Dosen Pengampu :
Dr. T. Teviana, SE., M.Si., Dr
Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penyusunan Penilaian Lingkungan Eksternal Perusahaan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen kami selaku Dosen
mata kuliah Manajemen Strategi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang materi ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………......ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
III PENUTUPAN
3.1 kesimpulan……………….......………………………………………………….…....14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..…..15
BAB I
PENDAHULUAN
Pengadaan Barang/Jasa sendiri harus mempunyai system yang baik untuk mendukung
seluruh kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Sistem merupakan sekumpulan
unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan
kegiatan Bersama untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur adalah suatu kegiatan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Dengan sistem tersebut tentu akan membantu perusahaan dalam mengelola proses Pengadaan
Barang Jasa dan dapat memberikan informasi bagi pihak yang berkaitan langsung dengan
kegiatan tersebut.
Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa tersebut, pengendalian intern harus ada untuk setiap
bidang di organisasi kerja dalam suatu pekerjaan. Pengendalian intern adalah meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur pengendalian intern dalam
Pengadaan Barang/Jasa diperlukan karena proses pengadaan rawan dengan ketidaksesuain
prosedur
3. Jenis-Jenis E-Procurement
5. Prinsisp E-Procurement
6. Tujuan & Manfaat E-Procurement
8. Untuk mengetahui Upaya Mengatasi Hambatan dan Kendala pada Prses E-procurement
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini akan dipaparkan beberapa pengertian E-Procurement dari berbagai sumber:
E-Procurement adalah pengadaan secara elektronik atau pengadaan barang dan jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Paparan Pengadaan Barang dan Jasa
Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum, 2011)
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012, pada pasal
37: Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah pengadaan barang dan
jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Kalakota, dkk (Wijaya dkk, 2010, dalam Abidin, 2011) menyatakan bahwa E-
Procurement merupakan proses pengadaan barang atau lelang dengan memanfaatkan
teknologi informasi dalam bentuk website.
Dapat disimpulkan bahwa E-Procurement adalah pengadaan barang dan jasa secara
elektronik yang seluruh kegiatannya dilakukan secara online melalui website. Ruang lingkup
E-Procurement meliputi proses pengumuman pengadaan barang dan jasa sampai dengan
penunjukkan pemenang. Pengadaan barang dan jasa melalui E-Procurement diwajibkan oleh
pemerintah sejak tahun 2010. Sampai dengan tahun 2012, pengadaan barang dan jasa secara
E-Procurement telah dilaksanakan di 33 provinsi meliputi 731 instansi di Indonesia (sumber:
lkpp.go.id).
1. Instruksi Presiden Nomor. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government di Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengatur tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
3. Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah jo. Keppres No 61 Tahun 2004, Perpres No
32 Tahun 2005, Perpres No 70 Tahun 2005, Perpres No 8 Tahun 2006, Perpres No 79
Tahun 2006, Perpres No 85 Tahun 2006, Perpres No 95 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
4. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2006 mengatur tentang Perubahan keempat atas
Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003;
5. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 mengatur tentang Fokus Program Ekonomi
tahun 2008-2009;
6. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 mengatur tentang Percepatan Pemberantasan.
7. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 mengatur tentang Keterbukaan Informasi
Publik,
Dalam Pasal 106 ayat 2 bahwa Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dilakukan dengan
cara e-tendering atau e-purchasing.
E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem
pengadaan elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang
telah ditentukan. Ruang lingkup e-tendering meliputi proses pengumuman pengadaan
barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang.
Para pihak yang terlibat dalam e-tendering adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Unit
Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dan Penyedia barang/jasa. Aplikasi e-
tendering wajib memenuhi unsur perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan kerahasiaan
dalam pertukaran dokumen serta tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen
elektronik yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu yang
telah ditentukan. E-Tendering dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik.
mengacu pada standar yang telah ditetapkan LKPP berkaitan dengan interoperabilitas
dan intergerasi dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang dikembangkan oleh
LKPP;
mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik yang ditetapkan oleh
LKPP;
dan bebas lisensi.
E -Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.
E-Purchasing diselenggarakan dengan tujuan:
Merupakan salah satu komponen wajib yang harus dimiliki perusahaan. Perangkat
yang dipilih sebaiknya memiliki spesifikasi cukup baik dan mendukung perangkat
lunak yang akan digunakan nantinya. Tujuannya agar perangkat lunak berjalan dengan
lancar tanpa ada hambatan. Anda bisa menggunakan PC, komputer maupun laptop.
2. Software Atau Perangkat Lunak
Setelah tersedia perangkat keras, maka berikutnya membutuhkan perangkat lunak yang
memadai. Perusahaan bisa memilih menggunakan sistem online atau offline, tergantung
dari proses bisnis masing-masing.
Setidaknya ada lebih dari 2 user yang menjalankan e-Procurement. Karena kedua user ini
bertanggung jawab akan seluruh proses pengadaan dari awal hingga akhir, dan memang pada
prosesnya cenderung memiliki tingkat komplikasi yang tinggi.
