DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. TUJUAN DAN MANFAAT
D. METODE PENELITIAN
II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. KAJIAN TEORITIS
B. PRAKTIK EMPIRIS
III. PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
IV. ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
V. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. LANDASAN FILOSOFIS
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
C. LANDASAN YURIDIS
VI. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
A. JANGKAUAN DAN ARAH PENGATURAN
B. MATERI YANG AKAN DIATUR
VII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasal 7
Pasal 8
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1
Pasal 1 KUHP, (1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam
perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan terjadi. (2) Apabila ada perubahan perundang-undangan
sesudah perbuatan itu terjadi, maka haruslah dipakai ketentuan yang teringan bagi terdakwa.
Manfaat dari penyusunan pokok-pokok pikiran ini adalah merupakan
gambaran umum atau referensi bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan
dalam penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah.
Pembentukan peraturan daerah harus melahirkan peraturan yang dapat
mewakili rasa keadilan dari berbagai pihak, bukan hanya pemerintah daerah
atau masyarakat yang merasa mendapatkan manfaat dan yang tidak kalah
penting adalah sebagai bentuk perlindungan hukum bagi SKPD dan para
pihak yang terlibat didalam pelaksanaan peraturan ini nantinya baik
terhadap auditor maupun penyidik hukum.
D.METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
2. Sifat Penelitian
3. Pendekatan Masalah
A. KAJIAN TEORITIS
1. Asas Fungsional
Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah dibidang
pengelolaan barang milik daerah dilaksanakan oleh pengelola dan/atau
pengguna barang milik daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing.
2. Kepastian Hukum
Pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum
dan peraturan perundang-undangan, serta azas kepatutan dan keadilan.
3. Transparansi (Keterbukaan).
Penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan dan
membuka diri terhadap hak dan peran serta masyarakat dalam
memperoleh informasi yang benar dan keikutsertaannya dalam
mengamankan barang milik daerah.
4. Efisiensi
Penggunaan barang milik daerah diarahkan sesuai batasan-batasan
standar kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan
Tupoksi pemerintahan secara optimal.
5. Akuntabilitas Publik
Setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat
dipertaggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara.
6. Kepastian Nilai
Pendayagunaan barang milik daerah harus didukung adanya akurasi
jumlah dan nominal barang milik daerah. Kepastian nilai merupakan
salah satu dasar dalam Penyusunan Neraca Pemerintah dan
pemindahtanganan barang milik daerah.
B. PRAKTIK EMPIRIS
a. Pengamanan
Masalah utama dalam pengelolaan barang milik daerah adalah masalah
pengamanan. Utamanya adalah jika terdapat mutasi yang tidak tercatat
atau terdokumentasi menyebabkan barang milik daerah dapat hilang
atau sulit ditelusuri keberadaannya. Masalah pengamana menyangkut
tiga aspek yaitu secara administrasi, fisik dan hukum.
b. Pemanfaatan
Dalam hal pemanfaatan barang milik daerah, banyak barang milik daerah
yang masih menganggur karena sulitnya prosedur pemanfaatannya.
Pemanfaatan barang milik daerah yang menganggur tersebut ada
beberapa prosedur yang harus dilalui baik melalui sewa atau penjualan
kepada pihak ketiga ketika pemerintah daerah belum atau tidak
menggunakan.
c. Pengelolaan
Ketika barang milik daerah dikelola oleh SKPD dan dikerjasamakan
dengan pihak ketiga, maka kontrak yang sudah selesai harus
dikembalikan kepada pengelola barang milik daerah. Namun masalah
yang terjadi adalah siapakah yang harus membuat akta kerjasama
tersebut.
d. Mutasi
Sering terjadi pengabaian administrasi mutasi. Dengan demikian alur
distribusi penggunaan atau pemanfaatan barang milik daerah tidak atau
sulit terdeteksi. Pengembalian dari pemegang barang milik daerah kepada
pengelola barang milik daerah sulit dilakukan. Hal ini terjadi karena
keterjadian mutasi tidak dilaporkan.
e. Penghapusan
Ketika terjadi rehab bangunan, di sana masih terdapat sisa material yang
dapat digunakan. Berarti harus muncul pada Rencana Angggaran Biaya
(RAB) berikutnya yaitu memanfaatkan material sisa bongkar bangunan
sebelumnya. Hal demikian perlu catatan tentang penghapusan barang
milik daerah gedung lama dan penilaian gedung baru tercatat dengan
jelas.
f. Pengawasan dan pengendalian
Masalah tentang pengawasan dan pengendalian karena belum tersedia
sistem database yang dapat secara langsung memberi tahu kapan
kontrak barang milik daerah dengan pihak ketiga.
g. Penilaian
Sering muncul terjadi masalah terkait dengan kesenjangan harga riil dan
nilai NJOP. Penilaian nilai tanah oleh pemerintah berdasar dengan NJOP
dalam penilaian tanah untuk laporan keuangan dan neraca. Sedang di
luar tanah menggunakan jasa KJPP (apraisal).
BAB III
PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
Barang Milik Daerah adalah aset daerah berupa barang bergerak dan
barang tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai Pemerintah Daerah yang
sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah serta perolehan lain yang sah yang terdiri dari :
1. Barang-barang yang dikuasai/dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan
barang-barang yang diserahkan penggunaannya/pemakaiannya kepada
Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah maupun pada Intansi/Lembaga
lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2. Barang-barang yang dimiliki/dikuasai oleh Perusahaan Daerah, Badan
dan Yayasan yang berstatus kekayaan Daerah yang dipisahkan.
Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun
yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun tidak
bergerak, beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu
yang dapat dinilai, dihitung, diukur dan ditimbang termasuk hewan dan
tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya.
Pengertian Barang Milik Daerah berdasarkan Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah
adalah, meliputi : barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan barang yang berasal dari perolehan
lainnya yang sah, yang meliputi : barang yang diperoleh melalui
hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian atau kontrak, barang yang diperoleh berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau barang yang diperoleh
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
Dalam lain hal, aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk berkreasi dalam
pengelolaan barang milik daerah, dengan mengacu pada undang-undang dan
peraturan yang berlaku. Sedangkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, menjelaskan bahwa kewenangan penyelenggaraan pemerintah daerah
lebih besar.
Pengelolaan barang milik daerah juga terkait dengan otonomi daerah.
Barzelay (1991) menjelaskan bahwa otonomi daerah melalui desentralisasi
fiskal terkandung tiga misi utama, yaitu :
1. Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah.
2. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta
(berpartisipasi) dalam proses pembangunan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan
mengurus daerahnya, pemerintah daerah dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan memudahkan masyarakat ikut mengontrol penggunaan barang
milik daerah secara baik dan transparan. Dalam hal ini pengelolaan barang
milik daerah dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pelayanan
masyarakat. Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah pada
prinsipnya adalah Kepala Daerah sebagai Kepala pemerintahan daerah. Pada
Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, dijelaskan bahwa kekuasaan
pengelolaan barang milik daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota yang
berwenang dan bertanggung jawab :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan barang
milik daerah;
c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan barang milik
daerah;
d. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;
e. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang
memerlukan persetujuan DPRD;
f. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan dan penghapusan
barang milik daerah sesuai batas kewenangannya;
g. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan; dan
h. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk
kerjasama penyediaan infrastruktur.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah mengamatkan bahwa
barang milik daerah harus dikelola secara efektif dan efisien. Terkait dengan
barang milik daerah berupa kendaraan, maka hal ini dapat dikaitkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan Barang Milik
Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas. Karena di pemerintahan
daerah juga memiliki barang milik daerah berupa kendaran perorangan dinas,
maka perlu diatur pengelolaannya, yang mana membutuhkan pedoman
pengaturannya. Dalam hal ini perlu Peraturan Daerah tentang hal tersebut.
BAB IV
ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
A. LANDASAN FILOSOFIS
B. LANDASAN SOSIOLOGIS
C. LANDASAN YURIDIS
Pasal 511
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan barang milik daerah diatur
dengan Peraturan Daerah yang berpedoman pada Peraturan Menteri ini.
(2) Peraturan Daerah tentang pengelolaan barang milik daerah yang telah
ditetapkan agar menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Astawa, I Gde Pantja, 2014, Hukum Otonomi Daerah di Indonesia, hal. 24, PT.
Alumni, Bandung.
Marzuki, Mahmud Peter, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada, Media
Group.
Muhjad, Hadin M, 2008, Dasar-Dasar Penelitian Hukum, Program Magister
Ilmu Hukum Universitas Lambung Mangkurat.
Pusat Bahasa, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
SumartoSj, Hetifah, 2003, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, Jakarta,
Yayasan Obor Indonesia.
Wignjosoebroto, Soetandyo, 2003, Hukum Paradigma, Metode, dan Dinamika
Masalahnya.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Udang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 tentang Penjualan Barang Milik
Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2018 Tentang Penilai
Barang Milik Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah
Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah