Anda di halaman 1dari 26

MINI RISET

“ Analisis Kinerja Anggota DRPD Sumatera Utara ”

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : NELLY ARMAYANTI, SP., MSP

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Nayla Mawaddah S.Pane (7213510060)


2. Najwa Athanya (7211210001)
3. Nuti Wati Hulu (7213210029)
4. Sendy Clarita Putri Marbun (7213510053)
5. Irna Wati (7213510054)
6. NandaAprodita Saragih (7213210038)
7. Nurul Khaira Batubara (7211210009)
8. Dwiki Wardana Sidauruk (7213210014)
9. Abdillah Satia (7213210023)

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVESITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami ucapkan atas segala rahmat dan anugerah serta kesempatan yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset dengan mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Kami juga mengucapkan kepada Ibu Nelly Armayanti, SP., MP.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang juga telah memberika arahan dan
bimbingan nya kepada kami semua. Terima kasih juga kami ucapkan kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas Mini Riset ini. Dan terakhir kami ucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada DPRD SUMUT yang telah menerima kehadiran kami untuk melakukan Mini Riset.

Kami menyadari bahwa di dalam tugas kami ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kami meminta kritik dan saran nya supaya kami dapat membuat tugas yang lebih baik lagi ke
depannya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih dan semoga Mini Riset ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan. Mei 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...............3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………4

A. Lartar Belakang…………………………………………………………………………………………4

B. Tujuan…………………………………………………………………………………………………...5

C. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………….5

D. Manfaat……………………………………………………………………………………………….....5

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………………………………..6

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………..17

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………...…….....24

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………..24

B. Penutup………………………………………………………………………………………………....24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………25

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………...26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Merupakan suatu lembaga atau dewan perwakilan rakyat di daerah
yang mencerminkan struktur dan system pemerintahan demokratis di daerah, sebagaimana terkandung di
dalam pasal 18 UUD 1945, penjabaran lebih lanjut pada UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. DPRD dalam melaksanakan tugasnya mempunyai hak (Pasal 19, 20 dan
21),wewenang ( Pasal 18) dan kewajiban (Pasal 22) di dalam mengemban tugas sebagai wakil rakyat.
Secara umum, fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi perundangundangan, fungsi keuangan dan
fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya
telah memuat fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi membuat peraturan
perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat. Pada pasal
18 (d) dan 19 (d) UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi
perundang-undangan. Fungsi lain DPRD adalah menetapkan kebijakan keuangan. Dalam UU Nomor 32
Tahun 2004 telah diatur bahwa hak anggaran merupakan salah satu hak DPRD. Hak anggaran
memberikan kewenangan kepada DPRD untuk ikut menetapkan dan merumuskan kebijakan daerah dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Di samping itu, DPRD juga mempunyai hak untuk
menentukan belanja sendiri ( Pasal 19 g).

DPRD sebagai organisasi publik, senantiasa mengalami dinamika dan perubahan yang diakibatkan
oleh adanya perubahan lingkungan, sehingga organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut
agar lebih efektif, efisien, kompetitif, adektif dan responsibility dalam pencapaian tujuan. Perubahan ini
merupakan suatu keharusan agar organisasi dapat menyesuaikan permasalahan, tuntutan dan keinginan
masyarakat. Perubahan ini akan menjadi pedoman, referensi sekaligus mengukur kinerja (performance)
organisasi bersangkutan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

Banyak indikator yang dapat di analisa tentang bagaimana sebenarnya kinerja DPRD tersebut. Seperti
contohnya adalah dalam pembentukan Perda, apakah Perda yang dihasilkan oleh anggota DPRD tersebut
memperhatikan aspirasi rakyat. Dalam hal anggaran pendidikan 20%, apakah pemberian dana tersebut
sudah tepat sasaran atau malah pihak tertentu yang menikmati hasilnya. Indikator lain juga untuk menilai
kinerja DPRD dalam hal anggaran kesehatan, apakah anggaran 10% itu sudah tepat sasaran. Dipihak lain
masalah lembaga DPRD yang juga dipersoalkan adalah banyak dapat dilihat anggota DPRD lebih
mementingkan terhadap golongan/partainya daripada kepentingan masyarakat sehingga berdampak
terhadap tidak tersalurnya aspirasi masyarakat dengan baik dan efektif sesuai dengan tuntutan yang
dikehendaki. Apalagi menjelang Pemilu Legislatif 2014 banyak masyarakat yang sangsi akan kinerja
anggota DPRD, karena masyarakat beranggapan bahwa disisa masa jabatan anggota DPRD ini anggota
DPRD lebih fokus kepada Pemilu dan mengatur strategi bagaimana untuk memenangkan partainya dan
kembali menjadi anggota legislatif lagi pada Pemilu 2014. Padahal peran yang diharapkan dari lembaga
DPRD amatlah strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan daerah.

4
DPRD diharapkan mampu menjadi penyambung aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah, guna
kemajuan dan kemakmuran masyarakat sehingga keluarnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
membawa perubahan dan paradigma baru terhadap pemerintahan daerah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini dari berdasarkan latar belakang di atas adalah “bagaimana
kah kinerja para anggota DPRD Sumatera Utara?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kinerja anggota DPRD SUMUT


2. Sebagai tugas yang diberikan oleh dosen pengampu

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Untuk Pemerintah
Dapat memberikan hasil dan manfaat dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan kualitas
kinerja anggota DPRD dalam menyerap aspirasi masyarakat.
2. Untuk Masyarakat
Untuk memberikan pengetauhan kepada masyarakat bagaimana sebenarnya kinerja anggota DPRD
tersebut, dan dapat memberikan masukan kepada masyarakat bagimana tahap-tahap penyampaian
aspirasi kepada DPRD.
3. Untuk Universitas dan Mahasiswa
Memberikan masukan kepada rekan mahasiswa bagaimana sebenarnya tugas dan fungsi anggota
DPRD.

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Terbentuknya DPRD

Sejak terjadinya reformasi pada tahun 1998, tonggak sejarah baru dalam perjalanan ketatanegaraan
Indonesia seolah dimulai dari awal. Mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2002, UUD 1945 telah
mengalami perubahan (amandemen) sebanyak empat kali. Dalam kerangka amandemen UUD 1945 itu,
bangsa kita telah mengadopsi prinsip-prinsip baru sistem ketatanegaraan, yakni mulai dari prinsip
pemisahan/pembagian kekuasaan, prinsip checks and balances, hingga prinsip supremasi hukum dalam
penyelesaian ‘konflik politik’. Melalui amandemen UUD 1945 itu, lahirlah sejumlah lembaga-lembaga
negara, baik yang kewenangannya diberikan oleh konstitusi (constitutionally entrusted power) maupun
yang yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang (legislatively entrusted power). Dalam
hubungannya dengan pemerintahan di daerah, prinsip demokrasi tidak boleh disederhanakan hanya
berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan peran serta
masyarakat. Demokrasi juga tidak sekadar berbicara mengenai pembagian/pemisahan kekuasaan, baik
antar lembaga-lembaga negara di tingkat Pusat maupun antara Pusat dan Daerah, tetapi ada sejumlah hal
penting untuk diperhatikan, yakni

