Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENYUSUNAN PENILAIAN

LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN

Dosen Pengampu :
Dr. T. Teviana, SE., M.Si., Dr

Disusun Oleh :

1. Nayla Mawaddah S. Pane (7213510060)


2. Nuti Wati Hulu (7213210029)
3. Agnes Teresa Purba (7221210017)
4. Anggi Sari Artauli Sitorus Pane (7223210002)
5. Tenddy Ramaditya (7223210012)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penyusunan Penilaian Lingkungan Eksternal Perusahaan ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen kami selaku Dosen
mata kuliah Manajemen Strategi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita tentang materi ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………......ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………............………………………………….…....1


1.2 Rumusan Masalah……………………............………………………………….…….2
1.3 Tujuan Penilitian…………………………………............……………………….…...3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertiaan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik….......……….….........….4

2.2 Landasan Hukum E-Procurement..............………………….……………….....….….5

2.3 Jenis-Jenis E-Procurement............………………………………………..…....….…..5

2.4 Komponen yang dibutuhkan dalam proses E-Procurement……......………..........…...6

2.5 Prinsisp E-Procurement..................................................................................................8

2.6 Tujuan & Manfaat E-Procurement................................................................................8

2.7 Tahapan Pengembangan E-Procurement.......................................................................11

2.8 Upaya Mengatasi Hambatan dan Kendala pada Prses E-procurement..........................13

III PENUTUPAN

3.1 kesimpulan……………….......………………………………………………….…....14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..…..15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah layanan pengelolaan teknologi


informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
UKPBJ/Pejabat Pengadaan pada Kementerian/Lembaga Daerah yang tidak memiliki Layanan
Pengadaan Secara Elektronik dapat menggunakan fasilitas Layanan Pengadaan Secara
Elektronik yang terdekat dengan tempat kedudukannya untuk melaksanakan pengadaan
secara elektronik. Selain memfasilitasi UKPBJ/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan
pengadaan barang/jasa secara elektronik. Layanan Pengadaan Secara Elektronik juga
melayani registrasi penyedia barang dan jasa yang berdomisili di wilayah kerja Layanan
Pengadaan Secara Elektronik yang bersangkutan. Pengadaan barang/jasa secara elektronik
akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan
usaha yang sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung proses
monitoring dan audit serta memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna
mewujudkan clean and good government dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) merupakan aplikasi e- Procurement yang


dikembangkan oleh Direktorat Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik. LKPP
untuk digunakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik di seluruh K/L/PD. Aplikasi ini
dikembangkan dengan semangat efisiensi nasional sehingga tidak memerlukan biaya lisensi,
baik lisensi SPSE itu sendiri maupun perangkat lunak pendukungnya.

Koordinasi internal dan eksternal dilakukan di lingkungan BKPM maupun dengan


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) serta dengan instansi
teknis lainnya yang terkait dalam menyusun laporan akhir kegiatan LPSE sebagai
pertanggungjawaban kinerja sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme, serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mewajibkan instansi
pemerintah untuk melaporkan akuntabilitas kinerjanya kepada pihak yang berwenang untuk
meminta pertanggungjawaban.

Pemerintah daerah memiliki kewewenangan untuk merumuskan kebijakan dan


program kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka dalam tidak terlepas dengan
yang Namanya Pengadaan Barang/Jasa pemerint Pengadaan Barang/Jasa merupakan fungsi
penting dari setiap organisasi pemerintahan, namun dalam pelaksanaannya membutuhkan
proses perancangan yang memadai dan secara serta harus memahami konteks prosedur dalam
melaksanakan proses Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana yang telah diatur dalam beberapa
aturan yang menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Pembangunan daerah yang dijalankan secara nasional diterapkan tingkat daerah
dengan pengeluaran berbagai program oleh dinas-dinas provinsi/kabupaten/kota.
Pembangunan tersebut berhubungan dengan pengadaan barang, distribusi barang, dan
pengamanan barang. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa yang dibiayai dengan APBD dan APBN, baik dilaksanakan secara swakelola
maupun oleh penyedia barang dan jasa. Penyedian Barang dan Jasa adalah kepala
kantor/satuan kerja/pemimpin proyek pengguna anggaran daerah pejabat yang disamakan
sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dalam lingkungan unit kerja atau proyek tertentu.

Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan yang sangat sensitive karena


melibatkan anggaran yang tidak sedikit dan signifikan. Menurut Schapper (2009), Pengadaan
Barang/Jasa memiliki nilai yang sangat besar dan signifikan dalam porsi anggaran negara.
Oleh karena itu, Pengadaan Barang/Jasa harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga
tidak terjadi penyimpangan maupun kerugian, baik oleh pelaksana kegiatan, negara, maupun
penikmat barang dan jasa itu sendiri.

Pengadaan Barang/Jasa sendiri harus mempunyai system yang baik untuk mendukung
seluruh kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Sistem merupakan sekumpulan
unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan
kegiatan Bersama untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur adalah suatu kegiatan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Dengan sistem tersebut tentu akan membantu perusahaan dalam mengelola proses Pengadaan
Barang Jasa dan dapat memberikan informasi bagi pihak yang berkaitan langsung dengan
kegiatan tersebut.

Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa tersebut, pengendalian intern harus ada untuk setiap
bidang di organisasi kerja dalam suatu pekerjaan. Pengendalian intern adalah meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Unsur pengendalian intern dalam
Pengadaan Barang/Jasa diperlukan karena proses pengadaan rawan dengan ketidaksesuain
prosedur

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Pengertiaan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik

2. Landasan Hukum E-Procurement

3. Jenis-Jenis E-Procurement

4. Komponen yang dibutuhkan dalam proses E-Procurement

5. Prinsisp E-Procurement
6. Tujuan & Manfaat E-Procurement

7. Tahapan Pengembangan E-Procurement

8. Upaya Mengatasi Hambatan dan Kendala pada Prses E-procurement

2.2 Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untung mengetahui Pengertiaan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik

2.Untuk mengetahui Landasan Hukum E-Procurement

3.Untuk mengetahui Jenis-Jenis E-Procurement

4.Untuk mengetahui Komponen yang dibutuhkan dalam proses E-Procurement

5. Untuk mengetahui Prinsisp E-Procurement

6. Untuk mengetahui Tujuan & Manfaat E-Procurement

7. Untuk mengetahui Tahapan Pengembangan E-Procurement

8. Untuk mengetahui Upaya Mengatasi Hambatan dan Kendala pada Prses E-procurement
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement)


Pengadaan barang dan jasa secara elektronik (E-Procurement) adalah interaksi antara
pemerintah dan masyarakat pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah
membutuhkan suatu sistem pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. E-Procurement atau
pengadaan barang dan jasa secara online melalui internet menjadi solusi yang tepat. E-
Procurement tanpa memerlukan birokrasi yang berbelit-belit akan mendapatkan pengawasan
langsung dari masyarakat. Adanya E-Procurement bertujuan untuk mengurangi korupsi,
kolusi, dan nepotisme, juga mempersiapkan pelaku jasa konstruksi nasional dalam
menghadapi tantangan di era informatika.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa pengertian E-Procurement dari berbagai sumber:

 E-Procurement adalah pengadaan secara elektronik atau pengadaan barang dan jasa
yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Paparan Pengadaan Barang dan Jasa
Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum, 2011)

 Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012, pada pasal
37: Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah pengadaan barang dan
jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi
elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

 E-Procurement merupakan pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan


menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan (Abidin, 2011).

 Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan


komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya (UU 11 tahun 2008).

 Kalakota, dkk (Wijaya dkk, 2010, dalam Abidin, 2011) menyatakan bahwa E-
Procurement merupakan proses pengadaan barang atau lelang dengan memanfaatkan
teknologi informasi dalam bentuk website.

 E-Procurement adalah suatu aplikasi untuk mengelola data pengadaan barang/jasa


yang meliputi data pengadaan berbasis internet yang didesain untuk mencapai suatu
proses pengadaan yang efektif, efisien, dan terintegrasi (Purwanto, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa E-Procurement adalah pengadaan barang dan jasa secara
elektronik yang seluruh kegiatannya dilakukan secara online melalui website. Ruang lingkup
E-Procurement meliputi proses pengumuman pengadaan barang dan jasa sampai dengan
penunjukkan pemenang. Pengadaan barang dan jasa melalui E-Procurement diwajibkan oleh
pemerintah sejak tahun 2010. Sampai dengan tahun 2012, pengadaan barang dan jasa secara
E-Procurement telah dilaksanakan di 33 provinsi meliputi 731 instansi di Indonesia (sumber:
lkpp.go.id).

2.2 Landasan Hukum E-Procurement

Dasar hukum E-Procurement di Indonesia menurut www.bappenas.go.id dalam Nightisabha


dkk, 2009 adalah:

1. Instruksi Presiden Nomor. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government di Indonesia;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 mengatur tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
3. Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah jo. Keppres No 61 Tahun 2004, Perpres No
32 Tahun 2005, Perpres No 70 Tahun 2005, Perpres No 8 Tahun 2006, Perpres No 79
Tahun 2006, Perpres No 85 Tahun 2006, Perpres No 95 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden No 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
4. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2006 mengatur tentang Perubahan keempat atas
Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003;
5. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 mengatur tentang Fokus Program Ekonomi
tahun 2008-2009;
6. Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 mengatur tentang Percepatan Pemberantasan.
7. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9. Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 mengatur tentang Keterbukaan Informasi
Publik,

Saat ini penerapan E-Procurement pada instansi-instansi dan lembaga-lembaga menggunakan


dasar Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 beserta perubahannya dan diikuti oleh
berbagai aturan di bawahnya hingga peraturan pelaksana masing-masing lembaga.

2.3 Jenis-jenis E-Procurement

Dalam Pasal 106 ayat 2 bahwa Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dilakukan dengan
cara e-tendering atau e-purchasing.

E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara
terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem
pengadaan elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang
telah ditentukan. Ruang lingkup e-tendering meliputi proses pengumuman pengadaan
barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang.

Para pihak yang terlibat dalam e-tendering adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Unit
Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dan Penyedia barang/jasa. Aplikasi e-
tendering wajib memenuhi unsur perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan kerahasiaan
dalam pertukaran dokumen serta tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen
elektronik yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu yang
telah ditentukan. E-Tendering dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik.

ULP/Pejabat Pengadaan dapat menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang


diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik terdekat. Sistem Pengadaan
Secara Elektornik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 mengacu pada standar yang telah ditetapkan LKPP berkaitan dengan interoperabilitas
dan intergerasi dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang dikembangkan oleh
LKPP;
 mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik yang ditetapkan oleh
LKPP;
 dan bebas lisensi.

E -Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.
E-Purchasing diselenggarakan dengan tujuan:

 terciptanya proses pemilihan barang/jasa secara langsung melalui sistem katalog


elektronik sehingga memungkinkan semua ULP/Pejabat Pengadaan dapat memilih
barang/jasa pada pilihan terbaik;
 dan efisiensi biaya dan waktu proses pemilihan barang/jasa dari sisi penyedia
barang/jasa dan pengguna.

Sistem katalog elektronik diselenggarakan oleh LKPP dan sekurang-kurangnya memuat


informasi spesifikasi dan harga barang/jasa. Pemuatan informasi dalam sistem katalog
elektronik oleh LKPP dilakukan dengan membuat frame work contact dengan penyedia
barang/jasa. Barang/jasa yang di informasikan pada sistem katalog elektronik di tentukan
oleh LKPP

2.4 Komponen yang dibutuhkan dalam proses E-Procurement

Untuk memulai penggunaan e-Procurement, maka sebuah perusahaan akan


membutuhkan dukungan dari beberapa komponen penting yang disebutkan dibawah:

1. Hardware Atau Perangkat Keras

Merupakan salah satu komponen wajib yang harus dimiliki perusahaan. Perangkat
yang dipilih sebaiknya memiliki spesifikasi cukup baik dan mendukung perangkat
lunak yang akan digunakan nantinya. Tujuannya agar perangkat lunak berjalan dengan
lancar tanpa ada hambatan. Anda bisa menggunakan PC, komputer maupun laptop.
2. Software Atau Perangkat Lunak

Setelah tersedia perangkat keras, maka berikutnya membutuhkan perangkat lunak yang
memadai. Perusahaan bisa memilih menggunakan sistem online atau offline, tergantung
dari proses bisnis masing-masing.

