Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN

BERBASIS E-SAMSAT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB


PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
(STUDI KASUS PADA KANTOR SAMSAT KOTA BANJAR)

USULAN PENELITIAN

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar Usulan Penelitian


pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :

IMAN ROHIMAN
NPM : 6520117014

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP)
BINA PUTERA BANJAR
BANJAR
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN


BERBASIS E-SAMSAT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
(STUDI KASUS PADA KANTOR SAMSAT KOTA BANJAR)

USULAN PENELITIAN

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar Usulan Penelitian


pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh :

IMAN ROHIMAN
NPM : 6520117014

Banjar, Januari 2021

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Tina Cahya Mulyatin, S.IP., M.Si Mira Andriani, S.IP., M.Si


NIDN : 0414087903 NIDN : 0416048604

Mengetahui

Ketua Program Studi


Ilmu Pemerintahan

Ririn Yulianti, S.IP., M.Si.


NIDN : 0428079003
KATA PENGANTAR

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan Usulan Penelitian ini.

Dengan segenap kemampuan yang dimiliki, peneliti telah berusaha

semaksimal mungkin untuk menyusun Usulan Penelitian dengan sebaik -baiknya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Usulan Penelitian ini masih jauh

dari sempurna.

Usulan Penelitian ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak, maka

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih sedalam - dalamnya

kepada :

1. Yth. Ibu Tina Cahya Mulyatin, S.IP., M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang

telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.

2. Yth. Ibu Mira Andriyani, S.IP., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.

3. Yth. Ibu Ririn Yulianti, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

STISIP Bina Putera Banjar yang telah bersedia untuk memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.

4. Para Dosen pengajar di lingkungan STISIP Bina Putera Banjar yang telah

membekali berbagai pengetahuan sehingga peneliti mampu menyelesaikan

penulisan Usulan Penelitian ini.

i
5. Yang saya cintai dan saya banggakan kedua orang tua saya, istri dan anak –

anak saya tercinta serta teman - teman seperjuangan yang telah banyak

mendukung baik moril maupun materil, selama peneliti kuliah di STISIP Bina

Putera Banjar.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan pada

peneliti sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Usulan Penelitian ini.

Banjar, Januari 2021

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 11
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................ 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN


HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka.......................................................................... 15
2.1.1. Penelitian Terdahulu .................................................... 15
2.1.2. Landasan Teori ............................................................ 17
2.2. Kerangka Pemikiran ................................................................ 55
2.3. Hipotesis .................................................................................. 57

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 59
3.2. Operasionalisasi Variabel ........................................................ 59
3.3. Paradigma Penelitian ............................................................... 65
3.4. Teknik Penentuan Sampel ...................................................... 67
3.4.1. Populasi ......................................................................... 67
3.4.2. Sampel ........................................................................... 67
3.5. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 68
3.6. Alat Pengukur Data ................................................................ 74
3.6.1. Sumber dan Jenis Data ................................................... 74
3.6.2. Skala Pengukuran ........................................................... 75
3.6.3. Transformasi Data .......................................................... 76

iii
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 78
3.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas / Uji Asumsi .................... 78
3.7.2. Teknik Statistik .............................................................. 81
3.8. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 87
3.8.1. Tempat Penelitian .......................................................... 87
3.8.2. Waktu Penelitian ............................................................ 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Memahami arti penting dalam penyediaan layanan publik, layanan yang

berkualitas bagi masyarakat dan perbaikan mutu pelayanan merupakan suatu upaya

untuk meningkatkan potensi sosial ekonomi masyarakat, serta mengembalikan

kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang semakin berkurang. Pelayanan

publik adalah isu yang sangat strategis dan penting karena sebagai tempat berinteraksi

antara pemerintah dan warganya, dimana warga rela membayar pajak dan

memberikan kepercayaan berupa mandat kepada pemerintah untuk menggunakan

pajak tersebut guna melayani kebutuhannya dalam rangka mewujudkan

kesejahteraaan masyarakat. Hal tersebut menjadikan pemberian pelayanan publik

seperti pelayanan perpajak di daerah yang bermutu, cepat serta berkualitas kepada

masyarakat menjadi semakin penting untuk dilakukan.

Penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang

digunakan dalam pembiayaan dan pembangunan. Peran sektor perpajakan bagi

pendapatan negara saat ini cukup besar, dilihat dari perkembangan pendapatan negara

dari sektor ini cukup besar. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan

kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakatnya, Artinya besaran

penerimaan pajak mengikuti perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat

saat itu.

1
2

Pengalokasian anggaran dan penerimaan dari masyarakat dibedakan menjadi

penerimaan pusat dan penerimaan daerah. Semenjak diberlakukannya era otonomi

daerah di Indonesia pada 1 Januari 2001 yang menghendaki daerah untuk berkreasi

dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah

dan pembangunan. Dengan adanya hal tersebut setiap daerah memiliki hak dan

kewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada

masyarakat. Dalam melaksanakan tugas baik dalam pemerintahan maupun

pembangunan infrastruktur, pemerintah daerah senantiasa memerlukan penerimaan

yang dapat diandalkan.

Kebutuhan penerimaan daerah tersebut semakin dirasakan oleh daerah

terutama sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia. Dengan adanya

otonomi, daerah dipacu untuk lebih berkreasi mencari sumber penerimaan daerah

yang dapat mendukung pembiayaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternatif

sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah.

Pajak daerah menjadi salah satu penerimaan utama bagi pemerintah daerah

sekarang ini. Pemberlakuan Undang-Undang tentang pemerintah daerah menetapkan

pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari

daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-

masing. Sejalan dengan pajak pusat, pajak daerah memiliki peranan yang dominan

dalam penerimaan pemerintah daerah yang tujuannya untuk meningkatkan

pembangunan daerah seperti fasilitas publik dan pengeluaran pemerintah daerah.


3

Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah tingkat I (Pajak

Provinsi) maupun daerah tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota) dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 91 Tahun 2010 Tentang jenis

pajak daerah yang dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri

oleh wajib pajak. Pada pasal 2 point 1 pajak terdiri atas; (a) Pajak Provinsi dan (b)

Pajak Kabupaten/Kota. Jenis pajak yang masuk ke dalam Pajak Provinsi adalah:

Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air dan Permukaan, Pajak Rokok.

Sedangkan untuk pajak yang masuk ke dalam Pajak Kabupaten/Kota adalah:

Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak

Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Melalui peraturan pemerintah tersebut jelas telah terbagi antara pajak yang

dipungut oleh pemerintah daerah dengan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.

Pengaturan mengenai pajak daerah ini juga tertuang dalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang isinya mengenai

pembagian pajak yang harus dipungut oleh pemerintah daerah terbagi menjadi Pajak

Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.

Salah satu komponen dari pajak daerah ialah pajak kendaraan bermotor, pajak

yang dibayarkan setiap tahun oleh wajib pajak kendaraan bermotor ini merupakan
4

penyumbang terbesar dalam penerimaan pajak daerah. Besarnya sumbangsih yang

diberikan ini sesuai keadaan di masyarakat bahwa jumlah kendaraan bermotor

meningkat setiap tahunnya yang otomatis membuat wajib pajak kendaraan bermotor

ini juga meningkat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena dan dinamika Pertumbuhan jumlah

kendaraan yang pesat akan menyebabkan meningkatnya aktivitas serta mobilitas

penduduk di suatu daerah. Masyarakat yang menduduki suatu daerah atau perkotaan

sangat rentan terkena imbas dari peningkatan jumlah kendaraan, hal tersebut

merupakan hal yang krusial dan akan berdampak pada peningkatan volume

kendaraan di jalanan yang akan menyebabkan kemacetan. Dampak dari

meningkatnya jumlah kendaraan tentu membuat peningkatan arus lalu lintas di

perkotaan khususnya transportasi menjadi meningkat sehingga bila disadari akan

memberikan dampak yang signifikan bagi suatu daerah dan memicu ketidakteraturan

serta kepadatan dan membuat mobilitas masyarakat terhambat.

Tercatat pada Kantor SAMSAT Kota Banjar terjadi peningkatan jumlah wajib

pajak yang mendaftarkan pajak kendaraanya setiap tahun, namun masih terdapat

masalah dalam pembayaran pajak kendaraannya. Berdasarkan hasil penelitian awal

yang diperoleh peneliti, jumlah kendaraan yang terdaftar di Samsat Kota Banjar pada

tahun 2020 adalah sebanyak 76.128 unit, yang terdiri dari roda 2 (R2) sebanyak

59.464 unit dan roda 4 (R4) sebanyak 16.664 unit.

Dari data kendaraan yang terdaftar dalam kantor SAMSAT Kota Banjar

jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun selama lima tahun belakangan ini. Dari data
5

awal penelitian di peroleh keterangan dari Samsat Kota Banjar bahwa tingkat

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Banjar masih terbilang rendah.

Walaupun jika dlihat setiap tahunnya penerimaan pajaknya meningkat, tetapi jumlah

wajib pajak yang membayar dengan yang terdaftar tidak sebanding.

Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu bentuk kesedian pemenuhan

kewajiban wajib pajak sesuai dengan aturan yang berlaku. Kesadaran dan kepatuhan

masyarakat akan peraturan perpajakan tentunya akan berimbas pada peningkatan

penerimaan pajak, khususnya pajak daerah. Kepatuhan wajib pajak dapat

diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk

menyetorkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan

pembayaran tunggakan. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, peningkatan

kesadaran dan kepatuhan wajib pajak serta perbaikan-perbaikan dan perubahan

mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi

perpajakan.

Reformasi perpajakan di Indonesia diawali dengan perubahan mendasar

mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakannya. Reformasi Pajak

(Tax Reform) di Indonesia dari sisi kebijakan (tax policy reform) telah dilakukan

sejak tahun 1983 (33 tahun yang lalu), dengan terbitnya lima undang-undang, yaitu

Undang-Undang (UU) Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (KUP), UU No 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh) dan UU

No 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak
6

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), UU No 12 Tahun 1985 Tentang Pajak

Bumi dan Bangungan (PBB) dan UU No 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai.

Kelima UU tersebut mengganti beberapa jenis pajak yang berlaku di

Indonesia yang dibuat sejak zaman penjajahan Belanda. Tahun 1997 dikeluarkannya

serangkaian UU baru, melengkapi UU yang telah ada, yaitu UU No 17 Tahun 1997

tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak, UU No 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, UU No 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dan

Surat Paksa, UU No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan UU

No 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan. Dilanjutkan

reformasi ini pada tahun 1994, 1997, 2000, 2007, 2008 dengan menerbitkan UU baru

namun hanya untuk mengganti atau menyempurnakan UU yang sudah ada. Tujuan

dari diadakannya reformasi perpajakan ini adalah untuk lebih menegakkan

kemandirian masyarakat dalam membiayai berbagai pembangunan yang akan

berlangsung. Kegiatan reformasi perpajakan yang dijalankan oleh Direktorat Jendral

Pajak sampai saat ini masih terus dilakukan.

Program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan dapat diwujudkan

dengan penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus

antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap

wajib pajak melalui pembentukan Account Representative dan Complainment Center

untuk menampung keberatan wajib pajak. Hal lain yang perlu diketahui adalah sistem

administrasi perpajakan modern juga mengadopsi kemajuan teknologi terbaru di


7

antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan

pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT).

Diterapkannya Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) tersebut

sebagai bentuk inovasi teknologi yang di lakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sejalan dengan DJP, Dinas Pendapatan Daerah

sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengelola pajak

daerah melakukan inovasi teknologi dengan menciptakan berbagai macam sistem

diantaranya penerapan online sistem yang dimulai pada awal tahun 2010 yaitu Samsat

Online yang bertujuan meningkatkan mutu pelayanan publik, khususnya pada

pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Untuk wilayah Jawa Barat

sistem samsat online diatur oleh Badan Pajak dan Retribusi Daerah. Perluasan dari

sistem Samsat Online ini ialah pada tahun 2016 Gubernur Jawa Barat meluncurkan e-

Samsat yakni alternatif layanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),

pembayaran SWDKLLJ (Asuransi Jasa Raharja) dan Pengesahan STNK Tahunan

secara elektronik melalui channel Bank (ATM, Mobile Banking, dan Internet

Bangking). Latar belakang dibuatnya e-Samsat adalah adanya Peraturan Presiden

nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu

Atap Kendaraan Bermotor.

Dalam Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2016 Tentang perubahan kedua

atas Peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 33 Tahun 2013 tentang petunjuk

pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 tentang
8

pajak daerah untuk jenis pungutan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama

kendaraan bermotor Pasal 18 Ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:

1. Pembayaran PKB dapat dilakukan di Kantor Bersama Samsat, Samsat Outlet,

Samsat Drive Thru, Samsat Keliling, Samsat Elektronik (E-Samsat) dan/atau

tempat lainnya yang ditentukan oleh Dinas.

2. Pembayaran PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan secara

tunai atau melalui transaksi elektronik

Menurut salah satu wajib pajak pengguna e-Samsat di SAMSAT Kota Banjar,

administrasi yang dilakukan sebelum e-Samsat ialah pembayaran secara manual yang

sampai sekarang pun masih tetap berlangsung, kelebihan dari e-Samsat ini

pembayaran pajak tidak perlu mendaftar bisa langsung membayar lewat bank atau

ATM dengan syarat nama di Surat Tanda Nomor Kendaraan dan ATM sama. Bukti

pembayaran tersebut bisa langsung dibawa ke SAMSAT dan langsung ditukarkan di

counter e-Samsat yang telah disediakan jadi tidak perlu mengantri seperti

pembayaran manual atau sebelum e-Samsat. pembayaran e-Samsat ini hanya berlaku

untuk perorangan tidak untuk badan dan juga tidak berlaku untuk kendaraan yang

sudah mengalami keterlambatan pembayaran atau penunggakan.

Pembaharuan sistem ini harus dibarengi dengan sosialisasi yang dilakukan.

Sejauh ini penyampaian informasi melalui website Badan Pajak dan Retribusi Daerah

mengenai pembaharuan sistem e-Samsat dan juga melalui media cetak diharapkan

penyampaian informasinya bisa menjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat di

wilayah Jawa Barat, terkhusus Kota Banjar. Di era globalisasi seperti sekarang ini
9

wajib pajak memiliki waktu response yang cepat terhadap berbagai informasi. Wajib

pajak membutuhkan proses penyampaian informasi yang baik, cepat dan murah.

Sosialisasi yang dilakukan harus dibarengi dengan kepahaman mengenai ketentuan-

ketentuannya, dalam hal ini harus adanya kualitas pelayanan yang baik dalam proses

pembayaran melalui dijelaskannya secara rinci mengenai akses dan fasilitas yang

memudahkan bagi para wajib pajak.

Proses sosialisasi sangat diperlukan, dengan adanya sosialisasi diharapkan

kepatuhan wajib pajak dapat timbul dari wajib pajak. Menurut Rohmawati dan

Rasmini dalam Srihadi, sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya Direktorat

Jendal Pajak khususnya kantor pelayanan pajak untuk memberikan pengertian,

informasi, dan pembinaan kepada masyarakat mengenai segala seuatau yang

berhubungan dengan perpajakan dan perundang-undangan perpajakan. Dalam

penelitiannya dibuktikan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh secara spasial

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Soreang. Artinya

diperlukan sosialisasi yang jelas agar para wajib pajak mengetahui dan memahami

mengenai kewajiban perpajakannya.

Untuk itu juga pelaksanaan administrasi perpajakan modern ini juga harus

dibarengi dengan kualitas pelayanan yang diberikan. Sistem Administrasi Manunggal

di bawah Satu Atap (SAMSAT) sebagai salah satu instansi pemerintah juga harus

mengikuti perubahan orientasi tersebut dan harus memfasilitasi para wajib pajak

dengan pelayanan yang diberikan beserta juga penyampaian informasi mengenai


10

proses pembayaran dan besaran persentase kenaikan dan penurunan Pajak Kendaraan

Bermotor agar tingkat kepatuhan wajib pajak bisa ditingkatkan.

Badan Pajak dan Retribusi Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai instansi yang

mengurusi pajak daerah Provinsi Jawa Barat, pada kenyataannya dalam pelaksanaan

administrasi perpajakan daerahnya belum mencapai tingkat optimal. Hal ini

ditunjukan dengan ribuan kendaraan belum mendaftar ulang atau belum membayar

pajak tahunan. Diperkirakan 5.000 kendaraan bermotor di wilayah Kota Banjar belum

membayar pajak. Kendaraan yang belum membayar pajak sebagian besar adalah

sepeda motor karena tidak maupun belum melakukan daftar ulang

(https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/04/12/5000-pemilik-sepeda-otor-

di-kota-banjar-tunggak-pajak-366547). Masalah tunggakan pajak tersebut

membuktikan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak masih rendah.

Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam penerimaan pajak kendaraan

bermotor tersebut yang masih mengalami tunggakan sampai triliunan rupiah, serta

juga jumlah kendaraan bermotor terdaftar dengan jumlah pajak yang dibayarkan nya

tidak sesuai, meskipun Badan Pajak dan Retribusi Daerah telah melakukan inovasi

sejalan dengan reformasi administrasi perpajakan yakni dengan sistem administrasi

pajak yang modern seperti lewat e-Samsat maka penulis tertarik untuk mencari tahu

lebih mendalam mengapa permasalahan tersebut bisa terjadi.

Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT) Kota Banjar

adalah institusi pemerintah yang berada di bawah naungan Badan Pajak dan Retribusi

Daerah yang menjadi pusat pelayanan untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor
11

khusus bagi wilayah Kota Banjar. Berdasarkan data sebelumnya bahwa di kantor

SAMSAT ini tingkat kepatuhan wajib pajaknya masih rendah dan masih kurangnya

sosialisasi mengenai kententuan pelaksanaan system perpajakan samsat online

Penulis ingin mencari tahu apakah di dalam penerapannya, sistem administrasi

perpajakan modern yakni e-Samsat telah efektif untuk mengurangi ketidakpatuhan

para wajib pajak kendaraan bermotor dan sejauh mana pengetahuan para wajib pajak

mengenai sistem administrasi perpajakan modern ini. Maka dari itu berdasarkan latar

belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul : “Pengaruh

Sistem Administrasi Perpajakan Modern Berbasis e-Samsat Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Kendaraan Bermotor” (Studi Kasus Pada Kantor Samsat Kota Banjar)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sistem administrasi perpajakan modern berbasis e-Samsat di Samsat

Kota Banjar?

2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Samsat Kota Banjar?

3. Seberapa besar pengaruh yang diberikan sistem administrasi perpajakan

modern berbasis e-Samsat terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

di Samsat Kota Banjar?


12

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah peneliti rumuskan, maka penelitian ini

bertujuan untuk;

1. Mengetahui serta menganalisis sistem administrasi perpajakan modern berbasis

e-Samsat di Samsat Kota Banjar.

2. Mengetahui serta menganalisis kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di

Samsat Kota Banjar.

3. Melihat seberapa besar pengaruh yang diberikan sistem administrasi perpajakan

modern berbasis e-Samsat terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait

yaitu:

1. Kegunaan teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian

dan teori-teori yang berkaitan dengan perpajakan lewat pemanfaatan teknologi

dalam proses penerimaan pajak. Menguatkan kebijakan pemerintah dalam

upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan kemudahan akses dan

fasilitas, Sehingga penerimaan pajak di Indonesia dapat ditingkatkan. Terutama

dalam penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.


13

2. Kegunaan praktis :

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai sistem administrasi perpajakan modern dengan kepatuhan wajib

pajak kendaraan bermotor serta menjadi pedoman untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

b. Bagi pembaca

Penelitian ini dharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi

penelitian sejenis, sehingga pengembangan ilmu perpajakan dapat

bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan.

c. Bagi Instansi terkait

1) Badan Pajak dan Retribusi Daerah Jawa Barat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat

bagi Badan Pajak dan Retribusi Daerah Jawa Barat untuk upaya

peningkatan layanan dan menjadi pertimbangan dalam perbaikan serta

menentukan kebijakan-kebijakan yang akan dibuat bersama Pemprov

Jawa Barat untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah, terkhusus

untuk pajak kendaraan bermotor.

2) Dinas Pelayanan Pajak

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat

bagi Dinas Pelayanan Pajak dan gambaran mengenai persepsi wajib pajak

tentang sosialisi, kualitas layanan dan penggunaan teknologi informasi


14

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam rangka upaya

peningkatan penerimaan pajak daerah, terutama Pajak Kendaraan

Bermotor

3) Samsat Kota Banjar

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat

bagi kantor Samsat Kota Banjar dalam upaya peningkatan kualitas

layanan agar dapat meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor

serta memahami faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

memenuhi kewajiban pajaknya.

d. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan

pengetahuan untuk masyarakat yang khususnya menjadi wajib pajak agar

bisa mengetahui sistem administrasi pajak berbasis online dan bisa

mempengaruhi kepatuhananya dalam memenuhi kewajiban pajak


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitan Terdahulu

Sebagai bahan masukan dalam penelitian ini, penulis mengambil kajian-kajian

sebelumnya berupa penelitian berbentuk skripsi dan jurnal mengenai pengaruh sistem

administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak. antara lain ;

Feisal Arif Taruna Nugraha (Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas

Widyatama pada) tahun 2015 dengan judul penelitian “Pengaruh Sistem Administrasi

Perpajakan Modern dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Pada Cabang Pelayanan Dinas

Pendapatan Daerah Prov. Wil. Kota Bandung III Soekarno Hatta). Dalam penelitian

Feisal ini, masalah yang dikaji ialah proses pelayanan pembayaran pajak kendaraan

bermotor yang belum optimal dan juga kurangnya kepatuhan wajib pajak karena

sanksi administrasi belum sepenuhnya berjalan. Metode dalam penelitian ini adalah

kuantitatif dengan analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil

penelitian menunjukkan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan dan memiliki

hubungan yang kuat terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, dengan

begitu kedua variable tersebut menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak kendaraan bermotor. Pengaruh variabel tersebut menunjukkan pengaruh

15
16

sebesar 76,2% sedangkan 23,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti

pada penelitian ini.

Nonik Faradila Hastanti (Skripsi. Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Dian

Nuswantoro. Semarang) pada tahun 2016 dengan judul penelitian “Pengaruh

Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(Survey Terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat). Dalam

penelitian ini masalah yang dikaji adalah masih banyak wajib pajak yang terlambat

dan tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) dan penulis ingin melihat

apakah penerapan system administrasi perpajakan modern terlah mampu membantu

mengurangi ketidakpatuhan wajib pajak. Metode penelitian yang digunakan adalah

kuantitatif dengan analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan dari variabel strategi organisasi, kualitas pelayanan,

fasilitas layanan dengan teknologi informasi dan kode etik. Terdapat pengaruh

variabel kualitas layanan dan kode etik dengan taraf signifikansi didapat sebesar

0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Maka dikatakan kualitas layanan dan kode

etik mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan kewajiban

perpajakannya.

I Wayan Sugi A. dan Ni Ketut Lely A.M (Skripsi. Program Studi Akuntansi

(PSA) Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali) pada tahun 2017 dengan

penelitian berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern

dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak”. Masalah yang dikaji ialah

ketidakstabilan yang terjadi pada tingkat kepatuhan wajib pajak, sehingga penulis
17

tertarik mengkaji faktor apa yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Metode

dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis data menggunakan regresi

linear berganda. Dalam penelitian ini menunjukan hasil variabel struktur organisasi,

proses bisnis dan teknologi informasi serta komunikasi, manajemen sumber daya

manuasi dan pelasanaan good governance dalam sistem administrasi perpajakan

modern berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP

Pratama Gianyar.

2.1.2 Landasan Teori

Dalam landasan teori ini berisi penjelasan teori, yakni mengenai Sistem

Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak yang menjadi landasan

pembuatan penelitian

2.1.2.1 . Sistem Administrasi Perpajakan

1 . Perpajakan

a. Definisi Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang selalu

mengalami peningkatan pendapatannya dari tahun ke tahun. Pajak juga dapat

diartikan sebagai sumber dana pembiayaan dari sebuah negara yang berfungsi

mengatasi masalah-masalah seperti masalah sosial, peningkatan kesejahteraan

masyarakat, kemakmuran serta menjadi penghubung pemerintah dengan warga

negaranya. Banyak para ahli yang telah mengemukakan mengenai pengertian dari

pajak, satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan
18

pengertian pajak agar mudah dipahami. Untuk lebih jelasnya penulis

mengemukakan definisi mengenai pengertian pajak yang dikemukakan oleh

beberapa ahli dalam bidang perpajakan antara lain:

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, Pajak adalah ”iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 1 pengertian pajak

yaitu :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat”

Dari beberapa pengertian mengenai perpajakan di atas, dapat di simpulkan

bahwa pajak adalah iuran wajib yang dibebankan oleh seluruh masyarakat yang

menjadi Wajib Pajak yang pungutannya bersifat memaksa dan digunakan untuk

pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa ciri yang

melekat pada pajak, yakni:

1. Iuran wajib dari rakyat kepada Negara

2. Dipungut oleh pemerintah berdasarkan dengan undang-undang yang berlaku

dan sifatnya memaksa


19

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontra-prestasi dari Negara secara langsung

dapat dituntut

4. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara yang bertujuan

untuk kesejahteraan rakyat.

b. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak

dari berbagai definisi, terdapat dua fungsi pajak yang sangat melekat dalam sistem

perpajakan yaitu:

1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2) Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di

bidang sosial dan ekonomi.

Selain dua fungsi pajak yang dikemukakan oleh Waluyo, Menurut Nurdin

Hidayat dan Dedi Purwana dalam bukunya terdapat dua fungsi pajak yang lain

yaitu:

1) Fungsi Pendistribusian Pendapatan (Redistribusi)

Fungsi ini menekankan pada tujuan untuk membuat masyarakat sejahtera.

Fungsi ini dilakukan dengan membuat berbagai kegiatan yang dapat membuat

masyarakat memiliki penghasilan atas pekerjaannya.


20

2) Fungsi Stabilitas

Fungsi ini lebih menitikberatkan pada upaya untuk membuat kestabilan negara.

Kestabilan ini berkaitan dengan mengurangi keresahan yang dialami oleh

masyarakat. salah satu cara untuk kestabilan negara, dapat dilakukan dengan

pengalokasian pembiayaan kepada daerah melalui alokasi khusus daerah.

Secara umum fungsi pajak yang selama ini diterapkan ialah memang untuk

penerimaan (budgeter) dan pengatur (reguler). Selain kedua fungsi utama tersebut

sesungguhnya pajak juga berfungsi sebagai stabilitator yakni untuk menstabilkan

keadaan perekonomian suatu negara dan pendistribusian, artinya pajak yang telah

diterima tersebut bisa digunakan untuk tujuan pemerataan bagi kesejahteraan

rakyat. Dua fungsi pajak ini merupakan perluasan dari dua fungsi utama yang

selama ini diketahui oleh masyarakat umum.

c. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga

pemungutnya.

1) Menurut Golongan

Pajak dikelopokkan menjadi dua, yaitu:

a) Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak

dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
21

b) Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain atau pihak ketiga.

2) Menurut Sifat

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a) Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau

pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya

b) Pajak Objektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya

kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek

Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

3) Menurut Lembaga Pemungut

a) Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga negara pada umumnya.

b) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak

provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.


22

d. Tata Cara Pemungutan Pajak

1) Sistem Pemungutan Pajak

Hingga saat ini ada tiga sistem yang diaplikasikan dalam pemungutan pajak,

yaitu:

a) Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

untuk menentukan sendiri pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

b) Self Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam

menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

c) With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

Pajak sesuai dengan peraturan perundang- undangan perpajakan yang

berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-

undangan perpajakan.

2) Asas Pemungutan Pajak

Dalam penerapannya terdapat tiga asas pemungutan pajak yaitu:

a) Asas Domisili
23

Asas bahwa pajak dibebankan pada pihak yang tinggal dan berada di

wilayah suatu negara tanpa memperhatikan sumber atau asal objek pajak

yang diperoleh atau diterima Wajib Pajak

b) Asas Sumber

Asas bahwa pembebanan pajak oleh negara hanya terdapat objek pajak yang

bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya tanpa memperhatikan

tempat tinggal Wajib Pajak.

c) Asas Kebangsaan

Asas bahwa status kewarganegaraan seseorang menentukan pembebanan

pajak terhadapnya. Perlakuan perpajakan antara Warga Negara Indonesia

dan Warga Negara Asing itu berbeda.

3) Stelsel Pajak

Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, adalah sebagai

berikut:

a) Stelsel Nyata (riil stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga

pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah

penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stelsel ini

adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak

baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui)
24

b) Stelsel Anggapan (fictive stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-

undang. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama tahun

berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak

yang dibayarkan tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c) Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasakan suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang

sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada

pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah

kekurangannya. Sebaliknya apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat

diminta kembali.

e. Tarif Pajak

Pungutan pajak tidak terlepas dari keadilan. Dengan keadilan dapat

menciptakan keseimbangan sosial yang sangat penting untuk kesejahteraan

masyarakat. dalam penetapan tarif harus mendasarkan pada keadilan. Dalam

perhitungan pajak yang terutang digunakan tariff pajak. Tarif pajak adalah tarif

untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya

tarif pajak dapat dinyatakan dalam presentase. Secara umum, dikenal empat jenis

tariff perpajakan, yaitu:


25

1) Tarif Proporsional

Tarif berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai

pajak sehingga besarnya pajak yang tertuang proporsional terhadap besarnya

nilai yang dikenai pajak

Contoh : Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan

dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%

2) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai

pajak sehingga besarnya pajak tertuang tetap.

Contoh : besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai

normal berapapun adalah Rp. 1.000,00.

Dalam peraturan terbaru mengenai tarif pajak pada pasal 17 Undang-Undang

tentang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha

tetap adalah sebesar 28% (dua puluh persen). Artinya besaran pajak

penghasilan untuk badan ialah tetap presentasenya sebesar 28% dalam lapisan

penghasilan kena pajak berapapun.

3) Tarif progresif

Tarif ini berupa presentase yang meningkat apabila jumlah yang dikenai pajak

juga meningkat. Menurut kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dibagi:

a) Tarif progresif progresif : kenaikan presentase semakin besar

b) Tarif progresif tetap : kenaikan presentase tetap

c) Tarif progresif degresif : kenaikan presentase semakin kecil


26

4) Tarif Degresif

Tarif pajak degresif adalah presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila

jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

f. Pajak Daerah

Pajak menurut lembaga pemungutnya dibagi menjadi dua, pajak pusat atau

pajak yang pemungutannya ditangani oleh pemerintah pusat dan pajak daerah yang

pemungutannya ditangani oleh pemerintah daerah. Dalam otonomi daerah

pemerintah telah mengatur mengenai keseluruhan kebijakan untuk penerimaan

pajak daerah.

1) Definisi Pajak Daerah

Bila melihat kembali ke dalam jenis pajak, terdapat pengelompokkan

berdasarkan lembaga pemungutnya yang dibedakan menjadi dua, yakni pajak

pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan dan diatur

oleh pemerintah pusat, wewenang pemungutan juga berdasarkan oleh

pemerintah pusat. Sedangkan pajak daerah adalah pajak yang menurut Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 ialah sebagai berikut :

“Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dalam pengertian lain, menurut Marihot Siahaan, pajak daerah adalah :

“Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
27

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk


membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pajak daerah adalah Iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

dibebankan kepada masyarakat atau badan di daerahnya yang sifatnya memaksa

dan pungutannya bersifat langsung. Digunakan untuk kemakmurat rakyat dan

penyelenggaraan pembiayaan daerah.

2) Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan pada perubahan Undang-Undang yang mengatr tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yakni dari Undang-Undang Nomor 34

Tahun 2000 menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Jenis-jenis pajak

dibagi menjadi dua bagian yakni pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Jenis-jenis Pajak Provinsi menurut Undang-Undang yang baru ini ditetapkan

sebanyak 5 (lima) jenis yakni: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air

Permukaan dan Pajak Rokok .

Sedangkan, jenis-jenis Pajak Kabupaten/Kota ditetapkan sebanyak 11

(sebelas), yaitu: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,

Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,

Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan

Pedesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
28

3) Objek Pajak Daerah

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 maupun Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2000 tidak secara tegas dan jelas menentukan apa yang

menjadi objek pada setiap jenis pajak daerah, tetapi menyerahkan pada

peraturan pemerintah. Penentuan yang menjadi objek pajak daerah pada saat ini

dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan pengganti dari Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah. Hal ini merupakan

penentuan objek pajak secara umum, mengingat pemberlakuan suatu jenis

pajak daerah pada suatu provinsi atau kabupaten/kota ditetapkan dengan

peraturan daerah, untuk mengetahui apa yang menjadi objek pajak harus dilihat

apa yang ditetapkan peraturan daerah dimaksud sebagai Objek Pajak.

4) Subjek dan Wajib Pajak Daerah

Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat dua istilah yang kadang

disamakan walaupun sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, yaitu

subjek pajak dan objek pajak. Subjek pajak identik dengan wajib pajak yaitu

setiap orang atau badan yang memenuhi ketentuan sebagai subjek pajak

diwajibkan untuk membayar pajak sehingga secara otomatis menjadi wajib

pajak

Sedangkan wajib pajak adalah Orang pribadi atau badan yang menurut

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan


29

pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak

tertentu.

5) Tarif Pajak Daerah

Salah satu unsur perhitungan pajak yang akan menentukan besarnya

pajak sehingga penentuan besarnya tarif pajak yang diberlakukan pada setiap

jenis pajak daerah memegang peranan penting. Tarif pajak daerah yang dapat

dipungut oleh pemerintah daerah diatur dalam UndangUndang Nomor 34

Tahun 2000 yang ditetapkan dengan pembatasan tarif paling tinggi, yang

berbeda untuk setiap jenis pajak daerah, yaitu:

a) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan KAA ditetapkan paling tinggi 5%

b) Tarif BBNKB dan KAA ditetapkan paling tinggi 10%

c) Tarif PBBKB ditetapkan paling tinggi 5%

d) Tarif PPPABTAP ditetapkan paling tinggi 20%

e) Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10%

f) Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%

g) Tarif pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi 35%

h) Tarif Pajak Rejlame ditetapkan paling tinggi 25%

i) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10%

j) Tarif Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ditetapkan paling tinggi

20%

k) Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 20%19


30

6) Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Dalam sistem pemungutan pajak yang dijalankan saat ini yaitu Self

Assesment System, nyatanya penetapan ini juga dianut dalam UndangUndang

Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, yang kini

telah berubahn menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Karena

karakteristik setiap jenis pajak daerah tidak sama, sistem ini tidak dapat

diberlakukan untuk semua jenis pajak daerah. Pemungutan pajak daerah saat ini

menggunakan tiga sistem pemungutan pajak, sebagaimana tertera dibawah ini.

a) Dibayar sendiri oleh wajib pajak. Sistem ini merupakan perwujudan dari

sistem self assesment, yaitu sistem pengenaan pajak yang memberi

kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan

menggunakan SPTPD

b) Ditetapkan oleh kepala daerah. Sistem ini merupakan perwujuduan dari

sistem official assesment, yaitu system pengenaan pajak yang dibayar oleh

wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh kepala daerah atau

pejabat yang ditunjuk melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau

dokumen lain yang dipersamakan

c) Dipungut oleh pemungut pajak. Sistem ini merupakan perwujudan dari

sistem with holding, yaitu sistem pengenaan pajak yang dipungut oleh

pemungut pajak pada sumbernya, antara lain Perusahaan Listrik Negara

(PLN) yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65


31

Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, sebagai pemungut Pajak Penerangan

Jalan atas penggunaan listrik yang disediakan oleh PLN

Secara umum, sistem yang digunakan dalam pemungutan pajak daerah

adalah sistem self assesment dan official assesment. Hal ini dapat dilihat pada

ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Pasal 7 yang menentukan

bahwa pajak dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri

oleh wajib pajak.

2. Pajak Kendaraan Bermotor

a. Definisi Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam perubahan Undang-Undang mengenai Pajak Daerah dan Retribusi

daerah yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000,

menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pengaturan pajak mengenai

pajak kendaraan bermotor diatur dalam bagian kedua dimulai dari pasal 3-8

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Adapun yang dimaksud dengan Kendaraan Bermotor adalah kendaraan

bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan

darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT

5 (Lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (Tujuh Gross Tonnage).

Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud adalah :

(a) Kereta Api, (b) Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk

keperluan pertahanan dan keamanan negara, (c) Kendaraan Bermotor yang


32

dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan

asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas

pembebasan pajak dari Pemerintah, (d) objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam

Peraturan Daerah.

Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan

dan/atau penguasaan kendaraan bermotor sehingga secara otomatis menjadi objek

dari Pajak Kendaraan Bermotor ini adalah kepemilikan dan/atau penguasaan

kendaraan bermotor.

Bisa dikatakan Pajak Kendaraan Bermotor ini adalah iuran wajib yang

dipungut atas kepemilikan kendaraan beroda baik roda dua sampai lebih yang

penerimaannya diatur oleh Pemerintah daerah setempat.

b. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 jelas dijabarkan mengenai

subjek pajak dan wajib pajak bagi pajak kendaraan bermotor pada pasal 4. Subjek

Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki

dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

adalah orang pribadi atau badan yag memiliki Kendaraan Bermotor. Dalam hal ini

Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa

Badan tersebut.
33

c. Masa Pajak Kendaraan Bermotor

Pengenaan masa pajak, untuk Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk

masa 12 (dua belas) bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftaraan

Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor sekaligus dibayar di muka dan

untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force majuere)

masa pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan. Dapat dilakukan restitusi atas

pajak yang sudah dibayar untuk porsi masa pajak yang belum dilalui.

d. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

1) Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dihitung sebagai perkalian dari

dua unsur pokok, yaitu :

a) Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB), yaitu nilai jual kendaraan bermotor

yang diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan

bermotor sebagaimana tercantum dalam tabel Nilai Jual Kendaraan

Bermotor yang berlaku

b) Bobot, yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan

pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.

NJKB diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan

bermotor. Dalam harga pasaran umum tidak diketahui maka NJKB ditentukan

berdasarkan faktor-faktor :
34

a) Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang
sama
b) Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi
c) Harga kendaraan bermotor dengan merek bermotor yang sama
d) Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan bermotor
yang sama
e) Harga kendaraan bermotor dengan pembuat kendaraan bermotor yang sama
f) Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor sejenis
g) Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor
Barang.

2) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

Tarif pajak kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif Baru
No Keterangan Berdasarkan Perda Nomor 13
Tahun 2011
1 Untuk kepemilikan kendaraan
1,75 %
bermotor pertama
2 Untuk kepemilikan kendaraan
2,25 %
bermotor kedua
3 Untuk kepemilikan kendaraan
2,75 %
bermotor ketiga
4 Untuk kepemilikan kendaraan
3,25 %
bermotor keempat
5 Untuk kepemilikan kendaraan
3,75 %
bermotor kelima dan seterusnya
Catatan: untuk perda baru setiap pembelian kendaraan bermotor selanjutnya
tarif selalu bertambah 0,5%, artinya tarif yang diberlakukan adalah tarif
progresif
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 13 Tahun 2011
Tentang Pajak Daerah
35

Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang

sama. Penentuan tarif berikutnya antara lain;

a) Kepemilikan kendaraan bermotor angkutan umum ditetapkan sebesar 1%

(satu persen)

b) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial

keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan ditetapkan sebesar 0,5 % (nol

koma lima persen)

c) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Pemerintah/Pemerintah Daerah/TNI/Polri

ditetapkan sebesar 0,5 % (nol koma lima persen)

d) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan

paling rendah sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

3) Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Besarnya pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum

perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor adalah sesuai dengan rumus berikut :

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x (NJKB x Bobot)

Berdasarkan rumus tersebut besaran pajak terutang yang dapat dikenakan pada

wajib pajak kendaraan bermotor akan disesuaikan dengan tarif yang terlah

dijelaskan sebelumnya, begitu pun dengan NJKB dan Bobot Kendaraan

Bermotor tersebut.
36

3. Sistem Administrasi Perpajakan Modern

a. Reformasi Perpajakan

Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang mulai

diterapkan sekarang ini yang diharapkan dapat mempermudah seluruh kegiatan

dan proses dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun dalam bidang pajak.

Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak (DJP) terus melaksanakan terobosan

untuk mengoprimalkan penerimaan pajak melalui kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan. Salah satu langkah yang diambil oleh Direktorat Jendral Pajak adalah

melakukan reformasi di bidang perpajakan (tax reform). Reformasi perpajakan

yang dilakukan mencakup dua bidang yaitu reformasi di bidang kebijakan dan

reformasi di bidang administrasi perpajakan. Reformasi di bidang administrasi

dilaksanakan melalui program modernisasi administrasi perpajakan.

Adapun konsep program ini adalah perubahan pola pikir dan perilaku

aparat serta tata nilai organisasi, sehingga dapat menjadikan Direktorat Jendral

Pajak sebagai institusi yang profesional dengan citra yang baik di mata

masyarakat. pelaksanaan modernisasi perpajakan mencakup empat bidang, yaitu :

(1) restrukturisasi organisasi, (2) perbaikan proses bisni melalui optimalisasi

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, (3) perbaikan sistem manajemen

sumber daya manusia dan (4) pelaksanaan good governence. Reformasi

administrasi ini mempunyai tiga tujuan utama, yakni meningkatkan kepatuhan

sukarela Wajib Pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat dan meningkatkan

produktivitas dan integrasi aparat pajak (Sumber : DJP, 2007).


37

Reformasi administrasi perpajakan ini juga memiliki tujuan utama untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Kedua, untuk mengadministrasikan penerimaan pajak sehingga

transparansi dan akuntabilitas penerimaan sekaligus pengeluaran pembiayaan dana

dari pajak setiap saat bisa diketahui. Ketiga, untuk memberikan suatu pengawasan

terhadap pelaksanaan pemungutan pajak, terutama adalah kepada aparat

pengumpul pajak, kepada Wajib Pajak ataupun kepada masyarakat pembayar

pajak.

Pembaharuan dari segi sistem untuk tujuan meningkatkan kualitas

pelayanan yang akan mempengaruhi tingkat kepatuhan para wajib pajak memang

sangat diperlukan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

b. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan

Reformasi Perpajakan Indonesia telah tersebut telah dimulai sejak Tahun

2002 dengan menerapkan Sistem Administrasi Modern di Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak Besar (Large Tax Office). Sebagai sebuah kantor yang menjadi

proyek percontohan (pilot project), Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tersebut dinilai

oleh banyak pihak berhasil dalam merefleksikan reformasi di bidang administrasi

perpajakan. Beberapa sasaran dari penerapan sistem administrasi perpajakan

modern adalah tercapainya tingkat kepatuhan suka rela yang tinggi, tercapainya

tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap administrasi perpajakan, dan

tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.


38

Hal mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan

paradigma perpajakan, yaitu dari semula berbasis jenis pajak sehingga terkesan

ada dikotomi berbasis fungsi dan lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada

masyarakat. kemudian didukung oleh fungsi pengawasan, pemeriksaan, maupun

penagihan pajak. Penerapan system administrasi perpajakan modern ini

merupakan indikator positif dari pihak pemerintah untuk secara bersama-sama

dengan masyarakat Wajib Pajak mengelola pajak secara efektif dan efisien.

Hal lain yang perlu diketahui adalah sistem administrasi perpajakan

modern juga mengadopsi kemajuan teknologi terbaru di antaranya melalui

pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi

menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan

dengan case management system dalam workflow system dengan berbagai modul

otomasi kantor serta berbagai pelayanan dengan basis e-system seperti e-SPT, e-

Filling, e-Payment, e-Registration dan e-Councelling yang diharapkan dapat

meningkatkan mekanisme control yang lebih efektif.

Karakteristik sistem administrasi perpajakan modern adalah :

1) Seluruh kegiatan administrasi dilaksanakan melalui system administrasi yang

berbasis teknologi terkini (sistem informasi)

2) Seluruh Wajib Pajak diwajibkan membayar melalui kantor penerimaan

pembayaran secara online

3) Seluruh Wajib Pajak diwajibkan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan

menggunakan media komputer (e-SPT)


39

4) Monitoring kepatuhan Wajib Pajak dilaksanakan secara intensif dengan

pemanfaatan profit Wajib Pajak

5) Wajib Pajak yang diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya

hanya Wajib Pajak tertentu saja, yakni sekitar 500 Wajib Pajak.

Dengan begitu, setiap upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan

tingkat kesadaran bagi Wajib Pajak dengan melakukan pembaharuan sistem dan

meningkatkan proses perbaikan administrasi dapat menjadi hal yang efektif dan

efisien.

c. Reformasi Pajak Daerah

Dengan mulai bergulirnya pembaharuan sistem atau yang disebut dengan

reformasi pada bidang perpajakan, yang dicanangkan pemerintah pusat, hal ini

juga berimplikasi atau berpengaruh terhadap pajak daerah dan retribusi daerah.

Reformasi dimaksud adalah pembaharuan sistem pepajakan daerah dan

retribusi daerah yang mengarah pada sistem yang sederhana, adil, efektif dan

efisien yang dapat menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan

pembangunan daerah. Untuk itu maka pada tahun 1997 terbitlah Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan dalam

pelaksanaannya meskipun baru berjalan kurang lebih tiga tahun, Undang-Undang

No. 18 Tahun 1997 mengalami perbaikan atau perubahan dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2000.


40

Agar dapat menyesuaikan diri dan mengikuti era serta tantangan

penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan daerah. Seiring dengan

perkembangannya, kedua undang-undang pajak daerah tersebut dianggap belum

sesuai dengan perkembangan kebijakan otonomi daerah dan aspirasi masyarakat.

Maka pada tahun 2009 diundangkan undang-undang pajak daerah yang

baru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (UU PDRD), dimana undang-undang ini menggantikan ke dua

undang-undang pajak daerah yang lama.

Tujuan dari perubahan ini dapat dilihat dari konsideran yang tercantum di

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah yaitu:

1) Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan

kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi

daerah dan pemberian direksi dalam penetapan tarif;

2) Bahwa kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan

prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan

akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah

3) Bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34

Tahun 2000 perlu disesuaikan dengan kebijakan otonomi daerah.


41

d. Modernisasi Pajak Daerah (e-Samsat)

Berdasarkan kebijakan Direktorat Jendral Pajak yang melakukan

perubahan dalam sistem administrasi perpajakan yakni dengan melakukan

modernisasi untuk memanfaatkan tekonologi informasi yang sedang berkembang,

hal tersebut juga dimanfaatkan oleh pemerintah daerah untuk menjalankan proses

perpajakannya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat menciptakan terobosan didalam

layanan inovasi Pajak Daerah yakni layanan Pajak Online atau e-Pajak. Tujuan e-

Pajak atau Pajak Online adalah untuk mempercepat layanan perpajakan dengan

memanfaatkan Teknologi Informasi walaupun memiliki keterbatasan SDM. Salah

satu layanan yang termasuk di dalamnya adalah e-Samsat

1) e-Samsat

Modernisasi perpajakan juga diterapkan untuk Pajak Kendaraan

Bermotor yakni dengan penerapan e-Samsat. e-Samsat adalah alternative

layanan permbayaran Pajak Kendaraan Bermotor, Pembayaran SWDKLLJ

(Asuransi Jasa Raharja) dan Pengesahan STNK Tahunan secara elektronik

memalui Channel Bank (ATM, Mobile Banking dan Internet Banking). Untuk

pengesahan secara elektronik dan pengambilan STNK asli dapat ditukarkan

dengan struk ATM tersebut ke kantor-kantor SAMSAT. Latar belakang

dibuatnya e-Samsat adalah adanya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Kendaraan

Bermotor.
42

a) Manfaat dari teknologi e-Samsat ini adalah :

1) Sederhana, yaitu prosedur pelayanan dilaksanakan, dan diakses karena

dapat dilaksanakan pada mesin ATM maupun channel bank yang telah

bekerja sama untuk melaksanakan penerimaan pembayaran e-Samsat.

2) Cepat, yaitu adanya kepastian waktu dalam penyelsaian pelayanan

3) Berkualitas dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Transaksi

Elektronik

4) Aman, yaitu proses dan produk pelayanan memberikan perlindungan, rasa

aman dan kepastian hukum

5) Efisien, yaitu Wajib Pajak tidak perlu antri dan hadir di kantor Samsat

b) Syarat untuk dapat melakukan transaksi bayar melalui e-Samsat

1) Wajib Pajak dengan data kepemilikan kendaraan yang sesuai dengan data

yang ada dalam Server Samsat dan Data Nasabah di Bank (NIK di KTP =

NIK di Samsat)

2) Kendaraan tidak dalam status blokir polisi/blokir data kepemilikan (jual-

beli)

3) Wajib Pajak memiliki nomor rekening dan fasilitas ATM BANK yang

identitasnya sama dengan identitas pemilik kendaraan yang akan dibayar

pajaknya

4) Berlaku untuk pembayaran pajak kendaraan tahunan pengesahan STNK

tahunan

5) Kendaraan yang tidak memiliki tunggakan 1 tahun atau lebih


43

6) Tidak berlaku untuk pembayaran pajak kendaraan yang bersamaan

dengan penggantian STNK 5 tahun

7) Masa pajak yang dapat dibayarkan adalah 60 hari sebelum jatuh tempo.

c) Keunggulan e-Samsat dibanding dengan pembayaran pajak sebelumnya

adalah :

1) Proses identifikasi kepemilikan, Pembayaran Pajak Kendaraan dan

Pembayaran SWDKLLJ terjadi secara terintegrasi, cepat, dan akurat

dengan memanfaatkan teknologi informasi

2) Wajib Pajak tidak perlu datang hadir dan mengganti di Kantor Samsat

3) Struk bukti pembayaran dipersamakan dengan SKPD. Catatan : jika

diperlukan Wajib Pajak dapat mencetak Struk bukti pembayaran di

kantor-kantor samsat terdekat.

4) Struk bukti pembayaran juga menjadi bukti bahwa telah dilaksanakan

pengesahan STNK tahunan

d) Mekanisme Tahapan Transaksi pembayaran e-Samsat a melalui Bank BJB

dalah :

1) Sebelum melakukan pembayaran, perlu diketahui bahwa pembayaran

Pajak Kendaraan Bermotor melalui E-Samsat Jabar ini hanya dapat

dilakukan oleh nasabah Bank BJB yang Nama dan Datanya sama dengan

yang tertera di STNK/SKPD (Nama Pemilik Kendaraan sama dengan

Nama Pemilik Rekening Bank BJB), dan Pastikan juga NIK KTP pemilik
44

kendaraan yang tertera di STNK/SKPD sudah benar. Apabila ada

kesalahan dalam penulisan NIK KTP, silahkan kunjungi Kantor

Pelayanan Samsat terdekat untuk melakukan perbaikan.

2) Selanjutnya mengunjungi ATM BJB terdekat.

3) Di ATM Bank BJB langkah-langkah yang perlu anda lakukan adalah

masuk ke menu Pembayaran kemudian pilih Pajak/Retribusi Provinsi

Jawa Barat pilih Pajak Kendaraan.

4) Selanjutnya akan masuk ke menu pengisian Kode Bayar pada layar ATM.

5) Silahkan masukan 10 Angka Kode Bayar di layar ATM,yaitu berupa

Kade Provinsi + Masa Berlaku Pajak Kendaraan Bermotor anda. Untuk

Jawa Barat Kade Provinsinya adalah 32. Contoh : 32 (Kade Provinsi) +

01 Oktober 2017 (Tanggal Jatuh Tempo Pajak) Maka Kade Bayarnya

adalah 3201102017 lalu tekan tombol lanjutkan pada mesin ATM.

6) Selnjutnya akan tertera pada layar ATM jumlah besaran penetapan Pajak

yang harus dibayarkan, dan pastikan data wajib pajak, nama pemilik

kendaraan bermotor sesuai dengan STNK/SKPD anda.

7) Bila semua data telah sesuai, maka wajib pajak/pemilik kendaraan

bermotor dapat melakukan transaksi dengan menekan tombol Ya pada

ATM.

8) Setelah proses transaksi telah selesai, wajib pajak akan mendapatkan

struk yang merupakan bukti pembayaran pajak tahunan kendaraan

bermotor anda.
45

9) Wajib pajak wajib menukarkan struk dengan SKPD dan melakukan

Pengesahan STNK di seluruh layanan Samsat daerah hukum Kepolisian

Daerah Jawa Barat selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas)

hari, apabila tidak dilakukan pengesahan STNK dinyatakan tidak sah

secara operasional.

Berdasarkan uraian mengenai e-Samsat tersebut dapat disimpulkan

bahwa peluncurannya ialah sesuai dengan reformasi perpajakan daerah yang

menginginkan bahwa sistem perpajakan daerah mengarah pada sistem yang

sederhana, adil, efektif dan efisien yang dapat menggerakkan peran serta

masyarakat dalam pembiayaan pembangunan.

e. Dimensi Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Berdasarkan penjelasan mengenai reformasi pajak dan dengan

memperbaharui proses perpajakan dengan sistem administrasi perpajakan

modern dan menurut Diana sari (2013:19), maka dapat di susun dimensi

yang menjadi penanda dari system administrasi perpajakan modern, seperti

yang yakni :

1. Strategi Organisasi

Strategi organisasi dipandang sebagai siasat, sikap pandang dan

tindakan yang betujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang

dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi

dapat dicapai dengan berhasil dan selamat. Strategi berkembang dari

waktu ke waktu sebagai pola arus keputusan bermakna.


46

Strategi organisasi mencakup ialah kampanye sadar dan peduli

pajak, kampanye dan sosialisasi perpajakan sebagai bagian dari good

governance framework melalui berbagai pihak, seperti perguruan tinggi,

tokoh agama dan juga melalui media massa, portal website serta

pemasangan billboard di tempat-tempat strategis dan meningkatkan

kinerja penyuluhan sebagai information service dan public relation.

