Anda di halaman 1dari 89

IMPLEMENTASI PROGRAM KARTU PRAKERJA

DALAM MENGATASI PENGANGGURAN


DI KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Oleh :

Makmur Butar-Butar
180210111

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
UCAPAN TERIMA KASIH

Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis telah banyak

bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

itu, dengan segalakerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnyakepada semua pihak yang turut membantu,

khususnya:

1. Prof. Dr. Ir. Herman Fithra, S.T., MT., IMP., ASEAN Eng., selaku

Rektor Universitas Malikussaleh.

2. Dr. M. Nazaruddin, S.S., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.

3. Dr. Nurhafni, S.Sos., MPA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.

4. Murniati, S.Sos., MSP. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh.

5. Ahmad Yani, S.Sos., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Administrasi

Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh

sekaligus dosen penelaah pertama penulis.

6. Drs. Aiyub, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis dalam urusan akademik hingga saat ini.

7. Teuku Alfiadi, S.Sos., MSP., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing peneliti

untuk menyelesaikan penelitian proposal skripsi ini.

8. Risna Dewi, S.Sos., MSP. Selaku Dosen Penelaah Kedua penulis.

i
9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Malikussaleh, Khususnya Prodi Administrasi Publik dan seluruh Staff

Akademik.

10. Ayahanda Nazarul Hasbi Butar-Butar dan Ibunda Erniwati Zega, serta

seluruh keluarga yang senantiasa memberikan kasih sayang dan

dukungan baik secara moril maupun materil kepada peneliti.

11. Teman-teman seluruh mahasiswa Administrasi Publik angkatan 2018

beserta jurusan lainnya.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Bukit Indah, 13 Oktober 2021

Penulis

Makmur Butar-Butar

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, hidayah dan karunia-nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul : “Implementasi Program Kartu Prakerja Dalam Mengatasi

Pengangguran Di Kabupaten Asahan”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh

ujian sarjana S1. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih

banyakterdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini

dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.

Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat

mengaharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun kearah

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, tetapi Alhamdulillah dapat penulis atasi

dan selesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan dari Allah SWT.

Bukit Indah, 10 Januari 2022

Penulis

Makmur Butar-Butar
180210111

iii
ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang Implementasi Program Kartu Prakerja Dalam


Mengatasi Pengangguran Di Kabupaten Asahan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kendala yang dihadapi dalam implementasi Program Kartu Prakerja
dalam menurunkan angka pengangguran di Kabupaten Asahan serta
mendeskripsikan dampak Program Kartu Prakerja terhadap pengangguran di
Kabupaten Asahan. Adapun masalah yang timbul yaitu implementasi dari
program Prakerja ini tidak efektif menyelesaikan permasalahan pengangguran
khususnya di Kabupaten Asahan. Dalam menjelaskan hasil penelitian disesuaikan
dengan teori dari George Edward wilson yaitu Komunikasi, Sumber daya,
Disposisi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe
deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan pertama komunikasi ialah
kurangnya sosialisasi dan pendampingan kepada peserta program Kartu Prakerja
di Kabupaten Asahan. Kedua Sumber daya, segi sumberdaya manusia yang
ditugaskan untuk mengawal program Kartu Prakerja ini untuk mencapai
tujuannya di Kabupaten Asahan belum memiliki kompetensi dan keterampilan
sesuai apa yang dibutuhkan program ini dan sumberdaya finansial yang belum
memadai. Ketiga disposisi atau sikap pelaksana, kurangnya komitmen dari
pelaksana program Kartu Prakerja di Kabupaten Asahan yaitu Dinas
Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan untuk menjalankan peran yang telah
ditetapkan dalam Perpres Nomor 36 tahun 2020 tentang pengembangan
kompetensi kerja melalui program Kartu Prakerja. Dampak Program Kartu
Prakerja terhadap pengangguran di Kabupaten Asahan yaitu metode pelatihan
yang kurang efektif untuk meningkatkan kompetensi kerja peserta program dan
sertifikat pelatihan yang didapat dari program ini belum cukup membantu peserta
program untuk diterima kerja pada saat melamar pekerjaan.

Kata Kunci : Implementasi program, kartu prakerja, pengangguran

iv
ABSTRACT

This thesis examines the Implementation of the Pre-Employment Card Program in


Overcoming Unemployment in Asahan District. The purpose of this study was to
determine the obstacles faced in the implementation of the Pre-Employment Card
Program in reducing unemployment in Asahan District and to describe the impact
of the Pre-Employment Card Program on unemployment in Asahan District. The
problem that arises is that the implementation of the Pre-Employment program is
not effective in solving unemployment problems, especially in Asahan Regency.
In explaining the results of the research, it is adjusted to the theory of George
Edward wilson, namely Communication, Resources, Disposition. This study uses
qualitative research methods with descriptive type of analysis. The results of the
study show that the first communication is the lack of socialization and assistance
to participants in the Pre-Employment Card program in Asahan Regency. Second,
the human resources that are assigned to oversee the Pre-Employment Card
program to achieve its goals in Asahan District do not yet have the competencies
and skills required for this program. The third is the disposition or attitude of the
implementers, the lack of commitment from the implementers of the Pre-
Employment Card program in Asahan District, namely the Asahan District
Manpower Office to carry out the roles set out in Presidential Regulation Number
36 of 2020 concerning the development of work competencies through the Pre-
Employment Card program. The impact of the Pre-Employment Card Program on
unemployment in Asahan Regency, namely the ineffective training method to
improve the work competence of program participants and the training certificates
obtained from this program have not been sufficient to help program participants
to be accepted for work when applying for jobs.

Keywords: Program implementation, pre-employment card, unemployment

v
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
ABSTARAK.........................................................................................................iv
ABSTRACT.........................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................7
1.3 Fokus Penelitian..................................................................................7
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9


2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................................9
2.2 Landasan Teori..................................................................................12
2.2.1 Pengertian Implementasi..........................................................12
2.2.2 Implementasi Kebijakan Publik................................................14
2.2.3 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan............................15
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan.............20
2.2.5 Kartu Prakerja...........................................................................22
2.2.6 Pengangguran...........................................................................31
2.3 Landasan Konseptual.........................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38


3.1 Lokasi Penelitian..............................................................................38
3.2 Pendekatan Penelitian.......................................................................39
3.3 Informan Penelitian..........................................................................39
3.4 Sumber Data.....................................................................................42
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................43
3.6 Teknik Analisis Data........................................................................44
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian...............................................................46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................48


4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan.....................................................48
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................48
4.1.2 Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan............................49
4.1.3 Kendala Yang di Hadapi Dalam Implementasi Program Kartu
Prakerja Dalam Menurunkan Angka Pengangguran di
Kabupaten Asahan..................................................................51

vi
4.1.3.1 Komunikasi..................................................................51
4.1.3.2 Sumberdaya.................................................................55
4.1.3.1 Disposisi atau Sikap Pelaksana....................................59
4.1.4 Dampak Program Kartu Prakerja Terhadap Pengangguran di
Kabupaten Asahan..................................................................60
4.2 Pembahasan........................................................................................63
4.2.1 Kendala yang Dihadapi Dalam Implementasi Program Kartu
Prakerja Dalam Menurunkan Angka Pengangguran di
Kabupaten Asahan..................................................................63
4.2.1.1 Komunikasi....................................................................64
4.2.1.2 Sumber Daya..................................................................66
4.2.1.3 Disposisi.........................................................................68
4.2.2 Dampak Program Kartu Prakerja Terhadap Pengangguran di
Kabupaten Asahan..................................................................69

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..............................................72


5.1 Kesimpulan.........................................................................................72
5.2 Saran...................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................75

LAMPIRAN.........................................................................................................80

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Kab. Asahan...............5


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................9
Tabel 3.3 Informan Penelitian...............................................................................41
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian...................................................................47

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Pelatihan Prakerja................................................................24


Gambar 2.2 Tahapan Program Prakerja............................................................29
Gambar 2. 3 Landasan Konseptual...................................................................35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Daftar Informan Penelitian

Lampiran 3 Struktur Organisasi Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan

Lampiran 4 Total Penerima Prakerja di Kabupaten Asahan

Lampiran 5 Hasil Survei Peserta Program Kartu Prakerja di Kabupaten Asahan

Lampiran 6 Daftar Dokumentasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tindakan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya terhadap pengambilan

keputusan. Implementasi kebijakan publik merupakan suatu tahapan penting dalam

realisasi kebijakan publik secara komprehensif. Implementasi suatu kebijakan pada

prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik maka ada dua pilihan langkah yang ada,

yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi

kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan tersebut. Proses implementasi

kebijakan publik baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan publik telah

ditetapkan, program-program telah dibuat, dan dana telah dialokasikan untuk

pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan bila dipandang dalam

pengertian yang luas, yaitu alat administrasi hukum dimana sebagai aktor,

organisasi, prosedur, dan teknik bekerja sama untuk menjalankan kebijakan guna

meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. (Budi Winarno, 2002:102).

Salah satu kebijakan yang perlu di perhatikan implementasinya adalah

kebijakan dalam pengentasan pengangguran di Indonesia. Masalah pengangguran

yang ada di Indonesia merupakan masalah sosial dan ekonomi yang senantiasa

relevan untuk dikaji secara terus-menerus. Pengangguran menyebabkan seseorang

tidak memiliki pendapatan ekonomis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1
2

Pendapatan ekomonis bisa diperoleh dari upah atau gaji sesorang yang bekerja atau

pun pendapatan yang di peroleh dari kegiatan-kegiatan atau usaha yang bernilai

ekonomis. Misalnya berdagang, pekerja kreatif, dan lain sebagainya yang

menghasilkan pendapatan. Definisi pengangguran itu sendiri adalah suatu keadaan

dimana seseorang yang termasuk angkatan kerja ingin memperoleh pekerjaan akan

tetapi belum mendapatkannya. Hal ini di pengaruhi oleh ketersediaan lapangan

pekerjaan dan tingginya permintaan kerja (Sukirno, 2007).

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis jumlah pengangguran untuk

pada periode februari 2019 sampai dengan februari 2020 mengalami kenaikan

menjadi sekitar 6,88 juta orang. Berdasarkan data diatas, pemerintah Indonesia

menyadari bahwa terdapat urgensi untuk mengatasi permasalahan ini. sehingga

pemerintah Indonesia membuat kebijakan yang tujuannya untuk menekan angka

pengangguran di Indonesia melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 36. Tahun

2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.

Sasaran dari program kartu Prakerja ini adalah para pencari kerja, pekerja atau buruh

yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan juga pekerja yang

membutuhkan peningkatan kompetensi. Yang mana, ini dibuat dalam rangka

perluasan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas, dan daya saing bagi

angkatan kerja. Hal ini di pertegas lagi dalam siaran pers Kemenko Perekonomian

Republik Indonesia berkode HM.4.6/134/SET.M.EKON.3/06/2021 yang mana

Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa program

prakerja ini berperan dalam skilling, upskilling, dan reskilling SDM dan ciptakan
3

lapangan kerja baru guna pemulihan ekonomi nasional. Sehingga, angkatan kerja

perlu diberikan pengembangan kompetensi kerja.

Berdasarkan tujuan utama kebijakan kartu Prakerja ini yaitu untuk menekan

angka pengangguran di Indonesia, namun faktanya di lapangan berbeda.

Implementasi program yang di mulai pada februari 2020 dengan anggaran 20 triliun

Rupiah untuk target 5,6 juta orang peserta di seluruh indonesia ini belum mampu

menekan angka pengangguran di Indonesia. Karena faktanya di lapangan jumlah

pengangguran di Indonesia semakin bertambah sesuai dengan data yang di rilis

Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan februari 2021 yang menyampaikan bahwa

angka pengangguran di Indonesia per agustus 2020 menagalami peningkatan

sebanyak 2,67 juta orang dan di perkirakan akan terus mengalami peningkatan di

tahun 2021.

Kenaikan angka pengangguran ini juga terjadi di Kabupaten Asahan pasca di

terbitkan nya program kartu Prakerja ini. Kabupaten Asahan ialah salah satu

Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang mana menurut data

Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Kabupaten Asahan setiap tahun

mengalami kenaikan. Pada tahun 2020, angka pengangguran bertambah menjadi

22.441 jiwa (6,68% dari total angakatan kerja). Kemudian yang terbaru untuk tahun

2021, angka pengangguran bertambah menjadi 22.999 jiwa (7,24% dari total

angkatan kerja). Hal ini diaminkan oleh Dinas Ketenagakerjaan di Kabupaten

Asahan melalui keterangan pers yang disampaikan oleh kepala Dinas

Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan, Drs. Budi Anshari, M.Si melalui Kepala Seksi
4

Penempatan Tenaga Kerja, Edhie Catur Prayitno, SH., MM kepada

SINDOnews.com.

Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja menyampaikan bahwa

pengangguran pasti bertambah karena adanya pandemi Covid-19 meskipun dapat

dipastikan berapa jumlah pasti penambahannya. Beliau juga menanggapi dan

merekomendasikan masyarakat untuk mengikuti program Prakerja yang di buat oleh

pemerintah. Yang mana, menurut data dari Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten

Asahan, jumlah masyarakat yang mendaftar dan lulus untuk mengikuti program

Prakerja ini sebanyak 724 orang. (SINDOnews.com, 2020)

Berdasarkan observasi awal bersama salah satu penerima manfaat program

kartu Prakerja di Kabupaten Asahan menyatakan bahwa program Prakerja yang di

ikutinya belum mampu membuat dirinya mendapatkan pekerjaan ataupun membuka

usaha/lapangan pekerjaan. Hal ini di karenakan pelatihan yang ia ikuti secara online

tidak begitu efektif untuk menambah skill untuk bekal dirinya mendapat pekerjaan.

Peserta tersebut juga menyatakan bahwasanya belum ada arahan yang efektif untuk

bisa mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat yang ia miliki.

Sehingga peserta tersebut cenderung memilih pelatihan secara asal-asalan agar

supaya kepesertaannya di program ini tidak di cabut dan insentif pun bisa cair.

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Kabupaten Asahan pada tahun 2021,

angka pengangguran di kabupaten Asahan per Agustus 2020 mengalami kenaikan.

Hal ini menjadikan Kabupaten Asahan sebagai Kabupaten/Kota dengan angka

pengangguran terbuka ke-4 tertinggi di provinsi Sumatera Utara setelah Kota Medan,
5

Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Deli Serdang. Adapun fluktuasi kenaikan nya di

tunjukkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja, dan Pengangguran Terbuka di Kabupaten
Asahan

Keterangan 2020 2021

Jumlah Penduduk 729.795 735.026

Angkatan Kerja 304.775 317.794

Bukan Angkatan Kerja 176.645 294.795

Pengangguran Terbuka 22.441 22.999

Persentase TPT (%) 6,80 7,24

Sumber: BPS Asahan Tahun 2021

Total jumlah masyarakat yang menganggur di Kabupaten Asahan sebanyak

22.441 jiwa tahun 2020, terdapat 9.722 masyarakat yang mengikuti program

Prakerja per Juli 2020, namun peserta yang mengikuti program Prakerja tidak

langsung serta merta mendapatkan pekerjaan atau pun membuka lapangan pekerjaan

yang baru. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program ini belum bisa

mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Asahan. Sampai saat ini, total

penerima manfaat kartu Prakerja di Kabupaten Asahan dari gelombang 1 sampai

gelombang 16 berdasarkan data dari Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan

adalah 13.955 peserta.

Jika kita lihat dari total penerimanya, maka seharusnya jumlah pengangguran

yang awal nya 22.441 orang per 2020, bisa turun dengan melihat kalkulasi penerima

Prakerja di Kabupaten Asahan. Namun pada kenyatannya, masih terdapat


6

penambahan menjadi 22.999 orang menurut data BPS Kabupaten Asahan. Hal ini

membuktikan bahwa program Prakerja ini cukup belum efektif menanggulangi

pengangguran di Kabupaten Asahan.

Jika implementasi dari program Prakerja ini tidak efektif menyelesaikan

permasalahan pengangguran khususnya di Kabupaten Asahan, dampak yang

ditimbulkan adalah naiknya angka pengangguran di Kabupaten Asahan. Karena,

target utama implementasi kebijakan ini adalah untuk mengatasi pengangguran.

Yang mana, efeknya adalah akan meningkatnya angka kemiskinan karena turun nya

pendapatan Per Kapita. Disamping itu, daya beli masyarakat yang turun akan

menimbulkan kelesuan ekonomi dan menurunkan pendapatan negara . Jika kelesuan

ini terus berlanjut, akan sulit untuk menaikkan perekonomian di Kabupaten Asahan.

Kemudian, hal yang paling di khawatirkan dari peningkatan angka pengangguran

ialah dapat menimbulkan biaya sosial dan masalah-masalah sosial lain. Masalah-

masalah sosial lain yang berpotensi timbul dari peningkatan jumlah pengangguran

ialah meningkatnya kebodohan, kriminalitas, premanisme, prostitusi, narkoba, dan

lain-lain. Pengangguran juga dapat memunculan beban sosial yang berat bagi

masyarakat yang menjadi pengangguran.

Implementasi kebijakan program Kartu Prakerja tujuan utamanya ialah

menekan angka pengangguran, yang dalam hal ini di kabupaten Asahan. Yang mana

melalui program ini diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja, peningkatan

produktivitas angkatan kerja, dan daya saing bagi angkatan kerja. Seharusnya,

dengan adanya program ini, tingkat pengagguran di kabupaten Asahan akan

menurun.
7

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan

permasalahan yang dapat dikemukakan dalam beberapa rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Mengapa implementasi Program Kartu Prakerja belum maksimal mengatasi

kenaikan angka pengangguran di Kabupaten Asahan?

2. Apa dampak Program Kartu Prakerja terhadap pengangguran di Kabupaten

Asahan?

I.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi fokus penelitian

adalah :

1. Kendala yang dihadapi dalam implementasi Program Kartu Prakerja dalam

menurunkan angka pengangguran di Kabupaten Asahan.

2. Dampak Program Kartu Prakerja terhadap pengangguran di Kabupaten

Asahan.

I.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan Kendala yang dihadapi dalam implementasi Program Kartu

Prakerja dalam menurunkan angka pengangguran di Kabupaten Asahan.

2. Mendeskripsikan Dampak Program Kartu Prakerja terhadap pengangguran di

Kabupaten Asahan.
8

I.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan fokus kajian maka penelitian ini

diharapkan bermanfaat secara praktis dan teoritis. Adapun rincian manfaat penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran atau masukan

kepada Pemerintah Kabupaten Asahan dalam mengatasi pengangguran di

Kabupaten Asahan khususnya melalui program yang diluncurkan

pemerintah lewat program Kartu Prakerja.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi lebih detail mengenai mekanisme Program Prakerja yang di

luncurkan pemerintah guna menekan angka pengangguran dan

bagaimana memanfaatkan agar program ini bisa berjalan efektif dan

memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya masyarakat

penerima manfaat program.

2. Manfaat Teoritis

a. Dapat berguna untuk pengembangan khazanah keilmuan khususnya

dalam pemberian pengetahuan dalam rangka mewujudkan insan

akademis yang cerdas dan berpengaruh luas.

b. Memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengaplikasikan ilmu

dan teori yang dipelajari selama ini.

c. Sebagai bahan pustaka Administrasi Publik yang diharapkan menjadi

bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan

penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan seperti judul penelitian

peneliti. Namun peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian peneliti. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Masalah Perbedaan Persamaan Saran
Penelitin Penelitian

1. Chusnul Qotimah Pemerintah Penelitian ini Sama-sama Seharusnya


Nita Permata dalam lebih berfokus meneliti permasalah
(2020), Dengan mengatasi pada pada tentang demikian
sudah
judul “Analisis permasalahan analisis dari dampak
dapat
Kebijakan Kartu yang dihadapi sisi hukum kartu dibenahi
Prakerja Terhadap pekerja normatif saja prakerja dengan
Pekerja Yang Di dengan dan cakupan untuk menetapka
PHK Untuk mengeluarkan nya lebih luas menanggula n arah dari
Menanggulangi kebijakan dan umum ngi program,
Pengangguran Di Kartu yaitu secara penganggur dan waktu
yang sudah
Indonesia”. Prakerja. nasional dan an.
ditetapkan
Yang mana pada berdasarka
program kelompok n SOP dan
prakerja ini pekerja yang pedoman
perlu terkena PHK pelaksanaa
n yang

9
10

dianalisis dan menjadi sudah


mengenai pengangguran. ditetapkan
efektivitas pemerintah
pusat.
program ini
dalam
mencapai
tujuannya.
2 Permata Bachtiar, Terdapat Perbedaan Persamaan Saran
Luhur Bima, peserta penelitian penelitian untuk
Michelle Andriana, program Kartu yang dengan pelaksana
Nila Warda, Asri Prakerja yang dilakukan Palmira agar tetap
Yusrina (2020) tidak tepat Palmira Permata berpedoma
dengan judul untuk Permata Bachtiar, n dalam
“Kartu Prakerja Di mengikuti Bachtiar, dkk., dkk., adalah pelaksanaa
Tengah Pandemi pelatihan yaitu yaitu sama- n program
Covid-19: Asesmen tetapi sangat informannya sama Kartu
Cepat Dari Sudut membutuhkan hanyalah meneliti Prakerja
Pandang Peserta bansos untuk peserta tentang Pada
Program”. memenuhi programnya dampak Peraturan
kebutuhan dan cara yang Presiden
dasarnya. pengambilan dirasakan Nomor 36
Mereka sangat sampelnya para peserta Tahun
terdampak juga tidak program 2020
oleh pandemi terfokus pada Prakerja Tentang
COVID-19 suatu daerah setelah Pengemban
sehingga tertentu. mendapatka gan
berhak n manfaat Kompetens
mendapatkan program. i Kerja
bansos tanpa Melalui
perlu Program
mengikuti Kartu
pelatihan Prakerja.
peningkatan
kompetensi.
Dalam situasi
normal,
kelompok ini
mungkin tidak
tergolong
miskin
sehingga tidak
memenuhi
kriteria
sebagai
11

penerima
bansos
reguler,
seperti PKH.

3. Tomi Predianto kehadiran Perbedaan Persamaan Saran


Khoirurrosyidin Kartu Prakerja penelitian nya yaitu untuk
(2020) dengan tidak serta yang sama-sama pelaksana
agar lebih
judul “Mengkaji merta bisa dilakukan meneliti
efektif lagi
Upaya Pemerintah dimaknai Tomi tentang dalam hal
Melalui Program secara penuh Predianto penelitian pelatihan
Kartu Prakerja dengan nuansa Khoirurrosyidi ini adalah yang
dalam Perspektif positif, ketika n yaitu metode sama-sama dilakukan
Pemberdayaan di memang yang di menganalisi agar
Masa Pandemi masih banyak gunakan yaitu s efektifitas sasaran
dari setiap
Covid-19”. celah metode studi program ini
program
kekurangan kepustakaan. dalam pemerintah
yang didapati. Sedangkan pengentasan tepat pada
Secara tidak pada penganggur sasaran
langsung, penelitian ini an. yang telah
sistem Kartu akan ditetapkan.
Prakerja melakukan
memang wawancara
dijalankan langsung dan
secara acak mendalam
(mengadu dengan peserta
nasib) bagi program
para pendaftar Prakerja.
nya yang
antusias.
Selain itu,
bentuk seleksi
yang
dilakukan juga
semakin
menambah
sempitnya
kesempatan
bagi
masyarakat
kecil.
12

II.2 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya teori yang bisa

menjawab hasil penelitian di lapangan dan bisa membantu dalam mencari data

dimana teori yang digunakan yang berhubungan Implementasi Program Kartu

Prakerja Dalam Mengatasi Pengangguran di Kabupaten Asahan seperti yang

dijelaskan dibawah ini.

II.2.1 Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement yang berarti

mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk

melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa

undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang

dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Secara

etimologis implementasi itu dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang

bertalian dengan penyelesain suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk

memperoleh hasil. Apabila pengertian dari implementasi ini dirangkaikan dengan

kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai

aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah

ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan

kebijakan. (Tachjan, 2006)

Kebijakan publik mengandung Sekurang-kurangnya tiga komponen dasar,

yaitu tujuan yang jelas, sasaran yang spesifik, dan cara mencapai sasaran tersebut.

Komponen cara berkaitan siapa pelaksananya, berapa besar dan dari mana dana
13

diperoleh, siapa kelompok sasarannya, bagaimana program dilaksanakan atau

bagaimana sistem manajemennya dan bagaimana keberhasilan atau kinerja kebijakan

diukur. Komponen inilah yang disebut dengan implementasi. Implementasi juga

sebagai to provide the means for carrying out (menyediakan saranan melaksanakan

sesuatu); to give practical effects to (menyediakan sarana untuk melaksanakan

sesuatu (Wahab, 2012) Maka Implementasi juga dapat diartikan sebagai penyedia

sarana untuk melaksanakan sesuatu kebijakan yang dapat menimbulkan

dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu (Hasman, 2015).

Menurut Mazmanian dan Sebastier dalam Wahab (2019:68) Implementasi

adalah pelaksaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang,

namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif

yang penting atau keputusan badan peradilan.

Model manajemen implementasi menurut Riant Nugroho (2008:163)

menggambarkan pelaksanaan atau implementasi kebijakan di dalam konteks

manajemen berada di dalam kerangka organizing-leading-controlling. Jadi ketika

kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan,

melaksanakan kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan dan melakukan

pengendalian pelaksanaan tersebut.

II.2.2 Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk

mencapai tujuan. Grindle (1980) menambahkan bahwa proses implementasi baru

akan dimulai apabila tujuan dan sararan telah ditetapkan, program kegiatan telah
14

tersusun dana telah disiapkan dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

Memahami implementasi kebijakan menurut Grindle (1980) merupakan proses

umum tindakan adminstratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.

(Maulana & Nugroho, 2019).

Implementasi kebijakan publik adalah salah satu tahap dari proses kebijakan

setelah proses perumusan kebijakan publik. Proses implementasi merupakan tahapan

penentu dalam proses kebijakan, apakah kebijakan tersebut berjalan dengan baik

atau tidak. Bahkan, jika dipresentasikan implementasikan kebijakan memiliki

presentase sekitar 60 persen, dan perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan

sekitar 20 persen. Artinya, jika kebijakan yang dirumuskan sebaik apapun jikalau

tidak diimplementasikan maka kebijakan tersebut hanya sebagai sebuah dokumen

( (Maulana & Nugroho, 2019)

Dalam kamus besar Webster dalam Wahab, 2006:64 dalam buku (Anggara,

2018) yang berjudul “Kebijakan Publik” merumuskan secara singkat bahwa “to

implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out;

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to

(menimbulkan dampak /akibat terhadap sesuatu)”. Jadi, implementasi kebijaksanaan

merupakan suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan (biasanya dalam

bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, pemerintah

eksekutif, atau dekrit presiden).

Implementasi kebijakan pada prinsipnya murupakan suatu cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Oleh karena itu, Mazmanian dan Sabatier

(1983) menyebutnya sebagai upaya melaksanakan keputusan. Implementasi


15

kebijakan merupakan suatu yang sangat penting, bahkan mungkin lebih penting dari

pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian dan

rencana yang tersimpan dalam arsipan apabila tidak diimplementasikan. (Maulana &

Nugroho, 2019)

Kompleksitas implementasi kebijakan bukan saja ditunjukkan oleh

banyaknya aktor atau unit organisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses

implementasi kebijakan dipengaruhi oleh berbagai variabel pengaruh tersebut juga

saling berinteraksi satu sama lainnya. Faktor-faktor atau variabel yang dapat

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam suatu implementasi kebijakan

publik banyak diungkap oleh para ahli atau pakar kebijakan publik yang kemudian

dikenal dengan istilah model-model implementasi kebijakan publik.

II.2.3 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Model pendekatan Implementasi kebijakan publik adalah pendekatan yang

dilakukan untuk melihat implementasi suatu kebijakan publik. Beberapa Pendekatan

yang dikembangkan oleh para pakar kebijakan untuk keperluan dalam implementasi

kebijakan sekaligus bisa digunakan dalam rangka evaluasi implementasi. Model

Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Model Daniel A. Mazmanian dan Paul Sebatier

Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) dalam (Nugroho R. D., 2008)

mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan

kebijakan. Model Mazmanian dan Sabatier disebut model kerangka Analisa

implementasi (A Framework for implementation analysi). Duet Mazmanian dan

Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan dalam tiga variable.


16

“Implementation is the carrying out of basic policy decision, usually incorporated in

a statute but wich can also take the form of important executives orders or court

decision. Ideally, that decision identifies the problem(s) to be pursued, and, in a

vaiety of ways, ‘structures’ the implementation process”. 

Menurut model ini, implementasi kebijakan dapat diklasifikan kedalam tiga

variable, yaitu (Nugroho R. D., 2008) :

1. Variabel independen. 

2. Variabel intervening.

3. Variabel dependen.

2. Model George Edward III

Model George Edward III (1980) dalam (Nugroho R. D., 2008) menegaskan

bahwa masalah administrasi publik adalah kurangnya perhatian terhadap

implementasi. Dikata-katanya tanpa implementasi yang efektif keputusan

keterampilan pembuat kebijakan tidak dapat dilaksanakan dengan sukses. Edward

dalam (Indiahono, 2009, hal. 31) menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok

agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu :

1. Komunikasi. komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan itu di

komunikasikan pada organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya

untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggapan dari para pihak yang

terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksanakan kebijakan.

Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada

organisasi atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan

kebijakan, sikap dan tanggap dari para pelaku yang terlibat, dan bagaimana
17

struktur organisasi pelaksana kebijakan Komunikasi dibutuhkan oleh setiap

pelaksana kebijakan untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Bagi

suatu organisasi, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian

informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan komunikasi

ditetapkan oleh tiga indikator, yakni : penyaluran komunikasi, konsistensi

komunikasi, dan kejelasan komunikasi.

2. Sumberdaya. Sumberdaya berkenaan dengan ketersediaan sumberdaya

pendukung, khususnya sumberdaya manusia. Hal ini berkenaan dengan

kecakapan pelaksanaan kebijakan publik untuk carry out kebijakan secara

efektif.

a. Sumber Daya Manusia, merupakan aktor penting dalam pelaksanaan

kebijakan dan merupakan potensi manusiawi yang melekat

keberadaannya pada seseorang meliputi fisik maupun non fisik berupa

kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar

belakang pengalaman, keahlian, keterampilan, dan hubungan

personal.

b. Informasi, merupakan sumber daya kedua yang penting dalam

implementasi kebijakan. Informasi yang disampaikan atau yang

diterima haruslah jelas sehingga dapat memepermudah atau

memperlancar pelaksanaan kebijakan atau program. kewenangan, hak

ntuk mengambil keputusan, hak untuk mengarahkan pekerjaan orang

lain dan hak untuk memberi perintah.


18

c. Sarana dan prasarana, merupakan alat pendukung untuk pelaksana

kegiatan. Sarana prasarana dapat juga disebut dengan perlengakapan

yang dimilki organisasi dalam membantu pekerja di dalam

pelaksanaan kegiatan mereka.

d. Pendanaan, membiayai operasional implementasi kebijakan tersebut,

informasi yang relevan, dan yang mecukupi tentang bagaimana car

mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kerelaan atau

kesanggupan dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi

kebijakann tersebut. Hal ini dimaksudkan agar para implementor

tidak melakukan kesalahan dalam mengimplementasikan kebijakan

tersebut.

3. Disposisi. Disposisi Berkenaan dengan kesediaan dari para implementer

untuk carry out kebijakan tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi, tanpa

ketersediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan. sikap/komitmen

dari pelaksana program, berhubungan dengan kesediaan dari pada

implementor untuk menyelesaikan kebijakan public tersebut. Kecakapan saja

tidak mencukupi tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan

kebijakan. Disposisi untuk menjaga konsistensi tujuan untuk menjaga apa

yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci

keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah sikap pekerja

terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan tang telah ditetapkan.

4. Struktur birokrasi. Struktur birokrasi Berkenaan dengan kesesuaian

organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan


19

publik. Tantangannya adalah bagaimana proses implementasi menjadi jauh

dari efektif. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi

birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik.

Struktur birokrasi menjelaskan susuan tugas dan para pelaksana kebijakan,

memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan prosedur standar

operasi. Selain SOP, karakteristik lainnya adalah fragmentasi yaitu

fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada

beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi.

3. Model Grindle

Menurut Grindle (1980), implementasi kebijakan ditentukan oleh isi

kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah

kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.

Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. 

Isi kebijakan, mencakup hal-hal sebagai berikut : 

1. Content of Policy

2. Context of Policy 

4. Model Van Meter dan Van Horn

Van Meter dan Van Horn (Tahir, 2014, hal. 71-72) merumuskan sebuah

abstraksi yang menunjukkan hubungan antar berbagai variabel yang mempengaruhi

kinerja suatu kebijakan. Ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja

impementasi, yakni:

1) Standar dan sasaran kebijakan,

2) Sumberdaya,
20

3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas,

4) Karakteristik agen pelaksana,

5) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik,

6) Sikap para pelaksana.

II.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Publik

1. Faktor Pendukung

Menurut Budi Winarno, implementasi kebijakan bila dipandang dalam

pengertian yang luas, merupakan Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan

kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Winarno 2002:102).

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya ditujukan dan

dilaksanakan untuk intern pemerintah saja, akan tetapi ditujukan dan harus

dilaksanakan pula oleh seluruh masyarakat yang berada di lingkungannya. Menurut

James Anderson, masyarakat mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakan publik

dikarenakan :

1. Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan-keputusan

badan-badan pemerintah;

2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;

3. Adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah, konstitusional, dan

dibuat oleh para pejabat pemerintah yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan;

4. Sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan itu

lebih sesuai dengan kepentingan pribadi;


21

5. Adanya sanksi-sanksi tertentu yang akan dikenakan apabila tidak

melaksanakan suatu kebijakan.

Berdasarkan teori diatas bahwa faktor pendukung implementasi kebijakan

harus didukung dan diterima oleh masyarakat, apabila anggota masyarakat mengikuti

dan mentaati sebuah kebijakan maka sebuah implementasi kebijakan akan berjalan

sesuai tujuan yang telah ditetapkan tanpa ada hambatan-hambatan yang

mengakibatkan sebuah kebijakan tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

2. Faktor Penghambat

Implementasi kebijakan mempunyai berbagai hambatan yang mempengaruhi

pelaksanaan suatu kebijakan publik. Gow dan Morss dalam Pasolong (2010:59),

mengungkapkan hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Hambatan politik, ekonomi dan lingkungan

2. Kelemahan institusi

3. Ketidakmampuan SDM di bidang teknis dan administratif

4. Kekurangan dalam bantuan teknis

5. Kurangnya desentralisasi dan partisipasi

6. Pengaturan waktu (timing)

7. Sistem informasi yang kurang mendukung

8. Perbedaan agenda tujuan antara actor

9. Dukungan yang tidak berkesinambungan.

Semua hambatan ini dapat dengan mudah dibedakan atas hambatan dari

dalam (faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal). Dalam Pasolong (2010:59),
22

hambatan dari dalam atau yang sering disebut dengan faktor internal dapat dilihat

dari ketersediaan dan kualitas input yang digunakan seperti sumber daya manusia,

dana, struktur organisasi, informasi, sarana dan fasilitas yang dimiliki, serta aturan-

aturan, sistem dan prosedur yang harus digunakan. ataupun tidak langsung kepada

proses implementasi kebijakan pemerintah, kelompok sasaran, kecenderungan

ekonomi, politik, kondisi social budaya dan sebagainya.

II.2.5 Kartu Prakerja

1. Pengertian Dan Dasar Hukum

Kartu Prakerja Kartu Prakerja terdapat dua kata yaitu pra yang memiliki arti

sebelum, dan kerja yang memiliki arti suatu kegiatan untuk melakukan sesuatu.

Kartu Prakerja merupakan bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang

ingin memiliki atau meningkatkan keterampilannya, dimana hal ini bertujuan untuk

mempersiapkan tenaga kerja yang belum memiliki pekerjaan dengan memberikan

sebuah treatment seperti meningkatkan softskill yang sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh pekerja. Kartu Prakerja resmi diluncurkan oleh Pemerintah

Indonesia pada bulan Februari dengan landasan hukum Perpres Nomor 36 Tahun

2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja melalui Program Kartu Prakerja.

Untuk teknis pelaksanaannya, program ini berlandaskan Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 dan untuk anggaran

dana dalam program ini berlandaskan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

25/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penganggaran, Pencairan, dan

Pertanggungjawaban Dana Kartu Prakerja. Komite Cipta Kerja dalam program Kartu

Prakerja diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dengan wakil


23

ketua yakni Kepala Staff Kepresidenan yang terdiri dari enam anggota menteri

seperti Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri

Ketenagakerjaan, Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan

Menteri Dalam Negeri. Komite ini bertanggung jawab dalam perumusan dan

penyusunan kebijakan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan program.

Program pemerintah yang memiliki capaian untuk menciptakan sumber daya

manusia (SDM) yang unggul di Indonesia. Program ini menyediakan "pasar" atau

marketplace untuk mempertemukan peserta dan pemberi pelatihan. Seluruh warga

negara Indonesia (WNI) dengan usia 18 tahun keatas yang tidak sedang bekerja

ataupun bersekolah dapat mendaftarkan diri pada program ini dan mengikuti seleksi.

Proses seleksi dari peserta yang mendaftar terdapat beberapa tingkatan, dimana

peserta yang lolos akan mendapatkan manfaat sebagai berikut:

1. Voucher pelatihan sebesar Rp. 1.000.000.

2. Insentif Pasca pelatihan sebesar Rp. 2.400.000 untuk 4 bulan. Yang mana

pencairannnya dilakukan sebulan sekali sebesar Rp.600.000.

3. Insentif survei kebekerjaan sebesar Rp.50.000 per survei. Yang mana

terdapat 3 survei sehingga totalnya Rp. 150.000 per peserta.

2. Jenis Pelatihan

Jenis-jenis pelatihan ialah pelatihan kerja yang di sediakan dalam program

prakerja yang nantinya bisa pilih dan diikuti oleh penerima manfaat program

prakerja. Jenis pelatihan yang akan diikuti oleh peserta program ini disesuaikan

dengan bakat serta minat peserta program. Yang mana nantinya pelatihan yang

dipilih oleh peserta program diharapkan mampu memberikan bekal berupa skill
24

sebagai modal untuk peserta dalam mencari pekerjaan atau membuka usaha baru.

Adapun jenis-jenis pelatihan yang tersedia dan bisa dipilih oleh peserta pada

program Prakerja ini adalah sebagai berikut:

Sumber: www.prakerja.go.id
Gambar 2.1 Jenis Pelatihan Prakerja

1. Teknik. Pelatihan di bidang teknik ialah pelatihan yang berkaitan dengan

teknik-teknik dalam kelistrikan, mesin, elektronika, mekanika, dan lain-lain.

2. Informasi & Teknologi. Yaitu pelatihan yang meliputi komputerisasi,

penggunaan software, pemanfaatan media komunikasi, dan lain sebagainya.

3. Pertanian. Untuk jenis pelatihan ini, nantinya peserta diajarkan mengenai hal-

hal yang bisa dimanfaatkan atau di lakukan untuk menghasilkan atau pun

menambah pendapatan dari hasil pertanian. Yang mana intinya adalah

bagaimana optimalisasi hasil pertanian yang relevan dengan kondisi

sekarang.

4. Makanan & Minuman. Pelatihan pada jenis makanan dan minumal ini ialah

bagaimana nantinya peserta diajarkan untuk memasak, dan membuat

minuman dengan resep-resep tertentu dan tentunya diminati di pasaran.


25

5. Lifestyle. Pelatihan jenis ini lebih kepada bagaimana peserta nantinya

mendapatkan pengetahuan mengenai gaya hidup dan semua ruang

lingkupnya seperti pakaian, kebutuhan hidup, dan lain-lain.

6. Penjualan dan Pemasaran. Mempelajari mengenai teknik penjualan dan

pemasaran produk yang baik sesuai dengan disiplin keilmuan dan kondisi

pasar yang ada.

7. Perbankan & Jasa Keuangan. Pelatihan ini melatih pengetahuan mengenai

keuangan dan sistem-sistem yang berlaku pada perbankan dan jasa-jasa

keuangan mulai dari operasional sampai dengan sistem usaha.

8. Bahasa. Pelatihan bahasa ini memungkinkan penerima pelatian untuk belajar

bahasa asing dengan harapan setelah pelatihan ini selesai, peserta dapat

memiliki kemampuan bahasa asing yang baik sesuai dengan kebutuhan pasar.

9. Perkantoran. Pelatihan ini berkaitan dengan sistem adminitrasi perkantoran,

dan semua alur-alur kegiatan yang biasa dilakukan dalam perkantoran

termasuk SOP-SOP kerja yang biasa diterapkan di perkantoran.

10. Industri Kreatif. Pada pelatihan Industri kreatif ini peserta dilatih untuk

menghasilkan uang dari kreatifitas masing-masing. Yang memungkinkan

peserta untuk lebih bisa mengeksplor kemampuan kreatifnya untuk

menghasilkan uang.

