Diajukan untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Disusun Oleh :
KELAS N
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan
proposal yang diberi Judul “Penyusunan Sistem Inventarisasi Aset Antara Sekolah dengan
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah” dapat dibuat dengan baik dan lancar oleh
penulis.
Rasa terima kasih patut diucapkan oleh penulis kepada pihak yang membantu
kelancaran penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Didalam pengerjaan skripsi ini telah
melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini
penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Didalam pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada
2. Orang tua saya, yang senantiasa memberi doa restu dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
3. Saudara saya yang juga membantu mendapatkan hasil riset dari pekerjaan nya sebagai
pegawai di bidang penelitian ini.
4. Prof. Tjiptohadi Sawarjuwono, M.Ec., Ph.D., Ak., CPA., CA. selaku dosen mata kuliah
Metodologi Penelitian
5. Universitas Airlangga, sebagai instansi yang memberikan fasilitas kepada penulis dalam
pembuatan makalah ini
6. Sahabat – sahabat yang senantiasa memberi dukungan sehingga penulis tetap semangat
sampai makalah ini berhasil dibuat.
Akhir kata semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis khususnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini jauh dari sempurna,
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki dan atau di kuasai sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu yang diharapkan memberi manfaat ekonomi dan atau sosisal
dimasa depan yang dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan
yang diperlukan untuk menyediakan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya (Fakhrudin, 2016: 11). Aset
adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki dan atau dikuasai sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu yang diharapkan memberi manfaat ekonomi dan atau sosisal dimasa
depan yang dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang
diperlukan untuk menyediakan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya
yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Dalam pengelolaan aset daerah, peraturan perundangan yang terkait dengan
pencatatan barang merupakan acuan penting bagi daerah terutama dalam penegasan
tentang tugas dan tanggung jawab pencatatan barang, pengelompokkan jenis barang
maupun sistem pengkodeannya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah secara rinci menjelaskan tentang segala hal
yang terkait dengan pencatatan barang milik daerah.
Pasal 1 (47) peraturan tersebut menjelaskan tentang definisi dari penatausahaan
barang, yaitu rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan
barang milik Negara/daerah sesuai ketentuan yang berlaku. Sementara inventarisasi
sendiri mencakup kegiatan untuk melakukanpendataan, pencatatan dan pelaporan hasil
pendataan barang milik Daerah. Rangkaian kegiatan tersebut untuk tingkat sekolah
menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah yang merupakan Kuasa Pengguna Barang. Pada
prakteknya, kepala sekolah dapat mendelegasikan tugas ini.
Pengelolaan barang yang baik mencakup tiga tahapan yang utama, yaitu:
1. Penerimaan Barang – baik penerimaan barang dari pembelian maupun
penerimaan barang dari sumbangan atau hibah. Barang yang diterima ini dicatat
dalam kartu penerimaan barang sebagai bukti penerimaan.
1
2. Pencatatan Barang – tahap dimana barang yang diterima dicatatkan kedalam
kartu-kartu barang sesuai jenis barang. Format kartu-kartu barang sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku dapat dilihat dalam bagian lampiran.
3. Penyimpanan/Penempatan/PenggunaanBarang – pada tahap ini barang
ditempatkan/disalurkan ke lokasi/ruangan yang membutuhkan ataupun kepada
orang yang mengajukan permohonan pembelian untuk kemudian dapat
digunakan dengan baik.
Pencatatan barang sebagai bagian dari manajemen aset adalah merupakan bagian
dari pengelolaan keuangan secara keseluruhan maka selain dari menjalankan peraturan
dan perundangan yang berlaku, pencatatan barang di tingkat sekolah/madrasah juga
dimaksudkan untuk:
2
terhadap fisik barang yang ada dalam pengelolaan Bendahara Barang atau Pengurus
Barang atau Pengguna Barang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Barang-barang tersebut dilaporkan ke BPKAD sebagai Barang Milik Daerah
(BMD), Dan ketika barang tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, maka sekolah
mengajukan usulan penghapusan barang ke BPKAD untuk ditindaklanjuti. Namun dalam
proses penghapusam barang tersebut membutuhkan proses yang cukup lama. Dimulai
dari sekolah membuat surat usulan penghapusan aset, kemudian menunggu tim dari
BPKAD untuk melakukan pemeriksaan fisik ke sekolah, dan setelah itu surat keputusan
baru diturunkan. Dari proses tersebut aset-aset yang seharusnya sudah dihapus
mengalami penumpukan dan membutuhkan ruang lebih untuk penyimpanannya yang
mana seharusnya ruangan tersebut dapat digunakan untuk kegiatan operasional sekolah.
Masalah inilah yang perlu diperbaiki sehingga pengelolaan aset daerah dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien. Selain itu juga dapat mengintegrasikan sistem informasi
antara sekolah dengan BPKAD sehingga dapat mencerminkan kekayaan daerah secara
akurat.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan menjadi referensi bagi pemerintah daerah untuk
merekomendasikan hasil penelitian ini kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah agar dapat membuat sistem yang efektif dan efisien dalam hal pencatatan,
penghapusan, serta pemeliharaan dan pengendalian aset daerah pada sekolah tanpa
meninggalkan aspek internal control dan pengawasan dalam pelaksanaannya sehingga
akan meminimalisasir penyimpangan dan dapat mencerminkan kekayaan daerah secara
akurat. Serta dapat mensinergikan system pencatatan antara sekolah dan pemerintah
daerah
4
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan untuk
permasalahan dalam penelitian ini. Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Aset
Menurut Hidayat (2011), Pengertian aset (aktiva) adalah benda, baik itu
benda yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible),
bergerak ataupun tidak bergerak. Keseluruhan dari hal tersebut mencakup dalam
kekayaan yang di sebut aktiva atau asetdari suatu instansi, organisasi, badan
usaha ataupun dari individu perorangan.
Menurut Mamduh M. Hanafi (2003:24) pengertian aset adalah sumber daya
yang dikuasai oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diraih oleh pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, aset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki dan atau
di kuasai sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang diharapkan memberi
manfaat ekonomi dan atau sosisal dimasa depan yang dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk menyediakan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa aset adalah bentuk dari penanaman modal, bentuk-bentuknya dapat berupa
harta kekayaan, dan timbul atas transaksi di masa lalu yang dikuasai atas suatu
entitas dan manfaat ekonominya cukup pasti di masa datang baik secara langsung
maupun tidak langsung
6
Milik Negara/Daerah, yang diberi nama aset adalah barang yang diperoleh dari
APBN/APBD dan berasal dari perolehan lainnya yang syah.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah tahun 2016 Pasal 1 ayat (16) dan pasal 3, yang
dimaksud dengan barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Barang Milik Negara/Daerah dikategorkan sebagai aset tetap apabila
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam operasi normal Kuasa Pengguna Barang, dan diperoleh atau dibangun
dengan maksud untuk digunakan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Aset daerah
merupakan semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun dikuasai oleh
pemerintah daerah termasuk di dalamnya aset tetap (Barang Milik Daerah) yang
dibeli atas beban APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) , atau atas dasar
perolehan lainnya yang sah.
7
dan langkah secara integral dan menyeluruh dari unsur-unsur yang terkait dalam
pengelolaan barang milik negara/daerah. Pengelolaan barang milik daerah
dilaksanakan berdasarkan azas-azas (Pangabean, 2002:36).
Manajemen aset sebetulnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Manajemen Keuangan dan secara umum terkait dengan administrasi
pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan nilai aset, pemanfaatan
aset, pencatatan nilai aset dalam neraca tahunan daerah, maupun dalam
penyusunan prioritas dalam pembangunan. Tujuan dan sasaran dari manajemen
aset adalah untuk mencapai kecocokan/kesesuaian sebaik mungkin antara
keberadaan aset dengan strategi entitas (organisasi) secara efektif dan efisien. Hal
ini mencakup seluruh siklus hidup aset sejak perencanaan dan penganggaran
hingga pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pengaturan risiko dan
biaya yang terkait selama siklus hidup aset.
8
2.1.5. Inventarisasi Aset
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa inventarisasi adalah kegiatan untuk
melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang
milik daerah.
Inventarisasi merupakan salah satu dari rangkaian penatausahaan barang
milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Inventaris
merupakan kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan, pengurusan,
penyelenggarakan, pengatur, pencatat data dan pelaporan barang milik daerah
dalam unit pemakaian. Dari kegiatan inventarisasi disusun buku inventaris yang
menunjukkan semua kekayaan daerah yang bersifat kebendaan, baik yang
bergerak maupun tidak bergerak. Buku inventaris tersebut memuat data meliputi
lokasi, jenis/merek tipe, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal barang,
keadaan barang dan sebagainya.
Pelaporan dilakukan dalam rangka memberikan kepastian catatan atas setiap
barang yang dibeli atau berubah keadaan karena terjadi mutasi maupun kerena
adanya pemusnahan, dan sebagai dasar dalam memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang memerlukan dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas
pengelolaan aset tetap/barang milik daerah secara transparan. Setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan
dan 5 tahunan.
9
lagi untuk digunakan atau sudah berubah statusnya karena penjualan atau karena
berubah status hukum kepemilikan. Kegiatan penghapusan bisa melalui
pemusnahan dan juga perubahan status hukum kepemilikan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara menyebutkan
bahwa penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan
menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan
Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/ atau Kuasa Pengguna Barang dari
tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
Dalam Pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016,
penghapusan BMN meliputi :
a. Penghapusan BMN dari daftar barang pengelola
b. Penghapusan BMN dari daftar barang pengguna dan/atau daftar barang kuasa
pengguna
c. Penghapusan BMN dari daftar barang milik negara
1) automation
2) rationalization
4) paradigm shifts.
10
komputer untuk memperbaiki prosesbisnis, tapi memahami bisnis apa yang
butuh untuk diperbaiki.
2. Menganalisis proses yang ada
Proses bisnis yang ada harus termodel dan terdokumentasi, memperhatikan
input, output, sumber daya, dan urutan aktivitas.
3. Merancang proses yang baru
Suatu proses yang ada dipetakan dan diukur dalam kurun waktu dan biaya,
tim perancang proses akan mencoba memperbaiki proses yang ada dengan
merancang yang baru.
4. Mengimplementasikan proses yang baru
Suatu proses yang telah termodel dan dianalisis, harus diterjemahkan ke
dalam sebuah kesatuan prosedur dan aturan kerja yang baru.
5. Pengukuran yang berlanjut
Suatu proses yang telah diimplementasikan dan dioptimalkan, membutuhkan
pengukuran yang berlanjut. Karena proses mungkin akan memburuk
11
- Dengan adanya sistem
informasi aset, maka mudah
dalam menghimpun data aset,
karena semua data telah
tersimpan pada ruangan yang
disebut database. Sehingga
mudah dalam melakukan
pencarian jika suatu saat
dibutuhkan atau dievaluasi.
- Penyediaan laporan aset,
laporan permohonan dan
laporan pembelian akan relatif
cepat dan tepat waktu.
Dawolo, Roza Sistem Penghapusan - Sistem penghapusan aset Pada
Febrieli Aset pada Pengelolaan Badan Pengelolaan Keuangan
(2017) Keuangan dan Aset dan Aset Daerah telah sesuai
Daerah Provinsi dengan teori dan peraturan
Sumatera Utara yang berlaku sesuai dengan
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor
50/PMK.06/2014, walaupun
masih terdapat kekurangan
karena pertimbangan atas
nilai aset yang akan
dihapuskan dengan tidak
perlu mendapat persetujuan
dari DPRD Provinsi Sumatera
Utara. Hal tersebut
menyebabkan proses
12
penghapusan aset yang
dilaksanakan relatif lebih
cepat.
- Aset yang akan dihapuskan
akan di hapus dari daftar
barang jika sudah di buat
berita acara penghapusan
dengan mempertimbangkan
nilai sisa umur manfaat aset
yang akan dihapus.
- Penyusunan dan sistem
evaluasi pembiayaan yang
memadai untuk mendukung
pemilihan metode yang paling
efisien untuk penghapusan.
Nugroho, Aris Sistem Inventarisasi - Aplikasi sistem inventarisasi
dan Yuli Aset Tetap aset tetap yang dibuat bisa
Astuti (2014) digunakan untuk meng
inventarisasi data aset tetap,
menghitung nilai ekonomis
nya dan dapat meng hitung
permutasian barang aset tetap
pada sekolah yang diteliti.
13
2.3 Kerangka Berpikir
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian
tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambargambar,
gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.
Menurut Sugiyono (2008:15) bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan
untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai
instrumen kunci. Sementara itu Nawawi dan Martini (1994:73) mendefinisikan metode
deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi
dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.
Selain itu, studi deskriptif analitis menurut Winarno (Dadang Supardan, 2000:103)
adalah suatu penelitian yang tertuju pada penelaan masalah yang ada pada masa
sekarang. Disini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena penelitian ini
mencari tahu ke-efektifan dan ke-efisienan dalam inventarisasi aset daerah antara sekolah
dengan BPKAD di Kabupaten Pasuruan.
3.3.1. Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan oleh
Satori Djam’an dan Komariah Aan, (2012:105) adalah pengamatan langsung
terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan
maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Lebih lanjut observasi
sebagaimana yang diungkapkan oleh Maleong (2011:175) adalah pengamatan
digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Observasi
sesungguhnya dilakukan dengan memiliki tujuan atau manfaat.
16
Sementara itu, Sanapiah Faisal (Burhan Bungin, 2003:65) bahwa metode
observasimenjadi amat penting dalam tradisi penelitian kualitatif karena melalui
observasi itulah dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan
yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat. Dari situlah dikenali mana
yang sangat lazim atau umum terjadi, bagi siapa, kapan, dimana dan sebagainya.
Dari berbagai macam observasi dimaksud tentunya memiliki manfaat dalam
sebuah penelitian kualitatif. Olehnya itu , Patton (Sugiyono, 2007:67)
mengungkapkan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:
1) Dengan observasi di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, untuk mendapat pandangan yang holistik
atau menyeluruh.
2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif
membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang dan tidak
diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu
karena telah dianggap biasa dan olehnya itu tidak terungkap dalam wawancara.
4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau
ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi
responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
6) Melalui pengamatan lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data
yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan situasi
sosial yang diteliti.
Observasi langsung dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data
mengenai proses inventarisasi aset daerah antara sekolah dengan Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Observasi ini bertujuan untuk
mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai proses inventarisasi aset daerah
antara sekolah dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Sementara
observasi di lingkungan sekolah dilakukan oleh peneliti terkait dengan berbagai
aktivitas di lingkungan sekolah baik guru, siswa maupun proses pembelajaran di
kelas pada SMA Negeri 1 Pandaan Kabupaten Pasuruan. Selain itu, observasi di
17
lingkungan sekolah juga dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana
sekolah yang digunakan dalam proses belajar mengajar apakah sesuai dengan
pencatatan/pengahpusan serta sesuai dengan yang tertulis dilaporan. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan (Glesne dan Peshkin, 1992; Spradley,
1979) bahwa pelaksanaan observasi dilakukan dimulai dengan observasi secara
menyeluruh dan tidak terputus untuk mengetahui suasana lingkungan fisik, sosial
dan budaya secara selintas yang ada di sekolah dan sekitar lingkungan sekolah.
3.3.2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab sambal tatap muka antara pewawancara dengan
responden. Dalam penelitian ini, peneliti mencatat semua jawaban dari responden
sebagaimana adanya.
Pertanyaan penelitian diajukan untuk mencapai sebuah kesimpulan dan
untuk menjawab setiap rumusan masalah dalam Bab 1, yaitu :
a. Pertanyaan untuk pihak Pengurus Barang dan Kepala Sekolah
- Bagaimana alur pencatatan aset yang dilakukan oleh pengurus
barang/bendahara barang?
- Apakah ada kelemahan atau kekurangan dalam system pencatatan
asset yang terjadi saat ini?
- Bagaimana proses pengajuan usulan penghapusan aset ke Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah?
- Apakah ada kelemhan dalam proses pengajuan usulan penghapusan
aset ke Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah saat ini?
- Bagaimana sistem pelaporan inventarisasi yang dilakukan pihak
sekolah kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah?
- Jika dalam proses pencatatan, penghapusan, dan pelapora dilakukan
secara digital, apakah tenaga kerja dari pihak sekolah sudah ada
yang kompeten?
b. Pertanyaan untuk pihak BPKAD
- Bagaimana alur pencatatan aset yang dilakukan oleh staff Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah?
- Apakah ada kelemahan dalam sistem pencatatan aset saat ini?
18
- Bagaimana proses penghapusan aset oleh Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah?
- Apa kelemahan dari proses penghapusan aset oleh Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah saat ini?
- Apakah sistem pelaporan inventarisasi aset pada saat ini sudah baik?
- Bagaimana Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
melakukan pengecekan pada hasil laporan inventarisasi asset jika
terjadi kecurangan atau kesalahan?
- Jika dalam proses pencatatan, penghapusan, pelaporan dilakukan
secara digital, apakah tenaga kerja dari pihak BPKAD sudah ada
yang kompeten?
19