3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia diperlukan untuk sistem e-procurement Proses e-Procurement


memerlukan SDM yang memadai, karena adanya aktivitas yang cukup banyak. Akan lebih
baik apabila proses e-procurement mendapatkan support dari berbagai departemen dalam
sebuah perusahaan.

4. Pengguna Program E-Procurement

Setidaknya ada lebih dari 2 user yang menjalankan e-Procurement. Karena kedua user ini
bertanggung jawab akan seluruh proses pengadaan dari awal hingga akhir, dan memang pada
prosesnya cenderung memiliki tingkat komplikasi yang tinggi.

5. Infrastruktur Perusahaan, Kebijakan, Proses Bisnis dan Tata Kelola

Walaupun terlihat sepele, namun 3 komponen itu diperlukan untuk e-Procurement,


sebab nantinya akan mempengaruhi proses jalannya pengadaan barang atau jasa perusahaan.
Misalkan jika proses bisnis perusahaan menerapkan pembayaran 1 bulan setelah invoice,
maka harus di umukan di e-Procurement nantinya.

e-Procurement melalui cara pembeliannya di bagi menjadi 2 tipe, yaitu e-Tendering


dan e-Purchasing. e-Tendering merupakan proses pengadaan barang atau jasa yang
dilakukan secara elektronik dengan metode lelang. Pihak perusahaan akan
mengumumkan adanya pengadaan yang akan dilakukan pada waktu tertentu.

Kemudian vendor-vendor yang tertarik akan secara bersamaan memberikan penawaran sesuai
atau dibawah harga pagu. Pada tanggal pengumuman pemenang akan diberikan urutan daftar
vendor, yang biasanya diurutkan dari harga terendah. Pemenang lelang adalah vendor
dengan penawaran harga paling rendah dan memiliki berkas-berkas lengkap sesuai yang di
syaratkan sebelumnya. e-Purchasing sedikit lebih modern dari e-tendering, karena dinilai
jauh lebih transparan. Sama-sama dalam rangka penyediaan barang dan jasa, namun e-
purchasing dilakukan tanpa adanya penyediaan dan menyediakan katalog elektronik bagi
vendor. e-Purchasing adalah tata cara pembelian barang atau jasa yang dilakukan melalui e-
Katalog.

Katalog elektronik (e-Katalog) sendiri adalah sebuah sistem infromasi yang berisi informasi
daftar, jenis, merk, spesifikasi teknis, harga satuan dan jumlah ketersediaan barang
atau jasa dari pihak perusahaan atau yang membuat pengadaan. Kelebihan e-Purchasing
dibandingkan e-tendering adalah para pengguna barang atau jasa dapat memilih produk
sesuai dengan yang mereka inginkan serta dinilai lebih terbuka untuk semua kalangan,
sehingga mengurangi resiko adanya kecurangan yang akan ditimbulkan oleh pihak-
pihak tertentu.
2.5 Prinsip E-Procurement dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Penerapan E-Procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa memiliki beberapa
prinsip, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, prinsip-
prinsip tersebut adalah:

1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana


dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang
ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan
sasaran dengan kualitas yang maksimum.

2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran
yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.

3. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa


bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat
serta oleh masyarakat pada umumnya.

4. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.

5. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan yang


sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif
dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam
pengadaan barang/jasa.

6. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk member keuntungan kepada pihak
tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

7. Akuntable, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2.6 Tujuan dan Manfaat E-Procurement

Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 pengadaan barang dan jasa pemerintah
secara elektronik bertujuan untuk:

1. Perwujudan Good Governance yang menjadi tugas pemerintahan


2. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
3. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat
4. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan
5. Mendukung proses monitoring dan audit
6. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time
Dengan adanya E-Procurement diharapkan potensi terjadinya kecurangan pada proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah dapat diminimalisir. E-Procurement dapat
meningkatkan efisiensi dan efikasi pada pengadaan barang dan jasa umum, mengurangi
biaya, menaikkan kompetisi, untuk menjamin persamaan kesempatan dan perlakuan. Secara
umum, tujuannya adalah menjamin integritas, kepercayaan masyarakat, dan transparansi
dalam prosedur pengadaan barang/jasa umum (Ermal dkk, 2011). Jadi, E-Procurement dapat
dipergunakan sebagai alat kontrol dalam suatu proses pengadaan barang dan jasa.

Manfaat dan Kelebihan dari Penggunaan E-Procurement

e-Procurement merupakan penyempurnaan dari procurement konvensional. Banyak


perusahaan yang beralih menggunakan procurement elektronik ini karena memiliki beberapa
manfaat yang sangat membantu proses bisnis. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:

1. Menekan Biaya Operasional Pengadaan


Sistem procurement elektronik membantu perusahaan menekan biaya yang tidak
diperlukan. Jika menggunakan cara manual, maka dalam proses pengadaan akan
dibutuhkan meeting. Kegiatan tersebut tentu menghabiskan biaya, di mulai dari biaya
konsumsi untuk seluruh peserta, kertas-kertas, dan peralatan lainnya. Dengan e-
Procurement biaya yang dikeluarkan hanya untuk pembelian perangkat lunak dan
1 user yang menjalankan.

2. Meningkatkan Produktivitas
e-Procurement memiliki proses yang singkat, dimulai dari tahap perencanaan
hingga tahap pembayaran. Hal ini dapat membantu SDM untuk melakukan pekerjaan
lain yang lebih produktif.

3. Transparansi Lebih Tinggi


Karena semuanya akan di rekap dalam sebuah sistem, maka seluruh kegiatan di
dalam e-Procurement menjadi lebih transparan. Pihak yang ditunjuk dapat mengkases
seluruh data yang ada. Jika ada pihak tertentu yang ingin melakukan kecurangan,
misalkan mark up harga, maka akan langsung tertera pada sistem dan hal itu
tidak dapat di manipulasi. Setiap proses yang terjadi akan otomatis di back up
dan disimpan sebagai arsip. Selain itu, data-data vendor atau supplier yang dituju
juga telah terkunci pada perangkat lunak e-Procurement ini. Fungsinya adalah
untuk menghindari kolusi dan menjaha pembayaran tepat waktu.

4. Memperkecil Human Error


Tampilan e-Procurement sangat sederhana, ditampilkan secara keselurahan dan
memiliki tahapan-tahapan yang menuntun user secara otomatis. Keuntungan tersebut
dapat menekan kesalahan yang umumnya terjadi, sebab memudahkan user untuk
mengkoreksi sekali lagi sebelum dikirimkan. Adanya tahapan yang berjalan otomatis,
juga menjadi penuntun bagi user untuk dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Jadi tidak perlu khawatir ada tahapan yang terlewat. Selain itu, sistem ini
mempunyai fasilitas history, dimana bisa melihat rekapan transaksi sebelumnya.
Fungsinya adalah untuk sebagai pembanding dengan pesanan atau pengadaan baru,
sehingga menekan adanya kesalahan yang terjadi.
5. Efektif dan efisien
Jika dilakukan dengan cara lelang, maka sistem ini sangat efektif dan efisien
karena tidak perlu lagi mencari-cari vendor atau bahkan menyerahkan setumpuk
kertas penawaran. Sistem pun dapat secara otomatis memenangkan vendor dengan
penawaran terendah. Ini akan memotong waktu untuk membaca satu persatu
penawaran.Jika dilakukan dengan cara langsung atau menunjuk langsung vendor,
maka akan mempermudah user untuk mengirimkan pengadaan, mencari vendor, serta
jangka waktu pengiriman dan pembayaran.

6. Meningkatkan Akuntabilitas Untuk Laporan Keuangan


e-Procurement dapat secara langsung disambungkan dengan laporan keuangan.
Fasilitas history yang ada mempermudah akuntan untuk menyusun laporan keuangan
yang kredibel. Data yang ada tentunya merupakan kegiatan yang sudah pasti
terjadi dan telah terjadi dan mempengaruhi keuangan perusahaan. Itulah mengapa
e-Procurement dapat meningkatkan akuntabilitas pada laporan keuangan.

7. Adil, Jujur & Transparan


Bagi pengadaan dengan sistem lelang, akan memberikan keadilan bagi peserta
lelang untuk ikut dalam penawaran. Setiap perusahaan atau vendor yang memenuhi
syarat bebas mengikuti lelang, tanpa perlu khawatir akan terjadi kecurangan.

Manfaat lain dari penggunaan E-Procurement (sumber: Paparan Pengadaan Barang dan Jasa
Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum, 2011):

 Menyederhanakan proses procurement,


 Mempererat hubungan dengan pihak supplier,
 Mengurangi biaya transaksi karena mengurangi penggunaan telepon atau fax atau
dokumen-dokumen yang menggunakan kertas,
 Mengurangi waktu pemesanan barang,
 Menyediakan laporan untuk evaluasi,
 Meningkatkan kepuasan user.

Manfaat adanya E-Procurement bukan hanya untuk instansi maupun pengembang sistem itu
sendiri melainkan juga bagi para penyedia barang dan jasa serta masyarakat umum yang
hendak mengetahui proses pengadaan barang dan jasa pada pemerintah yang dapat diakses
secara terbuka. Dengan E-Procurement, instansi penyelenggara pengadaan mendapatkan
harga penawaran yang lebih banyak dan proses administrasi lebih sederhana, sedangkan bagi
para penyedia barang dan jasa dapat memperluas peluang usaha, menciptakan persaingan
usaha yang sehat, membuka kesempatan pelaku usaha secara terbuka bagi siapapun dan
mengurangi biaya administrasi (Handoko, 2009 dalam Nightisaba dkk, 2009).

Nilai yang ditawarkan e-procurement meliputi:

 Pengurangan dalam biaya, yang dapat berkisar 20-25%, dapat dicapai melalui proses
yang efisien seperti perluasan basis pemasok, negosiasi harga yang lebih baik, dan
pemendekan siklus pengadaan, sehingga mengurangi inventori.
 Meminimalkan beberapa biaya pasca pembelian, sehingga menjamin kepuasan
masyarakat.
 Melalui sarana-sarana pelaporan dan analisis yang mudah dan efektif, seseorang dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemeliharaan laporan, memeriksa pembelian tidak
terkendali, dan menciptakan integrasi data yang utuh.
 Jika beberapa pembelian yang dilakukan adalah teratur, sistem secara otomatis
menyetujui pembelian tersebut berdasarkan pada pembeli dan jumlah yang diminta.

Tabel Perbedaan Sistem Pengadaan Barang Dan Jasa Konstruksi

Perbedaan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi


No.
Konvensional E-Procurement
1. Pemasukan dan pengambilan dokumen Pemasukan dan pengambilan dokumen
dilakukan dengan tatap muka. dilakukan dengan melalui internet.
2. Pengumuman hanya dilakukan di media Pengumuman dilakukan di internet melalui
cetak. website yang ada.
3. Daerah cakupan pemberitahuan terbatas. Daerah cakupan pemberitahuan sangat luas.
4. Terbukanya kesempatan untuk berkolusi Kesempatan untuk berkolusi antara panitia
antara panitia pengadaan dan penyedia pengadaan dan penyedia jasa bisa dikatakan
jasa. kecil.
5. Kurang transparan. Lebih transparan.

Dari tabel tersebut, dapat diketahui beberapa kelebihan penggunaan E-Procurement, yaitu:

 Layanan lebih cepat dikarenakan peserta lelang tidak memerlukan waktu untuk
mengadakan perjalanan ke tempat pengadaan barang dan jasa dilaksanakan dan tidak
perlu melakukan birokrasi yang sering menghabiskan banyak waktu.
 Transparansi, akuntabel, efektif dan efisien karena dapat diakses siapa saja.
 Salah satu upaya mempersiapkan para penyedia jasa nasional untuk menghadapi
tantangan dan perkembangan global.

2.7 Tahapan Pengembangan E-Procurement

Pengembangan E-Procurement dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (Paparan


Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan Umum,
2011):

1. Copy To Internet yaitu kegiatan penayangan seluruh proses dan hasil pengadaan
barang/jasa, ditayangkan melalui internet (sistem lelang) oleh panitia pengadaan.
2. Semi E-Procurement yaitu kegiatan pengadaan barang/ jasa yang sebagian prosesnya
dilakukan melalui media elektronik (internet) secara interaktif antara pengguna jasa
dan penyedia jasa dan sebagian lagi dilakukan secara manual (konvensional).
3. Full E-Procurement yaitu proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan cara memasukkan dokumen (file) penawaran melalui sistem E-Procurement,
sedangkan penjelasan dokumen seleksi/lelang (Aanwizjing) masih dilakukan secara
tatap muka antara pengguna jasa dengan penyedia jasa.
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa sistem E-Procurement sejak tahun 2010 dilakukan
secara full E-Procurement. Seluruh kegiatan dilaksanakan secara online, kecuali untuk
pelaksanaan kegiatan pembuktian kualifikasi. Hal ini disebabkan belum tersedianya teknologi
yang memadahi untuk mengakomodir kegiatan tersebut. Namun demikian adanya E-
Procurement telah meminimalisir kesempatan untuk bertatap muka langsung antara Panitia
Lelang dan Penyedia Jasa sehingga mengurangi potensi untuk berbuat curang.

Pelaksanaan E-Procurement

Diterapkannya E-Procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa melalui proses yang
telah dilakukan sejak tahun 2002 hingga saat ini. Dan diketahui bahwa sistem ini telah
diujicobakan sejak tahun 2002 kemudian berkembang sampai dengan tahun 2005. Pada tahun
2007 dilakukan uji coba Semi E-Procurement yang dilaksanakan di Pulau Jawa dan 15
Provinsi lainnya (Sumut, Sumbar, Sumsel, Kaltim, Sulsel, Gorontalo, Bali, NAD, Riau,
Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalsel, Sulut , NTB) yang berlanjut sampai dengan tahun 2010.
Sistem Semi E-Procurement plus yang dilaksanakan pada tahun 2010 merupakan sistem
pengadaan barang dan jasa gabungan, yaitu melakukan lelang elektronik dan manual secara
bersamaan. Hal ini dilaksanakan pada tahun 2010, ketika aplikasi E-Procurement masih
belum mengalami penyempurnaan. Pada tahun 2011, mulailah diberlakukan Full E-
Procurement di 24 provinsi hingga tahun 2013 sistem pengadaan barang dan jasa Full E-
Procurement telah diterapkan di 33 provinsi di Indonesia.

Kelemahan dalam Pelaksanaan E-Procurement

Diterapkannya sistem E-Procurement diharapkan akan menjadi solusi yang tepat untuk
masalah-masalah yang terjadi pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah. E-
procurement merupakan sistem yang memanfaatkan teknologi informasi yang didalamnya
mengandung nilai-nilai transparansi, efisiensi, keterbukaan. Pada kenyataannya E-
Procurement masih memiliki kelemahan-kelemahan serta hambatan-hambatan dalam proses
pelaksanaannya, seperti kurangnya dukungan finansial, terdapat beberapa instansi dan
penyedia jasa lebih nyaman dengan sistem sebelumnya (pengadaan barang dan jasa
konvensional), kurangnya dukungan dari top manajemen, kurangnya skill dan pengetahuan
tentang E-Procurement, serta jaminan keamanan sistem tersebut (Gunasekaran, et al., 2009,
dalam Wijaya dkk, 2010 ). Penyebab hambatan sistem E-Procurement dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Peraturan Perundangan
 Belum adanya peraturan yang lebih rinci tentang pengaturan tanda tangan digital.
 Besaran file dokumen yang diunggah atau diupload.
 Standar file dokumen elektronik yang belum ada.

2. Sumber Daya Manusia


Baik internal dan eksternal yang masih belum memahami pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa secara elektronik.
3. Perangkat Keras dan Infrastruktur Jaringan
Infrastruktur jaringan internet yang masih belum mendukung pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa secara elektronik, karena kecepatan mengakses ke sistem masih
lambat. Hambatan lain dalam implementasi E-Procurement yaitu adanya kesenjangan
digital, metodologi, kepentingan kelompok, dan resistansi individual atas keengganan
untuk berubah (www.bappenas.go.id, 2009). Tantangan lain dalam penerapan sistem
E-Procurement yaitu faktor teknis berupa standart keamanan dan pengembangan
sistem itu sendiri. Tantangan yang bersifat teknis atau aksesibilitas menjadi hal yang
penting dalam menilai efektivitas pelaksanaan E-Procurement (Bruno, 2005 dalam
Nightisaba dkk, 2009). Penerapan E- Procurement nantinya tidak hanya di lingkungan
pemerintah pusat, melainkan juga instansi dan pemerintah daerah, provinsi, kota,
kabupaten diikuti dengan puluhan ribu unit kerja di bawahnya.

Dalam penerapan E-Procurement pada satuan kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan


Umum saat ini masih ditemukan beberapa kendala, diantaranya adalah :

1. E-Procurement yang diiplementasikan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum


belum menjadi fungsi kontrol yang maksimal. Masih adanya tatap muka pada proses
pengadaan barang dan jasa dengan sistem E-Procurement, menjadikan masih
terbukanya potensi untuk melakukan kecurangan.

2. E-Procurement yang ada di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum belum


memiliki desain integrasi data lintas instansi, diantaranya integrasi data ke Ditjen
Pajak dan Perbankan. Ini diperlukan sebagai kontrol terhadap laporan pajak bagi para
peserta lelang saat melakukan registrasi dan saat ditunjuk sebagai pemenang lelang.

3. Belum adanya desain konsep pengembangan aplikasi E-Procurement di lingkungan


Kementerian Pekerjaan Umum guna memenuhi kebutuhan dan penjaminan aplikasi
dimasa datang.

2.8 Upaya Mengatasi Hambatan dan Kendala pada Proses E-Procurement

Saat ini telah dilakukan beberapa upaya untuk mengatasi hambatan dalam proses E-
Procurement. Beberapa langkah yang telah diambil untuk mengatasi hambatan tersebut
diantaranya:

1. Melakukan pelatihan dan sosialisasi pemilihan penyedia jasa secara elektronik (E-
Procurement) baik terhadap Panitia Lelang maupun bagi Penyedia Jasa.
2. Melakukan penambahan kapasitas storage (penyimpanan) sehingga tidak ada
hambatan dalam penyimpanan file atau dokumen.
3. Memperbesar kapasitas bandwidth (kecepatan akses) dari 30 Mbps menjadi 100
Mbps.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Pelaksanaan pengadaan secara elektronik (E-Procurement) lebih efektif ditinjau dari segi
biaya, waktu, risiko, kualitas, kuantitas, dan tenaga dibandingkan secara manual atau sebelum
menggunakan e- procurement hal tersebut terbukti dari hasil pengisian kuisioner oleh
responden dalam penelitian ini, hasil pengolahan data menggunakan IBM SPSS Statistic 23,
teori yang mendukung hasil tersebut, serta kesesuaian sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diatur dalam PerPres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

2. Pelaksanaan pengadaan secara elektronik (E-Procurement) lebih efisien ditinjau dari segi
kebutuhan, harga pasar, metode, waktu, dan penerapan prinsip-prinsip pengadaan
dibandingkan secara manual atau sebelum menggunakan e-procurement hal tersebut juga
terbukti dari hasil pengisian kuisioner oleh responden dalam penelitian ini hasil pengolahan
data menggunakan IBM SPSS Statistic 23, teori yang mendukung hasil tersebut, serta
kesesuaian dengan prinsip- prinsip yang diatur dalam PerPres No. 54 Tahun 2010 tentang
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved May 14, 2023, from


https://bbs.binus.ac.id/management/2017/11/perkembangan-e-procurement-di-indonesia-4/

Retrieved May 14, 2023, from https://en.wikipedia.org/wiki/E-procurement

Paparan Pengadaan Barang dan Jasa Melalui Media Elektronik, Kementerian Pekerjaan
Umum, 2011.

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Transaksi Elektronik

Anda mungkin juga menyukai