3. Mitra Program Prakerja

Mitra program Prakerja merupakan penyedia layanan resmi yang bekerja

sama dengan program Prakerja. Mitra program Prakerja ini dibagi menjadi 3

kategori. Yang mana setiap mitra memiliki kaitan kerjasama yang berbeda satu sama
26

lain. Adapun mitra yang bekerja sama dengan program Prakerja ini adalah sebagai

berikut:

1. Mitra Pelatihan.

Pelatihan akan diberikan melalui platform digital yang menjadi mitra

program Kartu Prakerja. Adapun platform-platform digital yang menjadi mitra untuk

memberi pelatihan kepada peserta adalah sebagai berikut:

a. Tokopedia. Tokopedia menyediakan pelatihan melalui kerjasama dengan

luarsekolah. Pelatihan yang tersedia di Tokopedia ialah pelatihan di bidang

bisnis, bahasa, marketing, IT & data, media, fotografi, sertifikasi, kesenian, dan

kecantikan.

b. Bukalapak. Bukalapak menyediakan pelatihan di bidang bisnis, bahasa,

marketing, IT & data, media, fotografi, sertifikasi, kesenian, dan kecantikan.

Disini kita membeli pelatihan melalui voucher layaknya seperti kita belanja

online.

c. Skill Academy. Skill Academy menyediakan pelatihan dengan pilihan paketan

atau satuan yang terdiri dari beberapa kelas sekaligus. Kelas yang tersedia disini

ialah kelas di bidang investasi, aplikasi android, teknik melamar kerja, pelatihan

ojek online, dan pekerjan sampingan di masa Pandemi.

d. Pintaria. Pintaria menyediakan pelatihan di bidang transportasi online,

hotel,/restoran, cafe, manufaktur, retail, dan UMKM.

e. MauBelajarApa. MauBelajarApa menyediakan webinar hingga wokshop untuk

bisa dipilih oleh para peserta program Prakerja. Yang mana nantinya dapat

mempelajari kemampuan teknis yang efektif.


27

f. Sekolahmu. Sekolahmu menyediakan pelatihan bagi fresh graduates, desain dan

seni, tata kecantikan, pariwisata, hotel, restoran, digital teknologi, dan dakwah.

g. Pijar Mahir. Platform ini menyediakan pelatihan untuk strategi bisnis, kuliner,

uji rasa makanan, dan pemasaran produk.

h. Kemnaker. Kemnaker menyediakan pelatihan yang lebih banyak dan beragam

dibidang elektronika, garmen, hingga desain batik dan tata busana. Disini juga

bisa melakukan pelatihan secara offline di lokasi-lokasi tertentu.

2. Mitra Pembayaran

Mitra pembayaran adalah mitra yang berfungsi sebagai media untuk

menyalurkan intensif yang di terima oleh peserta program Prakerja. Adapun yang

menjadi mitra pembayaran pada program Prakerja ini ialah sebagai berikut:

a. Bank Negara Indonesia (BNI)

b. OVO

c. DANA

d. Link Aja

e. Gopay

3. Mitra Lowongan Kerja

Mitra lowongan kerja ini merupakan platform berfungsi untuk

mempertemukan antara pencari kerja dengan lowongan kerja yang tersedia setelah

mengikuti pelatihan kerja pada Program Prakerja. Adapun platform-platform

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Jobstreet.id

b. Jobs.id
28

c. Karir.com

4. Tahapan Seleksi Prakerja

Untuk menjadi penerima kartu Prakerja, terdapat 7 tahapan yang harus dilalui

pelamar kartu prakerja. Yang mana, tahap-tahapnya ialah sebagai berikut :

Sumber: www.prakerja.go.id
Gambar 2.2 tahapan program prakerja

1. Pendaftaran. Melakukan pendaftaran di www.prakerja.go.id. Sebelum

mendaftar, wajib membuat akun terlebih dahulu. Membuat akun dilakukan

dengan cara masuk ke situs www.prakerja.go.id. Kemudian masukkan nama,

e-mail, dan kata sandi baru. Kemudian cek e-mail dari kartu Prakerja pada

alamat e-mail yang dimasukkan tadi. Kemudian ikuti petunjuk untuk

konfirmasi e-mail. Setelah membuat akun, ikuti panduan daftar Kartu

Prakerja. Yang mana panduannya adalah sebagai berikut:

a. Login akun, kemudian klik Daftar Kartu Prakerja.


29

b. Isi formulir pendaftaran yang meliputi nama, e-mail, alamat tempat

tinggal, alamat domisili, pendidikan, status pekerjaan, foto KTP, dan

swafoto dengan KTP.

c. Klik selanjutnya.

d. Lakukan tes motivasi dan kemampuan dasar selama 15 menit. Siapkan alat

tulis dan kertas jika diperlukan.

e. Tunggu e-mail pemberitahuan dari kartu Prakerja setelah menyelesaikan

tes.

f. Setelah mendapatkan e-mail pemberitahuan, kembali ke situs dan gabung

ke gelombang pendaftaran.

2. Mengikuti seleksi. Seleksi yang diikuti berupa tes motivasi dan kemampuan

dasar. Tes ini akan ada saat proses pendaftaran berlangsung.

3. Memilih pelatihan. Pada tahap ini peserta akan memilih pelatihan yang akan

diikuti. Kemudian bayar menggunakan voucher yang tersedia. Pilih pelatihan

yang menjadi mitra platform digital resmi. Adapun platform resmi yang

menjadi mitra program Prakerja ini adalah Tokopedia, Bukalapak, Skill

Academy, Kemnaker, Pintaria, Pijar, Sekolah.mu, dan Mau Belajar Apa.

4. Mengikuti pelatihan. Setelah memilih dan membayar biaya pelatihan, maka

peserta akan mengikuti pelatihan secara online. Setelah pelatihan selesai,

maka peserta akan mendapatkan sertifikat.

5. Memberi ulasan. Setelah mengikuti pelatihan, maka peserta harus memberi

ulasan dan rating terkait pelatihan yang baru diikuti sebagai bahan evaluasi.
30

6. Penerimaan insentif. Setelah melakukan pelatihan secara online, maka

peserta akan mendapatkan insentif Rp. 600.000 per bulannya selama 4 bulan

setelah menyelesaikan pelatihan secara online.

7. Mengisi survei. Peserta akan mengisi 3 survei yang diberikan seusai

pelatihan. Dan akan mendapatkan insentif Rp.50.000 untuk setiap surveinya.

Setelah selesai semua tahapan pelatihannya, sertifikat yang di dapat nantinya

bisa digunakan untuk melamar pekerjaan. Pada website Prakerja juga terdapat akses

lowongan pekerjaan yang terhubung langung dengan situs-situs lowongan kerja

online yang menampilkan lowongan kerja yang tersedia di Seluruh Indonesia antara

lain Jobstreet, Job.id, dan lain-lain. Sehingga, penerima manfaat program diharapkan

bisa langsung melamar dan mendapat pekerjaan setelah menerima pelatihan kerja.

II.2.6 Pengangguran

Pengangguran atau tunakarya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja

sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Menurut

Sukirno (2007:327) pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam

angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah

tertentu, tetapi tidak/belum dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan

adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang

sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial

lainnya.
31

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah

pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran

konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan

kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek

psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran

yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial

sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka

panjang adalah menurunnya Produk Nasional Bruto (PNB) dan pendapatan per

kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah

"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan

dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau

keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk dirinya sendiri atau

memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak

memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang

menciptakan lapangan kerja (minimal) untuk diri sendiri akan berdampak positif

untuk orang lain, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk

membantu orang lain walau sedikit saja.

Secara umum, Pengangguran di bagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis –

jenis pengangguran adalah sebagai berikut :


32

1. Berdasarkan Jam Kerja

Berdasarkan jumlah total jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3

macam:

1. Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja

dapat dikatakan sebagai pengangguran terselubung apabila bekerja kurang

dari 7 jam dalam sehari.

2. Setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang

tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,

biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja

yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.

3. Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang

sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini

cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan, padahal telah

berusaha secara maksimal.

2. Berdasarkan Penyebab Terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 6

macam:

1. Pengangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran

karena pekerja menunggu pekerjaan yang lebih baik.

2. Pengangguran struktural (Structural unemployment) adalah pengangguran

yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak

mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan

kerja.
33

3. Pengangguran teknologi (Technology unemployment) adalah

pengangguran yang disebabkan perkembangan/pergantian teknologi.

Perubahan ini dapat menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa

menggunakan teknologi yang diterapkan.

4. Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan kemunduran

ekonomi yang menyebabkan perusahaan tidak mampu menampung semua

pekerja yang ada. Contoh penyebabnya, karena adanya perusahaan lain

sejenis yang beroperasi atau daya beli produk oleh masyarakat menurun.

5. Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat siklus ekonomi yang

berfluktuasi karena pergantian musim. Umumnya, pada bidang pertanian

dan perikanan, contohnya adalah para petani dan nelayan.

6. Pengangguran total adalah pengangguran yang benar-benar tidak

mendapat pekerjaan, karena tidak adanya lapangan kerja atau tidak adanya

peluang untuk menciptakan lapangan kerja.

II.3 Landasan Konseptual

Kerangka konseptual ialah kerangka yang mengambarkan bagaimana

mengetahui hubungan atau alur pemikiran dalam proses penelitian ini, maka dari itu

kerangka konseptual dalam penelitian yang berjudul Implementasi Program Kartu

Prakerja Dalam Mengatasi Pengangguran Di Kabupaten Asahan ini dapat di

gambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut :


34

Implementasi Program Kartu Prakerja


Dalam Mengatasi Pengangguran Di Kabupaten Asahan

Dasar Hukum
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 Tentang Pengembangan
Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja.

Masalah
Program Kartu Prakerja Kendala yang dihadapi dalam
belum maksimal dalam
implementasi Program Kartu
mengatasi pengangguran di
Prakerja dalam menurunkan
Kabupaten Asahan.
angka pengangguran di
Kabupaten Asahan.
Dampak Program Kartu Prakerja
terhadap pengangguran di
Kabupaten Asahan.

Teori Harapan Peneliti


Teori George Edward Dengan dilakukan penelitian ini
III (1980) diharapkan mampu
Komunikasi mendekripsikan kendala yang
Sumber Daya menjadi penghambat Program
Disposisi Prakerja dalam mengatasi
Pengangguran Di Kabupaten
Asahan.
Mendeskripsikan mengenai
dampak implementasi Program
Gambar 2. 3 Landasan Konseptual Prakerja terhadap pengangguran
di Kabupaten Asahan.
Sumber: Olahan Penelitian Tahun 2021
35

Tujuan dari di keluarkannya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020

Tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja adalah

untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia melalui penciptaan lapangan

kerja baru dan skilling, upskilling, dan reskilling SDM agar tenaga kerja memiliki

kompetensi kerja yang bisa di terima dan di butuhkan oleh pasar. Namun sejauh ini

implementasi dari program ini masih belum efektif dalam mengatasi maslah

pengangguran di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Yang mana terjadi

kenaikan angka pengangguran pasca implementasi kebijakan ini yaitu dari 6.80%

pada tahun 2020 menjadi 7,24% pada tahun 2021 dan di prediksi akan terus

bertambah angkanya. Jika di telaah isi kebijakan dari Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2020 Tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu

Prakerja ini sangat memungkinkan untuk mengurangi angka pengangguran di

Kabupaten Asahan Khusus nya dan Indonesia pada umumnya. Mengingat

antusiasme pendaftar dan dana yang sudah di gelontorkan pemerintah sampai saat ini

untuk program Prakerja ini.

Jika keadaan ini terus berlanjut, efek nya adalah akan meningkatnya angka

kemiskinan karena turun nya pendapatan Per Kapita. Disamping itu, daya beli

masyarakat yang turun akan menimbulkan kelesuan ekonomi dan menurunkan

pendapatan negara . Jika kelesuan ini terus berlanjut, akan sulit untuk menaikkan

perekonomian di Kabupaten Asahan. Kemudian, hal yang paling di khawatirkan dari

peningkatan angka pengangguran ialah dapat menimbulkan biaya sosial dan

masalah-masalah sosial lain. Masalah-masalah sosial lain yang berpotensi timbul

dari peningkatan jumlah pengangguran ialah meningkatnya kebodohan, kriminalitas,


36

premanisme, prostitusi, narkoba, dan lain-lain. Pengangguran juga dapat

memunculan beban sosial yang berat bagi masyarakat yang menjadi pengangguran.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti menggunakan teori implementasi

dari George Edward wilson. Menurut Teori George Edward III (1980), perlu

memerhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu:

1. Komunikasi

2. Sumber Daya

3. Disposisi

Alasan peneliti menggunakan teori ini karena teori ini mudah dipahami oleh

peniliti karena mencakup informasi yang dibutuhkan. Fokus penelitian ini mengarah

kepada pengimplementasian seperti diketahui judul dari permasalahan ini bagaimana

Implementasi Program Kartu Prakerja Dalam Mengatasi Pengangguran Di

Kabupaten Asahan. Dengan harapan penelitian ini nantinya bisa memberikan saran

dan masukan kepada semua pihak-pihak yang terkait termasuk masyarakat dan

stakeholder khususnya di Kabupaten Asahan untuk mengatasi permasalahan dalam

implementasi kebijakan ini. Sehingga kedepannya implementasi kebijakan ini akan

berjalan efektif sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu

pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat di observasi untuk keperluan penelitian.

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Alasan

peneliti memilih lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena Kabupaten Asahan

merupakan salah satu daerah yang jumlah penganggurannya meningkat meskipun

telah diimplementasikannya Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020 Tentang

Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja Dalam Mengatasi

Pengangguran Di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Yang mana, menurut

menurut data BPS Kabupaten Asahan, pengangguran meningkat dari 6,68% menjadi

7,24% dari total angkatan kerja di Kabupaten Asahan setelah di Implementasikannya

kebijakan Program Prakerja ini.

Melihat angka pengangguran di Kabupaten/Kota lain di Sumatera Utara

misalnya Kota Medan, angka pengangguran bisa bertambah karena faktor Lonjakan

Covid-19 dan Kota Medan juga menjadi lokasi rujukan pasien Covid-19. Sehingga

wajar jika covid-19 juga menjadi alasan mengapa penambahan tingkat pengangguran

yang tinggi di Kota Medan. Namun peneliti tidak bisa menyamakan kondisi tersebut

di Kabupaten Asahan. Karena total kasus positif Covid-19 di Kabupaten Asahan per

Agustus 2021 sebesar 1.970 dan berbanding jauh dengan Kota Medan yang

mencapai angka 39.176 kasus positif. Sehingga peneliti berasumsi bahwa Covid-19

38
39

tidak begitu menjadi alasan atas penambahan angka pengangguran di Kabupaten

Asahan jika melihat persentase dari total jumlah penduduk, kegiatan dan mobilitas

masyarakat, kondisi geografis, dan ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan

dan aturan pemerintah.

III.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif adalah

sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif dan menjabarkannya

secara deskriptif. Penelitian kualitatif adalah jenis Penelitian yang dimana

kekuatannya bukan pada data dan analisis statistik, tapi pada deskripsi. Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip (Basrowi & Suwandi, 2008), penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Corbin, 2003).

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

sehingga dengan ini hasil akhir yang akan digambarkan dengan kata-kata atau

kalimat yang menunjukan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Sedangkan dalam menyajikan penelitian ini, peneliti memakai metode penelitian

deskriptif, dimana penelitian deskriptif ini sendiri adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu peristiwa dengan cara membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada serta
40

memiliki hubungan antar fenomena, sehingga peneliti dapat menerangkan hubungan

yang terjadi antara fenomena dengan perilaku, persepsi, dan tindakan yang ada.

Data yang diperoleh dari penelitian deskriptif merupakan data yang

dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka.

Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan

menyediakan bukti presentasi. Alasan peneliti menggunakan pendekatan penelitian

ini di dalam penelitian yang peneliti lakukan dikarenakan fokus penelitian yang

peneliti kaji berkaitan dengan hubungan antara prilaku dengan tindakan, serta

tindakan terhadap fenomena ataupun kejadian, sehingga langkah terbaik untuk

mendapatkan suatu hasil penelitian dengan menggunakan metode pendekatan

bersifat kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan ini merupakan sutau metode yang

paling tepat untuk dipakai ketika ingin menjelaskan mengenai suatu hubungan yang

terjadi, dan ingin mendeskripsikan permasalahan tentang implementasi Program

Kartu Prakerja Untuk Mengatasi Pengangguran Di Kabupaten Asahan.

III.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang di manfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian dan merupakan orang

yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan di teliti (Moleong, 2015, hal.

163).

Menurut (Sugiyono, 2019, hal. 300), penentuan informan yang sering

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah purposive sampling. Pada penelitian ini

penentuan informan di pilih secara purposive sampling adalah teknik pengambilan


41

sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu

yang dimaksud adalah memilih sumber data atau orang yang dianggap paling tahu

tentang apa yang di harapkan.

Peneliti beralasan menggunakan purposive sampling yaitu untuk

mengumpulkan suatu data yang benar-benar real atau nyata dengan mewawancarai

seorang informan yang dianggap mengetahui atau menguasai suatu keahlian atau

pekerjaan tertentu dibidangnya. Sehingga dari purposive sampling tersebut yang

peneliti gunakan untuk penelitian itu guna mempermudah pengolahan data untuk

keperluan penelitian itu sendiri.

Untuk informan dalam penelitian ini, penelitian akan mengumpulkan

informasi dari dari informan sebagai berikut:

Tabel 2.3
Informan Penelitian
No Informan Teknik Penentuan Informan

1 Kepala Dinas Ketenagakerjaan Purposive


Kabupaten Asahan
2 Kepala Seksi Tenaga Kerja Tenaga Kerja Purposive
Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten
Asahan
3 Satuan Kerja Seksi Penempatan Dinas Purposive
Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan
4 Penerima manfaat program kartu Aksidental
Prakerja di Kabupaten Asahan
5 Angkatan kerja yang tidak menjadi Aksidental
peserta program Kartu Prakerja
Sumber: Hasil Olahan Peneliti Tahun 2021

Masing-masing informan tersebut menurut peneliti telah mewakili terhadap

fokus penelitian yang telah di teliti. Informan yang diambil merupakan orang yang
42

memiliki pengetahuan, terlibat, dan punya pengalaman mengenai program Prakerja

dan implementasinya di Kabupaten Asahan. Peneliti mendapatkan informan dari

lingkungan dan hasil pencarian peneliti yang di bantu oleh beberapa teman.

III.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, menurut (Sugiyono, 2019, hal. 296) disebutkan bahwa:

a. Data primer yaitu data yang berupa teks hasil wawancara yang diperoleh

melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sample dalam

penelitiannya. Dengan demikian data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari lapangan. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung

dari sumber pertama atau objek penelitian tersebut.

b. Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip. Misalkan struktur organisasi, laporan

pembelian, persediaan dan laporan penjualan.

Pemilihan sumber data berupa data primer dan data sekunder dalam

penelitian ini dikarenakan data tersebut dapat menjelaskan secara langsung mengenai

permasalahan dan fokus penelitian yang ada di dalam penelitian ini, seperti

wawancara dari informan penelitian tentu akan menjawab segala permasalahan dan

fokus penelitian yang peneliti miliki, sehingga data yang didapatkan dari wawancara

tersebut dapat menghasilkan sebuah hasil penelitian yang tidak dapat diganggu
43

keabsahannya karena berasal dari informan yang merupakan aktor di dalam realisasi

kebijakan tersebut. Selain itu, data observasi sangat dibutuhkan dalam penelitian ini.

Data observasi didasarkan hasil pengamatan peneliti dilapangan dalam memahami

mekanisme pemanfaatan program Prakerja.

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Adapun teknik yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik dalam pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-

gejala yang terjadi dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan, sebagai

acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Sebelum ke lapangan peneliti

terlebih dahulu menyusun pedoman observasi. Pedoman observasi adalah panduan

dalam melakukan wawancara yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data-data penelitian. Sehingga dengan adanya pedoman

observasi, maka observasi akan berjalan lebih terstruktur sesuai dengan kebutuhan

penelitian

2. Wawancara
44

Menurut (Bungin, 2003, hal. 62) Wawancara dalam suatu penelitian yang

bertujuan mengumpulkan keterangan, merupakan suatu pembantu utama dari metode

observasi (pengamatan), sudah tentu para peneliti, walaupun dibantu oleh banyak

asisten yang dapat menggantikan observasi mereka secara bergiliran, karena

kekurangan data yang di dapat dari observasi harus diisi dengan data yang didapat

dari wawancara.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mendapatkan keterangan responden melalui percakapan langsung dan berhadapan.

Wawancara atau interview adalah proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara. (Bungin, 2003, hal. 64)

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan atau foto-foto dan rekaman, yang ada di lokasi penelitian serta sumber-

sumber lain yang relevan dengan objek penelitian. Sebelum ke lapangan peneliti

terlebih dahulu menyusun pedoman dokumentasi.

III.6 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan model analisis

kualitatif secara interaktif berdasarkan model yang dikembangkan oleh Huberman

dan Miles. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga kegiatan tersebut


45

merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah

pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum

yang disebut analisis. (Idrus, 2009, hal. 151)

1. Tahap reduksi data

Tahap reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus

sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tahapan analisis data merupakan bagian

kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang

dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebut,

cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis. Dengan

begitu, proses reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta

mengorganisasikan data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan

kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.

2. Tahap penyajian data (display data)

Tahap penyajian data adalah tahap penyajian sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambilan

tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Maksudnya

apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil tindakan

dengan memperdalam temuan tersebut. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian

data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait langsung dengan proses analisis data
46

model interaktif. Dengan begitu, kedua proses ini pun berlangsung selama proses

penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian

disusun sehingga jangan terburu-buru untuk menghentikan kegiatan display data ini

sebelum yakin bahwa semua yang seharusnya diteliti telah dipaparkan atau disajikan.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Tahap verifikasi dan penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir dalam

analisis data yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.

Pemberian makna ini tentu sejauh pemahaman peneliti dan intepretasi yang

dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan

melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, pencarian

kasus-kasus (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang dari kebiasaan yang

ada di masyarakat). Kegiatan penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan dapat saja

berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung, baru kemudian dilakukan

reduksi dan penyajian data. Hanya saja perlu disadari bahwa kesimpulan yang dibuat

itu bukan sebagai sebuah kesimpulan final. Hal ini karena setelah proses

penyimpulan tersebut, peneliti dapat saja melakukan verifikasi hasil temuan ini

kembali di lapangan.

III.7 Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian ini ditencanakan berlangsung dalam beberapa tahapan, seperti

yang tersaji dalam tabel jadwal penelitian berikut ini :


47

Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan/Tahun 2021
No. Jadwal Kegiatan
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

I Pengajuan Judul

Bimbingan Proposal

Perbaikan/Persiapan
II
Proposal

Seminar Proposal

Penelitian Lapangan

III Pengelolaan Data

Analisis Data

Penelitian Laporan

IV Sidang

Penggandaan

Sumber data: Hasil Olahan Penelitian, Tahun 2021


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

IV.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

kawasan pantai timur wilayah propinsi Sumatera Utara, luas wilayah berada pada

ketinggian 0-1000 mdpl. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2003’00-

3026:00 Lintang Utara, 99001-100000 Bujur Timur dengan ketinggian 0-1.000 m di

atas permukaan laut. Definitif, dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kab. Batubara dan Kab. Simalungun

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Malaka

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Labuhan Batu dan Kab. Toba

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Simalungun

Secara administratif Kabupaten Asahan dibagi menjadi 25 kecamatan, 27

kelurahan dan 177 desa. Luas wilayahnya mencapai 3.702,21 km kuadrat dan

penduduknya mencapai 769.960 (sensus penduduk 2020) dengan sebaran 206,23

jiwa/km kuadrat. Penduduk pada umumnya bekerja di sektor perdagangan, jasa,

industri, perkebunan, perikanan, peternakan pegawai negeri das ABRI. Jumlah

rumah tangga sebanyak 166.430 rumah tangga. Sebagian penduduk bertempat

tinggal didaerah perkotaan yaitu sebanyak 64.418 rumah tangga dan sisanya 102.012

rumah tangga bertempat tinggal di daerah perdesaan. Setiap numah tangga rata-rata

48
49

dihuni oleh sekitar 4 orang, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2018-

2022 sebesar 1,08%. Jumlah penduduk perempuan pada tahun 2020 lebih sedikit dari

penduduk laki-laki yang terdiri dari 389.391 jiwa penduduk laki-laki dan 380.569

jiwa perempuan atau dengan rasio jenis kelamin sebesar 102,32 yang artinya dari

100 penduduk perempuan terdapat sekitar 102 penduduk laki-laki. Yang mana dari

jumlah tersebut 317.794 merupakan angkatan kerja dan terdapat 22.999 merupakan

angkatan kerja yang masuk dalam klasifikasi pengangguran terbuka.

IV.1.2 Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan

1. Tugas dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Asahan

a. Tugas

Tugas utama Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Asahan adalah sebagai instansi

pemerintah di bidang tenaga kerja dan transmigrasi pada daerah wilayah kerjanya.

b. Fungsi

1. Merumuskan kebijakan Ketenagakerjaan dan trasnmigrasi.

2. Administrasi Ketenagakerjaan.

3. Pengawasan tenaga kerja dan transmigrasi.

4. Pelaporan dan evaluasi bidang tenaga kerja dan transmigrasi.

2. Wewenang Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Asahan

Adapun wewenang yang dapat dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Asahan yaitu:

1. Memberikan Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA).

2. Izin operasional perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.

3. Kartu dan izin Ketenagakerjaan.


50

4. Izin kerja.

5. Izin Lembaga Pelatihan Kerja (LPK).

3. Visi Misi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Asahan

a. Visi

Visi Kabupaten Asahan ialah: “Terwujudnya Asahan yang Religius, Sehat,

Cerdas dan Mandiri”

b. Misi

1. Menata dan mengelola pemerintahan yang amanah, bersih dan berwibawa

secara akuntabel dan transparan dengan berorientasi pada pelayanan prima

untuk mendorong percepatan pembangunan.

2. Mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam

mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDA) secara optimal

berbasis keimanan dan ketaqwaan (imtaq) kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Meningkatkan pembangunan kesehatan, infrastruktur, sarana dan prasarana

lainnya secara merata dalam rangka mendorong terwujudnya masyarakat

yang sehat dan mandiri.

4. Mengembangkan pola pembangunan yang partisipatif, proaktif, kreatif dan

inovatif dengan menjadikan masyarakat yang cerdas sebagai basis utama

pelaku pembangunan di tengah kompetisi global.

5. Mengelola kemajuan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya dan

memelihara kearifan lokal guna mendukung proses pembangunan yang

berwawasan lingkungan. Mendorong terjadinya penegak hukum dan Hak


51

Asasi Manusia (HAM) untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan

keadilan bagi masyarakat.

4. Struktur Organisasi

Organisasi adalah salah satu fungsi manajemen yang mempunyai peranan

yang sangat penting untuk langsung berinteraksi dengan sosial. Dengan adanya

struktur organisasi maka dalam pembagian tugas di perusahaan dan instansi

pemerintah yang telah disesuaikan dengan struktur yang ada. Fungsi dan struktur

organisasi adalah untuk menentukan aktivitas-aktivitas dan memberikan wewenang

kepada masing-masing instansi pemerintah yang akan terjadi di dalam

menyelesaikan tanggung jawab. Dengan melalui struktur organisasi yang baik,

pengatur pelaksanaan pekerja yang dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan

efektifitas kerja yang dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koorDinasi yang

baik sehingga tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

4.1.3 Kendala Yang di Hadapi Dalam Implementasi Program Kartu Prakerja

Dalam Menurunkan Angka Pengangguran Di Kabupaten Asahan

4.1.3.1 Komunikasi

Komunikasi yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan

dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program (kebijakan)

dengan para kelompok sasaran (target group). Tujuan dan sasaran dari program

(kebijakan) dapat disosialisasikan secara baik sehingga dapat menghindari adanya

distorsi atas kebijakan atau program.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Nurmansyah Sirait yang

merupakan salah seorang pencari kerja di Kabupaten Asahan menyatakan bahwa:


52

“Mengenai program Kartu Prakerja yang saya ketahui merupakan


program pelatihan kerja. Yang mana saat kita mengikuti pelatihan
kita akan menerima intensif. Namun untuk bisa mengikutinya, saya
harus mengikuti seleksi berbasis online karena nanti kita harus
menjawab soal yang disediakan oleh panitia seleksi nasional.
Disamping itu juga saya kurang mengerti mengenai proses
seleksinya hingga bisa lulus untuk menjadi peserta program.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa program ini

merupakan program yang bisa diikuti oleh semua golongan masyarakat. Namun,

sistem seleksi yang ada memberikan kesulitan kepada masyarakat di Kabupaten

Asahan khususnya masyarakat yang kurang mengerti akan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi. Sehingga kurangnya sosialisasi dari Dinas terkait sangat

dibutuhkan untuk menjangkau semua golongan masyarakat.

Mengenai komunikasi program Kartu Prakerja, Bapak Syahri Ramadhan

sebagai salah satu penerima manfaat program Kartu Prakerja menyatakan bahwa:

“Komunikasi atau sosialisasi yang dilakukan hanya melalui


internet seperti youtube serta berita-berita yang ada pada media
online. Itupun saya hanya mendapat pemberitahuan sebatas kapan
pendaftaran tiap gelombang dibuka dan ditutup. Setelah itu saya
hanya mengikuti intruksi saja. Saya tidak ada mendapat
pemberitahuan lebih lanjut lagi mengenai program ini terlebih
setelah saya menyelesaikan pelatihan dan mengisi survey.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa program

Kartu Prakerja dari segi komunikasi masih kurang cukup untuk bisa memberikan

pengetahuan lebih mengenai program Kartu Prakerja ini. Sehingga peserta program

dan masyarakat harus mencari tahu sendiri mengenai program ini dan

keberlangsungannya.
53

Menanggapi hal tersebut, Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dinas

Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan, Bapak Edhie Catur Prayitno, SH., MM

menyatakan bahwa:

“Mengenai sosialisasi program Kartu Prakerja di Kabupaten


Asahan memang kami akui bahwasanya masih kurang karena
beberapa hal misalnya dari segi geografis Kabupaten Asahan ini
sangat luas. Sehingga kami hanya bisa melakukan komunikasi-
komunikasi dengan masyarakat melalui media-media seperti koran,
radio, media online dan lain-lain. Itu juga tidak memuat penjelasan
terperinci mengenai program ini. Disamping itu anggaran untuk
program ini dari pusat untuk Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten
Asahan tidak ada. Sehingga kami hanya bisa memaksimalkannya
melalui himbauan-himbauan ataupun rekomendasi kepada
masyarakat untuk mendaftarkan diri pada program Kartu Prakerja.”
(Wawancara 5 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas

Ketenagakerjaan mengenai komunikasi program Kartu Prakerja ini masih sangat

terbatas di karenakan kondisi geografis dan juga anggaran yang tidak ada. Sehingga

masyarakat harus dituntut untuk lebih aktif untuk mencari informasi mengenai

program Kartu Prakerja ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Dwiki Ramadhan yang

merupakan salah satu penerima manfaat program Kartu Prakerja menyatakan bahwa:

“Dalam mengikuti pelatihan, para peserta di beri kebebasan untuk


memilih dan membeli pelatihan yang tersedia sesuai dengan minat
dan bakat peserta sendiri. Namun hal ini tidak efektif karena
peserta belum mampu memilih pelatihan yang sesuai dengan minat
dan bakatnya. Yang mana hal ini mengakibatkan peserta membeli
pelatihan secara asal-asalan agar status kepesertaannya tidak
dicabut.” (Wawancara 5 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa peserta

program Prakerja memiliki kewajiban untuk membeli pelatihan di platform-platform

digital yang tersedia setiap bulannya. Namun peserta program seringkali tidak bisa
54

menganalisis minat dan bakat yang ia miliki dan menyesuaikannya dengan program

pelatihan yang ada. Sehingga peserta hanya mengambil pelatihan secara asal-asalan

agar status kepesertaannya tidak dicabut. Padahal tujuan dari diadakannya pelatihan

agar para peserta dapat meningkatkan kompetensinya untuk dapat digunakan untuk

mencari kerja ataupun membuka usaha.

Berdasarkan keterangan yang dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor 36.

Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu

Prakerja bahwasanya setiap peserta program yang telah selesai mengikuti pelatihan

kerja akan mendapatkan sertifikat pelatihan. Yang mana sertifikat tersebut dapat

digunakan untuk melamar pekerjaan sesuai dengan bidang yang dibutuhkan. Namun

kenyataannya dilapangan berbeda. Salah satu peserta program Prakerja, bapak ferry

panjaitan menyatakan bahwa:

“Saya telah mengikuti beberapa pelatihan hingga saya mendapat


sertifikat pelatihan pasca mengikuti pelatihan. Sertifikat tersebut
saya pernah beberapa kali lampirkan saat saya melamar pekerjaan.
Namun sertifikat tersebut tidak cukup membantu untuk membuat
saya diterima kerja sampai sekarang.”
(Wawancara 5 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa sertifikat pelatihan

yang berasal program Kartu Prakerja belum mampu memberikan nilai lebih ataupun

menjadi indikator seseorang diterima bekerja. Sehingga sertifikat yang dihasilkan

tidak cukup membantu pada saat kita gunakan untuk mendaftar kerja.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Seksi Penempatan Dinas Ketenagakerjaan

Kabupaten Asahan bapak Edhie Catur Prayitno, SH., MM menyatakan bahwa:

“Salah satu kelemahan dan yang perlu di evaluasi dari program


Kartu Prakerja ini dalam mengatasi pengangguran ialah ketika kita
menjadi peserta program dan telah menyelesaikan program
55

pelatihan, itu tidak serta-merta membuat kita menjadi seorang yang


profesional di bidang yang kita tekuni tersebut. Dengan pelatihan
yang dilakukan secara online tersebut, tentunya akan semakin sulit
untuk menciptakan seorang yang profesional hanya dalam waktu 4
bulan saja. makanya program ini sebenarnya fokus nya ialah
pemberian dan peningkatan kapasitas atau kompetensi kepada
peserta program. Sehingga diharapkan kepada peserta untuk serius
mengikuti pelatihan kerja agar kompetensi bisa meningkat.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab

sertifikat pelatihan dari program Prakerja ini belum begitu efektif untuk membuat

seseorang diterima bekerja ialah peserta yang telah mengikuti pelatihan kerja dan

mendapatkan sertifikat tidak menjamin peserta tersebut menjadi seorang yang

profesional. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang menyediakan lowongan kerja

tentunya membutuhkan seseorang yang profesional dibidangnya.

4.1.3.2 Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

kebijakan proses implementasi. Sumber daya yang diminta dan dimaksud oleh.

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program atau

kebijakan pemerintah. Sumber-sumber dalam implementasi kebijakan memegang

peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-

sumber pendukungnya tidak tersedia. Dalam konteks sumber daya terdapat lima poin

penting yakni SDM, informasi, kewenangan, sarana dan prasarana serta pendanaan.

a. Suberdaya Manusia

Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas

implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Berdasarkan hasil


56

wawancara peneliti dengan bapak Drs. Budi Anshari, M.Si selaku kepala Dinas

Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan menyatakan bahwa:

“Sumber daya manusia yang kita miliki sudah ada yang khusus
untuk mengurusi program Kartu Prakerja dibawah seksi
penempatan. Yang mana nantinya mereka akan memantau
bagaimana berjalannya program Kartu Prakerja di Kabupaten
Asahan. Sebagaimana yang tertera dalam peraturan presiden
tersebut mengenai peran daerah, maka kita membekali mereka
untuk melakukan tugas-tugas tersebut.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Sebagaimana peran pemerintah daerah yang tertuang dalam Peraturan

Presiden Nomor 36. Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui

Program Kartu Prakerja yaitu sebagai berikut:

a. Sosialisasi pelaksanaan Program Kartu Prakerja.

b. Penyediaan data lembaga Pelatihan yang berkualitas di masing-masing

daerah.

c. Penyediaan data kebutuhan tenaga kerja oleh industri di daerah.

d. Fasilitasi pendaftaran peserta dan pemilihan jenis Pelatihan pada Program

Kartu Prakerja.

Menurut penuturan dari kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan

diatas dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia yang disediakan oleh Dinas

Ketenagakerjaan sudah ada untuk melakukan tugas-tugas dan peranan yang

dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 36. Tahun 2020 tentang Pengembangan

Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja tersebut.

Salah satu unsur dari sumber daya manusia ialah keterampilan dan

kompetensi pelaksana. Karena kompetensi dan keterampilan aktor berpengaruh pada

keberhasilan dari implementasi. Menurut ketua unit pelaksana tugas program Kartu
57

Prakerja Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan, bapak Edhie Catur Prayitno,

SH., MM menyatakan:

“Program Kartu Prakerja ini merupakan program masih baru dan


diluncurkan dengan konsep digital. Sehingga kami yang
membawahi bidang Prakerja ini sambil melaksanakan tugas kami
sesuai dengan amanat di Peraturan Presiden Nomor 36. Tahun
2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program
Kartu Prakerja, kami juga senantiasa terus belajar dan melakukan
evaluasi agar program ini bisa mencapai tujuannya.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa unit pelaksana

tugas yang membidangi program Kartu Prakerja ini terus berusaha untuk

meningkatkan kompetensi dan keterampilan mereka dalam melaksanakan tugas ini.

Dengan melakukan evaluasi-evaluasi yang dilakukan, diharapkan kompetensi dan

keterampilan pelaksana kebijakan terus meningkat.

b. Sumber Daya Finansial

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36. Tahun 2020 tentang

Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja bahwasanya

segala peranan pemerintah daerah yang berkaitan dengan program Prakerja

dibebankan ke APBD. Hal ini juga berlaku di Kabupaten Asahan. Berdasarkan hal

tersebut kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan bapak Drs. Budi Anshari,

M.Si menyatakan bahwa:

“Mengenai dana yang dialokasikan untuk program Prakerja sendiri


tidak ada. karena pada masa pandemi covid-19 ini banyak alokasi
anggaran yang mengalami refocusing anggaran untuk penanganan
penyebaran covid-19. Sehingga untuk program ini tidak ada
anggaran dan dari Dinas Ketenagakerjaan sendiri terus berusaha
untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk bisa tetap mengawal
berjalannya program ini di Kabupaten Asahan.”
(Wawancara 4 Januari 2022).
58

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas

ketanagakerjaan di Kabupaten Asahan menjalankan peranannya dalam implementasi

program ini tidak mendapat dukungan sumber daya finansial dari APBD Kabupaten

Asahan. Sehinggga Dinas sendiri hanya memanfaatkan peluang-peluang yang ada

misalnya sosialisasi melalui media elektronik dan lain-lain.

Program Kartu Prakerja memberikan total insentif Rp. 3.550.000 per peserta

program jumlah ini dibagi dalam tiga kategori yaitu voucher pelatihan sebesar Rp.

1.000.000, insentif pelatihan sebesar Rp.2.400.000, dan insentif survey sebesar Rp.

150.000. mengenai insentif program ini, salah satu penerima program yaitu ibu Ratih

Utami menyatakan bahwa:

“Insentif yang diterima peserta sebenarnya bisa diperuntukkan


untuk modal usaha. Namun pencairannya yang tidak secara
langsung menyebabkan uang yang ada jadinya sering dipakai untuk
keperluan sehari-hari sehingga ketika pelatihan selesai sudah tidak
ada lagi uang yang bisa dimanfaatkan untuk modal usaha.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa insentif yang

diterima sebenarnya peruntukannya sebagai honor yang diterima atas kepesertaannya

dalam program Kartu Prakerja. namun berdasarkan hasil survey penggunaan insentif

Prakerja di Kabupaten Asahan mayoritas digunakan untuk kebutuhan sehari-hari

peserta.

4.1.3.3 Disposisi atau Sikap Pelaksana

Diposisi, yaitu menunjuk karateristik yang menempel erat pada implementor

kebijakan atau program. Karakter yang penting yang dimiliki oleh implementor

adalah kejujuran, komitmen dan demokratis. Implementor yang memiliki komitmen

tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan di antara hambatan yang ditemui dalam
59

program atau kebijakan Berkaitan dengan bagaimana disposisi (sikap) implementor

dalam mendukung suatu implementasi kebijakan atau program, seringkali para

implementor bersedia untuk mengambil inisiatif dalam rangka mencapai kebijakan,

tergantung dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya.

Kecenderungan-kecenderungan atau disposisi merupakan salah-satu faktor

yang mempunyai konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif.

Jika para pelaksana mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya

dukungan terhadap implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar

implementasi kebijakan akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal. Demikian

sebaliknya, jika para pelaksana bersikap negatif atau menolak terhadap implementasi

kebijakan karena konflik kepentingan maka implementasi kebijakan akan

menghadapi kendala yang serius.

Mengenai sikap pelaksana, Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan melaui

Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Penempatan Tenaga Kerja Tenaga Kerja

bapak Edhie Catur Prayitno, SH., MM menyatakan bahwa:

“Sebenarnya peranan kami sebagai Dinas Ketenagakerjaan


Kabupaten secara umum hanya sebagai sosialisasi pelaksanaan
Program Kartu Prakerja, penyediaan data lembaga Pelatihan yang
berkualitas di masing-masing daerah, penyediaan data kebutuhan
tenaga kerja oleh industri di daerah dan fasilitasi pendaftaran
peserta dan pemilihan jenis Pelatihan pada Program Kartu Prakerja.
Dari peran-peran tersebut kami tidak bisa melakukan sepenuhnya
karena kami lebih memberikan kebebasan kepada masyarakat
untuk secara mandiri mengakses informasi melakukan pendaftaran,
mengikuti pelatihan dan semua tahapan-tahapan yang ada.”
(Wawancara 5 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pihak

Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan secara keseluruhan belum memiliki


60

komitmen untuk membantu implementasi program Kartu Prakerja ini mencapai

tujuannya yaitu menanggulangi pengangguran. Hal ini bisa dilihat dari sikap Dinas

Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan dalam hal pelatihan yang tersedia dalam

program Kartu Prakerja. Yang mana Dinas Ketenagakerjaan memberikan kebebasan

kepada peserta program untuk memilih pelatihan. Sehingga tidak adanya

pengawasan yang memungkinkan terjadinya kasus peserta meilih pelatihan secara

asal-asalan.

4.1.4 Dampak Program Kartu Prakerja Terhadap Pengangguran di

Kabupaten Asahan

Program Kartu Prakerja yang diluncurkan Peraturan Presiden Nomor 36.

Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu

Prakerja memiliki komitmen untuk menekan angka pengangguran di indonesia

dengan metode skilling, upskilling, reskilling, dan membuka lapangan kerja baru

melalui pelatihan-pelatihan yang tersedia pada platform-platform digital yang

menjadi mitra program Kartu Prakerja dengan harapan setelah mengikuti pelatihan

dalam program Kartu Prakerja, kompetensi kerja dari peserta program bisa

meningkat sehingga bisa mempermudah peserta dalam melamar pekerjaan atau pun

membuka usaha.

Implementasi program Kartu Prakerja di Kabupaten Asahan dalam mengatasi

pengangguran belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penerima program Kartu Prakerja

bapak Rizki Romadhona Syahma menyatakan bahwa:

“Setelah mengikuti pelatihan yang disediakan oleh program


Prakerja, saya merasa bahwa pelatihan yang saya ikuti seperti
61

layaknya menonton vidio tutorial biasa. Menurut saya, pelatihan


kerja dengan motode seperti yang disediakan oleh program Kartu
Prakerja ini kurang efektif jika memang tujuannya ialah
meningkatkan kompetensi kerja. Karena kalau melakukan
pelatihan menurut saya harus diberikan teori dan juga praktek
secara langsung.” (Wawancara 5 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa metode

pelatihan dengan sistem yang ada yaitu dengan cara menonton vidio yang disediakan

oleh platform digital yang menjadi mitra program Kartu Prakerja ini belum efektif

dalam meningkatkan kompetensi peserta. Karena durasi vidio yang panjang dan juga

terkadang terkendala maslah koneksi internet membuat kualitas pelatihan yang

diterima peserta tidak maksimal. Sehingga peningkatan kompetensi kerja yang

diharapkan tidak tercapai.

Tujuan peningkatan kompetensi kerja ialah agar para peserta program yang

telah selesai mengikuti pelatihan memiliki daya saing di bursa kerja pada saat

melamar pekerjaan. Sehingga para peserta bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan

atau pun membuka usaha dan lapangan pekerjaan. Sehingga angka pengangguran

bisa berkurang dan lapangan kerja juga bisa tercipta. Namun setelah program ini di

implementasikan di Kabupaten Asahan, angka pengangguran diKabupaten Asahan

yang awalnya pada tahun 2020 sebanyak 22.441 jiwa bertambah menjadi 22.999

jiwa pada tahun 2021.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta program Prakerja

bapak Ferry Andiandany Panjaitan S.IK menyatakan bahwa:

“Setelah mengikuti program Kartu Prakerja, saya masih belum bisa


mendapatkan pekerjaan hingga saat ini. karena setelah saya
mengikuti pelatihan, saya belum terlalu bisa menyerap ilmu yang
saya dapat disaat pelatihan. Kemudian sertifikat yang saya
62

dapatkan juga belum bisa membantu saya untuk mendapatkan


pekerjaan.” (Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab

angka pengangguran tetap naik di Kabupaten Asahan karena peserta program yang

telah mengikuti pelatihan secara online sebenarnya belum siap untuk bersaing di

bursa kerja. Karena hasil dari pelatihan kerja dalam program ini tidak mampu

membuat peserta menjadi seorang yang siap kerja atau profesional.

Program Kartu Prakerja dirancang untuk bisa menjangkau permasalahan

pengangguran diseluruh indonesia. Sehingga implementasi dari program ini sebisa

mungkin harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah

pengangguran di seluruh indonesia termasuk di Kabupaten Asahan. Program Kartu

Prakerja dalam hal mengatasi masalah pengangguran di Kabupaten Asahan menurut

bapak Edhie Catur Prayitno, SH., MM selaku Kepala Seksi Penempatan Tenaga

Kerja Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan menyatakan bahwa:

“Program Kartu Prakerja ini seyogiyanya sudah sesuai dengan apa


yang dibutuhkan tenaga kerja di Kabupaten Asahan saat ini yaitu
peningkatan kompetensi. Namun dalam pemanfatannya,
masyarakat di Kabupaten Asahan belum mampu secara maksimal
menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh program ini
untuk meningkatkan kompetensi kerja. Jadi kembali lagi bahwa
program ini tidak dapat memastikan bahwa peserta yang telah
mengikuti pelatihan menjadi seorang yang profesional
dibidangnya. Jadi perlu tindak lanjut juga dari peserta itu sendiri.”
(Wawancara 4 Januari 2022).

Berdasarkan wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa program Prakerja

ini sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para pencari kerja di Kabupaten

Asahan. Namun mengenai keberhasilan peserta tersebut meningkatkan kompetensi

pasca mengikuti pelatihan, itu kembali kepada peserta masing-masing. Karena perlu
63

adanya langkah tindak lanjut yang harus dilakukan oleh masing-masing peserta

seperti harus giat berlatih dan belajar lagi untuk mengasah dan meningkatkan

kemampuan yang didapat selama mengikuti pelatihan kerja. Karena pada dasarnya

ketika kita melamar suatu pekerjaan, kita tidak cukup melampirkan bukti

bahwasanya kita telah mengikuti pelatihan. Tetapi juga diperlukan juga dibuktikan

dengan kemampuan individu itu sendiri.

4.2 Pembahasan

Peneliti disini akan membahas dan menjelaskan dari hasil penelitian yang

didapatkan selama observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Dalam

pembahasan ini peneliti menyesuaikan dengan sub bab yang ada di hasil penelitian.

Pembahasan ini peneliti rangkai dengan kalimat yang lebih sederhana dan sesuai

dengan apa yang menjadi pedoman peneliti.

4.2.1 Kendala Yang Dihadapi Dalam Implementasi Program Kartu Prakerja

Dalam Menurunkan Angka Pengangguran Di Kabupaten Asahan

Program Kartu Prakerja merupakan program yang di luncurkan pemerintah

melalui untuk Peraturan Presiden Nomor 36. Tahun 2020 tentang Pengembangan

Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja. Kartu Prakerja. Prakerja terdiri

dari dua kata yaitu pra yang memiliki arti sebelum, dan kerja yang memiliki arti

suatu kegiatan untuk melakukan sesuatu. Kartu Prakerja merupakan bantuan biaya

pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan

keterampilannya, dimana hal ini bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang
64

belum memiliki pekerjaan dengan memberikan sebuah treatment seperti

meningkatkan softskill yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pekerja.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36. Tahun 2020 Program Kartu

Prakerja adalah program pengembangan kompetensi kerja yang ditujukan untuk

pencari kerja, pekerja/buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),

dan/atau pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Yang mana

dari implementasi program Kartu Prakerja ini, peserta dapat meningkatkan

kompetensi kerjanya sehingga pekerja bisa bersaing untuk mengisi lowongan kerja

yang tersedia ataupun dapat membuka lapangan kerja sendiri sehingga angka

pengangguran bisa berkurang.

Implementasi program Kartu Prakerja di Kabupaten Asahan belum mampu

mencapai tujuan dari program Kartu Prakerja tersebut yaitu meningkatkan

kompetensi angatan kerja sehingga angka pengangguran bisa berkurang. Karena di

Kabupaten Asahan pada tahun 2020 angka pengangguran di Kabupaten Asahan

sebanyak 22.441 jiwa dan pada tahun 2021 setelah di implementasikannya kebijakan

ini angka pengangguran malah bertambah menjadi 22.999 jiwa. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa implementasi kebijakan program Kartu Prakerja ini belum

mampu mengatasi pengangguran di Kabupaten Asahan. Menurut George Edward III

dalam Indiahono (2009:31), menjelaskan bahwa terdapat empat variabel kritis dalam

implementasi kebijakan publik atau program diantaranya, komunikasi, sumber daya,

dan disposisi. Variabel-variabel tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk

mencapai tujuan implementasi kebijakan. Dibawah ini akan dibahas bagaimana

variabel-variabel tersebut dalam pengimplementasiannya.


65

4.2.1.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari

atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk menghindari terjadinya distorsi

informasi yang disampaikan atasan kebawahan, perlu adanya ketetapan waktu dalam

penyampaian informasi, harus jelas informasi yang disampaikan, serta memerlukan

ketelitian dan konsentrasi dalam menyampaikan informasi.

Terkait dengan komunikasi dalam implementasi program Kartu Prakerja

dalam mengatasi pengangguran di Kabupaten Asahan belum sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh kebijakan tersebut. Informasi yang diterima masyarakat mengenai

program ini tidak detail karena hanya memperoleh informasi-informasi sekilas dari

media-media elektronik dan juga dari orang per orang itupun hanya sekedar kapan

gelombang pendaftaran dibuka dan ditutup. Sehingga sering terjadi distorsi informasi

mengenai program ini. Misalnya mengenai pelatihan yang diambil secara asal-asalan

yang mengakibatkan tidak adanya dampak berupa peningkatan kompetensi kerja

pada peserta program.

Masalah komunikasi selanjutnya ialah tidak adanya hubungan yang dibangun

antara peserta program dengan Dinas Ketenagakerjaan di Kabupaten Asahan.

Padahal dengan adanya komunikasi yang dibangun seharusnya bisa memberikan

dampak positif bagi keberhasilan program ini. Menurut Peraturan Presiden Nomor

36 tahun 2020 salah peran yang seharusnya dijalankan oleh daerah ialah

memfasilitasi peserta dalam melakukan pemilihan pelatihan. Namun di Kabupaten

Asahan peserta program Kartu Prakerja diberikan kebebasan sepenuhnya untuk

memilih pelatihan yang akan diikuti. Padahal peserta seharusnya memerlukan


66

bimbingan dan arahan untuk bisa memilih pelatihan sesuai dengan minat dan bakat

yang dimiliki. Sehingga dengan arahan yang jelas, peserta dapat mengikuti pelatihan

sesuai dengan kompetensi kerja apa yang dibutuhkan. Belum lagi dengan kondisi

beberapa lapisan masyarakat yang ingin mendaftar dan mengikuti pelatihan program

namun terkendala karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang mana

dari keterbatasan tersebut membuat seseorang yang membutuhkan kompetensi kerja

gagal untuk menjadi peserta program. Karena selain semua prosesnya berbasis

online, proses seleksinya juga calon peserta diwajibkan untuk menjawab soal

intelegensi umum.

4.2.1.2 Sumber daya

Sumber daya dalam implementasi kebijakan memegang peranan penting

karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-sumber

pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-sumber yaitu sumberdaya

manusia yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk melaksanakan kebijakan, dan juga sumberdaya finansial yang memadai untuk

membiayai operasional dalam implementasi kebijakan.

Berkenaan dengan sumberdaya manusia dalam implementasi program Kartu

Prakerja di Kabupaten Asahan secara kuantitas masih harus ditingkatkan lagi.

Berdasarkan peraturan presiden nomor 36 tahun 2020 peran yang harus dijalankan

oleh daerah Dinas Ketenagakerjaan ialah sosialisasi pelaksanaan Program Kartu

Prakerja, penyediaan data lembaga Pelatihan yang berkualitas di masing-masing

daerah, penyediaan data kebutuhan tenaga kerja oleh industri di daerah, fasilitasi

pendaftaran peserta dan pemilihan jenis Pelatihan pada Program Kartu Prakerja.
67

Sehingga unit pelaksana tugas yang membidangi program Kartu Prakerja tersebut

harus memiliki staf yang kompeten dan jumlah yang mencukupi untuk menjalankan

peran-peran tersebut. Di Kabupaten Asahan sendiri, sumberdaya manusia yang

membidangi program Prakerja ini masih belum berkompeten dibidangnya sehingga

program ini belum maksimal dalam mengatasi pengangguran di Kabupaten Asahan.

Berkenaan dengan sumberdaya finansial, peraturan presiden nomor 36 tahun

2020 menyatakan bahwa Segala biaya yang diperlukan Pemertntah Daerah untuk

mendukung pelaksanaan Program Kartu Prakerja dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah. Di Kabupaten Asahan sendiri, anggaran untuk

menyongsong implementasi program ini tidak ada dalam APBD. Hal ini dikarenakan

banyaknya realokasi anggaran pada APBD Kabupaten Asahan untuk

penanggulangan pandemi covid-19. Hal ini berdampak pada kurang maksimalnya

peranan yang dapat dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan dalam

mewujudkan tujuan dari implementasi program Kartu Prakerja ini yaitu

meningkatkan kompetensi kerja sehingga dapat menurunkan angka pengangguran di

Kabupaten Asahan.

Untuk peserta program Kartu Prakerja sendiri, setiap peserta program

mendapatkan insentif total sebesar Rp. 3.550.000 per peserta program. Jumlah ini

dibagi dalam tiga kategori yaitu voucher pelatihan sebesar Rp. 1.000.000, insentif

pelatihan sebesar Rp.2.400.000, dan insentif survey sebesar Rp. 150.000. Dari

jumlah tersebut peserta seharusnya bisa menggunakan insentif pelatihan tersebut

untuk dijadikan modal usaha atau keperluan produktif lainnya. Namun dengan

jumlah segitu dan di cairkan per bulan Rp. 600.000 membuat peserta program sulit
68

untuk memanage keuangan karena memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga

berdasarkan hasil survey penggunaan insentif Prakerja, mayoritas digunakan untuk

keperluan konsumtif peserta sehari-hari.

4.2.1.3 Disposisi

Sikap atau komitmen dari pelaksana program berhubungan dengan kesediaan

dari pada implementor untuk menyelesaikan kebijakan publik tersebut. Kecakapan

saja tidak mencukupi tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan.

Disposisi untuk menjaga konsistensi tujuan untuk menjaga apa yang ditetapkan

pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci keberhasilan program atau

implementasi kebijakan adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan

atas kebijakan tang telah ditetapkan.

Berkenaan dengan sikap pelaksana program Kartu Prakerja di Kabupaten

Asahan dapat dilihat dari temuan peneliti yang menunjukkan bahwa pihak Dinas

Ketenagakerjaan belum memiliki komitmen secara penuh untuk mewujudkan tujuan

dari program Kartu Prakerja ini yaitu meningkatkan kompetensi kerja agar jumlah

pengangguran bisa menurun dari sebelumnya. Pihak Dinas Ketenagakerjaan

Kabupaten Asahan belum berkomitmen penuh untuk menjalankan semua amanat

yang tertuang dalam peraturan presiden nomor 36 tahun 2020 tentang pengembangan

komptensi kerja melalui program Kartu Prakerja. Peranan-peranan yang harusnya

dilakukan oleh Dinas Ketenagakerjaan belum dilakukan sepenuhnya sehingga para

peserta program belum mampu memanfaatkan secara maksimal fasilitas yang

diberikan dalam program Kartu Prakerja ini. Seharusnya masyarakat memerlukan

pendampingan dalam memanfaatkan program Kartu Prakerja ini terlebih lagi dengan
69

sistem yang dilakukan secara online dengan menonton vidio pelatihan yang

disediakan oleh platform-platform digital yang menjadi mitra program Kartu

Prakerja. Namun disini pihak dari Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan

memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memanfaatkan secara mandiri

fasilitas yang di berikan oleh program Kartu Prakerja ini. sehingga dilapangan acap

kali terjadi ketidakefektifan dalam pemanfaatan program ini. Sehingga program

Kartu Prakerja ini gagal mencapai tujuannya yaitu mengurangi angka pengangguran

di Kabupaten Asahan.

4.2.2 Dampak Program Kartu Prakerja Terhadap Pengangguran Di

Kabupaten Asahan

Dampak Program Kartu Prakerja terhadap pengangguran di Kabupaten

Asahan jika dilihat dari tujuan program tersebut yaitu meningkatkan kompetensi

kerja bagi tenaga kerja di Kabupaten Asahan berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa masalah yang menjadikan implementasi

program ini belum tercapai secara maksimal. Dampak yang dirasakan oleh peserta

program setelah mengikuti pelatihan belum mampu meningkatkan kompetensinya di

bidang pelatihan yang diikuti. Karena dengan metode pelatihan berbasis online

dengan menonton vidio pelatihan yang dibeli dengan voucher yang disediakan belum

mampu menciptakan tenaga kerja yang profesional di bidangnya. Terlebih lagi tidak

adanya evaluasi yang dilakukan sebelum peserta tersebut dinyatakan lulus dan

mendapat sertifikat. Sehingga tenaga kerja yang masih menganggur tetap kesulitan

mendapatkan pekerjaan karena dengan pelatihan yang diberikan belum cukup

mampu bersaing di bidangnya pada saat mendaftar pada sebuah lowongan pekerjaan.
70

Peserta program yang telah menyelesaikan pelatihan kerja mendapatkan

sertifikat pelatihan yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan. Namun sertifikat

yang diterima oleh peserta program Kartu Prakerja tersebut tidak cukup membantu

peserta program untuk bisa diterima bekerja. Sertifikat yang diterima oleh peserta

program Kartu Prakerja pasca mengikuti pelatihan belum begitu menjadi

pertimbangan yang kuat bagi untuk meluluskan seseorang dalam proses open

recruitment pegawai atau karyawan. Hal ini mengakibatkan seseorang yang telah

mengikuti program Kartu Prakerja tetap sulit mendapatkan pekerjaan sehingga angka

pengangguran di Kabupaten Asahan tetap naik meskipun program Kartu Prakerja ini

telah diimplementasikan dan telah di ikuti oleh 13.955 peserta di Kabupaten Asahan

sampai gelombang ke-16 ini.

Peserta program Kartu Prakerja memiliki kewajiban untuk mengikuti

pelatihan setiap bulannya selama 4 bulan agar intensif bisa dicairkan dan diterima

oleh peserta program. Karena kurangnya bimbingan dan arahan serta pendampingan

dari Dinas terkait di Kabupaten Asahan, sering terjadi kasus peserta program Kartu

Prakerja memilih pelatihan secara asal-asalan atau tidak sesuai dengan minat dan

bakatnya yang bertujuan agara intensif program Kartu Prakerja nya bisa diterima dan

status kepesertaannya bisa dicabut. Sehingga hal ini merugikan peserta itu sendiri

karena memilih pelatihan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat yang kita miliki

maka hasil dari pelatihan juga tidak dapat meningkatkan kompetensi kerja peserta itu

sendiri. Hal inilah yang menjadi penyebab gagalnya program ini dalam mencapai

tujuannya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Implementasi Program Kartu

Prakerja dalam mengatasi pengangguran di Kabupaten Asahan, peneliti

menyimpulkan beberapa kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah skripsi ini.

adapun kesimpulannya ialah sebagai berikut:

1. Kendala yang dihadapi dalam implementasi Program Kartu Prakerja dalam

menurunkan angka pengangguran di Kabupaten Asahan jika dilihat dari sisi

a. Komunikasi ialah kurangnya sosialisasi dan pendampingan kepada peserta

program Kartu Prakerja di Kabupaten Asahan. Hal ini mengakibatkan

peserta dan juga calon peserta kesulitan untuk mendaftar dan mengikuti

program Kartu Prakerja.

b. Dilihat dari segi sumberdaya manusia yang ditugaskan untuk mengawal

program Kartu Prakerja ini untuk mencapai tujuannya di Kabupaten

Asahan belum memiliki kompetensi dan keterampilan sesuai apa yang

dibutuhkan program ini. untuk sumberdaya finansial masih belum

mencukupi untuk menjalankan program ini baik itu untuk pelaksana

maupun insentif yang diterima.

c. Jika dilihat dari sisi disposisi atau sikap pelaksana, Kendala yang dihadapi

dalam implementasi Program Kartu Prakerja dalam menurunkan angka

pengangguran di Kabupaten Asahan ialah kurangnya komitmen dari

pelaksana program Kartu Prakerja di Kabupaten Asahan yaitu Dinas

72
73

Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan untuk menjalankan peran yang telah

ditetapkan dalam Perpres Nomor 36 tahun 2020 tentang pengembangan

kompetensi kerja melalui program Kartu Prakerja.

2. Dampak Program Kartu Prakerja terhadap pengangguran di Kabupaten

Asahan jika dilihat dari tujuan program tersebut yaitu meningkatkan

kompetensi kerja bagi tenaga kerja di Kabupaten Asahan karena terdapat

beberapa masalah yang menjadikan implementasi program ini belum tercapai

secara maksimal yaitu metode pelatihan yang kurang efektif untuk

meningkatkan kompetensi kerja peserta program. Kemudian program Kartu

Prakerja juga belum mampu menjadikan peserta program menjadi seorang

yang profesional di bidangnya. Apalagi jika peserta program memilih

pelatihan secara asal-asalan. Dampak yang juga dirasakan peserta yang

mengikuti program Kartu Prakerja ini ialah sertifikat pelatihan yang didapat

dari program ini belum cukup membantu peserta program untuk diterima

kerja pada saat melamar pekerjaan. Sehingga angka pengangguran terus

meningkat meskipun program Kartu Prakerja ini telah di implementasikan di

Kabupaten Asahan.

5.2 Saran

1. Kepada pemerintah pusat melalui komite kartu prakerja diharapkan untuk

membuat sebuah kebijakan yang berkaitan dengan tindak lanjut terhadap

peserta yang telah mengikuti pelatihan dalam program Kartu Prakerja.

Sehingga peserta yang telah menyelesaikan pelatihan memiliki wadah yang

tepat untuk pengaplikasikan kompetensi yang didapat saat pelatihan.


74

2. Kepada Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Asahan untuk lebih

memperhatikan kendala-kendala yang di hadapi oleh para peserta program

dengan cara memberikan fasilitas berupa data-data yang terbaru mengenai

lowongan pekerjaan yang bisa diisi oleh para peserta program dan melakukan

pendampingan intens kepada para peserta program sampai tujuan dari

implementasi program kartu prakerja ini berhasil mencapai tujuannya yaitu

mengurangi angka pengangguran.

3. Kepada masyarakat khususnya penerima manfaat program kartu prakerja

untuk lebih memaksimalkan fasilitas yang diterima dari program kartu

prakerja untuk pengembangan kompetensi kerja. Agar setelah mendapatkan

pelatihan kerja, peserta bisa segera mendapatkan pekerjaan atau pun

membuak lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran di

Indonesia Khususnya di Kabupaten Asahan.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, B. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Corbin, A. S. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Dr. Sahya Anggara, M. (2018). Kebijakan Publik. Bandung: Pustaka Setia.

Hartanto, F. M. (2009). Paradigma Baru Manajemen Indonesia Menciptakan Nilai


Dengan Bertumpu Pada Kebijakan dan Potensi isani. Bandung: Mirzan.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Indiahono, D. (2009). Kebijakan Politik Berbasis Dynamic Policy Analisys . Jakarta:


Gramedia.

Kuncoro, M. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetetif. Jakarta:


Erlangga.

Mudrajad, K. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetetif. Jakarta:


Erlangga.

Moleong, L. J. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nugroho. (2008). Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nugroho, M. (2019). Kebijakan Publik. Banten: CV. AA. Rizky.

Pasolong, H. (2010). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

75
76

Rivai, V. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta:


PT. Rajagrafindo Persada.

Sedarmayanti. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan


Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama.

Solichin, A. W. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-


Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.

Sugiyanto, S. (2001). Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi


Negara RI.

Sukirno, S. (2007). Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sutrisno, E. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Suwandi, B. &. (2019). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

Tahir, A. (2014). Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah


Daerah. Bandung: Alvabeta.

Veitzal. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori
ke Praktik. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Winarno, B. (2002). Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media


Presindo.
77

Jurnal
Ashman, R. M. (2015). An Old Modey for a New Age: Consumer Decision Making
in Participatory Digital Culture. Journal of Customer Behaviour, Volume.14,
No.2, 5-14.

Khoirurrosyidin, T. P. (2020). Mengkaji Upaya Pemerintah Melalui Program Kartu


Prakerja dalam Perspektif Pemberdayaan di Masa Pandemi Covid 19.
Journal of Govermment and Political Studies, Volume 3, No.2, 8-10.

Khoirurrosyidin, T. P. (2020). Mengkaji Upaya Pemerintah Melalui Program Kartu


Prakerja dalam Perspektif Pemberdayaan di Masa Pandemi Covid-19.
Journal of Goverment and Political Studies, Volume.3, No.2, 1-28.

Palmira Permata Bachtiar, d. (2020). Kartu Prakerja di Tengah Pandemi Covid 19:
Asesmen Cepat Dari Sudut Pandang Peserta Program. Jurnal Smeru,
Volume.03, No.3, 1-23.

Permata, C. Q. (2021). Analisis Kebijakan Kartu Pra kerja Terhadap Pekerja Yang di
PHK Untuk Menanggulangi Pengangguran di Indonesia. Jurnal Retrieval,
Volume.1, No.1, 28-30.

Yalia, M. (2014). Implementasi Kebijakan Pengembangan dan Pemberdayaan


Lembaga Sosial Media Tradisional di Jawa Barat. Patanjala, Volume.6,
No.1, 6-12.

Media Massa/Internet
Bachtiar, Palmira Permata, Rendy Adriyan Diningrat, Ahmad Zuhdi Dwi Kusuma,
dan Abella Diandra (2020) <‘Mewujudkan Ekonomi Digital yang Inklusif.’
Catatan Kebijakan [dalam jaringan] https://smeru.or.id/sites/default/files/
publikation/pb_edi-in.pdf> [25 Juni 2020].

Badan Statistik Kabupaten Asahan. (n.d.). Retrieved Agustus Rabu, 2021, from
https://asahankab.bps.go.id/
78

CNN. (2020). INFOGRAFIS: Pro Kontra Program Kartu Prakerja.


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200506091934-35500538/infogra
fis-pro-kontra-program-kartu-prakerja

CNBC Indonesia (2020a) ‘Lho Kok Kartu Prakerja Belum Beres Juga?’ CNBC
Indonesia 12 Maret [dalam jaringan] <https://
www.cnbcindonesia.com/news/20200312153301-4-144411/lho-kok-kartu-
pra-kerja-belum-beres-juga> [25 Juni 2020].

CNBC Indonesia (2020b) ‘Jokowi: Kartu Prakerja itu Semi Bansos.’ CNBC
Indonesia 23 April [diakses dalam jaringan internet] <https://www.
cnbcindonesia.com/tech/20200422203628-37-153790/jokowi-kartu-prakerja-
itu-semi-bansos> [30 Juni 2020].

Sudah Daftar Kartu Prakerja, A. L. (2020, Agustus). Kompas.com. Retrieved


Agustus Rabu, 2021, from
https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/10/063500265/sudah-daftar-
kartu-prakerja-apa-lagi-tahap-selanjutnya-

Menko Airlangga: Program Kartu Prakerja Berperan dalam Upskilling SDM dan
Ciptakan Lapangan Kerja Baru Guna Pulihkan Ekonomi Nasional. (2021,
Juni). Retrieved Agustus Rabu, 2021, from Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia:
https://ekon.go.id/publikasi/detail/3048/menko-airlangga-program-kartu-
prakerja-berperan-dalam-upskilling-sdm-dan-ciptakan-lapangan-kerja-baru-
guna-pulihkan-ekonomi-nasional

Panjaitan, I. (2020, Juni). SINDONEWS.COM. Retrieved Agustus Rabu, 2021, from


Imbas Pandemi Covid-19, Pengangguran Asahan Meningkat:
https://daerah.sindonews.com/read/56159/717/imbas-pandemi-covid-19-
pengangguran-asahan-meningkat-1591088804

Prakerja. (2020). Untuk Siapa Program Kartu Prakerja?


https://www.prakerja.go.id/tentang-kami
79

Peraturan-Peraturan
Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2020 Tentang Pengembangan Kompetensi Kerja
Melalui Program Kartu Prakerja
LAMPIRAN

80

Anda mungkin juga menyukai