KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
Hukum Denagn judul “Analisis Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pelayan Publik Berdasarkan Ilmu Sosiologi Hukum” sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan.
Makalah ini merupakan tugas Hukum Perburuhan Dan Tenaga Kerja Pada
2018/2019.
ini tidak akan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai
pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Bapak Parningotan Malau, S.T., S.H., M.H., Dr.Can. ,Selaku
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
DAFTAR ISI
BAB II Tinjauan Umum Terhadap Peraturan Daerah Pelayan Publik Kota Batam 7
BAB III Analisis Tentang Pemberlakuan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014
B. Isi Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Publik................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan .................................................................................................. 23
B. Saran ............................................................................................................. 24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik yang ideal adalah serangkaian dari cita suatu tata
Govermance itu sendiri adalah cita-cita yang menjadi visi penyelenggara negara
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang
atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
1
Good Govermance itu sendiri adalah cita-cita yang menjadi visi penyelenggara negara
diberbagi belahan bumi, termasuk indonesia.
2
Pandji, “Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance”, Cetakan Ke Dua,
Bandung PT. Refika Adimata. 2009. Hlm 30.
3
Winarsih,dan Ratminto, “Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model Konseptual”,
Penerapan Citizen’s Charter, dan Standar Pelayanan Minimal”, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2005.
Hlm. 12
5
undangan.4 Pelaksanaan dari pelayanan publik ini pada umumnya adalah pegawai
negeri sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan serta diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas Negara lainnya. Melihat dari pemaparan ini sungguh penting
adanya pelayanan publik yang baik, dengan tujuan agar masyarakat dapat
Indonesia sanagatlah sulit. Badan Pertanahan Nasional salah satu instansi yang
jauh dari harapan, masyarakat yang masih banyak dibingungkan dengan adanya
layanan publik. Hal ini yang mengakibatkan salah satunya adalah tindak pidana
pemerintahan. Dengan adanya catatan buruk yang diperoleh oleh Kantor Bandan
Pertanahan Kota Batam mengenai palayanan publik hal ini wajib menjadi
Kepri untuk merombak dalam rangka perbaikan jauh lebih baik kedepan.6
Dalam kasus yang terjadi di Kota Batam dalam rangka pelayanan publik
4
T.Y Galih., “,Public Service Dalam Teori Dan Realita” JaKarta, Pustaka Indonesia.2008.
hlm 20.
5
Muchlis dan Hamdi. 2001 “Good Governance dan Kebijakan Otonomi Daerah”, dalam
Jurnal Otonomi Daerah 2001
6
Hamidi Jazim dkk, “Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah Menggas Peraturan
Daerah Yang Responsif dan Berkesinambungan”, Prestasi Pustaka , Jakarta. 2011. Hlm 20.
6
(isntansi-instansi) kita ketahui secara mendalam apa yang mengakibatkan hal ini
dapat terjadi dalam rangka pelayanan publik. 7Apakah kesalahan terdapat pada sisi
pelayanan yang dilakukan oleh para pegawai ataukah adanya kelemahan dalam
dari sisi Peraturan Daerah Kota Batam mengenai pelayanan publik yang sudah
B. Perumusan Masalah
dicermati yaitu :
1. Apakah sudah tepat isi (materi muatan) serta pemberlakuan Peraturan Daerah
pedoman yang berasal dari sumber-sumber buku dan jurnal di internet. Atau lebih
7
Hidayat Ahmad, 2010, dalam artikel, “Transparansi Dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Publik”, Jakarta, PT. Refika Adimata.2010. hlm. 13.
7
sebelumnya.
BAB II
Tinjauan Umum Terhadap Peraturan Daerah
Pelayan Publik Kota Batam
Tujuan dibentuknya perda tetang Pelayanan Publik Kota Batam ini ada
pelayanan publik sesuai mekanisme yang berlaku.8 Hal ini sesuai dengan pasal 3
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Publik
Di Kota Batam. Keberadaan Perda ini sangat penting sebagai acuan dalam
terkait dengan soal perijinan dan non perijinan yang berlaku diruanglingkup
8
Lihat pasal 3 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Publik Di Kota Batam.
8
penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota. Selain hal ini juga dalam ranah
pelayanan yang daerah provinsi juga dapat dilihat dalam ketetuan pasal 16 ayat
pemerintahan daerah sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat (4) dan ayat (5)
kewejangan daerah dan (c) fasilitas pelaksanaan kerja sama antara pemerintah
daerah seabagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (4) dan (5). (a) pelayanan
umum yang manjadi kewenagan daerah. (b) kerajasama antara pemerintah daerah
tugas daerah mengenai pelayan umum sangatlah perlu dibentuknya Perda Tentang
Pelayan Publik Propinsi Kota Batam, agar dapat terlaksananya pelayanan publik
BAB III
Analisis Tentang Pemberlakuan Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Publik Kota Batam
hal-hal yang penting dan hal-hal yang menjadi suatu ketentuan (prosedural) di
dalam pembuatu suatu perda.11 Salah satu contoh mengenai dasar-dasar untuk
menciptakan suatu peraturan daerah yang baik, dalam artian dimana perda yang
undangan, apakah perda tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi, serta perda yang dibuat apakah sudah sesui dengan keadaan masyarakat
yang teori ini dikumukkan oleh Hans Kelsen yaitu stufentheorie. Yang
dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku,
bersumber dan berdasar pada norma yang libih tinggi demikian seterusnya sampai
pada suatu norma yang dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan
11
Asikin, Zainal. 2004. Dasar-Dasar Hukum Perburuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.hal. 30
12
pasal 16 ayat (1), dan (2) Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
11
fiktif, yaitu norma dasar (grundnorm). Seiring berkembangnya ilmu 13 dalam dunia
hukum teori ini berkembang dan dikembangkan oleh Nawiasky yang menegaskan
bahwa terdapat empat kelompok besar norma yang secara berurutan dari atas ke
yang sejajar dengan aturan otonomi (verordnung and autonome satzung). Norma
dasar merupakan aturan-aturan yang bersifat pokok, masih umum, masih dalam
garis besar, dan masih merupakan norma tunggal yang belum disertai dengan
norma sekunder. Aturan pelaksana yang sejajar dengan aturan otonomi berfungsi
Undang (UU) kepada suatu lembaga negara atau pemerintah. Wewenang itu
melekat terus menerus sehingga dapat dilaksanakan setiap saat dengan tepat
Selain itu juga dalam membentuk suatu peraturan yang perlu diingat bahwa
adanya suatu aturan yang tergolong harmonis, hal ini penting untuk menciptakan
merupakan salah satu pilar utama bagi penyelenggaraan suatu negara. Apabila kita
daerah.14
peraturan yang khas ditempatkan dalam keutamaan hukum dan juga sebagai
14
Dwiyanto Agus, 2008 “Mewujudkan Good Gorvernance Melalui Pelayanan Publik”,
Cetakan Ke Tiga, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
15
Ibid.
16
Ibid.
13
Setiap warga Negara tidak akan pernah bisa menghindari dari hubungan
dengan birokrasi pemerintah. Pada saat yang sama, birokrasi pemerintah adalah
peraturan dan kebijakan menyangkut masyarakat secara luas dan warga Negara.
sayangnya tanggung jawab moral dan tanggung jawab professional ini menjadi
salah satu titik lemah yang krusial dalam birokrasi pelayanan publik di Negara
legal formal sudah baik dan benar yang disusun dan disahkan oleh para pengambil
peraturan daerah.18
Memang sangat tragis jika kita melihat pelayan publik yang dilakukan di
Negara Indonesia tercinta kita ini, sering terdengar dimana-mana baik dimedia
17
Loc.It. Widyadharma, Ignatius. Hal. 31
18
T.Y Galih., 2011“,Public Service Dalam Teori Dan Realita” html,2011.
19
Kartasapoetra. G dan Rience. G. Widianingsih. 1982. Pokok-Pokok Hukum Perburuhan.
Bandung. Hal. 45
14
apabila tidak adanya suatu aturan mengenai pelayanan publik disuatu daerah dapat
birokrasi pada khususnya, selain itu juga dari sisi masyarakat itu sendiri. Yang
menjadi resah dan jenuh terhadap pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
kita bersama adanya suatu pelayanan publik yang mudah untuk dilaksanakan.
Tetapi apa yang diharapkan tidaklah selamanya berjalan sesuai dengan rencana.
Dalam hal ini menurut penulis tidak adanya harmonisasi baik pada sisi
pelaksanaan maupun aturan yang dibuat oleh pihak pemerintah.22 Sebagai salah
satu contoh yang dicetak oleh Kompas terdapatnya laporan dari pihak masyarakat
mengenai pelayanan publik yang terjadi di Kota Batam dimana masyarakat selalu
dipersulit atas tindakan para birokrat yang selalu berbelit-belit untuk mempersulit
20
Op.Cit. Effendi, Sofyan. Hal 15
21
Asikin, Zainal. 2004. Dasar-Dasar Hukum . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.hal. 30
22
Loc.It. Asikin, Zainal. Hal. 35
15
seperti Kartu Tandan Penduduk (KTP), perijinan tanah dan lain sebagainya.
publik di Kota Batam oleh pihak masyarakat hal ini sudah menyimpangi
ketentuan dalam proses pelayanan publik yang sudah di jadikan aturan hukum
melalui Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Publik Di Kota Batam khususnya pada BAB II Asas, Tujuan dan Ruang Lingkup
pada ketentuan pasal 2 (dua) Asas Penyelenggara pelayanan publik angka 6 asas
publik di Kota Batam yang sempat diberitakan oleh pihak media Kompas adanya
tindakan berbelit-belit yang dilakukan oleh para pelaksana birokrat tidaklah sesuai
dengan asas yang termaktup dalam perda Propinsi Jawa Timur ini. Yang menurut
pelayanan publik adalah suatu tindakan yang tidak profesional yang dilakukan
berdasarkan analisa yang dilakukan oleh penulis terhadap Perda Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Pelayanan Publik Di Kota Batam diperoleh data bahwa dalam
Peraturan Perundang-Undangan.
16
Pelayanan Publik
1. Konsideran
a. Pembukaan
yang dibuat yakni aspek filosofis, dan sosiologis yang menjadi hal yang
d. Sedangkan pada aspek sosiologis pada Perda Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
2. Dasar Hukum
yang akan dibentuk, tetapi kenyataan yang terjadi sering kali terdapat dalam
signifikan dan juga sering dimasukkan dalam perda. Seperti pada Perda Nomor 1
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4125). Menurut penulis hal ini tidak
perlu untuk dimasukan kerena pelayanan publik tidak mempunyai relevansi yang
cukup signifikan dengan perda yang dibuat. Sehingga dalam perda pelayanan
publik Kota Batam ini dapat dikatakan pemborosan dasar hukum yang
3. Diktum
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Publik Di Kota Batam yang ditulis dengan tulisan
U S K A N”.
18
4. Batang Tubuh
a) Ketentuan Umum
Tahun 2014 Tentang Pelayanan Publik Di Kota Batam menurut hemat penulis
tidak sistematis khususnya pada angka 5 dan angka 6. Pada angka 5 memberikan
setelah itu pengertian mengenai komisi pelayanan publik itu sendiri. Selain itu
juga dalam ketentuan umum juga ada kata atau istilah yang tidak terdapat dalam
materi muatan seperti pada BAB IV Tentang Tata Kelola Pelayanan Publik yang
tidak tercantum didalamnya juga ada yang dimuat dalam ketentuan umum tetapi
tidak tercantum dalam materi muatan seperti pengertian media pada angka 14
ketentuan umum.
b) Ketentuan Pidana
Publik Di Kota Batam tidak memberikan arti yang cukup detail mengenai
dimaksud dalam perda ini sehingga pada nantinya tidak menimbulkan multi tafsir
undangan lainnya. Menurut penulis juga apabila tidak adanya kejelasan dalam
5. Penutup
Pada tahap terakhir ini khususnya mengenai Perda Nomor 1 Tahun 2014
Memang dalam pembentukan perda yang baik adalah suatu proses pembentukan
membuat suatu perda yang ideal tidaklah mudah seperti apa yang dibayangkan,
membuat suatu perda bukanlah suatu perkejaan yang mudah, karena itu
20
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini salah satu yang harus dipahami
perda tersebut tetap sasaran. Dengan begitu dalam perancangan suatu perda perlu
mengingat hal urgen yakni adanya partisipasi masyarakat yang ketentuan tersebut
masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan dalam rangka
daerah.
berikut:
Selain hal di atas juga perlu diperhatikan mengenai Teknik dan Asas
Pembuatan Perda yang baik meningat pembuatan suatu perda bukalah suatu hal
yang cukup mudah melainkan suatu pekerjaan yang cukup menguras kemampuan,
paling tidak ada 4 syarat bagi peraturan perundang-undangan termasuk perda yang
a. Landasan fundamental
b. Landasan Yuridis
c. Landasan Sosiologis
Dengan demikian perda yang dibentuk dapat diterima masyarakat, memeiliki daya
dalam pelaksanaannya.
6
TAHUN 2014
5
TAHUN 2013
4
TAHUN 2012
3 TAHUN 2011
0
PERDA KOTA BATAM
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian terakhir tulisan ini berdasarkan analisa yang ditemukan oleh
penulis dalam Perda Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Publik Di Kota
Batam maka para pelaku (pembentuk) suatu peraturan disuatu daerah tidak terlalu
normal tanpa adanya spasi diantara setiap hukum, ketentuan umum tidak
tersistematis dalam memberikan pengertian serta dalam ketentuan umum juga ada
khusunya pada pasal 8 Perda Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pelayanan Publik Di
Kota Batam.
Dari bagian terakhir (penutup) dalam Perda Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis dalam tulisan yang singkat ini, agar
pembuatan peraturan daerah itu sendiri. Dengan harapan agar pada nantinya para
legal drafter dapat membuat suatu perda yang baik (perda yang sesuai dengan
sasaran).
25
Daftar Pustaka
Ind-Hill-Co.
Kanisius.
Pustaka , Jakarta.
10. Pandji, 2009, “Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance”,
11. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
indo.com/layanan-publik/48-layanan-publik/174-pelayanan-publik-bagian-
1.html.
http://pustakaclicker.blogspot.com/2011/01/public-service-dalam-teori-dan-
realita.html,2011.