Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN ASET

NEGARA DAN DAERAH

Oleh :
Tyus Windi Ayuni : 2120050006
Rahmad Aroma Hasibuan : 2120050007

Dosen Pengampu : Dr. Eka Nurmala Sari, S.E., M.Si.,AK, CA


Latar Belakang Masalah

Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal


48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara. Ruang lingkup peraturan ini meliputi
Ketentuan Umum, Pejabat Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran, Pengadaan, Penggunaan,
Pemanfaatan, Pengamanan dan Pemeliharaan, Penilaian, Penghapusan,
Pemindahtanganan, Penatausahaan, Pembinaan, Pengawasan dan
Pengendalian, Ketentuan Lain-lain, Ganti Rugi dan Sanksi, Ketentuan
Peralihan, dan Ketentuan Penutup.
Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya
yang dimiliki oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga termasuk aset
pihak lain yang dikuasai pemerintah daerah dalam rangka pelayanan
ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah.
Pasal 1 Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menyiratkan bahwa keuangan negara tidak hanya mencakup hal dan
kewajiban negara yang dapat dinilai secara langsung dengan uang,
tetapi juga mencakup segala sesuatu berupa barang yang dapat
dijadikan barang milik negara sehubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Tantangan bagi pengelolaan setiap jenis aset akan berbeda, bergantung
kepada karakter dari aset dan kondisi di masing-masing daerah.
Meskipun demikian, sistem pengelolaan yang diterapkan haruslah
merupakan prosedur yang disepakati bersama, baik antar
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, maupun diantara para
pemangku kepentingan di daerah, serta pihak-pihak yang terkait
lainnya. Karena itu pengelolaan aset daerah harus dilandasi oleh
kebijakan dan regulasi yang secara lengkap mencakup aspek
penting dari pengelolaan finansial yang bijaksana, namun tetap
memberikan peluang bagi daerah untuk berkreasi menemukan
pola yang paling sesuai dengan kondisi dan budaya lokal sehingga
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat di tulis rumusan
masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana penjelasan tentang Barang Milik Negara/Daerah ?

2. Bagaimana penjelasan tentang pejabat Pengelola Brang Milik


Negara/Daerah ?

3. Bagaimana Perencanaan Kebutuhan dan Anggaran Aset


Pemerintah ?

4. Bagaimana Siklus Barang Milik Daerah ?


1. Pengertian Barang Milik
Negara/Daerah

Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara / aset negara yang ditandai dengan

keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan peraturan turunan UU No. 1 /2004 tentang

Perbendaharaan Negara, telah memunculkan optimisme baru best practices dalam penataan dan

pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan kedepannya. Pengelolaan aset

negara yang professional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan

akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat/stake-holder.


Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud PP No.6/2006
adalah tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir
dalam menangani aset negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset.

Salah satu peran vital dari kegiatan penertiban BMN tersebut di atas,
adalah diharapkan mampu memberikan gambaran kondisi sekarang
berapa besar nilai seluruh aset negara, baik itu yang bersumber dari
APBN maupun dari sumber perolehan lainnya yang sah, serta disamping
itu ketersediaan adanya database BMN yang komprehensif dan akurat
dapat segera terwujud. Dalam siklus logistik, tahap pertama dari proses
manajemen aset adalah perencanaan kebutuhan dan penganggaran.
Aset atau Barang Milik Daerah merupakan salah
satu unsur penting dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
kepada masyarakat. Barang milik daerah (BMD)
merupakan salah satu aset yang paling vital
yang dimiliki daerah guna menunjang
operasional jalannya pemerintahan daerah. Hal
ini disebabkan dengan adanya barang milik
daerah maka pencapaian pembangunan nasional
dapat terlaksana guna kesejahteraan masyarakat
pada umumnya dan masyarakat daerah pada
khususnya.
Pejabat Pengelola Barang Milik
Negara/Daerah

Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa pengelolaan barang milik negara/daerah


dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan
keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Barang milik negara/daerah
meliputi : barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D dan barang yang
berasal dari perolehan lainnya yang sah.Menteri Keuangan selaku bendahara umum
negara adalah pengelola barang milik negara. Sedangkan Gubernur/Bupati/Walikota
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah.
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Barang Milik Daerah
Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan barang milik daerah. Pemegang kekuasaan pengelolaan barang
milik daerah, berwenang dan bertanggung jawab yaitu sebagai berikut :

1. Menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

2. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan barang


milik daerah;

3. Menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah;

4. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;

5. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang


memerlukan persetujuan DPRD;
Pengelola Barang Milik Daerah
Sekretaris daerah adalah pengelola barang milik daerah. Pengelola Barang Milik
Daerah atau dapat disebut Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah.
Sekretaris daerah selaku pengelola barang, berwenang dan bertanggung jawab
sebagai berikut :

a. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

b. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik


daerah;

c. Mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang


memerlukan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota;
Pejabat Penatausahaan
Barang Milik Daerah
Pejabat Penatausahaan Barang adalah kepala SKPD yang mempunyai fungsi pengelolaan barang
milik daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD). Kepala SKPD yang mempunyai
fungsi pengelolaan barang milik daerah selaku Pejabat Penatausahaan Barang. Pejabat
Penatausahaan Barang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.
Perencanaan Kebutuhan dan
Anggaran Aset Pemerintah
Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik negara/daerah
untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan
sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan dating. Perencanaan kebutuhan barang milik
negara/daerah disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah, serta ketersediaan barang milik negara/daerah yang telah ada, dan juga
mempertimbangkan pengadaan barang melalui mekanisme pembelian, pinjam pakai, sewa, sewa-beli
(leasing) atau mekanisme lainnya yang lebih efektif dan efisien sesuai kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan baik negara maupun daerah.
Table 1
Perbandingan Siklus Pengelolaan Barang Milik Daerah
Salah satu perubahan penting yang dimasukkan dalam PP No.27 tahun 2014 adalah penambahan
kegiatan pemusnahan dalam siklus Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pemusnahan adalah
tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik Negara/Daerah. Kegiatan pemusnahan ini
tidak diakomodasi dalam peraturan sebelumnya. Munculnya kegiatan pemusnahan mendorong
terwujudnya peningkatan efisiensi pengelolaan BMN/D sekaligus meningkatkan akuntabilitas pengelola
maupun pengguna BMN/D. Dengan adanya kegiatan pemusnahan makakegiatan penghapusan
otomoatis menjadi akhir (ending point) dari siklus pengelolaBMN/D.
Gambar 2
Pengelolaan Aset
Dari gambar 2 di atas tercermin bahwa dengan memperhatikan perencanan
kebutuhan aset baik dari aset yang telah ada maupun aset potensial, maka tingkat
pelayanan yang ingin dicapai dapat dirumuskan. Kemudian, dari tingkat pelayanan
yang ingin dicapai tersebut dilakukanlah perencanan pengelolaan/manajemen aset.
Pengelolaan aset yang baik akan sangat mendukung pelaporan keuangan yang baik
dan akuntabel. Dalam kaitannya dengan akuntansi terlihat bahwa pengadaan BMD
merupakan belanja modal bagi pemerintah, yang pada saat bersamaan dapat
menciptakan aset berupa aset tetap atau investasi. Selanjutnya terlihat pemeliharan
dan perbaikan akan menimbulkan belanja operasional, sementara pemanfaatannya
akan menciptakan pendapatan bagi daerah. Gambar 2 tersebut juga
memperlihatkan keterkaitan perencanaan kebutuhan dengan penganggaran,
pelaksanaan dan penatausahaan dan pelaporan dan pengevaluasian.
KESIMPULAN
Tata pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean goverment) adalah
seluruh aspek yang terkait dengan kontrol dan pengawasan terhadap kekuasaan yang dimiliki
Pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui instansi formal dan informal. Untuk
melaksanakan prinsip Good Governance and Clean Goverment, maka instansi pemerintah
(termasuk peradilan agama) harus melaksanakan prinsi-prinsip akuntabilitas dan pengelolaan
sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan dan peraturan yang baik dan
tidak berpihak (independent), serta menjamin terjadinya interaksi anatara pihak terkait
(stakeholders) secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel.

Kebijakan umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bertujuan untuk mensinergikan


ketentuan Pengadaan Barang/Jasa dengan kebijakan-kebijakan di sektor lainnya. Langkah
kebijakan tersebut secara umum diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
SARAN
Barang milik negara merupakan unsur yang begitu penting dalam
penyelenggaraan suatu pemerintahan. Barang milik negara juga menjadi
sarana dan prasarana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
pemerintahan. Apabila barang milik negara tidak gunakan lagi sesuai
dengan tugas dan fungsinya maka dapat dimanfaatkan melalui sewa barang
guna optimalisasi kekayaan negara melalui pengelolaan barang milik
negara. Pemanfaatan barang milik negara dalam bentuk sewa barang
memilik aturan dan prosedur hukum yang harus ditaati. Aturan dan
prosedur inilah yang masih banyak belum diketahui dan tingkat kesadaran
yang rendah oleh pemangku kepentingan (stake holder).

Anda mungkin juga menyukai