Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN ADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN

SURAT KETERANGAN TIDAK MAMPU DI DESA KELIKI TEGALLALANG


GIANYAR
PROPOSAL
Diajukan Kepada Dosen Pengempu Mata Kuliah Metode
Penelitian Dan Implementasi Kebijakan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Humaniora Program Studi Administrasi
Publik

Disusun Oleh :
NI KADEK KESUMA DEWI
NIM : 20210120021

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan kehendak-Nya tugas Proposal Penelitian yang berudul "PENGELOLAAN
ADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN SURAT
KETERANGAN TIDAK MAMPU (SKTM) DI DESA KELIKI TEGALLALANG
GIANYAR " ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan skripsi pada universitas Ngurah Rai Denpasar dan untuk mendapatkan gelar
sarjana

Pada kesempatan ini,Penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun materil sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin ,


penulis menyadari bahwa proposal penelitian masih ada kekurangan.oleh karena itu
penulisan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan proposal penelitian ini

Akhir kata,penulis berhadap semoga proposal penelitan ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan

Denpasar, 6 Januari 2024

Ni Kadek Kesuma Dewi

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan..................................................................................................3
1.5Manfaat Penulisan................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................................4
2.2 Landasan Teori ....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Pelayanan publik merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar
mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan oleh suatu” kelompok atau birokrasi,
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menjelaskan bahwa :
“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik”. Pada hakekatnya dalam suatu birokrasi dalam hal
ini adalah negara harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Selain untuk
meningkatkan kesejahteraan dan melayani kebutuhan masyarakat, pelayanan publik juga
menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pengukuran kinerja pemerintah dan keberhasilan
pelaksanaan tugas
Dalam rangka mempercepat pelayanan publik yang mudah maka di bentuklah dalam
undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang membawa konsekuensi
luas di tingkat daerah, dan pemerintah daerah di tuntut untuk mampu memberikan
pelayanan publik yang mudah, cepat, dan murah sebagaimana yang selalu diinginkan
masyarakat. Masalah nyata mengenai pelayanan umum dalam hal ini pelayanan desa,
terutama dalam kepengurusan Surat Keterangan Tidak Mampu.
Di dalam pembuatan SKTM harus adanya pengawasan dari kepala dinas maupun
kelurahan yang bertugas menjalankan tugasnya dimana yang telah di atur dalam peraturan
tentang pemberian SKTM kepada masyarakat tidak mampu seperti dalam peraturan
perundang-undangan no 52 tahun 2009 tentang “Kependudukan dan pembangunan
Keluarga”, khususnya pada pasal 41, ayat 2 yang menyatakan “bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai kriteria penduduk miskin dan tata cara perlindungan diatur dengan
peraturan pemerintah, menentukan penduduk miskin, pelaksana pendataan, dan kriteria
penduduk miskin menjadi sangat 2 penting untuk memperoleh data yang akurat, valid,
dan dapat dipertanggung jawabkan”.
Di Desa Keliki tegalalang Gianyar penentuan masyarakat miskin masih bersifat
objektif yang di tentukan oleh pihak RT hingga tingginya data kemiskinan di akibatkan
tidak ada suatu sistem pendataan yang dapat membedakan masyrakat mampu, sedang dan
masyarakat miskin, dan pada pelaksanan pembuatan SKTM ini masih dikatakan tidak
efisien dan belum tepat sasaran karena regulasi didalamnya atau persyaratanya harus
melampirkan surat pengantar dari RT dan setelah itu Surat Keterangan Tidak Mampu bisa
di berikan kepada siapa saja tanpa adanya pengawasan dari pihak terkait, kepengurusan
SKTM di Desa Sukorejo paling banyak digunakan untuk mendapatkan keringanan biaya
sekolah maupun untuk mendapatkan beasiswa dari sekolah, hingga sebagai salah satu
persyaratan KIP (kartu indonesia pintar).
1
Jika masyarakat membuat SKTM tanpa pengawasan lebih lanjut maka akan
menimbulakan peningkatan anggaran negara yang di keluarkan untuk kebutuhan jaminan
sosial tersebut . Dalam permasalahan tersebut untuk membantu mempercepat
pengambilan keputusan yang akan membantu Pemerintahan Desa dalam menentukan
masyarakat miskin sebagai acuan pemberian SKTM kepada warganya, Perlu diberikan
rekomendasi pemberian surat keterangan tidak mampu yang dapat membedakan
masyarakat mampu, sedang dan miskin maka salah satu metode yang dipilih adalah
menggunakan Metode SMART atau (Simple Multi Atribute Rating Technique) metode ini
dipilih karena memiliki nilai alternatif terbaik untuk menangani permasalahan multi
kriteria berdasarkan perhitungan bobot kriteria untuk setiap alternatif. (Sibyan, 2020)
Oleh karena itu peneliti merancang sistem dengan judul “PENGELOLAAN
ADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN SURAT
KETERANGAN TIDAK MAMPU (SKTM) DI DESA KELIKi TEGAlLALANG
GIANYAR”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,maka dapat didifinisikan masalah-
masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini membahas tentang penentuan keluarga miskin sebagai acuan
pemberian Surat Keterangan Tidak Mampu untuk pendidikan dan bantuan sosial
di Desa Keliki tegalalang.
2.Kriteria dan Pembobotan melalui wawancara dengan sekertaris Desa Keliki
tegalalang.
3. Sistem pendukung keputusan menggunakan metode SMART karena metode ini
dapat mengklasifikasikan masyarakat mampu, Sedang dan miskin.
4. Output dari penelitan ini adalah rekomendasi pemberian SKTM (Surat Keterangan
Tidak Mampu)
5. Sistem berbasis web.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan pembahasan diatas dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1 Bagaimana Pelayanan Administrasi untuk pembuatan surat keterangan tidak mampu


di Desa Keliki Tegalalang ?
2. Bagaimana Cara untuk medapatkan surat tidak mampu?
3. Apakah semua orang bisa mendapatkan surat tidak mampu ?
2

1.4 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik dari pengurusan Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) Di Kantor Desa Keliki Tegallalang
Gianyar.
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang ditemukan dalam pelayanan
publik mengenai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) Di Kantor Keliki
Tegallalang Gianyar.

1.5 MANFAAT PEENULISAN


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi efektivitas
pelayanan publik dalam mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu, diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dan menjadi acuan, terutama mengenai masalah pelayanan
publik mengenai penerinbitan atau pengurusan Surat Keterangan Tidak
Mampu (SKTM).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan penerapan yang terjadi di
lapangan, mengenai penerbitan Surat Keterangan Tidak Mampu yang
dikaji dari bidang ilmu administrasi publik
2. Dapat diharapkan dari hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi
pihakpihak terkait dalam hal ini masyarakat, pemerintah, dan penegak
hukum, khususnya para pihak yang berkaitan langsung dengan
permasalahan yang dikaji.
3. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat berpartisipasi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan sosial dimasa mendatang terutama
dalam ilmu Administrasi Publik dan juga sebagai bahan informasi bagi
kalangan akademis lainnya yang ingin meneliti permasalahan yang
sama.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN TERDAHULU

Menurut Randi (2018:15) Penelitian terdahulu adalah sumber lampau dari hasil penelitian
yang diusahakan oleh peneliti untuk membandingkan penelitian yang dilaksanakan.
Penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi dasar ketika melaksanakan sebuah
penelitian karena penelitian terdahulu memiliki fungsi untuk memperluas dan memperdalam
teori yang akan dipakai dalam kajian penelitian. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai
sumber inspirasi untuk membantu pelaksanaan penelitian. Selain itu untuk membandingkan
apa yang kurang dan kelebihan untuk dikembangkan. Berikut penelitian terdahulu:

1. Maya Rahmadani 2016


“Evaluasi Kinerja Pelayanan Aparatur Kelurahan Dadi Pasca Pemekaran
Wilayah Kelurahan Di Kota Bandar Lampung”
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Kinerja aparatur sudah cukup baik karena aparatur tidak menimbulkan
ketidakadilan kepada Masyarakat
Persamaannya adalah samasama meneliti tentang pelayanan aparatur,
sedangkan perbedaannya yaitu lebih ke kinerja aparatur dalam pelayanan
Metode Penelitian Menggunakan Metode Kualitatif.

2. Jooce F. Doali 2015


“Kinerja Pemerintahan Kelurahan dalam Pelayanan Publik di Kelurahan Tona I
Kecamatan Tahuna Timur Kabupaten Sangihe”
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pelayanan pulik berjalan dengan baik jika diukur dari produktivitas kerja,
ketaatan, kedisiplinan dan perilaku
Persamaannya yaitu samasama meneliti tentang pelayanan publik,
perbedaannya yaitu lebih fokus pada kinerja karyawannya dalam pelayanan
Metode Penelitian Menggunakan Metode Kualitatif.
4
3. Farid Zaky Yopian mor Aditiya Romadhan 2017
“Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu Di Kelurahan
Mura Tuhup Kecamatan Laung Tuhup Kabupaten Murung Raya”
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Menyatakan bahwa pelayanan masih belum maksimal tentang kebersihan dan
kerapian tempat pelayanan apabila saat hujan pelayanan agak sedikit kotor
Persamaannya adalah samasama meneliti tentang pelayanan
pembuatan SKTM, sedangkan perbedaanya tidak ada dalam pelayanan
Metode Penelitian Menggunakan Metode Kualitatif.

4. Ayu Ratnasari 2020


“Penyelenggaraan Pelayanan Surat Keterangan Tidak Mampu Aparat Desa
Badak Baru Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Negara”
Menyatakan bahwa belum adanya payung hukum yang mengatur
penerbitan SKTM, belum adanya SOP, dan terbatasnya pegawai pemerintah
Desa Badak Baru
Persamaannya adalah samasama meneliti tentang pelayanan SKTM,
sedangkan perbedaannya adalah penyelenggaraannya.

Jadi berdasarkan penelitian terdahulu dari keempat penelitian tersebut bahwa dalam
pelayanan yang dilakukan oleh setiap pegawai yang diteliti sudah berjalan dengan baik dan
tidak menimbulakan ketidakadilan kepada masyarakat serta disiplin dan produktif dalam
bekerja. Walapun pelayanan saat hujan dapat menimbulkan kotor dan tidak rapi namun
pelayanan tetap diberikan dengan tepat waktu.

5
2.2 LANDASAN TEORI
Desa Menurut UU No. 32 Tahun 2004, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus tugas
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang
diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di
kabupaten/kota.Desa Keliki Tegallalang,Gianyar adalah sebuah desa yang terletak di
Kecamatan Pulung Kabupaten Gianyar. Desa Keliki terletak di sebelah timur Kabupaten
Gianyar . Dengan luas lahan 4,52 km2 dan mempunyai jumlah penduduk 4.156 jiwa.
Informasi tentang desa merupakan hal yang penting untuk memberikan informasi kepada
masyarakat. Bagi masyarakat, biasanya informasi mengenai desa didapatkan pada saat ada
kegiatan desa. Namun walaupun telah mengikuti kegiatan tersebut tetapi masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui secara detail mengenai desanya sendiri.
Masyarakat banyak yang kesulitan dalam mengetahui informasi tentang program
serta prosedur layanan yang ada didesa. Ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi yang
diadakan oleh desa terutama bagi masyarakat yang pekerjaannya petani. Informasi yang
tersusun dengan rapi dan baik akan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi
mengenai desa. Desa Keliki memiliki jaringan wifi yang bisa digunakan untuk mendukung
kinerja desa. Dengan adanya jaringan desa ini dapat dijadikan sebagai media informasi bagi
Desa Keliki. Maka dari itu penulis membuat sistem informasi desa 2 sebagai media sarana
untuk memudahkan masyarakat dalam mengetahui layanan serta informasi desa.
Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan adanya sebuah aplikasi dimana aplikasi ini
memuat tentang profil desa yang berisi data Desa Keliki, informasi terbaru, serta surat
menyurat yang ada di Desa Keliki Tegallalang.

1.2 KEPENDUDUKAN

Keputusan Menteri Dalam Negeri No 54 tentang Kependudukan Pedoman


Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk yang dijelaskan diantaranya:
a) Penduduk, adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing
(WNA) pemegang ijin tinggal tetap di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
atau semua orang yang berdomisili di desa
tersebut selama enam bulan lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan menetap.
b) Keluarga, merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai hubungan
darah dan orang lain yang tinggal dalam satu rumah atau bangunan yang terdaftar
dalam kartu keluarga.
6
C) Kepala Keluarga, laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, janda ataug duda
yang mengepalai satu keluarga yang anggotanya terdiri dari istri atau suami dan anak-
anak.
d) Anggota Keluarga, mereka yang tercantum dalam satu kartu keluarga dua orang
atau lebih dan salah satu ada yang menjadi kepala keluarga.
e) Dinamika Kependudukan
1) Kelahiran, merupakan proses penambahan jumlah penduduk yang diakibatkan
oleh hal dari suatu perkawinan.
2) Kematian, merupakan proses yang diakibatkan oleh meninggalnya penduduk.

f) Migrasi, atau pindah terbagi menjadi dua pengertian


1) Warga masuk, merupakan proses penambahan penduduk yang berasal dari satu
tempat ke tempat lain.
2) Warga keluar, merupakan proses pengurangan penduduk yang keluar atau pindah
dari s atu tempat ke tempat lain.

g) Identitas Kependudukan
1) Nomor Induk Kependudukan (NIK), merupakan nomor identitas yang diberikan
kepada setiap penduduk di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada saat
yang bersangkutan didaftar sebagai penduduk. Setiap penduduk hanya diberikan satu
nomor induk kependudukan yang berlaku seumur hidup.
2) Kartu Tanda Penduduk (KTP), merupakan tanda bukti bagi setiap penduduk yang
sudah berumur 17 tahun atau telah menikah yang terdaftar diwilayah pemerintahan.
(Paryanta, 2017)

2.3 KEPALA DESA


kepala desa dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
Berkenaan dengan pelaksanaan keuangan desa, UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
menyatakan bahwa kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa
yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh perangkat desa. Keuangan desa yang tercermin
dalam APB Desa menunjukkan adanya kewenangan pemerintah desa dalam membiayai
kegiatan pemerintahan. Setiap tahun, kepala desa menetapkan ABP Desa melalui
musyawarah bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

7
APB Desa disusun oleh sekretaris desa berdasarkan pada Rencana Kerja
Pembangunan Desa (RKP Desa). APB Desa merupakan rencana keuangan, terdiri dari bagian
pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa. Pengelolaan keuangan desa merupakan
konsekuensi adanya otonomi desa. Pengelolaan keuangan desa memerlukan
keberadaan dan kelengkapan perangkat desa. Berdasarkan Permendagri No. 37 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, posisi kepala desa dan sekretaris desa harus
diisi oleh masing-masing satu orang. Namun, keberadaan sekretaris desa sebagai pembantu
utama kepala desa dalam pengelolaan keuangan desa belum semuanya terisi (Tabel 2). Antara
tahun 2011-2013, formasi sekretaris desa di seluruh Indonesia yang sudah terisi rata rata
sebesar 90,83 persen . (Abidin, 2015)

2.4 Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)


Pada zaman sekarang bahwa biaya untuk keperluan sehari-hari semakin hari semakin
meningkat. Meningkatnya biaya tersebut dapat menyulitkan sebagian masyarakat yang
ekonominya rendah atau sering disebut kategori keluarga miskin. SKTM adalah surat yang
dikeluarkan oleh pihak Desa/ Kelurahan bagi masyarakat miskin. SKTM ini berguna untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan gratis di RS yang ada di sekitar daerah yang
memang melayani SKTM. Selain itu SKTM juga dapat dipergunakan untuk mendapat
keringanan biaya pendidikan dan keperluan lain yang memang membutuhkan SKTM.
Untuk mendapatkan SKTM ini, masyarakat harus memenuhi beberapa syarat.
Pertama, masyarakat yang bisa memperoleh SKTM adalah mereka yang benar- benar
dikategorikan keluarga tidak mampu. Selain itu, alamat yang tertera di KTP harus sesuai
dengan domisili keluarga yang bersangkutan. Sementara untuk mendapatkan SKTM,
keluarga miskin harus menyiapkan Kartu Keluarga (KK) fotocopy serta Kartu Tanda
Penduduk (KTP) fotocopy. Lalu, kedua dokumen tersebut dibawa ke kantor kepala desa
untuk meminta surat pengantar tidak mampu, kemudian dibawa ke kantor camat dengan
membawa surat tambahan lagi seperti surat pengantar dari desa, fotocopy Kartu Keluarga,
fotocopy KTP, fotocopy rekening listrik dan kemudian jika untuk yang berprestasi
tambahannya fotocopy raport.
Setelah itu, jika data-data sudah lengkap maka akan ditandatangani oleh camat. Lalu
setelah itu dibawak ke lembaga yang bersangkutan untuk mendapatkan keringanan biaya.
SKTM ini bukanlah merupakan suatu bentuk produk hukum, namun hanya bersifat pengantar
dari lurah yang selanjutnya diketahui oleh camat yang digunakan untuk membantu
masyarakat dalam memenuhi admnistrasinya, seperti mendapatkan beasiswa bidik misi,
pelayanan rumah sakit dan kebutuhankebutuhan lainnya. SKTM dari Kecamatan merupakan
salah satu persyaratan yang mutlak bagi masyarakat yang kurang mampu untuk menerima
berbagai subsidi dari pemerintah.

8
Seperti bantuan untuk mendapatkan bantuan pembiayaan pelayanan kesehatan,
pendidikan, serta lainnya. Namun, tidak dipungkiri masih adanya penggunaan SKTM yang
tidak tepat sasaran walaupun sebagian dari kecil masyarakat yang mengurus SKTM sehingga
hak orang miskin atau kurang mampu masih dipakai oleh orang-orang yang tergolong mampu
bahkan sangat mampu Upaya untuk mendapatkan SKTM tersebut sebelumnya diterbitkan,
sebelumnya harus ada data dari Rukun Tetangga (RT) setempat. Baru setelah itu bisa
diterbitkan kepada masyarakat.
Beragam persyaratan tentang prosedur SKTM, tidak bertujuan untuk mempersulit
masyarakat miskin mendapatkan pelayanan kesehatan maupun untuk persyaratan lainnya.
Proseduralnya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan penggunaan SKTM oleh
masyarakat yang mampu secara ekonomi, khususnya di wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Untuk pembuatan SKTM sendiri tidak ada dipungut biaya melainkan gratis dan memenuhi
kriteria atau termasuk golongan kurang mampu. Selanjutnya, SKTM juga dikeluarkan oleh
pihak kecamatan bagi keluarga miskin (GAKIN). SKTM ini berguna untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan gratis di rumah sakit yang memang melayani SKTM/ Gakin.
Memang ada beberapa warga yang memang mampu dan memiliki penghasilan cukup,
ternyata masih membutuhkan SKTM padahal untuk persyaratan masuk kategori tidak mampu
dan alamat KTP harus sesuai dengan domisili.
SKTM hanya akan diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu dan pendataan
masyarakat yang kurang mampundiawali oleh Kepala Lingkungan masing-masing, sejauh ini
dan selama ini pelayanan SKTM di Kantor DesaKeliki Tegalallang Gianyar, berjalan cukup
baik karena masyarakat mengikuti prosedur yang ada serta kepala lingkungan yang cermat
dalam memberikan surat keterangan bagi masyarakat yang benar benar tidak mampu.
Pemberian SKTM kepada masyarakat yang mampu bukan karena adanya hubungan
kekeluargaan dan sebagainya, namun ada beberapa masyarakat yang memohon pemberian
SKTM untuk keperluan pendidikan anak di Perguruan Tinggi untuk mendapatkan beasiswa
berprestasi. Kepala seksi Kesejahteraan Sosial ibu Dewi Kurniawati , beliau mengungkapkan
beberapa persyaratan cara pembuatan SKTM, diantaranya dokumen yang harus dibawa yaitu
Kartu Keluarga (KK) asli dan fotocopy, Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli dan fotocopy,
Surat Keterangan dari desa, Rekening Listrik asli dan fotocopy dan materai 10.000 .
(Suprihniati, 2014)

9
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M. Z. (2015). Tinjauan Atas Pelaksanaan Keuangan Desa Dalam Mendukung Kebijakan Dana
Desa . Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 1-16.

Muhamad Fitri Rahmadi, A. T. (2020 ). Pelayanan Publik. Pelayanan Publik , 1-221.

Paryanta, S. S. (2017). Sistim Informasi Administrasi Kependudukan Berbasis Web . Jurnal On Soft
Ware Engineering, 1-5.

Sibyan. (2020). Kepengurusan SKTM ( Surat Keterangan Tidak Mampu ). Pelayanan Publik, 1-4.

Suprihniati. (2014). Prosedur Pelayanan Penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu . Jurnal Ilmu
Administrasi, 1-6.

10

Anda mungkin juga menyukai