Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Ekologi dan Pemetaan ini
yaitu Makalah “Pertumbuhan Penduduk Kota Medan” dengan tepat waktu.
Dalam penyelesaian makalah ini saya banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, kami juga menyadari bahwa kelancaran penyusunan tugas ini tidak lain
berkat bantuan semua rekan sehingga kendala dan hambatan dapat kami hadapi dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing. Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penyusun memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan
pembuatan tugas selanjutnya. Akhir kata penyusun kami ucapkan terima kasih semoga
bermanfaat dan dapat menambah wawasan atau pengetahuan bagi pembaca.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mendapat jawaban mengenai Apa saja dasar
hukum dalam penyusunan dan penyampaian LKPJ ke DPRD, Bagaimana kondisi geografis
kota Medan di tahun 2006, Bagaimana kondisi demografis kota Medan di tahun 2006,
Bagaimana kondisi social ekonomi kota Medan di tahun 2006.
1.4 Manfaat
Berdasarkan masalah dan tujuan diatas, maka manfaat yang diharapkan dari makalah
ini adalah :
a. Dapat mengetahui dasar hukum dalam penyusunan dan penyampaian LKPJ ke
DPRD?
b. Dapat mengetahui kondisi geografis kota Medan di tahun 2006?
c. Dapat mengetahui kondisi demografis kota Medan di tahun 2006?
d. Dapat mengetahui kondisi social ekonomi kota Medan di tahun 2006?
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
2) Undang - Undang Drt Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kota-kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara, jo.Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 tentang Perluasan Daerah Kotamadya Medan;
3) Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2005 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang;
4) Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
Informasi Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;
6) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pokok - Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
7) Peraturan Walikota Medan Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Kota Medan tahun 2006 - 2010;
8) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun 2006.
9) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (P.APBD) Kota Medan Tahun 2006.
2.2 Gambaran Umum Kota Medan
Deskripsi atau gambaran umum Kota Medan dipandang perlu dalam LKPJ akhir tahun
anggaran 2006 ini, paling tidak untuk 2 (dua) hal pokok yaitu :
A. Kondisi Geografis
Dilihat dari segi geografis, Kota Medan terletak antara : 2º.27’ - 2º.47’ Lintang
Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar
atau 265,10 Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Propinsi Sumatera
Utara. Oleh karena itu, selain memiliki modal dasar pembangunan dengan jumlah
penduduk dan letak geografis serta peranan regional yang relatif besar, Kota Medan
juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian daya dukung lingkungan.
Luas Kota Medan dapat dikatakan relatif kecil dibandingkan dengan luasan
beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Keterbatasan ruang lebih dirasakan karena
bentuk wilayah administratif Kota Medan yang sangat ramping di tengah, sehingga
secara alami dapat menghambat pengembangan perkotaan ke wilayah utara,
khususnya di bidang penyediaan sarana prasarana kota. Kondisi tersebut juga
menyebabkan kurang seimbang dan terintegrasinya ruang kota di Bagian Utara
dengan Bagian Selatan. Namun demikian, sebagai salah satu pusat perekonomian
regional terpenting di pulau Sumatera dan salah satu dari tiga Kota Metropolitan
terbesar di Indonesia, Kota Medan memiliki posisi dan kedudukan strategis sebagai
pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan barang dan jasa domestik secara
regional/internasional di kawasan barat Indonesia.
Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
Kondisi klimatologi Kota Medan menurut Stasiun BMG Sampali suhu
minimum berkisar antara 23,30 C – 24,10 C dan suhu maksimum berkisar antara
31,00 C – 31,10 C . Kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 84
– 58 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0.48 m/sec sedangkan rata-rata total laju
penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2003 rata-
rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 299,5 mm.
Berdasarkan ketentuan perundang – undangan, administrasi Kota Medan
dipimpin oleh Walikota/Wakil Walikota yang dipilih secara langsung. Kota Medan
saat ini terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan, yang terbagi atas 2.001
lingkungan seperti yang disajikan dalam Gambar dan Tabel berikut :
Sedangkan luas Kota Medan untuk tiap Kecamatan disajikan dalam table
berikut :
B. Kondisi Demografis
Ciri penting dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan serta plural, baik
dilihat dari pengelompokan agama, maupun adat istiadat, seni budaya dan suku. Hal
ini menjadikan karakter menonjol sebahagian besar penduduk Kota Medan adalah
bersifat “ terbuka “.
Di samping itu, ciri kependudukan Kota Medan juga menggambarkan berbagai
dinamika yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya
tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus
perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik
(commuters), juga mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa selama tahun 2004 – 2006
jumlah penduduk Kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 2,006
juta jiwa pada tahun 2004 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006. Demikian juga
kepadatan penduduk Kota Medan, meningkat dari 7.567 jiwa/Km2 pada tahun 2004
menjadi 7.798 jiwa/Km2 tahun 2006.
Faktor alami yang mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk
adalah tingkat kelahiran dan kematian, sedang faktor lainnya adalah disebabkan
meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota
Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang
menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : (1) bekerja
di kota lebih bergengsi (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) tidak ada lagi
yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang
lebih baik.
Walaupun selama periode 2004 – 2006, pertumbuhan penduduk Kota Medan
cenderung meningkat, tetapi pertambahannya relatif sedikit yaitu rata-rata 1,22% per
tahun. Agar pertambahan penduduk dapat ditekan menjadi relatif lebih kecil lagi,
upaya-upaya dan kebijakan pengendalian kelahiran, melalui program Keluarga
Berencana (KB) lebih ditingkatkan agar menjadikan angka kelahiran menurun.
