Anda di halaman 1dari 99

TESIS

EVALUASI KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI


KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (DPMPTSP)
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH :

NURCAHAYA
4619103024

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2020

i
2
3
4
5
6
ABSTRAK

Nurcahaya. Evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi Kabupaten Pangkajene dan


Kepulauan Di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Sistem Satu Pintu (Dibimbing
Oleh Husain Hamka dan Andi Rasyid Panarangi)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian Pankagen dan kebijakan


reformasi birokrasi pemerintah pulau dalam layanan investasi sistem tunggal.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif untuk menjelaskan dan
mengamati aspek-aspek yang perlu diteliti dan menjelaskan aspek-aspek tersebut.
Untuk mengetahui kebenarannya, peneliti melakukan wawancara dengan
mengamati beberapa informan penting. Tidak jelas, tidak efektif, tidak efektif, tidak
terukur, tidak tepat. Karena prinsip-prinsip tata kelola yang baik, selalu ada
kekurangan bakat untuk integritas, netralitas, kompetensi, keahlian dan sistem
kinerja tinggi.
Format pengelolaan SAKIP di DPMPTSP Pangkep sudah sesuai dengan
prosedur yang ada. Hal ini terlihat dari kinerja DMPPTSP setelah penerapan
SAKIP. Tergolong sangat baik dan mencapai skor capaian operasional 9 ,76(sangat
baik)), dan dukungan pemerintah daerah terhadap pengelolaan SAKIP.

Kata Kunci : Kebijakan Reformasi Birokrasi dengan penerapan SAKIP

7 iii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT., dan shalawat atas

junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat

beliau, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Evaluasi

Kebijakan Reformasi Birokrasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Di

Dinas Penanaman Modal Pelayanan Sistem Satu Pintu”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak terkait,

tesis penelitian ini tidak terselesaikan. Melalui kesempatan ini perkenankanlah

penulis menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. DR. Ir. H. Muhammad Saleh Pallu, M. Eng, selaku Rektor Universitas

Bosowa Makassar.

2. Prof. DR. Ir. Batara Surya, M. Si, selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Bosowa Makassar.

3. Prof. DR. Andi Rasyid Pananrangi, M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Universitas Bosowa Makassar.

iv

8
4. Prof. DR. H. Husain Hamka, M. Si, selaku pembimbing I yang dengan tulus

ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikanpenyusunan

tesis ini.

5. Prof. DR. Andi Rasyid Panarangi, S.H, M. Pd, selaku pembimbing I yang dengan

tulus ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

penyusunan tesis ini.

6. DR. Nurkaidah, M.M. dan DR. Zainuddin Mustafa, M. Si, sebagai dewan

penguji yang senantiasa memberi masukan berupa kritik dan saran yang

membangun dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Para Dosen dan Staf Pegawai Program Studi di Universitas Bosowa Makassar.

8. Kepala Dinas PNPTSP beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

9. Suami dan anak-anakku sebagai salah satu wujud cinta dan terima kasih penulis

atas segala dukungan dan senantiasa mendoakan kesehatan dan keberhasilan

penulis.

Akhirnya semoga proposal penelitian ini ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu administrasi publik, dan Tuhan yang Maha Esa senantiasa

memberikan Rahmat dan Petunjuk dalam kemanfaatan Karya tesis ini. Amin.

Makassar, Juli 2021

Penulis

9v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP

A. Perspektif Teori.. .......................................................................... 9

1. Tinjauan Umum Tentang Reformasi Birokrasi....................... 9

2. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Publik ........................... 21

3. Tinjauan Umum Tentang Administrasi................................... 32

4. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Organisasi .................. 34

5. Sistem Akuntabilitas Kinerja Institusi Pemmerintah .............. 37

B. Penelitian Terdahulu .................................................................. . 46

C. Kerangka Fikir................................................... ……………….. 49

10
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ......................................................................... 51

B. Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................... 52

C. Fokus dan Deskripsi Fokus .......................................................... 52

D. Instrumen Penelitian..................................................................... 53

E. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 53

F. Tekhnik Pengumpulan Data ......................................................... 55

G. Tekhnik Analisis Data .................................................................. 55

H. Rencana Pengujian Keabsahan Data ............................................ 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian ................................................................................. 60

B. Hasil Penelitian .................................................................................. 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 80

B. Saran.................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

11
vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Fikir

Gambar 3.2 : Tahapan Analisis Kualitatif Menurut Miles Hubberman

12
viii
DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

ASN : Aparatur Sipil Negara

DPMPTSP : Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Sistem Satu

Pintu

GDRB : Grand design Reformasi Birokrasi

KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

LAKIP : Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah

LAN : Lembaga Administrasi Negara

PANRB : Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

SAKIP : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

SDM : Sumber Daya Manusia

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

13
ix
IMB : Izin Mendirikan Bangunan

PAD : Pendapatan Asli Daerah

SOP : Standard Operating Procedur

SIMBG : Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung

UU : Undang-Undang

14
x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Pedoman Wawancara

Lampiran B : Lembar Kuisioner Untuk Aparat Daerah

Lampiran C : Lembar Kuisioner Untuk Pelanggan

Lampiran D : Undang-Undang

15
xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan public pada umunya terkait beberapa bagian dari kehidupan

yang luas. Pada hakekatnya pemerintah berfungsi memberikan pelayanan

public pada masyarakatnya, baik yang sifatnya aturan maupun dalam bentuk

administrasi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. (Rahadian, 2019.

Hal 1).

Pada kenyataannya bahwa pelayanan public yang ada di Indonesia

untuk mendapatkan kinerja yang bagus terkadang menjadi pembahasan, baik

secara tertulis maupun dalam bentuk penelitian. Adanya masalah dalam

pelayanan public ini dipengarui beberapa hal yang komplek seperti factor

budaya sutau organisasi yang bersifat paternalistic, wilayah kerja yang kurang

baik, terhadap perubahan waktu, kurang pemberian reward dalam

pemerintahan yang ada di Indonesia. Pada masa otonomi daerah dimana

diberikan keleluasan pada setiap Kabupaten/kota untuk melaksanakan

pemerintahan atas dasar kebutuhan dan kepentingan daerah sendiri yang

dianggap belum mampu mewujudkan pelayanan public yang efektif

(Rahadian, 2019. Hal 1).

Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah sebaiknya menjawab

tantangan yang bergerak terhadap perubahan globalisasi, diperlukan

keberanian untuk menghentikan system selama ini yang telah diterapkan di

Indonesia berupa suatu upaya eformasi birkrasi dalam pelayanan public.

16
1
2

Tujuan dari reformasi birikrasi ini yaitu untuk mengubah dan menta kembali

tatanan pelayanan yang memberikan kesan lambat, membeda-bedakan dan

diskriminatif, menuju kearah pemerintahan yang lebih baik (Good

Governance).

Reformasi birokrasi merupakan hasil dari perubahan cepat di bidang

ekonomi, sosial dan politik. Untuk mengidentifikasi perubahan yang cepat

dalam birokrasi, Presiden membuat aturan desain utama reformasi administrasi

2010-2025, seperti yang dijelaskan dalam Peraturan PresidenNo. 81 Tahun

2010, semua tertulis. 5 tahun sejak Menteri Pembebasan. Reformasi Birokrasi

dan Organisasi Nasional (PANRB) (No. 81 Tahun 2010 dilaksanakan dalam

Proyek Reformasi Birokrasi).

Pelaksanaan reformasi birokrasi ini bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan pemerintah dalam memberantas korupsi, kolusi dan otokrasi

sehingga pemerintahan lebih bersih dari ketiga hal tersebut. Demi harapan

rakyat, kita akan mewujudkan Indonesia kita, yaitu pelayanan publik yang

lebih baik yang dapat bersaing dalam dinamika global yang semakin maju

dan menuntut, kemampuan dan tanggung jawab untuk melakukan birokrasi

yang lebih baik, lebih profesional. seperangkat ide dan budaya yang

mencerminkan integritas dan kinerja yang lebih besar. (Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025 hal.7).

Pada tahun 2025, adanya harapan yang telah diwujudkan oleh

pemerintah yaitu terpenuhinya birokrasi pemerintah yang profesional,

berintegritas tinggi, dan menjadi pelayan masyarakat dan abdi negara

17
3

(Grand Design Reformmasi Birokrasi 2010-2025 hal.8). salah satu sasaranyang

telah ditetapkan di dalam Grand Design Reformasi Birokrasi adalah perlunya

meningkatkan kualitas dan kapasitas akuntabilitas kinerja birokrasi. Sasaran

tersebut dilakukan dengan melaksanakan penguatan akuntabilitas kinerja yang

dilaksanakan.

Untuk melakukan reformasi birokrasi pada suatu pemerintahan yang

bersih tanpa adanya korupsi, kolusi, dan nepotisme serta meningkatkan

kemapuan dalam melakukan pelayanan public yang lebih baik lagi, diperlukan

kekuatan pada kinerja instansi pemerintahan. Pada peraturan Presiden Nomor

29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

dijelaskan yang dimaksud dengan akuntabilitas kinerja merupakan suatu wujud

tanggung jawab bagi instansi pemerintah unuk memenuhi kewajiban agar dapat

meningkatkan keberhasilan daan kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan

yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai

misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah

ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara

periodik (Mahmudi, 2017, hal 28).

Dilakukannya penrapan SAKIP di instansi pemerintahan dapat

menimbulkan kendala pada aparatur sipil negara, yang memiliki pemikiran

bahwa kegiatan yang dilakukan selama ini bertujuan untuk mengambil

keuntungan dari anggaran yang sudah dilokasikan pada instansi pemerintah,

walaupun keberhasilan dan kegagalan hanya semata-mata demi kepentingan

instansi. Tujuan penerapan SAKIP ini agar hasil dari pelaksanaan suatu

18
4

kegiatan yang merupakan wijud dari program pemerintah memiliki kontribusi

secara langsung terhadap pencapaian sasaran program yang telah ditetapkan.

Pengimplementasian SAKIP pada instansi pemerintahan maka

diperlukan analisa dan pengawasan terhadap menigkatnya kinerja pada instansi

pemerintahan, maka diperlukan penilaian atas implementasi SAKIP. Evaluasi

ini diharapkan dapat mendorong instansi pemerintah baik di pusat maupun

daerah untuk secara konsisten meningkatkan implementasi SAKIP dan

mewujudkan capaian kinerja instansinya sesuai yang diamanatkan dalam

perencanaan kinerja. Dilakukannya penilaian tas implementasi SAKIP

dilakukan untuk menganalisa secara sistemis, meakukan pemberian nilai,

atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan, serta pemberian solusi atas

masalah yang ditemukan untuk tujuan peningkatan akuntabilitas dan kinerja

instansi/unit kerja pemerintah (Permenpan-RB Nomor 12 Tahun 2015).

Tujuan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2013 tentang Pedoman

Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah, yaitu agar

pemerintah pusat dan daerah berjalan beriiringan tanpa adanya perbedaan.

Setelah ditetapkan peraturan tersebut kemudian ditetapkan 8 area perubahan

reformasi birokrasi pemerintah daerah yaitu Mental Aparatur, Pengawasan,

Akuntabilitas, Kelembagaan, Tata Laksana, Sumber Daya ASN, Peraturan

Perundang-undangan dan Pelayanan Publik (Road Map Percepatan Reformasi

Birokrasi Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 2019 – 2021).

19
5

Penguatan akuntabilitas kinerja ini dilaksanakan dengan pelaksanaan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Lembaga Pemerintah( SAKIP), dimana dicoba

serangkaian kegiatan yang sistematis, perlengkapan, serta prosedur yang sudah

diranang dengan tujuan selaku bahan pengukuran serta serta penetapan,dicoba

pengumpulan informasi, melaksanakan pengklasifikasian, serta dicoba

pelaporan kinerja pada lembaga terpaut, dalam rangka mempetanggung

jawabkan serta tingkatkan kinerja lembaga pemerintah sebagaimana diartikan

dalam Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tersebut( Permenpan- RB No 12

Tahun 2015).

Bersumber pada perihal tersebut diatas, buat mewujudkan berjalannya

reformasi birokrasi pada lembaga pemerintahan, hingga pemerintah Kabupaten

Pangkajene serta Kepulauan melaksanakan penataan Road Map Reformasi

Birokrasi yang membagikan akibat positif demi tercapainya visi, misi, tujuan

serta target pembangunan Pemerintah Kabupaten Pangkajeneserta Kepulauan(

Road Map Percepatan Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Pangkajene

serta Kepulauan 2019– 2021).

Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan melakukan

program reformasi birokrasi pada periode 2019- 2021. Program reformasi

birokrasi diharapkan membagikan manfaat serta dampak yang cukupsignifikan

terhadap peningkatan kinerja unit- unit kerja di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yang pada kesimpulannyamemberikan

kontribusi positif terhadap peningkatan kinerja organisasi secara

20
6

keseluruhan dalam memberikan sokongan( Road Map Percepatan Reformasi

Birokrasi Pemerintah Kabupaten Pangkajene serta Kepulauan 2019– 2021).

Pemerintah Kabupaten Pangkep serta Kepulauan spesialnya DPMPTS

sangat berharap terhadap kenaikan daya guna serta efisensi dalam melakukan

tugas serta guna dai segala bagian kerja dengan mempraktikkan prosedur,

system, serta mekanisme kerja, dan standar pelayanan yang lebih jelas, efektif,

efisien serta tertib, transparan dan akuntabel, dengan didukung optimalisasi

pemanfaatan teknologi data serta komunikasi yang mencukupi, sehingga

pelaksanaan tugas dan fungsi dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih kilat,

terukur serta transparan, dan tidak membagikan kesempatan terjalin praktek

kolusi, korupsi, serta nenpotisme dilingkup pemerintahan.Terbentuknya unit

pelayanan informasi publik yang menghasilkan pelayanan publik yang

terjangkau oleh seluruh lapisan warga, ketepatan waktu pelayanan serta

kejelasan prosedur( Road Map Percepatan Reformasi Birokrasi Pemerintah

Kabupaten Pangkajene serta Kepulauan 2019– 2021)

Bersumber pada penjelasan di atas penulis tertarik buat melaksanakan

penilaian kebijakan reformasi birokrasi sistem akuntabilitas kinerja lembaga

pemerintahan utamanya di Dinas Penanaman Modal Kabupaten Pangkep.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi di Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Sistem Satu Pintu Kabupaten

Pangkep ?

21
7

2. Bagaimanakah reformasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Sistem Satu Pintu Kabupaten Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Kebijakan Birokrasi Reformasi di Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Sistem Satu Pintu Kabupaten Pangkep.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kebijakan reformasi birokrasi di Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Sistem Satu Pintu Kabupaten Pangkep.

b. Diketahuinya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu SistemSatu

Pintu Kabupaten Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan sumbangan pemikiran atau masukan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dibidang kebijakan publik, kususnya implementasi

kebijakan publik dalam kajian ilmu administrasi publik

b. Informasi hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan referensi

bagi pengembangan penelitian dibidang kebijakan publik pada masa

datang.

22
8

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan Kepala

Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkep dalam meningkatkan Reformasi

Birokrasi.

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persfektif Teori

1. Reformasi Birokrasi

a. Pengertian dan Dasar Hukum Reformasi Birokrasi

Reformasi ialah melaksanakan pergantian ataupun membuat suatu

jadi lebih baik daripada tadinya. Reformasi bertujuan supaya terjalin

pergantian pada lingkup warga utamanya dalam peruahan ketentuan

birokrasi, sehingga terjalin kenaikan dalam perihal kemajuan. Pada

dasarnya reformasi bertujuan supaya terjalin pergantian dalam

pemerintahan (Susanto, 2017. Perihal 180).

Bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia, reformasi merupakan

terdapatnya pergantian ecara kilat dalam rangka revisi kondisi baik

dibidang politik, agama, social serta ekonomi. Yang terjalin dimasyarakat

dalam satu negeri. Bila dalam hukum, reformasi dimaksud selaku

pergantian secara ekstrem buat revisi dalam bidang hukum dalam sesuatu

warga ataupun negeri. Bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi

ialah ketentuan yang dijalankan oleh pegawai pada lembaga pemerintahan

merupakan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah

sebab sudah berpegang pada hierarki serta jenjang jabatan (Imran, 2017,

perihal 186).

24
9
10

Ditinjau dari segi bahasa, birokrasi berasal dari bahasa Yunani, ialah

atur ataupun mnengatur. Dalam bahasa Prancis, kata birokrasi disamakan

dengan kata bureau yang berarti kantor. Secara universal, birokrasi

reformasi ialah sesuatu upaya yang dicoba buat merubah serta

melaksanakan pergantian yang mendasar pada system penerapan

pemerintahan yang berhubungan dengan organisasi, proses bisnis serta

sumber energi dalam pemerintahan (Kemenpan, 2018, perihal 25).

Buat memesatkan proses pengelolaan pemerintahan yang baik,

hingga butuh dicoba perubahan pengelolaan pemeintahan supaya lebih

baik lagi, melaksanakan reformasi birokrasi diseluruh Kementrian,

Lembaga, Pemerintah Wilayah, sebab karena seperti itu reformasi

birokrasi diatur dalam Peraturan Presiden No 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025.

Beberapa Dasar hukum reformasi birokrasi yang diatur dalam

beberapa Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut ini:

1) Dasar hukum Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 sebagai dasar hukum reformasi.

2) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

pokok Kepegawaian

3) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN

25
11

4) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

5) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara

6) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara

7) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

8) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara

9) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah

10) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025

11) Dasar hukum Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara

12) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

13) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2014

14) Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009

15) Keputusan Presiden Nomor 84/P/2009 tentang Pembentukan Kabinet

Indonesia Bersatu II Periode 2009-2014

26
12

16) Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan

Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi

Birokrasi Nasional

b. Tujuan Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi bertujuan buat membuat birokrasi pemerintah

jadi lebih baik, bersih, professional serta efisien dengan sebagian factor-

fator adaptif, berintegritas, berkinerja besar, bersih serta leluasa KKN,

sanggup melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, serta memegang

teguh nilai- nilai. Dilakukannya pengurangan atau menghilangkanpejabat

public yang yang menyalahgunakan jabatan saat bekerja diinstansi

pemerintahan adalah sebagai berikut:

1) Dikerjakannya pengurangan ataupun melenyapkan pejabat public

yang yang menyalahgunakan jabatan dikala bekerja diinstansi

pemerintahan.

2) Sesuatu negeri yang mempunyai most- improved bureaucracy\

3) Melaksanakan pelayanan public dengan sangat baik dari tahun

sebelumnya.

4) Berupaya tingkatkan kualitas pelayanan pada lembaga terpaut

terhdap program yang dijalankan

5) Pada tiap tugas organisasi diharapkan supaya dicoba peningkatan

6) Menjadikan birokrasi Indonesia mempunyai watak antisipatif,

proaktif, serta efisien dalam mengalami pergantian globalisasi serta

dinamika pergantian area strategis yang terdapat.

27
13

c. Ruang lingkup Grand Design Reformasi Birokrasi

Pada rencana pembangunanan yang sifatnya holistic terhadap

pembangunan telah dituangkan dalam Undang- Undang Nomor. 17 Tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)

2005- 2025, serta Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014. Salah

satu prioritas peraturan tersebut merupakan pemantapan reformasi

birokrasi lembaga. Oleh sebab itu, ruang lingkup Grand DesignReformasi

Birokrasi 2010- 2025 difokuskan pada reformasi birokrasi pemerintah.

Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi adapun arah kebijakan dalam

reformasi birokrasi telah diatur Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81

Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025 yaitu:

1) Terbuat sesuatu kebijakan pembangunan dalam bidang hukum

serta aparatur ditunjukan pada revisi tata kelola pemerintahan

yang baik lewat pemantapan penerapan reformasi birokrasi

(Perpres Nomor. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014).

2) Dicoba kenaikan profesionalisme supaya aparatur negeri bisa

melaksanakan reformasi birokrasi supaya terwujud

pemerintahan yang baik, baik dari segi pusat maupu dari segi

kabupaten/ kota sehingga sanggup serta ingin menunjang

keberhasilan pembangunan diberbagai bidang (UU Nomor. 17

Tahun 2007 tentang RPJPN 2005- 2025).

28
14

d. Visi Reformasi Birokrasi

Buat mewujudkan visi reformasi birokrasi hingga dibuatlah sesuatu

ketentuan dalam wujud Peraturan Presiden No 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025. Visi reformasi birokrasi

merupakan “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”. Visi tersebut jadi

tujuan supaya terwujud pemerintah dengan mutu dunia, ialah sesuatu

pemerintahan yang professional serta mempunyai integritas yang besar

serta bisa melakukan pelayanan prima kepada warga serta manajemen

pemerintahan yang demokratis supaya sanggup mengalami tantangan pada

abad ke- 21 lewat tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

e. Misi Reformasi Birokrasi

Bersumber pada Visi reformasi birokrasi merupakan“ Terwujudnya

Pemerintahan Kelas Dunia”. Menjadikan visi tersebut selaku bahan acuan

supaya terbentuk pemerintahan yang berkelas di dunia, ialah pemerintahan

yang handal serta berintegritas besar yang sanggup menyelenggarakan

pelayanan prima kepada warga serta manajemen pemerintahan yang

demokratis supaya sanggup mengalami tantangan pada abad ke- 21 lewat

tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

1) Membuat peraturan perundang- undangan dalam rangka

mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, selaku bahan

acuan terjadinya reformasi birokrasi

29
15

2) Membuat system serta penguatan organisasi, tatalaksana,

manajemen sumber energi manusia aparatur, pengawasan,

akuntabilitas, mutu pelayanan publik, mind set serta culture set

3) Meningkatkan mekanisme kontrol yang efisien supaya reformasi

birokrasi bisa berjalan dengan baik.

4) Melaksanakan pengelolaan pada sengketa administratif secara

efisien serta efektif.

f. Prinsip-Prinsip Birokrasi Reformasi

Ada pula prinsip dalam melakukan birokrasi reformasi yang sudah

diatur dalam Peraturan Presiden No 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010- 2025, bisa dikemukakan selaku berikut:

1) Outcomes Oriented

Seluruh program serta sebagian aktivitas yang sudah

dilaksanakan dalam satu keterikatan reformasi birokrasi wajib bisa

menggapai hasil (outcomes) yang supaya tingkatkan hasil dari

kelembagaan, tatalaksana, peraturan perundang- undangan,

manajemen SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, mutu

pelayanan publik, pergantian pola pikir (mind set) serta budaya kerja

(culture set) aparatur. Keadaan ini diharapkan hendak tingkatkan

keyakinan warga serta bawa pemerintahan Indonesia mengarah pada

pemerintahan kelas dunia.

30
16

2) Terukur
Reformasi birokrasi yang sudah dengan outcomes oriented

wajib dicoba dengan jelas serta lebih terukur.

3) Efisien

Pelaksanaan reformasi birokrasi wajib dengan efisiensi.

4) Efektif

Reformasi birokrasi wajib dilaksanakan dengan efektif

sehingga tingkatan akuntabilitas pemerintahan.

5) Realistik

Outputs dan outcomes dari pelaksanaan kegiatan dan

program ditentukan secara realistik dan dapat dicapai secara

optimal.

6) Konsisten

Perlu dilakukan konsistensi pada saat pelaksanaan birokrasi

reformasi dari waktu ke waktu, dan mencakup seluruh tingkatan

pemerintahan, termasuk individu pegawai.

7) Sinergi

Melaksanakan penerapan program aktivitas yang bersinergi.

Satu tahapan aktivitas wajib membagikan khasiat yang sifatnya

positif untuk tahapan aktivitas yang lain, satu program wajib

membagikan khasiat dengan program yang lain. Aktivitas yang

dicoba satu lembaga pemerintah wajib mencermati keterkaitan

dengan aktivitas yang dicoba oleh lembaga pemerintah

31
17

yang lain, serta wajib menjauhi terdapatnya tumpang tindih

antarkegiatan di tiap lembaga.

8) Inovatif

Butuh dicoba inovasi- inovasi serta membagikan tanggung

jawab untuk K/ L serta Pemda buat melaksanakan inovasi- inovasi

dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertukaran pengetahuan,

serta best practices buat menciptakan kinerja yang lebih baik supaya

tidak terjalin penyusutan.

9) Kepatuhan

Reformasi birokrasi wajib dicoba cocok dengan peraturan

perundang- undangan yang sudah diatur.

10) Dimonitor

Melakukan control dengan melakukan monitoring,

membenarkan seluruh tahapan dilalui dengan baik, sasaran dicapai

cocok dengan rencana, serta penyimpangan lekas bisa dikenal serta

bisa dicoba revisi.

g. Sasaran dan Indikator Keberhasilan Reformasi Birokrasi

Terwujudnya sistempemerintahan yang terbebas dari KKN,

mewujudkan pemerintahan yang bermutu terhdapa pelayanan prima, serta

meningkatnya kapasitas serta akuntabilitas kinerja birokrasi. Dimana

sasaran- sasaran pencapaian tersebut dicoba secara bertahap sampai

diharapkan menciptakan governanceyang bermutu sudah diatur pada

32
18

Peraturan Presiden No 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010- 2025.

Semakin baik kualitas governance, semakin baik pula hasil

pembangunan (development outcomes) yang ditandai dengan:

1) Tidak melakukan korupsi di pemerintahan

2) Tidak melakukan pelanggran yang bisa merugikan

3) Melakukan peningkatan APBN dan APBD baik

4) Semua program selesai dengan baik, agar tercipta pemerintahan yang

bersih

5) Melaksanakan tugas yang baik dengan mengelola semua perizinan

selesai dengan cepat dan tepat

6) Membentuk Komunikasi efektif edengan publik baik

7) Menentukan waktu bekerja yang lebih efektif

8) Pemberian reward yang berkelanjutan bagi setiap pegawai.

9) Hasil pembangunan nyata (propertumbuhan, prolapangan kerja, serta

propengurangan kemiskinan; maksudnya menghasilkan lapangan

pekerjaan, kurangi kemiskinan, serta membetulkan kesejahteraan

rakyat).

h. Kunci Keberhasilan reformasi Birokrasi

Kunci keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi berdasarkan

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025 terletak pada beberapa hal berikut :

33
19

1) Komitmen Nasional

Membuat komitmen berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, Peraturan Presiden Nomor 5

Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 yang menjadikan reformasi

birokrasi sebagai prioritas utama, dan Keputusan Presiden Nomor 14

Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi

Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional.

2) Penggerak Reformasi Birokrasi

Penggerak reformasi birokrasi secara nasional adalah Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dipimpin oleh Wakil Presiden

Republik Indonesia, Tim Reformasi Birokrasi Nasional dipimpin oleh

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi dibantu oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional,

Tim Independen dan Tim Quality Assurance. Selanjutnya, secara

instansional penggerak reformasi birokrasi adalah pimpinan K/L dan

Pemda. Penggerak reformasi birokrasi harus memeiliki kemampuan

dan berdaya saing yang tinggi terhadap beberapa tantangan untuk

mengegah hambatan serta memiliki daya dobrak dan kreativitas untuk

melaksanakan program-program terobosan, baik secara horisontal

maupun vertikal.

3) Muatan Reformasi Birokrasi

Muatan reformasi birokrasi dirumuskan dalam GDRB 2010-

2025, RMRB 2010-2014, RMRB 2015-2019, dan RMRB 2020-2024.

34
20

Pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan dengan penetapan prioritas

K/L dan Pemda berdasarkan kepentingan strategis bagi negara dan

manfaat bagi masyarakat.

4) Proses Reformasi Birokrasi

Proses reformasi birokrasi dilakukan dengan cara:

a) Desentralisasi

Melakukan langkah-langkah birokrasi reformasi kepada

GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan seterusnya, sesuai

dengan karakteristik masing-masing institusi.

b) Serentak dan bertahap

Melakukan sosialisasi terhadap reformasi birokrasi di

pemerintahan tentang GDRB 2010-2025 dan RMRB 2010-2014 dan

seterusnya, dilakukan secara serentak kepada seluruh K/L dan

Pemda dalam rangka efektivitas pencapaian target sasaran

pelaksanaan reformasi birokrasi. Setiap K/L dan Pemda memiliki

karakteristik yang berbeda sehingga reformasi birokrasi dilakukan

dengan titik awal dan kecepatan yang berbeda. Format yang sama

diterapkan unt ntuk K/L dan Pemda secara bertahap sesuai dengan

kesiapan masing-masing K/L dan Pemda.

c) Koordinasi

Reformasi birokrasi dilaksanakan dengan penuhi sebagian

mekanisme yang dikoordinasikan secara nasional dengan acuan

GDRB 2010- 2025 serta RMRB 2010- 2014 serta seterusnya.

35
21

Reformasi birokrasi dikoordinasikan secara nasional oleh Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional, penerapan tiap hari

dilaksanakan oleh Regu Reformasi Birokrasi Nasional, serta

implementasi program- program dilaksanakan oleh K/ L serta

Pemda, dan dimonitor serta dievaluasi secara periodik,

berkepanjangan, serta melembaga. Sepatutnya aparatur lebih

menyadari kalau reformasi birokrasi hendak mengganti seluruh

tatanan birokrasi dala pemerintahan supaya lebih kokoh serta jadi

pemerintahan dengan kelas yang mendunia, dimana diberikan

sebagian sarana pelayanan yang baik serta terbebas dari kolusi

korupsi serta nepotisme yang mengganggu tatanan dari

pemerintahan. Jadi dalam melaksankan reformasi birokrasi

diharapkan intensitas, lebih tidak berubah- ubah, melembaga,

bertahap serta berlekelanjutan. Dengan demikian, diharapkan

hendak tercipta birokrasi yang sanggup menunjang serta

memesatkan keberhasilan pembangunan di bermacam bidang.

Aktivitas ekonomi hendak terus menjadi bertambah serta secara

agregat hendak mendesak perkembangan ekonomi lebih besar.

Dengan aktivitas ekonomi yang terus menjadi luas, hendak ada basis

penerimaan negeri yang lebih besar buat membiayai keberlanjutan

reformasi birokrasi serta pembangunan di bidang yang lain yang

lebih luas.

36
22

2. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Pada umumnya terdapat beberapan batasan dalam menetukan pengertian

terkait kebijakan public dari beberapa literature dalam beberapa ilmu.

Masing-masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda.

Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai latar

belakang yang berbeda-beda. Sementara di sisi yang lain, pendekatan dan

model yang digunakan oleh para ahli pada akhirnya juga akanmenentukan

bagaimana kebijakan publik tersebut hendak didefinisikan (Winarno,

2017, hal 16).

Pengertian kebijakan publik yang dikemukakan oleh Thomas R. Dye

dalam Syafiie (2016, hal 105) merupakan suatu kebijakan yang dibuat

untuk mengerjakan suatu tindakan yang dibuat pemerintah, apakah

mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu

(what ever government choose to do or not to do)”. Dye dalam Harbani

Pasolong mengatakan bahwa pengambilan suatu keputusan yang

dilakukan oleh pemerintah harus didasari tujuan yang jelas, dankebijakan

public yang dibuat harus mencakup semua tindakan yang dibuat

pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan keinginan

pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Sementara Carl Friedrich (dalam

Winarno, 2017, hal 17) mengemukakan bahwa:

“Kebijakan sebagai merupakan suatu tindakan yang dibuat oleh


seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkunga n tertentu
yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang
terhadapkebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan

37
23

mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan


suatu sasaran atausuatu maksud tertentu”

Untuk mendefinisikan suatu kebijakan ada beberapa yang hal yang

perlu kita ingat, yaitu dalam menentukan suatu definisi kebijakan maka

diperlukan pengertian apa yang akan sebenarnya dilakukan oleh

pemerintah, daripada apa yang diusulkan dalam tindakan mengenai suatu

persoalan tertentu. Winarno mengemukakan bahwa definisi yang lebih

tepat mengenai kebijakan publik adalah sebagaimana definisi yang

dikemukakan oleh James Anderson (Winarno, 2017, hal 18) yaitu

“kebijakan merupakan suatu arah tujuan yang memiliki maksud dalam

membuat suatu perubahan dalam melaksanakan suatu masalah”. Konsep

kebijakan ini dianggap tepat karenamemusatkan perhatian pada apa yang

sebenarnya dilakukan dan bukan padaapa yang diusulkan atau

dimaksudkan oleh pemerintah. Amir Santoso dalam Winarno (2017, hal

19), dengan mengkomparasi berbagai definisi yang dikemukakan oleh

para ahli yang menaruh minat dalam kebijakan publik mengemukakan

bahwa pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat dibagi

ke dalam dua wilayah kategori yaitu:

“Pertama,pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik


dengantindakan-tindakan pemerintah.Para ahli dalam kelompok
inicenderung menganggap bahwa semua tindakan pemerintah
dapatdisebut sebagai kebijakan publik.Kedua,menurut Amir
Santosoberangkat daripara ahli yang memberikan perhatian khusus
kepadapelaksanaan kebijakan.Para ahli yang masuk dalam kategori
initerbagi dalam dua kubu, kubu pertama melihat kebijakan publik
dalamtiga lingkungan, yakni perumusan kebijakan, pelaksanaan
kebijakandan penilaian dan kubu kedua memandang kebijakan
publik sebagaisuatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi
awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan.

38
24

Lebih lanjut, Effendi dalam Syafiie (2016, hal 106)

mengemukakanbahwa pengertian kebijakan publik dapatdirumuskan

sebagai:

“Pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang


sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan serta program
publik, sedangkan pengetahuan dalam kebijakan publik adalah
proses menyediakan informasi dan pengetahuan untukpara
eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat
umum yang berguna dalam proses perumusan kebijakan serta yang
dapat meningkatkan kinerja kebijakan”

Berdasarkan definisi dan pendapat para ahli di atas, maka dapat

dikemukakan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan-tindakan

tertentu yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pejabat pemerintah.

Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah pasti memiliki suatu tujuan,

sehingga kebijakan publik berguna untuk memecahkan masalah atau

problem yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebijakan publik sangat

perlu adanya karena tugas pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang

harus merumuskan tindakan-tindakan untuk masyarakat.

b. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Menurut Charles Lindblom (Winarno 2017, hal 32) mengatakan bahwa

dalam melaksanakan pembuatan kebijakan public diperlukan bebrapa

langkah-langkah yang kompleks dalam melibatkan beberapa variable yang

harus dikaji sipembuat kebijakan. Oleh karena itu, beberapa ahli politik

yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi dalam

beberapa tahap proses kebijakan Tujuan pembagian seperti ini

39
25

adalah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik. Tahap-tahap

kebijakan publik yang dikemukakan oleh Dunn (2015, hal 22) adalah

sebagaiberikut:

1) Tahap Penyusunan Agenda

Tahap penyusunan agenda yaitu tahap dimana dilakukan perumusan-

perumusan pada agenda public. Dilakukan prioritas terhadap masalah-

masalah yang timbul kedalam agenda kebijakan, karena tidak semua

masalah yang ada menjadi prioritas utama melainka dilakukan

klasifikasi terlebih dahulu. Setelah dilakukan pengklasifikisian maka

dilakukan pembahasan terhadap masalah yang menjadi prioritas

utama.

2) Tahap Formulasi Kebijakan

Pada tahap ini masalah yang telah masuk dalam agenda prioritas

yang dibicarakan pada pembuat kebijakan. Dari masalah tersebut

maka pembuat kebijakan akan mendefinisikan dan mencari jalan

keluar atau solusi yang tepat dari maslah tersebut. Pemecahan masalah

tersebut berasal dari berbagai alternative atau pilihan kebijakan

(policy alternatives/policy options) yang ada. Dalam tahap formulasi

kebijakan semua masala bersaing untuk medapatkan alternatif dalam

merumuskan kebijakan sebagai tindakan yang diambil untuk

memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan

“bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah tersebut.

40
26

3) Tahap Adopsi Kebijakan

Pada tahap adopsi kebijakan maka dilakukan pemilihan masalah yang

akan diadopsi untuk mendapatkan tindak lanjut terhadap dalam

pembentukan kebijakan publik dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan

peradilan.

4) Tahap Implementasi Kebijakan

Pada tahap implementasi kebijakan hanya akan menjadi catatan suatu

elit yang membuat program agar diimplementasikan. Oleh karena itu,

keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif

pemecahan masalah harus di implementasikan, yakni dilaksanakan

oleh badan-badan pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah

dipilih dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintahan yang

memobilisasi sumber daya manusia maupun keuangan manusia. Pada

tahap implementasi ini muncul berbagai kepentingan yang akan saling

bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para

pelaksana (implementors),namun beberapa yang lain mungkin akan

ditentang oleh para pelaksana.

5) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap evaluasi kebijakan merupakan tahapan dimana kebijakan

dapat dinilai setelah kebijakan tersebut dijalankan dipemerintahan,

penilaian ini dilakukan untuk melihat apakah kebijakan tersebut sesuai

41
27

dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya kebijakan public dibuat

untuk mengetahui apakah memiliki dampak yang psotif ataupun negative

dan sesuai dengan keinginan. Pada dasarnya kebijkan yang telah kita buat

dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu,

ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk

menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Dilihat dariuraian di atas mengenai tahapan pembuatan kebijakan

publik, maka dapat dimengerti bahwa dalam perumusan kebijakan publik

tidaklah mudah. Mengingat banyaknya masalah-masalah yang ada dalam

masyarakat tentunya juga membutuhkan pemecahan masalah yang tepat

dansesuai untuk kondisi masyarakat yang ada. Oleh karena itu dalam

menentukan kebijakan para aktor harus benar-benar mengkaji dengan tepat

sehingga tidak merugikan masyarakat.

c. Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan public adalah suatu kebijakan yang dilaksanakan

pada suatu pemerintahan yang hendaknya dilakukan evaluasi. Karena tidak

semua kebijakan yang telah dibuat memberikan dampak yang bai

dimasyarakat dan tidak sesuai keinginan pembuat kebijakan. Seperti yang

diungkapkan oleh Lester dan Stewart (2000, dalam Winarno (2017, hal 226)

sebagai berikut:

“Bahwa secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai


kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini,
evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.

42
28

Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir


saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.”

Winarno( 2017, perihal 226) mengatakan kalau“ penilaian kebijakan

dapat meliputi sesi formulasi masalah- masalah kebijakan, program-

program yang diusulkan buat menuntaskan permasalahan kebijakan,

implementasi, ataupun sesi akibat kebijakan”. Dunn( 2015, perihal 608),

mengemukakan kalau“ sebutan penilaian bisa disamakan dengan

diagnosis( appraisal), pemberian angka( rating), serta evaluasi(

assessment), perkata yang melaporkan usaha buat menganalisis hasil

kebijakan dalam makna satuan nilainya”. Lebih lanjut, Dunn( 2015, perihal

608) mengemukakan kalau dalam makna yang lebih khusus, penilaian

berkenaan dengan penciptaan data menimpa nilai ataupun khasiat hasil

kebijakan. Penilaian kebijakan bermaksud buat mengenali 4 aspek,

sebagaimana dikemukakan oleh Wibawa ialah:

“Aspek proses pembuatan kebijakan, aspek proses implementasi,

aspekkonsekuensi kebijakan serta aspek efektifitas akibat kebijakan.

Keempat aspek pengamatan ini bisa mendesak seseorang evaluatoruntuk

secara spesial mengevaluasi isikebijakan, baik pada dimensihukum serta

paling utama kelogisannya dalam menggapai tujuan, maupunkonteks

kebijakan, keadaan area yang pengaruhi seluruhproses kebijakan. Lebih

lanjut, penilaian terhadap aspek kedua disebutsebagai penilaian

implementasi, sebaliknya penilaian terhadap aspekketiga serta keempat

diucap penilaian akibat kebijakan.”

43
29

Bersumber pada sebagian definisi di atas menimpa penilaian

kebijakan publik bisa dimengerti kalau penilaian kebijakan ialah evaluasi

terhadap program yang dicoba oleh pemerintah. Penilaian kebijakan publik

butuh dicoba buat memandang apakah program tersebut mencapai hasil

yang di idamkan serta telah menggapai tujuan- tujuan yang diresmikan

ataupun belum.

d. Sifat Evaluasi

William Dunn( 2015, perihal 608) mengemukakan kalau dalam

penerapan penilaian hendak menciptakan tuntutan- tuntutan yang bertabiat

evaluatif. Fokus utama dalam penerapan penilaian kebijakantersebut bukan

cuma menimpa kenyataan ataupun aksi namun lebih kepada nilai terhadap

kebijakan publik. Sebab itu penilaian memiliki perbandingan ciri yang

membedakannya dari metode- metode analisiskebijakan semacam:

1) Fokus nilai. Penilaian ialah usaha buat mengenali khasiat da

nkegunaan sosial dari kebijakan ataupun program yang dicoba

pemerintah, serta bukan hanya buat mengumpulkan data menimpa

hasil aksi kebijakan yang terantisipasi serta tidak terantisipasi.

2) Interdependensi Fakta- Nilai. Buat mengenali tingkatan

keberhasilan kebijakan tidak cuma didasarkan pada kepuasan

beberapa orang, kelompok, ataupun segala warga. Namun wajib

didukung oleh bukti- bukti yang menampilkan hasil- hasilkebijakan

secara aktual yang ialah konsekuensi dari aksi- aksi

44
30

yang dicoba dalam pemecahan permasalahan. Dalam perihal ini,

pemantauan atas penerapan kebijakan jadi prasyarat untuk

evaluator dalam melaksanakan penilaian kebijakan.

3) Orientasi Masa Saat ini Serta Masa Dulu sekali. Penilaian bertabiat

retrospektif serta sehabis aksi- aksi dicoba( ex post) sertabertabiat

prospektif serta terbuat saat sebelum aksi- aksi dicoba(ex ante).

Bersumber pada sifat- sifat penilaian itu, hingga tuntutan atas

penilaian itu sendiri ditunjukan buat mengenali pada hasil saat ini

serta masa kemudian.

4) Dualitas nilai. Nilai- nilai yang mendasari tuntutan terhadap

terdapatnya penilaian memiliki mutu ganda sebab nilai- nilai itu

ditatap selaku tujuan sekalian ditatap selaku suatu metode. Dalam

perihal ini, penyusunan nilai- nilai dalam sesuatu hierarki hendak

bisa merefleksikan kepentingan relatif serta silih ketergantungan

antar tujuan serta target.

e. Guna Evaluasi

Penilaian kebijakan sangat berarti dalam memperhitungkan sesuatu

kebijakan publik. Sebab penilaian mempunyai guna yang membuat sesuatu

kebijakan butuh buat dievaluasi. Dalam analisis kebijakan, Dunn( 2015,

perihal 289) mengemukakan kalau penilaian mempunyai sebagian guna

berarti antara lain:

45
31

1) Penilaian membagikan data yang valid serta bisa dipercaya

menimpa kinerja kebijakan, ialah seberapa jauh kebutuhan, nilai

serta peluang dan tujuan yang sudah dicapai lewat aksi publik.

Dalam perihal ini penilaian mengatakan seberapa jauh tujuan-

tujuan tertentu serta sasaran tertentu sudah dicapai dalam

membongkar permasalahan.

2) Penilaian memberisumbangan terhadap klarifikasi serta kritik

terhadapnilai- nilai yang mendasari pemilihan tujuan serta sasaran

dalam kebijakan publik. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan

serta mengoperasikan tujuan serta sasaran. Dalam menanyakan

kepantasan tujuan serta target, analisis bisa memakai alternatif

sumber nilai ataupun landasan dalam wujud rasionalisme

3) Penilaian berikan sumbangan pada aplikasi metode- metode

analisis kebijakan yang lain, tercantum dalam formulasi

permasalahan ataupun saran pemecahan permasalahan. Penilaian

bisa pula menyumbang pada definisi alternatif kebijakan baru

ataupun perbaikan terhadap kebijakan dengan membuktikan kalau

kebijakan yang sudah terdapat butuh ditukar ataupun diperbaharui.

f. Penilaian Akibat Kebijakan

Penilaian kebijakan merupaka usaha buat memastikan akibat dari

kebijakan pada kondisi- kondisi kehidupan nyata pada warga. Perihal ini

46
32

berarti kalau penilaian kebijakan bisa dimengerti selaku usaha buat

memastikan akibat ataupun konsekuensi yang terjalin sesungguhnya dari

sesuatu kebijakan( Winarno, 2017, perihal 18). Sebagaimana penafsiran

penilaian akibat kebijakan yang diungkapkan Dunn ialah dalam penilaian

akibat kebijakan membedakan konsekuensi kebijakan jadi 2 tipe, ialah

ouput serta akibat. Output merupakan benda, jasa ataupun sarana lain

yang diterima oleh sekelompok warga tertentu, baik kelompok target

ataupun kelompok lain yang tidak dimaksudkan buat dijamah oleh

kebijakan. Sebaliknya akibat merupakan keadaan raga ataupun sosial

selaku akibat dari output kebijakan”

Dye dalam Winarno( 2017, perihal 232- 235) pula mengatakan

pada dasarnya akibat dari sesuatu kebijakan publik memiliki sebagian

ukuran, serta kesemuanya wajib diperhitungkan dalam membicarakan

penilaian. Ada 5 ukuran dari sesuatu akibat kebijakan, ialah:

1) Akibat kebijakan pada masalah- masalah publik serta akibat

kebijakan pada orang- orang yang ikut serta. Dengan demikian,

target dalam kebijakan publik yang diharapkan buat dipengaruhi

oleh kebijakan wajib dibatasi, dan akibat yang diharapkan dari

kebijakan wajib didetetapkan dari dini pembuatan kebijakan

publik.

2) Kebijakan bisa jadi memiliki akibat terhadap keadaan- keadaan

ataupun kelompok- kelompok di luar target ataupun tujuan

47
33

kebijakan dari yang sudah diperkirakan tadinya oleh aktor

perumus kebijakan.

3) Kebijakan bisa jadi hendak memiliki akibat pada keadaan-

keadaan saat ini serta kondisi di masa yang hendak tiba yang

hendak mempengaruhi pada kelompok target ataupun di luar

target.

4) Penilaian pula menyangkut faktor yang lain, ialah bayaran

langsung yang dikeluarkan buat membiayai program- program

kebijakan publik sehingga kebijakan tersebut bisa terlaksana

sedemikian rupa.

5) Menyangkut bayaran tidak langsung yang ditanggung oleh

warga ataupun sebagian anggota warga akibat terdapatnya

kebijakan publik.

3. Tinjauan Umum Tentang Administrasi

Administrasi secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris ialah

administration ataupun to administear yang berarti mengelola( to manage)

ataupun menggerakan( to direct). Administrasi dalam makna kecil ialah

aktivitas tata usaha semacam tulis menulis, pesan menyurat.

Bersumber pada definisi diatas penulis bisa merumuskan, kalau

administrasi ialah sesuatu aktivitas kerjasama 2 orang ataupun lebih dalam

pencapaian sesuatu aktivitas kerjasama 2 orang ataupun lebih dalampencapaian

sesuatu tujuan yang sudah didetetapkan tadinya. Administrasi

48
34

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan satu hari hari sebab manusia ialah

makhluk sosial yang tidak dapat bekerja sendiri dan memerlukan orang lain

dalam pencapaian tujuanya.

Penafsiran Administrasi Negeri bagi Waldo dalam Kencana dalam

bukunya Sistem Administrasi Negeri Republik Indonesia( 2015, perihal 33)

mengemukakan, kalau: Administrasi Negeri merupakan manajamen serta

organisasi dari manusia perlengkapannya guna menggapai tujuan pemerintah.

Bersumber pada penafsiran diatas administrasi Negeri ialah gabungan

dari manajemen serta organisasi yang silih berhubungan buat menggapaitujuan

pemerintah.

Siagian dalam bukumya Filsafat Administrasi( 2018, perihal 7) berkata

penafsiran Administrasi Negeri selaku berikut:“ Administrasi Negeri

merupakan totalitas aktivitas yang dicoba oleh segala aparatur pemerintahan

dari sesuatu Negeri dalam usaha menggapai tujuan Negeri.”

Definisi diatas hingga bisa ditarik kesimpulan, kalau buat menggapai

sesuatu tujuan yang sudah diresmikan hingga dibutuhkan sesuatu keahlian serta

motivasi buat mendesak orang- orang serta diri sendiri buat melakukan serta

menggerakan sesuatu organisasi pemerintah.

4. Tinjauan Universal Tentang Teori Manajemen Organisasi

a. Penafsiran Organisasi

Dalam pembuatan sesuatu organisasi bisa diperoleh sebagian aspek

ialah melaksanakan penyatuan visi serta misi dan tujuan yang sama

49
35

dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap

warga. Organisasi selaku fasilitas sosialisasi serta selaku wadah yang

terbuat buat menampung aspirasi warga dan buat menggapai tujuan

bersama.

Bagi Organisasi bagi Siagian( 2018, perihal 6),“ Organisasi yakni

tiap wujud persekutuan antara 2 orang ataupun lebih yang bekerja

bersama dan secara resmi terikat dalam rangka pencapaian sesuatu tujuan

yang sudah didetetapkan dalam jalinan yang ada seseorang/ sebagian

orang yang diucap atasan serta seseorang/ sekelompok orang yang diucap

bawahan.”

Organisasi sesungguhnya bisa digunakan selaku tempat maupu

wadah buat berkumpulnya orang ataupun perorangan, berkolaborasi

secara rasional serta sistematis, terencana, terpimpin serta terkontrol

dalam menggunakan sumber energi, sarana- prasarana, informasi, serta

lain sebagainya yang digunakan secara efektif serta efisien buat

menggapai tujuan organisasi.

Organisasi bagi Manullang( 2015, perihal 59) mengemukakan:“

Perkataan organisasi berasal dari sebutan Yunani organon serta sebutan

Latin organum yang berarti perlengkapan, bagian, anggota, ataupun

tubuh. Organisasi merupakan wujud tiap perserikatan manusia buat

menggapai sesuatu tujuan bersama.”

50
36

Organisasi bagi Hasibuan( 2017, perihal 5) mengemukakan,

kalau:“ Organisasi merupakan sesuatu sistem perserikatan resmi dari 2

orang ataupun lebihyang bekerja sama buat menggapai tujuan tertentu.”

Orang- orang yang terdapat di dalam sesuatu organisasi memiliki

sesuatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan

berarti keanggotaan seumur hidup. Hendak namun, organisasi

mengalami pergantian yang konstan di dalam keanggotaan mereka,

walaupun pada dikala mereka jadi anggota, orang- orang dalam

organisasi berpartisipasi secara relatif tertib. Bentuk- Bentuk

Organisasi( Manulang, 2015, perihal 61) Ialah:

1. Wujud Organisasi Garis

Organisasi garis ialah wujud organisasi yang sifatnya

sangat simpel, organisasi ini sangat banyak digunakan pada

masa terdahulu yaituu era militer sebab banyak dignakan

digolongan militer.

2. Wujud Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional ialah sesuatu organisasi orang

perorangan dimana pada organisasi ini pemimpin tidak

memiliki bawahan yang jelas karena tiap atasan berwenang

berikan komando kepada tiap bawahan, sejauh terdapat

hubungannya dengan guna atasan tersebut.

51
37

3. Wujud Organisasi Garis serta Staf

Wujud organisasi garis serta staf merupakan wujud

organisasi dimana digunakan pada organisasi besar,

memilah luas daerah kerjah yang lebih besar serta terdiri dari

bagian- bagian tugas yang mempunyai karyawan lebih

banyak. Pada wujud organisasi garis serta staf, ada satu

ataupun lebih tenaga staf.

4. Wujud Organisasi Staf serta Fungsional\

Wujud organisasi staf serta fungsional dikombinasikan

terhadap kedua konsep organisasi tersebut. Organisasi baik

itu organisasi resmi ataupun informal dalam melaksanakan

seluruh aktivitasnya pastilah ada ikatan diantara orang-

orang yang melaksanakanaktivitas tersebut. Terus menjadi

banyak kegiatan yang dicoba, hingga hendak terus menjadi

lingkungan pula ikatan yang terjalin. Menanggulangi

permasalahan itu, hingga dibuatlah struktur organisasi yang

menggambarkan ikatan antar kelompok/ bagian.

b. Penafsiran Manajemen

Manajemen jadi perihal yang esensial diperlukan dalam

tiap kerjasama sebab manajemen mampumengoptimasi serta

mengintegrasi tiap usaha- usaha individual jadi usaha bersama buat

menggapai tujuan bersama. Keberhasilan kerjasama organisasional

menggapai tujuan secara kokoh dipengaruhi oleh kegiatan

52
38

manajemen dari organisasi.Manajemen pada intinya upaya untuk

mencapai tujuan organisasi yang dilakukan dengan memanfaatkan

atau menggunakan sumber daya dalam organisasi.

Manajemen menurut Hasibuan (2017, hal 1)

mengemukakan, bahwa “Manajemen adalah suatu ilmu dan seni

mengatur proses dari suatu pemanfaatan sumber daya manusia dan

sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai

suatu tujuan tertentu”

Manajemen dengan penggunaan sumber-sumber menjadi

efisien (low waste) dan pencapaian tujuan menjadi efektif (high

attainment). Karena masyarakat tidak akan lepass dari kerjasama

dan membutuhkan system manajemen yang baik, maka kegiatan

masyarakat yang selalu ada pada tiap waktu dalam banyak kegiatan

pencapaian tujuan adalah kegiatan manajemen.

Manajemen menurut Siagian (2018, hal 5)mengemukakan,

bahwa “Manajemen dapat diartikan dari dua sudut pandang yang

berbeda yaitu sebagai proses penyelenggaraan dari beberapa

kegiatan untuk menerapkan suatu tujuan dan merupakan suatu

kemampuan dan keterampilan agar mendapatkan kedudukan jabatan

n manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka

pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.”

53
39

Manajemen pada dasarnya memiliki berfungsi untuk melakukan

semua kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka

pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum yang telah

ditentukan pada tingkat administrasi. Jelas hal ini tidak berarti bahwa

manajemen tidak boleh menentukan tujuan, akan tetapi tujuan yang

ditentukan pada tingkat manajemen hanya boleh bersifat departemental

atau sektoral.

5. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Adanya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan

yang baik dan bersih (good governance dan clean government) memberi

dorongan pada pemerintah untuk penerapan sistem pertanggungjawaban yang

jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penerapan sistem tersebut bertujuan agar

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik

korupsi, kolusi dan nepotisme.

Diperlukan suatu pola pengukuran kinerja yang dimulai dari

perencanaan strategi yang berakhir terhadap penilaian kinerja, program dan

kebijaksanaan yang dilakukan dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP). Dalam rangka melaksanakan akuntabilitas ini,

diperlukan pula perhatian dan komitmen yang kuat dari organisasi yang

54
40

bertanggungjawab di bidang pengawasan dan penilaian akuntabilitas atas

Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).

Menurut Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999, pelaksanaan penyusunan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a. Mempmelakukan persiapan dan melakukan perencanaan

b. Melakukan perumusan visi, misi, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan,

sasaran dan strategi instansi pemerintah.

c. Melakukan perumusan terhadap beberapa indicator dalam system kinerja

instansi pemerintah dengan berpedoman pada kegiatan yang dominan,

kegiatan yang menjadi isu nasional dan vital bagi pencapaian visi dan misi

instansi pemerintah.

d. Melakukan pemantauan dan pengamatan terhadap tugas dan fungsi utama.

e. Mengukur pencapaian kinerja dengan :

1) Melakukan perbedaan terhadap kinerja nyata maupun kinerja aktual

2) Membandingkan antara kinerja nyata sebelumnya dan yang sekarang.

3) [erbandingan kinerja antar negara

4) Melakukan perbandingan antara tahun kemarin maupun tahun

sebelumnya.

f. Melakukan evaluasi kinerja dengan :

1) Hasil kinerja yang telah dilakukan dianalisa dengan baik

2) Melakukan penginpretsian data yang ada

3) Melakukan pembandingan pencapaian pemerintah.

55
41

a. Pengertian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Di Indonesia makna akuntabilitas yaitu adanya pertanggungjawaban

baik secara tertulis pada pihak yang memberi wewenang mulai menempati

porsi yang utama dalam setiap penyelenggaraan pelayanan publik sejak

digulirkannya era reformasi, yaitu sejak ditetapkannya Tap MPR-RI Nomor

XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999

dengan judul yang sama sebagai tindak lanjut Tap MPR tersebut. Dalam

pasal 3 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa asas umum

penyelenggaraan negara meliputi asas kepastian hukum, asas tertib

penyelenggara negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas

proporsionalitas, asas profesionalitas dan asasakuntabilitas.

Pada dasarnya asas akuntabilitas dirumuskan sebagai asas yang

dapat memberikan wewenang bahwa setiap kegiatan yang dilakukan maka

hasil akhir dari kegitan tersebut harus dilakukan pertanggung jawaban

karena penyelenggaraan kegitan yang dilakukan akan diperlihat pada

masyarakat dan rakyat yang berperan sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dinyatakan bahwa

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah : “Akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah

untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan pelaksanaan

56
42

misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

melalui pertanggungjawaban secara periodik.”

Menurut Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor: 1332/M-DAG/KEP/12/2010 tahun 2010, Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah : “Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah (a) alat yang digunakan

pemerintah dalam melaksanakan kewajiban untuk mempertanggung

jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi, yang

terdiri dari beberapa komponen dan satu kesatuan (b) rangkaian sistematik

dari berbagai aktivitas dan prosedur yang dirancang untuk tujuanpenetapan

dan pengukuran kinerja, evaluasi, pemantauan kinerja, pelaporan kinerja,

dalam rangka pertanggung jawaban pemerintah.”

Menurut LAN dan BPKP dalam Jajang Badruzaman dan Irna

Chairunisa (2010), Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP) pada pokoknya adalah “Instrumen yang digunakan instansi

pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi.”

Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka semua instansi

pemerintah, bagian atau lembaga negara di pusat maupun daerah sesuai

dengan tugas pokok masing-masing memiliki kewajiban untuk

mempertanggung jawabkan kinerjanya, karena akuntabilitas yang diminta

57
43

meliputi keberhasilan dan juga kegagalan pelaksanaan pelaksanaan misi

instansi yang bersangkutan dan melaporkannya secara periodik.

Menurut Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor: 1332/M-DAG/KEP/12/2010 tahun 2010, Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang ada dapat merupakan:

1) Pembentukan sarana yang digunakan untuk menjalankan dan

melaksankan reformasi birokrasi dari tugas, pelayanan public dan

pembangunan.

2) Sebagai sarana yang digunakan untuk mengetahui keberhasilanmaupun

kegagalan semua pemimpin yang yang sedang menjalankan Misi,

Tujuan, dan Sasaran Organisasi yang telah ditetapkan dalam Rencana

Stratejik dan Rencana Kerja Tahunan.

3) Sebagai sarana yang digunakan untuk mengelola sumber dana maupun

sumber daya lainnya agar lebih efisien dan efektif, dalam rangka

meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

dan pelayanan publik secara terukur dan berkelanjutan.

4) Sebagai sarana yang dibuat agar mendorong ksempurnaan suatu

struktur organisasi dalam menetukan kebijakan public dalam membuat

system perencanaan dan anggaran, penatalasanaan, prosedur dan

metode pelayanan masyarakat dan mekanisme pelaporan korupsi kolusi

dan nepotisme.

58
44

manfaat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Menurut Andhika Ardiansyah (Hasibuan, 2017, hal 37), sebagai berikut :

1) Memanfaatkan SAKIP

2) Mengurangi duplikasi biaya dalam melaksanakan kegiatan dan

pembangunan serta mengawasi peningkatan kinerja yang terstruktur

dan berkelanjutan.

3) Membuat mekanisme untuk menyediakan bentuk catatan dan laporan

dalam melakukan pemanfaatan sumber daya dalam melaksanakan

semua program dan kegiatan nasional dan daerah secara lebih akurat.

4) Membuat Lebih Mempercepat dan meningkatkan keakurasian dalam

penyusunan, revisi, perhitungan APBN sesuai dengan amanat UU

Keuangan Negara.

5) Tidak menggunakan penggunaan APBN/APBD tyang tidak sesuai

dengan kegiatan.

6) Menyiapkan ketersediaan tempat dan membuat metode baru dalam

mengendalikan suatu system manajemen (built in control system)

yang lebih handal.

7) Lebih focus terhadap laporan-laporan yang penting bagi pejabat yang

ada di instansi pemerintahan, dengan hal ini dilakukan maka waktu

kerja pimpinan dapat difokuskan agar lebih meningkatkankinerja dari

instansi tersebut.

59
45

Keunggulan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(SAKIP).

Menurut Andhika Ardiansyah (Hasibuan, 2017, hal 37), sebagai berikut :

1) Keunggulan SAKIP yaitu sebagai instrument yang digunakan untuk

mempertanggung jawabkan laporan pada instansi pemerintahan yang

handal, yang langsung kepada presiden selaku kepala penanggung jawab

penyelenggara pemerintahan.

2) Penggunaan SAKIP lebih kepada sebagai acuan untuk melakukan

pendekatan pada manajemen strategi kinerja, sehingga dapat membuat

perubahan paradigm bagi pelaksana pemerintahan yaitu :

a) Berawal dari melakukan inputan orientasi dan proses kearah yang


lebih efektiv dari hasil dan manfaat.

b) Melakukan perubahan budaya dari birokrasi ke entrepreneur.

c) Melakukan perubahan dari menunggu instruksi pemimpin menjadi


kearah yang melakukan tindakan sendiri berdasarkan visi dan misi.

3) SAKIP digunakan sebagai salah satu upaya dalam pencegahan korupsi,

kolusi dan nepotisme.

4) membantu presiden dalam menilai suatu kinerja instasi pemerintahan.

5) Lebih memudahkan dalam melakukan integrase dalam membuat system

perencanaan Nasional sebagai salah satu prioritas dalam pembiayaan

program kegiatan atas dasar kinerja instansi

60
46

6) SAKIP membantu presidin dalam menilai peningkatan kualitas dalam

mempertanggungjawabkan laporan yang telah dibuat pemerintah agar

lebih transparan.”

b. Sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah yang menjadi Sasaran Sistem Akuntabilitas Instansi

Pemerintah (SAKIP) adalah:

“1) Sasaran SAKIP yaitu menjadikan instansi pemerintah agar lebih

akuntabel agar dapat berjalan secara efisien, efektif dan lebih responsive

terhadap masyarakat dan lingkungan.

2) Dengan adanya SAKIP maka lebih memudahkan transparansi

3) SAKIP dapat membuat masyarakat ikut berpartisipasi dalam melakukan

pembangunan.

4) SAKIP akan membuat masyarakat lebih percaya terhadap pemerintah.

a. Ruang Lingkup Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Berdasarkan peraturan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah, yang menjadi ruang lingkup Sistem

Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah (SAKIP) adalah:

“1) SAKIP merupakan suatu pegangan bagi pemerintah agar dapat membuat

kontribusi agar visi dan misi tercapai dan menjadi perhatian yang utama

pada instansi pemerintahan.

61
47

2) dilaksanakan atas semua kegiatan utama instansi pemerintah yang

memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi pemerintah.

Kegiatan yang menjadi perhatian utama mencakup:

Tugas pokok dan fungsi dan instansi pemerintah

1) Program kerja menjadi isu nasional

2) Sebagai instrument yang dapat mencapai visi dan misi yang dibuat

oleh pemerintah.

3) SAKIP merupakan bahan pertanggung jawaban bagi pemerintahan.”

b. Unsur Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Pada pokoknya terdapat instrument yang dapat digunakan instansi

pemerintah untuk memnuhi kewajibannya dalam mempertanggungjawabkan

suatu keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksankan suatu misi.

Menurut LAN & BPKP (2010, hal 63) pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) itu sendiri terdiri atas lima unsur

dengan penjabaran sebagai berikut:

1) Unsur RENSTRA

2) Unsur Rencana Kinerja

3) Unsur Pengukuran Kinerja

4) Unsur Evaluasi Kinerja

5) Unsur Analisis Akuntabilitas Kinerja”

62
48

Kelima unsur tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Rencana Strategis/Renstra

Berdasarkan INPRES No. 7 Tahun 1999 menyebutkan bahwa

perencanaan strategik merupakan suatu proses yang berorientasi pada

hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima

tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada

dan mungkin timbul. Berdasarkan renstra yang bertujuan dalammembuat

rencana pada visi, misi, tujuan dan sasaran untuk mencapai suatu tujuan

agar program kegiatan lebih nyata dengan memperhatikan perkembangan

masa yang akan dating.

2) Rencana Kinerja

Merupakan bentuk perencanaan kinerja yaitu melakukan penjabaran

sebagai dasar pembentuksn kinerja dalam melakukan penyusunan suatu

rencana kerja yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui

berbagai kegiatan secara tahunan. Dalam rencana kinerja ditetapkan

target kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada

tingkat sasaran. Kegiatan rencana kinerja ini disusun setiap awal tahun

anggaran dan merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya

dalam suatu periode tahunan.

3) Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat

keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja dalam

melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Evaluasi

63
49

kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau kegagalan

pencapaian kinerja. Dalam melakukan evaluasi kinerja, hasilnya

dikaitkan dengan sumber daya (input) yang berada di bawah

wewenangnya, seperti sumber daya manusia, dana/keuangan, sarana-

prasarana, metode kerja, dan hal lainnya yang berkaitan.

4) Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat yang digunakan dalam

manajemen agar meningkatkan kualitas dalam melakukan pengambilan

keputusan dan akuntabilitas untuk menilai keberhasilan dan kegagalan

suatu program maupun kebijakan agar mewujudkan visi dan misi instansi

pemerintahan.

5) Analisis Akuntabilitas Kinerja

Yaitu melakukan analisis pencapaian akuntabilitas kinerja merupakan

suatu usaha yang dilakukan agar menggambarkan muatan substansi

akuntabilitas kinerja, tujuannya agar mendapatkan gambaran yang ingin

dicapai, yaitu mengenai kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan

tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi

kepada pihak yang memiliki hak untuk meminta keterangan atau

pertanggung jawaban.

64
50

C. Penelitian Terdahulu

Riset yang dicoba oleh Supriati( 2017) tentang implementasi

akuntabilitass dalam kinerja reformasi birokrasi di Kementrian Keuangan

Republik Indonesi. Reformas Birokrasi Kementerian Keuangan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Reformasi Nasional. Salah satu sasaran

yang dicanangkan di dalam Grand Design Reformasi Birokrasi adalah

meningkatnya kapasitas serta akuntabilitas kinerjabirokrasi. Target tersebut

dicoba dengan melakukan penguatan akuntabilitas kinerja yang

dilaksanakan oleh Tim RB K/ L/ Pemda. Pendekatan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif agar bisa memberikan gambaran komprehensif

yang cukup mendalam dan detail tentang akuntabilitas kinerja dalam

reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan

telah melaksanakan akuntabilitas kinerjadengan hasil yang sangat

memuaskan tetapi masih memiliki beberapa kelemahan yang sudah dicoba

revisi antara lain pilar SDM.

Pada riset yang dicoba oleh Adian Firnas( 2011), Tentang

Penilaian Reformasi Birokrasi: Permasalahan Politisasi Birokrasi Dalam

Politik Indonesia. menarangkan penilaian reformasi birokrasi di Indonesia,

paling utama menimpa gimana birokrasi pemerintah yang terpisah dari

kepentingan politik. Tumbangnya rezim orde baru menampilkan seberapa

baik proses penyebaran demokrasi ke segala daerah Indonesia. Warga sipil

berupaya buat menghasilkan serta merekonstruksi sistem politik bersumber

pada prinsip- prinsip demokrasi, tercantum gimana membuat

65
51

birokrasi yang independen. Realitasnya, di masa reformasi banyak ditemui

permasalahan kooptasi politik dalam sistem birokrasi. Birokrasi diIndonesia

sangat kental dengan politisasi, bentuknya- pun beragam, semacam

misalnya pemakaian sarana universal buat aktivitas partai politik,

mobilisasi politik dalam pemilihan universal, promosi bersumber pada

kepentingan promosi buat rekrutmen pejabat publik, serta pencopotan

jabatan karir petugas lembaga pemerintah yang sangat kental dengan nuansa

politik.

Bersumber pada hasil riset yang dicoba oleh Faridah Palenga( 2019)

tentang Penilaian Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Lembaga

Pemerintah( Riset Pada Biro Organisasi Kesekertariatan Wilayah Propinsi

Sulaesi Tengah).

Bersumber pada ulasan hasil riset, bisa ditarik kesimpulan kalau

Biro Organisasi Sekretariat Wilayah Provinsi Sulawesi Tengahtelah

melakukan Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No 26 Tahun 2011

tentang pedoman penataan penetapan kinerja serta pelaporan akuntabilitas

kinerja lembaga pemerintah di area pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah,

dan sudah melakukan tugas pokok serta gunanya lewat bidang Pembinaan

Aparatur lebih spesial pada Sub Bidang Monitoring serta Penilaian Kinerja

serta Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Kinerja. Pelaksanaan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Lembaga Pemerintah masih belum maksimal

diakibatkan belum terdapatnya keselarasan antar dokumen perencanaan

66
52

dalam satu entitas organisasi serta indicator kinerja serta sasaran realisasi

capaian belum terukur dengan baik.

Riset yang dicoba oleh Rai Devia( 2018) ini bertujuan menganalisis

faktor- faktor yang pengaruhi good governance padaPemerintah Provinsi

Bali. Riset ini bertujuan buat menganalisis pengaruh langsung ataupun tidak

langsung antara variabel Pengelolaan Keuangan Wilayah, Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah( SPIP), Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lembaga Pemerintah( SAKIP), serta Good Governance pada Pemerintah

Provinsi Bali. Hasil riset menampilkan kalau variabel Pengelolaan

Keuangan Wilayah serta Sistem Pengendalian Internal Pemerintah( SPIP)

mempengaruhi positif serta signifikan terhadap Sistem Akuntabilitas

Kinerja Lembaga Pemerintah( SAKIP) dengan nilai R- Square sebesar 0,

647. Tidak hanya itu, variabel Pengelolaan Keuangan Wilayah, Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah( SPIP), Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lembaga Pemerintah( SAKIP) pula mempengaruhi positif serta signifikan

terhadap Good Governance dengan nilai R- Square sebesar 0, 784.

Bagi riset Sabastiana Desi( 2016) Kedudukan birokrasi dalam

tingkatkan mutu pelayanan wajib bisa penuhi kebutuhan warga, supaya bisa

mendapatkan pelayanan yang baik pejabat yang bertugas dapat bertanggung

jawab pada tugasnya dalam melayani pelanggan. Hasil riset meyakinkan

kalau orientasi reformasi birokrasi dalam tingkatkan pelayanan publik

menuju pada kenaikan kualitas SDM yang berpatokan

67
53

pada SOP. Aspek pendukung yakni ketersedian sarana kerja serta motivasi

pimpinan dan terdapatnya koordinasi antar pegawai yang baik sehingga

sanggup tingkatkan faktor ketepatan, kecepatan, kesesuaian serta sanggup

tingkatkan kualitas pelayanan yang baik. Aspek penghambat ialah masih

kurang uraian masyarakat tentang persyaratan- persyaratan dalam

pengurusan pesan menyurat, dan terdapatnya hambatan koneksi internet

yang mempengaruhi terhadap keterlambatan pelayanan.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep

ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar

tentang topik yang akan kita bahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep/teori

yang dipakai sebagai landasan penenlitian yang didapatkan pada tin jauan

pustaka atau kalo boleh dikaitkan oleh peneliti merupakan ringkasan dari

tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis besar sesuai variabelyang

ditelit

Pelaksanaan birokrasi reformasi dilingkungan Dinas PenanamanModal

dan Pelayanan Terpadi Satu Pintu Kabupaten Pangkep merupakan bagian dari

siklus manajemen yang tidak terlepas dari perubahan paradigma baru dalam

manajemen pemerintahan. Penilaian mandiri menjadi salah satualat kontrol

yang dapat mengetahui sejauhmana evaluasi tersebut telah

68
54

dilakukan sehingga dapat memberikan sumbangan berarti untuk perbaikan

pelaksanaan reformasi birokrasi instansi pemerintah.

Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instanssi
Pemerintahan (SAKIP)
Reformasi
Birokrasi

Pelayanan Publik

Keterangan :

: Variabel Independent : Variabel diteliti

: Variabel dependent : Variabel tidak diteliti

69
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian ialah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian

yang proses pengumpulan datanya memungkinkan peneliti untuk

menghasilkan deskripsi tentang fenomena sosial terjadi. Penelitian ini

memiliki tiga tujuan utama yaitu : mendeskripsikan, menjelaskan, dan

memvalidasi temuan penelitian (Budiarto, 2015, hal 25).

Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini termasuk

penelitian Deskriptif Kualitatif, yaitu melakukan pengamatan terhadap

aspek-aspek yang terkait dengan evaluasi reformasi birokrasi. Untuk

memfokuskan pembahsan dalam penelitian ini, maka peneliti akan

mengumpulkan data sesuai dengan aspek-aspek yang diteliti, yaitu aspek

reformasi birokrasi dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan

(SAKIP).

Untuk menemukan fakta yang diamati mengenai evaluasi kebijakan

reformasi birokrasi dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan

(SAKIP).

Maka dalam studi ini peneliti melakukan observasi dan investigasi

dilapangan melalui wawancara dengan informan kunci sertamengumpulkan

informasi-informasi lain dalam bentuk tulisan maupun laporan-laporan

yang berada ditempat penelitian.

70
55
56

B. Lokasi dan Jadwal Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan di laksanakan di Dinas Penanaman Modal Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Pangkep.

2. Jadwal Penelitian

Penelitian direncanakan pada bulan Mei 2021.

C. Fokus dan Deskripsi Fokus

Dalam fokus penelitian ditentukan dengan maksud untuk

memperjelas ruang lingkup perhatian dan subtansi materi kajian yang

dilakukan. Termasuk menjelaskan fenomena yang diamati dalam penelitian

ini yang didasarkan pada diskusi permasalahan penelitian. Fokus penelitian

ditujukan untuk membatasi wilayah amatan dengan memberikan batasan

konseptual terhadap fenomena yang diteliti dan selanjutnya menguraikan

dimensi-dimensi dan subdimensi (kriteria) apa saja yang diamati untuk

dapat menjawab dan menjelaskan permasalahan penelitian yang diajukan.

Adapun fokus dan dimensi penelitian yang akan dilakukan yaitu

reformasi Birokrasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan

pada Dinas Penanaman Modal Pelayan Terpadu Satu Pintu Kabupaten

Pangkep.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, maka dalam

penelitian ini peneliti membutukan instrument :

71
57

1. Pedoman wawancara, yaitu kumpulan daftar pertanyaan yang akan

menjadi pedoman untuk melakukan tanya jawab atau wawancara secara

langsung kepada informan yang menjadi objek dalam penelitianini.

2. Dokumentasi, yaitu data yang ditemukan dariliteratur-literatur yangada,

laporan, maupun dalam betuk foto.

3. Lembar observasi, yaitu lembar panduan dan catatan mengenai obyek-

obyek yang diamati pada lokasi/tempat penelitian.

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dan data primer. Data primer yaitu data yang diterima dari sejumlah

informan. Adapu data sekunder adalah data yang diperloeh dari

dokumen, laporan dan referensi yang dianggap relevan dengan masalah

yang diteliti.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang didapatkan dari hasil pengamatan

dari kata-kata seseorang yang akan kita amati (Budiarto, 2015).

Sumber data primer didapatkan dengn melakukan wawancara

langsung dengan informan.

1) Responden

72
58

Responden adalah pihakpihak yang dijadikan sebagai sampel

dalam sebuah penelitian (Budiarto, 2015, hal 78)

Responden pada penelitian ini Kepala satuan kerja, pejabat

pembuat komitmen, staff DPMPTSP.

2) Informan

Informan merupakan pemberi informasi dalam penelitian

(Budiarto, 2015, hal 84).

a) Bupati (1 orang)

b) Kepala Seksi BAPPEDA (1 orang)

c) TIM Penyusun SAKIP Kabupaten (1 orang)

d) Kepala Seksi ORTALA (1 orang)

e) Sekretris DPMPTS (1 orang)

f) Kepala Bidang DPMPTSP (1 orang)

g) Kepala Seksi DPMPTSP (2 Orang)

b. Sumber Data Sekunder

Dalam penelitian ini sangat diperlukan data sekunder atau data

pendukung yang berfungsi sebagai pelengkap dari data primer,yang

diperoleh dari bahanbahan yang berasal dari sumber tertulis, arsip-

arsip, dokumen-dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Budiarto,

2015.hal 58).

F. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara, yakni memberikan pertanyaan pada informan kunci pada

lokasi pengumpulan datadengan wawanccara terstruktur melalui

73
59

instrumen daftar pertanyaan yang telah ditetapkan dan tanya jawab

secara langsung.

2. Dokumentasi, yakni mengumpulkan data-data dan informasilain dalam

bentuk buku atau laporan lain, serta mengkaji dan menelaah buku- buku

dan literatur kepustakaan lain yang ada hubungannya dengan objek

penelitian

3. Observasi, peneliti terjun lang kelokasi/tempat penelitian dengan

melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti, sehingga

mendapatkan data-data factual dari objek tersebut

G. Tekhnik Analisa Data

Data yang terkumpul dari hasil penelitian yang telah dilakukan dianalisis

dengan metode deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatifdilakukan

untuk memberikan gambaran data dan informasi mengenai kondisi factual

reformasi birokrasi dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan

(SAKIP) di Kabupaten Pangkep. Kemudian dihubungkan dengan aspek-

aspek yang ditentukan untuk memperoleh gambaran mengenai hasil

evaluasi reformasi birokrasi di instansi Dinas Penanaman Modal Pelayanan

Terpadu Sistem Satu Pintu Kabupaten Pangkep.

H. Rencana Pengujian Keabsahan Data

1. Memperpanjang pengumpulan data dilapangan, karena pada penelitian

kualitatif peneliti merupakan instrumen yang utama dalam penelitian

itu sendiri

2. Melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-sungguh

74
60

3. Melakukan triangulasi dalam semua elemen penelitian, sehingga

memungkinkan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan

selengkap-lengkapnya. Langkah ini dilakukan untuk menentukan

keabsahan data yang telah terkumpul dengan cara :

a. Menguji data yang berasal dari wawancara dengan data hasil

pengamatan lapangan dan seterusnya (Triangulasi metode)

b. Menguji informasi dari seseorang informan dengan informasi dari

informan lainnya (triangulasi sumber)

c. Membandingkan bagaimana penuturan yang dilakukan oleh

informan jika dalam keadaan ada orang lain dibandingkan sendiri

(triangulasi situasi)

d. Meliahat adanya keterikatan penjelasan analisis atau tidak, antara

satu teori dan teri lainnya terhadap hasil penelitian (triangulasiteori)

Jika dalam pemeriksaan yang dilakukan sebagaiman yang

disebutkan diatas ternyata tidak sama dengan jawaban informan atau

terdapat perbedaan data dan informasi yang ditemukan, maka peneliti

akan melakukan pemeriksaan lanjut, sehingga diketahui informasi mana

yang benar.

Untuk mengumpulkan data dan informasi dari semua informan,

maka peneliti terlebih dahulu akan mengumpulkan data identitas dari

setiap informan dan instansi teknis terkait, kemudian mendatangi dan

75
61

atau menemui setiap informan untuk selanjutnya dilakukan

wawancara/tanya jawab.

4. Melakukananalisis dan melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil

analisis data

5. Mempelajari dokumen yang relevan

Bagan 3.2

Tahapan Analisis Kualitatif Menurut Miles Hubberman

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan

(Miles dan Hubberman, 2012)

76
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Pangkep terletak pada koordinat antara 110°

sampai 113” lintang selatan dan 4° 40° sampai 800” bujur timur, atau

terletak dipantai barat Sulawesi Selatan dengan batas administrasi :

a. Pada bagian berbatasan dengan Kabupaten Barru

b. Pada bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros

c. Pada bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Bone

d. Pada bagian barat berbatasan dengan pulau Jawa, Kalimantan, Madura

dan Nusa Tenggara & Bali

Kabupaten Pangkep memiliki jarak 60 km dari Kota Makassar dengan

luas wilayah seluas 112,29 km, terbagi dalam wilayah daratan dan

kepulauan. Secara administratif terbagi atas 9 Kecamatan, dalam wilayah

Pangkep sendiri ada 114 pulau dengan 94 pulau diantaranya berpenghuni

dengan jumlah penduduk 51.469 jiwa.

2. Wilayah Pemerintahan

a. Kecamatan Liukang Tangngayya

b. Kecamatan Liukang Kalmas

c. Kecamatan Liukang Tuppabiring

77
62
63

d. Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara

e. Kecamatan Pangkajene

f. Kecamatan Minasatene

g. Kecamatan Balocci

h. Kecamatan Tondong Tallasa

i. Kecamatan Bungoro

j. Kecamatan Labbakang

k. Kecamatan Ma’rang

l. Kecamatan Segeri Mandalle

3. Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Pangkep berjumlah sekitar 305.737 yang terdiri dari

147.229 laki-laki dan 158.508 perempuan. Dengan pekerjaan dominan

petani dan nelayan.

4. Profil Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Dinas Penanaman Modal serta Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kabupaten Pangkep pada dini pembentukannya di Tahun 2009

kebeadaannya masih berstatus kantor pelayanan terpadu teruss tumbuh

dengan melaksanakan aktivitas pelayanan keliling dibeberapa wilayah/ desa

serta kelurahan di Kabupaten Pangkep demi melaukan usaha perekonomian

rakyat yang lebih baik. Diera pertumbuhan yang kiat pesat ini kantor

pelayanan terpadu sudah berganti status keberadaannya jadi Dinas

Penanaman Modan serta Pelayanan Terpadu satu Pintu.

78
64

Perihal ini pula didasari oleh amanah pemerintah wilayah tentang

pelimpahan kwenangan pengelolaan perizinan usaha kepada DPMPTSP

yang tertuang pada peraturan Bupati Pangkaajene serta Kepulauan No 57

Tahun 2015 selaku tindak lanjut dari peraturan Bupati No 96 Tahun 2012

Pasal 16 tentang penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu ang

dilaksanakan bersumber pada pelimpahan kewenangan dari Bupati kepada

satuan penyelenggara sistem pelayanan tepadu satu pintu.

Dalam pelaksanaan tugas dan kewenangannya DPMPTSP Kabupaten

Pangkep terbagi atas empat bidang pelaksana internal yaitu :

a. Bidang perencanaan dan pengembangan iklim penanaman modal

b. Bidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal

c. Bidang administrasi pelayanan perizinan dan non perizinan

d. Bidang pengelolaan perizinan dan non perizinan.

Ini berdasarkan peraaturan Bupati Nomor 64 Tahun 2016 tentang

susunaan organisasi lingkup aparatur DPMPTSP Kabupaten Pangkep, dari

4 bidang tersebut membawahi 12 seksi yang terbagi diantaranya, ditambah

tim tekhnis pendukung pelaksanaan tugas pelayanan masyarakat dari tim

tekhnis Dinas Terkait.

79
65

6. Struktur Organisasi

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi Pada Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Sistem Satu Pintu Kabupaten Pangkep.

Reformasi birokrasi pada biasanya ialah sesuatu usaha yang dicoba

supaya terbentuk pembaruan serta pergantian yang lebih dasar terhadap

penerapan penyelenggaraan system pemerintahan. Reformasi birokrasi ialah

sesuatu proses dalam melaksanakan penyusunan ulang terhadap birokrasi

yang diawali dari tingkatan paling tinggi ke tingkatan yang lebih rendah

supaya menggapai teerobosan baru dengan langkahlangkah bertahap,konkret,

realistis, serius, berfikir diluar kerutinan yang terdapat, pergantian paradigma

serta upaya yang luar biasa.

80
66

Pelaksanaan kebijakan reformasi di DPMPTSP Kabupaten Pangkep

menurut Kepala DPMPTSP Kabupaten Pangkep dalam wawancara

mengatakan bahwa :

“Pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi di DPMPTSP Kabupaten


belum terlaksana dengan baik, hal ini dapat terlihat kurangnya perubahan
yang terjadi baik dari tatalaksana sistem, proses dan prosedur kerja yang
belum terlalu jelas, kurang efektif dan efisien, tidak terukur terukur dan
belum sesuai dengan prinsip Good Governance, masih kurangnya SDM
aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, profesional, dan berkinerja
tinggi” (wawancara, Mei 2021).

Hal yang sama diungkapkan oleh sekertaris DPMPTSP Kabupaten

Pangkep dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa :

“Pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi di DPMPTSP Kabupaten


Pangkep belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari kurangnya
perubahan setelah diterapkannya kebijakan reformasi birokrasi tersebut,
terjadi beberapa perubahan seperti diarea organisasi, peraturan perundang-
undangan, SDM aparatur, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan
perubahan pola pikir dan budaya kerja pegawai yang belum maksimal”
(Wawancara, Mei 2021).

Dibuatnya kebijakan sebagai suatu bentuk dalam melakukan

pembangunan reformasi birokrasi dapat terlaksana agar memudahkan dalam

meningkatkan pengelolaan pemerintah agar menjadi lebih baik dan yang

menjadi hal penting adalah terlaksanya pembangunan. Dibagian pelayanan

publik DPMPTSP belum dapat menyediakan pelayanan publik yang

berkualitas sesuai yang diharapkan. Dalam memahami evaluasi kebijakan ada

sejumlah hal dasar yang perlu diperhatikan agar lebih terfokus.

Pada dasarnya reformasi birokrasi memberikan konsekuensi untuk

terjadinya perubahan dibidang politik, ekonomi, dan sosial yang begitu cepat.

Reformasi Birokrasi dimulai dengan ditetapkannya Peraturan

81
67

Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025, yang selanjutnya akan dituangkan dalam Road Map Reformasi

Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) (Perpres

No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi).

Terjadi perubahan setelah dilakukan kebijakan reformasi birokrasi pada

DPMPTSP Kabupaten Pangkep , hal ini disampaikan Staf DPMPTSP

Kabupaten Pangkep dalam wawancaranya :

“Kebijakan reformasi birokrasi yang diterapkan DPMPTSP Kabupaten


Pangkep belum memberikan banyak perubahan, seperti yang saya lihat
dari segi pelayanan publik sudah dilakukan pelayanan prima sesuai
kebutuhan dan harapan masyarakat walaupun masih terdapat kendala,
kinerja pegawai yang belum maksimal, pelaksanaan sistem, regulasi yang
masih tumpang tindih dan belum harmonis”

Dalam wawancara pada Bapak Ketua Tim Penyusun SAKIP, prioritas

perubahan yang harus terpelihara yaitu :

“Perubahan yang harus terpelihara yaitu


a. Area peraturan perundang-undangan
DPMPTSP Kabupaten Pangkep telah melakukan pemetaan peraturaan
perundang-undangan yang tidak harmonis/sinkron dan menerapkansistem
pengendalian penyusunan peraturan perundangan sesuai dengan
persyaratan penyusunan perundang-undangan.
b. Area perubahan organisasi
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisieensi penyelenggaraan
pemerintahan. DPMPTSP telah melakukan evaluasi untuk menilai
ketepatan fungsi dan ketepatan ukuran organisasi.
c. Area perubahan tatalaksana
DPMPTSP Kabupaten Pangkep sudah melakukan pengembangan e-
goverment sesuai dengan arahan pemerintah kabupaten yang telah
dilaksanakan dilingkungan internal dan eksternal dalam rangka
mendukung proses birokrasi.
d. Area perubahan pola pikir dan budaya kerja

82
68

DPMPTSP Kabupatn Pangkep telah membentuk tim manajemen


perubahan reformasi birokrasi yang bertugas menyusun Road Map
reformasi birokrasi, dan kedepannya akan mensosialisasikan serta
memonitor pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, pelaksanaan

Kebijakan Reformasi Birokrasi di DPMPTSP Kabupaten Pangkep dianggap

belum terlaksana secara baik, hal ini terlihat dari adanya beberapa perubahan

yang belum maksimal seperti pelayanan publik, akuntanbilitas aparat dan

terjadinya perubahan beberapa talaksana, walaupun dengan adanya kebijakan

reformasi birokrasi ini tidak merubah secara bersamaan.

Untuk menggambarkan pelaksanaan reformasi maka dilakukan Road Map

reformasi birokrasi yaitu membuat rencana kerja rinci dan berkelanjutan untuk

menggambarkan pelaksanaan reformasi birokrasi. Road Map reformasi birokrasi

akan menjadi alat bantu bagi pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan

penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.

Menurut Kepala DPMPTSP Kabupaten Pangkep dengan adanya Road Map

reformasi birokrasi di DPMPTSP Kabupaten Pangkep akan didapatkan

pencapaian, yaitu :

“ Melalui penyusunan Road Map reformasi birokrasi di DPMPTSP


Kabupaten Pangkep, kita dapat melakukan pengembangan praktik reformasi
birokrasi yang baru dan inovatif dan terstruktur, dengan adanya Road Map
reformasi birokrasi merupakan panduan bagi DPMPTS serta unit kerja untuk
melaksankan langkah-langkah secara bertahap dalam mencapai sasaran
reformasi birokrasi” (Wawancara, Mei 2021).

Terkait dengan hal tersebut, maka dalam rangka mewujudkan

terlaksananya reformasi birokrasi, Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan menyusun Road Map Reformasi Birokrasi yang diharapkan

83
69

dapat mendukung pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan

Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Road Map Percepatan

Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 2019

– 2021).

Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan melaksanakan

program reformasi birokrasi pada periode 2019 - 2021. Program reformasi

birokrasi diharapkan memberikan manfaat serta dampak yang cukup signifikan

terhadap peningkatan kinerja unit-unit kerja di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yang pada akhirnya memberikan

kontribusi positif terhadap peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan

dalam memberikan dukungan (Road Map Percepatan Reformasi Birokrasi

Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan 2019

– 2021)

Ada pula keadaan yang diharapkan utamanya pada DPMPTSP

Kabupaten Pangkep merupakan supaya terjalin kenaikan yang lebih efisien

serta efektif dalam melaksankan tugas serta guna untuk selurh unit kerja yang

terdapat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

melalui pelaksanaan sistem, prosedur, dan mekanisme kerja, serta standar

pelayanan yang jelas, tertib, efisien dan efisien, transparan dan akuntabel,

dengan didukung optimalisasi

pemanfaatan teknologi data serta komunikasi yang mencukupi,

sehingga pelaksanaan tugas dan fungsi dapat diselesaikan dalam waktu yang

lebih kilat, terukur serta transparan, dan tidak memberikan peluang untuk

84
70

terjadinya praktek korupsi, kolusi serta nepotisme( KKN). Terbentuknya unit

pelayanan informasi publik yang menghasilkan pelayanan publik yang

terjangkau oleh seluruh lapisan warga, ketepatan waktu

pelayanan serta kejelasan prosedur( Road Map Percepatan Reformasi

Birokrasi Pemerintah Kabupaten Pangkajene serta Kepulauan 2019– 2021).

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Dinas Penanaman

Modal dan Pelayanan Terpadu Sistem Satu Pintu Kabupaten Pangkep.

Sebagai salah satu tuntuntan masyarakat yaitu agar pemerintahlebih

meningkatkan beberapa penembangan dan mendorn pemeritah agar tercipta

pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government),

hal ini telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem terhadap

tanggung jawab yang jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Adanya

penerapan ini sebagai acuan bahwa system tersebut menjadi acuan dalam

melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan melakukan pembagunan

yang dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung

jawab dan bebas dari praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pada saat melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP) diperlukan suatu usaha dalam pembentukan dalampola

pengukuran kinerja yang dimulai dari perencanaan strategik dan berakhir

pada pengukuran kinerja atas kegiatan, program dan kebijaksanaan yang

dilakukan dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

85
71

Gambaran pelaksanaan SAKIP di DPMPTSP Kabupaten Pangkep menurut

Ketua Tim Penyusun SAKIP, dalam wawancara yang dilakukan mengatakan

bahwa :

“DPMPTSP telah melaksanakan seluruh alur dalam sistem SAKIP dan


dibuktikan dengan ketersediaan dokumen terkait SAKIP antara lain:
DPMPTSP terlibat aktif dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Pangkep
Periode 2017-2021. DPMPTSP telah menyusun RENSTRA DPMPTSP
Periode 2017-2021.DPMPTSP telah menyusun Indikator Kinerja Utama
(IKU) dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Dinas Tentang Penetapan IKU
DPMPTSP. DPMPTSP telah menyusun dan melaksanakan penandatanganan
Perjanjian Kinerja Pegawai setiap tahun. DPMPTSP telah menyusun Renja
(Rencana Kerja) Tahunan dalam rangka bahan penyusunanRKA dan DPA.
DPMPTSP telah menyusun RKA dan DPA setiap tahun. DPMPTSP telah
menyusun Laporan Kinerja (LKj) setiap tahun. Dokumen SAKIP DPMPTSP
telah di reviu dan dievaluasi oleh APIP/Inspektorat Kabupaten” (Wawancara,
Mei 2021).

Pada hakekatnya Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (

(SAKIP) yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Terdapat tiga system yang dapat mengintegrasikan SAKIP yaitu: (1) Sistem

Perencanana, (2) Sistem Penganggaran dan (3) Sistem Pelaporan Kinerja yang

selaras dengan Sistem Akuntabilitas Keuangan, dalam rangka pertanggung

jawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Setiap Perangkat Daerah wajib mencatat, melaporkan setiap

penganggaran biaya serta apakah penggunaan anggaran tersebut tetap dalam

koridor untuk mencapai Tujuan dan Sasaran Organisasi yang telah ditetapkan

dalam RPJMD dan Renstra OPD.

86
72

Adapun rangkaian sistem dalam SAKIP terdiri dari:

a. Sistem perjanjian Kinerja.

b. Sistem pengukuran Kinerja.

c. Sistem pengelolaan Data Kinerja.

d. Sistem pelaporan Kinerja.

e. Sistem evaluasi dan Reviu Kinerja.

Gambaran pelaksanaan SAKIP DI DPMPTSP Kabupaten Pangkep sudah

berjalan sesuai tahapan-tahapannya, hal ini diungkapkan oleh Bapak Kepala

DPMPTSP Kabupaten Pangkep dalam wawancaranya yaitu :

“Saya rasa SAKIP di DPMPTSP sudah berjalan sesuai dengan langkah-


langkah, dimana tujuan yang ingin kita capai dari pelaksanaan SAKIP
yaitu mempertanggung jawabkan kinerjanya, karena akuntabilitas yang
diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan pelaksanaan misi instansi
yang bersangkutan dan melaporkannya secara periodik (Waancara, Mei
2021).
Pelaksanaan SAKIP di DPMPTSP Kabupaten Pangkep berdampak baik

terhadap organisasi, dimana mekanisme berjalan sesuai keinginan walaupun

belum terlaksana dengan maksimal. Mekanisme pelaksanaan SAKIP pada

DPMPTSP telah sesuai dengan tahapan yang dimaksud dalam Peraturan

Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang SAKIP yaitu dimulai dari:

a. Tahapan Perencanaan berupa Penyusunan dokumen Perencanaan seperti


dokumen Renstra, Renja, RKA dan DPA serta menyusun Perjanjian
Kinerja Pegawai.
b. Tahapan Pengukuran yaitu melaksanakan pengukuran setiap Triwula
terhadap Capaian Fisik dan Keuangan dari setiap Program dan Kegiatan
dalam DPA.
c. Tahapan Pelaporan yaitu menyusun Laporan Kinerja pada setiap akhir
tahun anggaran

87
73

d. Tahapan reviu dan evaluasi dokumen SAKIP yaitu setiap tahun Dokumen
SAKIP DPMPTSP telah di reviu dan dievaluasi oleh Inspektorat
Kabupaten.

Mekanisme pelaksanaan SAKIP di DPMPTSP sudah sesuai dengan

tahapan yang ada, hal ini diungkapkan oleh sekertaris DPMPTSP Kabupaten

Pangkep yang mengatakan dalam waawancaranya bahwa :

“ Mekanisme penatalaksanaan SAKIP di DPMPTSP ini sudah sesuai dengan


tahapan yang ada walaupun belum maksimal, sudah adanya perencanaan dan
pengukuran kinerja yang dilakukan untuk mengevaluasi SAKIP pada semua
aparatur yang ada di DPMPTSP (Waancara, Mei 2021).

Terlaksananya dengan baik mekanisme SAKIP di DPMPTSP berdampak

terhadap kinerja pegawai, hal ini diungkapkan oleh Kepala DPMPTSP

Kabupaten Pangkep dalam wawancaanya :

“Capaian kinerja DPMPTSP setelah diterapkan SAKIP sudah masuk dalam


kategori Sangat Baik, dengan perolehan Nilai Capaian Kinerja sebesar 94,76
(Sangat Baik). (Wwancara, Mei 2021).

Sistem Akuntabilitas Kinerja Lembaga Pemerintah( SAKIP) pada

pokoknya merupakan instrumen yang digunakan lembaga pemerintah dalam

penuhi kewajiban buat mempertanggungjawabkan keberhasilan serta

kegagalaan penerapan misi organisasi. Dalam melaksanakan pengukuran

kinerja SAKIP digunakan supaya selaku perlengkapan manajemen supaya

lebih tingkatkan mutu kinerja dalam melaksanakan pengambilan keputusan

sehingga tercipta akuntabilitas dalam rangka memperhitungkan

keberhasilan/ kegagalan penerapan aktivitas/ program/ kebijaksanaan cocok

88
74

dengan target serta tujuan yang sudah diresmikan dalam rangka mewujudkan

misi serta visi lembaga pemerintah.

Dalam wawancara yang dicoba oleh Kepala DPMPTSP Kabupaten

Pangkep kalau Pemerintah sangat menunjang penerapan SAKIP pada

DPMPTSP. Terdapat sebagian alibi penerapan Sistem SAKIP ini wajib

didukung:

“ Pemerintah sangat mendukung pelaksanaan SAKIP di DPMPTSP karena


dianggap berhasil dalam menyusunan Renstra yang baik dan sejalan dengan
RPJMD, akan memberikan kepastian bahwa Tujuan dan Sasaran
Pembangunan dalam Renstra OPD sesuai dan sejalan dengan Tujuan dan
Sasaran Pemda dalam RPJMD, membuat Perjanjian Kinerja Pegawai, untuk
memastikan bahwa upaya pencapaian target-target pembangunan sudah
diperjanjikan dan menjadi komitmen untuk dicapai oleh pejabat yang
berwenang, sejakLlevel jabatan Eselon II sampai level jabatan paling
rendah/staf, pengukuran Kinerja, untuk memastikan bahwa secara berkala
(Triwulan/ Semester) Pimpinan Organisasi selalu memantau seberapa jauh
Capaian kinerja dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan OPD dan
telah diukur dengan tepat baik capaian fisik maupun capaian keuangan,
pelaporan Kinerja, untuk memastikan bahwa Pencapaian Kinerja telah
dilaporkan kepada pemberi amanah, dalam hal ini kepada Kepala Daerah
dan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi. Reviu dan Evaluasi Kinerja, untuk
memastikan bahwa kebenaran Capaian Kinerja telah melalui tahapan evaluasi
dan direviu oleh Inspketorat Kabupaten.

89
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Minimnya pergantian yang terjalin baik dari tatalaksana sistem, proses

serta prosedur kerja yang belum sangat jelas, kurang efisien serta efektif,

tidak terukur t serta belum cocok dengan prinsip Good Governance, masih

minimnya SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, handal, serta

berkinerja besar. Bersumber pada penemuan diatas hingga penerapan

kebijakan reformasi birokrasi di DPMPTSP Kabupaten belum terlaksana

dengan baik, perihal ini bisa terlihat

2. Telah masuk dalam jenis sangatbaik, dengan perolehan Nilai Capaian

Kinerja sebesar 94, 76( Sangat Baik), dan sokongan Pemerintah Wilayah

terhadap penatalaksanaan SAKIP. Bersumber pada perihal diatas hingga

penatalaksanaan SAKIP di DPMPTSP Kabupaten Pangkep telah cocok

dengan tahapan yang terdapat, perihal ini dilihat dari.

B. Saran

1. Pentingnya meningkatkan kinerja dan pelayanan terpadu pada Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu.

2. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu perlu melakukan

perencanaan, pengawasan dan pengendalian terhadap akuntabilitas kinerja

aparat.

90
75
76

3. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu bekerjasama dengan

instansi terkait untuk mewujudkan akselerasi pembangunan Pangkep Hebat

sesuai Visi dan Misi Bupati – Wakil Bupati Pangkep periode Lima Tahun

kedepan. RPJMD ini menjadi momentum yang sangat penting dan Strategi

dalam mewujudkan Visi Pembangunan Pangkep Hebat

91
92
Syafie (2016), Ilmu Pemerintahan, Jakarta. Bumi Aksara.

Winarno, Budi. (2017). Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta: Media
Pressindo.

Yusriadi (2017). Reformasi Birokrasi dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan


Satu Pintu). Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik. Vol 7 Nomor 2.

Yusrianti (2015). Implementasi Pada Satuan Kerja Pemkot Palembang. Jurnal


Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol 13 Nomor 4.

Peraturan Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan


Publik. Indonesia

Peraturan PresidenRepublik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand


Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Indonesia

Peraturan menteri pandayagunaan dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 tahun 2015


Tentang road map reformasi birokrasi di indonesia tahun 2015-2019.
Indonesia
Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Reformasi BirokrasiNomor 20 Tahun 2010
Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Indonesia

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun


2003Tentang Pedoman Umum Peyelenggaraan Pelayanan Publik.
Indonesia

Peraturan Bupati Pangkajene dan Kepulauan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang


Pedoman Pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah
Kabupaten Pangkep dan Kepulauan Tahun 2019-2021.

93
Lampiran A

PEDOMAN WAWANCARA

PENGANTAR

Pada dasarnya wawancara yang akan dilakukan bersifat ilmiah. Tujuan

dari wawancara ini adalah agar peneliti mendapatkan data dan informasi dari

sumber yang lebih berkompeten, dan mengetahui secara angsung tentang focus

penelitian yang kami lakukan tentang “Evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi

Pada DPMPTSP Kabupaten Pangkep” Peran serta dan kerja sama dari Bapak/Ibu

sangat kami harapkan untuk keperluan penyusunan tesis in.

Identitas jawaban Bapak/Ibu akan kami rahasiakan, karena itu besar harapan

kami Bapak/Ibu dapat memberikan jawaban yang sebenar-benarnya serta

sejujurnya sesuai dengan pengalaman. Informasi yang kami dapatka akan berharga

guna penyelesaian tesis ini. Terima Kasih

Peneliti

Nurcahaya

94
Lampiran B

PERTANYAAN UNTUK APARAT DAERAH

Identitas Informan

Nama :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

Pangkat/Golongan :

Jabatan :

Unit Kerja :

Pelatihan yang Pernah diikuti :

1. Diklat Struktural :

2. Diklat Penjenjangan :

Pertanyaan

1. Bagaimana gambaran umum pelaksanaan SAKIP di DMPTSP

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan SAKIP di DMPTSP

3. Bagaimana capaian kinerja setelah diterapkan SAKIP di DMPTSP

4. Apakah capaian kinerja sudah terpenuhi?

5. Apakah sumber daya manusia pada DMPTSP sudah diberdayakan secara

optimal

6. Apakah Pemerintah mendukung pelaksanaan SAKIP pada DMPTSP

95
LAMPIRAN C

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar I

Wawancara dengan Kepala Seksi Perencanaan BAPPEDA Kab. Pangkajene dan Kepulauan

Gambar II
Wawancara dengan Tim Penyusun Sakip Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

96
Gambar III

Wawancara dengan Kepala Seksi Reformasi Birokrasi Bagian Organisasi dan Tatalaksana Pemerintahan
Kabupaten Pangkep

Gambar IV
Wawancara dengan Sekertaris DPMPTSP Kabupaten Pangkep

97
Gambar V
Wawancara dengan Kepala Bidang DPMPTSP Kabupaten Pangkep

Gambar VI
Wawancara dengan Kepala Bidang DPMPTSP Kabupaten Pangkep

98
Gambar VII
Wawancara dengan Kepala Seksi DPMPTSP Kabupaten Pangkep

Gambar VIII
Wawancara dengan Bapak Bupati danTim Percepatan Bupati Kabupaten Pangkep
Pangkep

99

Anda mungkin juga menyukai