Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KECURANGAN PENGADAAN BARANG DAN JASA


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Digital Forensik
dan AuditInvestigatif
Dosen Pengampu : Achmad Badjuri, S.E., M.Si., Akt.

Disusun Oleh :
Kelompok 9

1. Lucky Nur Irmawan (20.05.52.0013)


2. Ardian Putra Pratama (20.05.52.0026)
3. Rahmatul Ulya (20.05.52.0030)
4. Adit Tri Noviantoro (20.05.52.0091)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok ini denganbaik dan tanpa kendala apapun.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen
pengajarBapak Achmad Bajuri, SE., M.Si, A.kt dan teman-teman seperjuangan.

Makalah berjudul “KECURANGAN PENGADAAN BARANG DAN JASA” ini


disusun untuk memenuhi tugas semester 6 mata kuliah Digital Forensik dan Audit Investigatif.
Pemilihan judul didasarkan pada materi yang sudah dibagikan kepada masing - masing
kdelompok.

Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Penulis juga menerima
kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan
berikutnya.

Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat
menjadi inspirasi bagi pembaca.

Semarang, 26 Mei 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah.........................................................................................................................
Tujuan Penyusunan.......................................................................................................................
Manfaat Penyusunan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Definisi Pengadaan Barang Dan Jasa...........................................................................................


Tujuan Adanya Pengadaan Barang Dan jasa ...............................................................................
Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa................................................................................
Manfaat Adanya Pengadaan Barang Dan Jasa.............................................................................
Dasar Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa..................................................................................
Mengapa Terjadi Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa........................................................
Bentu-Bentuk Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa.............................................................
Tahapan Dan Proses Pendahuluan Pengadaan Barang Dan Jasa..................................................
Kasus Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa..........................................................................

BAB III PENUTUP

Simpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Audit forensik merupakan pemeriksaan dan evaluasi catatan keuangan perusahaan atau
personal guna mendapatkan bukti pada saat di pengadilan atau saat proses hukum berlangsung.
Dalam rangka melakukan audit forensik, dibutuhkan prosedur akuntansi untuk mengaudit dan
pengetahuan ahli tentang hukum audit itu sendiri. Dalam hal ini, audit forensik mencakup berbagai
kegiatan investigasi yang kerap dilakukan untuk menuntut suatu pihak atas penipuan, penggelapan,
atau kejahatan yang berkaitan dengan keuangan lainnya.

Pengadaan barang dan jasa merujuk pada proses perolehan barang atau jasa oleh suatu
entitas, seperti perusahaan, organisasi pemerintah, atau lembaga lainnya. Pengadaan ini melibatkan
proses pemesanan, pembelian, atau kontrak dengan pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan dan
tujuan yang spesifik.

Pengadaan barang mencakup semua jenis barang fisik yang dibutuhkan, mulai dari
peralatan, bahan baku, produk jadi, hingga perlengkapan kantor. Sementara itu, pengadaan jasa
mencakup berbagai jenis layanan yang diperlukan, seperti jasa konsultasi, jasa konstruksi, jasa
perawatan, atau jasa profesional lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Pengadaan Barang Dan Jasa?
2. Apa Tujuan Adanya Pengadaan Barang Dan jasa?
3. Apa Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa?
4. Apa Manfaat Adanya Pengadaan Barang Dan Jasa?
5. Apa Dasar Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa?
6. Mengapa Terjadi Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa?
7. Apa Saja Bentu-Bentuk Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa?
8. Apa Hahapan Dan Proses Pendahuluan Pengadaan Barang Dan Jasa?
9. Apa Kasus Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Pengadaan Barang Dan Jasa
2. Mengetahui Tujuan Adanya Pengadaan Barang Dan jasa
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang Dan Jasa
4. Mengetahui Manfaat Adanya Pengadaan Barang Dan Jasa
5. Mengetahui Dasar Hukum Pengadaan Barang Dan Jasa
6. Mengetahui Mengapa Terjadi Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa
7. Mengetahui Apa saja Bentu-Bentuk Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa
8. Mengetahui Tahapan Dan Proses Pendahuluan Pengadaan Barang Dan Jasa
9. Melihat Contoh Kasus Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi pengadaan barjas

