihah, Supri Wahyudi Utomo, Juli

Murwani, berjudul Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana

Desa Di Desa Candimulyo Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Tahun 2018,

dengan menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu

Perangkat desa dalam akuntabilitas untuk mengelola Dana desa sangat berperan

besar mulai dari perencanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

pengawasan, dan dalam pembinaannya.

Penelitian Neny Tri Indrianasari (2017) berjudul Peran Kepala Desa

Dalam Pengelolaan Dana (Studi Kasus Pada Desa Karangsari Kecamatan

Sukudono), dengan jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif.

Hasil dari penelitian ini yaitu perangkat desa cukup berperan dalam pengelolaan

keuangan desa dan secara keseluruhan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa

sesuai dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014.

Rangkuti Dan Elviani (2019) melakukan penelitian yang berjudul Peran

Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa yang

dilaksanakan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran perangkat desa memiliki hubungan yang signifikan

dengan akuntabilitas suatu laporan keuangan penggunaan Dana desa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah membahas

peran perangkat desa dalam pengelolaan Dana desa sebagai fokus penelitian

dengan penelitian sama – sama penelitian yang menggunakan kualitatif deskriptif,

Sedang perbedaannya terletak pada objek penelitian dan lokasi penelitian.


9

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Desa

Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat sehingga

merupakan badan hukum dengan batas - batas tertentu sebagai kesatuan

masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat

setempat berdasarkan asal usulnya. Kedudukan desa sangat penting sebagai alat

untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, dimana desa adalah agen

pemerintah terdepan yang dapat menjangkau kelompok sasaran rill yang hendak

disejahterakan dan sebagai lembaga yang memperkuat struktur pemerintahan

negara Indonesia karena sebagai kesatuan masyarakat hukum adat desa telah

terbukti memiliki daya tahan luar biasa sepanjang keberadaannya, desa juga telah

memiliki struktur kelembagaan yang mapan dan dihormati serta dilestarikan oleh

masyarakat desa yang bersangkutan.

Berdasarkan UU No. 6 tahun 2014 tentang desa, Desa adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Menurut R. H. Unang Soenardjo dalam buku Hanif Nurcholis, Desa

adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap

dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan batin

yang sangat kuat baik karena seketurunan maupun karena sama-sama.


10

2.2.2 Pemerintah Desa

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 pemerintah desa adalah kepala desa

atau yang disebut dengan Nama lain yang di Bantu oleh perangkat desa sebagai

unsur penyelengara pemerintahan desa. Sesuai penjelasan UU No.6 Tahun 2014,

kepala desa atau yang disebut Nama lain merupakan kepala pemerintahan desa

yang memimpin penyelenggaraan desa. Kepala desa memiliki peran penting

dalam kedudukannya sebagai kepanjangan tangan negara yang dekat dengan

masyarakat desa dan sebagai pemimpin masyarakat desa, pemerintah desa terdiri

dari kepala desa dan perangkat desa yang meliputi sekretaris desa dan perangkat

desa lainnya. Menurut peraturan pemerintah No.113 Tahun 2014 pemerintahan

desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat

setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 23,

ditegaskan bahwa pemerintah Desa diselenggarakan oleh Pemerintahan Desa.

Pada pasal 1 ayat 3 dirumuskan bahwa: Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa

atau yang disebut dengan Nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Desa yang terdiri dari:

1. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Desa

2. Unsur pembantu Kepala Desa, yaitu:

a. Sekertaris Desa, adalah unsur staf atau pelayanan yang diketuai

oleh sekretaris desa.


11

b. Unsur pelaksanaan teknis, adalah unsur pembantu kepala desa

yang melaksanakan urusan teknis dilapangan seperti urusan

pengairan, keagamaan dan lain-lain.

c. Unsur kewilayahan, adalah pembantu kepala desa di wilayah

kerjanya seperti kepala dusun.

Pemerintahan desa memiliki peranan yang signifikan dalam pengelolaan

proses sosial di dalam masyarakat. Tugas utama yang harus dilakukan

pemerintahan desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan yang demokratis,

dan dapat memberikan pelayanan sosial dengan baik, sehingga dapat

mempengaruhi kehidupan masyarakat yang sejahtera, tentram, aman dan keadilan.

2.2.3 Peran Perangkat Desa

Definisi peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seperangkat

tingkat yang di harapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat. Sedangkan peranan merupakan bagian dari tugas yang harus di

laksanakan oleh orang tersebut. Pendapat Soekanto dalam Sutrawati (2016)

mengatakan bahwa peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri

dan sebagai suatu proses. Perangkat desa ialah yang terdiri dari sekretariat desa,

pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis yang bertugas membantu kepala desa

dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, (UU No.6 tahun 2014).

Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Keuangan Desa Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya

disingkat PTPKD adalah unsur perangkat desa yang membantu Kepala Desa

untuk melaksanakan pengelolaan keuangan desa yang terdiri dari: Sekretaris


12

Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara. PTPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Kepala Desa sebagai wakil

pemerintah di desa yang bersangkutan adalah penguasa tunggal dalam arti:

memimpin pemerintahan desa, mengkoordinasi pembangunan desa, dan membina

kehidupan masyarakat di segala bidang. Yang dimaksud dengan perangkat desa

adalah:

a. Unsur Staf, yaitu unsur pelaksana kesekretariatan (sekretaris desa)


bertanggungjawab kepada kepala desa.

1) Sekretaris desa berkedudukan sebagai:

a) Urusan staf sebagai orang kedua;

b) Memimpin sekretariat desa.

2) Tugas sekretaris desa

a) Memberikan pelayanan staf;

b) Melaksanakan administrasi desa.

3) Fungsi sekretaris desa

a) Kegiatan surat-menyurat, kearsipan dan pelaporan;

b) Kegiatan pemerintahan dan keuangan desa;

c) Administrasi kependudukan;

d) Administrasi umum;

e) Melaksanakan fungsi kepala desa apabila berhalangan.

b. Unsur pelaksana teknis, yaitu kepala urusan, bertanggungjawab kepada


sekretaris desa
13

1) Kedudukan kepala urusan adalah sebagai unsur pembantu sekretaris desa

dalam bidang tugasnya.

2) Tugas kepala urusan adalah membantu sekretaris desa dalam bidang

tugasnya.

3) Fungsi kepala urusan adalah:

a) Kegiatan sesuai dengan unsur bidang tugas;

b) Pelayanan administrasi terhadap kepala desa.

c. Unsur wilayah, adalah kepala dusun yang membantu kepala desa di

wilayah bagian desa dan bertanggungjawab kepada kepala desa.

1) Kedudukan kepala dusun adalah sebagai pelaksana tugas kepala desa

di wilayahnya.

2) Tugas kepala dusun adalah melaksanakan tugas-tugas di wilayah

kerjanya.

3) Fungsi kepala dusun adalah:

a) Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan.

b) Melaksanakan keputusan desa di wilayah kerjanya.

c) Melaksanakan kebijaksanaan kepala desa.

2.2.4 Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas ialah suatu kewajiban seorang pemimpin unit suatu

organisasi dalam mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pihak yang

berhak mendapatkan pertanggungjawaban. Akuntabilitas secara harfiah dalam


14

bahasa inggris disebut dengan accountability yang artinya sebagai hal yang dapat

dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas ialah suatu kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, serta mengungkapkan semua

aktivitas maupun kegiatan yang menjadi tanggungjawab pengambil keputusan

kepada pihak yang telah memberikan amanah dan hak kewenangan untuk

memintah pertanggungjawaban (Hizazi, 2020).

Menurut Hamid (2020), akuntabilitas merupakan kemauan nyata

pemerintah dalam melaksanakan good governance untuk menyelenggarakan

kehidupan bernegara. Salah satu hal yang disyaratkan dalam pemerintahan yang

baik ialah terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik. Sistem

akuntabilitas melaporkan bahwa akuntabilitas merupakan kewajiban agar

pertanggungjawaban ataupun menanggapi serta menerangkan kinerja serta aksi

seorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang

mempunyai hak dan wewenang dalam memohon penjelasan atau

pertanggungjawaban.

Menurut Setiyono (2014), akuntabilitas adalah prinsip yang menekankan

bahwa segala perilaku, kebijakan, dan kegiatan institusi publik selalu dapta

dipertanggungjawabkan dalam kerangka kepentingan publik. Tidak boleh ada

sedikitpun fasilitas, anggaran, dan kewenangan yang dimiliki, digunakan bagi

sesuatu yang bertujuan untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.

Berdasarkan penjelasan pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

akuntabilitas ialah memberikan penjelasan mengenai pertanggungjawaban untuk


15

masyarakat atas pengelolaan Dana Desa yang telah digunakan pemerintah Desa

terhadap kegiatan yang dijalankannya.

Mardiasmo (2021), mengemukakan 3 prinsip pemerintahan yang baik

pada akuntabilitas yaitu semua pengambilan keputusan, baik kolektif maupun

individu, bertanggungjawab atas keputusan yang diambil, keputusan yang

dilaporkan dijelaskan dan dapat diberikan sanksi, dan terdapat langkah-langkah

efektif untuk menghindari dan memperbaiki maladministrasi serta tindakan

pemerintah daerah yang melanggar hak sipil.

Menurut Mahmudi (2015) menjelaskan bahwa akuntabilitas publik yang

harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas beberapa aspek. Dimensi

akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh lembaga - lembaga publik tersebut antara

lain:

1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran

Akuntabilitas hukum dan kejujuran adalah akuntabilitas lembaga-lembaga

publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaati peraturan hukum

yang berlaku. Penggunaan Dana publik harus dilakukan secara benar dan telah

mendapatkan otorisasi.

2. Akuntabilitas Manajerial

Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik

untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif.

Akuntabilitas manajerial dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja


16

(performance accountability). Inefisiensi organisasi publik adalah menjadi

tanggung jawab lembaga yang bersangkutan dan tidak boleh dibebankan

kepada klien atau customer-nya. Akuntabilitas manajerial juga berkaitan

dengan akuntabilitas proses (process accountability) yang berarti bahwa proses

organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan, dengan kata lain tidak terjadi

inefisiensi dan ketidakefektifan organisasi.

3. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang

ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal

dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus

mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada

pelaksanaan program, dengan kata lain akuntabilitas program berarti bahwa

program - program organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu

yang mendukung strategi dan pencapaian, visi, misi dan tujuan organisasi.

4. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga

publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik

hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah ditetapkan

dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam membuat kebijakan

harus mempertimbangkan tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu

diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana yang


17

akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif) atas

kebijakan tersebut.

5. Akuntasi Finansial

Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga

publik untuk menggunakan uang publik (publik money) secara ekonomi,

efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran Dana serta korupsi.

Akuntabilitas finansial menekankan pada ukuran anggaran dan finansial,

akuntabilitas finansial sangat penting karena pengelolaaan keuangan publik

akan menjadi perhatian utama masyarakat.

Ada tiga fungsi akuntabilitas menurut Bowen, yaitu:

1. Sebagai alat kontrol demokrasi

Akuntabilitas dianggap sebagai sebuah sistem untuk mengontrol

suatu tanggungjawab seseorang akan tugasnya fungsi atau jabatan yang

dimilikinya. Baik itu kontrol pemimpin kepada anggota atau kepada

jabatan lain diatasnya. Selain itu akuntabilitas juga digunakan seebagai

tolak ukur keberhasilan sesorang dalam menjalankan tugas ataupun

evaluasi kinerja yang telah dilakukan.

2. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan

Dengan membuat laporan pertanggungjawaban dapat mencegah

tindakan korupsi yang mungkin bisa dimulai dari tindakan kecil seperti

penyalahgunaan kekuasaan. Dengan adanya akuntabilitas, maka istilah

power tend of corrupt dapat dihindarkan, dengan pengendalian internal,


18

mekanisme pertanggungjawaban keuangan negara, selanjutnya kegiatan

pengadaan barang dan jasa yang transparan.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Fungsi akuntablitas untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas

kerja serta memberikankeuntungan bagi suatu perusahaan. Dengan

menjaga proses serta meningkatkan evaluasi kerja, efisiensi dan efektifitas

kerja bisa diraih dengan lebih sempurna.

2.2.5 Tujuan Akuntabilitas

Tujuan dari akuntabilitas yaitu untuk mengetahui pertanggungjawaban

dari pihak pelaksana tentang Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada

masyarakat dimana kepala desa sebagai penganggungjawab utama. Menurut

Handayani (2018) menjelaskan bahwa pemerintah yang accountabel

mempunyai ciri-ciri yaitu:

1. Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara

terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat.

2. Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik.

3. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam

proses pembangunan dan pemerintah.

4. Mampu menjelaskan dam mempertanggungjawabkan setiap kebijakan

public secara propersional.

5. Adanya sarana bagi public untuk menilai kinerja pemerintah.

Dengan adanya pertanggungjawaban public, maka masyarakat dapat menilai

derajat pencapaian pelaksanaan program maupun kegiatan pemerintahannya.


19

2.2.6 Konsep Akuntabilitas


Menurut Elgia dan Astuti (2020) mengenai sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah merupakan keinginan nyata pemerintah untuk melaksanakan

Good Governance dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Pemerintahan

dikatakan baik jika telah memenuhi syarat yang ditentukan yaitu adanya dan

terselenggaranya Good Governance. Inpres tersebut mewajibkan untuk

mengetahui segalah aspek pemerintahan agar dapat dijadikan sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya masing - masing serta kewenangan

pengelolaan sumber daya berdasarkan suatu perencanaan yang strategik yang

ditetapkan oleh pihak instansi.

Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal tersebut berupa laporan

yang disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga pengawasan

dan penilaian akuntabilitas, sampai akhirnya disampaikan kepada Presiden selaku

kepala pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja instansi

pemerintah yang bersangkutan melalui sistem Akuntanbilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP). Mengenai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

menyatakan bahwa akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan jika kinerja dan

tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak

memiliki hak dan berwenang untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban.

Menurut Sulistiyani (2017) mengatakan bahwa transparansi dan

akuntabilitas adalah dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintah maupun


20

penyelenggaraan perusahaan, dinyatakan juga dalam akuntabilitas terkandung

kewajiban untuk menyajikan serta melaporkan segala kegiatan terutama dalam

bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi. Dalam hal ini maka

semua kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD)

harus dapat diakses oleh semua unsur yang berkepentingan terutama masyarakat

di wilayahnya. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas akuntabilitas serta

dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Kemudian menurut Mardiasmo

(2020) ada tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah.

Adapun prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan daerah, yaitu:

1. Prinsip transparansi atau keterbukaan

Maksud dari transparansi tersebut yaitu memberikan arti bahwa

anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui

proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan keinginan masyarakat,

terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat banyak.

2. Prinsip akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang

berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan

dan pelaksanaan harus benar - benar dapat di laporkan dan di pertanggung

jawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya

memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk

menuntut pertanggungjawaban atas rencana atau pelaksanaan anggaran

tersebut.

3. Prinsip value for money


21

Prinsip ini berarti diterapkannya tiga pokok dalam proses

penganggaran yaitu: ekonomis, efisien dan efektif. Ekonomis yaitu

pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas

tertentu dengan harga yang murah. Efisien adalah penggunaan Dana

masyarakat yang dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal atau

memiliki daya guna. Dengan kata lain efektif diartikan sebagai anggaran

yang digunakan harus sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapai

untuk kepentingan masyarakat.

Berkaitan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, menurut Kaho

(2018) menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat

melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang

cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan, keuangan inilah

yang merupakan salah satu dasar dari kriteria untuk mengetahui secara

nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

Aspek lain dalam pengelolaan keuangan daerah adalah perubahan

paradigma pengelolaan keuangan itu sendiri, hal ini akan dilakukan untuk

menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan

kepentingan dan harapan dari masyarakat daerah setempat terhadap

pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien dan efektif.

Adapun paradigma anggaran daerah yang diperlukan antara lain:

a. Anggaran daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.


22

b. Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya

rendah.

c. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan

akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.

d. Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja untuk

seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan.

e. Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme

kerja disetiap organisasi yang terkait.

Keberhasilan akuntabilitas Alokasi Dana Desa (ADD) sangat berpengaruh

dengan isi kebijakan dan konteks implementasinya. Namun pelaksanaanya

tergantung bagaimana pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan

terhadap pengelolaan ADD yang mendukung keberhasilan program. Untuk

mendukung keterbukaan penyampaian informasi secara jelas kepada masyarakat,

setiap kegiatan fisik ADD biasanya dipasang papan informasi kegiatan di lokasi

dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Untuk mewujudkan pelaksanaan prinsip-

prinsip transparansi dan akuntabilitas maka dari itu diperlukan adanya kepatuhan

terhadap pemerintah desa khususnya yang mengelola ADD Untuk melaksanakan

ADD sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.2.7 Dana Desa

Berdasarkan PP No. 60 tahun 2014, dana desa adalah dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan

bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan


23

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat. PP No. 60 Tahun 2014 ini kemudian direvisi kembali

melalui PP No. 22 Tahun 2015. Substansi yang dirubah dalam PP No. 60 Tahun

2014 ke PP No. 22 Tahun 2015 adalah pada formula alokasi atau pembagian dana

desa dari pusat ke kabupaten dan dari kabupaten ke desa.

2.2.7.1 Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban

keuangan desa. Penyelenggaraan kewenangan desa yang ditugaskan oleh

pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Dimana seluruh

pendapatan desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas desa dan

pengggunannya ditetapkan dalam APBDesa. Pencairan Dana dalam rekening kas

desa ditandatangani oleh kepala desa dan bendahara desa, dimana pengelolaan

keuangan desa meliputi:

1. Perencanaan Pembangunan Desa

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan

kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten dan

Kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan

konsisten antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan

(Sujarweni, 2015).
24

2. Pelaksanaan Anggaran Desa

Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya

timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan

pengeluaran desa dalam rangkah pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan

melalui rekening kas desa, jika yang belum memiliki pelayanan perBankan

diwilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh pemerintah kabupaten atau

Kota. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah (Sujarweni, 2015).

3. Penatausahaan Keuangan Desa

Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus

menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum

dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa.

Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima,

menyimpan, menyetor, menatausahakan, membayar dan mempertanggung

jawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa (Hamzah, 2015).

Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan

kepada kepala desa dan paling lambat 10 bulan berikutnya.

4. Pelaporan Keuangan Dana Desa

Menurut Permendagri No. 113 tahun 2014 dalam melaksanakan tugas,

kewenangan, hak dan kewajiban, kepala desa wajib:

1. Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa

kepada Bupati/walikota.
25

2. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa.

3. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada

akhir bulan juli tahun berjalan.

4. Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan

januari tahun berikutnya.

2.2.7.2 Asas Pengelolaan Dana Desa

1. Transparan

Menurut Nordiawan (2021) transaparan memberikan informasi keuangan

yang terbukandan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemeriintah

dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepaadanya dan ketataanya

pada peraturan perundang-undangan.

2. Akuntabel

Tata kelola pemerinahan yang baik merupakan salah satu tuntunan

masyarakat yang harus dipenuhi. Salah sastu pilar tata kelola tersebut adalah

akuntabilitas. Menurut Sujawerni (2015) menyatakan akuntabilitas atau

pertanggungjawaban (accountability) merupakan suatu bentuk keharusan

seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan

kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan yang tertulis yang informatif dan

transparan.
26

3. Partisipatif

Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa kelembagaan desa

dan unsur masyarakat desa baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya dalam setiap kegiatan

yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Pengelolaan keuangan desa, tahap

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban

wajib melibatkan luas, utamanya kelompok marjinal sebagai penerima manfaat

dari program/kegiatan pembangunan.

2.2.9 Akuntansi

Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa yang terdiri dari mencatat,

mengklasifikasikan, dan melaporkan kejadian atau transaksi ekonomi yang

akhirnya akan menghasilkan suatu informasi keuangan yang akan dibutuhkan oleh

pihak-pihak tertentu untuk pengambilan keputusan (Sujarweni, 2015). Pendapat

lain menyatakan bahwa akuntansi dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem

informasi yang memberikan laporan kepada pengguna informasi akuntansi atau

kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap hasil kinerja dan kondisi

keuangan suatu entitas (Hery, 2014).

1. Konsep Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik merupakan suatu proses yang dilakukan dalam

rangka mengelola Dana yang sumbernya berasal dari publik yang pada akhirnya

akan dipertanggungjawabkan kepada publik sehingga dalam pengelolaannya

membutuhkan keterbukaan dan akuntabilitas.


27

2. Akuntansi Desa

Sujarweni (2015) mengatakan bahwa Akuntansi Desa adalah pencatatan

dari proses transaksi yang terjadi di desa, dibuktikan dengan nota-nota kemudian

dilakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sehingga akan menghasilkan

informasi dalam bentuk laporan keuangan yang digunakan pihak-pihak yang

berhubungan dengan desa. Sedangkan karateristik penting akuntansi desa,

meliputi hal - hal sebagai berikut (IAI-KASP, 2015).

a. Pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi

keuangan desa.

b. Akuntansi desa sebagai suatu sistem dengan input data/informasi dengan

output informasi dan laporan keuangan.

c. Informasi keuangan terkait suatu entitas (pemerintah desa).

d. Informasi dikomunikasikan untuk pemakai informasi keuangan desa

dalam pengambilan keputusan.

2.2.8 Alokasi Dana Desa

Menurut David Wijaya (2018), Dana desa adalah dana yang bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi desa yang

ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan agar bisa membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa adalah

anggaran keuangan yang diberikan pemerintah kepala desa, yang mana sumber

dari Dana tersebut berasal dari bagi Hasil Pajak Daerah serta dari Dana
28

perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten. Secara

terperinci, pengalokasian ADD dalam APBDesa wajib memperhatikan

peruntukannya dengan persentase anggaran:

1. Paling sedikit 70% (Tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja

desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintah desa,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan desa, dan

pemberdayaan masyarakat desa.

2. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa yang digunakan

untuk penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa,

operasional pemerintahan desa, tunjangan dan operasional badan

permusyawaratan desa, dan insentif rukun tetangga (RT) dan rukun warga

(RW).

Perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan pembinaan dan pengawasan ADD berpedoman pada peraturan menteri dalam

negeri Republik Indonesia nomor 113 Tahun 2014 pasal 20, 24, 35, 36, 37, 38,

dan 44 tentang pengelolaan keuangan desa.

1. Perencanaan ADD

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan

kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten dan

Kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan

kosistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan

(Sujarweni, 2015).
29

Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

a. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APBD

berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

b. Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang

APBDesa kepada kepala desa.

c. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) disampaikan oleh kepala desa kepala badan permusyawaratan desa

untuk dibahas dan disepakati bersama.

d. Rancangan peraturan desa tentang APBDesa disepakati bersama

sebagimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat bulan oktober tahun

berjalan.

2. Pelaksanaan ADD

Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya

timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan

pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan

melalui rekening kas desa. Jika yang belum memiliki pelayanan perbankan di

wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten /Kota.

Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap

dan sah (Sujarweni, 2015).

Beberapa aturan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa:


30

a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan

kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.

b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan

diwilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota.

c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

3. Penatausahaan ADD

Penatausahaan merupakan kegiatan pencatatan yang khususnya dilakukan

oleh bendahara desa. Media penatausahaan berupa buku kas umum, buku pajak,

buku bank serta setiap bulan membuat laporan pertanggungjawaban bendahara.

Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus

menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum

dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa.

Bendahara adalah perangkat desa yang di tunjuk oleh kepala desa untuk

menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayar, dan

mempertanggungjawabkan.

Keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDes (Hamzah, 2015).

Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan

kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Menurut
31

Permendangri Nomor 113 Tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang wajib

dibuat oleh bendahara desa adalah:

1) Buku Kas Umum

Buku Kas Umum digunakan untuk mencatat berbagai aktifitas yang

menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun kredit,

digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan dalam

pembukuan. Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen transaksi.

2) Buku Kas Pembantu Pajak

Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.

3) Buku Bank

Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.

a. Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa.

b. Bendahara desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan

pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

c. Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban.

d. Laporan pertanggungjawaban sebagaiman dimaksud pada ayat (3)

disampaikan setiap bulan kepada kepaladesa dan paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran


32

sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (2) menggunakan: buku kas

umum, buku kas pembantu pajak, buku Bank.

4. Pelaporan ADD

Menurut Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 dalam melaksanakan tugas,

kewenangan, hak dan kewajiban, kepala desa wajib:

1. Kepala desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa

kepada Bupati/Walikota berupa:

a. Laporan semester pertama

b. Laporan semester akhir tahun

2. Laporan semester pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

berupa laporan realisasi APBDesa.

3. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a disampaikan paling lambat pada akhir bulan juli tahun

berjalan.

4. Laporan semester akhir tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b disampaikan paling lambat pada akhir bulan januari tahun berikutnya.

5. Pertanggungjawaban ADD

a. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi

pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun

anggaran.
33

b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari pendapatan, belanja, dan

pembiayaan.

c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan desa.

d. Peraturan desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan

APBDesa sebagaiman dimaksud pada ayat (3) dilampiri:

1. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan AP.

2. Format laporan kekayaan milik desa per 31 desember tahun anggaran

berkenaan;

3. Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk.

6. Pembinaan dan Pengawasan ADD

a. Pemerintah provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan

penyaluran Dana desa. Alokasi Dana Desa, dan bagi hasil pajak dan

retribusi daerah dari Kabupaten/Kota kepada desa.

b. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa.

2.2.9 Tujuan Alokasi Dana Desa

Menurut (Direktorat Jendral Perimbangan dan keuangan, (2017) tujuan Dana

Desa adalah untuk pembangunan desa, dimana tujuan pembangunan desa adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di desa, memperbaiki

kualitas hidup masyarakat, dan menanggulangi kemiskinan melalui pemenuhan


34

kebutuhan dasar, baik dalam pembangunan sarana dan prasarana desa,

memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan atau mengembangkan

potensi ekonomi lokal. Maka dengan adanya anggaran Dana desa, Dana desa ini

difokuskan lebih untuk memberdayaan masyarakat melalui penyediaan fasilitas

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki masyarakat maupun dari desa itu

sendiri. Beberapa tujuan alokasi Dana desa yaitu:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam pelaksanaan

pemerintah

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai

dengan potensi desa.

c. Meningkatkannya pemerataan pendapat, kesempatan kerja dan berusaha

bagi masyarakat desa.


35

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.113 Tahun 2014 Tentang


Pengelolaan Keuangan Desa

Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana


Desa

Analisis Deskriptif

Kesimpulan

Berperan Tidak berperan

Sumber: diolah 2023


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis

deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lainnya. Penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain. Secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan

bahasa.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti

melakukan penelitian di Kantor Desa Kalisongo Kecamatan Dau Kabupaten

Malang.

3.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini Sumber data yang digunakan terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang di peroleh secara

langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini yang mejadi data

36
37

primer adalah hasil jawaban wawancara yang digunakan pada penelitian

ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang berupa data-data yang telah tesedia

yang dapat diperoleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi data

sekunder yaitu data yang diperoleh melalui jurnal dan informasi yang

langsung diperoleh dari lokasi penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan suatu pencatatan

secara sistematik terhadap masalah apa yang tampak dalam objek

penelitian. Jadi dalam penelitian ini menggunakan cara pengumpulan

data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek

yang diteliti.

2. Wawancara (interview) yaitu teknik pengumpulan data melalui

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanyajawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.

3. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumentasi berupa dokumen-dokumen lembaga

sesuai dengan masalah yang dibahas seperti foto kegiatan.


38

3.5 Teknik Analisa Data

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang

diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat

secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Reduksi data diartikan sebagai proses

pemilihan, pemisahan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan.

2. Penyajian Data

Data Pada penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian,

bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, dan menyajikan data dalam

bentuk teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari

rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan studi pustaka, wawancara

serta dokumentasi hasil penelitian.


39

3.5 Pemeriksaan Keabsahan Data

Peneliti juga menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik untuk

mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.

Triangulasi yang digunakan peneliti yaitu triangulasi dengan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif, Adapun untuk mencapai

kepercayaan itu maka ditempuh dengan membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kantor Desa Kalisongo Kota Malang

Penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Kalisongo Kecamatan Dau

Kabupaten Malang yang beralamat di Desa Lokanden Lor, Dusun Kalisongo,

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan kode pos yaitu

65151. Letak Kantor Desa Kalisongo dapat dilihat pada gambar peta berikut.

Gambar 4.1 Letak Kantor Desa Kalisongo

Sumber: (Google MAPS, 2023)

Batasan wilayah Desa Kalisongo sebelah timur dengan Kelurahan Pisang

Candi Kota Malang, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bandulan Kota

40
41

Malang, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Karang Besuki Kota Malang,

sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Karang Tengah/ Karang Widoro

Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

Jam operasional Kantor Desa Kalisongo dari hari Senin sampai Kamis

mulai dari jam 08:00 – 16:00 WIB, hari Jumat mulai dari jam 08:00 – 11:00 WIB,

untuk hari Sabtu dan Minggu tutup. Visi dan misi pembangunan Kantor Desa

Kalisongo sesuai dengan masa jabatan Kepala Desa berlaku mulai tahun 2013

sampai dengan 2019, yaitu:

1. Visi

Mewujudkan terselenggaranya Desa Kalisongo yang jujur, berkeadilan, aman,

guyub rukun dan bermartabat.

2. Misi

a. Melaksanakan pemerintahan desa yang tertib, transparan, dan efisien sesuai

peraturan yang berlaku.

b. Mewujudkan sarana prasarana yang memadai dalam rangka

mensejahterakan perekonomian warga desa Kalisongo.

c. Meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang

maksimal

d. Meningkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan pendidikan dan

kerohanian.

Struktur organisasi adalah sebuah kerangka kerja formal organisasi yang

dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan


42

dikoordinasikan. Struktur organisasi Desa Kalisongo Kabupaten Malang dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.2: Struktur Organisasi Kantor Desa Kalisongo

Kepala Desa
BPD

Sekretaris Desa

Kebayan Kaur Umum dan


Perencanaan
Bono
Joni

Kuwowo
Nurman Abdilah

Kaur Keuangan
Modin
Amar
Bono

Kepetengan /Jogoboyo
Dwi Novitasari

Kamituwo Kamituwo Kamituwo Kamituwo

Keterangan:

Garis Komando:
43

Garis Koordinasi: -------

Sumber: Kantor Desa Kalisongo 2023

Berdasarkan struktur organisasi dijelaskan masing-masing tugas dari

susunan organisasi tersebut:

1. Kepala Desa

Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas, kepala desa

memiliki wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan PERDES, menetapkan PERDES yang telah

mendapatkan persetujuan bersama BPD.

c. Membina kehidupan masyarakat dan perekonomian desa, mengkoordinasi-

kan pembangunan desa secara partisipatif.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur staf pembantu Kepala Desa

dan memimpin Sekretariat Desa yang mempunyai tugas menjalankan

administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa serta

memberikan pelayanan administrasi kepada Kepala Desa. Dalam pelaksanaan

tugas Sekretaris Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa serta

mempunyai fungsi:
44

a. Pelaksanaan urusan surat menyurat kearsipan dan laporan, pelaksanaan

urusan keuangan, pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan,

b. Melaksanaan tugas dan fungsi Kepala Desa apabila Kepala Desa

berhalangan melakukan tugasnya.

3. Kepala Urusan Umum dan Perencanaan

Kepala Urusan Umum bertugas untuk:

a. Menyelenggarakan penyusunan, pengetikan/penggandaan dan proses surat

menyurat beserta pengirimannya ; mengatur dan menata surat-surat yang

dimintakan tanda tangan Kepala Desa/Carik ;

b. Mengatur rumah tangga Sekretariat Desa, tamu-tamu, kebutuhan kantor,

penyimpanan dan pemeliharaannya, menyimpan, memelihara dan

mengamankan arsip, mensistematisasikan buku-buku inventaris, dokumen-

dokumen, absensi Perangkat Desa dan memberikan pelayanan administratif

kepada semua urusan ;

c. Mengurus pemeliharaan kendaraan Dinas, kebersihan Kantor dan

sebagainya.

4. Kepala Urusan Keuangan

Tugas Kepala Urusan Keuangan adalah:

a. Mengelola administrasi keuangan Desa, mempersiapkan data guna

menyusun rancangan anggaran, perubahan dan perhitungan, penerimaan dan

pengeluaran keuangan Desa,

b. Melaksanakan tata pembukuan secara teratur,


45

c. Menyelesaikan administrasi pelaksanaan pembayaran, upah dan gaji

Perangkat Desa,

d. Mengadakan penilaian pelaksanaan APBDes dan mempersiapkan secara

periodik program kerja di bidang keuangan, membantu kelancaran

pemasukan pendapatan Daerah, menginventarisir kekayaan Desa, bondo

Desa (luas, status, penggunaan dan lain-lain).

5. Kebayan

Tugas Kebayan adalah:

a. Melaksanakan tugas kegiatan di bidang administrasi penduduk (Kartu

Tanda Penduduk), administrasi pertanahan, urusan transmigrasi dan

monografi Desa

b. Membantu meningkatkan urusan-urusan RT/RW dan meningkatkan

kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

6. Kuwowo

Tugas Kuwowo adalah melaksanakan tugas kegiatan di bidang pembangunan

antara lain meliputi:

a. Menyiapkan/menyusun ruang data, menyusun data pembangunan,

menyiapkan masalah-masalah pembangunan Desa untuk dibicarakan dalam

forum konsultasi dengan BPD, melaksanakan bimbingan ketrampilan

masyarakat di bidang pembangunan fisik Desa; menyusun pelaksanaan

pembagian air, membina kadar-kadar pengairan serta kelompok Himpunan

Petani Pemakai Air (HIPPA),

b. Membina kelompok-kelompok koperasi dan lumbung Desa,


46

c. Membantu menyiapkan petunjuk dalam pelaksanaan pembangunan kepada

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), meneliti dan

mengadakan evaluasi dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi

pembangunan Desa, serta membantu penyusunan program Pembangunan

Desa, membantu usaha-usaha memajukan pertanian, peternakan, perikanan

serta pelaksanaan gotong royong dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan Desa.

7. Modin

Tugas Modin adalah:

a. Mengadakan pencatatan pengurusan kematian serta segala sesuatu yang

berhubungan dengan kematian, pendataan tentang Nikah Talak Rujuk,

b. Menyiapkan saran dan pertimbangan dalam penyusunan kegiatan generasi

muda dan olah raga ;

c. Membantu mengatur pemberian bantuan pada korban bencana alam serta

mengamati pelaksanaannya, mengadakan usaha-usaha untuk menghimpun

Dana social untuk penderita cacat, panti asuhan, badan-badan sosial lain

serta mengkoordinir pelaksanaannya.

d. Membantu mengusahakan pengawasan/penanggulangan tindak perjudian,

tindakan-tindakan lain yang bersifat judi, gelandangan, tuna sosial,

melaksanakan pembinaan di bidang pendidikan, kebudayaan, tempat-tempat

bersejarah,
47

e. Peningkatan kegiatan Keluarga Berencana, kesehatan masyarakat dan

kesehatan tempat umum, memelihara tempat-tempat ibadah, pembinaan

badan-badan sosial dan izin usaha sosial.

8. Kepetengan/Jogoboyo

Tugas Kepetengan/Jogoboyo adalah melaksanakan tugas kegiatan di bidang

keamanan dan ketertiban antara lain:

a. Administrasi data petugas keamanan dan pos keamanan di Desa: membina

petugas keamanan Desa terhadap hal-hal yang menyangkut keamanan dan

ketertiban serta ketrampilan penanganan gangguan keamanan,

b. Membantu meningkatkan urusan-urusan keamanan dan ketertiban Desa.

9. Kamituwo

Kamituwo mempunyai tugas sebagai unsur pelaksana pembantu Kepala Desa

di Dusun.

4.1.2 Analisis Data

1. Peran Perangkat Desa dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

Hasil wawancara dengan Kepala Desa Kalisongo Kecamatan Dau

Kabupaten Malangyaitu bapak Siswanto menjelaskan tentang peran perangkat

desa dalam akuntabilitas pengelolaan Dana Desa yaitu:

“Menurut saya perangkat desa berperan penting dalam pengeolaan Dana desa
yang akuntanbilitas, proses penerapan akuntabilitas pengelolaan Dana desa
mulai dari pengorganisasian, perencanaan, penyajian dan
pertanggungjawaban. Saya juga rasa pembuatan laporan keuangan sudah
akuntanbilitas karena menggunakan sistem (Wawancara, 4 April 2023).
48

Hasil wawancara dapat diketahui bahwa peran perangkat desa dalam

akuntabilitas pengelolaan Dana Desa sangat berperan penting, adapun tahap yang

dilakukan meliputi pengorganisasian, perencanaan, penyajian dan

pertanggungjawaban dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang pembuatan laporan

keuangan berdasarkan kebutuhan masing-masing devisi.

2. Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan penerimaan dan pengeluaran

pemerintahan Desa pada tahun anggaran yang dianggarkan dalam APB Desa.

3. Penyajian adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, dengan

mencatatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat

digunakan untuk menggambarkan kinerja pemerintah desa.

4. Pertanggungjawaban keuangan desa adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah

dilakukan selama satu periode tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggung

jawab (pertanggungjawaban) atas tugas dan wewenang yang dilakukan.

Hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Kalisongo Kecamatan Dau

Kabupaten Malang yaitu bapak Muarip menjelaskan tentang peran perangkat desa

dalam akuntabilitas pengelolaan Dana desa yaitu:

“Menurut saya pemerintah desa sudah akuntabilitas dalam pengelolaan dana


desa, karena dalam pengelolaan dana desa bisa dipertanggung jawabkan.
(Wawancara, 13 April 2023)”.

Hasil wawancara diketahui bahwa pemerintah Desa Kalisongo Kabupaten

Malang sudah akuntabilitas dalam pengelolaan Dana desa, karena laporan


49

pengelolaan anggaran Dana desa bisa dipertanggung jawabkan oleh pemerintah

desa.

Hasil wawancara dengan Kaur Keuangan Kalisongo Kecamatan Dau

Kabupaten Malang yaitu bapak Amar menjelaskan tentang peran perangkat desa

dalam akuntabilitas pengelolaan Dana desa yaitu:

“Pemerintah desa sudah akuntabilitas dalam pembuatan dan pelaporan


keuangan desa. Hal tersebut karena adanya laporan pertanggungjawaban atas
realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan secara periodik kepada BPD
(Badan Permusyawaratan Desa), sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan
pada awal penganggaran dalam bentuk Peraturan Desa (Wawancara, 17 April
2023)”.

Hasil wawancara diketahui bahwa peran pemerintah desa sudah

akuntabilitas dalam pembuatan dan pelaporan keuangan desa. Bukti akuntabilitas

karena pengelolaan Dana desa bisa dipertanggungjawaban secara periodik kepada

BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

2. Anggaran Pengelolaan Dana Desa

Tindakan untuk mengetahui anggaran pengelolaan Dana desa di Kantor

Desa Kalisongo Kabupaten Malang menggunakan laporan keuangan tahun 2023.

Perhitungan pengelolaan Dana desa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

(Kemenkeu, 2022):

Persentase anggaran pengelolaan Dana desa = Belanja Desa x 100%


Pendapatan
Kategori pengelolaan Dana desa yaitu.
50

Baik = 90 - 100%

Tidak baik = < 90% atau > 100% (Kemenkeu, 2022)

Perhitungan:

2023 = Rp 3.208.299.321,52 / Rp 2.300.939.817,00 x 100 = 139,43%

Tabel 4.1: Rekapan Anggaran Pengelolaan Dana Desa Kalisongo Kabupaten


Malang tahun 2023
PENGELOLAAN DANA DESA

Tahun Pendapatan Belanja Desa Persen (%)

2021 Rp 2.300.939.817,00 Rp 3.208.299.321,52 139,43

Sumber: Data sekunder diolah, 2023

Berdasarkan data membuktikan bahwa anggaran pengelolaan dana desa di

Desa Kalisongo Kabupaten Malang tahun 2023 sebanyak 139,43% dinyatakan

tidak baik, karena persentase pengelolaan keuangan melalui belanja desa antara <

90% atau > 100%, dimana jumlah belanja desa lebih tinggi dari pendapatan desa.

Anggaran pendapatan di Kantor Desa Kalisongo Kabupaten Malang tahun 2023

sebanyak Rp 2.300.939.817,00, sedangkan anggaran Belanja Desa tahun 2023

sebanyak Rp 3.208.299.321,52. Anggaran pendapatan dan belanja desa ini masih

sebagai perencanaan, belum menjadi realisasi untuk tahun 2023.

4.2 Pembahasan

Hasil penelitian membuktikan bahwa perangkat desa berperan penting

dalam pengeolaan Dana desa yang akuntanbilitas, proses penerapan akuntabilitas

pengelolaan Dana desa terdiri dari pengorganisasian, perencanaan, penyajian dan


51

pertanggungjawaban. Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang

pembuatan laporan keuangan berdasarkan kebutuhan masing-masing devisi.

Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan penerimaan dan pengeluaran

pemerintahan Desa pada tahun anggaran yang dianggarkan dalam APB Desa.

Penyajian adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, dengan

mencatatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat

digunakan untuk menggambarkan kinerja pemerintah desa. Pertanggungjawaban

keuangan desa adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang

berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode

tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab (pertanggungjawaban) atas

tugas dan wewenang yang dilakukan.

Akuntabilitas pengelolaan Dana desa merupakan pertanggung jawaban

pemerintah desa dalam mengelola Dana desa, yang dilakukan berdasarkan

prosedur, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sesuai

dengan prinsip-prinsip pengelolaan Dana desa. Bukti akuntabilitas di Desa

Kalisongo Kabupaten Malang karena pengelolaan Dana desa bisa

dipertanggungjawaban secara periodik kepada BPD (Badan Permusyawaratan

Desa). Akuntabilitas pengelolaan Dana desa sebagai kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atas pengelolaan Dana desa kepada bupati berupa laporan

realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Prinsip

akuntabilitas bahwa setiap kegiatan pengelolaan Dana desa harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa.


52

Bentuk akuntanbilitas pengelolaan Dana desa pemerintah Desa Kalisongo

Kabupaten Malang yaitu membebaskan masyarakat untuk menilai laporan

keuangan yang dibuat. Akuntabilitas pengelolaan dana desa menjadi suatu

kewajiban pemerintah Desa Kalisongo Kabupaten Malang untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, serta mengungkapkan semua

aktivitas maupun kegiatan yang menjadi tanggungjawab pengambil keputusan

kepada pihak yang telah memberikan amanah dan hak kewenangan untuk

memintah pertanggungjawaban. Tujuan dari akuntabilitas yaitu untuk mengetahui

pertanggungjawaban dari pihak pelaksana tentang Pengelolaan Alokasi Dana

Desa (ADD) kepada masyarakat dimana kepala desa sebagai penganggungjawab

utama. Ciri-ciri akuntanbilitas pemerintah desa seperti mampu menyajikan

informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat dan tepat kepada

masyarakat, mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik,

mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses

pembangunan desa, mampu menjelaskan dalam mempertanggungjawabkan setiap

kebijakan publik secara propersional, dan adanya sarana bagi publik untuk menilai

kinerja pemerintah.

Hasil ini mendukung penelitian Elviani (2019) membuktikan bahwa

akuntansi dapat memberikan peningkatan kualitas laporan keuangan desa serta

pemerintah daerah yang mempunyai peran dalam memelihara dan meningkatkan

kualitas tatakelola penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah desa. Akuntansi

dalam pengelolaan Dana desa digunakan menghindari terjadinya penyelewengan

dalam pengelolaan Dana desa, semua lapisan mulai dari aparat berwenang hingga
53

masyarakat yang harus mengetahui konsep dasar akuntabilitas dan transparansi

agar tidak adanya sikap apatis dalam proses pengelolaan Dana desa.
54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perangkat desa

berperan penting dalam pengeolaan Dana desa yang akuntanbilitas, proses

penerapan akuntabilitas pengelolaan Dana desa terdiri dari pengorganisasian,

perencanaan, penyajian dan pertanggungjawaban. Pengorganisasian merupakan

suatu proses untuk merancang pembuatan laporan keuangan berdasarkan

kebutuhan masing-masing devisi perangkat desa. Perencanaan merupakan

kegiatan merencanakan penerimaan dan pengeluaran pemerintahan desa pada

tahun anggaran yang dianggarkan dalam APB Desa. Penyajian sebagai suatu

penyajian terstruktur dari posisi keuangan, dengan mencatatan informasi

keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja pemerintah desa. Pertanggungjawaban keuangan desa

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang

berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode

tertentu sebagai bentuk pelaksanaan tanggung jawab (pertanggungjawaban) atas

tugas dan wewenang yang dilakukan.


55

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini yaitu.

1. Pemerintah desa perlu lebih aktif melibatkan masyarakat desa dalam

pengambilan keputusan pengelolaan Dana desa sehingga mengetahui

kebutuhan masyarakat secara pasti.

2. Peneliti selanjutnya perlu mengetahui kinerja keuangan pemerintah desa

melalui perhitungan rasio keuangan desa.


56

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

Kegiatan Wawancara Dengan Kepala Desa Kalisongo

Kegiatan Wawancara Dengan Sekretaris Desa Kalisongo


57

Kegiatan Wawancara Dengan Bendahara Desa Kalisongo


58

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, U., & Zulaika, T. (2019). Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Akademi Akuntansi, 2(2), 119-144.

Elviani, Lusi Rangkuti. Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan


Keuangan Desa (Studi Pada Desa Melati II Kecamatan Perbaungan)”.
Jurnal Akademi Akuntansi Vol. 8 No. 2. 2019.

Hamzah, Ardi. 2015. Tata Kelola Pemerintahan Desa Menuju Desa Mandiri,
Sejahtera, dan Partisipatoris. Penerbit Pustaka Jawa Timur.

Harahap, Nurlaila. “Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Studi Kasus Pada Desa
Siundol Julu Kecamatan Sosopam Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015”
(Skripsi, UIN Sumatera Utara, 2016).

Hasniati. “Model Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa” dalam Jurnal Analisis


dan Pelayanan Publik Vol. 2 No.1 Juni 2016

Nurcholis, Hanif. Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,


Jakarta: Erlangga, 2011.
59

Indrianasari, Neny Tri. “Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan


Keuangan Desa (Studi Pada Desa Karangsari Kecamatan Sukodono)”
dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi, Keuangan dan Pajak, Vol. 1 No.2,
Juli 2017.

Hizazi, A., Mansur, F., & Fakultas Ekonomi dan Bisnis, M. (n. d.). Akuntablitas
dan transparansi dalam pengelolaan alokasi Dana desa (studi kasus pada
aparat desa dikecamatan Tabir Barat Kabupaten Merangin). In Jambi
Accounting Review (JAR) JAR (Issue 1).

Hamirul, Alamsyaril (2020). Good Governance Dalam Perspektif Kualitas


Pelayanan Publik. Malang, Pustaka Learning Center, CV.

Hery. 2014. Akuntansi Dasar 1 dan 2. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana


Indonesia.

IAI, Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa, IAI-KASP: 2015.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2015. Kebijakan Umum Dana Desa


(Berdasarkan UU No.6 Tahun 2014 dan PP No.60 Tahun 2014).

Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Pres.

Mardiasmo. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Mardiasmo. 2020. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi:


Yogyakarta.

Ndraha. 1991. Pemerintahan Desa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Novasari, L. E. R. dan D. (2019). PENGELOLAAN KEUANGAN DESA (Studi


pada Desa Melati II Kecamatan Perbaungan). Wahana Inovasi, 8(2), 2–5.

Nordiawan, Deddi. 2020. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Sevtia dan P. Roy. “Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan


Keuangan Desa” (Studi Pada Desa Pakuweru Kecamatan Tenga
Kabupaten Minahasa Selatan). Jurnal Akuntansi, Vol. 2 no. 1 April 2021.

Setiyono, Budi. 2014. Pemerintahan dan Manajemen Sektor Publik. Yogyakarta:


CAPS (Center of Academic Publishing Service).

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik: Teori, Konsep, dan


Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Baru.
60

Sutrawati, Kadek. “Peran Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan


Dana Desa Di Desa Pudaria Jaya Kecamatan Moramo Tahun 2015”
(Skripsi, Universitas Halu Oleo Kendari 2016).

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Desa; Dan Tata Kelola Keuangan Desa.
Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sholihah, H. M. A., Utomo, S. W., & Murwani, J. (2020, October). Peran


Perangkat Desa Dalam Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Desa
Candimulyo Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun Tahun 2018. In FIPA:
Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi (Vol. 8, No. 1).

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana


Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang


Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara

Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undang no.16 tahun 2014 Tentang Desa.

Wulandari, Ita dkk. “Konflik Peran Perangkat Desa Terhadap Pengelolaan


Keuangan Desa: Menguak Kesadaran Para Aktor (Studi Pada Desa Hitam
Putih)” dalam jurnal Akuntansi Vol. 5 No.2 Desember 2017.

Wijaya, David, (2018:62). Akuntansi Desa. Yogyakarta, Gava Media.


2

Anda mungkin juga menyukai