Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945, secara definitif tertuang tujuan negara

Indonesia yang salah satunya adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Sebagai negera hukum, Indonesia berkewajiban melindungi harkat dan

martabat setiap warga negaranya.

Merujuk pada pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 sebelum di

amandemen NKRI yang berisi tentang Pembagian Daerah Indonesia atas

Daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan

dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar

permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul

dalam Daerah- Daerah yang bersifat istimewa..Penjelasannya adalah berikut

ini:

1. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat maka Indonesia tak

akan mempunyai Daerah di dalam lingkungannya yang bersifat staat juga.

Daerah Indonesia akan dibagi dalam Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi

akan dibagi pula dalam Daerah yang lebih kecil. Daerah Daerah itu bersifat

otonom (streek dan locale rechtsgemeenschappen) atau bersifat

Daerah administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan

1
ditetapkan dengan undangundang. Daerah-Daerah yang bersifat otonom

akan diadakan badan perwakilan Daerah, oleh karena di Daerah

pun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan.

2. Dalam teritorial Negara Indonesia terdapat + 250 Zelfbesturende

landschappen dan Volkgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali,

nagari di Minangkabau, dusun marga di Palembang. Daerah-Daerah itu

mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai

Daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati

kedudukan Daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara

yang mengenai Daerah-Daerah itu akan mengingatkan hak-hak asal-usul

Daerah tersebut

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang tersebut negara Kesatuan

Republik Indonesia terdiri dari daerah besar dan kecil atau dalam bahasa

konstitusionalnya diartikan sebagai pemencaran kekuasan di lakukan melalui

badan-badan publik satuan pemerintahan di daerah dalam wujud desentralisasi

teritorial, yang mempunyai kewenangan, tugas dan tanggung jawab yang

mandiri. Sehingga terdapat dua nilai dasar yakni nilai unitaris dan nilai

desentralisasi territorial. Maksud dari Nilai unitaris adalah bahwa Indonesia

tidak akan memiliki satuan pemerintahan lain yang bersifat Negara, artinya

kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan Negara Indonesia tidak akan

terbagi dalam kesatuan-kesatuan pemerintahan.

Sehingga terdapat dua nilai dasar yakni nilai unitaris dan nilai

desentralisasi teritorial. Maksud dari Nilai unitaris adalah bahwa Indonesia

2
tidak akan memiliki satuan pemerintahan lain yang bersifat Negara, artinya

kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan Negara Indonesia tidak akan

terbagi dalam kesatuan-kesatuan pemerintahan1.

Melalui nilai ini pemerintah memberikan otonomi kepada

pemerintahan yang berada dalam wilayah tertentu agar pemerintahan dan

masyarakat yang bersangkutan berkemampuan, berprakarsa dan kreatif dalam

mengembangkan dirinya. Masyarakat setempat dapat menyalurkan suara dan

menentukan pilihannya dalam pelayanan dan pembangunan lokalitas.

Adanya nilai kedua ini membuktikan bahwa negara kesatuan Republik

Indonesia tidak diselenggarakan secara sentralistik karena sentralistik dianggap

tidak mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat yang tergolong sangat

majemuk dengan kondisi dan potensi yang beragam. Pelaksanaan Otonomi

Daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksana pembangunan secara

keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk

mengelolah, mengembangkan dan membangun daerah masing- masing sesuai

kebutuhan dan potensi yang dimiliki2.

Untuk merealisasi pelaksanaan otonomi daerah ini terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, terdapat

tiga asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yakni salah satunya asas

desentralisasi yaitu Pemerintah Pusat menyerahkan Sebagian urusan

Pemerintahan kepada Pemerintah Daerah.

______________
1
M. Aries Djaenuri, 2023, Konsep-Konsep Dasar Pemerintahan Daerah Modul 1, hlm. 6,
2
Ibid, hlm. 6

3
Salah satu dampak dari desentralisasi adalah adanya perubahan dalam

pembagian alokasi keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

perubahan pembagian alokasi keuangan dilaksanakan secara propersional,

demokrastis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan

kebutuhan daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah ini diperlukan kewenangan

yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara profesional yang

diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya

nasional yang berkeadilan serta pembagian keuangan pemerintah pusat dan

daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah diperlukan suatu paradigma baru

mengenai pengelolaan aset daerah, yang memuat tentang bagaimana

meningkatkan efesiensi, efektifitas serta meningkatkan nilai tambah dalam

pengelolaan aset daerah3.

Wujud nyata keseriusan pemerintahan dalam menangani aset daerah

dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah di perdalam lagi dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan

Barang Milik Daerah. Barang Milik Daerah berupa persediaan merupakan salah

satu yang termasuk dalam aset lancar, sedangkan Barang Milik Daerah yang

termasuk dalam kategori aset nonlancar adalah aset tetap yang berupa tanah,

peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan

konstruksi dalam pengerjaan.

______________
3
Ibid, hlm. 7

4
Barang Milik Daerah/aset yang dicatat dan dilaporkan dalam neraca

merupakan salah satu unsur pembentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Laporan Keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban keuangan

pemerintah yang dibuat dan disusun sesuai dengan standar akuntansi

pemerintah.

Kegiatan Pengadaan barang sangat dibutuhkan dalam kegiatan

pemerintahan serta digunakan sebagai sarana dalam kegiatan pelayanan

publik. Dalam hal pengadaan barang tersebut,barang yang akan dibeli harus

disesuaikan dengan perencanaan kebutuhannya serta pemanfaatan barang-

barang tersebut bagi penunjang pelaksanaan kegiatan daerah. Barang Milik

Daerah merupakan seluruh barang yang cara perolehannya dibebankan kepada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) atau

barang yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah. Hal tersebut

dijelaskan pada Pasal 1 Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor

6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dalam kata

lain Barang Milik/Kekayaan Negara BM/KN yakni barang bergerak/barang

tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah yang sebagian

atau seluruhnya dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah ataupun dengan perolehan lainnya yang sah, yang tidak

termasuk dalam kekayaan Negara yang dipisahkan (dikelola oleh Badan

Usaha Milik Negara) dan kekayaan pemerintah daerah.

5
Barang Milik Daerah tersebut merupakan asset negara dimana

pengelolaannya tidak hanya terhadap proses administrasinya saja, melainkan

juga harus memperhatikan efisiensi, efektifitas, dan menciptakan nilai tambah

dalam pengelolaan asset tersebut4.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang telah

mendapat penyempurnaan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2008, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dimana menjelaskan

bahwa yang disebut sebagai barang milik daerah adalah sebagi berikut :

1. Barang milik daerah yang meliputi :

a. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah; dan

b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

2. Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang sejenis;

b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau

d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

_______________
4
Sadu Wasistiono, M.S, 2009, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Bandung, hlm. 169

6
Pejabat Daerah yang memiliki kewenangan untuk mengelola barang-

barang yang ada dengan tugas mengawasi dan mengelola barang-barang

tersebut serta menggunakan sesuai dengan peruntukan dan fungsinya. Suatu hal

yang tidak dapat dihindari dengan adanya penggunaan secara terus menerus

dan ditambah dengan adanya suatu tindakan pemeliharaan yang tidak serius

maka akan menyebabkan kondisi dari barang-barang tersebut menjadi rusak

baik kerusakan ringan maupun rusak berat, selain permasalahan tersebut ada

juga barang/aset yang tidak ditemukan.

Aset tersebut tercatat tapi tidak ditemukan dilapangan peyebabnya yaitu 5:

1. Kurangnya pengawasan dan pemantauan

2. Kurangnya inventarisasi Aset/Barang Milik Daerah

3. Minimnya proses pengelolaan dari Pengurus Barang.

Bagi pengguna informasi akuntansi, nilai barang milik daerah /aset

yang tersaji dalam laporan keuangan pemerintah akan digunakan untuk

menganalisa kondisi keuangan pemerintah. Jika barang milik daerah/aset

yang sudah rusak dan tidak digunakan lagi atau barang milik daerah yang

sudah hilang dan tidak dihapuskan namun masih tetap dilaporkan dalam

laporan keuangan, maka pengambilan keputusan yang didasarkan pada

informasi tersebut tentu tidak tepat. Berkaitan dengan yang sudah rusak atau

hilang, salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah terkait

dengan permasalahan tersebut adalah tindakan penghapusan barang milik

daerah.

_______________
5
Putu Wawan Martina, Titiek Herwanti, & Hermanto, M.S, 2018, Implementasi Penghapusan
Barang Milik Daerah Rusak Berat Pada Pemerintah Kota Mataram, vol. 4 hal 43

7
Kota Solok mempunyai Aset daerah yang merupakan sumber daya

penting bagi pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah Kota Solok untuk dapat

mengelola aset secara memadai. Pemerintahan Kota Solok terbagi atas beberapa

Satuan Kerja Perangkat Daerah salah satunya yaitu Sekretariat Daerah Kota

Solok dalam pengelolaan asetnya dikelola pada Bagian Umum. Pengelolaan

barang milik daerah/aset terbagi atas beberapa lokasi yaitu Rumah Jabatan

Walikota, Rumah Jabatan Wakil Walikota, Rumah Dinas Sekretaris Daerah dan

Sekretariat Daerah. Berikut daftar barang miik daerah/ aset berdasarkan

informasi dari Bendahara Barang dan Kepala Bagian pencatatan aset terdiri dari :

Tanah yang mencangkup tanah rumah jabatan, dan rumah dinas Pemerintah

Daerah, sedangkan peralatan dan mesin terdapat alat berat, alat angkutan, alat

bengkel, alat pertanian dan peternakan, alat kantor dan rumah tangg serta alat

studio komunikasi. Aset Gedung dan bangunan yang tercatat gedung sekretariat,

rumah jabatan dan rumah dinas, garase dan Aset tetap lainnya yang merupakan

barang extracountable buku/perpustakaan, barang bercorak kesinian dan hewan

ternak serta tumbuhan.

Banyak permasalahan yang ditemui salah satu hak yang paling krusial

yaitu barang yang tidak ditemukan sehingga menjadi sebuah temuan Badan

Pemeriksa Keuangan berdasarkan penjelasan Kepala Bagian Umum sebagai

berikut :

8
1. Surat Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatera Barat

Nomor: 23/LKPD-KotaSolok/04/2022 tanggal 2 Mei 2022 tentang

Penyampaian Lembaran temuan Pemeriksaan

2. Surat Sekretaris Daerah Kota Solok No: 405/Setda/04/2022 tanggal 4 Mei

2022 perihal Tindak Lanjut Rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia dalam Laporan Hasil pemeriksaan atas Penilaian

Kembali Barang Milik Negara Tahun 2020- 2021.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2016

Aset daerah yang memiliki kondisi barang yang tidak layak digunakan seperti

Barang Tidak Bergerak dikarenakan :

a. Rusak berat, terkena bencana

b. Tidak dapat digunakan secara optimal

c. Terkena planologi ( perencanaan pembangunan ) kota

d. Kebutuhan organisasi

e. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi. Barang Bergerak Pertimbangan

Teknis ;

1. Secara fisik tidak dapat digunakan

2. Akibat mordinisasi

3. Telah melampaui batas waktu

4. Megalami perubahan dasar spesifikasi

5. Selisih kurang akibat penggunaan/susut. Pertimbangan Ekonomi:

a. Jumlah berlebih

b. Secara ekonomis lebih untung apabila dihapus.

9
c. Karena Hilang ;

1. Kesalahan kelalaian bendaharawan barang/pemegang barang

2. Mati bagi tanaman/hewan ternak

3. Karena kecelakaan atau alasan tidak terduga ( force majeure )

4. Sudah bisa dilakukan Penghapusan untuk kondisi barang

tertentu, hal ini bertujuan untuk mencegah barang yang semakin

lama semakin, jumlah berlebih

5. Secara ekonomis lebih untung apabila dihapus dan kualitas

pemakaianya sehinga apabila di hapuskan dari daftar pengguna

barang Pemerintah Daerah tidak mengeluarkan biaya perawatan

yang berlebihan.

Namun berdasarkan penelitian penulis ternyata diantara aset-aset

yang banyak tersebut ada barang yang tidak ditemukan dengan tahun yang

sudah masuk kategori sudah bisa dihapuskan, akan tetapi masih belum

dihapuskan/dibiarkan. Dari fenomena diatas peneliti melihat gejala-gejala lain

yang berhubungan dengan barang yang tidak ditemukan antara lain :

1. Penatausahaan aset di Kota Solok secara umum dan Sekretariat Daerah

secara khusus masih jauh dari tertib administrasi dan akuntabel

2. Masih ada dokumen adminstrasi aset tersebut yang tidak memiliki

kelengkapan.

3. Kurangnya sumber daya manusia di kantor Sekretariat Daerah Kota Solok

dalam memahami teknis Penghapusan Barang Milik Daerah terhadap

barang yang tidak ditemukan.

10
Berdasarkan latar belakang di atas yang diuraikan serta gejala-gejala

yang ditemukan peneliti dilapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mendalam dengan judul : “Pelaksanaan Penghapusan Barang

Milik Daerah Terhadap Barang Yang Tidak Ditemukan Pada Bagian

Umum Sekretariat Daerah Kota Solok“

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut diatas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penghapusan barang milik daerah terhadap barang yang

tidak ditemukan pada Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Solok ?

2. Apa kendala penghapusan barang milik daerah terhadap barang yang tidak

ditemukan pada Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Solok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari pelaksanaan penghapusan barang milik daerah

terhadap barang yang tidak ditemukan pada Bagian Umum Sekretariat Daerah

Kota Solok adalah :

1. Untuk mengetahui proses penghapusan barang milik daerah terhadap

barang yang tidak ditemukan pada Bagian Umum Sekretariat Daerah

Kota Solok.

2. Untuk mengetahui kendala penghapusan barang milik daerah terhadap

barang yang tidak ditemukan pada Bagian Umum Sekretariat Daerah

Kota Solok.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Teoritis

11
1. Menambah referensi dalam penelitian yang terkait dengan Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah lebih khusus terkait dengan Penghapusan

Barang Milik Daerah yang tidak ditemukan.

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam pengembangan wawasan keilmuan bagi perkembangan Ilmu

Hukum, khususnya dalam Hukum Administrasi Negara.

b. Manfaat secara praktis

1. Berguna untuk membela pola pikir dinamis penyusun serta

mengembangkan daya nalar penyusun yang berhubungan dengan

pelaksanaan penghapusan barang milik daerah yang tidak ditemukan.

2. Berguna sebagai bahan masukan terhadap seluruh pemerintah

pemegang otonomi daerah khususnya Pemerintah Kota Solok

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

bagi penelitian-penelitian sejenis pada masa mendatang serta menambah

hasanah kepustakaan di bidang Ilmu Hukum.

E. Metode Penelitian

Agar suatu penelitian dapat berjalan dengan baik maka perlu

menggunakan suatu metode penelitian yang baik dan tepat. Berdasarkan hal

tersebut, penyusun dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

12
Penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum yuridis sosilogis, jenis

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian lapangan

(field research). Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang

dilaksanakan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap obyek

tertentu yang membutuhkan suatu analisa komperehensif dan menyeluruh.

Selain menggunakan penelitian lapangan, peneliti juga melakukan penelitian

yang didukung oleh kajian pustaka6.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskritif analitis, yaitu penelitian dengan

menekankan cara untuk menggambarkan, menguraikan dan menganalisis

obyek penelitian, dimaksud untuk memberikan data yang berkaitan dengan

judul penelitian secara jelas dan rinci kemudian dianalisis guna menjawab

permasalahan yang ada.

________________
6
Suharsimi Arikunto, 1989, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, Jakarta: Bina Aksara, hlm. 11
Penelitian ini juga menguraikan ataupun mendeskripsikan data yang

diperoleh secara empiris lalu diuraikan untuk melakukan suatu telaah

terhadap data tersebut secara sistematik7.

Dalam penelitian ini, dimaksud untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai proses Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah lebih khusus

terkait dengan penghapusan terhadap barang yang tidak ditemukan

13
3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekretariat Daerah Kota Solok lebih

khususnya di Bagian Umum.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk menelaah terhadap dokumen dan

wawancara yang ditemukan peneliti di lapangan adalah :

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui penelitian di

lapangan, bersifat autoriatif artinya mempunyai otoritas, berupa sejumlah

informasi keterangan serta hal yang berhubungan dengan obyek

penelitian5. Pengambilan data primer ini diperoleh dengan cara

melakukan wawancara langsung dengan para pihak yang terkait dengan

masalah penelitian ini yaitu Sekretariat Daerah Kota Solok8.

________________
7
Zainudin, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 105
8
Hardani, dkk, 2020, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta: Pustaka Ilmu. hlm
401
b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber bahan kepustakaan dan

dibedakan kedalam bahan primer, bahan sekunder, dan bahan hukum

tersier9.

1. Bahan hukum primer yang digunakan adalah norma atau kaidah dasar

hukum10, peraturan yang berlaku di Indonesia seperti Undang-undang

14
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438), Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

2. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer11 seperti dokumen-dokumen yang merupakan informasi

dan artikel-artikel yang berkaitan dengan peranan pemerintah terhadap

pembinaan serta pengawasan koperasi dikaitkan dengan aspek hukum

administrasi daerah, hasil penelitian, pendapat pakar hukum serta

beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

________________
9
Muh.Yani Balaka, dkk, 2022, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: Widina Bakti, hlm. 25
10
L.J. Van Apeldoorn, 2005, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 31, PT. Pradnya Paramita, hlm. 3
11
Ani Purwati, 2022, Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek, CV Jakad Media Publishing,
hlm. 10

3. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yakni Kamus

Hukum, Kamus Besar Indonesia dan sebagainya12.

5. Tenik Pengumpulan Data

Teknik peliputan/pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk

mengumpulkan informasi atau fakta-fakta dilapangan. Adapun teknik atau

15
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Lapangan

Pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian

untuk mengadakan penelitian secara langsung.

Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data yang valid dengan

pengamatan langsung dan wawancara. Dalam penelitian hukum yang

dilakukan ini, penyusun menggunakan metode observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

1) Observasi

Metode observsi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan

observasi akan dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.

_________________
12
Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 9
Sebagai metode ilmiah, observasi sering diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

tampak pada obyek penelitian.

2) Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh suatu informasi. Langkah

16
awal dalam penelitian ini menulis melakukan wawancara kepada

Kepala Bagian Umum dan Bendahara Barang Sekretariat Daerah

Kota Solok.

3) Dokumentasi

Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data atau variable berupa

catatan dan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang

dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan

diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan, majalah, jurnal, table,

karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan undang-

undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari,

dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat

diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan

penelitian yang akan dilakukan.

6. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul secara lengkap, maka tahap selanjutnya adalah

analisis data. Teknik analisis data adalah proses mengolah dengan cara

mengorganisasikan data dan ditemukan tema dan tafsiran tertentu dari

susunan itu.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan terhadap masalah yang diangkat, maka

pembahasannya disusun secara sistematis, seluruh pembahasan dalam

penelitian ini terdiri dari 5 bab, pada setiap bab terdiri dari beberapa sub

pembahasan. Adapun rincian pembahasannya sebagai berikut:

17
BAB I merupakan pendahuluan yang bertujuan untuk mengantarkan

pembahasan secara keseluruhan. Pada bab ini akan menguraikan

mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, akan membahas mengenai tinjaun umum penghapusan barang

milik daerah pada Sekretariat Daerah Kota Solok

Bab III, beirisi tentang mengenai proses penghapusan barang milik

daerah terhadap barang yang tidak ditemukan pada Bagian umum

Sekretariat Daerah Kota Solok, pelaksanaan penghapusan barang milik

daerah terhadap barang yang tidak ditemukan pada Bagian Umum

Sekretariat Daerah Kota Solok dan kendala penghapusan barang milik

daerah terhadap barang yang tidak ditemukan pada Bagian Umum

Sekretariat Daerah Kota Solok

Bab IV, Penutup, isi dan saran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Sekretariat Daerah Kota Solok

Peraturan Walikota Solok Nomor 3 Tahun 2020 tentang Tugas dan

Fungsi Jabatan Struktural Pada Sekretariat Daerah Kota Solok Bagian Umum

18
dipimpin oleh Kepala Bagian yang berkedudukan dibawah dan bertanggung

jawab kepada Asisten Administrasi Umum. Peraturan Walikota Solok Nomor 3

Tahun 2020 tentang Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Pada Sekretariat Daerah

Kota Solok Bagian umum dipimpin oleh Kepala Bagian yang berkedudukan

dibawah dan bertanggung jawab kepada Asisten Administrasi Umum :

1. Kepala Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

pelaksanaan kebijakan dan pemantauan dan evaluasi di bidang tata

usaha pimpinan, staf ahli, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan.

2. Kepala Bagian Umum dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi

koordinasi tentang :

a. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang tata usaha

pimpinan, staf ahli, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan;

b. Penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang

tata usaha pimpinan, staf ahli, keuangan, rumah tangga dan

perlengkapan; dan

c. Pelaksaaan fungsi lain yang diberikan oleh Asisten Administrasi

Umum yang berkaitan dengan tugasnya.

Bagian Umum sebagian besar melaksanakan program-program non

urusan yang merupakan kegiatan rutin Satuan Kerja Perangkat Daerah yakni

program peningkatan pelayanan administrasi perkantoran, target kinerja program

ini adalah terlaksananya pemenuhan kebutuhan rutin administrasi operasional

kantor, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur. Target kinerja

19
program ini adalah meningkatnya sarana dan prasarana dan pemeliharaan

gedung/kantor, rumah jabatan/dinas, kendaraaan jabatan/dinas serta program

peningkatan kapasitas sumber daya aparatur, target kinerja yang akan dicapai

adalah meningkatnya kapasitas sumber daya aparatur.

Struktur Organisasi

Struktur Bagian Umum dapat dilihat pada halaman berikut ini :

Bagan Struktur Organisasi Bagian Umum Sekretariat Daerah

Bagan 1.1

Struktur Organisasi

Kepala Bagian Umum


Zulfadrim, SS,M.Sc.M.Ap,Ph.d
NIP. 197611022006041003

Kasubbag. Tata Usaha Kasubbag. RT dan Kasubbag. Keuangan


Perlengkapan
Yulianis, S.Sos Novery, SE
Erbatsi Susmita, SE, MM
NIP.197507042006042015 NIP.197611262008031001
NIP. 198103192011012001

STAF STAF STAF

Sumber Data : Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Solok

Secara keseluruhan, jumlah personil / pegawai Bagian Umum Sekretariat

Daerah Kota Solok sampai tanggal 31 Desember 2022 adalah sebanyak 73 orang,

dengan rincian16 orang Pegawai Negeri Sipil, 1 orang Pegawai Tidak Tetap dan

56 orang Tenaga Honorer (tenaga administrasi, sopir dan ada yang diperbantukan

ke Organisasi Perangkat Daerah lain termasuk 9 orang cleaning service/pembantu

rumah tangga). Secara lengkap, gambaran tentang kepegawaian pada Bagian

20
Umum Sekretariat Daerah Kota Solok menurut status pangkat dan golongan

adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut halaman ini :

Tabel 1.1

Jumlah Pegawai Pada Bagian Umum


Unit Kerja di Lingkungan Bagian Umum
Wakil PKK
No
Status kepegawaian
Gol/Ruang Bag Walikot Sekd Staf
Waliko Asisten DW TOTAL
Umum a a Ahli
ta GOW
1 Pegawai Negeri Sipil
Pembina IV.a 1 1
Penata Tk.I III.d 1 1
Penata III.c 2 2
Penata Muda Tk.I III.b 3 3
Penata Muda III.a 2 2 1 1 6
Pengatur Tk.I II.d 2 2
Pengatur Muda Tk.III.b 1 1 2
2 PTT 1 1
3 Kontrak (Tng Adm) 27 1 2 2 32
4 Kontrak (Sopir) 6 2 2 1 1 1 1 14
5 Cleaning Service 0 4 4 1 9
TOTAL 46 6 6 4 3 5 3 73

Sumber Data : Jumlah Pegawai menurut Status, Pangkat dan Golongan (Per 31 Desember 2022)

Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan

barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan

mengacu pada klasifikasi status pegawai, maka tingkat pendidikan yang

ditamatkan oleh Pegawai Bagian Umum Sekretariat Daerah Kota Solok adalah

sebagai berikut :

1. 1 Orang berpendidikan S3

2. 25 orang berpendidikan S1

3. 2 orang berpendidikan D3

4. 46 orang berpendidikan SMA/sederajat

21
B. Tinjauan Umum Tentang Barang Milik Daerah

1. Pengertian Barang Milik Daerah

Pada dasarnya aset daerah adalah istilah ekonomi dan dengan

demikian aset merupakan sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis. Secara

umum aset adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang

mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial

value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha,

instansi atau individu (perorangan)13.

Setiap organisasi, baik pemerintah, swasta, sebuah rumah tangga, maupun

individu tentu memiliki aset. Pengertian aset yang dalam bahasa Indonesia dikenal

dengan istilah “kekayaan” atau ada yang menyebut asset, atau real property. Ketiga

istilah ini memiliki arti sama serta telah umum diungkapkan dan didengar oleh

masyarakat kita dalam kehidupan sehari-hari. Kata real property sering kali

melekat dengan istilah lain, yaitu real estate.Definisi dari masing-masing kata

tersebut yaitu :

____________
13
Nama I Ketut, 2020, Pengelolaan Aset Daerah, Yogyakarta: LPM. hlm. 7

1. Property meliputi seluruh kepentingan, hak, dan manfaat yang berkaitan

dengan suatu kepemilikan.

2. Real property (1) adalah hak perorangan atau badan hukum untuk

memiliki dalam arti menguasai tanah14

Pengertian aset tersebut pada dasarnya berlaku pula untuk aset yang

dikuasai atau dimiliki oleh negara/daerah berdasarkan suatu syarat tertentu.

22
Aset adalah benda yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda

bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang yang tidak bergerak

(tanah dan atau bangunan) dan barang bergerak, baik yang berwujud

(tangible) maupun tidak terwujud (intangible), yang tercakup dalam

aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha,

institusi atau individu perorangan15.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Barang Milik

Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah. Dalam pengelolaannya,

________________
14
Sri Wahyuni.2020.Pengantar Manajemen Aset.Makasar: CV Nas Media Pustaka. hlm 1
15
Seksi Inventarisasi, Pelaporan, dan Perencanaan Bidang Aset. 2012. Buku Saku Pengelolaan
Barang Milik Daerah. Jakarta , hlm. 26

Barang Milik Daerah secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang

Milik Daerah. Terdapat 11 (sebelas) alur pengelolaan Barang Milik Daerah

yang diatur dalam aturan tersebut, yaitu perencanaan kebutuhan dan

penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan

pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan,

penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Penjelasan dari

23
masing-masing alur pengelolaan Barang Milik Daerah adalah sebagai

berikut:

a. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan

barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah

lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan

tindakan yang akan datang.

b. Pengadaan adalah tahapan pengadaan barang milik daerah yang diusulkan

melalui Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah untuk periode 1 (satu)

tahun yang dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan

terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel;

c. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam

mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan

tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan;

d. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak

digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat

Daerah dan/atau optimalisasi barang milik daerah dengan tidak mengubah

status kepemilikan;

e. Pengamanan dan pemeliharaan adalah upaya untuk melakukan perlindungan

terhadap barang milik daerah agar tetap berfungsi dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi pemerintahan yang dilakukan dalam bentuk pengamanan

administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum;

f. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas

suatu objek penilaian berupa barang milik daerah pada saat tertentu;

24
g. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah;

h. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan barang

milik daerah;

i. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar

barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk

membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa

Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang

yang berada dalam penguasaannya;

j. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian adalah tahapan pembinaan,

pengawasan dan pengendalian pengelolaan barang milik daerah yang

dilakukan oleh pejabat terkait (Menteri Dalam Negeri, Pengelola Barang

dan Pengguna Barang).

2. Penghapusan Barang Milik Daerah

Lingkup pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan siklus yang

dilalui oleh para penyelenggara pemerintahan dimulai dari proses perencanaan

kebutuhan hingga proses pengawasan dan pengendalian. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah disebutkan bahwa pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

meliputi :

a. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran;

25
b. Pengadaan;

c. Penggunaan;

d. Pemanfaatan;

e. Pengamanan dan pemeliharaan

f. Penilaian;

g. Pemindahtanganan

h. Pemusnahan;

i. Penghapusan;

j. Penatausahaan;

k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Adapun dasar Hukum penghapusan penghapusan :

1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah yang telah diubah ke dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan atas PP

Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

4. Keputusan Gubernur Nomor 179 Tahun 2002 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penyelesaian Aset Milik/Dikuasai Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dan terakhir telah dirubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 80

Tahun 2013. (Dalam Proses Revisi karena menunggu terbitnya PERDA

26
terbaru)

Keputusan Gubernur Nomor 125 Tahun 2002 tentang Ketentuan

Pemanfaatan Bekas Tanah Brandgang yang Tidak Berfungsi lagi sebagai

Tanah Brandgang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur

Nomor 38 Tahun 2013

Salah satu kegiatan dalam pengelolaan Barang Milik Daerah tersebut

adalah penghapusan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

menyebutkan bahwa Penghapusan merupakan tindakan menghapus Barang

Milik Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat

yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang

dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik

atas barang yang berada dalam penguasaannya. Penghapusan Barang Milik

Daerah meliputi : Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar

Barang Kuasa Pengguna, dilakukan dalam hal Barang Milik Daerah sudah

tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna

Barang16;

1. Penghapusan dari Daftar Barang Pengelola, dilakukan dalam hal Barang

Milik Daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang

2. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah, dilakukan dalam hal terjadi

penghapusan Barang Milik Daerah dari Daftar Barang Pengguna dan/atau

Daftar Barang Kuasa Pengguna dan penghapusan Barang Milik Daerah dari

Daftar Barang Pengelola yang disebabkan karena :

a. Pemindahtanganan atas barang milik daerah;

27
b. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan sudah tidak

ada upaya hukum lainnya;

c. Menjalankan ketentuan undang-undang;

d. Pemusnahan;

e. Sebab lain.

Adapun dasar hukum penghapusan diantaranya :

1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah yang telah diubah ke dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan atas PP

Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

_____________
16
Tim UJDIH BPK Perwakilan Kalimantan Barat, 2020, Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik
Daerah. Kalimantan Barat, hlm. 5

Barang Milik Daerah yang sudah tidak berada dalam penguasaan

Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang

disebabkan karena :

1. Penyerahan barang milik daerah;

2. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah;

3. Pemindahtanganan atas barang milik daerah;

4. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan sudah tidak

ada upaya hukum lainnya;

28
5. Menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan

Alur penghapusan barang milik daerah berdasarkan BPAD DKI Jakarta

yang merupakn pilot project aset sebagai berikut :

BAGAN 1.1

ALUR PENGHAPUSAN BARANG

Setelah dilakukan penghapusan suatu barang yang merupakan milik

negara/daerah dari daftar pengelola barang, daftar pengguna barang atau

kuasa pengguna barang, langkah berikutnya adalah penghapusan dari daftar

barang milik negara/daerah yaituu :

1. Barang tersebut sudah beralih kepemilikannya.

2. Barang tersebut sudah dimusnahkan, atau sebab lainnya.

Pedoman dalam penghapusan atas suatu barang dari daftar barang milik

negara/daerah dilakukan berdasarkan:

29
1. Keputusan dan/atau laporan Penghapusan dari Pengguna Barang, untuk

Barang Milik Negara/Daerah yang berada pada Pengguna Barang;

2. Keputusan Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara yang berada

pada Pengelola Barang; atau

3. Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah yang

berada pada Pengelola Barang.

Penghapusan barang milik negara/daerah dari daftarnya menjadi begitu

penting mengingat barang-barang milik negara/daerah tersebut mempunyai

nilai atau harga perolehan yang dicantumkan dalam neraca setiap laporan

keuangan pemerintah.

3. Azas-azas dalam Pengelolaan Barang Milik Daerah Akuntansi Sektor

Publik

Prinsip dalam pengeloaan barang milik daerah Pemerintah daerah harus

menerapakan azas-azas sebagai berikut17:

1. Azas Fungsional Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

dibidang pengeloaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa

pengguna, penggunaan pengelola dan kepala daerah harus sesuai fungsi,

wewenang, dan tanggung jawab masing-masing.

30
2. Azas Kepastian Hukum Pengeloaan Barang Milik Daerah harus

dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.

3. Azas Transparansi Penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah

harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi.

4. Azas Efisiensi Pengeloaan barang milik daerah diarahkan agar barang

milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan untuk

menunjang penyelanggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara

optimal.

5. Azas Akuntabilitas Setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus

dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat.

____________________
17
Majid Jamaludin, 2019, Akutansi Sektor Publik, Gowa: CV Berkah Utami, hlm. 12

6. Azas Kepastian Nilai Serta pengelolaan barang milik daerah harus

didukung oleh ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka

optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah

penyusunan neraca pemerintah daerah.

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efisien dan efektif serta

menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka

pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi

menajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk menghasilkan

31
Universitas Sumatera Utara laporan pertanggungjawaban. Selain itu, sistem

informasi tersebut juga bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan

mengenai kebutuhan barang dan estimasi kebutuhan belanja pembangunan

modal dalam penyusunan APBD, dan untuk memperoleh informasi

manajemen aset daerah yang memadai maka diperlukan dasar pengeolaan

kekayaan asset yaitu terdapat tiga prinsip dasar pengelolaan kekayaan aset

daerah yakni:

1. Adanya perencanaan yang tepat

2. Pelaksanaanpemanfaatan secara efisien dan efektif

3. Pengawasan monitoring.

Menurut Permendagri 17 Tahun 2007, barang milik daerah sebagai salah

satu unsur p0enting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar, yang pada

gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah dengan

memperhatikan azas-azas sebagai berikut :

1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

dibidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh

pengurus barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah

sesuai fungsi, wewenang dan tanggungjawab masing-masing; 2. Azas

kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus

dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan; 3.

Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah

harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi

32
yang benar. 4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah

diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan

standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

Universitas Sumatera Utara 5. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan barang

milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. 6. Azas

kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh

adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi

pemanfaatan dan pemindahtanganan baran milik daerah serta penyusunan

neraca Pemerintah Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ani Purwati,Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek, Jakarta : CV Jakad


Media Publishing. 2022.

Doli D. Siregar. Otonomi dan Pengelolaan Aset Daerah. Jakartat : Sinergi


Manajemen Aset (SIMA). 2016

Hardani, dkk, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta :


Pustaka Ilmu. 2020
L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : PT. Pradnya Paramita
2005.

Majid Jamaludin, Akutansi Sektor Publik, Gowa: CV Berkah Utami, 2019

33
Muh.Yani Balaka, dkk, Metode Penelitian Kuantitati,. Bandung : Widina
Bakti. 2022

M. Aries Djaenuri, Konsep-Konsep Dasar Pemerintahan Daerah : Jakarta :


Modul. 2023

Nama I Ketut, dkk. Pengelolaan Aset Daerah, Yogyakarta : LPM. 2020

Sadu Wasistiono, M.S, Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah, Bandung,


2009

Seksi Inventarisasi, Pelaporan, dan Perencanaan Bidang Aset. Buku Saku


Pengelolaan Barang Milik Daerah. Jakarta : DPPKA. 2012

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, Jakarta : Bina


Aksara, 1989

Tim UJDIH BPK Perwakilan Kalimantan Barat. Pelaksanaan Penghapusan


Barang Mili Daerah. Kalimantan Barat: JDIH. 2020
Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2010

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik


Daerah.

Peraturan Pemerintrah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang


Milik Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman


Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman


Pengelolaan Barang Milik Daerah

Peraturan Walikota Solok Nomor 3 Tahun 2020 tentang Tugas dan Fungsi
Jabatan Struktural

34
C. Jurnal

Putu Wawan Martina, Titiek Herwanti, & Hermanto, Jurnal Implentasi


Penghapusan Barang Milik Daerah Rusak Berat Pada Pemerintah
DaerahI. Jurnal

35

Anda mungkin juga menyukai