Anda di halaman 1dari 4

1. Divisi pengelolaan pesanan PT.

ABC memiliki fungsi produksi sebagai berikut:


Q = 0,4K2 + 0,2KL + ),3L2
Dimana Q adalah output yang diukur dalam banyak pesanan yang diproses (unit), K
adalah input modal dalam ukuran jam computer yang digunakan (jam), dan L adalah
input tenaga kerja yang diukur dalam jam kerja digunakan (jam)
a. Tentukan fungsi produksi marjinal dari input tenaga kerja (MP L) dan produk marjinal
input modal (MPK), produk rata-rata tenaga kerja (APL) dan produk rata-rata modal
(APK)
b. Jika diketahui bahwa tingkat penggunaan input modal dan tenaga kerja adalah K =
40 jam computer/minggu, L = 150 jam tenaga kerja/minggu, hitunglah output total
(Q), produk rata-rata tenaga kerja (APL), produk rata-rata modal (APK), produk
marjinal tenaga kerja (MPL), produk marjinal modal (MPK), elastisitas output tenaga
kerja (EL) dan elastisitas output modal (EK)
c. Interprestasikan point-point b diatas
d. Jika diasumsikan bahwa input modal dan tenaga kerja dapat saling menggantikan,
maka hitunglah nilai marginal rate of technical substitution (MRTS) diantara kedua
input tesebut
e. Jika diasumsikan bahwa harga (upah) tenaga kerja adalah w = Rp.4/jam dan harga
modal adalah r = RP.5/jam. apakah manejer PT. ABC sedang menggunakan
konbinasi yang optimum antara kedua input tenaga kerja dan modal. Strategi
keputusan apa yang harus dilakukan oleh manajer PT. ABC berkaitan dengan
pengalokasian penggunaan kedua input tersebut
Jawaban :

a. Fungsi produksi marjinal dari input tenaga kerja (MPL) adalah turunan parsial fungsi
produksi terhadap input tenaga kerja (L). Sebagai contoh, MPL = ∂Q/∂L = 0,4KL + 0,6L.

Produk marjinal input modal (MPK) adalah turunan parsial fungsi produksi terhadap
input modal (K). Sebagai contoh, MPK = ∂Q/∂K = 0,8K + 0,2L.

Produk rata-rata tenaga kerja (APL) adalah output per jam tenaga kerja yang
digunakan, yaitu Q/L.
Produk rata-rata modal (APK) adalah output per jam modal yang digunakan, yaitu Q/K.

b. Jika K = 40 jam computer/minggu dan L = 150 jam tenaga kerja/minggu, maka kita
bisa menghitung nilai-nilai berikut:

Output total (Q) dengan memasukkan nilai K dan L ke dalam fungsi produksi.

APL = Q/L

APK = Q/K

MPL dengan menghitung turunan parsial fungsi produksi terhadap L pada titik K dan L
tertentu.

MPK dengan menghitung turunan parsial fungsi produksi terhadap K pada titik K dan L
tertentu.

Elastisitas output tenaga kerja (EL) dan elastisitas output modal (EK) dihitung dengan
rumus EL = (MPL/APL) x (L/Q) dan EK = (MPK/APK) x (K/Q).

c. Interpretasi dari hasil perhitungan tersebut akan memberikan gambaran tentang


efisiensi penggunaan input tenaga kerja dan modal oleh PT. ABC pada tingkat produksi
tertentu.

d. Nilai Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS) adalah tingkat di mana PT.
ABC dapat menukar input modal dan tenaga kerja tanpa mengubah output. MRTS
dihitung sebagai perbandingan negatif antara MPL dan MPK: MRTS = -MPL/MPK.

e. Untuk mencari kombinasi input tenaga kerja dan modal yang optimum, manajer PT.
ABC harus memperhatikan rasio harga dari kedua input tersebut terhadap MPL dan
MPK. Jika rasio harga tenaga kerja terhadap MPL sama dengan rasio harga modal
terhadap MPK, maka kombinasi input tersebut dikatakan optimum. Jika tidak, manajer
perlu menyesuaikan penggunaan input tenaga kerja dan modal untuk mencapai
efisiensi optimal dalam produksi.
2. 2. Fungsi produksi sebagai berikut:
QX = 500 + 10K + 3L QY = 10K0,5 L0,5
a. Identifikasika kondisi return to scale kedua fungsi produksi
b. Apabila dikarenakan keterbatasan input yang ada, bagaimana urutan prioritas manajemen
untuk mengembangkan produk X dan Y ditinjau dari aspek produksi.
Jawaban :

a. Untuk mengidentifikasi kondisi return to scale dari kedua fungsi produksi, kita perlu melihat

bagaimana output (Q) bereaksi terhadap perubahan proporsional dalam input (K dan L).

Fungsi produksi QX: Jika QX mengalami peningkatan sebanding ketika input K dan L juga diperbesar

secara proporsional, maka itu disebut return to scale konstanta.

Fungsi produksi QY: Sama seperti QX, jika QY meningkat sebanding ketika K dan L diperbesar

proporsional, itu juga merupakan return to scale konstanta.

b. Apabila kita mempertimbangkan keterbatasan input yang ada, urutan prioritas manajemen dalam

mengembangkan produk X dan Y harus dipertimbangkan berdasarkan beberapa faktor, termasuk

profitabilitas, permintaan pasar, biaya produksi, serta strategi jangka panjang perusahaan.

Dalam hal ini, manajemen harus menganalisis potensi pasar untuk produk X dan Y, biaya produksi relatif

dari masing-masing produk, serta keuntungan yang diharapkan dari pengembangan produk. Jika salah

satu produk memiliki margin keuntungan yang lebih tinggi, permintaan pasar yang kuat, atau persyaratan

input yang lebih memadai, manajemen dapat memberikan prioritas untuk pengembangan produk tersebut.

Selain itu, faktor-faktor lain seperti kesesuaian dengan strategi perusahaan, pemenuhan kebutuhan pasar

atau pelanggan, serta analisis risiko juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan urutan prioritas

pengembangan produk X dan Y.


3.

Anda mungkin juga menyukai