Barang adalah produk fisik yang bisa dibeli oleh pelanggan dengan harga
tertentu. Sedangkan jasa adalah fasilitas atau manfaat yang diberikan ke konsumen.
Barang adalah produk yang memiliki wujud fisik (bisa dilihat dan disentuh). Sedangkan
jasa adalah layanan atau fasilitas yang tidak memiliki wujud fisik.
Pengadaan barang/jasa (procurement) adalah adalah proses suatu organisasi
memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan internal dan/atau eksternal
organisasi.
Pengadaan barang dan jasa adalah suatu kegiatan untuk memperoleh barang atau
jasa yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh
kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa. Pengadaan barang dan jasa sendiri dapat
dibagi menjadi dua, yakni pengadaan barang dan jasa pada sektor pemerintah serta
pengadaan barang dan jasa swasta atau perusahaan.
Serta juga dibahas dalam KBBI, bahwa Pengadaan barang dan jasa berarti
tawaran untuk mengajukan harga serta memborong pekerjaan atas penyediaan barang
dan/jasa.
Pengadaaan barang/jasa pada sektor pemerintahan memiliki proses yang lebih
rumit dibandingkan dengan pengadaan barang/jasa pada sektor lainnya, hal ini
dikarenakan pembiayaannya berkaitan dengan APBN atau APBD sehingga segala proses
yang terjadi harus dapat di pertanggungjawabkan dengan sejelas-jelasnya.
Sedangkan Pengadaan barang dan jasa pada sektor perusahaan atau swasta,
prosesnya lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan pada pengadaan barang/jasa
pemerintah. Pada pengadaan di sektor swasta, aturan-aturan pengadaan barang dan jasa
cenderung mengacu pada kebijakan instansi atau perusahaan masing-masing.

2.2 Tujuan adanya pengadaan barjas


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
mensukseskan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pelayanan publik baik
pusat maupun daerah. Adapun tujuan dalam sistem pengadaan barang/jasa pemerintah
berdasarkan Perpres No. 16 tahun 2018, yaitu:
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur
dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan penyedia.

2. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri.

3. Meningkatkan peran serta usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.

4. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional.

5. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian.

6. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif.

7. Mendorong pemerataan ekonomi.

8. Mendorong pengadaan berkelanjutan.

2.3 Prinsip – Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa


Dalam pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa baik pada sektor
pemerintah ataupun swasta (perusahaan) harus menganut nilai dasar ataupun prinsip-
prinsip dasar pengadaan barang dan jasa. Nilai dasar atau prinsip dasar tersebut berfungsi
sebagai pedoman atau landasan dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa.
Berikut adalah pedoman dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa :

1) EFISIEN
Efisien maksudnya adalah pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan istilah
lain, efisien artinya dengan menggunakan sumber daya yang optimal dapat diperoleh
barang/jasa dalam jumlah, kualitas, waktu sebagaimana yang direncanakan.
Istilah efisiensi dalam pelaksanaannya tidak selalu diwujudkan dengan
memperoleh harga barang/jasa yang termurah, karena di samping harga murah, perlu
dipertimbangkan ketersediaan suku cadang, panjang umur dari barang yang dibeli
serta besarnya biaya operasional dan biaya pemeliharaan yang harus disediakan di
kemudian hari.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar pengadaan barang/jasa supaya efisien


adalah:
 Penilaian kebutuhan, apakah suatu barang/jasa benar-benar diperlukan oleh suatu
instansi pemerintah;
 Penilaian metode pengadaan harus dilakukan secara tepat sesuai kondisi yang
ada. Kesalahan pemilihan metode pengadaan dapat mengakibatkan pemborosan
biaya dan waktu;
 Survey harga pasar sehingga dapat dihasilkan HPS (Harga Perkiraan Sendiri)
dengan harga yang wajar;
 Evaluasi dan penilaian terhadap seluruh penawaran dengan memilih nilai value
for money yang terbaik; dan
 Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa harus diterapkan prinsip-prinsip
dasar lainnya.

2) EFEKTIF
Kegiatan pengadaan harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan. Efektif
artinya dengan sumber daya yang tersedia diperoleh barang/jasa yang mempunyai
nilai manfaat setinggi-tingginya. Manfaat setinggi-tingginya dalam uraian di atas
dapat berupa:
 Kualitas terbaik;
 Penyerahan tepat waktu;
 Kuantiutas terpenuhi;
 Mampu bersinergi dengan barang/jasa lainnya; dan
 Terwujudnya dampak optimal terhadap keseluruhan pencapaian kebijakan atau
program.

3) TRANSPARAN

Adanya suatu keadaan dimana pihak-pihak yang terkait didalam kegiatan


pengadaan bisa melihat dengan jelas barang dan/jasa yang akan dibeli dan dapat
memantau proses lebih detail. Transparan adalah pemberian informasi yang lengkap
kepada seluruh calon peserta yang disampaikan melalui media informasi yang dapat
menjangkau seluas-luasnya dunia usaha yang diperkirakan akan ikut dalam proses
pengadaan barang/jasa. Setelah informasi didapatkan oleh seluruh calon peserta,
harus diberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan respon pengumuman
tersebut

Beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya Pengadaan Barang/Jasa transparan


adalah:

 Semua peraturan/kebijakan/aturan administrasi/prosedur dan praktek yang


dilakukan (termasuk pemilihan metoda pengadaan) harus transparan kepada
seluruh calon peserta;

 Peluang dan kesempatan untuk ikut serta dalam proses pengadaan barang/jasa
harus transparan;

 Seluruh persyaratan yang diperlukan oleh calon peserta untuk mempersiapkan


penawaran yang responsif harus dibuat transparan; dan

 Kriteria dan tata cara evaluasi, tata cara penentuan pemenang harus transparan
kepada seluruh calon peserta.

Sehingga dalam transparan harus ada kegiatan-kegiatan:

 Pengumuman yang luas dan terbuka;

 Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan


proposal/penawaran;

 Menginformasikan secara terbuka seluruh persyaratan yang harus


dipenuhi;

 Memberikan informasi yang lengkap tentang tata cara penilaian


penawaran.

Dengan demikian bahwa dalam transparan maka semua ketentuan dan


informasi mengenai pengadaan barang/jasa termasuk syarat teknis/administrasi
pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia
barang/jasa sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat
serta masyarakat luas pada umumnya.
4) TERBUKA dan BERSAING

Siapapun dapat mengikuti proses lelang yang berlangsung sebagai calon penyedia
dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Penentuan penyedia yang akan
dipilih ditentukan dengan persaingan lelang sehat antar penyedia.

Terbuka dan bersaing artinya pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia
barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang
sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

Persaingan sehat merupakan prinsip dasar yang paling pokok karena pada
dasarnya seluruh pengadaan barang dan jasa harus dilakukan berlandaskan
persaingan yang sehat. Beberapa persyaratan agar persaingan sehat dapat
diberlakukan:

 PBJ harus transparan dan dapat diakses oleh seluruh calon peserta;

 Kondisi yang memungkinkan masing-masing calon peserta mempu melakukan


evaluasi diri berkaitan dengan tingkat kompetitipnya serta peluang untuk
memenangkan persaingan;

 Dalam setiap tahapan dari proses pengadaan harus mendorong terjadinya


persaingan sehat;

 Pengelola Pengadaan Barang/Jasa harus secara aktif menghilangkan hal-hal yang


menghambat terjadinya persaingan yang sehat;

 Dihindarkan terjadinya conflict of interest; dan

 Ditegakkannya prinsip non diskriminatif secara ketat.

Prinsip terbuka adalah memberikan kesempatan kepada semua penyedia


barang/jasa yang kompeten untuk mengikuti pengadaan. Persaingan sehat dan
terbuka (open and efektive competition) adalah persaingan sehat akan dapat
diwujudkan apabila Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan terbuka bagi seluruh
calon penyedia barang/jasa yang mempunyai potensi untuk ikut dalam persaingan.
5) ADIL/TIDAK DISKRIMINATIF

Memberikan perlakuan yang sama terhadap semua calon penyedia tanpa menuju
untuk memberikan keuntungan pada pihak tertentu. Adil/tidak diskriminatif
maksudnya adalah pemberian perlakuan yang sama terhadap semua calon yang
berminat sehingga terwujud adanya persaingan yang sehat dan tidak mengarah untuk
memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan dan atau alasan apapun.

Hal-hal yang harus diperhatikan supaya pengadaan barang/jasa berlaku adil dan
tidak diskriminatif adalah:

 Memperlakukan seluruh peserta dengan adil dan tidak memihak;

 Menghilangkan conflict of interest pejabat pengelola dalam pengadaan


barang/jasa;

 Pejabat pengelola dalam pengadaan barang/jasa dilarang menerima hadiah,


fasilitas, keuntungan atau apapun yang patut diduga ada kaitannya dengan
pengadaan yang sedang dilakukan;

 Informasi yang diberikan harus akurat dan tidak boleh dimanfaatkan untuk
keperluan pribadi;

 Para petugas pengelola harus dibagi-bagi kewenangan dan tanggung jawabnya


melalui sistem manajemen internal (ada control dan supervisi); dan

 Adanya arsip dan pencatatan yang lengkap terhadap semua kegiatan.

6) AKUNTABEL

Kegiatan pengadaan dapat ditelusuri dari segi keuangan dengan jelas dan dapat
dipertanggung jawabkan pada berbagai pihak. Akuntabel berarti harus mencapai
sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa. Akuntabel merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa kepada para pihak yang
terkait dan masyarakat berdasarkan etika, norma dan ketentuan peraturan yang
berlaku.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga Pengadaan Barang/Jasa akuntabel


adalah:

 Adanya arsip dan pencatatan yang lengkap;

 Adanya suatu sistem pengawasan untuk menegakkan aturan-aturan;

 Adanya mekanisme untuk mengevaluasi, mereview, meneliti dan mengambil


tindakan terhadap protes dan keluhan yang dilakukan oleh peserta

2.4 Manfaat adanya barjas


Pengadaan barang dan jasa memiliki sejumlah manfaat penting, terutama dalam
konteks sektor pemerintah dan bisnis. Berikut ini adalah beberapa manfaat adanya
pengadaan barang dan jasa:

Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Sumber Daya: Pengadaan barang dan jasa
yang terorganisir dengan baik memungkinkan penggunaan sumber daya yang efisien.
Dengan melibatkan proses yang terstruktur, pengadaan memungkinkan pemerintah atau
bisnis untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dengan biaya dan waktu yang
optimal.
Peningkatan Layanan Publik: Di sektor pemerintah, pengadaan barang dan jasa
dapat mendukung penyediaan layanan publik yang lebih baik. Misalnya, pengadaan yang
tepat dapat memastikan tersedianya obat-obatan, peralatan medis, infrastruktur, atau
layanan teknologi informasi yang diperlukan untuk mendukung pelayanan kesehatan,
pendidikan, transportasi, dan sektor lainnya.
Stimulasi Ekonomi dan Pembangunan: Melalui pengadaan barang dan jasa,
pemerintah dan bisnis dapat memberikan stimulus bagi ekonomi lokal dan nasional.
Proyek konstruksi, pembelian peralatan, dan jasa konsultasi adalah beberapa contoh
pengadaan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Penciptaan Persaingan Sehat: Proses pengadaan yang terbuka dan adil
memungkinkan partisipasi pemasok yang berbeda, mendorong persaingan yang sehat. Hal
ini dapat memperbaiki kualitas barang dan jasa yang ditawarkan serta menawarkan harga
yang lebih baik. Persaingan yang sehat juga mendorong inovasi dan peningkatan kualitas
di pasar.
Transparansi dan Akuntabilitas: Pengadaan yang transparan dapat memastikan
akuntabilitas dan menghindari penyelewengan. Dengan melibatkan proses yang terbuka,
keputusan pengadaan dapat dipertanggungjawabkan secara publik, dan informasi tentang
proses tersebut dapat diakses oleh pemangku kepentingan yang relevan.
Perlindungan Hukum: Melalui pengadaan yang teratur dan sesuai dengan hukum,
entitas pemerintah dan bisnis dapat memperoleh perlindungan hukum dalam hal
pelaksanaan kontrak dan pemenuhan hak dan kewajiban.
Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial: Dalam pengadaan, ada semakin banyak
perhatian terhadap aspek keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Dengan memilih
pemasok yang memperhatikan praktik bisnis yang berkelanjutan, seperti ramah lingkungan
dan perlakuan yang adil terhadap pekerja, pengadaan dapat memberikan dampak positif
pada lingkungan dan masyarakat.
Pengadaan barang dan jasa memiliki peran penting dalam mendukung operasional
pemerintah dan bisnis yang efisien, serta memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

2.5 Dasar hukum pengadaan barjas


Dasar hukum pengadaan barang dan jasa dapat bervariasi dari satu negara ke
negara lainnya. Di Indonesia, dasar hukum pengadaan barang dan jasa di sektor
pemerintah terdapat dalam beberapa peraturan yang penting, antara lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja:


Merupakan undang-undang yang berisi sejumlah ketentuan mengenai reformasi perizinan
dan pengadaan barang dan jasa di Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik: Merupakan undang-undang yang mengatur hak masyarakat untuk
memperoleh informasi mengenai pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh instansi
pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah: Merupakan peraturan yang mengatur secara rinci proses
pengadaan barang dan jasa di sektor pemerintah, termasuk tahapan, persyaratan, dan
mekanisme pengadaan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik: Merupakan peraturan yang mengatur
pengadaan barang dan jasa secara elektronik atau e-procurement di sektor pemerintah.
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP): LKPP
mengeluarkan berbagai peraturan dan pedoman teknis terkait pengadaan barang dan jasa,
seperti Standar Dokumen Pengadaan, Pedoman Pengadaan Secara Elektronik, dan lain-
lain.
Selain itu, terdapat juga peraturan atau kebijakan daerah yang dapat mengatur pengadaan
barang dan jasa di tingkat daerah.

Penting untuk menyadari bahwa dasar hukum pengadaan barang dan jasa dapat mengalami
perubahan seiring waktu. Oleh karena itu, selalu penting untuk merujuk pada peraturan dan
undang-undang yang berlaku di negara atau daerah tempat pengadaan barang dan jasa
dilakukan.
SS
2.6 Mengapa terjadi kecurangan pada barjas menggunakan teori flot
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecurangan (fraud) dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah. Berikut ini adalah beberapa faktor yang umumnya
diidentifikasi:

 Kurangnya Transparansi: Kurangnya transparansi dalam proses pengadaan barang/jasa


pemerintah dapat menciptakan celah untuk kecurangan. Ketika proses pengadaan tidak
terbuka dan tidak dapat dipantau dengan baik, pelaku kecurangan dapat memanipulasi
proses pengadaan untuk keuntungan pribadi mereka.
 Konflik Kepentingan: Adanya konflik kepentingan di antara pihak-pihak yang terlibat
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dapat meningkatkan risiko kecurangan.
Misalnya, jika seseorang yang terlibat dalam pengadaan memiliki kepentingan finansial
atau pribadi yang terkait dengan salah satu pemasok, mereka mungkin cenderung memihak
pemasok tersebut dalam proses pengadaan.
 Lemahnya Pengawasan dan Penegakan Hukum: Kurangnya pengawasan internal dan
eksternal yang efektif serta penegakan hukum yang lemah dapat memberikan kesempatan
bagi pelaku kecurangan untuk bertindak tanpa terdeteksi atau menghindari konsekuensi
hukum.
 Korupsi dan Suap: Korupsi dan suap merupakan faktor yang signifikan dalam terjadinya
kecurangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Ketika ada penerimaan suap atau
penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan finansial, proses pengadaan tidak lagi
berjalan secara adil dan transparan.
 Ketidakpatuhan terhadap Peraturan dan Prosedur: Ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
prosedur pengadaan yang telah ditetapkan dapat membuka celah bagi pelaku kecurangan.
Ini bisa meliputi memanipulasi dokumen, mengabaikan tahapan pengadaan yang
diwajibkan, atau menghindari persyaratan yang ada.
 Kurangnya Kompetensi dan Pelatihan: Kurangnya kompetensi dan pelatihan dalam hal
pengadaan barang/jasa pemerintah dapat menyebabkan kesalahan atau penyalahgunaan
yang disengaja. Kekurangan pengetahuan dan pemahaman tentang aturan dan prosedur
pengadaan dapat menjadi faktor risiko yang memungkinkan terjadinya kecurangan.
 Kurangnya Keterlibatan dan Pengawasan Masyarakat: Ketika masyarakat tidak terlibat
atau tidak mengawasi proses pengadaan barang/jasa pemerintah, risiko terjadinya
kecurangan cenderung meningkat. Keterlibatan aktif masyarakat dalam memantau dan
melaporkan praktik-praktik yang meragukan dapat membantu mengurangi kecurangan
dalam pengadaan.
Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini bukanlah penyebab pasti terjadinya
kecurangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, tetapi faktor-faktor ini telah
diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya kecurangan. Upaya
pencegahan dan pengawasan yang baik
2.7 Modus Kecurangan Pengadaan Barang Jasa

Modus Kecurangan Pengadaan Barang Dan Jasa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
A. Fraud Perencanaan

1. Initially
Melakukan Perencanaan Pengadaan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan memasukkan dan menetapkan Jenis Pengadaan Barang, Jasa & Konstruksi
Tertentu, yang sebenarnya tidak dibutuhkan

2. First Stkire (Meninggikan Alokasi Dana)


Menyediakan alokasi dana yang besar jauh di atas harga pasar pada saat
perencanaan pengadaan tanpa dasar yang dapat dipertanggungjawabkan

B. Fraud Pemilihan Penyediaan / Pemenang Tender

1. Tent To ( Krioteria yang mengarah )


Melakukan penyusunan syarat peserta tender yang mengarah ke penyedia tertentu,
agar membatasi jumlah penyedia calon peserta tender.

2. Unbelievable Proposal (Menaikan harga)


Penyedia menyusun harga penawaran mendekati Nilai HPS jauh di atas harga
pasar, berdasarkan sumber data yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

3. Conspiracy / Persengkokolan
Beberapa Penyedia melakukan kerjasama dengan menciptakan persaingan usaha
tidak sehat dan/atau terjadi pengaturan bersama, antar peserta dengan tujuan untuk
memenangkan salah satu peserta

C. Fraud Pelaksanaan

1. Step Down (Sub Kontrak)


Penyedia yang memenangkan Tender, tidak melaksanakan sendiri pekerjaan yang
diberikan, namun diserahkan kepada penyedia lain, tanpa sepengetahuan dan izin pemberi
pekerjaan, dan bertentangan dengan ketentuan yang berlaku

2. False Document (Pemalsuan dokumen-dokumen)


Melakukan kecurangan dengan membuat dokumen yang isinya tidak sesuai dengan
fakta sebenarnya atau dipalsukan

3. Back Date (Tanggal mundur)


Melakukan kecurangan dengan memberikan tanggal yang tidak benar pada
dokumen atau mundur dari tanggal sebenarnya

D. Fraud Serah Terima

1. Low Volume (Volume Kurang)


Melakukan kecurangan dengan membuat Volume/ prestasi pekerjaan yang tertulis
pada Berita Acara Serah Terima lebih besar dari volume/prestasi pekerjaan yang
sebenarnya

2. Low Spec ( Mutu Rendah )


Melakukan kecurangan dengan membuat mutu pekerjaan yang tertulis pada Berita
Acara Serah Terima lebih tinggi dari mutu pekerjaan yang sebenarnya.

3. Fictitious( Barang tidak Ada )


Melakukan kecurangan dengan membuat volume/ prestasi pekerjaan yang tertulis
pada Berita Acara Serah Terima sudah 100 % selesai, sedangkan yang sebenarnya tidak
ada sama sekali (0%).

4. Tricky Executive (Penunjukan Langsung),


Melakukan kecurangan dengan melakukan pemilihan Penyedia melalui metode
Penunjukan Langsung (PL) tidak sesuai dengan ketentuan, untuk menghindarkan Tender.

5. No Ticket
Melakukan kecurangan dengan membuat addendum kontrak tanpa alasan yang
dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku, untuk menghindarkan pengenaan denda
kepada penyedia.

2.8 Bansos mentri juliari


Adapun, berdasarkan dakwaan KPK, diketahui bahwa jumlah total dana yang
dikumpulkan Juliari bersama-sama dengan Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono
sebesar Rp 32,48 miliar.
Dalam perkara tersebut, Juliari terbukti menerima uang suap terkait pengadaan
bansos Covid-19 sekitar Rp 32,482 miliar. Juliari dijatuhi hukuman oleh Hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pidana penjara 12 tahun plus denda Rp 500
juta pada 23 Agustus 2021. Hakim juga mewajibkan Juliari membayar uang pengganti
sejumlah Rp 14,5 miliar. Selain itu, hakim mencabut hak politik Juliari untuk dipilih
dalam jabatan.
publik selama empat tahun setelah selesai menjalani pidana pokok
Saat membacakan putusan, hakim menyebut hukuman yang diterima Juliari
diringankan. Alasannya, terdakwa mendapat cercaan, hinaan dan vonis masyarakat.
Padahal, menurut hakim anggota majelis hakim Yusuf Pranowo, saat itu Juliari masih
menjalani proses hukum yang belum tentu bersalah dan belum ada hukuman tetap.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana menilai alasan meringankan hukuman Juliari
dalam putusan oleh majelis hakim terlalu mengada-ada. Menurutnya, hujatan yang
diberikan masyarakat adalah wajar. Ekspresi semacam itu merupakan hal yang wajar
mengingat dampak yang terjadi akibat praktik korupsi eks Kemensos itu. Kurnia
mengatakan, praktik suap menyuap itu dilakukan secara sadar Juliari tersebut di tengah
kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang ambruk akibat pandemi Covid-19.
“Cercaan, makian, dan hinaan kepada Juliari tidak sebanding dengan penderitaan
yang dirasakan masyarakat karena kesulitan mendapatkan bansos akibat ulah mantan
Menteri Sosial dan kroni-kroninya,” ujar Kurnia.
KPK telah menyetorkan uang pengganti dari terpidana kasus korupsi bansos
Covid- 19, Juliari Batubara, sejumlah Rp 14,5 miliar ke kas negara. Mantan Menteri
Sosial tersebut disebut telah lunas membayar uang pengganti seperti putusan pengadilan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Juru Bicara KPK Ali Fikri di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022
mengatakan Juliari melunasi uang pengganti sebesar Rp 14,5 miliar secara bertahap
dengan tiga kali pembayaran.
Foto pelaku bantuan sosial,

Kasus Penggelapan BANSOS


KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus ini, yaitu Juliari, Matheus Joko Santoso,
Adi Wahyono, ketiganya adalah penerima, “Dan sebagai pemberi yaitu Ardian IM dan
Harry Sidabuke,” kata Firli.

2.9 SANKSI KECURANGAN PENGADAAN BARANG JASA

Sanksi yang diberikan kepada seseorang yang melakukan kecurangan dalam pengadaan
barang atau jasa dapat bervariasi tergantung pada hukum dan peraturan yang berlaku di
negara atau yurisdiksi tertentu. Di banyak negara, pelanggaran dalam pengadaan barang
atau jasa diatur oleh undang-undang yang spesifik dan memiliki sanksi yang sesuai.
Berikut beberapa contoh sanksi umum yang dapat diberikan:

 Denda: Seseorang yang terbukti melakukan kecurangan dalam pengadaan barang


atau jasa dapat dikenakan denda yang jumlahnya bervariasi, tergantung pada
tingkat pelanggaran dan kerugian yang ditimbulkan.
 Diskualifikasi: Pelaku kecurangan dapat didiskualifikasi dari proses pengadaan
barang atau jasa. Mereka mungkin dilarang berpartisipasi dalam proses lelang atau
tender untuk jangka waktu tertentu atau secara permanen.
 Blacklist: Pelaku kecurangan dapat dimasukkan ke dalam daftar hitam atau
blacklist, di mana mereka akan dikecualikan dari kemungkinan mendapatkan
kontrak atau kesempatan bisnis dengan pemerintah atau lembaga publik lainnya.
 Tuntutan hukum: Pihak yang terkena dampak kecurangan dalam pengadaan
barang atau jasa dapat mengajukan tuntutan hukum terhadap pelaku kecurangan
untuk mendapatkan ganti rugi atau pemulihan kerugian yang ditimbulkan.
 Sanksi pidana: Dalam beberapa kasus serius, tindakan kecurangan dalam
pengadaan barang atau jasa dapat dianggap sebagai tindak pidana. Pelaku
kecurangan dapat menghadapi penyelidikan dan penuntutan pidana, yang dapat
mengakibatkan hukuman penjara, denda yang lebih berat, atau kedua-duanya.
Penting untuk diingat bahwa sanksi yang diberikan dapat bervariasi antara negara dan
yurisdiksi, dan tergantung pada undang-undang yang berlaku di masing-masing wilayah.
Selalu ada perbedaan dalam hal sanksi yang diberlakukan, termasuk dalam hal tingkat
keparahan sanksi dan cara penegakan hukumnya. Oleh karena itu, penting untuk mengacu
pada undang-undang dan peraturan yang berlaku di negara atau wilayah yang spesifik
untuk memahami sanksi yang dapat diberikan dalam kasus kecurangan pengadaan barang
atau jasa.
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN

SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia Procurement Watch. 2005. Tool Kit Anti Korupsi Bidang Pengadaan
Barang Dan Jasa Pemerintah. Jakarta
Marbun, Rocky. 2010. Tanya Jawab seputar Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Purwosusilo. Jakarta: Visimedia 2014.
Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa. Jakarta: Kencana Ramli, Samsul. 2014.
Bacaan Wajib Mengatasi Aneka Masalah Teknis Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.
Jakarta: Visimedia Pustaka Spian,
Abu. 2014. Dasar – Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Bogor : In Media
Sutedi, Adrian. 2012. Pengadaan Barang & Jasa dan Berbagai Permasalahannya.
Jakarta: Sinar Grafika

Anda mungkin juga menyukai