Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN ASET

(PENGADAAN ASET)

Studi Kasus Pada Kabupaten Minahasa Utara

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. YOSITA LOLIANA SUNARTI (2018210056)


2. YUSTA LIDIA HARMING (2018210083)
3. AURELIUS F. JEDARU (2018210118)

PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Pengadaan Aset Di Kota Surabaya”. Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Aset.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami
mohon maaf apabila dalam makalah ini ada kata-kata yang tidak berkenan dalam
hati para pembaca.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Malang, 05 Mei 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHSAAN......................................................................................................3
2.1. Pengertian Pengadaan Aset.......................................................................3
2.2. Prinsip-Prinsip Pengadaan Aset................................................................3
2.3. Pengadaan Aset Di Kabaupaten Minahasa Utara......................................5
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
3.1. Kesimpulan................................................................................................9
3.2. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengacu pada prinsip Good governance bahwa pemerintah, baik itu


pemerintah pusat maupun pemerintah, harus menyajikan laporan keuangan yang
transparan dan akuntabel. Transparan atau transparansi sendiri yaitu memberikaan
informasi keuangan yang terbuak dan jujur kepada masrakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki bahwa hak untuk memngetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan akuntabel
atau akuntabilitas sendiri yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodic. Tujuannya agar
semjua yang dilaporkan bias dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
termasuk asset berupa barang milik Negara maupun barang milik daerah. Secara
umum barang merupakan bagian dari kekayaan yang adalah satuan tertentu yang
dapat dinilai, dihitung, diukur, tidak termasuk juga uang dan surat berharga.

Aset merukan salah satu unsur yang harus dikelola dengan baik agar
menghasilkan informasi yang andal dalam laopran keuangna daerah. Pengelolaan
asset daerah merupakan sesuatau yang harus dilaksanakan dengan baik agar
memberikan gambaran tentang kekayaan daerah, adanya kejelasan status
kepemilikan, pengamanan barang daerah, penimhgkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dengan pemanfaatan asset daerah yang ada serta dapat digunakan untuk
dasar penyusunan lapotran keuangan. Pengelolaan barang milik daerah harus
dilakukan secara efektif, efisien, danm ekonomis sehingga penggunaan asset
daerah dapat terjaga dengan baik.
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pengadaan Aset
2. Prinsip-Prinsip Pengadaan Aset
3. Pengadaan Aset Di Kabubaten Minahasa Utara
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Di Maksudkan Dengan Pengadaan Aset
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Yang Menjadi Prinsip-Prinsip Dari
Pengadaan Aset
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengadaan Aset Di Kabupaten
Minahasa Utara
BAB II

PEMBAHSAAN

3.1. Pengertian Pengadaan Aset

Pengadaan Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8


Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80
tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara
swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah, menjelaskan bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa. Pengadaan barang milik daerah
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Mardiasmo (2004) menjelaskan
pengadaan barang atau kekayaan daerah harus dilakukan berdasarkan sistem
tender (compulsory competitive tendering contract). Hal tersebut dilakukan
supaya pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan

Pengadaan barang milik daerah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor


54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana didalamnya
dijelaskan bahwa pengadaan barang milik daerah adalah kegiatan untuk
memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

3.2. Prinsip-Prinsip Pengadaan Aset


1. Efisien. Berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Efektif. Berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Transparan dan terbuka. Berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan,
tatacara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa,
sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta
bagi masyarakat luas pada umumnya.
4. Bersaing. Berarti pengadaan Barang Milik Daerah harus diadakan secara
kompetitif agar tercapai spesifikasi pengadaan yang berkompeten.
Penyedia barang/jasa harus memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas dan transparan.
5. Adil/tidak diskriminatif. Berarti memberikan perlakuan yang sama bagi
semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel. Berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Setiap SKPD yang akan melakukan pengadaan barang milik daerah harus
memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, karena itu merupakan peraturan dan
ketetapan yang telah diatur dan ditetapkan oleh perundang-undangan yang berlaku
dalam proses pengadaan barang milik daerah, sebagaimana yang dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik
daerah bawah proses pengadaan harus sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Untuk mendukung prinsip-prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
seluruh SKPD yang terlibat dalam pengadaan barang milik daerah harus
benarbenar memahami isi dan kandungan dari prinsip-prinsip tersebut, dalam hal
ini Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah telah mengamanatkan bahwa dalam
melakukan semua langkahnya harus berdasarkan pada Etika Pengadaan. Seluruh
SKPD yang terlibat dalam pengadaan barang milik daerah harus mematuhi etika
pengadaan sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk


mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan
barang/jasa.
2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga
kerahasiaan dokumen pengadaan barang/jasa yang seharusnya
dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan
barang/jasa.
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk
mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan para pihak.
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak
terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan
barang/jasa (conflict of interest).
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan Negara dalam pengadaan barang/jasa.
7. Menghindari dan mencegah penyalah gunaan wewenang dan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.
8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang
diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.
3.3. Pengadaan Aset Di Kabaupaten Minahasa Utara
Pengadaan barang Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara dilakukan
pada satu tahun sesudah melakukan perencanaan yaitu pada tahun 2014. Proses
pengadaan juga sudah terealisasi sesuai dengan baik. Dinas kesehatan sesuai
dengan Permendagri Nomor 17 tahun 2007 yaitu.

1. Panitia Pengadaan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dengan


susunan keanggotaannya melibatkan unsur teknis terkait;
2. Panitia Pengadaan menyelenggarakan tender/lelang dan mengambil
keputusan dalam suatu rapat yang dituangkan dalam Berita Acara Lelang
mengenai calon pemenang 34 atas dasar harga terendah dikaitkan dengan
harga perkiraan sendiri (owner estimate) yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk kualitas barang yang dibutuhkan, selanjutnya
menyampaikan Berita Acara tersebut disertai saran kepada Kepala Daerah
dan/atau Sekretaris Daerah untuk menetapkan Pemenang Lelang. Dalam
Berita Acara Lelang dimaksud memuat antara lain:
1) hari, tanggal dan tempat pelaksanaan lelang;
2) anggota panitia yang hadir;
3) rekanan yang diundang, rekanan yang hadir, rekanan yang memenuhi
syarat; dan
4) surat-surat penawaran yang masuk.
3. Setelah ditetapkan calon pemenang lelang, Kepala Daerah atau pengelola
atau pengguna, menetapkan pemenang lelang;
4. Pelaksanaan mengadakan/pekerjaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) membuat Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Kepala Daerah
atau pengelola atau Kepala SKPD;dan
2) sepanjang pengadaan/pekerjaan tidak dilakukan melalui lelang, maka
pelaksanaan pengadaan/pekerjaan dilakukan dengan Surat Perintah
Kerja yang ditandatangani oleh Kepala SKDP dan/atau pejabat
pengadaan. Dalam Surat Perintah Pengadaan/Pekerjaa tersebut
diatas,merupakan dasar untuk penerimaan barang harus dengan tegas
membuat dan menyatakan jumlah barang dan biaya maupun syarat-
syarat lain yang diperlukan.
5. Penerimaaan barang dilaksanakan oleh penyimpan barang dan/atau
pengurus barang setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah
dengan membuat berita acara pemeriksaan.
6. Pembayaran hanya dapat dilakukan apabila melampiri dokumen-dokumen
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Utara yang merupakan salah


satu SKPD dengan biaya kebutuhan pertahun yang sangat tinggi telah melakukan
perencanaan dan penganggaran pada tahun terakhir yaitu 2013. Rencana
Kebutuhan Barang pada Dinas Kesehatan pada tahun 2013 telah terselenggara
berupa peralatan kantor, bangunan gedung kantor, bangunan klinik puskesmas
laboratorium, tugu, alat dapur, alat-alat kedokteran dan lain lain yang sudah
tercantum dalam Daftar Rencana Kebutuhan Barang Unit (DRKBU). Sesuai
dengan data diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan barang pada Dinas
Kesehatan berjumlah (47) barang

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010


bahwa Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif
sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa yang terjangkau dan berkualitas,
sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik. Seperti dalam
aturan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menetapkan Panitia Pengadaan
pada masing-masing SKPD yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Setelah itu panitia pengadaan menyelenggarakan tender/lelang dan mengambil
keputusan dalam rapat dan dituangkan dalam Berita Acara Lelang mengenai calon
pemenang atas dasar harga terendah dikaitkan dengan harga perkiraan sendiri
(owner estimate) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk kualitas barang yang
dibutuhkan, selanjutnya menyampaikan berita acara tersebut disertai saran kepada
Kepala Daerah dan/atau Sekretaris Daerah untuk menetapkan Pemenang Lelang.
Pelaksanaan Pengadaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Membuat Surat Perjanjian yang ditandatangani oleh Kepala Daerah atau


pengelolah atau Kepala SKPD; dan
2. Sepanjang Pengadaan/Pekerjaan dilakukan dengan Surat Perintah Kerja
yang ditandatangani oleh Kepala SKPD dan/atau pejabat pengadaan.
Dalam surat perintah pengadaan/pekerjaan diatas, merupakan dasar untuk
penerimaan barang, harus dengan tegas memuat dan menyatakan jumlah barang
dan biaya maupun syarat-syarat yang diperlukan. Setalah itu Penerimaan barang
dilaksanakan oleh penyimpan barang dan/atau pengurus barang selaku SKPD
masing-masing setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah dengan
membuat Berita Acara Pemeriksaan. Dan yang terakhir Pembayaran hanya dapat
dilakukan apabila melampiri dokumen-dokumen sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengadaan yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Utara sesuai dengan daftar rencana kebutuhan barang yang sudah
tersusun. Akan tetapi pada saat melakukan pengadaan, didapati adanya
penambahan nilai barang yang tidak terduga untuk Rehabilitasi Bangunan
Puskesmas dengan jumlah yaitu (3) bangunan. Dokumen sumber Perencanaan dan
Pengadaan Aset berdasarkan Permendagri No 17 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut :

1. DKBMD sebagai dasar pelaksanaan pengadaan barang milik daerah.


2. DKPBMD sebagai dasar pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah.

Setelah melihat data pada tabel Perencanaan dan Pengadaan Barang di atas,
dapat dilihat bahwa Perencanaan dan Pengadaan Aset pada Kabupaten Minahasa
yang ditulis dalam formulir daftar rencana dan pengadaan barang sudah
terselenggara dengan baik. Dinas Kesehatan yang merupakan salah satu SKPD
yang membutuhkan biaya yang sangat besarsetiap tahunnya.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pengertian Pemngadaan Aset
Pengadaan barang milik daerah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dimana
didalamnya dijelaskan bahwa pengadaan barang milik daerah adalah
kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang
prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
2. Prinsip-Prinsip Pengadaan Aset: Efisien, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil tidak diskrimitif, akuntabel.
3. Pengadaan Aset Pada Kabupaten Minahasa Utara sebagai pembantu
pengelola dilakukan dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku dan
sudah sesuai dengan Permendagri No.17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dan PP No.27 tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
3.2. Saran

Kami juga memiliki saran bagi para pembaca agar benar-benar memahami isi
dari makalah ini suapaya bisa diterapkan dalam dunia pekerjaan natinya.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Jurnal

Anda mungkin juga menyukai