Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS SISTEM PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH

PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN


KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN
BARAT

SEMINAR AKUNTANSI

OLEH:
NURHANA
NIM 19.10.42.6657

UNIVERSITAS PANCA BHAKTI


FAKULTAS EKONOMI
PONTIANAK
2022
UNIVERSITAS PANCA BHAKTI
FAKULTAS EKONOMI

LEMBAR KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : NURHANA
JUDUL PENELITIAN : ANALISIS SISTEM PENGHAPUSAN
BARANG MILIK DAERAH PADA
DINAS PERPUSTAKAAN DAN
KEARSIPAN KABUPATEN KAPUAS
HULU PROVINSI KALIMANTAN
BARAT
TANGGAL SEMINAR : .....................................................................

TANGGAL KETERANGAN PARAF

Mengetahui: Disetujui Oleh:


Ketua Jurusan Akuntansi Narasumber

(Risal, SE., M. Si., AK., CA)


NIDN: 1104068701 NIDN:

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
proposal seminar mata kuliah dengan judul “Analisis Sistem Penghapusan Barang
Milik Daerah Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu
Provinsi Kalimantan Barat”.

Penyusunan Proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi Seminar Mata


Kuliah, pada Universitas Panca Bhakti Pontianak, Fakultas Ekonomi. Penulis
menyadari bahwa selesainya penyusunan seminar mata kuliah ini dapat terlaksana
dengan baik atas dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Purwanto, SH.M,Hum Selaku Rektor Universitas Panca Bhakti


Pontianak.

2. Bapak Zulfahmi, S.E., MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Panca
Bhakti Pontianak.

3. Bapak Risal, S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak.

4. Bapak Bapak Drs. H. Jaurino, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Akademik dan Tata Usaha dilingkungan Fakultas
Ekonomi Universitas Panca Bhakti Pontianak.

6. Staf atau Pegawai Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang telah membantu dan
menyediakan data yang diperlukan selama melakukan penelitian.

7. Keluarga besar tercinta yang telah memberikan dukungan dan beserta doa.

ii
8. Teman- teman yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan proposal
ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini, menyadari masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penelitian ini. Namun demikian adanya, semoga proposal seminar
mata kuliah ini dapat dijadikan acuan tindak lanjut penelitian selanjutnya dan
bermanfaat bagi kita semua kedepannya.

Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf atas kekurangan yang terdapat
dalam penyusunan proposal seminar mata kuliah ini, Semoga dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Terima Kasih

Pontianak, Juni 2022

Penulis

Nurhana

NIM. 19.10.42.6657

iii
DAFTAR ISI

Contents

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................

1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................

1.3. Rumusan Masalah ...............................................................................................

1.4. Tujuan Penelitian.................................................................................................

1.5. Manfaat Penelitian...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................

2.1. Landasan Teori ....................................................................................................

2.1.1. Barang Milik Daerah.........................................................................................

2.1.2. Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah............................................................

2.1.3. Keuangan Daerah..............................................................................................

2.1.4. Organisasi Pengelola Keuangan Daerah...........................................................

2.2. Penelitian Terdahulu..........................................................................................

2.3. Kerangka Penelitian...........................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................

3.1. Bentuk Penelitian...............................................................................................

iv
3.2. Jenis dan Sumber Data......................................................................................

3.3. Teknik Pengumpulan Data................................................................................

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...............................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aset atau Barang Milik Daerah merupakan salah satu unsur penting dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Barang milik daerah (BMD) merupakan salah satu aset yang paling vital yang
dimiliki daerah guna menunjang operasional jalannya pemerintahan daerah. Hal
ini disebabkan dengan adanya barang milik daerah maka pencapaian
pembangunan nasional dapat terlaksana guna kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dan masyarakat daerah pada khususnya.

Oleh karena itu, Barang Milik Daerah harus dikelola dengan baik dan
benar sehingga terwujud Pengelolaan Barang Milik Daerah yang transparan,
efisien, akuntabel, ekonomis serta menjamin adanya kepastian nilai. Paradigma
baru pengelolaan Barang Milik Daerah juga menekankan pada penciptaan nilai
tambah dari Barang Milik Daerah yang dimiliki dan dikelola.

Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya yang
dimiliki oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang
dikuasai pemerintah daerah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas
dan fungsi pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan
baik agar aset tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk
melakukan pengembangan kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola
dengan semestinya, aset tersebut justru menjadi beban biaya karena sebagian
dari aset membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga turun
nilainya (terdepresiasi) seiring waktu.

Selain itu, Barang Milik Daerah pada umumnya akan dicantumkan dalam
laporan keuangan khususnya di dalam neraca pemerintah daerah, yang apabila

1
tidak dikelola dengan efektif dan efisien akan menimbulkan penyimpangan dan
penyelewengan akan merugikan daerah tersebut, sehingga tata kelola (good
governance) yang baik dalam unsur pemerintahan tidak terlaksana. Untuk
menunjang tata kelola yang baik, pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan dengan baik mulai pada saat perencanaan dan penganggaran barang
milik daerah hingga penatausahaan barang milik daerah itu sendiri. Menurut
Sholeh dan Rohmatsyah (2010), secara sederhana pengelolaan Barang Milik
Daerah meliputi 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: (1) Adanya perencanaan yang tepat,
(2) pelaksanaaan/ pemanfaatan secara efisien dn efektif dan (3) pengawasan
(monitoring). Ketiga fungsi utama ini ditunjukkan dalam siklus pengelolaan
Barang Milik Daerah.

Agar ketiga fungsi tersebut tercapai, maka diperlukan strategi yang tept
dalam pengelolaan BMD. Sasaran-sasaran strategis yang harus dicapai melalui
pengelolaan antara lain, (1) terwujudnya ketertiban administrasi mengenai
kekayaan daerah baik menyangkut inventarisasi tanah dan atau bangunan,
sertifikasi kekayaan daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem
pelaporan kegiatan tukar-menukar, hibah dan ruislag, (2) terciptanya efisiensi
dan keefektifan penggunaan aset daerah dalam menunjang kegiatan
pembangunan, (3) pengamanan aset daerah, dan (4) tersedianya data dan
informasi yang akurat mengenai kekayaan (aset) daerah.

Pemerintah Kapuas Hulu dengan peraturan Bupati Kapuas Hulu, nomor


14 tahun 2018 tentang pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah
kabupaten Kapuas Hulu memutuskan: Pemusnahan dan Penghapusan Barang
Milik Daerah. Penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak upaya hukum lainnya
dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. Barang yang tidak
bisa dipakai namun belum dihapuskan misalnya belanja laptop tahun 2021-2022

2
tiba-tiba rusak mau dihapus tapi manfaat dari penggunaan laptop tersebut masih
diperlukan oleh para pegawai.

Namun terdapat kendala dalam implementasi kebijakan pengelolaan BMD yaitu:

1.) Masih terdapat perangkat daerah yang mencatat barang inventaris namun tidak
diketahui keberadaannya. Adapun tahun perolehan barang diperoleh dibawah
tahun 2000.
2.) Pemerintah Daerah terkendala dalam melakukan penghapusan barang inventaris
yang tidak memiliki dokumen kepemilikan.
3.) Terkait penyelenggaraan hubungan antara pemerintah pusat/instansi vertical dan
pemerintah daerah beberapa kali terkendala.

Dalam kasus-kasus tersebut banyak implementasi pengelolaan


penghapusan barang milik daerah terhambat dan tidak maksimal dalam
melakukannya.

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas, maka penulis


tertarik untuk meneliti “Analisis Sistem Penghapusan Barang Milik Daerah
Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi
Kalimantan Barat”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dianalisis identifikasi masalahnya


meliputi:

Masih ada nilai manfaat dan buku juga masih belum rusak dan juga belum
sampai lima tahun tetapi sudah dihapuskan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini antara lain:

3
1. Bagaimana sistem penerapan Sistem Penghapusan Barang Milik Daerah Pada
Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi
Kalimantan Barat?

2. Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan Sistem Penghapusan Barang
Milik Daerah Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu
Provinsi Kalimantan Barat?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem penerapan Sistem Penghapusan Barang Milik


Daerah Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu
Provinsi Kalimantan Barat.

