Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

OPTIMALISASI PENGELOLAAN BARANG MILIK


NEGARA PADA PENGADILAN AGAMA BATAM

Disusun Oleh:
Mardhiyah Dwitami
NIP. 199703192022032014

SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI UJIAN


DINAS PENYESUAIAN IJAZAH PADA MAHKAMAH
AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
limpahan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Optimalisasi Pengelolaan Barang Milik
Negara Pada Pengadilan Agama Batam” sebagai salah satu syarat mengikuti
ujian penyesuaian ijazah pada Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Keberhasilan menulis makalah ini, tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis akan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan. Untuk itu kami
berterima kasih kepada:
1. Allah Subhaanahu wa ta’ala
2. Almarhum dan Almarhumma Orang Tua, Mertua, dan Abang Kakak Adik
3. Suami
4. Ketua dan Wakil Ketua Pengadilan Agama Batam
5. Sekretaris Pengadilan Agama Batam
6. Kepala Sub Bagian, Analis SDM dan Pelaksana di Kesektariatan
Pengadilan Agama Batam

Penulis menyadari dalam pembuatan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Baik dalam pemilihan kata atau kalimat, penulisan dan penyampaian masalah
yang kurang tepat. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
mendekati kata kesempurnaan pada pembuatan makalah di kemudian hari. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi semuanya
sebagai pembaca.

Aamiin ya rabbal’alaamiin.
Batam, 24 Januari 2024

Mardhiyah Dwitami
NIP. 199703192022032014

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Perumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A. Pengelolaan Barang Milik Negara ........................................................... 4


B. Kebijakan Pengelolaan Barang Milik Negara ........................................... 8
C. Ruang Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara ................................. 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 30

A. Kesimpulan ........................................................................................... 30
B. Saran..................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Barang milik negara merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan


pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, Barang Milik Negara selanjutnya disebut BMN adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Pengelolaan BMN adalah suatu proses dalam mengelola kekayaan yang


telah ada sebelumnya atau yang diperoleh dari beban APBN atau perolehan
lainnya yang sah yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pemerintah maupun
masyarakat. BMN adalah sumber daya ekonomi yang dikuasasi dan/atau dimiliki
oleh Pemerintah. BMN dapat digunakan secara lebih optimal apabila satuan
kerja melakukan pengelolaan BMN berdasarkan asas tersebut diatas, dan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
mengenai BMN.

Salah satu peraturan perundang-undangan terbaru yang berlaku


mengenai pengelolaan BMN adalah Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, dan telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah meliputi: perencanaan kebutuhan dan
penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan
pemeliharaan; penilaian; pemindahtanganan; pemusnahan; penghapusan;
penatausahaan; dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Isu-isu terkait
tertib pengelolaan BMN antara lain:

1
1. Aset tercatat, dokumen kepemilikan lengkap, barangnya tidak
ada/dikuasai oleh pihak lain yang tidak berhak;
2. Aset tercatat, dokumen kepemilikan tidak lengkap, barangnya ada;
3. Aset tercatat, dokumen kepemilikan tidak lengkap, barangnya tidak
ada/dikuasai oleh pihak lain;
4. Aset tidak tercatat, dokumen kepemilikan tidak ada, asetnya menurut
pihak ketiga punya kementeriaan PUPR;
5. Aset tidak tercatat, dokumen kepemilikan tidak lengkap, barangnya tidak
ada/dikuasai oleh pihak lain; dan
6. Aset tanah/bangunan/peralatan tercatat di BMN dan juga tercatat sebagai
BMD.

Permasalahan-permasalahan tersebut harus ditertibkan dan juga


ditindaklanjuti untuk melakukan tertib penatausahaan BMN dan Pengamanan
BMN baik pengamanan fisik, administratif maupun pengamanan hukum sesuai
dengan keentuan yang berlaku. Pengguna barang dan/atau Kuasa Pengguna
Barang yaitu Sekretaris Pengadilan Agama Batam wajib mengelola dan
menatausahakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya
dengan sebaik-baiknya untuk digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan
fungsi Pengadilan Agama Batam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka permasalahan yang


akan dibahas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana kegiatan pengelolaan Barang Milik Negara di Pengadilan
Agama Batam?
2. Apa saja kebijakan terkait pengelolaan Barang Milik Negara yang
diterapkan di Pengadilan Agama Batam?
3. Bagaimana ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara di Pengadilan
Agama Batam?

2
C. Tujuan

Adapun tujuan berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah sebagai


berikut:
1. Untuk mengetahui kegiatan pengelolaan Barang Milik Negara di Pengadilan
Agama Batam.
2. Untuk mengetahui kebijakan terkait pengelolaan Barang Milik Negara yang
diterapkan di Pengadilan Agama Batam.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup pengelolaan Barang Milik Negara di
Pengadilan Agama Batam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Barang Milik Negara

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan


Negara, Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan
lainnya yang sah yang dimaksud adalah barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan atau yang sejenis, diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak, diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, atau diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap. Barang Milik Negara merupakan bagian dari kekayaan
negara baik berupa barang berwujud atau tidak berwujud yang dimiliki dan
dikuasai oleh Kementerian/Lembaga, baik yang diperoleh atas beban APBN
maupun dari perolehan lainnya yang sah, yang digunakan atau diserahkan atau
dijual atau dimiliki oleh pemerintah pusat dalam rangka penyelenggaraan tugas
dan fungsi kepemerintahan.

Barang Milik Negara perlu dikelola agar selaras dengan tujuan pemerintah
yaitu memberikan manfaat sebesar-besarnya terutama pada kesejahteraan
masyarakat. Proses agar tujuan ini tercapai dinamakan Pengelolaan Barang Milik
Negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pengelolaan BMN harus dilaksanakan
berdasarkan asas-asas:
1. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah-masalah di bidang pengelolaan barang milik negara yang
dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang dan
pengelola barang sesuai fungsi, wewenang, dan tanggungjawab masing-
masing;
2. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara harus
dilaksankan berdasarkan hokum dan peraturan perundang-undangan;

4
3. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
negara harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar;
4. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara diarahkan agar
barang milik Negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintah secara optimal;
5. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara / daerah
serta penyusunan Neraca Pemerintah.

Penerapan asas-asas tersebut bertujuan agar dalam pengelolaan BMN


dapat:
1. Mengakomodir dinamika pengelolaan BMN.
2. Meminimalisir multitafsir atas pengelolaan BMN.
3. Mempertegas tanggung jawab serta kewenangan Pengguna dan
Pengelola Barang.
4. Harmonisasi dengan peraturan terkait.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan BMN adalah:


1. Terjaminnya pengaman aset;
2. Dihindarinya pemborosan dalam pengadaan, pemeliharaan, dan
pengamanan;
3. Peningkatan PNBP dengan cara:
a. tanah / gedung idle diserahkan kepada Pengelola;
b. optimalisasi dengan cara pengalihan status penggunaan;
c. pemanfaatan aset idle untuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, bangun serah guna, atau bangun guna serah;
d. pemindahtanganan aset yang tidak ekonomis.

Pengelolaan BMN adalah rangkaian kegiatan perencanaan, pengadaan,


penggunaan, pemeliharaan dan pengamanan, pemanfaatan, penilaian, sampai
dengan penghapusan BMN dan tindaklanjutnya berupa pemindahtanganan yang

5
seluruh kegiatannya ditatausahakan serta dilakukan dengan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian. Pada pokoknya pengelolaan BMN dilaksanakan
dengan konsep bahwa:
1. Perencanaan kebutuhan berdasarkan ketersediaan dan standar
kebutuhan untuk pelayanan;
2. Pengadaan dengan cara yang memungkinkan terjadinya persaingan
sehat, mendapatkan barang bermutu baik, terjadinya harga yang wajar,
tepat jumlah, dan tepat waktu;
3. Penggunaan terbatas untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi;
4. Penilaian dilakukan untuk mendapatkan harga yang wajar;
5. Nilai wajar diperlukan untuk neraca, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan;
6. Tanah / bangunan idle diserahkan kepada Pengelola;
7. Pengelola menetapkan pengalihan status penggunaan kepada Pengguna
Lain;
8. BMN idle dimanfaatkan untuk tujuan pengamanan dan penerimaan PNBP;
9. Terhadap BMN idle yang tidak dapat dimanfaatkan dilakukan
pemindahtanganan;
10. Terhadap BMN yang tidak dapat dimanfaatkan atau dipindahtangankan
dilakukan pemusnahan;
11. Agar seluruh kegiatan terlaksana dengan tertib, maka semua transaksi
harus ditatausahakan dengan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian yang memadai.

Pada prinsipnya presiden selaku pemegang kekuasaan pengelolaan


keuangan memberikan kuasa untuk mengelola dan menggunakan kepada
pemerintah pusat terhadap BMN dengan ketentuan Menteri Keuangan selaku
bendahara umum negara adalah Pengelola Barang, sedangkan
menteri/pimpinan lembaga adalah sebagai Pengguna Barang, dan Kepala
Kantor Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Barang, hal ini disebutkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.

6
Ketua Pengadilan Agama Batam menunjuk Sekretaris selaku Kuasa Pengguna
Barang Milik Negara dalam lingkungan Pengadilan Agama Batam, yang memiliki
wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Negara untuk lingkungan
kantor yang dipimpinnya kepada Pengguna Barang;
b. mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
c. melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Negara yang
berada dalam penguasaannya;
d. menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang
dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya;
f. mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
g. menyerahkan Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya
dan sedang tidak dimanfaatkan Pihak Lain, kepada Pengguna Barang;
h. mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
i. melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya; dan
j. menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa pengguna
semesteran dan laporan barang kuasa pengguna tahunan yang berada
dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang.

7
B. Kebijakan Pengelolaan Barang Milik Negara

Pemerintah telah menerbitkan beberapa kebijakan dalam pengelolaan


barang milik negara, baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah
maupun peraturan turunannya sebagai amanat dalam pelaksanaan Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah terkait dengan
pengelolaan barang milik negara seperti yang dapat dilihat pada tabel dibawah
menjadi pedoman Kuasa Pengguna Barang pada Pengadilan Agama Batam
dalam melaksanakan pengelolaan barang milik negara.

No Peraturan Keterangan
1 Undang-Undang Republik Keuangan Negara
Indonesia Nomor 17 Tahun
2003
2 Undang-Undang Republik Perbendaharaan Negara
Indonesia Nomor 1 Tahun
2004
3 Peraturan Pemerintah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 28 Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
Tahun 2020 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara / Daerah
4 Peraturan Pemerintah Standar Akuntasi Pemerintah (SAP)
Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2010
5 Peraturan Menteri Keuangan Penatausahaan Barang Milik Negara
Nomor 181/PMK.06/2016
6 Peraturan Menteri Keuangan Perubahan Peraturan Menteri
Nomor 87/PMK.06/2016 Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014
Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan Barang Milik Negara
7 Peraturan Menteri Keuangan Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Nomor 118 Tahun 2023 Negara dengan Menggunakan Sistem
Informasi Manajemen Aset Negara

8
8 Keputusan Menteri Keuangan Perubahan Atas Keputusan Menteri
Nomor 266/KM.6/2023 Keuangan Nomor 295/KM.6/2019
Tentang Tabel Masa Manfaat Dalam
Rangka Penyusutan Barang Milik
Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas
Pemerintah Pusat
9 Keputusan Menteri Keuangan Perubahan Ketiga Belas Atas Lampiran
Nomor 265/KM.6/2023 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
29/PMK.06/2010 Tentang
Penggolongan dan Kodefikasi Barang
Milik Negara
10 Keputusan Menteri Keuangan Perubahan Ketiga Atas Keputusan
Nomor 267/KM.6/2023 Menteri Keuangan Nomor
620/KM.6/2015 Tentang Masa Manfaat
Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik
Negara Berupa Aset Tak Berwujud Pada
Entitas Pemerintah Pusat
11 Keputusan Direktur Jenderal Pedoman Analisis Kelayakan Bisnis
Kekayaan Negara Nomor Kep- Proposal Rencana Usaha Kerja Sama
142/KN/2023 Pemanfaatan Barang Milik Negara
12 Keputusan Menteri Keuangan Pedoman Inventarisasi dan Penilaian
Nomor 524/KMK.06/2002 Barang Milik Negara yang Berasal dari
Aset Eks Kepabeanan dan Cukai
13 Keputusan Menteri Keuangan Perubahan Kedua atas Keputusan
Nomor 240/KM.6/2022 Menteri Keuangan Nomor
620/KM.6/2015 Tentang Masa Manfaat
Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik
Negara Berupa Aset Tak Berwujud Pada
Entitas Pemerintah Pusat
14 Peraturan Pemerintah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20 Nomor 84 Tahun 2014 Tentang
Tahun 2022

9
Penjualan Barang Milik Negara/Daerah
Berupa Kendaraan Perorangan Dinas
15 Keputusan Menteri Keuangan Tahapan Pelaksanaan Penyusunan dan
Nomor 105/KM.6/2022 Penelaahan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Pada
Kementerian/Lembaga
16 Keputusan Menteri Keuangan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Nomor 128/KM.6/2022 Perencanaan Kebutuhan Barang Milik
Negara
17 Keputusan Menteri Keuangan Tahapan Pelaksanaan Penyusunan dan
Nomor 105/KM.6/2022 Penelaahan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Pada
Kementerian/Lembaga
18 Keputusan Menteri Keuangan Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan
Nomor 213/KM.6/2021 Barang Milik Negara
19 Peraturan Menteri Keuangan Pengawasan dan Pengendalian Barang
Nomor 207/PMK.06/2021 Milik Negara
20 Peraturan Menteri Keuangan Perubahan Atas Peraturan Menteri
Nomor 165/PMK.06/2021 Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016
Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik
Negara
21 Peraturan Menteri Keuangan Perencanaan Kebutuhan Barang Milik
Nomor 153/PMK.06/2021 Negara
22 Keputusan Menteri Keuangan Petunjuk Teknis Penyusunan,
Nomor 394/KMK.06/2021 Penyampaian, dan Pengonsolidasian
Laporan Keuangan Transaksi Khusus
Aset Dalam Pengelolaan Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara
23 Peraturan Menteri Keuangan Pengelolaan Barang Milik Negara yang
Nomor 53/PMK.06/2021 Berasal dari Aset Lain-lain

10
24 Keputusan Menteri Keuangan Tahapan Pelaksanaan Pengasuransian
Nomor 118/KM.6/2020 Barang Milik Negara Pada
Kementerian/Lembaga
25 Peraturan Menteri Keuangan Standar Barang dan Standar Kebutuhan
Nomor 172/PMK.06/2020 Barang Milik Negara
26 Keputusan Direktur Jenderal Pedoman Analisis Kelayakan Bisnis
Kekayaan Negara Nomor Proposal Rencana Usaha Kerja Sama
291/KN/2020 Pemanfaatan Barang Milik Negara
27 Peraturan Menteri Keuangan Pemanfaatan Barang Milik Negara
Nomor 115/PMK.06/2020
28 Keputusan Menteri Keuangan Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka
Nomor 295/KMK.6/2019 Penyusutan Barang Milik Negara
Berupa Aset Tetap Pada Entitas
Pemerintah Pusat
29 Keputusan Menteri Keuangan Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja
Nomor 349/KM.6/2018 Barang Milik Negara
30 Peraturan Menteri Keuangan Perubahan Kedua Atas Peraturan
Nomor 107/PMK.06/2019 Menteri Keuangan Nomor
118/PMK.06/2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penilaian Kembali Barang
Milik Negara
31 Peraturan Menteri Keuangan Pengasuransian Barang Milik Negara
Nomor 97/PMK.06/2019
32 Peraturan Menteri Keuangan Tata Cara Rekonsiliasi BMN Dalam
Nomor 118/PMK.06/2018 Rangka Penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat
33 Peraturan Menteri Keuangan Perubahan Atas Peraturan Menteri
Nomor 57/PMK.06/2018 Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017
tentang Pedoman Pelaksanaan
Penilaian Kembali Barang Milik Negara
34 Keputusan Menteri Keuangan Perubahan Atas Keputusan Menteri
Nomor 81/KM.6/2018 Keuangan Nomor 620/KM.6/2015

11
tentang Masa Manfaat Dalam Rangka
Amortisasi Barang Milik Negara Berupa
Aset Tak Berwujud Pada Entitas
Pemerintah Pusat
35 Keputusan Menteri Keuangan Modul Perencanaan Kebutuhan Barang
Nomor 577/KM.6/2017 Milik Negara Untuk Penyusunan
Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara Berupa Alat Angkutan Darat
Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di
Dalam Negeri
36 Peraturan Menteri Keuangan Penyusutan Barang Milik Negara
Nomor 65/PMK.06/2017 Berupa Aset Tetap Pada Entitas
Pemerintah Pusat
37 Peraturan Direktur Jenderal Pedoman Pembinaan Pengelolaan
Kekayaan Negara Nomor Barang Milik Negara
1/KN/2017
38 Peraturan Direktur Jenderal Prosedur Kerja dan Bentuk Surat Dalam
Kekayaan Negara Nomor Pengelolaan Barang Milik Negara yang
6/KN/2016 tidak Digunakan Untuk
Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara/Lembaga
39 Keputusan Menteri Keuangan Modul Rekonsiliasi Data Barang Milik
Nomor 385/KM.6/2016 Negara dan Pemuktahiran Data Barang
Milik Negara
40 Peraturan Direktur Jenderal Petunjuk Teknis Pengawasan dan
Kekayaan Negara Nomor Pengendalian Barang Milik Negara oleh
4/KN/2016 Pengelola Barang
41 PMK Nomor 83/PMK.06/2016 Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan
dan Penghapusan Barang Milik Negara
42 PMK Nomor 71/PMK.06/2016 Tata Cara Pengelolaan Barang Milik
Negara Yang Tidak Digunakan Untuk

12
Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara/Lembaga
43 PMK Nomor 65/PMK.06/2016 Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 164/PMK.06/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan Barang Milik Negara
dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur
44 Peraturan Menteri Keuangan Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang
Nomor 57/PMK.06/2016 Milik Negara
45 Peraturan Menteri Keuangan Perubahan Atas Peraturan Menteri
Nomor 52/PMK.06/2016 Keuangan Nomor 244/PMK.06/2012
Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pengawasan Dan Pengendalian Barang
Milik Negara
46 PMK Nomor 14/PMK.06/2016 Tata Cara Penjualan Barang Milik
Negara Berupa Kendaraan Perorangan
Dinas Kepada Pegawai Aparatur Sipil
Negara, Anggota Tentara Nasional
Indonesia, Atau Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia Tanpa
Melalui Lelang
47 PMK Nomor 7/PMK.06/2016 Perubahan Atas Peraturan Menteri.
Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011
Tentang Standar Barang Dan Standar
Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa
Tanah Dan/ Atau Bangunan
48 KMK Nomor 620/KM.6/2015 Masa Manfaat Dalam Rangka
Amortisasi Barang Milik Negara Berupa
Aset Tak Berwujud Pada Entitas
Pemerintah Pusat
49 KMK Nomor 616/KM.6/2015 Modul Pemanfaatan Barang Milik
Negara

13
50 PMK Nomor Tata Cara Amortisasi Barang Milik
251/PMK.06/2015 Negara Berupa Aset Tak Berwujud Pada
Entitas Pemerintah Pusat
51 PMK Nomor Tata Cara Penyimpanan Dokumen
218/PMK.06/2015 Kepemilikan Barang Milik Negara
52 SE-3/KN/2015 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program
Percepatan Sertipikasi Barang Milik
Negara Berupa Tanah pada
Kementerian/Lembaga
53 PMK Nomor 76/PMK.06/2015 Standar Barang dan Standar Kebutuhan
Barang Milik Negara Berupa Alat
Angkutan Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan di Dalam Negeri
54 KMK Nomor 310/KM.6/2015 Modul Perencanaan Kebutuhan Barang
Milik Negara Untuk Penelaahan
Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara Berupa Alat Angkutan Darat
Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di
Dalam Negeri
55 KMK Nomor 452/KM.6/2014 Modul Perencanaan Kebutuhan Barang
Milik Negara Untuk Penelaahan
Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara
56 KMK Nomor 450/KM.6/2014 Modul Perencanaan Kebutuhan Barang
Milik Negara Untuk Penyusunan
Rencana Kebutuhan Barang Milik
Negara
57 PMK Nomor 96/PMK.06/2007 Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Penghapusan, Dan
Pemindahtanganan Barang Milik
Negara

14
58 Surat Edarang Mahkamah Pedoman Penggunaan BMN Di
Agung RI Nomor 1 Tahun 2017 Lingkungan Mahkamah Agung RI dan
Badan Peradilan Dibawahnya
59 Keputusan Sekretaris Standar Barang dan Standar Kebutuhan
Mahkamah Agung RI Nomor BMN Di Lingkungan Mahkamah Agung
640/SEK/SK.PL1.2.2/VIII/2023 RI dan Badan Peradilan Dibawahnya
60 Surat Edaran Sekretaris Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Sewa
Mahkamah Agung Nomor 6 Barang Milik Negara di Lingkungan
Tahun 2018 Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
yang berada di Bawahnya
61 Surat Edaran Sekretaris Tata Cara Pengelolaan Sewa Barang
Mahkamah Agung Nomor 10 Milik Negara Non Rumah Negara
Tahun 2023 Di Lingkungan Mahkamah Agung Dan
Badan Peradilan Yang Berada Di
Bawahnya

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara

Kegiatan pengelolaan barang milik negara meliputi semua aktivitas yang


berkaitan dengan BMN, disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah sebagaimana diubah menjadi Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2020, pengelolaan barang milik negara meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. Pengadaan;
3. Penggunaan;
4. Pemanfaatan;
5. Pengamanan dan pemeliharaan;
6. Penilaian;
7. Pemindahtanganan
8. Pemusnahan;
9. Penghapusan;
10. Penatausahaan; dan

15
11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Agar pengelolaan BMN yang diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2014


sebagaimana diubah menjadi PP Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, dapat dilaksanakan secara operasional, maka
diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur keseluruhan dari
apa yang diamanatkan oleh PP tersebut 4 sesuai dengan asas-asas pengelolaan
BMN.

1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun dengan


memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah serta ketersediaan
Barang Milik Negara/Daerah yang ada, meliputi perencanaan pengadaan,
pemeliharaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang
Milik Negara/Daerah. Perencanaan Kebutuhan merupakan salah satu dasar
bagi Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dalam
pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan
angka dasar (baseline) serta penyusunan rencana kerja dan anggaran.
Perencanaan Kebutuhan kecuali untuk Penghapusan, berpedoman pada
standar barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga.

Dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 sebagaimana diubah menjadi PP


Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
diuraikan langkah-langkah perencanaan BMN yang diawali dengan langkah
menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang diajukan oleh kuasa
pengguna barang yang berada di lingkungan kantor yang dipimpinnya,
menyampaikan usul rencana kebutuhan BMN kepada pengelola barang,
hingga pengelola barang melakukan penelahaan atas usul rencana
kebutuhan BMN bersama pengguna barang dengan memperhatikan data
barang pada pengguna barang dan/atau pengelola barang dan
menetapkannya sebagai rencana kebutuhan BMN. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pelaksanaan perencanaan kebutuhan dan penganggaran
BMN diatu dengan Peratuan Menteri Keuangan.

16
2. Pengadaan

Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan


prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.
Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain
dalam Peraturan Pemerintah.

Perlu diketahui bahwa sesuai perencanaannya maka pengadaan BMN


dilaksanakan dengan mempertimbangkan mekanisme memperoleh BMN
yang direncanakan baik melalui pembelian, Pinjam Pakai, Sewa, sewa beli
(leasing), atau mekanisme lainnya yang lebih efektif dan efisien sesuai
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara.

3. Penggunaan

Penggunaan BMN diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan


Nomor87/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan
Barang Milik Negara. Penggunaan pada dasarnya adalah untuk menjalankan
tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga dan dilakukan berdasarkan
penetapan status penggunaan.

Secara normatif penekanan penggunaan BMN meliputi alih status


penggunaan, penggunaan sementara dan BMN idle. Dalam hal ini Pengelola
dapat mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada Pengguna dan
dalam kondisi tertentu, Pengelola dapat menetapkan status Penggunaan
BMN pada Pengguna tanpa didahului usulan Pengguna. Dalam
pengembangan manajemen asset, penetapan status penggunaan BMN
dikelompokkan ke dalam 5 bagian yaitu:
a. Penetapan status penggunaan untuk BMN berupa tanah dan bangunan,
b. Untuk BMN selain tanah dan/atau bangunan,
c. Untuk BMN yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi
kemenerian negara/lembaga,

17
d. Untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan
untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang, dan
e. Untuk BMN antar Pengguna Barang.

Status Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah ditetapkan oleh:


a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau
b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

Penetapan status Penggunaan tidak dilakukan terhadap:


a. Barang Milik Negara/Daerah berupa:
1. Barang persediaan;
2. Konstruksi dalam pengerjaan; atau
3. Barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan.
b. Barang Milik Negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana
penunjang tugas pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan;
c. Barang Milik Negara lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola
Barang; atau
d. Barang Milik Daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Penggunaan


Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

4. Pemanfaatan

Bentuk Pemanfaatan BMN berupa Sewa, Pinjam Pakai, Kerja Sama


Pemanfaatan, Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna dan Kerja
Sama Penyediaan Infrastruktur. Dalam pengembangan manajemen aset
negara ruang lingkup pemanfaatan BMN mencakup:
a. pendayagunaan BMN yg tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas
dan fungsi
b. optimalisasi BMN

18
c. Jangka waktu, besaran dan cara pembayaran sewa untuk infrastruktur
(bisa > 5 tahun)
d. Diversifikasi Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), konstribusi dan
pembagian keuntungan dapat berupa aset (maks. 10%)
e. Jangka waktu KSP Infrastruktur (KSPI) s.d. 50 tahun
f. Jangka waktu pinjam pakai (5 tahun)
g. Mekanisme tender KSP dan Bangun Guna Serah (BGS) /Bangun Serah
Guna (BSG)
h. Harmonisasi pengaturan dan penyederhanaan birokrasi
1. Pelaksana pemanfaatan BMN
2. Pengelola untuk BMN pada Pengelola
3. Pengguna untuk BMN pada Pengguna
4. Jumlah peserta tender sekurangnya 3 peserta
5. Mitra KSP penugasan

Sewa, yaitu pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dan menerima imbalan uang tunai. Pertimbangan sewa adalah untuk
mengoptimalkan pemanfaatan BMN yang belum/tidak dipergunakan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan, menunjang
pelaksanaan tugas dan fungsi atau mencegah penggunaan BMN oleh pihak
lain secara tidak sah. Objek yang dapat disewakan adalah meliputi tanah
dan/atau bangunan, baik yang ada pada Pengelola Barang maupun yang
status penggunaannya ada pada Pengguna Barang, dan BMN selain tanah
dan/atau bangunan. Subjek pelaksana sewa dapat dibedakan antara pihak
yang dapat menyewakan dan pihak yang dapat menyewa BMN.
• Pihak yang dapat menyewakan BMN adalah pengelola barang, untuk
tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang, dan
pengguna parang dengan persetujuan pengelola arang, untuk sebagian
tanah dan/atau bangunan yang status penggunaannya ada pada
Pengguna Barang, dan BMN selain tanah dan/atau bangunan.
• Pihak yang dapat menyewa BMN meliputi: Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, Badan Hukum lainnya, dan perorangan.

19
Pinjam pakai, yaitu penyerahan penggunaan BMN antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima
imbalan dan setelah jangka waktu berakhir BMN tersebut diserahkan kembali
kepada pemerintah pusat. Pertimbangan pinjam pakai BMN dimaksud adalah
untuk mengoptimalkan penggunaan BMN yang belum/tidak dipergunakan
untuk pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan pusat dan untuk
menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Objek yang
dapat dipinjam-pakaikan adalah tanah dan/atau bangunan, baik yang ada
pada Pengelola Barang maupun yang status penggunaannya ada pada
Pengguna Barang, serta BMN selain tanah dan/atau bangunan. Subjek
pelaksana sewa dapat dibedakan antara pihak yang dapat meminjam-
pakaikan BMN dan pihak yang dapat meminjam BMN. Pihak yang dapat
meminjam-pakaikan BMN adalah Pengelola Barang, untuk tanah dan/atau
bangunan yang berada pada Pengelola Barang, Pengguna Barang dengan
persetujuan Pengelola Barang, untuk sebagian tanah dan/atau bangunan
yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang, dan BMN selain
tanah dan/atau bangunan. Sedangkan pihak yang dapat meminjam BMN
adalah pemerintah daerah.

Kerjasama pemanfaatan, yaitu pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam


jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan
pajak dan sumber pembiayaan lainnya. Pertimbangan kerjasama
pemanfaatan BMN adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan BMN yang
belum/tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan, meningkatkan penerimaan negara, dan
mengamankan BMN dalam arti mencegah penggunaan BMN tanpa
didasarkan pada ketentuan yang berlaku. Objek kerjasama pemanfaatan
adalah adalah tanah dan/atau bangunan, baik yang ada pada Pengelola
Barang maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang,
serta BMN selain tanah dan/atau bangunan. Subjek Pelaksana Kerjasama
Pemanfaatan adalah Pengelola Barang dan Pengguna Barang.

Bangunan Guna Serah (BGS), yaitu pemanfaatan tanah milik pemerintah


pusat oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut

20
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta
bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada
Pengelola Barang setelah berakhirnya jangka waktu. Bangun Serah Guna
(BSG), yaitu pemanfaatan tanah milik pemerintah pusat oleh pihak lain
dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan
setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada Pengelola Barang
untuk kemudiandidayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka waktu
tertentu yang disepakati. Pertimbangan dilakukannya BGS dan BSG adalah
untuk menyediakan bangunan dan fasilitasnya dalam rangka
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga, yang dana
pembangunannya tidak tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Objek BGS/BSG adalah berupa tanah, baik tanah yang ada
pada Pengelola Barang maupun tanah yang status penggunaannya ada pada
Pengguna Barang. Subjek Pelaksanaan BGS/BSG adalah Pengelola Barang,
dan pihak-pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG adalah BUMN, BUMD,
dan Badan Hukum lainnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Pemanfaatan


Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Pengamanan dan Pemeliharaan

Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna


Barang wajib melakukan pengamanan BMN yang berada dalam
penguasaannya, meliputi pengamanan administrasi, fisik, dan pengamanan
hukum. BMN berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah RI.
Sedangkan BMN berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan atas nama Pemerintah RI. Selanjutnya, BMN selain tanah
dan/atau bangunan dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama
Pengguna Barang. Pengamanan bukti kepemilikan BMN wajib disimpan
dengan tertib dan aman, dengan ketentuan:
• Penyimpanan bukti kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan
dilakukan oleh Pengelola Barang

21
• Bukti kepemilikan selain tanah dan/atau bangunan disimpan oleh
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung


jawab atas pemeliharaan BMN, dengan berpedoman pada Daftar Kebutuhan
Pemeliharaan Barang (DKPB). Biaya pemeliharaan BMN dimaksud
dibebankan pada APBN. Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar
Hasil Pemeliharaan Barang (DHPB) yang berada dalam kewenangannya,
dan melaporkan/ menyampaikan hasil pemeliharaan barang tersebut kepada
Pengguna Barang secara berkala. Selanjutnya, Pengguna Barang atau
pejabat yang ditunjuk meneliti laporan tersebut dan menyusun daftar hasil
pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 tahun anggaran sebagai bahan
untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan BMN.

6. Penilaian

Penilaian BMN dilakukan dalam rangka penyusunan neraca


pemerintah pusat, pemanfaatan, atau pemindahtanganan BMN kecuali dalam
hal untuk pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai atau pemindahtanganan
dalam bentuk hibah. Penetapan nilai BMN dalam rangka penyusunan neraca
pemerintah pusat dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Penilaian BMN berupa tanah dan/atau bangunan dalam
rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh Tim yang
ditetapkan oleh pengelola barang, dan dapat melibatkan penilai independen
yang ditetapkan oleh pengelola barang. Penilaian BMN dimaksud dilakukan
untuk mendapatkan nilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan
NJOP. Hasil penilaian dimaksud ditetapkan oleh pengelola barang. Penilaian
BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau
pemindahtanganan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh pengguna
barang, dan dapat melibatkan penilai independen yang ditetapkan oleh
pengguna barang. Penilaian BMN dimaksud dilaksanakan untuk
mendapatkan nilai wajar. Hasil penilaian dimaksud ditetapkan oleh pengguna
barang.

22
7. Pemindahtanganan

Barang Milik Negara/Daerah yang tidak diperlukan bagi


penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah dapat
dipindahtangankan. Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah
sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara penjualan, tukar tenukar,
hibah atau penyertaan modal pemerintah pusat/daerah. Dalam
pengembangan manajemen aset negara berdasarkan PP Nomor 27 Tahun
2014 telah mencakup penyederhanaan pendelegasian kewenangan
Pengelola kepada Pengguna berupa:
• Perhitungan nilai limit penjualan
• Pengkinian definisi lelang
• Perluasan pertimbangan hibah
• Perluasan cakupan mitra tukar-menukar
• Penyesuaian tujuan PMPP/D

Penjualan, yaitu adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada pihak lain


dengan menerima penggantian dalam bentuk uang. Pertimbangan Penjualan
BMN adalah:
1) dalam rangka optimalisasi BMN yang berlebih atau idle,
2) karena secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara, dan
3) sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun BMN yang dapat dijual adalah meliputi tanah dan/atau


bangunan, dan selain tanah dan/atau bangunan baik yang berada pada
Pengelola Barang dan yang status penggunaannya ada pada Pengguna
Barang.

Tukar menukar, yaitu pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukanantara


pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, atau antara pemerintah pusat
dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam bentuk barang,
sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang. Pertimbangan dilakukannya
tukar-menukar BMN adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional
penyelenggaraan pemerintahan, optimalisasi penggunaan BMN, atau tidak
tersedia dana dalam APBN. BMN yang dapat dilakukan Tukar-menukar

23
meliputi (a) tanah dan/atau bangunan baik yang berada pada Pengelola
Barang, maupun yang status penggunaannya ada pada Pengguna Barang,
dan (b) selain tanah dan/atau bangunan. Tukar-menukar BMN berupa tanah
dan/ atau bangunan dapat dilakukan dalam hal sudah tidak sesuai dengan
tata ruang wilayah atau penataan kota, belum dimanfaatkan secara optimal,
penyatuan BMN yang lokasinya terpencar, pelaksanaan rencana strategis
pemerintah/negara. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang ketinggalan
teknologi, sesuai kebutuhan/ kondisi/ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Hibah, pengalihan kepemilikan BMN dari Pemerintah Pusat kepada


Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian.
Pertimbangan untuk melakukan hibah BMN adalah untuk kepentingan sosial,
keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pihak yang dapat melaksanakan hibah BMN adalah:
1) Pengelola barang, untuk tanah dan/atau bangunan,
2) Pengguna barang:
• Untuk tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya
direncanakan untuk dihibahkan sebagaimana tercantum dalam
dokumen penganggaran,
• Tanah dan/atau bangunan yang diperoleh dari dana dekosentrasi
dan tugas pembantuan, sebagian tanah yang berada pada
pengguna barang,
• Dan selain tanah dan/atau bangunan.

Pengguna barang dalam melakukan hibah BMN yg dimaksud sudah dengan


persetujuan pengelola barang. Pihak yang dapat menerima hibah meliputi:
1) Lembaga sosial, lembaga keagamaan dan organisasi kemanusiaan
yang mendapatkan pernyataan tertulis dari instansi teknis yang
kompeten bahwa yang bersangkutan adalah sebagai lembaha
termaksud, dan
2) Pemerintah daerah.

24
Persyaratan, besaran nilai dan tata cara pelaksanaan hibah diatur lebih lanjut
dalam peraturan terkait.

Penyertaan modal pemerintah pusat (PMPP), yaitu pengalihan kepemilikan


BMN yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan
menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai
modal/saham negara pada BUMN, BUMD atau Badan Hukum lainnya yang
dimiliki Negara/Daerah. BMN dijadikan PMPP dalam rangka pendirian,
pengembangan, dan peningkatan kinerja BUMN/D atau Badan Hukum
lainnya yang dimiliki Negara/Daerah. Adapun pertimbangan dilakukannya
PMPP agar pengelolaan BMN tersebut akan lebih optimal apabila dikelola
oleh BUMN/D atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik
yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. Jenis BMN yang dapat
dilakukan PMPP adalah meliputi:
1) Tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang,
2) Tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai yang
tercantum dalam dokumen penganggarannya; serta
3) Selain tanah dan/atau bangunan.

Subjek Pelaksana PMPP adalah Pengelola Barang yaitu untuk tanah


dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang, dan Pengguna
Barang, dengan persetujuan Pengelola Barang yaitu untuk BMN berupa
tanah dan/atau bangunan yang dar i awal pengadaannya direncanakan untuk
disertakan sebagai modal pemerintah pusat sesuai yang tercantum dalam
dokumen penganggaran, dan BMN selain tanah an/atau bangunan. Pihak-
pihak yang dapat menerima PMPP meliputi BUMN, BUMD dan Badan Hukum
lainnya yang dimiliki Negara/Daerah. Ketentuan dalam pelaksanaan PMPP
diatur lebih lanjut dalam peraturan terkait.

8. Pemusnahan

Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan


BMN. Pemusnahan BMN dilakukan dalam hal BMN tidak dapat digunakan,
tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan atau

25
terdapat alasan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemusnahan dilaksanakan oleh pengguna barang setelah mendapat
persetujuan pengelola barang. Pelaksanaan pemusnahan dituangkan dalam
berita acara dan dilaporkan kepada pengelola barang. Pemusnahan
dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan atau
cara lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Pemusnahan Barang
Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

9. Penghapusan

Penghapusan, yaitu tindakan menghapus BMN dari daftar barang


dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik barang
yang berada dalam penguasaannya. Penghapusan BMN dari Daftar Barang
Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna dilakukan dalam hal:
• BMN dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang.
• karena salah satu hal yaitu penyerahan BMN kepada Pengelola Barang,
pengalihan status penggunaan, pemindahtanganan, putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya
hukum lainnya, atau menjalankan ketentuan undangundang,
pemusnahan,
• dan sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar
menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakar,
susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluwarsa, dan
mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ternak, serta
terkena dampak dari terjadinya force majeure.

Persyaratan penghapusan BMN selain tanah dan/atau bangunan


harus memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan ekonomis.
Penghapusan sebagaimana disebutkan di atas apabila memenuhi syarat

26
dapat ditindak lanjuti dengan pemusnahan. Pemusnahan dimaksud dapat
dilakukan dalam hal:
a. Tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat
dipindahtangankan, dan
b. Alasan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Adapun cara pemusnahan dapat dilakukan dengan dibakar,


dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan kedalam laut atau sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Penatausahaan

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,


inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Penatausahaan BMN meliputi
pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN. Inventarisasi adalah kegiatan
untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan
Barang Milik Negara/ Daerah.

Dalam penatausahaan BMN ini termasuk didalamnya melaksanakan


tugas dan fungsi akuntansi BMN. Penatausahaan BMN dilaksanakan untuk:
a. dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk menyusun
Laporan BMN yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca
pemerintah pusat.
b. dalam rangka mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN yaitu
menyediakan data agar pelaksanaan pengelolaan BMN dapat
dilaksanakan sesuai dengan azas fungsional, kapastian hukum,
transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai
antara lain perencanaan kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMN
setiap tahun.

Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan BMN


yang berada di bawah penguasaannya ke dalam Daftar Barang Pengelola
menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang

27
Milik Negara/Daerah yang status penggunaannya berada pada Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang ke dalam Daftar Barang Pengguna/Daftar
Barang Kuasa Pengguna menurut penggolongan dan kodefikasi barang.
Pengelola Barang menghimpun Daftar Barang Pengguna/ Daftar Barang
Kuasa Pengguna. Pengelola Barang menyusun Daftar Barang Milik
Negara/Daerah berdasarkan himpunan Daftar Barang Pengguna/Daftar
Barang Kuasa Pengguna dan Daftar Barang Pengelola menurut
penggolongan dan kodefikasi barang. Penggolongan dan kodefikasi Barang
Milik Negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pengguna Barang melakukan Inventarisasi Barang Milik


Negara/Daerah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Dalam hal
Barang Milik Negara/Daerah berupa persediaan dan konstruksi dalam
pengerjaan, Inventarisasi dilakukan oleh Pengguna Barang setiap tahun.
Pengguna Barang menyampaikan laporan hasil Inventarisasi kepada
Pengelola Barang paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya Inventarisasi.
Pengelola Barang melakukan Inventarisasi Barang Milik Negara/Daerah
berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Kuasa Pengguna Barang harus menyusun Laporan Barang Kuasa


Pengguna Semesteran dan Tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca
satuan kerja untuk disampaikan kepada Pengguna Barang. Pengguna
Barang menghimpun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan
Tahunan sebagai bahan penyusunan Laporan Barang Pengguna Semesteran
dan Tahunan. Laporan Barang Pengguna digunakan sebagai bahan untuk
menyusun neraca Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah
untuk disampaikan kepada Pengelola Barang. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pelaksanaan pembukuan, Inventarisasi, dan pelaporan
Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

28
11. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

Guna pelaksanaan pengelolaan BMN dapat berjalan efektif, efisien,


akuntabel dan terintegrasi maka diperlukan pengawasan dan pengendalian
antar kegiatan-kegiatan yang yang dilaksanakan.

a. Pembinaan
1) Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan BMN.
2) Menteri Keuangan juga menetapkan kebijakan tehnis dan melakukan
pembinaan pengelolaan BMN
b. Pengawasan dan pengendalian
1) Pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pemeliharaan, dan pengamanan yang berada pada pengusaannya.
Pelaksanaan pemantauan dan penertiban dimaksud untuk
kantor/satuan kerja dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang.
Selanjutnya Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang dapat
meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak
lanjut hasil pemantauan dan penertiban dimaksud. Kemudian Kuasa
Pengguna Barang dan Pengguna Barang menindaklanjuti hasil audit
dimaksud sesuai dengan ketentuan undang-undang.
2) Pengelola barang berwenang untuk melakukan pemantuan dan
investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan BMN, dalam rangka penggunaan, pemanfaatan,
dan pemindatanganan BMN sesuai ketentuan yang berlaku. Sebagai
tindak lanjutnya pengelola Barang dapat meminta aparat fungsional
untuk melakukan audit atas pelaksanaan penggunaan,
pemanfaatan, dan pemindahtanganan BMN. Selanjutnya, hasil audit
dimaksud disampaikan kepada Pengelola Barang untuk
ditindaklanjuti sesuai ketentuan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan


dan pengendalian atas Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan barang yang sah antara lain
barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, sebagai
pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, berdasarkan ketentuan undang-undang,
dan berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
Pengelolaan BMN adalah rangkaian kegiatan perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan dan pengamanan, pemanfaatan, penilaian, sampai
dengan penghapusan BMN dan tindaklanjutnya berupa pemindahtanganan yang
seluruh kegiatannya ditatausahakan serta dilakukan dengan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan Barang Milik Negara dilaksanakan
berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengelolaan Barang Milik Negara dilaksanakan
dengan berpedoman pada peraturan dan kebijakan terkait yang masih berlaku.

B. Saran

Peningkatan kualitas terhadap Sumber Daya Manusia yang


melaksanakan inventarisasi dan pengelolaan barang milik daerah perlu
diupayakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, atau bimbingan teknis. Dengan
adanya kegiatan semacam ini diharapkan kualitas pengelola barang milik negara
akan meningkat dan hal ini akan berdampak terhadap kualitas dari hasil
pengelolaan barang milik negara.

30
Daftar Pustaka

Undang-Undang RI No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2020 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/peraturan/browse/28/all/

https://peraturan.bpk.go.id/

https://jdih.mahkamahagung.go.id/

Anda mungkin juga menyukai