(i) Unsur-unsur dari kekuasaan,


(ii) Bahan baku pengambilan keputusan, dan

(iii) Pola hubungan antara penguasa dan rakyat. Salah satu isu penting hasil demokrasi dalam
pentas ketatanegaraan Indonesia ialah lembaga legislatif daerah, yang dikenal dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Isu DPRD sangat urgen diperbincangkan, apalagi bila
diletakkan dalam bingkai prinsip checks and balances dan paradigma pembagian/pemisahan
kekuasaan.
B. Sejarah Singkat Terbentuknya DPRD Provinsi Sumatera Utara

Propinsi Sumatera Utara pertama kalinya dibentuk pada tanggal 15 April 1948 berdasarkan Undang –
Undang No. 10 Tahun 1948, daerah ini meliputi Keresidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli Utara.
Pembentukan Propinsi Sumatera Utara di atas berdasarkan surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 19 Tahun 1973 tertanggal 13 Agustus yang ditetapkan sebagai Hari
Jadi Propinsi Sumatera Utara. Sebelumnya berdasarkan surat penetapan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia ( PPKI ) tanggal 19 Agustus 1945, Sumatera Utara menjadi sebuah propinsi dan daerah
administrasi. Seperti halnya di Pulau Jawa, berangsur – angsur dibentuk Komite Nasional Daerah yang
kedudukannya diatur melalui Maklumat Gubernur Sumatera Utara tertanggal 12 April 1946 No 2 / MGS
yang isinya sesuai dengan Undang – Undang No 1 Tahun 1945.

Dalam Maklumat tersebut ditetapkan bahwa Komite Nasional Daerah dibentuk di Propinsi dan
Keresidenan, sehingga Propinsi dan keresidenan itu menjadi kota otonom. Dearah – daerah tersebut
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat yang mengatur rumah tangganya sendiri. DPRD membentuk suatu
6
Badan Eksekutif, yang terdiri dari 5 orang anggota Dewan yang bertugas menjalankan pemerintahan
sehari – hari dan kepala daerah menjadi ketua serta merangkap anggota. Berdasarkan maklumat tersebut
di atas, anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Sumatera Utara berjumlah 100 orang yang mewakili
100.000 penduduk.

C. Kedudukan DPRD

Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga
perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.Penyelenggara pemerintahan daerah terdiri atas pemerintah daerah dan DPRD. Pemerintahan
daerah mencakup

a) pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi;
dan
b) pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan
DPRD kabupaten/kota.Pemerintah daerah tersebut terdiri atas kepala daerah dan perangkat
daerah.

Telah dikemukakan bahwa DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.Kedudukan DPRD sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah menempatkan DPRD sebagai institusi yang sejajar dengan pemerintah daerah.
Dalam kedudukan yang sejajar itu, DPRD bersama-sama dengan Kepala Daerah melaksanakan fungs-
fungsi pemerintahan daerah yang meliputi segala urusan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Perdebatan tentang isu kedudukan DPRD menyentuh pertanyaan mendasar, yakni apa “jenis kelamin”
DPRD; apakah DPRD didudukan secara tegas sebagai lembaga (badan) legislatif sebagaimana dikenal
dalam konsep trias politica ataukah diposisikan sebagai salah satu unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.

Pemberian posisi DPRD sebagai badan legislatif diintrodusir oleh UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU 22/1999). Dalam Pasal 14 ayat (1) dinyatakan bahwa di
daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif
Daerah. Lebih dari itu, ditegaskan dalam Pasal 16 ayat (2) bahwa DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah
berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Di samping itu, UU 22/1999 juga
mendudukkan DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah yang nota bene wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. Peneguhan kedudukan DPRD sebagai lembaga
perwakilan rakyat-dalam bingkai UU 22/1999-diperkuat lagi dengan pemberian hak yang berbobot politik
besar, yakni hak meminta pertanggungjawaban Gubernur, Bupati dan Walikota. Lebih dari itu, DPRD
dalam melaksanakan tugasnya berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat
untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan negara, bangsa,
pemerintahan, dan pembangunan. Bahkan, pejabat negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat

7
yang menolak permintaan DPRD tersebut diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
karena merendahkan martabat dan kehormatan DPRD dan tindakan merendahkan semacam ini dikenal
dengan contempt of parliament.

D. Fungsi,Tugas dan Wewenang DPRD

Pada sisi lain, sesungguhnya DPRD lebih berfungsi sebagai lembaga pengontrol terhadap kekuasaan
pemerintah daerah daripada sebagai lembaga legislatif dalam arti yang sebenarnya. Namun, dalam
kenyataan sehari-hari, DPRD itu biasa disebut sebagai lembaga legislatif. DPRD, baik di daerah provinsi
maupun kabupaten/kota, berhak mengajukan rancangan peraturan daerah (Raperda) kepada Gubernur-
sesuai dengan yang ditentukan dalam UU 32/2004. Namun, hak inisiatif ini sebenarnya tidaklah
menyebabkan posisi DPRD menjadi pemegang kekuasaan legislatif yang utama. Pemegang kekuasaan
utama di bidang ini tetap ada di tangan pemerintah, dalam hal ini Gubernur atau Bupati/Walikota. Dengan
demikian, fungsi utama DPRD ialah untuk mengontrol jalannya pemerintahan di daerah, sedang
berkenaan dengan fungsi legislatif, posisi DPRD bukanlah aktor yang dominan. Pemegang kekuasaan
yang dominan di bidang legislatif itu tetap Gubernur dan Bupati/Walikota. Bahkan, UU 32/2004
“mewajibkan” Gubernur dan Bupati/Walikota mengajukan rancangan peraturan daerah (Raperda) dan
menetapkannya menjadi Perda dengan persetujuan DPRD. Artinya, DPRD itu hanya bertindak sebagai
lembaga pengendali atau pengontrol yang dapat menyetujui, menolak ataupun menyetujui dengan
perubahan-perubahan, dan sesekali dapat mengajukan Raperda dengan usul inisiatif sendiri. Seiring
dengan itu,

DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

(i) Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama;
(ii) Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah;
(iii) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan
lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan
program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah;
(iv)Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan kepada Menteri Dalam
Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota;
(v) Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah;
(vi)Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah;
(vii) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
pemerintah daerah;
(viii) Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
(ix)Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;

8
(x) Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah; dan
(xi)Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga
yang membebani masyarakat dan daerah. Sebagaimana telah dikemukakan, sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah,

DPRD memiliki fungsi-fungsi dalam rangka mengawal berjalannya pemerintahan daerah. Fungsi
tersebut mencakup fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Sebenarnya, lebih tepat untuk
mengelompokkan fungsi-fungsi lembaga legislatif di daerah itu menjadi 3 (tiga), yaitu :

(i) Fungsi pengawasan,


(ii) Fungsi legislasi,
(iii) Fungsi representasi.

Apa yang diatur dalam Pasal 292 ayat (2) dan Pasal 343 ayat (2) UU 27/2009 mengisyaratkan bahwa
DPRD sebenarnya tidak hanya menjalankan fungsi-fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan, melainkan
juga fungsi representasi. Fungsi-fungsi tersebut dimiliki dan dijalankan oleh DPRD dalam kerangka
mengemban amanat rakyat di propinsi dan kabupaten/kota. Dapat dijelaskan bahwa fungsi legislasi adalah
legislasi daerah yang merupakan fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah bersama kepala
daerah. Fungsi anggaran adalah fungsi yang dijalankan DPRD bersama-sama pemerintah daerah untuk
menyusun dan menetapkan APBD. Fungsi pengawasan adalah fungsi yang dijalankan DPRD untuk
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah dan keputusan kepala
daerah serta kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Untuk menjalankan fungsi legislasi,
DPRD diberikan tugas dan wewenang untuk membentuk peraturan daerah bersama Kepala Daerah. DPRD
menetapkan peraturan-peraturan daerah untuk kepentingan daerah atau untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya yang pelaksanaannya didelegasikan kepada daerah.
DPRD dapat membela kepentingan daerah dan penduduknya ke hadapan Pemerintah Pusat dan DPR
dengan sepengetahuan Kepala Daerah yang bersangkutan.

E. Keanggotaan DPRD Sebagai implementasi

Pasal 18 ayat (3) UUD 1945, ditegaskan dalam UU 27/2009 bahwa DPRD terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilu yang dipilih melalui pemilihan umum. Ketentuan tersebut sekaligus memastikan
bahwa tidak satu pun anggota DPRD yang tidak berasal dari partai politik atau tidak satu pun anggota
DPRD yang dipilih melalui jalur perseorangan. Pembatasan oleh UU 27/2009 ini telah menutup rapat
peluang perseorangan untuk ikut dalam proses pemilihan anggota DPRD.Sementara itu, dalam Pasal 22E
ayat (2) UUD 1945 dinyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Seiring dengan itu, Pasal 22E ayat (3) menegaskan bahwa peserta pemilihan umum untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai
politik. Jumlah anggota DPRD dibatasi, paling sedikit 35 orang dan sebanyakÊbanyaknya 100 orang

9
untuk DPRD Propinsi. Sedangkan untuk jumlah anggota DPRD kabupaten/kota paling sedikit 20 orang
dan paling banyak 50 orang.Jumlah anggota DPRD untuk masingÊmasing daerah berbedaÊbeda menurut
kuota yang ditentukan UU 27/2009. Perihal keanggotaan DPRD juga diatur dalam UU No. 10 Tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota (selanjutnya
disebut UU 10/2008). Parameter yang digunakan untuk menentukan berapa orang jumlah anggota DPRD
untuk suatu daerah ialah jumlah penduduk di daerah bersangkutan. Keanggotaan DPRD disahkan atau
diresmikan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri untuk DPRD Propinsi dan dengan keputusan
Gubernur untuk keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota. Setiap anggota DPRD memiliki masa jabatan
selama 5 (lima) tahun sejak dilantik dan berakhir pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan
sumpah/janji. Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD, serta hak
dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD.Setiap fraksi di
DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah komisi di DPRD tersebut.Apabila sebuah partai
politik yang jumlah anggotanya sama atau lebih dari jumlah komisi, maka partai politik tersebut dapat
membentuk satu fraksi. Namun, apabila sebuah partai tidak memiliki anggota sebanyak jumlah komisi di
DPRD maka partai tersebut harus bergabung dengan fraksi lain atau bergabung dengan partai politik lain
untuk membentuk sebuah fraksi. Sedangkan bila tidak satupun partai politik yang jumlah anggotanya
memenuhi batas minimal pembentukan fraksi maka partai politik yang ada dapat membentuk fraksi
gabungan, dengan catatan bahwa jumlah fraksi gabungan -di DPRD tersebut-paling banyak 2 (dua) fraksi.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan
deskriftif kualitatif. Yang merupakan metode yang di pakai dalam penelitian dengan meneliti secara
langsung terhadap suatu objek dengan cara wawancara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kinerja dari anggota DPRD SUMUT dan hasil dari penelitian tersebut dapat
digunakan mengubah pandangan masyarakat terhadap kinerja anggota DPRD.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang mana hanya berupa pendapat
yang diberikan oleh narasumber yang di wawancarai.

C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Data primer adalah data yang di
peroleh secara langsung melalui survei lapangan. Dan sumber data dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara terhadap narasumber.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui
wawancara langsung terhadap narasumber. Wawancara di lakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti terlebih dahulu.

E. Tehnik Analasis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data dengan menggunakan model miles atau huberman, yakni
tehnik analisis data yang memiliki 3 tahapan, yang pertama reduction yaitu menyederhanakan data yang
dimiliki. Kedua,display data yaitu menyajikan data dalam bentuk yang lebih rapi dan sistematis. Ketiga,
conclusion drawning atau penarikan kesimpulan berdasarkan data yang telah di susun.

DAFTAR PERTANYAAN

NO PERTANYAAN JAWABAN

1. Jika rancangan undang-undang yang Salah satunya legislasi dalam hal ini kalau DPR
didesain oleh DPR tidak disetujui atau RI fungsinya membuat undang-undang nah
disahkan oleh presiden apakah undang- undang-undang itu bahagian daripada tugasnya
undang tersebut bisa dijalankan atau pemerintah pusat tapi kalau di provinsi namanya
diterapkan di lingkungan masyarakat ataupun kabupaten kota itu undang-undangnya
adalah peraturan daerah atau Perda nah jadi
11
maupun di lingkungan pemerintahan? dalam hal pembentukan keluarga ini tadi DPRD
juga menyusun program pembentukan Perda
bersama dengan gubernur ya jadi usulan Perda
itu boleh dari inisiatif DPRD dan bisa juga dari
eksekutif dalam hal ini pemerintah provinsi
Sumatera Utara jadi kewenangannya itu dia
dibagi-bagi kalau yang membuat undang-undang
itu adalah DPR RI dan presiden ya tapi kalau
levelnya provinsi itu adalah peraturan daerah
fungsinya hampir sama ya artinya peraturan
perundang-undangan yang di produk atau
produk dari pemerintah provinsi kabupaten kota
dan namanya pereda ya itu disusun oleh DPD
dan gubernur baru di provinsi kalau kabupaten
kota Bupati walikota dan DPRD program
pembentukan peraturan Daerah nah setelah
disahkan proporter ini tadi melalui sidang rapat
paripurna baru dilakukan pembahasan dan
pembahasan ini banyak tahapannya sampai
dengan pembahasan tingkat pasal-pasal yang
akan dicantumkan ke dalam Perda melakukan
studi banding jadi studi banding yang dilakukan
dewannya mungkin di luar banyak opini yang
negatif jadi banyak hal karena ada perlu studi
balik atau studi komparatif antara kesesuaiannya
provinsi Sumatera Utara dengan provinsi-
provinsi lain sebelum Perda itu disahkan
menjadi peraturan daerah contoh kita kemarin
sudah melakukan pengesahan Perda tentang kopi
untuk memasukkan pasal-pasal ini tentu harus
ada pembanding dan dikaji juga oleh tim ahli
untuk membuat perda tadi jadi bukan hanya itu
dibuat-buat ada dan ini disosialisasikan dari
keturunan masyarakat melalui forum-porum
misalnya smgb walaupun diskusi itu dihadiri
oleh tokoh-tokoh akademisi masyarakat untuk
menerima masukan-masukan agar di dalam
penyusunan Perda. Ataupun misalnya budaya
lokal sehingga dia itu berbeda yakultur dari Nias
sama dengan kultur dari Mandailing Natal
berbeda lagi nanti dengan kultur langka nah
inilah yang dijadikan kalau bisa dibilang di
konversi di Ranu sehingga ini terakomodir
semua dari mulai segi agama suku adat sehingga
menjadi Perda ini bisa diterima masyarakat nah
makanya perlu ada sosialisasi pelaksanaan Perda
ini kepada masyarakat sama dengan halnya
berkah pada Daerah dan retribusi seperti
kewenangan daripada pemerintah provinsi kita
tugasnya memungut pajak kendaraan bermotor

12
itulah yang dimasukkan ke dalam anggaran
APBD provinsi Sumatera Utara untuk
mempelajari pembangunan yang ada di
Sumatera Utara itu dia itulah fungsi daripada
salah satu dari istilah ini juga dibahas dari
gubernur dalam hal ini eksekutif bersama
legislatif tapi tidak gubernur yang membahasnya
bukan seorang gubernur bukan seorang ketua
DPRD masing-masing ada tugasnya lagu
gubernur itu mempunyai bawahan ada namanya
kepala dinas kepala Dinas kepala Badan dan
biru-biru ada biru hukum nah ini nilai yang
ditugaskan gubernur untuk membahas bersama
dengan DPRD DPRD ini juga tidak ada tidak
kecuali DPRD ada tadi namanya pembantunya
itu fungsinya adalah salah satu akar tadi
namanya bapak Perda badan pembentukan
peraturan Daerah nah inilah yang mengkaji tapi
bisa juga disesuaikan dengan usulan di sana dan
komisi untuk membuat peraturan daerah tadi
nanti itu bisa dikembalikan ke komisi pengusul
kondisi mana yang mengusulkan perdatanya nah
maka kondisi itulah turun kedua membahas
peraturan Daerah seperti yang saat ini kita
sedang membahas peraturan daerah peraturan
Perda tentang pengelolaan keuangan daerah itu
berdasarkan dari usulan komisi yang ada di sini
namanya komisi C yang menangani tentang
keuangan ini sedang berlangsung tapi perbedaan
itu juga bisa dibahas melalui metode namanya
konsul panitia khusus gitu jadi kalau memang
Honda itu tidak disetujui itu tetap berlaku
peraturan yang lama tetapi sebelumnya ada
sesungguhnya ya DPRD ini adalah wadah
tempat yang bermusyawarah ya tempat
bagaimana dalam menyampaikan aspirasi
bagaimana berkomunikasi jadi kita di sini
termasuk waras kalau belum bisa dibilang
tempat menampung aspirasi daripada
masyarakat baik persoalan-persoalan yang ada di
masyarakat dan itu juga bisa jadi dituangkan di
dalam Perda contoh kita juga sedang membahas
Perda tentang kepariwisataan tentang
pembudidayaan gitu jadi banyak sumber daya
yang mengatur daripada itu dari kehidupan
bernegara ataupun bermasyarakat di Sumatera
Utara ini.

2. Bagaimana dari pihak DPRD Sumut itu Mungkin tingkat emosional ketika usia remaja
13
menerima dan memperlakukan aspirasi bisa dipengaruhi kawan-kawan ataupun dibakar
yang disampaikan oleh mahasiswa dan semangatnya untuk melakukan demonstrasi
masyarakat dan masyarakat dalam sebenarnya itu sah-sah saja tetapi sepanjang
proses pengambilan keputusan dan tidak melakukan anarkis kalau ketika sudah
secara pribadi adakah saran dari bapak melakukan anarkis tentu ini berdampak pada
ibu sendiri terkait dengan demonstrasi hukum sudah melakukan tidak pidana nah nanti
yang dilakukan masyarakat dan yang hadir di situ adalah pada pukul
mahasiswa selama ini adakah tindakan sesungguhnya kalau menyampaikan aspirasi
yang kurang tepat dan seharusnya itu bersurat saja ini itu ditindaklanjuti tetapi
perlu diperbaiki dalam aksi yang kita mungkin daripada hari-hari ada menyampaikan
lakukan yang kita lakukan masyarakat informasi-informasi yang tidak sesuai sehingga
ada aspirasi itu lebih mudah untuk bisa membakar semangat atau membakar kawan-
diterima dan sampai dirapat. kawannya untuk melakukan demonstrasi yang
secara anarki contoh karena surat keluar melalui
apa yang menjadi contoh seperti yang dibilang
pak tenaga Amerika ini ada permasalahan tanah
di Simalungun di Deli Serdang mereka cukup
menuai kedua negara ini menugaskan komisi
yang menangani masalah pertahanan itu jadi
sesungguhnya tidak perlu biaya registrasi kalau
menurut saya tapi mungkin karena hasrat jiwa
muda ya semangat untuk menyampaikan aspirasi
ya kalau bahasa orang yang sekarang biar tampil
dulu katanya ganti gitu kan nah tapi mungkin
bahagia daripada bisa juga kalian tanya kalian
duduk di sini dan beberapa orang bisa duduk di
DPRD ya kan karena yang duduk di sekarang ini
juga ada lembaga-lembagaan aktivis ya yang
dulunya dia aktif di organisasi-organisasi itu
mahasiswaan melakukan demonstrasi
melakukan operasi bahkan dari media ini segala
macam sebenarnya sesungguhnya itu tidak perlu
kalau saya pribadi oleh salah satu saja
melakukan operasi demonstrasi sudah sampai
tumpang pagar masuk ruangan 2016 ini
sesungguhnya kan bukan itu yang diinginkan
sesungguhnya kan menyampaikan aspirasi
ketika aspirasi permasalahan yang disampaikan
sudah diterima kenapa harus memecahkan gelap
melemparkan kursi kan enggak ada juga
keuntungan memang ini nah itu yang salah
persepsi kalau menurut saya pribadi ini juga
lihat segala macam bukan dengan cara
menghancurkan aja sendiri juga yang mau
bayarin kursi ini coba hah itu kalau saya secara
pribadian kurang sependapat itu makanya yang
mungkin ada yang mahasiswa yang ada ini
enggak ada yang kayak gitu silakan saja melalui
operasi tapi tidak dengan cara anarkis itu juga
aspirasi dari Saudi ini tidak lagi kita memang

14
lembaga ini bukan mengambil keputusan bukan
kita bisa mengeluarkan apa yang menjadi
permasalahan atau aspirasi yang disampainya
kepada eksekutif untuk tidak langsung ketika
tidak ditinggalkan legislatif berhak
mempertanyakan itu kepada eksekutif sudah
sampai di rumah dan pelaksanaannya nah itulah
tadi melalui mekanisme mekanisme dan sesuatu
juga bisa membuat rekomendasi itu jadi saluran-
salurannya menurut saya sudah sangat tepat
ketika di hari ini mau menyampaikan aspirasi
silakan berorasi tapi dengan tertib aman lancar
dan melakukan administrasi menuraji baik dari
sekarang ada kepolisian menurut hati kita
silakan tapi kalau pada ilustrasi burung ketiga
dari Indonesianya dari mahasiswa unimed minta
kepada negeri untuk menambahkan kepada
rektor Universitas biaya kuliah gratis misalnya
silakan mungkin dari DPRD provinsi mahasiswa
menandakan minta mulai dari tentu kan ada dua
verifikasi seperti itulah gitu aku nggak mungkin
juga kalau ada aturan harus bayar disuruh gratis
kan dari juga yang kita hadapi jadi kadang-
kadang mungkin karena jiwa muda semangat
untuk menyampaikan orasi sehingga salah
kaprah itu aja apalagi sekarang udah ada media
sosial bisa juga nanti disampaikan di situ Di sini
juga ada wadahnya ada gitu nanti melalui
Instagram kita bisa juga ada berkomentar.

3. Kalau tidak ada titik temu pertanyaannya jadi


menggunakan Tahun Anggaran sebelumnya
bagaimana kalau anda sebelumnya itulah aturan
yang ada sesuai dengan perbedaan ini tetapi
biasanya seperti yang disampaikan di awal tadi
DPRD sebagai lembaga legislatif dan eksekutif
itu melalui tahap-tahapan ya itu tadi rapat-rapat
dengan pendapat rapat di badan anggaran nah di
situlah pengkajian-pengkajian tetapi mungkin
ada terjadi misi komunikasi kalau menurut kami
artinya komunikasi yang kurang baik antara
legislatif dan eksekutif maka terjadi tidak
disahkannya anggaran tersebut ketika
komunikasi atau pembahasan-pembahasan
sesuai tidak berdasarkan mungkin kalau bahasa
anak sekarang tidak masing-masing
membawakan ibunya baik eksekutif ataupun
legislatif itu sesungguhnya berjalan lancar
tepatnya komunikasi yang dibangun antara
legislatif dan eksekutif sudah sama-sama
memenuhi apa yang menjadi keinginan ataupun
15
aspirasi yang disampaikan dari legislatif sesuai
dengan apa yang menjadi aspirasi masyarakat
mungkin eksekutif juga bisa menerima begitu
sepanjang ini tidak ada masing-masing ego
sektoral jadi itu ketentuannya

BAB IV
16
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil Penelitian yang diperoleh berdasarkan observasi, Dokumentasi dan wawancara
yang dilakukan. Maka Penulis dapat melakukan pembahasan sebagai berikut :

1. Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi

a) Program Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Ikrimah Hamidy, ST, M.Si selaku
Anggota Dewan Komisi E DPRD SUMUT.

Beliau mengatakan bahwasannya dalam pelaksanaan Implementasi Tugas Pokok dan Fungsi
Komisi E terhadap Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatra Utara ini tidak lepas dari Tugas Pokok
dan Fungsi sebagai DPRD itu sendiri yang mempunyai 3 Fungsi.

Fungsi Legislasi yaitu membuat peraturan Daerah, Fungsi budgeting yaitu menganggarkan
program-program di APBD, Fungsi Pengawasan yaitu mengawasi jalannya pemerintahan Sumatera Utara,
sesuai dengan UndangUndang Dasar dan Peraturan yang ada, serta perencanaan yang sudah ditetapkan di
APBD. DPRD menyerap aspirasi masyarakat melalui reses, Reses DPRD itu dilakukan dengan
caramenjumpi masyarakat. Tujuannya, untuk mendapatkan informasi tentang pembangunanatau sektor
yang ingin dibangun. Waktu reres dilakukan satu minggu ke depan, Selanjutnya Anggota DPRD memberi
masukkan ke Pemerintah yangakan dimasukkan ke dalam APBD.

Selanjutnya tahap legislasi dan setelah dilakukannya reses maka selanjutnya secara teknis hasil
reses tersebut kemudian dibahas dalam komisi E sesuai dengan bidangnya masing-masing.Pokok-pokok
pemikiran tersebut di kumpulkan bersama SKPD dinas-dinas untuk dijadikan usulan dalam program
APBD dan di tampung dalam APBD tersebut yang kemudian dijalankan oleh pemerintah. Fungsi itu
masuk ke dalam anggaran APBD yang disebut sebagai fungsi budget atau penganggaran. Peran DPRD
dalam menganggarkan program-program yang dianggap penting untuk meningkatkan Pembangunan
Kesejahteraan Masyarakat melalui sarapan reses.Setelah selesai proses secara teknis tentang fungsi
penganggaran maka hasil reses dan rapat dengan SKPD maka dapat di rancang menjadi RAPD yang
kemudian menjadi APBD oleh pemda provinsi Sumatera Utara di Dinasdinas di SKPD.

Jadi Fungsi komisi E hanya untuk mengawasi jalannya peraturan dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan mitra kerja, apakah program tersebut sudah berjalan dengan baik ataut tidak, sudah
sesuai aturan atau tidak. Fungsi Pengawasan dilakukan melalui laporan masyarakat, kunjungan kerja dan
Rapat Dengar Pendapat, selanjutnya hasil pengawasan ini disampaikan kepada SKPD dan Kementerian.
Sedangkan DPRD hanya mengawasi jalannya program yang sudah ditetapkan untuk meningkatkan
Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat, apabila diperlukannya payung hukum melalui peraturan daerah
untuk membuat peraturan-peraturan atau kebijakan tertentu maka DPRD kemudian mengusulkan hak
inisiatif untuk melakukan peraturan Daerah. Setelah dijalankan program menyetujui RAPBD menjadi
APBD dan disusun kembali oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan SKPD terkait, maka
selanjutnya pemerintah Provinsi dan SKPD bertanggungjawab kepada DPRD untuk di Audit dalam proses
Anggaran.Seperti program pelayanan kesehatan dan keolahragaan untuk Pembangunan Kesejahteraan
Masyarakat Sumatera Utara. Menurut Bapak Ikrimah halyang paling penting diperhatikan oleh pemerintah
Provinsi, SKPD dan DPRD dalam peningkatan sarana dan prasarana pendidikan ialah memperhatikan
saran dan prasarana yang menjadi tanggungjawab Provinsi Sumatera Utara ialah sekolah tingkat
menengah seperti:SMA, SMK, STM, dan lain-lain. Selanjutnya SD dan SMP merupakan tanggung jawab
dari pemerintah daerah wilayah kabupaten atau kota.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. H. Zahir, MAP. selaku Anggota Dewan
Komisi E DPRD SUMUT Beliau mengatakan bahwadalam pelaksanaan Implementasi Tugas Pokok dan
Fungsi Komisi E terhadap Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatra Utara ini penyelesaiannya harus
komprehensif , tidak hanya di sektor tertentu saja tetapi pentingnya di sektor pelayanan publik, sektor

17
infastruktur, sektor pendidikan, bantuan-bantuan tunai untuk meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
yang dilakukan secara komprehensif, tidak hanya dilakukan oleh dinas sosial saja yang menyelesaikan
masalah kesejahteraan sosial ini. Dengan pelaksanaan pembangunan dalam sektor kesejahteraan
masyarakat secara komprehensif maka Komisi E DPRD Sumatera Utara dan Pemerintah Provinsi harus
dapat bekerja sama dengan baik. Maka ada tiga tugas pokok dan fungsi DPRD yang harus dilaksanakan
dalam tanggungjawab fungsi legislasi untuk menjalankan program kesejahteraan masyarakat yang
diusulkan DPRD. Dalam proses legislasi program-program yang dijalankan pemerintah belum dapat
dikatakan berhasil, sebab masih banyak informasi dan temuan di lapangan. Masih banyak informasi-
informasi bahwa ada pungli-pungli.Misal ada Grativikasi seperti kasus Bansos atau bantuan sosial di
Sumatera Utarayang ada melibatkan anggota DPRD dan SKPD di Sumatera Utara di tahun 2015-2016.
Oleh karna itu belum bisa mengatakan bahwa program pemerintah Provinsi Sumatera Utara itu
berhasil.Kemudian juga percepatan pembangunan, khusunya menurunkan angka sektor kemiskinan tidak
siknifikan, tapi boleh juga diaspresiasikan karna ada juga keberhasilan-keberhasilan atau ada
peningkatanpeningkatan tapi dengan kekurangannya anggaran masihbanyak hal yang harus diperbaiki di
Provinsi Sumatera Utara ini.Seperti infastruktur masih banyak yang rusak, jalan yang perbaikan
dikarenakan oleh faktor pada tahun 2014-2016.

b) Pengawasan Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Ikrimah Hamidy, ST, M.Si selaku
Anggota Dewan Komisi E DPRD SUMUT.

Beliau mengatakan bahwaPengawasan yang dilakukan Komisi E DPRD Setelah di Implementasikan


Tugas Pokok dan Fungsi dalam upaya sistem pengawasan dilapangan terkait program pembangunan
kesejahteraan masyarakat.Komisi E mengundang dinas- dinas terkait, yaitu dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Perhubungan dan lain-lain
untukdi paparkan program masing-masing. DPRD Komisi E hanya melihat dan mencermati program yang
mereka paparkan. Apabila ada keraguan atau ingin mengkonfirmasi kebenaran dari yang mereka lakukan,
maka pemerintah daerah dan SKPD Komisi E akan melakukan kunjungan kerja ke lapangan atau ke
daerah tempat reses sesuai dengan lokasi pemilihan guna melihat bagaimana progres yang sebenarnya
dilakukan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. H. Zahir, MAP.selaku Anggota
Dewan Komisi E DPRD SUMUT. Beliau mengatakan bahwaPengawasan yang dilakukan Komisi E
DPRD setelah dilakukan dan dilaksanakannya Implementasikan Tugas Pokok dan Fungsi anggaran dewan
Komisi E dalam pembangunan dalam kesejahteraan masyarakat, maka upaya yang dilakukan selanjutnya
ialah melakukan controlling di daerah-daerah yang menjadi wilayah reses. Seperti wilayah medan-tebing
tinggi pembangunan jalan tol, pembangunan Andenpass( H. Nasution Medan), Danau toba simalungun
dan wilayah lainnya di Sumatera Utara. Selanjutnya perlu ditegaskan dan bantuan dari pakar dan praktisi
bidang sosial seperti gender dan anak praktisi wanita dan perencanaan infastruktur fakar perencanaan
( Development Planner). Instrumen yang dapat digunakan yaitu semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan rencana anggaran yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

c) Pertanggungjawaban Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak H. Ikrimah
Hamidy, ST, M.Si selaku Anggota Dewan Komisi E DPRD,

Beliau mengatakan bahwabentuk pertanggung jawaban yang dilakukan berdasarkan tugas pokok dan
fungsi sebagai DPRD baik dalam proses legislasi, pengawasan dan penganggaran, hal yang dilakukan
berdasarkan hasil tersebut, sehingga program tersebut dapat teralikatif dengan baik. Kemudian ada
pertanggung jawaban sesuai dengan struktur organisasi secretariat DPRD Sumatera Utara seperti:

1) Bagian umum (Tata usaha rumah, industri perlengkapan, pemilihan dan perawatan)

2) Keuangan (Perencanaan anggaran, pembendaharaan, dan Akuntansi)

3) Bagian Informasi dan Protokol (Informasi, Protokol, pelayanan masyarakat dan Aspirasi)

4) Perundang-undangan di Risalah (Persidangan, pengkajian, dan Risalah)


18
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ir. H. Zahir, MAP selaku Anggota
Dewan Komisi E DPRD SUMUT,

Beliau mengatakan bahwa mengimplementasikan program tugas pokok dan fungsi DPRD SUMUT
untuk meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial dengan bantuan langsung seperti banjir di dua
daerah yaitu daerah sinabung dan karo. Selain memberikan bantuan langsung Komisi E DPRD di bidang
sosial juga memberikan pelayanan infastruktur dan kesehatan yang baik dan terjamin.
Pertanggungjawaban yang dilakukan Komisi E DPRD SUMUT setelah diimplementasikan Program
Tugas Pokok dan Fungsi DPRD SUMUT serta sistem pertanggungjawabannya dengan strategi yang
dilakukan untuk meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial itu tidak hanya denganbantuanbantuan
langsung tapi dengan memberikan pelayanan yang baik kepada mereka, memberikan pelayanan
infastruktur, kesehatan. Makadari itu dengan perlahan akan meningkat kesejahteraan.

2. Pembangunan Kesejahteraan Sosial

a) Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak H Ikrimah Hamidy, ST, M.Si
selaku Anggota Dewan Komisi E DPRD SUMUT. Beliau mengatakan bahwasannya bentuk Partisipasi
yang dilakukan Masyarakat dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utaraialah
meningkatkan taraf hidup dengan pendidikan dan pekerjaan, diantaranya rata-rata msyarakat harus dapat
memiliki aktivitas dari pemerintah yang layak, sehingga tidak dapat terjadi penganggurana di Sumatera
Utara. Adapun dorongan dari bawah agar mempunyai minat untuk pendidikan yang lebih tinggi dengan
keahlian yang bagus guna memiliki pekerjaan yang bagus.Supaya masyarakat dapat memanfaatkan
pendidikan untuk aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan karena investasi pendidikan salah satunya
merupakan modal penting dalam Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ir. H. ZAHIR, MAP selaku
Anggota Dewan Komisi E DPRD SUMUT.Beliau mengatakan bahwasannya bentuk Partisipasi
Masyarakat dan investasi pendidikan di Kota Medan dominan terlihat perbaikan
pendidikannya.Diantaranya di Kotakota di Sumatera Utara seperti Kota Medan, Binjai, Tebing tinggi dan
Pematang Siantar. Berdasarkan data yang dihimpun melalui BPS bahwasannya Lima Kota tersebut
memilikigrad atau Kota dengan nilai pertumbuhan investasi pendidikan yang bagus. Mulai dari
SD,SMP,SMA,SMK dan jenjanag sarjana. Hal itu dikarenakan semakin bertumbuh dan diperbaikinya
akses dan sarana pendidikan di Kota-kota besar di Sumatera Utara. Seperti contoh di Nias baik Kabupaten
dan Kota,(Nias Barat,,nduk) dan lainnya. Investasi pendidikan di daerah tersebut sudah menjalani siklus
perbaikan yang cukup siknifikan, dimulai dari pembangunan sarana dan prasarana, infastruktur di
Distimasi wisata, pemerintah daerah Kota di Kabupaten di nilai membaik. Investasi pendidikan kepada
pemuda dan pemudi masyarakat nilai untuk dapat melanjutkan kembali pendidikan ke jenjang yang lebih
baik lagi, dengan membuat beasiswa di pendanaan pendidikan langsung melalui Anggaran 20%
APBN/APBD.Akan tetapi, rintangan yang dihadapi oleh Nias diantaranya adalah masalah sosiologis yang
harus diperbaiki dengan meningkatkan investasi pendidikan.

b) Sistem Pemberdayaan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak H.
Ikrimah Hamidy, ST, M.Si selaku Anggota Dewan Komisi E DPRD SUMUT.

Beliau mengatakan bahwasannya Pemberdayaan Masyarakat Komisi E DPRD SUMUT dalam


meningkatkan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara itu Ada, salah satu contohnya di program PKH,
untuk memperbaiki Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat secara bertahap dan pelan-pelan. Tidak
seperti membalikkan kedua telapak tangan, butuh proses dan di perlukan kesabaran dalam membina
masyarakat ini khususnya dilapisan masyarakat menengah kebawah yang pendidikan nya kurang untuk
bisa sadar sehingga mereka mau mendorong dirinya sendiri supaya lebih maju. Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ir. H. Zahir, MAP selaku Anggota Dewan Komisi E
19
DPRD SUMUT.untuk memperbaiki Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat
Komisi E DPRD SUMUT dalam meningkatkan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara Ada, Salah satu
faktor untuk dapat meningkatkan sistem pemberdayaan itu sendiri perlu memperbaiki dirinya. Jadi utama
dari diri masyarakat itu sendiri. Di bangun kesadaran, di dorong kesadarannya untuk merubah dan
memperbaiki dirinya maka disitulah perlunya pendamping-pendamping di Program PKH itu, jangan
masyarakat itu diberi bantuan uang lalu ditinggal pergi, uang akan habis sebentar saja.Masyarakat apabila
diberi apa pun kalau tidak ada kepedulian terhadap dirinya sendiri maka tidak akan bisa maju karena
Pemberdayaan menjadi hal yang sangat penting agar nantinya masyarakat bisa mandiri tanpa perlu lagi
diarahkan atau dituntun oleh Pemerintah atau para agen perubahan.

c) Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
Bapak H. Ikrimah Hamidy, ST, M.Si selaku Anggota Dewan Komisi E DPRD SUMUT.

Beliau mengatakan bahwasannya Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peningkatan Pembangunan


Kesejahteraan di Sumatera Utara ini yaitu:

1) Pendidikan, semakin meningkat pendidikannya biasanya itu berkolasi positif dengan


peningkatkan kesejahteraan
2) Penghasilan, semakin tinggi penghasilan perkapita masyarakat maka kesejahteraannya akan
semakin bagus.
3) Usia harapan Hidup, semakin tinggi rata-rata usia harapan hidup masyarakat biasanya
kesejahteraannya juga akan lebih tinggi, contohnya di Jepang
4) Konsumsi Gizi, jika rata-rata konsumsi gizi meningkat di suatu Negara atau daerah biasanya
kesejahteraannya juga meningkat
5) Ginik rasio kecil (jurang kesejahteraan antar masyarakat), semakin kecil ginik rasio maka
pemerataan kesejahteraan itu semkin merata, jadi misalkan dari 10 orang yang kaya hanya 1
orang saja, dan 9 lainnya miskin. Jadi kalau ginik rasio nya besar artinya ekonomi itu hanya
terpusat pada satu dua orang saja.

Itulah kira-kira faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan itu, kita hanya bisa melihat dari rata-
rata , tidak bisa kita melihat dari perorangan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ir. H. Zahir, MAP selaku Anggota
Dewan Komisi E DPRD SUMUT.Beliau mengatakan bahwasannya Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Peningkatan Pembangunan Kesejahteraan di Sumatera Utara sudah ada ketentuannya berdasarkan data
yang diperoleh dari BPS(Badan Pusat Statistik) Provinsi Sumatera Utara. Dijelaskan bahwa faktor yang
mempengaruhi Peningkatan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat di Sumatera Utara ialah
Penghasilan perkapita, kelayakan konsumsi dan tingkat hunian yang layak huni.Indikator-indikator inilah
yang menjadi tugas pokok dan fungsi pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan
Pembangunan Ksejahteraan Masyarakat. Tidak ada strategi khusus yang dilakukan Komisi E oleh DPRD
Provinsi Sumatera Utara, fokus komisi E hanya pada Tugas Pokok dan Fungsi DPRD.Yang membuat
strategi dalam mengstasi masalah Peningkatan dan Pembangunan Masyarakat adalah Pemda Provinsi
Sumatera Utara, setelah ditetapkan untuk program, kemudian DPRD melakukan Pengawasan. DPRD
hanya mealui rapat dan pertemuan-pertemuan dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk
mendengarkan bagaimana cara kerjanya, jika menurut DPRD logis maka dipeganglah dokumen anggran.

3. Wawancara dengan beberapa diwilayah Sumatera Utara( Masyarakat Medan)


 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Khairul Badriah,SE selaku
Masyarakat Jalan Ismailiah No.86 Kecamatan Medan Area. Beliau mengatakan
bahwasannya dalam Program yang dilakukan Komisi E DPRD SUMUT untuk
meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara selama ini
pengawasan yang dilaksanakan seperti reses yang menerima dan meminta masukkan atas
saran dan aspirasi oleh masyarakat dengan waktu yang biasanya tidak tepat berada di lokasi
20
yang sama dengan berlangsung dilaksanakan pada bulan, jam sampai dengan tahun
dilaksanakan sekali dalam setahun.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ahmah Juwaini Prasetia
Nasution,SM selaku Masyarakat Jalan Kamboja 4 No.29 Kecamatan Medan Helvetia,
Helvetia. Beliau mengatakan bahwasannya program yang dilakukan Komisi E DPRD
SUMUT untuk meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara ini
sudah ada khususnya bisa dilihat dari Program-program yang dilakukan seperti:
 Bidang pendidikan : Reses, datangnya komisi E ke salah satu sekolah di SMA
Helvetia melalui situasi sarana dan prasarana, Melakukan sosialisasi pendidikan
dini dan aspirasi pelayanan masyarakat .
 Bidang Kesehatan : Bekerjasama dengan dinas kesehatan untuk bersosialisasi
langsung tentang bahaya penyakit menular HIV/AIDS, Gender, dan melihat sarana
dan prasarana seperti puskesmas dan lainnya Tetapi proses sosialisasi dan
pemecahan masalah yang dilakukan atas Tugas Pokok dan Fungsi oleh anggota
DPRD Komisi E masih belum dikatakan maksimal oleh masyarakat di Kota Medan.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Khairul Badriah,SE selaku
Masyarakat Jalan Ismailiah No.86 Kecamatan Medan Area. Beliau mengatakan
bahwasannya dalam Pembangunan yang di inginkan untuk meningkatkan Kesejahteraan
Sosial di Sumatera Utara ini khusunya Pendidikan dan Kesehatan. Terutama Kesehatan,
contohnya ada program BPJS yang pelaksanaanya di lapangan banyak yang terkendala
karna tidak sesuai apa yang diharapkan oleh masyarakat. Selanjutnya penyakit-penyakit
tertentu yang tidak di cover, sementara hal itu menyentuh pada kepentingan masyarakat.
Seharusnya tidak memilah milih terhadap penyakit apa saja yang dialami masyarakat,
khusunya masyarakat menengah ke bawah. Dengan adanya kartu BPJS harusnya dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan berperan sebagaimana mestinya.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ahmah Juwaini Prasetia
Nasution SM selaku Masyarakat Jalan Kamboja 4 No.29 Kecamatan Medan Helvetia,
Helvetia Tengah. Beliau mengatakan bahwasannya dalam Pembangunan yang di inginkan
untuk meningkatkan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara ini dengan memberi fasilitas
pendidikan yang baik. baik dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah atas. Kemudian mengharapkan kesehatankesehatan juga ditingkatkan seperti
kinerja puskesmas-puskemas yang ada lebih ditingkatkan di Sumatera Utara.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Khairul Badriah,SE selaku
Masyarakat Jalan Ismailiah No.86 Kecamatan Medan Area. Beliau mengatakan
bahwasannya Pengawasan Program yang dilakukan Komisi E dalam pengawasan
Programnya Tidak mengetahui, karena yang menjalankan program tersebut pemerintah dan
yang mengawasi DPRD. Tidak bisa melihat secara langsung kapan dan bagaimana anggota
DPRD ini turun kelapangan dalam menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya. Mungkin ada
di lokasi-lokasi atau sekolah-sekolah tertentu.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ahmah Juwaini Prasetia
Nasution SM selaku Masyarakat Jalan Kamboja 4 No.29 Kecamatan Medan Helvetia,
Helvetia Tengah. Beliau mengatakan bahwasannya Pengawasan Program yang dilakukan
Komisi E dalam pengawasan Programnya kurang disaat contoling karena bisa dilihat di
Sumatera Utara ini masih banyak masalah. Seperti masalah pendidikan masih banyak anak-
anak yang tidak sekolah hingga bekerja di usia dini, kesehatan yang sulit masyarakat untuk
mendapatkan fasilitas yang baik.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Khairul Badriah,SE selaku
Masyarakat Jalan Ismailiah No.86 Kecamatan Medan Area. Beliau mengatakan
bahwasannya Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan
Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara ini salah satunya dengan

21
menggabungkan aspek sosial dan aspek ekonomi. Maka dengan aspek ini pembangunan
sosial sebagai suatu proses perubahan sosial yang dirancang untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ahmah Juwaini Prasetia
Nasution SM selaku Masyarakat Jalan Kamboja 4 No.29 Kecamatan Medan Helvetia,
Helvetia Tengah. Beliau mengatakan bahwasannya Pemberdayaan masyarakar untuk
meningkatkan Pembangunan Ksejahteraan Sosial di Sumatera ini seperti yang di contohkan
dengan pendidikan karena apabila masalah pendidikan sudah baik maka lebih mudah
masyarakat untuk dapat bekerja karena mempunyai ilmu yang cukup. Hal tersebut dapat
meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara menjadi meningkat
dan keburukan-keburukan seperti tindakan kiminal berkurang ketika Pendidikan,
Kesehatan-kesehatan sudah bagus, dan lapangan Pekerjaan juga terjamin di Sumatera
Utara.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Khairul Badriah,SE selaku
Masyarakat Jalan Ismailiah No.86 Kecamatan Medan Area. Beliau mengatakan
bahwasannya bentuk Pasrtisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial di Sumatera
Utara dengan mempunyai kesadaran akan tanggungjawab atas kondisi di lingkungan
sekitar, Merubah pola pikir agar lebih mandiri dalam kehidupan dan tidak hanya
bergantung pada bantuan pemerintah serta inisiatif dalam kondisi memperbaiki kualitas
kehidupannya.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ahmah Juwaini Prasetia
Nasution SM selaku Masyarakat Jalan Kamboja 4 No.29 Kecamatan Medan Helvetia,
Helvetia Tengah. Beliau mengatakan bahwasannya bentuk Partisipasi yang dilakukan
untuk meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara ini yang paling
utama dengan meningkatkan pendidikan, melalui sosialisasi untuk mengajak masyarakat
Sumatera Utara degan bekerjasama dalam membangunan Kesejahteraan Sosialnya masing-
masig dengan memiliki soft skill.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Khairul Badriah,SE selaku
Masyarakat Jalan Ismailiah No.86 Kecamatan Medan Area. Beliau mengatakan
bahwasannya yang diharapkan untuk meningkatkan Kesejahteraan Sosial di Sumatera
Utara ini terhadap pemerintah lebih memperhatikan atau lebih peduli karena kurang
maksimal dan tidak seperti yang diharapkan. Contohnya masalah pendidikan, artinya masih
ada kutipan-kutipan diluar dari ketentuan yang ada. Seperti masalah kesehatan, seperti di
Puskesmas-puskesmas setempat minimnya obat-obat yang tersedia.
 Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Ahmah Juwaini Prasetia
Nasution SM selaku Masyarakat Jalan Kamboja 4 No.29 Kecamatan Medan Helvetia,
Helvetia Tengah. Beliau mengatakan bahwasannya harapan untuk meningkatkan
Kesejahteraan Sosial di Sumatera Utara ini yaitu memiliki kesadaran untuk merubah suatu
hal yang tidak baik menjadi baik. Kemudian bisa menjadi subjek dan objek untuk
pembanguna kesejahteraan itu sendiri. Dengan menjadi subjek pembangunan dituntun agar
melakukan pembangunan sebagai kewajiban yang harus dilakukan. Sedangkan objek
Pembangunan, agar menjadi pelaksana pembangunan sebagai pemberian upah dari
tanggung jawabnya kemudian harus mengikuti ketentuan yang diberikan.
 Wawancara kepada Anggota Partai Politik Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan Bapak Eka Nisa Hendrawan salah satu Anggota Partai Golkar Kota
Medan.Beliau mengatakan bahwas Ada Anggota Partai Golkar yang menduduki sebagai
Anggota Dewan di Komisi E DPRD SUMUT yaitu Bapak H. Syamsul Bahri Batubara, SH
dan Bapak H. A Yasir Ridho Loebis, SH, ST, MSP Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dengan Bapak Bapak Eka Nisa Hendrawan salah satu Anggota Partai
Golkar Kota Medan.Beliau mengatakan bahwa saran yang dilakukan Partai dalam

22
meningkatkan kesejahteraan sosial di Sumatera Utara yang pertama semakin tingginya
kesadaran bermasyarakatt, berbangsa dan bernegara.Kedua semakin terbukanya akal dan
pikiran untuk memperjuangkan haknya. Ketiga semakin meningkatnya kemampuan untuk
menentukan pilihan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Keempat semakin meningkatnya
kemampuan untuk mengatasi persoalan seiring dengan semakin tingginya tingkat
pendidikan yang ditunjang oleh kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan yang
Kelima semakin kritis dan terbukanya masyarakat terhadap ide baru. Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Bapak Eka Nisa Hendrawan salah satu
Anggota Partai Golkar Kota Medan.Beliau mengatakan bahwa partai harapkan terhadap
Komisi E dalam meningkatkan Pembangunan Kesejahteraan Sosial Peningkatan Kinerja
Komisi E dalambidangnya untuk terjun secara langsung ke lapangan atau ke masyarakat
seperti yang dilakukan anggota dewan DPRD dalam masa reses.Dalam masa reses
tersebutlah peningkatan untuk mengetahui aspirasi masyarakat tersebut dalam kekurangan
dan kebutuhan masyarakat, terutama untuk dapil mereka masing-masing yang telah mereka
janjikan.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
23
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang
berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah wilayah provinsi atau daerah
kabupaten/kota di Indonesia. Adapun tugas dan wewenang DPRD adalah:
1. Membentuk peraturan bersama kepala daerah
2. Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran dan
belanja daerah (APBD) yang di ajukan oleh kepala daerah
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD

Adapun Fungsi dari DPRD adalah sebagai berikut :

1. Legislasi, yaitu berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah atau perundang-undangan.


2. Pengawasan, DPRD memiliki kewenangan untuk mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan
lainnya srta kebijakan pemerintah daerah.
3. Penganggaran, yaitu kewenangan dalam mengatur anggaran daerah (APBD).

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk anggota DPRD SUMUT adalah lebih bermasyarakat
dan menerima secara langsung aspirasi yang di sampaikan oleh masyarakat agar tidak adalagi
kesalah paham antara kinerja anggota DPRD dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org

https://dprd.bangkabaratkab.go.id

24
LAMPIRAN

25
26

Anda mungkin juga menyukai