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan Sistem
Penghapusan Barang Milik Daerah Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan
Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh


penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah dan


masyarakat pada umumnya terkait dengan Analisis Sistem Penghapusan Barang
Milik Daerah Pada Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu
Provinsi Kalimantan Barat, Sehingga Pemerintah Daerah dapat menjadikan
penelitian ini sebagai masukan dan pertimbangan terhadap perkembangan
teknologi agar dapat meningkatkan akuntabilitas keuangan desa.

4
2. Bagi Universitas Panca Bhakti

Sebagai bahan referensi pustaka karya ilmiah atau penelitian selanjutnya


terkait dengan penerapan sistem penghapusan barang milik daerah.

3. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan baru sebagai akses untuk menambah


pengetahuan mengenai Analisis Sistem Penghapusan Barang Milik Daerah Pada
Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi
Kalimantan Barat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Barang Milik Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016,
Aset atau Barang Milik Daerah adalah semua kekayaan daerah, baik yang
dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan


lain yang sah, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta
bagian-bagiannya.

Menurut PSAK No. 16 Revisi Tahun 2011, aset adalah semua


kekayaan yang dipunyai oleh individu ataupun kelompok yang berwujud
maupun tidak berwujud, yang memiliki nilai dan memiliki manfaat bagi
setiap orang, instansi atau perusahaan.

Dewi (2020:765) aset merupakan suatu barang yang memiliki nilai


ekonomis, nilai guna, nilai milik, serta nilai khusus yang dimiliki secara
pribadi maupun kelompok yang difokuskan dalam pencapaian tujuan
organisasi.

Selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa aset merupakan benda


yang terdiri dari benda bergerak dan tidak bergerak, baik yang berwujud
ataupun yang tidak berwujud yang terhitung dalam aktiva dari suatu
organisasi, badan usaha, instansi maupun individu perorangan.

2.1.2. Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah

Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan


bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan peraturan serta melakukan

6
pengelolaan Barang Milik Daerah. (Permendagri Nomor 19 Tahun 2016).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:532) pengelolaan adalah
tahapan yang memberikan pengamatan pada semua hal yang terlibat dalam
penggunaan dan pencapaian tujuan.

Menurut Permendagri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis


Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, pembinaan pengawasan dan
pengendalian, pengelolaan barang milik daerah pada SKPD yang
menggunakan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah,
barang daerah berupa rumah Negara, Ganti rugi dan sanksi.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengelolaan Barang Milik


Daerah adalah seluruh barang kekayaan daerah baik yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah atau
perolehan lainnya yang sah kemudian dikelola oleh suatu organisasi atau
instansi yang memiliki anggota untuk melakukan pengendalian guna
mencapai tujuan organisasi lembaga yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.3. Keuangan Daerah

Keuangan daerah merupakan elemen penting bagi kegiatan


penyelenggaraan pemerintah daerah. Menurut PP Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan daerah
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut dalam kerangka
anggaran pendapatan dan belanja daerah.

7
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah
mencakup tiga hal, yaitu hak daerah, kewajiban daerah, dan kekayaan yang
bersangkutan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Hak merupakan
bentuk penerimaan yang mampu meningkatkan kekayaan daerah. Semua hak
merupakan hak untuk memungut sumber-sumber pemerintah daerah yang
meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan
lain-lain, atau hak untuk menerima sumber-sumber pendapatan lain seperti
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sesuai peraturan yang telah
ditetapkan (Halim, 2002).

Kewajiban adalah bentuk pengeluaran yang mampu menurunkan


kekayaan daerah. Kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang
guna membayar tagihan-tagihan atas kegiatan penyelenggaraan fungsi
pemerintah, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi.

2.1.4. Organisasi Pengelola Keuangan Daerah

Kekuasaan atas pengelolaan keuangan daerah diserahkan kepada


Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Dalam melaksanakan kekuasaan tersebut, Kepala Daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban, serta pengawasan Keuangan Daerah kepada Pejabat
Perangkat Daerah, yang terdiri atas:

1. Sekretaris daerah selaku koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah;

2. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) SKPKD


selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), merupakan perangkat
daerah pada pemerintahan daerah yang menggunakan anggaran/barang, yang
juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. SKPKD merupakan unit

8
kerja pemerintah daerah yang memiliki kewajiban untuk menyusun dan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pemakaian dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berupa laporan keuangan

3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna


Anggaran, merupakan unit kerja pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/barang. SKPD memilki kewajiban untuk menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun laporan keuangan, yang kemudian digunakan oleh
SKPKD sebagai dasar dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban
pemakaian dana APBD.

Struktur organisasi SKPD pada garis besarnya terdiri atas Kepala


Badan/Dinas, Sekretaris/Bagian Umum, Bidang-bidang dan Jabatan
Fungsional.

1. Sekretaris/Bagian Umum terdiri atas sub bagian umum dan kepegawaian


dan sub bagian perencanaan dan keuangan

2. Bidang-bidang terdiri atas sub bidang sesuai dengan bidang yang ditangani
oleh Badan/Dinas.

3. Jabatan Fungsional merupakan jabatan yang dalam pelaksanaan tugasnya


didasarkan pada keahlian/ketrampilan tertentu yang bersifat mandiri.

Struktur organisasi Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran dan


pelaksana urusan pemerintahan daerah pada garis besarnya terdiri atas:

1. Kepala Badan/Dinas/Kantor, selaku pejabat pengguna anggaran/barang


daerah.

2. Sekretaris/Kepala Bagian Umum, selaku pejabat kuasa pengguna


anggaran/barang.

9
3. Sub Bagian Keuangan pada Badan/Dinas dan Sub Bagian Tata Usaha
Kantor, selaku pejabat penatausahaan keuangan PD (PPK-PD).

4. Sub Bagian Umum/Perlengkapan dan Kepegawaian pada Badan/Dinas dan


Sub Bagian Tata Usaha pada Kantor, selaku pejabat pengurus/penyimpan
barang.

5. Kepala Bidang/Sub Bidang pada Badan, Kepala Bidang/Seksi pada Dinas


dan Kepala Seksi pada Kantor, selaku pejabat pelaksana teknis kegiatan PD
(PPTK-PD).

6. Jabatan fungsional yang terdiri dari Bendahara Penerimaan dan/atau


Bendahara Pengeluaran.

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini


dibahas secara singkat untuk dapat membandingkan hasil dari penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang ini.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


1 Rahima Br. “Pengelolaan Deskriptif Permasalahan aset
Purba & Nur Aset Tetap Kualitatif tetap daerah di
Aziza Dalam Indonesia terutama
Mengoptimalkan
pada beberapa tempat
Pemanfaatan
Aset yaitu administrasi
Daerah” yang kurang baik
2019 dimana masih ada
yang tidak sesuai
dengan regulasi yang
berlaku atau belum
mengoptimalkan
pemanfaatan aset tetap
dimana masih ada

10
jenis pemanfaatan
yang belum dilakukan.
2 Brilliant “Analisis Kualitatif a. Pengelolaan BMD
Yehezkie Pengelolaan yang dilakukan
Sondakh, Barang Milik BPKAD Kabupaten
Harijanto Daerah” Minahasa telah
Sabijono, 2017 sesuai dengan PP
Lidia No 27 Tahun 2014
Mawikere tentang
Pengelolaan BMD.
b. Penggunaan BMD
pada BPKAD Kabupaten
Minahasa sudah
berjalan dengan baik sesuai
dengan peraturan yang
berlaku dibuktikan dengan
alur penggunaan.
c. Pemanfaatan BMD
pada BPKAD belum
berjalan secara optimal.

11
2.3. Kerangka Penelitian

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang


Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 329 ayat (1) dan (2)

Penghapusan Barang Milik Daerah

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kapuas


Hulu Provinsi Kalimantan Barat

Implementasi dan pengelolaan sistem penghapusan


barang milik daerah

Penerapan penghapusan barang milik daerah

12
13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Menurut Muntahanah (2014:4) Penelitian ini merupakan penelitian


kualitatif dengan pendekatan bentuk analisa deskriptif. Pendekatan kualitatif ini
digunakan dalam rangka mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
dari orang atau sample yang digunakan sebagai responden penelitian.

Menurut Sugiyono (2016) Penelitian kualitatif berfungsi menetapkan


focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Untuk mengumpulkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini

menggunakan data sebagai berikut:

1. Data Primer

Menurut Sanusi (2011:104), data primer adalah data yang pertama kali
dicatat dan dikumpukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data primer yang
dimaksud adalah hasil wawancara yang dilakukan secara langsung terkait
dengan penerapan penghapusan barang milik daerah kepada subyek penelitian
yaitu narasumber dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kapuas
Hulu Provinsi Kalimantan Barat dan diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan
kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem penghapusan barang milik daerah
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan
Barat.

14
2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2016:141), data sekunder adalah data yang diperoleh


dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang
bersumber dari literature, buku-buku, serta dokumen. Didalam penelitian ini data
sekunder yang diperoleh yaitu berupa output dari peraturan pemerintah daerah
yang terkait dengan penerapan aturan dalam pengelolaan penghapusan barang
milik daerah.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016:224), teknik pengumpulan data merupakan


langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena dimana tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Observasi
Menurut Sugiyono (2016: 204) observasi merupakan kegiatan pemuatan
penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non partisipan.
Jenis observasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah observasi non-
partisipan. Dalam observasi ini, peneliti memilih hal yang diamati dan mencatat
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

2. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2016: 199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada resonden untuk dijawabnya.

Didalam penelitan ini kuesioner berupa pertanyaan dan pernyataan


mengenai penerapan penghapusan barang milik daerah didalam pengelolaannya

15
di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi
Kalimantan Barat, yang dibagikan kepada pegawai daerah dinas perpustakaan
dan kearsipan yang berkaitan langsung terhadap sistem tersebut.

3. Wawancara

Menurut Yin K (2015) teknik wawancara dalam penelitian ini


menggunakan teknik wawancara mendalam (Indepth interview). Wawancara
mendalam adalah sebuah wawancara yang lebih mirip seperti sebuah percakapan
daripada sebuah wawancara yang formal dan terstruktur.

4. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2016: 329) dokumentasi adalah suatu cara yang


digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,arsip,
dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang
dapat mendukung penelitian. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi output yang dihasilkan dari peraturan tersebut yang terkait dengan
penerapan penghapusan barang milik daerah dalam pengelolaannya.

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Moleong (2011:248) analisis data adalah upaya yang dilakukan


dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. Alat analisis didalam
penelitian ini yaitu wawancara mendalam (Indepth Interview), bagan alir, dan
kuesioner.

Dalam menganalisis data, berikut langkah-langkah yang dilakukan peneliti:


1. Melakukan Observasi pada objek penelitian.

16
2. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang terjadi.

3. Mengumpulkan semua data yang diperoleh melalui wawancara mendalam


(Indepth interview), kuesioner yang dibagikan kepada pegawai daerah dan arsip
dokumen-dokumen.

4. Mempelajari data yang terkumpul.

5. Membuat tabel yang diperoleh.

6. Menganalisis data.

7. Menarik kesimpulan dari permasalahan yang telah dipahami dan data yang
telah terkumpul.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

________ . 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.
Aji, Wahyu Fatma Dewi, 2020. Dampak Covid-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2
(1): 59-60.
Anwar Sanusi, 2011, Metode Penelitian Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.
Chabib Soleh, Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
Bandung: Fokusmedia.
Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Muntahanah, Siti. 2014. Efektifitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa
DiKecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Purwokerto: Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Wijayakusuma Purwokerto.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Barang
Milik Daerah Pasal 329 ayat (1) dan (2).
Peraturan Bupati Kapuas Hulu Nomor 14 Tahun 2018.
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
PP Nomor 12 Tahun 2019
PSAK No. 16 Revisi Tahun 2011
Sugiyono. 2016. Memahami Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Yin, Robert, K. 2015. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

19

Anda mungkin juga menyukai