2. Kualitas Layanan

Keputusan Menteri PAN No. 18 Tahun 1993 mendefinisikan

pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan

kebutuhan penerimaan pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Indiahono dalam

Nonik Faradila tujuan dari suatu pelayanan publik pada umumnya adalah

dapat memuaskan masyarakat tanpa memandang apapun. Untuk itu dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dituntut kualitas prima yang tercermin

antara lain: tranparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan

hak dan keseimbangan hak dan kewajiban.

Dalam hal perbaikan pelayanan, Direktorat Jendral Pajak

melakukan penulisan dan dokumentasi Standard Operating Procedures

(SOP) untuk setiap kegiatan di seluruh unit DJP. Selain itu DJP

meluncurkan 8 layanan keunggulan bagi masyarakat yang di dalamnya


47

terdapat janji waktu pelayanan, kejelasan persayaratan dan prosedur

(Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan kualitas

layanan yang dimaksud adalah peningkatan penyelenggaran dalam hal

layanan agar masyarakat atau wajib pajak dapat merasa terpuaskan serta

adanya prosedur yang jelas.

3. Fasilitas Layanan dengan Teknologi Informasi

Teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan

elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis dan

mendistribusikan informasi dalam bentuk apapun termasuk kata-kata,

bilangan dan gambar. Sedangkan fasilitas dengan teknologi informasi

merupakan salah satu bentuk dari penerapan sistem administrasi modern

guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak menurut Candra dalam Doni.

Menurut Widodo dan Djefris dalam Nonik Faradila (2016:23),

media penyampaian pengaduan dapat melalui e-mail, pos, nomor

telepon bebas biaya, atau langsung. Sarana, prasarana dan pendukung

lainnya yang lebih modern meliputi:

a. Help Desk dengan teknologi knowledge base pada TPT (service

counter)

b. Pelayanan menggunakan e-system antara lain e-payment

(pembayaran pajak secara on line), e-registration (pendaftaran wajib

pajak melalui internet), e-filling (pelaporan pajak melalui internet), e-


48

spt (pengisian SPT dengan program yang telah disediakan DJP) dan

e-counseling (konsultasi secara on line)

c. Built in control system

d. Pertugas pajak yang berkualitas tinggi berbasis kompetensi

e. Penerapan Kode Etik Pegawai

f. Sistem remunerasi yang lebih baik dengan adanya TKT

g. Layar sentuh Informasi Perpajakan (Touch Screen)

h. Sistem antrian dan LCD Proyektor berikut electric screen layaknya

di Bank

i. Tersedianya ruang konselung serta brosur, leaflet dan majalah

perpajakan

j. Tersedianya Bank/Tempat Pembayaran Pajak

2.1.2.2. Kepatuhan Wajib Pajak

a. Definisi Kepatuhan Wajib Pajak

Definisi Kepatuhan Wajib Pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan

No. 554/KMK/.04/2000 dalam Devano Sony & Siti Kurnia Rahayu pada Feisal

Arif adalah Tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan peraturan pelaksanaan

perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.

Menurut Chairil Anwar Pohan (2015:8), Kepatuhan Wajib Pajak atau Tax

Compliance adalah :
49

“Berhubungan dengan kegiatan untuk mematuhi aturan perpajakan,


yang meliputi : administrasi, pembukuan, pemotongan/pemungutan
pajak, penyetoran, pelaporan, memberikan data untuk keperluan
pemeriksaan pajak dan sebagainya, secara umum peraturan pajak akan
dipatuhi oleh Wajib Pajak bila biaya untuk memenuhinya (compliance
cost) relatif murah”

Pengertian lain, kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan

melaksanakan hak perpajakannya.

Berdasarkan pengertian berikut dapat disimpulkan bahwa, kepatuhan wajib

pajak adalah usaha dari seorang Wajib Pajak untuk memenuhi semua kewajiban

perpajakannya dengan melakukan dan melaksanakan sesuai dengan ketentuan

undang-undang perpajakan yang berlaku. Kesadaran untuk menjadi wajib pajak

yang patuh merupakan salah satu kepatuhan terhadap hukum. Kepatuhan dalam

pemabayaran pajak merupakan tindakan tertib terhadap hukum perpajakan.

b. Macam-Macam Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Safri Nurmantu (2005:148), terdapat dua macam kepatuhan yaitu :

1) Kepatuhan Material

Suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif atau hakekat memenuhi

semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi Undang-Undang

Perpajakan.
50

2) Kepatuhan Formal

Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara

formal sesuai dengan ketentuan dalam UndangUndang Perpajakan. Kewajiban

perpajakan formal diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

c. Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

192/PMK.03/2007 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut

sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan. Tempat waktu dalam

penyampaian SPT meliputi :

a) Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam 3 (tiga)

tahun terakhir.

b) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambar dalam tahun

terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga)

Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut dan

c) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat

dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.


51

2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan

pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran

pajak.

3) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau Lembaga Pengawasan

Keuangan Pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3

(tiga) tahun berturut-turut

4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan, bahwa kriteria kepatuhan

wajib pajak seperti yang di atas dapat terwujud dengan dibarengi dengan

kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam memenuhi kewajiban perpajakan, terutama untuk melihat kepatuhan

seorang wajib pajak, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut

Aristanti Widyaningsih dalam R.A Vivi Yulian dan Neri Susanti, antara lain :

1) Pemahaman terhadap sistem pemungutan pajak, yaitu:

a) Official Assessment System

Yaitu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang


52

b) Self Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang

c) With Holding System

Yaitu pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga

(bukan pemerintah dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang

2) Kualitas Pelayanan

Pelayanan yang berkualitas harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan,

kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat diukur

dengan kemampuan memberikan pelayanan yang memuaskan, dapat

memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan dan sikap

dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak.

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan membuat masyarakat lebih

mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang semakin rendah juga akan

tercermin dalam masih banyaknya wajib pajak yang enggan melaksanakan

kewajiban perpajakannya karena kurangnya pemahaman.

4) Tingkat Penghasilan

Tingkat penghasilan akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam


53

memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan dalam

dalam membayar pajak tepat pada waktunya

5) Persepsi Wajib Pajak Terhadap Sanksi Perpajakan

Faktor persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan memiliki pengaruh

yang besar terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya.

Kondisi ini berarti bahwa jika persepsi/keyakinan wajib pajak terhadap sanksi

perpajakan semakin tinggi akan menjadi pertimbangan wajib pajak dapat

memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak.

Faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan perpajakan menurut Siti Kurnia

Rahayu di dalam bukunya ialah:

6) Kondisi Sistem Administrasi Perpajakan Suatu Negara

Sistem administrasi perpajakan suatu negara akan efektif apabila didukung oleh

instansi pajak yang efektif, sumber daya pegawai pajak yang mumpuni dan

prosedur perpajakan yang baik pula.

7) Tinggi Rendahnya Tarif yang Ditetapkan

Tarif pajak yang tinggi tentunya memberikan dorongan Wajib Pajak untuk

berupaya mengurangi jumlah utang pajaknya melalui tindakan penghindaran

maupun penyelundupan pajak.


54

e. Dimensi Kepatuhan Wajib Pajak

Dimensi kepatuhan wajib pajak menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan adalah sebagai berikut :

1) Kepatuhan Formal :

a) Kepatuhan dalam mendaftarkan diri. Penandatanganan Surat Pemberitahuan

(SPT) yang disampaikan oleh Wajib Pajak.

b) Kepatuhan menyampaikan SPT tepat waktu. Menyampaikan SPT masa lebih

dari 20 hari setelah masa terhutangnya pajak

c) Kepatuhan dalam pembayaran pajak terhutang tepat waktu. Menyampaikan

SPT tahunan PPh terhutang tidak melampaui 4 (empat) bulan setelah akhir

tahun pajak.

2) Kepatuhan Material :

a) Kepatuhan dalam megisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas. Setiap wajib

pajak mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas dalam

bahasa Indonesia dengan huruf latin, angka dan satuan mata uang rupiah

b) Kejujuran dalam perhitungan pajak terhutang

c) Membayar sanksi administrasi.


55

2.2. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut. Pajak

merupakan iuran wajib yang dibebankan oleh masyarakat yang telah menjadi Wajib

Pajak kepada pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur dan bertujuan untuk

kesejahteraan rakyat. Dengan adanya reformasi perpajakan yang dilakukan

pemerintah pusat dan berimplikasi pada pemerintah daerah yakni lewat pajak daerah.

Inovasi dilakukan dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor ini, tujuannya agar

Wajib Pajak merasakan kemudahan dan kepraktisan dalam pembayaran Pajak

Kendaraan Bermotor.

Langkah yang dilakukan adalah dengan Sistem Administrasi Perpajakan,

sekarang ini telah ada e-Samsat yang merupakan alternative layanan permbayaran

Pajak Kendaraan Bermotor. Dalam penerapannya sistem ini telah mengikuti

reformasi perpajakan daerah yang menginginkan proses administrasi yang cepat,

sederhana, adil, efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak dalam membayarkan kendaraan bermotornya.

Hutagaol, dkk (2017) bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu

kunci keberhasilan pemerintah dalam menghimpun penerimaan pajak untuk itu

diperlukan pemerintah yang good governance yang dapat dilakukan dengan

modernisasi sistem administrasi perpajakan. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib

pajak perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam system administrasi

perpajakan.
56

Sari (2015:14) menjelaskan bahwa modernisasi perpajakan ini dapat diartikan

sebagai penggunaan sarana dan prasarana perpajakan yang baru dengan

memanfaatkan perkembangan ilmu dan teknologi. Adapun jiwa dari program

modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan system

administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem

informasi teknologi yang handal dan terkini. Peningkatan penerimaan pajak melalui

peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat dicapai dengan melakukan pembenahan

dengan memberikan pelayanan yang baik pada wajib pajak tersebut. Perbaikan

pelayanan lewat program perubahan, penegakkan hukum, dan pelaksanaan kode etik

yang lebih baik harus diprioritaskan agar administrasi perpajakan dapat berjalan

secara efektif dan efisien, serta tercipta tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi.

Dengan demikian dari uraian latar belakang masalah tersebut diduga bila

sistem admnistrasi perpajakan modern berbasis e-Samsat telah dilakukan karena

prosesnya yang lebih efektif dan efisien untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor

maka terdapat pengaruh pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor untuk

membayarkan kewajiban pajaknya.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diilustrasikan pada:


57

Kurang kesadaran dalam membayarkan pajaknya,


kualitas layanan yang belum optimal, dan
tunggakan pajak yang cukup besar

Reformasi Pajak Daerah

Dimensi Sistem
Administrasi Perpajakan
Modern (e-Samsat) Dimensi Kepatuhan Wajib Pajak
1) Strategi Organisasi
1) Kepatuhan Formal
2) Kualitas Layanan
2) Kepatuhan Material
3) Fasilitas Layanan dan
Teknologi Informasi

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusah masalah penelitian ini biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan skema kerangka pemikiran, hipotesis yang

akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya hubungan antar

variabel X (variabel independent) dan Y (variable dependen). Maka dapat

dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu :


58

H0 : Tidak terdapat pengaruh sistem administrasi perpajakan berbasis e-Samsat

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada kantor Samsat

Kota Banjar

Ha : Terdapat pengaruh sistem administrasi perpajakan berbasis e-Samsat

terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada kantor Samsat

Kota Banjar
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey. Metode ini disebut

metode kuantitatif karena data dalam penelitian ini berupa angka-angka dan

analisis menggunakan statistik. Menurut Sugiyono pendekatan survey adalah

pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang

alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan

data misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan

sebagainya.

Penelitian ini akan meneliti mengenai data kajian yang bersifat numerik

atau angka yang nantinya akan menghasilkan interpretasi data. Desain penelitian

ini adalah penelitian kausal, yaitu merupakan sebuah penelitian yang digunakan

untuk menguji hipotesis tentang pengaruh system administrasi perpajakan modern

berbasis e-Samsat terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

3.2. Operasionalisasi Variabel

1) Variabel Sistem Administrasi Perpajakan Modern

Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini adalah system

administrasi perpajakan modern. Sistem administrasi perpajakan modern

adalah pembaharuan atau inovasi yang dilakukan oleh Direktorat Jendral

Pajak dalam proses pembayaran pajak. Pelaksanaan modernisasi perpajakan

59
60

mencakup empat bidang, yaitu : (1) restrukturisasi organisasi, (2) perbaikan

proses bisnis melalui optimalisasi penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi, (3) perbaikan sistem manajemen sumber daya manusia dan (4)

pelaksanaan good governence. Reformasi administrasi ini mempunyai tiga

tujuan utama, yakni meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak,

meningkatkan kepercayaan masyarakat dan meningkatkan produktivitas dan

integrasi aparat pajak. Modernisasi administrasi perpajakan juga dilakukan

oleh pemerintah daerah, dalam upaya peningkatan penerimaan pajak dan

untuk perbaikan kualitas pelayanan. Inovasi yang dilakukan adalah dengan

diterapkannya sistem e-Samsat untuk pembayaran pajak kendaraan

bermotor.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi

perpajakan modern berbasis e-Samsat adalah pembaharuan system

administrasi perpajakan yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki

kualitas pelayanan pajak agar dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak,

dimana dalam penelitian ini pembaharuan yang dilakukan adalah lewat

inovasi pembayaran pajak kendaraan bermotor menggunakan e-Samsat. dari

definisi konseptual ini diperoleh dimensi : strategi organisasi atau berkaitan

dengan sosialisasi, kualitas layanan dan fasilitas layanan dengan teknologi

informasi.

Sistem adminitrasi perpajakan modern berbasis e-Samsat ini diukur

dengan menggunakan model skala likert sebanyak 23 butir pertanyaan yang

mencerminkan dimensi sistem administrasi perpajakan modern yaitu strategi


61

organisasi dengan indikatornya sosialiasi program dan kampanye sadar

pajak. Kualitas layanan dengan indikatornya janji waktu pelayanan,

kejelasan persayaratan dan kejelasan prosedur. Fasilitas layanan dengan

teknologi informasi dengan indikatornya pembayaran secara online,

infrastruktur yang ada mendukung proses pelayanan, sistem e-Samsat sudah

dimanfaatkan dan fasilitas pembayaran melalui bank.

Berdasarkan definisi konseptual dan operasional mengenai system

administrasi perpajakan modern berbasis e-Samsat yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka untuk melakukan penelitian diperlukan kisi-kisi

instrumen untuk mengukur indikator-indikator tiap dimensi variabel X yang

akan dikembangkan menjadi 23 pertanyaan. Kisi-kisi instrument penelitian

tentang sistem administrasi perpajakan modern berbasis e-Samsat ini

disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1
Sistem Administrasi Perpajakan Modern Berbasis e-Samsat
Variabel No. Item
Dimensi Indikator Skala
Terikat Soal
Sosialisasi Program 1,2 Ordinal
Strategi
Kampanye Peduli 3,4,5 Ordinal
Organisasi
Pajak
Janji Waktu 6,7 Ordinal
Pelayanan
Kualitas
Kejelasan 8,9 Ordinal
Layanan
Sistem Persyaratan
Administrasi Kejelasan Prosedur 10,11 Ordinal
Perpajakan Pembayaran Secara 12,13 Ordinal
Moden Berbasis online
e-Samsat Fasiltas Infrastruktur 14,15,16 Ordinal
Layanan Mendukung Proses
dengan Pelayanan
Teknologi Pemanfaatan Sistem 17,18,19 Ordinal
Informasi e-Samsat
Pembayaran Melalui 20,21,22,23 Ordinal
Bank
62

Pada penelitian ini dimensi yang diambil sebagai instrumen angket

ialah mengadaptasi dari beberapa penelitian;

Dimensi Strategi Organisasi, adaptasi dari penelitian Annisa

Astriningtyas (2016) dalam penelitiannya strategi organisasi yang dimaksud

merupakan cara untuk mensosialisasikan, mengkampanyekan dan juga

intensifikasi dari sistem administrasi perpajakan modern pada pajak

penghasilan. Dalam penelitian ini strategi organisasi merupakan untuk

mensosilisasikan dan mengkampanyekan program pembayaran pajak

kendaraan bermotor melalui sistem e-Samsat.

Dimensi Kualitas Layanan dan Fasilitas dengan Teknologi

Informasi, adaptasi dari penelitian Nonik Faradila H (2016) dalam

penelitiannya kualitas layanan dan fasilitas layanan dengan teknologi

informasi, yang dimaksud merupakan cara untuk mempercepat dan

mengefisienkan proses pemenuhan pajak yang dirasakan oleh para petugas

pajak. Dalam penelitian ini kualitas layanan dan fasilitas layanan dengan

teknologi informasi dimaksudkan untuk melihat apakah sistem pembayaran

pajak kendaraan bermotor melalui e-Samsat telah mempercepat dan

mengefisienkan proses pembayaran pajak dari segi kualitas layananya dan

pemanfaatan fasilitas layanan dengan teknologi informasi.

Butir-butir pernyataan yang tersedia untuk mengisi dengan model

skala likert dalam instrumen penelitian disediakan dengan alternatif jawaban

terdiri dari butir pernyataan dan responden dapat memilih satu jawaban yang

bernilai 1-5 sesuai dengan tingkat jawabannya.


63

2) Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan

wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan

No. 554/KMK/.04/2000 adalah Tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku

dalam suatu Negara. Wajib pajak dikatakan telah patuh atau memenuhi

kewajiban perpajakannya ialah yang tepat waktu dalam melaporkan besaran

pajak pertahun, tidak memiliki tunggakan pembayaran pajak dan membayar

sanksi administrasi yang dibebankan.

Berdasarkan pengertian berikut dapat disimpulkan bahwa, kepatuhan

wajib pajak adalah usaha dari seorang wajib pajak untuk memenuhi semua

kewajiban perpajakannya dengan melakukan dan melaksanakan sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Kesadaran

untuk menjadi wajib pajak yang patuh merupakan salah satu kepatuhan

terhadap hukum. Kepatuhan dalam pemabayaran pajak merupakan tindakan

tertib terhadap hukum perpajakan. Dari definisi konseptual ini di peroleh

dimensi kepatuhan wajib pajak ialah kepatuhan formal dan kepatuhan

material.

Kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor ini diukur dengan

menggunakan skala likert sebanyak 9 pertanyaan yang mencerminkan

dimensi kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan

material. Dalam setiap dimensi tersebut terdapat indikator yang dijadikan


64

pengukuran data, untuk kepatuhan formal indikatornya yaitu kepatuhan

mendaftarkan diri, kepatuhan penyampaian surat pemberitahuan pajak, dan

kepatuhan pembayaran pajak tepat waktu. Kepatuhan material indikatornya

yaitu kepatuhan dalam mengisi surat pemberitahuan pajak, dan membayar

sanksi administrasi.

Berdasarkan definisi konseptual dan operasional mengenai

kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka untuk melakukan penelitian diperlukan kisi-kisi

instrumen untuk mengukur indikator-indikator tiap dimensi variabel Y yang

akan dikembangkan menjadi 9 pertanyaan. Kisi-kisi instrumen penelitian

tentang kepatuhan wajib kendaraan bermotor ini disajikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2
(Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor)

Variabel No. Item


Dimensi Indikator Skala
Penelitian Soal
Kepatuhan Mendaftarkan 24,25 Ordinal
Diri
Kepatuhan Kepatuhan Penyampaian 26 Ordinal
Formal Surat Pemberitahuan Pajak
Kepatuhan
Kepatuhan Pembayaran 27,28 Ordinal
Wajib Pajak
Pajak Tepat Waktu
Kendaraan
Bermotor Kepatuhan Mengisi Surat 29,30 Ordinal
Kepatuhan Pemberitahuan
Material Kepatuhan Membayar 31,32 Ordinal
Sanksi Administrasi

Dimensi Kepatuhan Formal dan Material penelitian ini, adaptasi dari

penelitian Annisa Astriningtyas (2016) dalam penelitiannya kepatuhan

formal dan kepatuhan material yang dimaksud merupakan cara untuk

mengukur kepatuhan wajib pajak dalam proses penyampaian pajak


65

penghasilan. Dalam penelitian ini kepatuhan formal dan material di adaptasi

dalam proses pembayaran pajak kendaraan bermotor

Butir-butir pernyataan yang tersedia untuk mengisi dengan model

skala likert dalam instrumen penelitian disediakan dengan alternatif jawaban

terdiri dari butir pernyataan dan responden dapat memilih satu jawaban yang

bernilai 1-5 sesuai dengan tingkat jawabannya.

3.3. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah

positivistik. Menurut Sugiyono (2014 dikutip dalam Nirmala, 2017, p. 45),

penelitian kuantitatif disebut sebagai penelitian positivistik karena berlandaskan

pada filsafat positivisme. Filsafat positivisme memanang sebuah realitas, gejala

atau fenomena sebagai hal yang dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur,

relatif tetap, dan terdapat hubungan sebab-akibat.

Menurut Suharsaputra dalam bukunya (2012, p. 50), penelitian kuantitatif

yang berlandaskan pada paham empirisme positivisme melihat bahwa kebenaran

berada dalam fakta-fakta yang dapat dibuktikan atau diuji secara empiris.

Penelitian ini mengelaborasi tiga poin penting untuk mendapatkan pemahaman

yang lebih mendalam. Poin yang pertama adalah menjelaskan fenomena atau

gejala yang terjadi sebagai gambaran akan keingintahuan dan keinginan untuk

mendapat pemahaman mengenai suatu kondisi atau kejadian. Poin kedua adalah

penggunaan jenis data numerik atau data dalam bentuk angka-angka sebagai

bahan utama untuk melakukan analisis. Poin ketiga adalah menggunakan statistik

dalam melakukan analisis. Prosedur pelaksanaan penelitian kuantitatif amat ketat


66

karena umumnya penelitian ini dilakukan untuk memverifikasi sebuah teori

melalui pengujian hipotesis yang sejak awal sudah ditentukan dengan mengacu

pada kerangka teori tertentu (Suharsaputra, 2012, h. 53)

a. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (variabel dependen).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Sistem Administrasi Perpajakan

Modern Berbasis e-Samsat. Sistem administrasi perpajakan modern merupakan

inovasi yang akan memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

dalam membayarankan kewajiban pajaknya. Variabel ini disimbolkan dengan

huruf X.

b. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel

terikat adalah Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Variabel ini

disimbolkan dengan huruf Y.

Sistem Administrasi
Perpajakan Modern
Kepatuhan Wajib Pajak
Berbasis e- Samsat
Kendaraan Bermotor
(X) Berpengaruh
(Y)
1) Strategi Organisasi
1) Kepatuhan Formal
2) Kualitas Layanan
2) Kepatuhan Material
3) Fasilitas Layanan dan
Teknologi Informasi
Gambar 3.1
Paradigma Penelitian
67

3.4. Teknik Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah

Probability Sampling. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel

yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Dengan menggunakan sampling secara acak

sederhana (Simple Random Sampling Technique) karena pengambilan anggota

sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

diasumsikan dapat mewakili seluruh jumlah populasi dalam populasi tersebut.

3.4.1. Populasi

Menurut Sugiyono yang menerangkan bahwa “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian

ditarik kesimpulannya. Berdasarknya obyek penelitian, maka populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di

Kantor SAMSAT Kota Banjar yang berjumlah 76.128 wajib pajak.

3.4.2. Sampel Data

Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan populasi maka sampel dalam

penelitian ini adalah seluruh wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di

Kantor SAMSAT Kota Banjar.

Salah satu metode untuk menghitung jumlah sampel yang akan digunakan

adalah dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut :


68

N
n=
N . e2 + 1

76.128
n=
(76.128 . 0,102) + 1

= 99,87

Keterangan :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e : Batas toleransi kesalahan (10%)

Berdasarkan perhitungan dari rumus tersebut, maka jumlah sampel yang

ditentukan dengan taraf kesalahan 10% ialah sebesar 99,87 dibulatkan menjadi

100 wajib pajak yang terdaftar di Kantor SAMSAT Kota Banjar.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, diperlukan sebuah metode atau teknik untuk

mengumpulkan data penelitian. Menurut Riduwan dan Akdon (2010, p. 51),

metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Peneliti menggunakan dua jenis metode

pengumpulan data dalam melaksanakan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan

bacaan yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dikerjakan, antara

lain buku, majalah ilmiah, dokumentasi, laporan kerja dan lainnya yang

mempunyai kaitan dengan penelitian.


69

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang langsung terjun kelapangan

dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi, menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono

mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan

psikhologis. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi

nonpartisipan yakni peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat

independen. Observasi di penelitian ini untuk melihat proses pembayaran

pajak secara manual dan dengan menggunakan e-Samsat

b. Wawancara, merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara bebas baik struktur maupun tidak

terstruktur dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara luas

mengenai obyek penelitian. Untuk penelitian ini penulis menggunakan

wawancara tidak struktur, yakni wawancara yang bebas di mana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis. Pedoman wawancara hanya berupa garisgaris besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan ke responden

yakni wajib pajak pengguna e-Samsat dan petugas pelayanan pajak

c. Kuesioner, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun secara

kronologis dari yang umum mengarah pada khusus untuk diberikan pada

responden/informan. Kuesioner diajukan pada responden dalam bentuk

tertulis disampaikan secara langsung ke alamat responden, kantor atau

tempat lain. Dalam penelitian ini kuisioner/angket yang digunakan adalah


70

angket tertutup, angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa

sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai

dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau

tanda checklist (√). Kuesioner ditunjukkan untuk responden yakni wajib

pajak terdaftar di Kantor SAMSAT Kota Banjar

Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi non partisipan yakni

peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen. Oleh

karena itu dibuatlah pedoman observasi untuk memudahkan peneliti memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi sosial yang diamati.

Tabel 3.3
Pedoman Observasi
Alur Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor secara manual di Kantor SAMSAT

No Aspek yang diamati Deskripsi


1 Wajib pajak datang ke loket pendaftaran untuk
mengisi form permohonan
2 Wajib pajak menyerahkan form permohonan ke
loket khusus penyerahan berkas
3 Wajib pajak menunggu slip pembayaran pajak
4 Wajib pajak menyerahkan slip pembayaran dan
membayar ke loket pembayaran pajak
5 Wajib pajak mendapat bukti pelunasan pajak
6 Wajib pajak membawa bukti pelunasan ke loket
pengambilan STNK untuk mendapatkan STNK
baru
71

Tabel 3.4
Pedoman Observasi
Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Menggunakan e-Samsat
di Kantor Samsat
No Aspek yang diamati Deskripsi
Fasilitas
1 Ketersediaan Ruang Tunggu
2 Ketersediaan Loket Pembayaran
3 Ketersediaan bangku untuk menunggu
4 Ketersediaan papan petunjuk
Kecepatan Pelayanan
1 Wajib Pajak menukarkan struk dengan SKPD
dan melakukan pengesahan STNK
2 Lama proses pelayanan
Sumber Daya Manusia
1 Ketanggapan Petugas
2 Keramahan Petugas

Instrumen interview atau wawancara pada penelitian ini adalah sistem

administrasi perpajakan modern yang berbasis e-Samsat untuk melihat bagaimana

penerapan sistem admininstrasi ini dan mengukur kepatuhan wajib pajak dari

adanya sistem administrasi ini. Wawancara dilakukan pada dua orang yakni

petugas dan wajib pajak.


72

Tabel 3.5
Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Item
Variabel Pertanyaan
Soal
Sistem Administrasi Petugas
Perpajakan Modern Seperti apa sosialisasi terkait program e- 1
Samsat yang dilakukan pihak samsat dan
Berbasis e-Samsat
dinas terkait?
apakah sosialisasi program e-Samsat ini telah 2
sepenuhnya diketahui masyarakat?
Adanya sistem administrasi perpajakan 3
modern apakah telah memudahkan petugas
dalam menjalankan pekerjaan? (adanya
kejelasan pembagian tugas dan wewenang)
Bagaimana penerapan program e-Samsat yang 4
selama ini telah dilakukan?
apakah infarstruktur yang ada telah mampu 5
mendukung program e-Samsat ini?
Apakah e-Samsat telah mempercepat proses 6
pembayaran pajak kendaraan bermotor oleh
wajib pajak?
Apakah program e-Samsat ini telah benar- 7
benar dimanfaatkan oleh wajib pajak?
Apakah pembayaran secara online 8
memudahkan petugas dalam memproses
pemenuhan kewajiban perpajakan wajib
pajak?
Apakah kecepatan pelayanan kepada wajib 9
pajak oleh petugas meningkat setelah ada
penerapan e-Samsat ini?
Apa kelebihan dan kekurangan dari program 10
ini?
adanya sistem administrasi perpajakan 11
modern apakah telah mempercepat proses
pelayanan bagi wajib pajak?
Upaya seperti apa yang dilakukan petugas 12
untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak?
Apa kendala yang dihadapi selama melakukan 13
pelayanan bagi wajib pajak?
bagaimana saran untuk kedepan agar program 14
ini dapat semakin efektif dilakukan?
73

Item
Variabel Pertanyaan
Soal
Wajib Pajak
Apakah saudara membayarkannya langsung 1
melalui ATM, Teller atau Mobile Banking?
Seperti apa proses yang dilakukan ketika 2
pembayaran bila melalui ATM dan Mobile
Banking?
Apakah step-step pembayaran melalui ATM 3
sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan?
Apakah sosialisasi yang diberikan terkait 4
program eSamsat ini sudah efektif dilakukan?
Apakah prosedur yang ada dari program e- 5
Samsat memudahkan untuk pembayaran pajak
kendaraan bermotor?
Seperti apa peningkatan pelayanan dari 6
program e-Samsat ini?
Apakah kecepatan pelayanan oleh petugas 7
meningkat setelah diterapkanna program e-
Samsat?
Apakah infrastruktur yang ada sudah layak 8
dan mendukung untuk penerapan program
ini? (adanya website dan pembayaran lewat
bank)
Apa saudara merasa terdapat kemudahan dari 9
pembayaran melalui e-Samsat ini dibanding
dengan pembayaran secara manual?
Apakah ada kesulitan yang dihadapi dari 10
pembayaran melalui e-Samsat ini?
Apakah sistem pembayaran melalui e-Samsat 11
sudah sepenuhnya dimanfaatkan oleh para
wajib pajak kendaraan bermotor?
apakah proses pembayaran melalui e-Samsat 12
ini sudah dapat memangkas waktu pelayanan
dan pembayaran pajak kendaraan bermotor?
Menurut saudara, apakah pembayaran melalui 13
bank atau ATM sudah dapat dikatakan efektif
dan efisien?
74

3.6. Alat Pengukuran Data

3.6.1. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat didapatkannya data yang diinginkan.

Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk

diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih sumber data yang

sesuaidengan tujuan penelitian.

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan

pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

sumber yang sudah ada.

1. Data Primer

Menurut Umi Narimawati (2008, p. 98), data primer adalah data

yang berasal dari sumber asli atau pertama. Dalam penelitian ini, data

primer didapatkan dengan membagikan kuesioner (angket) kepada

responden. Sugiyono (2013, p. 137) mendefinisikan kuesioner sebagai

sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Sebagai salah satu instrumen penelitian untuk pendekatan

kuantitatif, teknik ini efisien digunakan apabila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden,

serta apabila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang

luas.
75

Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner tertutup, karena alternatif jawaban telah disediakan oleh peneliti

bagi responden. Karena instrumen penelitian digunakan untuk melakukan

pengukuran dengan tujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang akurat,

maka setiap instrumen harus memiliki skala (Sugiyono, 2012, p.92).

Sumber data yang diperlukan dalam peneltian ini adalah data primer

dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari hasil penelitian secara

empirik dengan menggunakan kuesioner/angket yang disebarkan kepada

wajib pajak terdaftar di Kantor SAMSAT Kota Banjar sebagai sampel dari

penelitian.

2. Data Sekunder

Sedangkan, Sugiyono (2010, p. 137) mendefinisikan data sekunder

sebagai sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam

penelitian ini, data sekunder didapatkan melalui studi kepustakaan yang

berkaitan dengan topik penelitian, seperti buku maupun jurnal yang

dipublikasikan secara resmi atau online.

3.6.2. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.

Menurut Iskandar (2009, p. 83), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau skelompok orang mengenai suatu fenomena

atau gejala sosial yang terjadi. Fenomena ini telah spesifik dijelaskan oleh

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Kemudian, variabel


76

penelitian dijabarkan menjadi dimensi-dimensi yang menghasilkan sub variabel.

Dari sub variabel yang ada, muncul indikator-indikator yang dijadikan tolak ukur

dalam menuyusun pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel

penelitian.

Cara menjawab skala Likert menurut Sugiyono (2012, p. 93) adalah

dengan memberikan tanda, misalnya seperti checklist atau tanda silang pada

jawaban yang dipilih sesuai dengan pernyataan. Berikut merupakan bobot

penelitian skala Likert menurut Sugiyono (2012, p. 94).

Tabel 3.6
Bobot Penilaian Skala Likert

Bobot Nilai / Angka


No Pernyataan
Positif Negatif
1. Sangat Setuju (SS) 5 1
2. Setuju (S) 4 2
3. Netral (N) 3 3
4. Tidak Setuju (TS) 2 4
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Sumber : Sugiyono, 2002.

3.6.3. Transformasi Data

Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal.

Transformasi data ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagian

dari syarat analisis parametrik yang mana data setidaknya berskala interval

(Riduwan dan Kuncoro, 2011: 30). Data ordinal tersebut ditransformasikan

menjadi data interval melalui metode MSI. Langkah-langkah transformasi data

tersebut adalah sebagai berikut :


77

1) Menentukan frekuensi setiap jawaban responden

2) Menentukan proporsi dari setiap jawaban responden, yaitu dengan cara

membagi frekuensi dengan jumlah sampel.

3) Menentukan frekuensi secara berurutan untuk setiap responden sehingga

diperoleh proporsi kumulatif

4) Menentukan nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap

menyebar mengikuti sebaran normal baku.

5) Menentukan nilai Scala Value (nilai interval rata-rata) untuk setiap pilihan

jawaban melalui persamaan berikut ini :

𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡−𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑡 𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡


Skala Value =
𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑤 𝑢𝑝𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡−𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑜𝑤 𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑖𝑡

Keterangan :

Density at Lower limit = Kepadatan batas bawah


Density at upper limit = Kepadatan batas atas
Area below upper limit = Daerah di bawah batas atas
Area below lower limit = Daerah di bawah batas bawah

6) Mengubah Scale Value (SV) terkecil sama dengan satu dan

mentrasformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil

sehingga diperoleh Transformasi Scale Value (TSV)

Transormasi Scale value = Scale Value + (1 + scale value minimum)

7) Menyiapkan pasangan data dari variabel independen dan variable dependen

dari semua sampel penelitian untuk pengujian hipotesis.


78

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik. Dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.

3.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas / Uji Asumsi

3.7.1.1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi (2006) yang dikutip oleh Danang Sunyoto dalam

bukunya menjelaskan tentang Validitas yang merupakan suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah

yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product

moment adalah sebagai berikut:

Atau bisa juga dengan rumus sebagai berikut:


79

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y


x : skor masing-masing item
y : total skor
x : jumlah kemudahan penyajian

Menggunakan ∝ = 0,05 (5%) diketahui r hitung > r tabel. Apabila r hitung < r

tabel maka status kuesioner adalah gugur.

Tabel 3.7
Kategori Hasil Validitas Instrumen

Kategori Keterangan
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,60 – 0,80 Tinggi
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

3.7.1.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan

reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu :

1) Repeated Measure atau pengukuran ulang

2) One Shot atau pengukuran sekali saja : pengukuran hanya sekali dan

kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur

korelasi antar jawaban pertanyaan.


80

Untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α).

Suatu variabel dikatakan handal jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70

dan dikatakan tidak reliabel atau tidak handal bila nilai Cronbach Alpha < 0,7026

Tabel 3.8
Kategori Reliabilitas Instrumen

Nilai r Keterangan
0,00 sampai 0,20 Sangat Rendah
0,20 sampai 0,40 Rendah
0,40 sampai 0,60 Cukup
0,60 sampai 0,80 Tinggi
0,80 sampai 1,00 Sangat Tinggi

3.7.1.3. Uji Asumsi

1) Uji Normalitas

Salah satu model asumsi model regresi adalah residual mempunyai

distribusi normal. Uji t digunakan untuk melihat signifikansi variabel

independen terhadap variabel dependen tidak bisa diaplikasikan jika residual

tidak mempunyai distrubusi normal.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara

untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dengan

analisis grafik dan uji statistik. Uji statistik nonparametrik Kolmogrov-

Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan kriteria pengujian:

a. Jika nilai sig. (Asymp.Sig) > 0,05 maka data residual berdistribusi normal
81

b. Jika nilai sig. (Asymp.Sig) < 0,05 maka data residual tidak berdistribusi

normal.

2). Uji Homogenitas

Homogen artinya data yang dibandingkan atau dikomparasikan

sejenis (bersifat homogen), maka perlu uji homogenitas. Maka uji

homogenitas ialah uji yang dilakukan untuk melihat data yang dibandingan

bersifat sama atau homogen. Uji yang dilakukan untuk melihat adanya

homogenitas data ialah menggunakan tabel F dengan membandingkan

antara Fhitung dengan Ftabel.

Langkah pengujian :

1) Menghitung varians terbesar dan varians terkecil (Fhitung )

Varians Terbesar
Fhitung =
Varians Terkecil

2) Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel

Dengan rumus : dbPembilang = n-1 dan dbPenyebut = n-1, dengan taraf

signifikansi (α) = 0,05

3) Kriteria Pengujian

Jika : Fhitung ≥ Ftabel, Tidak Homogen


Jika : Fhitung ≤ Ftabel, Homogen

3.7.2. Teknik Statistik

3.7.2.1. Membuat Daftar Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi adalah salah satu cara untuk meringkas data kualitatif

maupun kuantitatif dengan cara pengelompokan ke dalam beberapa kelompok


82

(kelas) kemudian dihitung banyaknya data yang masuk ke dalam tiap kelas.

Tujuan dari pembuatan tabel distribusi frekuensi adalah untuk mengatur data

mentah (data yang belum dikelompokkan) ke dalam bentuk yang rapi tanpa

mengurangi inti informasi yang ada.

Pembuatan tabel distribusi frekuensi dapat dimulai dengan menyusun

data mentah ke dalam urutan yang sistematis (dari nilai terkecil ke nilai yang

lebih besar atau sebaliknya) atau lebih sering disebut data terurut.

Keuntungan dari pengurutan data mentah ke dalam urutan data yang sistematis,

diantaranya

1) Dapat melihat jarak antara nilai terkecil dan terbesar dari kumpulan data

tersebut.

2) Dapat mengetahui distribusi data.

3) Dapat mengetahui di sekitar mana data terkonsentrasi.

Untuk mendapatkan distribusi frekuensi, kumpulan array data

dikumpulkan ke dalam sejumlah kelas (kelompok) yang relatif sedikit, sehingga

distribusi frekuensi adalah suatu pengelompokkan data berdasarkan pada

kemiripan ciri.

Langkah-langkah untuk membuat Daftar Distribusi Frekuensi :

1) Tentukan nilai dari data terkecil, data terbesar, dan banyak data.

2) Tentukan Rentang/Range, yaitu nilai data terbesar dikurangi nilai data

terkecil.

Rentang = Data Terbesar – Data Terkecil

3) Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan.


83

Pada umumnya, banyak kelas interval ini antara 5 sampai 15 kelas,

dipilih sesuai keperluan. Namun yang ideal, banyak kelas interval

dapat dihitung dengan menggunakan aturan Sturges, yaitu :

Banyak Kelas = 1 + 3,3logn ; dengan n menyatakan banyak data

4) Tentukan panjang kelas interval (ρ)

rentang
ρ=
banyak kelas

5) Tentukan ujung bawah kelas interval pertama.

Biasanya diambil data terkecil atau data yang lebih kecil dari data terkecil,

akan tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas interval yang telah

didapat.

6) Selanjutnya kelas interval pertama dihitung dengan cara menjumlahkan

ujung bawah kelas dengan p dikurangi 1. Demikian seterusnya.

7) Nilai f dihitung dengan menggunakan tabel penolong

8) Buat Tabel Distribusi Frekuensi

Menurut Arikunto (2001: 246), klasifikasi penilaian untuk setiap variable yaitu :

Tabel 3.9
Kategori Persentase
Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 %
Kurang Baik 40 % - 55 %
Tidak Baik Kurang dari 40 %
Sumber : Arikunto (2001 : 246)
84

3.7.2.2 Metode Statistik

1) Uji Regresi

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana yang

didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal antar satu variable independen

dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linear sederhana:

Y = α + bX

Keterangan :

Y : Variabel Terikat
α : harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b : angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkat
atau variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b
(+), terjadi kenaikan; bila b (-), terjadi penurunan
X : Variabel Bebas

Sy
Harga b = r Harga α = Y - bX
Sx

Keterangan:
r : koefisien korelasi momen produk antara variabel dengan variabel
Sy : simpangan baku variable Y
Sx : simpangan baku variable X

Bila koefiesien korelasi tinggi, harga juga tinggi. Sebaliknya, bila

koefisien korelasi rendah, harga juga rendah. Selain itu, bila koefisien korelatif

negatif, harga juga negatif. Sebaliknya, bila koefisien korelasi positif, harga juga

positif. Harga dan harga dapat dicari degan rumus berikut:


85

Keterangan :
Y = Regresi Y atas X
X = Variabel X
α = Konstanta regresi
b = Koefisien regresi
n = Jumlah data
∑XY = Jumlah hasil perkalian X dan Y
∑ X2 = Jumlah hasil perkalian skor X
∑ Y2 = Jumlah hasil perkalian skor Y

2) Uji Hipotesis

Hipotesis statistik merupakan dugaan ata pernyataan mengenai satu atau

lebih populasi yang perlu diuji kebenarannya. Benar atau tidaknya suatu hipotesis

statistik belum dapat diketahui dengan pasti kecuali melakukan pengujian dengan

menggunakan populasi.

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Hipotesis nol (H0) yang akan di uji adalah apakah suatu parameter

(bi) sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variable independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter

suatu variable tidak sama dengan nol, atau:

Ha : bi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel independen.
86

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

1) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan

derajat kepercayaan sebesar 5% maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat

ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain

menerima hipotesis alternative, yang menyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila

nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel,

maka menerima hipotesis alternatif yang meyatakan bahwa suatu variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen

b. Hipotesis Statistik

Untuk menguji pengaruh secara individual sistem administrasi

perpajakan modern apabila diperoleh probabilitas (p value) < 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa variabel sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak. begitu juga sebaliknya, apabila diperoleh

probabilitas (p value) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variabel sistem

administrasi perpajakan modern tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak.

Sehingga dapat ditarik hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah :

H0 : ditolak jika p value < 0,05


Ha : diterima jika p value > 0,05

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai


87

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai

negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati

(2003) dalam Ghozali, jika uji empiris didapat nilai R2 negatif, maka nilai

adjusted R2 bernilai nol.

Secara matematis :

a) Jika nilai R2 = 1, maka Adjusted R2 = R2 = 1

b) Jika nilai R2 = 0, maka Adjusted R2 = (1- k)/(n-k)

Jika k > 1, maka Adjusted R2 akan bernilai negatif.

Dalam metode statistik ini untuk lebih mempermudah dalam perhitungan maka

peneliti menggunakan perhitungan program SPPS

3.7. Tempat dan Waktu Penelitian

3.7.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor SAMSAT Kota Banjar yang

berlokasi Jl. Gerilya Pamongkoran, Kota Banjar.

3.7.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan yakni dari bulan November

2020 sampai April 2021. Pengambilan waktu pelaksanaan ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa interval waktu tersebut penulis sudah dapat mengatur waktu

kerja sehingga bisa membagi waktu untuk memfokuskan penelitian dan penulisan

skripsi.
88

Tabel 3.10
Jadwal Penelitian

Tahun 2020 2021


Bulan NOV DES JAN FEB MARET APRIL
No Minggu
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Usulan Penelitian :
a. Penyusunan Usulan
Penelitian
b. Penyusunan Pedoman
Observasi
c. Penyusunan Pedoman
Wawancara
d. Penyusunan Angket
2 Konsultasi Penelitian
3 Seminar Usulan Penelitian

Perbaikan Usulan Penelitian


4 Pengumpulan Data :
a. Observasi
b. wawancara
c. penyebaran dan penarikan
angket
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7 Penyelesaian Draft Akhir
8 Persiapan dan Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Agoes, Sukrisno dan E. Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba


Empat. 2008

Anwar Pohan, Chairil. Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan


Bisnis Edisi Revisi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2015

Darwin. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2010

Diana, Sari. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Bandung : PT.Refika Aditama.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,
Semarang: Badan Penerbit-Undip. 2013

Hidayat, Nurdin dan Dedi Purwana. Perpajakan Teori & Praktik. Jakarta :
Rajawali Pers. 2017

Kurnia Rahayu, Siti. Perpajakan Konsep dan Aspek Formal. Bandung: Rekayasa
Sains. 2017

Mardiasmo. Perpajakan : Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: CV.Andi Offset. 2009

Purwono, Herry. Dasar-Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Erlangga.


2010

Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2011

Riduwan. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta. 2009

Siahaan, Marihot. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo.
2010

Siregar, Syofian . Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi


Aksara. 2013

Subagyo, P. Joko . Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. 2015

Sudaryono. Teori dan Aplikasi dalam Statistik. Yogyakarta: ANDI. 2014


Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta. 2013

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010

Suharjo, Bambang. Statistika Terapan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013

Sunyoto, Danang. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi. Yogyakarta : CAPS.


2011

Thoifah, I’anatut. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian kuantitatif.


Malang: Madani. 2015

Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2011

Widarjono, Agus. Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS,


dan SMARTPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015
SKRIPSI/JURNAL

Arif T.N, Feisal. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Pada Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan Daerah Prov.Wil Kota Bandung III Soekarno-Hatta).Skripsi.
FE Universitas Widyatama. 2015

Astriningtyas, Annisa. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan


Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi Kasus pada KPP
Pratama Teggalega Bandung). Skripsi. FE.UNPAS. Bandung. 2016

Faradila Hastanti, Nonik. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan


Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Terhadap KPP Pratama
Semarang Barat). Skripsi. FEB Univ. Dian Nuswantoro. Semarang. 2016

Guspa Prabowo, Doni. Upaya Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama
Semarang Timur). Jurnal Akuntansi Univ. Dian Nuswantoro. Semarang.
2015

Irawan, Hasan dan Siti Khairani. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan


Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Palembang. Jurnal. STIE MDP. Palembang. 2011

Lestari S.S, Rindi,. Dkk. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan


Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Batu. Jurnal
FIA Universitas Brawijaya. Malang. 2015

Lumbantoruan, Petrus. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan


Modern, Kualitas Pemeriksaan Pajak dan Kesadaran Masyarakat Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Survey pada WPOP Di KPP Pratama Bandung
Cibeunying). Jurnal. Unikom Bandung. 2013

Purnama Sari, Novi, dkk. Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Badan Dalam Melaporkan SPT (Studi Kasus pada KPP Madya
Malang). Jurnal FIA .Universitas Brawijaya. Malang. 2013
R.A Vivi Yulian dan Neri Susanti, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Di Unit
Pelayanan Pendapatan Provinsi (UPPP), Jurnal, FE Universitas Dehasen
Bengkulu, 2013, h. 68
Salsalina Lingga, Ita. Pengaruh Penerapan e-SPT Terhadap Efisiensi Pemrosesan
Data Perpajakan: Survey Terhadap Pengusaha Kena Pajak pada KPP
Pratama X Bandung. Jurnal Akuntansi Vol.4 No.2 November 2012

Setiana, Sinta .,dkk. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey pada KPP Pratama Bandung
Bojonagara) , Jurnal Akuntansi Vol.2 No.2 November. Univ. Kristen
Maranatha. Bandung. 2010

Sugi A, I Wayan dan Ni Ketut Leli A.M. Pengaruh Penerapan Sistem


Administrasi Perpajakan Modern dan Kesadaran Wajib Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.18.1
2017

Winarningsih, Srihadi. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Sosialisasi


Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan dan Pelayanan
Fiskus, Jurnal, FE UNPAD, Bandung, 2017
KUESIONER

PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN BERBASIS


E-SAMSAT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR

Saya mohon bantuan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi beberapapernyataan yang


ada di bawah dengan sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya

Kuisioner ini saya susun sebagai bahan melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh sistem administrasi perpajakan modern berbasis e-Samsat terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di kantor SAMSAT Kota Banjar

A. Karakteristik Responden
Petunjuk Pengisian:
 Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai
 Isilah titik-titik dengan jawaban yang sesuai

1. Nama Responden : ………………………………………


2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
3. Usia : 20Tahun 41 – 50 Tahun
21 – 30 Tahun > 50 Tahun
 31 – 40 Tahun

4. Pekerjaan : Wirausaha Pelajar/Mahasiswa


Pegawai Swasta Lainnya
PNS

5. Pendidikan Terakhir : SD D3/S1


SMP S2/S3
SMA
B. Pernyataan
Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda (√ ) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan Anda
2. Jawaban merentang dari 1 sampai 5 dengan ketentuan jawaban sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Ragu-Ragu (RR)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
3. Pastikan semua pertanyaan tidak ada yang terlewat

KUISIONER MENGENAI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN


BERBASIS E-SAMSAT
No Pernyataan Skala Keterangan
STS TS RR S SS
Strategi Organisasi
1 Saya mengetahui program e-Samsat dari spanduk,
media massa, media sosial dan televisi
2 Menurut Saya, sosialisasi program eSamsat melalui
berbagai media (tv, spanduk dan media sosial) telah
dilakukan secara efektif
3 Menurut saya, banyak yang telah mengetahui
program e-Samsat lewat sosialisasi yang diberikan
oleh petugas pajak
4 Menurut saya, kampanye peduli pajak yang
dilakukan dapat meningkatkan kesadaran wajib
pajak
5 Menurut saya, lewat kampanye peduli pajak
merupakan modernisasi strategi agar pemenuhan
perpajakan dapat terlaksana dengan baik
6 Menurut saya, kampanye peduli pajak yang
dilakukan oleh petugas pajak dan dinas terkait
sebagai bentuk pembaharuan sistem perpajakan
No Pernyataan Skala Keterangan
STS TS RR S SS
Kualitas Layanan
7 Menurut saya, pembayaran melalui e-Samsat telah
mempersingkat waktu pelayanan
8 Menurut saya, kecepatan pelayanan yang diberikan
oleh petugas meningkat setelah diterapkannya
pembayaran melalui e-Samsat
9 Menurut saya, persyaratan yang diberikan dalam
pembayaran melalui e-Samsat sudah jelas
10 Menurut saya, persyaratan dalam proses
pembayaran melalui e-Samsat mampu dipenuhi
oleh para wajib pajak
11 Menurut saya, prosedur dalam proses pembayaran
melalui e-Samsat lebih memudahkan wajib pajak
12 Menurut saya, prosedur yang ada dalam proses
pembayaran melalui eSamsat dapat meningkatkan
kualitas pelayanan
Fasilitas Layanan dengan Teknologi Informasi
13 Menurut saya, pembayaran pajak secara online
(Teller bank, internet banking, ATM) memudahkan
wajib pajak karena prosesnya cepat
14 Menurut saya, pembayaran pajak secara online
(Teller bank, internet banking, ATM) lebih efisien
dari sisi biaya yang dikeluarkan disbanding sistem
manual
15 Menurut saya, infrastruktur yang ada (website)
telah memudahkan proses pembayaran pajak
16 Menurut saya, infrastruktur yang ada untuk
mendukung proses pelayanan telah memadai
17 Menurut saya, infrastruktur yang ada untuk
pembayaran melalui e-Samsat memudahkan wajib
pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor
No Pernyataan Skala Keterangan
STS TS RR S SS
18 Menurut saya, pemanfaatan sistem e-Samsat
mempersingkat waktu pembayaran pajak kendaraan
bermotor
19 Menurut saya, pemanfaatan sistem e-Samsat
mempermudah wajib pajak dalam proses
pembayaran pajak kendaraan bermotor
20 Menurut saya, sistem e-Samsat sudah benar-benar
dimanfaatkan wajib pajak dalam hal pemenuhan
kewajiban perpajakannya
21 Menurut saya, proses pembayaran melalui bank
mempermudah wajib pajak kendaraan bermotor
22 Menurut saya, proses pembayaran melalui bank
merupakan peningkatan fasilitas pelayanan
23 Menurut saya, pembayaran melalui bank telah
benar-benar dimanfaatkan wajib pajak sebagai
pemenuhan kewajiban perpajakannya
KUISIONER MENGENAI KEPATUHAN WAJIB PAJAK
No Pernyataan Skala Keterangan
STS TS RR S SS
Kepatuhan Formal
1 Saya mendaftarkan diri sebagai wajib pajak secara
sukarela dengan mengisi formulir SPPKB (Surat
Pendaftaran dan Pendapatan Kendaraan Bermotor)
2 Saya melakukan pendaftaran kendaraan baru
sebagai bentuk pemenuhan kewajiban perpajakan
3 Saya selalu mengisi formulir pembayaran pajak
kendaraan bermotor sesuai dengan ketentuan
4 Saya membayar pajak kendaraan bermotor tepat
waktu sebelum batas akhir
5 Saya tidak pernah melakukan penunggakan dalam
pembayaran pajak kendaraan bermotor
Kepatuhan Material
6 Saya selalu mengikuti prosedur yang berlaku
selama proses pembayaran pajak kendaraan
bermotor
7 Saya telah menyerahkan bukti pembayaran pajak
sesuai dengan kebutuhan perpajakan
8 Saya selalu membayar denda apabila terdapat
tunggakan pajak
9 Saya membayar sanksi administrasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai