Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SISTEM ADMINISTRASI NEGARA

“PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH”

Disusun Oleh:
Kelompok 8
Iznoor 2101020015
Rahmataini 2101020400
Fikri Khaliq 2101020333
Rahmat Sya’ban 2101020338
Muhammad Alhamim 2101020368
Muhammad Fahriyadi 2101020298
Muhammad Helmi Rahman 2101020047

KELAS NON REGULER BANJARMASIN

Dosen Pengampu:
Norsanti S.Sos, M.AP

KELAS A NON REGULER BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-
BANJARI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur marilah kita panjatakan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan yang luar biasa sehingga makalah ini dapat selesai
tepat waktu. Makalah SISTEM ADMINISTRASI NEGARA ini yang membahas
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Administrasi Negara guna menambah
wawasan dan pengetahuan kita bersama terkait pemahaman tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Mengingat makalah ini berisi salah satu dari sekian materi Sistem
Administrasi Negara maka penulis menyusun makalah dengan sebaik mungkin
menggunakan bahasa yang sederhana sehingga para pembaca dapat dengan
mudah mengerti terkait materi kali ini. Makalah ini berisikan materi tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang di dapat dari berbagai sumber yang ada.
Sehingga bahasan isi materinya tidak jauh berbeda dari yang lain. Hanya saja isi
dari makalah ini berisikan bagian-bagian yang dianggap penulis penting, sehingga
mudah untuk dipahami atau dimengerti para pembaca.
Penulis menyadari dalam penulisan atau penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, memiliki kelemahan dan kekurangan. Untuk itu penulis
sangat amat berharap saran atau masukan dan kritik yang sifatnya membangun
dari para pembaca, agar penulis dapat memperbaiki makalah yang akan datang.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi para
pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantuk penulisan dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen
pengampu ibu Norsanti S.Sos, M.AP karena telah memberikan sedikit pemaparan
materi terkait pembahasan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaiku Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjarmasin, 30 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Definisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.....................................3
2.2 Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.........................4
2.3 Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.......................................5
2.4 Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah..................................6
2.5 Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah..........................7
2.6 Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah..........................................8
2.7 Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah...........................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................11
3.2 Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pengadaan barang/jasa pemerintah yang efektif sangat penting
dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Sistem pengadaan yang buruk mengakibatkan biaya-biaya tinggi bagi
pemerintah maupun masyarakat. Sistem yang demikian mengakibatkan
terhambatnya pelaksanaan proyek yang selanjutnya memperbesar
biaya,menghasilkan kinerja proyek yang buruk dan menunda manfaat
proyek bagi masyarakat. Ketidakberesan sistem pengadaan juga membuka
peluang korupsi, menimbulkan banyak protes dan kecurigaan terhadap
integritas proses pengadaan.
Dalam suatu instansi pemerintah atau perusahaan swasta pengadaan
barang/jasa sangat mempengaruhi proses jalannya suatu instansi swasta
maupun pemerintah dan keberhasilan suatu perusahaan. Untuk mendapatkan
suatu barang atau jasa hasil yang maksimal harus melalui pengadaan barang
terlebih dahulu. Keputusan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa pemerintah pengganti Keputusan Presiden yang lama yaitu
Keputusan Presiden No 8 Tahun 2006 tentang pedoman tata cara pengadaan
barang/jasa pemerintah, merupakan upaya untuk membangun kembali
landasan implementasi kebijakan pengadaan barang pemerintah sebagai
untuk meningkatkan efisiensi, semangat berkompetisi serta pemberdayaan
masyarakat yang profesional.
Dalam suatu instansi baik di pemerintahan atau swasta pasti memiliki
harta kekayaan yang berupa barang-barang inventaris. Barang yang
digunakan untuk menyelesaikan dan menunjang pekerjaan yang ada di
dalam suatu instansi atau lembaga tersebut.
Pada hakekatnya setiap instansi menghendaki tercapainya tujuan dan
sasaran yang telah digariskan secara efektif dan efisien. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut mutlak diperlukan adanya administrasi
perbekalan yang didalamnya terdapat beberapa fungsi untuk dilaksanakan
secara baik dan saling berkaitan.
Untuk memenuhi inventarisnya instansi negeri atau pemerintah dibiayai
oleh negara yang diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah atau
Anggaran Pendapatan Belanja Negara, karena hal tersebut diatur guna
tercapainya efisiensi dan efektifitas. Pengadaan merupakan salah satu fungsi
perbekalan yang mencakup kegiatan pembelian barang bekal yang
ditentukan, sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, serta penyerahan dari
barang dimana dan kapan yang disesuaikan dengan ketentuan – ketentuan
yang berlaku.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Dimaksud Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?
2. Apa Saja Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?
3. Apa Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?
4. Bagaimana Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?
5. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?
6. Bagaimana Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah?
7. Apa saja aspek hukum pengadaan barang/Jasa pemerintah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut dibiayai dengan APBN/APBD,
baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh Penyedia barang/jasa.
Pada dasarnya, pengadaan barang/jasa pemerintah sama dengan
pengadaan barang/jasa di lingkungan swasta. Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah adalah tata-cara yang dilakukan oleh suatu
departemen/lembaga/instansi (pihak pengguna) untuk mendapatkan
barang/jasa yang telah direncanakan, dengan menggunakan metode dan
proses tertentu, seperti pembelian langsung, pelelangan terbatas, pelelangan
terbuka, pemilihan langsung, atau penunjukkan langsung. Hasil proses
pengadaan dituangkan dalam kesepakatan tertulis (kontrak) yang disetujui
oleh dua belah pihak (pihak pengguna dan pihak penyedia), yang meliputi
kesepakatan harga, waktu, spesifikasi barang/jasa, waktu
penyelesaian/penyerahan, jaminan kualitas, jaminan purna jual, jaminan
perawatan/pemeliharaan dalam waktu tertentu, dan kesepakatan-kesepakatan
lainnya yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan barang/jasa yang
diadakan.
Definisi pengadaan barang/jasa dalam Keppres No. 80/Tahun
2003,menjelaskan 2 (dua) aspek, yaitu asal pembiayaan atau sumber dana
dan pelaku proses pengadaan barang/jasa . Dalam hal sumber pendanaan,
definsi tersebut menyatakan bahwa sumber dana yang dipergunakan untuk
pengadaaan pemerintah berasal dari APBN/APBD.
Perihal sumber pendanaan, definisi tersebut menyatakan bahwa yang
dimaksud pengadaan barang/jasa pemerintah adalah pengadaan barang/jasa
yang dibiayai dengan APBN/APBD. Definisi ini perlu penjelasan lebih
lanjut. Yang dimaksud dengan dibiayai APBN/APBD tersebut bagaimana ?
Apakah pengadaan barang/jasa hanya merupakan belanja (expenditure) yang
dananya sudah diterima di dalam penerimaan (revenue) APBN/APBD.
Apabila sumber pendanaan yang dimaksud merupakan dana yang sudah
dialokasikan dalam APBN/APD, Maka, ini berarti sumber pendanaan di luar
APBN/APBD, meskipun dilaksanakan oleh instansi milik pemerintah,
seperti: konsesi (BOT, BOO 1 , dll), pengadaan dengan dana anggaran
perusahaan/entitas yang dimiliki pemerintah (BUMN, BUMD, BHMN 2 ),
sepanjang sebagian atau seluruhnya tidak mempergunakan dana
APBN/APBD, tidak termasuk yang diatur dengan Keppres No. 80/Tahun
2003.
Sedangkan untuk pelaku pengadaan, Keppres No. 80/Tahun 2003 hanya
mendefinisikan cara pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara, yaitu : dilakukan sendiri oleh instansi bersangkutan,
atau dilakukan oleh pihak luar (penyedia barang/jasa). Artinya, pihak
pengguna barang/jasa, harus menentukan sebelumnya dan dicantumkan
dalam dokumen anggaran, pilihan antara pengadaan barang/jasa dilakukan
sendiri (swakelola) atau pengadaannya dilaksanakan oleh pihak ketiga
(kontraktor, pemasok, konsultan). Keppres No. 80/Tahun 2003 memberikan
arahan tentang pekerjaan yang pengadaannya mempergunakan swakelola
maupun pihak ketiga.
Definisi pengadaan barang/jasa yang tercantum dalam Keppres No.
80/Tahun 2003 agak sedikit sempit, karena, pertama, definisi tersebut tidak
memberikan gambaran mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam proses pengadaan barang/jasa. Kedua, definisi tersebut juga tidak
memberikan gambaran tentang hal-hal yang perlu dilakukan perikatannya
(kontrak) dalam proses pengadaan barang/jasa antara dua pihak yang terlibat
(pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa). Ketiga, definisi tersebut
hanya mengatur pengadaan barang/jasa yang mempergunakan sebagian atau
seluruhnya berasal dari APBN/APBD. Padahal, banyak aktivitas pengadaan
yang mempengaruhi pendapatan (revenue) APBN secara langsung, maupun
yang berpengaruh terhadap tingkat dan kualitas layanan pemerintah, tidak
tunduk kepada Keppres No. 80/Tahun 2003.

2.2 Ruang Lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Ruang lingkup pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi:
 Barang.
 Pekerjaan kontruksi.
 Jasa konsultansi
 Jasa lainnya.
Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud ,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.
Pekerjaan kontruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan
pembagunan kembali suatu bangunan.
Jasa konsultasi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya
olah pikir.
Jasa lainnya adalah jasa non konsultansi atau jasa yang membutuhkan
peralatan, metodelogi khusus, dan atau keterampilan dalam suatu sistem tata
kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu.

2.3 Tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Pengaturan kegiatan pengadaan barang/jasa oleh pemerintah harus
memperhatikan asas manfaat sebesar-besarnya dari uang yang dikeluarkan
atau memiliki value of money yang tinggi sehingga bisa memberikan barang
atau jasa yang baik dipandang dari segi waktu, biaya, kualitas, jumlah dan
lain sebagainya.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
mensukseskan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pelayanan
publik baik pusat maupun daerah. Adapun tujuan dalam sistem pengadaan
barang/jasa pemerintah berdasarkan Perpres No. 16 tahun 2018, yaitu:
 Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.
 Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri.
 Meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah.
 Meningkatkan peran pelaku usaha nasional.
 Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian.
 Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif.
 Mendorong pemerataan ekonomi.
 Mendorong pengadaan berkelanjutan.
Dengan ini, diharapkan pemerintah bisa mendapatkan barang/jasa
dengan kualitas terbaik, harga termurah, pengadaan paling cepat, keberadaan
barang paling mudah dijangkau dan berasal dari penyedia barang dan jasa
yang bonafit dan lain sebagainya. Untuk memperoleh Barang/Jasa tersebut
berasal dari APBN/APBD yang dibelanjakan oleh K/L/PD tersebut, ketika
melaksanakan proses Pengadaan untuk Barang/Jasa tersebut maka dalam
memperoleh Barang/Jasa tersebut harus berdasarkan “Tujuan Pengadaan”
dalam Perpres PBJP.

2.4 Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah merupakan strategi dan
cara bagi Pemerintah agar Tujuan pengadaan dapat dicapai secara efektif,
adapun kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai berikut;
1) Meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan barang/jasa; adalah
upaya sistematis untuk meningkatkan kualitas dalam identifikasi
kebutuhan, kualitas penetapan barang/jasa, kualitas penentuan cara
pengadaan, kualitas penetapan jadwal dan kualitas penganggaran.
2) Melaksanakan pengadaan barang/jasa yang lebih transparan, terbuka,
dan kompetitif; adalah sebuah upaya untuk memanfaatkan kemajuan
ilmu dan teknologi seperti penggunaan spse, sirup, e-katalog dan sikap
3) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia
pengadaan barang/jasa; adalah upaya untuk membentuk ukpbj yang
struktural dan permanen, bebas intervensi, yang diisi dengan sdm
pengadaan yang profesional dan tingkat kompetensi yang terstandarisasi.
4) Mengembangkan e-marketplace pengadaan barang/jasa; adalah upaya
mengembangkan pasar elektronik berupa katalog elektronik ( nasional,
sektoral dan lokal), toko dalam jaringan (daring) dan pemilihan penyedia
(e-tendering/e-selection).
5) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi
elektronik; adalah upaya agar k/l/pd dapat melaksanakan fungsi
pelayanan pengadaan secara elektronik (lpse) sehingga pengadaan dapat
dilaksanakan secara efisien dan efektif serta berkembangnya
perekonomian nasional dengan mengembangkan e-marketplace.
6) Mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan standar nasional
indonesia (sni); adalah upaya memaksimalkan penggunaan penggunaan
barang/jasa hasil produksi dalam negeri, dengan mempertimbangkan
tkdn dan nilai bmp serta pemberian preferensi harga, membatasi
penggunaan barang import kecuali barang tersebut belum dapat
diproduksi di dalam negeri dan volume produksi dalam negeri tidak
mampu memenuhi kebutuhan.
7) Memberikan kesempatan kepada usaha mikro, usaha kecil, dan usaha
menengah; adalah upaya untuk menetapkan sebanyak-banyak paket
untuk usaha kecil, nilai paket pengadaan b/pk/jl paling banyak 2,5 m
dicadangkan dan peruntukannya bagi usaha kecil kecuali untuk paket
pekerjaan yang menuntut kemampuan teknis yang tidak dapat dipenuhi
oleh usaha kecil.
8) Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; adalah upaya
untuk mendorong terselenggaranya penelitian sesuai dengan kebutuhan
kerja penelitian sehingga diberikan kewenangan pengaturan secara
tersendiri melalui peraturan menteri yang menangani urusan riset dan
teknologi serta mengintegrasikan aset dan potensi industri kreatif,
terciptanya inovasi dan kesadaran yang kreatif yang berbasis industri,
serta apreasiasi terhadap industri kreatif termasuk haki.
9) Melaksanakan pengadaan berkelanjutan; adalah upaya untuk mencapai
nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomi tidak hanya bagi
k/l/pd sebagai penggunanya tetapi juga untuk masyarakat serta secara
signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam
keseluruhan siklus penggunaannya.

2.5 Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Sebuah landasan keyakinan yang menjadi acuan bagi tindakan dan
pedoman bagi pengaturan dan pelaksanaan pengadaan, prinsip pengadaan
juga diterjemahkan kedalam regulasi, prosedur dan tata cara pengadaan serta
menentukan bagaimana pengadaan itu dikelola (managed). Pengadaan
barang/jasa pemerintah menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut;
1) Efisien; berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas
dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan
2) Efektif; berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan
dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya
3) Transparan; berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan
Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia
Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya
4) Terbuka; berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua
Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas
5) Bersaing; berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa
yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh
Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi
yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan
Barang/Jasa
6) Adil; berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan
kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional
7) Akuntabel; berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait
dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan

2.6 Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Merupakan standar dan pedoman prilaku bagi para pelaku yang terlibat
dalam pengadaan dalam melaksanakan proses pengadaan. Adapun Etika
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah sebagai berikut;
1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa;
2) Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah
penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;
3) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat;
4) Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
5) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak
yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa;
6) Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan
negara;
7) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi;
dan
8) Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari
atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan
Pengadaan Barang/Jasa.
2.7 Aspek Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Pengaturan pengadaan barang/jasa pemerintah maka diperlukan
pengaturan hukum yang jelas dan mampu memenuhi perkembangan pasar,
sehingga prinsip kepastian hukum diperoleh oleh para pihak yang terlibat
dalam proses pengadaan tersebut. Pengadaan barang dan jasa pemerintah
baik berdasarkan hukum nasional maupun hukum internasional harus
berdasarkan persaingan sehat, transparansi, efisiensi dan nondiskriminasi.
Adapun bidang hukum yang terkait dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah adalah:
1. Hukum Administrasi Negara
Dalam menemukan pengertian yang baik mengenai hukum administrasi
negara, pertama-tama harus ditetapkan bahwa hukum administrasi negara
merupakan bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur tindakan
pemerintah dan mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negara
atau hubungan antar organ pemerintahan. HAN memuat keseluruhan
peraturan yang berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan
melaksanakan tugasnya. Jadi hukum administ rasi negara berisi aturan main
yang berkenaan dengan fungsi organ-organ pemerintahan. Berkenaan
dengan hal tersebut di atas, secara garis besar hukum administrasi negara
mencakup:
1) perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik;
2) Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang
publik tersebut);
3) Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan
kewenangan pemerintahan; dan
4) Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang
pemerintahan.
Keputusan pengguna barang merupakan keputusan pejabat negara/
daerah, apabila terjadi sengketa tata usaha negara, pihak yang dirugikan
(penyedia barang dan jasa atau masyarakat) akibat dikeluarkan Keputusan
TUN apabila tidak ditemukan upaya penyelesaiannya, dapat mengajukan
keberatan kepada instansi yang mengeluarkan keputusan tersebut. Subjek
hukum baik orang perorangan maupun subjek hukum perdata dapat
mengajukan gugatan pembatalan secara tertulis melalui PTUN dengan atau
tanpa disertai tuntutan ganti rugi atau rehabilitasi, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
2. Hukum Perdata
Hukum perdata dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur
hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum lainnya di bidang
keperdataan. Keperdataan dimaksudkan adalah lalu lintas hukum yang
berhubungan antara individu dengan individu lain, seperti hubungan hukum
dengan keluarga, perjanjian antara subjek hukum, termasuk hubungan
hukum di bidang pewarisan. Terkait dengan pengadaan barang dan jasa,
hukum perdata mengatur hubungan hukum antara Pengguna dan Penyedia
Barang/jasa sejak penandatangan kontrak sampai berakhir/selesainya
kontrak sesuai dengan isi kontrak. Hubungan hukum antara pengguna dan
penyedia terjadi pada proses penandatanganan kontrak pengadaan barang
dan jasa sampai proses selesainya kontrak merupakan hubungan hukum
perdata khususnya hubungan kontraktual/perjanjian.
3. Hukum Pidana
Hukum pidana mengatur hubungan hukum antara penyedia dan
pengguna sejak tahap persiapan sampai selesainya kontrak pengadaan
barang dan jasa (serah terima). Mulai tahap persiapan sampai dengan serah
terima pekerjaan/ barang telah terjadi hubungan hukum, yaitu hubungan
hukum pidana. Hukum pidana (the criminal law), lazim disebut sebagai
hukum kriminal, karena persoalan yang diaturnya adalah mengenai
tindakan-tindakan terhadap kejahatan dan hal-hal yang berhubungan dengan
kejahatan dalam masyarakat. Sehubungan dengan pengadaan barang dan
jasa, ruang lingkup tindakan/perbuatan yang dilakukan baik pengguna
barang dan jasa maupun penyedia adalah segala perbuatan atau tindakan
yang melawan hukum. Artinya, bahwa tindakan/perbuatan dalam pengadaan
barang dan jasa tidak sesuai dengan peraturan perundangan mulai dari tahap
persiapan sampai selesai/berakhirnya kontrak. karena hukum pidana
merupakan hukum publik, ada kewajiban negara secara langsung untuk
melindungi segala hak dan kepentingan pengguna dan penyedia barang dan
jasa.Tinjauan hukum pidana dalam proses pengadaan barang/jasa
pemerintah adalah bahwa hukum pidana diterapkan kalau ada pelanggaran
pidana yang dilakukan oleh para pihak, baik pengguna maupun penyedia
barang dan jasa dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Hal ini sesuai dengan asas hukum pidana “green straf zonder schuld”,
tiada hukuman tanpa kesalahan. Tindak pidana dalam pengadaan barang dan
jasa pemerintah titik rawan penyimpangan terjadi pada tahap perencanaan
pengadaan, seperti adanya indikasi penggelembungan anggaran atau mark-
up, pelaksanaan pengadaan yang diarahkan, rekayasana penyatuan dan/atau
memecah-mecah dengan maksud Kolusi, Korupsi maupun Nepotisme yang
merugikan negara, Selain hal tersebut titik rawan tindak pidana lainnya juga
bisa terjadi pada tahap kualifikasi perusahaan, tahap evaluasi pengadaan,
tahap penandatangan kontrak, dan tahap penyerahan barang yang tidak
memenuhi syarat dan bermutu rendah yang dapat menimbulkan kerugian
negara. Di samping itu, Penyedia Barang dan jasa titik rawan tindak pidana
dapat terjadi pada tindak pemalsuan dokumen, ingkar janji untuk
melaksanakan pekerjaan (wanprestasi) sehingga terdapat unsur perbuatan
melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi negara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut dibiayai dengan APBN/APBD,
baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh Penyedia barang/jasa.
Tujuan, Kebijakan, Prinsip dan Etika Pengadaan Barang/Jasa saling
terkait satu dengan yang lainnya, sehingga hal tersebut harus sungguh-
sungguh merupakan landasan keyakinan dan cara berpikir para pelaku
pengadaan. Kita berharap dengan memegang erat Tujuan, Kebijakan, Prinsip
dan Etika Pengadaan Barang/Jasa dalam melakukan praktik pengadaan, kita
akan memberikan dan menghasilkan barang/jasa yang memiliki manfaat
maksimal (Value for money) bagi tujuan pengadaan dan tujuan organisasi.
Aspek hukum dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah berada pada
aspek hukum administrasi negara, hukum perdata, dan hukum pidana.
Dalam pengadaan barang dan jasa harus diterapkan asas-asas umum, baik
asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara,
seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas
maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practises (penerapan
kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara.

3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pengadaan
Barang Jasa Pemerintah untuk memastikan bahwa segala aktivitas dan
prosedur dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam
peraturan presiden nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang Jasa
Pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/60811/2/BAB_1.pdf
http://repository.unissula.ac.id/8509/5/BAB%20I_1.pdf
https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/36791/pemahaman-dasar-pengadaan-
barang-jasa#:~:text=PENGERTIAN%20PENGADAAN%20BARANG
%20DAN%20JASA%20PEMERINTAH&text=Pengadaan%20barang
%2Fjasa%20adalah%20kegiatan,kegiatan%20untuk%20memperoleh
%20barang%2Fjasa.
https://bpbjsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/21-apa-itu-
pengadaan-barang-dan-jasa
https://eprocurement-indonesia.com/pengertian-pengadaan-barang-dan-jasa/
http://saifoemk.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/Materi-3-Manpro.pdf
https://kap-suryanto.id/2018/07/09/ruang-lingkup-tujuan-kebijakan-prinsip-
dan-etika-pengadaan-barangjasa/
https://msyarif.id/tujuan-kebijakan-prinsip-dan-etika-pengadaan-barang-
jasa-pemerintah/
https://mediahukum/aspek-hukum-pengadaan-barang-jasa-pemerintah/

Anda mungkin juga menyukai