Kemudian vendor-vendor yang tertarik akan secara bersamaan memberikan penawaran sesuai
atau dibawah harga pagu. Pada tanggal pengumuman pemenang akan diberikan urutan daftar
vendor, yang biasanya diurutkan dari harga terendah. Pemenang lelang adalah vendor
dengan penawaran harga paling rendah dan memiliki berkas-berkas lengkap sesuai yang di
syaratkan sebelumnya. e-Purchasing sedikit lebih modern dari e-tendering, karena dinilai
jauh lebih transparan. Sama-sama dalam rangka penyediaan barang dan jasa, namun e-
purchasing dilakukan tanpa adanya penyediaan dan menyediakan katalog elektronik bagi
vendor. e-Purchasing adalah tata cara pembelian barang atau jasa yang dilakukan melalui e-
Katalog.
Katalog elektronik (e-Katalog) sendiri adalah sebuah sistem infromasi yang berisi informasi
daftar, jenis, merk, spesifikasi teknis, harga satuan dan jumlah ketersediaan barang
atau jasa dari pihak perusahaan atau yang membuat pengadaan. Kelebihan e-Purchasing
dibandingkan e-tendering adalah para pengguna barang atau jasa dapat memilih produk
sesuai dengan yang mereka inginkan serta dinilai lebih terbuka untuk semua kalangan,
sehingga mengurangi resiko adanya kecurangan yang akan ditimbulkan oleh pihak-
pihak tertentu.
2.5 Prinsip E-Procurement dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Penerapan E-Procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa memiliki beberapa
prinsip, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, prinsip-
prinsip tersebut adalah:
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran
yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.
4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.
6. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk member keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
7. Akuntable, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pengadaan barang dan jasa pemerintah
secara elektronik bertujuan untuk:
2. Meningkatkan Produktivitas
e-Procurement memiliki proses yang singkat, dimulai dari tahap perencanaan
hingga tahap pembayaran. Hal ini dapat membantu SDM untuk melakukan pekerjaan
lain yang lebih produktif.
Manfaat lain dari penggunaan E-Procurement (sumber: Paparan Pengadaan Barang dan Jasa
Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum, 2011):
Manfaat adanya E-Procurement bukan hanya untuk instansi maupun pengembang sistem itu
sendiri melainkan juga bagi para penyedia barang dan jasa serta masyarakat umum yang
hendak mengetahui proses pengadaan barang dan jasa pada pemerintah yang dapat diakses
secara terbuka. Dengan E-Procurement, instansi penyelenggara pengadaan mendapatkan
harga penawaran yang lebih banyak dan proses administrasi lebih sederhana, sedangkan bagi
para penyedia barang dan jasa dapat memperluas peluang usaha, menciptakan persaingan
usaha yang sehat, membuka kesempatan pelaku usaha secara terbuka bagi siapapun dan
mengurangi biaya administrasi (Handoko, 2009 dalam Nightisaba dkk, 2009).
Pengurangan dalam biaya, yang dapat berkisar 20-25%, dapat dicapai melalui proses
yang efisien seperti perluasan basis pemasok, negosiasi harga yang lebih baik, dan
pemendekan siklus pengadaan, sehingga mengurangi inventori.
Meminimalkan beberapa biaya pasca pembelian, sehingga menjamin kepuasan
masyarakat.
Melalui sarana-sarana pelaporan dan analisis yang mudah dan efektif, seseorang dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan laporan, memeriksa pembelian tidak
terkendali, dan menciptakan integrasi data yang utuh.
Jika beberapa pembelian yang dilakukan adalah teratur, sistem secara otomatis
menyetujui pembelian tersebut berdasarkan pada pembeli dan jumlah yang diminta.
Dari tabel tersebut, dapat diketahui beberapa kelebihan penggunaan E-Procurement, yaitu:
Layanan lebih cepat dikarenakan peserta lelang tidak memerlukan waktu untuk
mengadakan perjalanan ke tempat pengadaan barang dan jasa dilaksanakan dan tidak
perlu melakukan birokrasi yang sering menghabiskan banyak waktu.
Transparansi, akuntabel, efektif dan efisien karena dapat diakses siapa saja.
Salah satu upaya mempersiapkan para penyedia jasa nasional untuk menghadapi
tantangan dan perkembangan global.
1. Copy To Internet yaitu kegiatan penayangan seluruh proses dan hasil pengadaan
barang/jasa, ditayangkan melalui internet (sistem lelang) oleh panitia pengadaan.
2. Semi E-Procurement yaitu kegiatan pengadaan barang/ jasa yang sebagian prosesnya
dilakukan melalui media elektronik (internet) secara interaktif antara pengguna jasa
dan penyedia jasa dan sebagian lagi dilakukan secara manual (konvensional).
3. Full E-Procurement yaitu proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan cara memasukkan dokumen (file) penawaran melalui sistem E-Procurement,
sedangkan penjelasan dokumen seleksi/lelang (Aanwizjing) masih dilakukan secara
tatap muka antara pengguna jasa dengan penyedia jasa.
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sistem E-Procurement sejak tahun 2010 dilakukan
secara full E-Procurement. Seluruh kegiatan dilaksanakan secara online, kecuali untuk
pelaksanaan kegiatan pembuktian kualifikasi. Hal ini disebabkan belum tersedianya teknologi
yang memadahi untuk mengakomodir kegiatan tersebut. Namun demikian adanya E-
Procurement telah meminimalisir kesempatan untuk bertatap muka langsung antara Panitia
Lelang dan Penyedia Jasa sehingga mengurangi potensi untuk berbuat curang.
Pelaksanaan E-Procurement
Diterapkannya E-Procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa melalui proses yang
telah dilakukan sejak tahun 2002 hingga saat ini. Dan diketahui bahwa sistem ini telah
diujicobakan sejak tahun 2002 kemudian berkembang sampai dengan tahun 2005. Pada tahun
2007 dilakukan uji coba Semi E-Procurement yang dilaksanakan di Pulau Jawa dan 15
Provinsi lainnya (Sumut, Sumbar, Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau,
Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut , NTB) yang berlanjut sampai dengan tahun 2010.
Sistem Semi E-Procurement plus yang dilaksanakan pada tahun 2010 merupakan sistem
pengadaan barang dan jasa gabungan, yaitu melakukan lelang elektronik dan manual secara
bersamaan. Hal ini dilaksanakan pada tahun 2010, ketika aplikasi E-Procurement masih
belum mengalami penyempurnaan. Pada tahun 2011, mulailah diberlakukan Full E-
Procurement di 24 provinsi hingga tahun 2013 sistem pengadaan barang dan jasa Full E-
Procurement telah diterapkan di 33 provinsi di Indonesia.
Diterapkannya sistem E-Procurement diharapkan akan menjadi solusi yang tepat untuk
masalah-masalah yang terjadi pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. E-
procurement merupakan sistem yang memanfaatkan teknologi informasi yang didalamnya
mengandung nilai-nilai transparansi, efisiensi, keterbukaan. Pada kenyataannya E-
Procurement masih memiliki kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan dalam proses
pelaksanaannya, seperti kurangnya dukungan finansial, terdapat beberapa instansi dan
penyedia jasa lebih nyaman dengan sistem sebelumnya (pengadaan barang dan jasa
konvensional), kurangnya dukungan dari top manajemen, kurangnya skill dan pengetahuan
tentang E-Procurement, serta jaminan keamanan sistem tersebut (Gunasekaran, et al., 2009,
dalam Wijaya dkk, 2010 ). Penyebab hambatan sistem E-Procurement dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Peraturan Perundangan
Belum adanya peraturan yang lebih rinci tentang pengaturan tanda tangan digital.
Besaran file dokumen yang diunggah atau diupload.
Standar file dokumen elektronik yang belum ada.
Saat ini telah dilakukan beberapa upaya untuk mengatasi hambatan dalam proses E-
Procurement. Beberapa langkah yang telah diambil untuk mengatasi hambatan tersebut
diantaranya:
1. Melakukan pelatihan dan sosialisasi pemilihan penyedia jasa secara elektronik (E-
Procurement) baik terhadap Panitia Lelang maupun bagi Penyedia Jasa.
2. Melakukan penambahan kapasitas storage (penyimpanan) sehingga tidak ada
hambatan dalam penyimpanan file atau dokumen.
3. Memperbesar kapasitas bandwidth (kecepatan akses) dari 30 Mbps menjadi 100
Mbps.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pelaksanaan pengadaan secara elektronik (E-Procurement) lebih efektif ditinjau dari segi
biaya, waktu, risiko, kualitas, kuantitas, dan tenaga dibandingkan secara manual atau sebelum
menggunakan e- procurement hal tersebut terbukti dari hasil pengisian kuisioner oleh
responden dalam penelitian ini, hasil pengolahan data menggunakan IBM SPSS Statistic 23,
teori yang mendukung hasil tersebut, serta kesesuaian sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diatur dalam PerPres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
2. Pelaksanaan pengadaan secara elektronik (E-Procurement) lebih efisien ditinjau dari segi
kebutuhan, harga pasar, metode, waktu, dan penerapan prinsip-prinsip pengadaan
dibandingkan secara manual atau sebelum menggunakan e-procurement hal tersebut juga
terbukti dari hasil pengisian kuisioner oleh responden dalam penelitian ini hasil pengolahan
data menggunakan IBM SPSS Statistic 23, teori yang mendukung hasil tersebut, serta
kesesuaian dengan prinsip- prinsip yang diatur dalam PerPres No. 54 Tahun 2010 tentang
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Paparan Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan
Umum, 2011.
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Transaksi Elektronik