Ciri lain kependudukan Kota Medan adalah besarnya arus commuters. Jumlah
penduduk Kota Medan pada siang hari diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, sedang
pada malam hari diperkirakan 2.067.288 jiwa. Hal ini berpengaruh terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara
keseluruhan.
C. Kondisi Sosial Ekonomi
Pembangunan selalu menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif. Oleh
karena itu diperlukan indikator sebagai tolok ukur kinerja pembangunan. Indikator
sosial ekonomi Kota Medan akan diuraikan melalui indikator-indikator ekonomi
maupun sosial yang dikenal dalam pembangunan.
1. Indikator Makro Pembangunan Kota
Indikator kinerja makro yang digunakan untuk mengukur capaian
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kota selama tahun 2006 di bagi
dalam dua bidang yaitu:
Indikator Kinerja Makro untuk bidang ekonomi.
Indikator Kinerja Makro untuk bidang kesejahteraan rakyat.
Salah satu indikator kinerja makro untuk bidang ekonomi yang sering
digunakan secara luas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
Kota Medan merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya
atau sering disebut dengan biaya antara) oleh berbagai unit produksi di wilayah
Kota Medan, dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut
dikelompokkan ke dalam sembilan lapangan usaha yaitu:
Bila diamati lebih rinci, maka pada tahun 2006 masing-masing sector
tersebut memberikan kontribusi sebesar 16,27 persen untuk sector industri
pengolahan, 25,92 persen dari sektor perdagangan/hotel/ restoran, 18,45
persen dari sektor pengangkutan dan telekomunikasi dan 13,64 persen dari
sektor keuangan/persewaan/jasa perusahaan.
Tahun 2004, peranan empat sektor utama ini dalam pembentukan PDRB
sebesar 75,17 persen, dengan rincian : sektor industri pengolahan sebesar
16,92 persen, sektor perdagangan/hotel/restoran sebesar 27,01 persen, sektor
pengangkutan/telekomunikasi sebesar 17,18 persen serta sektor
keuangan/persewaan/jasa perusahaan sebesar 14,06 persen.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
Sejalan dengan perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku, maka
PDRB atas dasar harga konstan 2000, selama periode 2004-2006 juga
mengidentifikasi peningkatan cukup berarti, yang menggambarkan
tumbuhnya sektor dan sub sektor produksi serta perdagangan barang dan jasa
secara riil.
Peningkatan PDRB atas dasar harga konstan ini rata-rata sebesar 7,38
persen/tahun atau dari Rp 23,62 trilyun tahun 2004, menjadi Rp 27,24 trilyun
tahun 2006. Berdasarkan data tabel tersebut di atas, juga diketahui bahwa
peningkatan PDRB secara riil terjadi hampir di seluruh lapangan usaha
sektoral. Terutama sektor perdagangan/hotel/restoran dan transportasi /
telekomunikasi menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Yakni
sektor perdagangan/hotel/restoran dari 6,20 triliyun pada tahun 2004 menjadi
7,27 triliyun pada tahun 2006. Sedangkan sector transportasi/telekomunikasi,
dari 4,31 triliyun pada tahun 2004 menjadi 5,26 triliyun pada tahun 2006.
Pertumbuhan Ekonomi
PDRB Perkapita
Sesuai dengan kecenderungan ekonomi terbuka pada saat ini dan masa
yang akan datang, sekaligus untuk mendapatkan keunggulan kompetitif,
maka dapat dipastikan setiap daerah cenderung hanya akan menghasilkan
produk-produk yang memiliki keunggulan kompetitif baik dilihat dari sisi
kualitas maupun harga. Oleh sebab itu, kebutuhan akan produk-produk yang
tidak dihasilkan sendiri biasanya akan didatangkan dari luar atau impor.
Investasi
Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan utama berinvestasi di Kota
Medan pada tahun 2006 adalah sektor perdagangan sebesar 1,35 triliyun
Rupiah pertahunnya, kemudian disusul sektor industry pengolahan sebesar
942,63 milyar Rupiah pertahun, sektor listrik, gas dan air sebesar 919,51
milyar Rupiah pertahun dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
814,26 milyar Rupiah pertahun.
Kemiskinan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Deskripsi atau gambaran umum Kota Medan dipandang perlu dalam LKPJ akhir tahun
anggaran 2006 ini, paling tidak untuk 2 (dua) hal pokok yaitu: Sebagai dasar untuk
mengamati hubungan – hubungan lingkungan stratejik Kota Medan dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah selama tahun 2006, menjelaskan kinerja makro pembangunan kota
selama tahun 2006, secara sosial ekonomi.
Dilihat dari segi geografis, Kota Medan terletak antara : 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara
dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10
Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Ciri penting
dari penduduk Kota Medan adalah kemajemukan serta plural, baik dilihat dari
pengelompokan agama, maupun adat istiadat, seni budaya dan suku. Hal ini menjadikan
karakter menonjol sebahagian besar penduduk Kota Medan adalah bersifat “ terbuka “.
3.2 Saran
Kita sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah kota Medan harus mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan penduduk melalui berbagai sudut pandang, apalagi kita
sebagai mahasiswa geografi sangat memerluka data – data pertumbuhan penduduk kota
Medan ataupun daerah lain sebagai bahan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA