Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Barang Milik Negara (BMN) memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan pemerintah. Barang Milik Negara tersebut
sebagian besar diperoleh dari anggaran APBN yang notabene adalah uang rakyat
sehingga pertanggung jawaban penatausahaan Barang Milik Negara yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mutlak diperlukan untuk meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara.
Pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) seharusnya
dilakukan dengan baik sesuai Peraturan Mentri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara didukung Perpres No.
27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Pengelolaan aset tetap (Barang Milik Negara) yang professional dan
modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan
mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari
masyarakat/stake-holder. Dalam hal ini pemerintah sebaiknya menjaga amanah
yang diberikan oleh Negara dan masyarakat.
Dalam Islam dijelaskan untuk selalu menjaga amanah dalam QS Al-
Anfal/8:27 yang berbunyi :

‫ول َوخَتُونُوا ََأماناتِ ُك ْم َوَأنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن‬ َّ ‫ينءَ َامنُواْاَل خَتُونُواْاللَّهَ َو‬ ِ َّ
َ ‫الر ُس‬ َ ‫يآَأيُّ َها الذ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS. An-Anfal
ayat: 27)1
Penjelasan ayat tersebut menganjurkan umat muslim untuk selalu bersifat
amanah. Amanah merupakan syarat pokok bagi setiap pemimpin karena jika tidak

1
Q.S. Anfal : 27.

1
2

memiliki sifat tersebut, niscaya akan membawa kepada kerusakan masyarakat


atau bangsa dan negara.
Pada setiap kantor pemerintahan memiliki begitu banyak aset tetap yang
harus dikelola dengan baik agar aset-aset tersebut menjadi berguna dan terjaga
kondisinya. Terealisasinya pengelolaan aset tetap secara baik akan memberi
kontribusi yang berarti terhadap kelancaran kegiatan suatu organisasi/instansi
pemerintah untuk mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Pentingnya
pengelolaan aset tetap (Barang Milik Negara) itu sendiri sangat menunjang
kepada keberhasilan dari pelaksanaan tugas ketata usahaan sebuah kantor. Salah
satunya adalah peralatan dan mesin.
Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah
peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam
kondisi siap digunakan.
Peralatan dan mesin mencangkup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,
alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud fisik
peralatan dan mesin bisa meliputi: alat besar, alat angkutan, alat bengkel dan alat
ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat studio, komunikasi dan
pemancar, alat kedokteran dan kesehatan, alat laboratorium, alat persenjataan,
komputer, alat eksplorasi, alat keselamatan kerja, alat peraga, serta unit
proses/produksi.2
Aset tetap berwujud mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk
digunakan dalam kegiatan ppemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Sementara itu aset tetap tak berwujud dan aset tetap yang dihentikan dari
penggunaan akan dilaporkan sebagai aset tetap lainnya dalam neraca, Nilai Aset
Tetap yang dilaporkan dineraca merupakan nilai historis/perolehan. Bagi
pengguna informasi akuntansi, nila Aset Tetap ini akan digunakan untuk
menganalisis kondisi keuangan pemerintah. Hasil analisis ini akan dijadikan dasar

2
Diklat Pejabat Inti Satuan Kerja Bidang Perumahan, modul 17 Pengelolaan Barang
Milik Negara, h.91
3

untuk pengambilan keputusan baik oleh pemerintah itu sendiri maupun oleh
pihak-pihak yang berkepentingan.3
Jika Barang Milik Negara yang sudah rusak dan tidak digunakan lagi atau
Barang Milik Negara yang sudah hilang tidak dihapuskan sehingga masih tetap
dilaporkan dineraca, maka pengambilan keputusan yang didasarkan pada
informasi tersebut tentu tidak tepat. Disamping itu Barang Milik Negara yang
sudah rusak sebelum dihapuskan juga tetap harus diamankan baik secara fisik,
administrasi maupun hukum, sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Sehubungan dengan itu, maka menghapus Barang Milik Negara yang sudah
memenuhi persyaratan tertentu merupakan tindakan yang tetap.4
Barang Milik Negara yang status penggunaannya berada pada suatu
Pengguna Barang dapat dialihstatuskan ke Pengguna Barang Lainnya dengan
mengikuti Prosedur yang diatur dalam Lampiran I PMK Nomor:96/PMK.06/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara. BMN ini harus dihapuskan dari Daftar
Barang Kuasa Pengguna dan Daftar Barang Pengguna yang menatausahakan
Barang Milik Negara (yang mengalih statuskan), karena Barang Milik Negara ini
nantinya akan dicatat di Daftar Barang Kuasa Pengguna dan Daftar Barang
Pengguna (Kementerian/Lembaga) yang menerima Barang Milik Negara
tersebut.5
Khusus untuk kendaraan dinas operasional, PMK Nomor:96/PMK.06/2007
mengatur bahwa kendaraan bermotor dinas operasional hanya dapat dilakukan
tindakan penghapusan apabila telah berusia sekurang-kurangnya 10 tahun
terhitung sejaktanggal, bulan, dan tahun perolehannya dalam kondisi baru,
sedangkan apabila perolehannya bukan dalam keadaan baru maka tindakan
penghapusan dilakukan sejak 10 tahun terhitung tanggal, bulan, dan tahun
pembuatannya. Hal tersebut dimaksudkan bahwa barang-barang yang berada
dalam penguasaan suatu instansi sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna

3
Nurul Hidayah, Analisis Pengelolaan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada
Kanwil DJKN Sumatera Utara, (Skrip, FE USU, 2017), h.5
4
Ibid
5
Ibid
4

dan/atau Kuasa Pengguna dan dengan keputusan Kepala Pemerintahan terkait


bahwa barang tersebut sudah beralih kepemilikannya.
Selain itu, Permasalahan mengenai barang milik negara seperti mesin
fotocopy dan mesin printer yang rusak mengakibatkan kinerja pegawai pada
DJKN Sumut melambat karena pegawai harus meminjam printer dari pegawai
lain dan menyebabkan menurunnya semangat dalam bekerja.6
Dari berbagai permasalahan tersebut, tentu saja hal ini sangat
mempengaruhi kelanjutan dari proses pengelolaan barang milik negara di Kanwil
DJKN Sumatera Utara. Dalam hal pengelolaan aset dilakukan tidak efisien dan
efektif, akan berpotensi menyebabkan kerugian negara. Apabila aset tersebut tidak
diadministrasikan dengan baik, maka ancaman atas aset yang tidak diketahui
keberadaannya semakin besar. Disamping itu, pihak-pihak yang terkait
pengelolaan ini juga perlu dikaji kembai apakah telah melakukan perannya
masing-masing sesuai dengan kapasitas kewenangan dan tanggungjawab nya
secara efektif dan efisien. Karena, keberhasilan pencapaian tujuan organisasi tidak
terlepas dari penataan keseluruhan rangkaian sub sistem yang terdapat didalam
organisasi itu sendiri yang terdiri atas struktur dan pejabatnya, tujuan yang harus
dicapai, proses yang merupakan rangkaian kegiatan organisasi atas sumber-
sumber yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan. Proses organisasi berlangsung
berdasarkan sistematika, prosedur dan tata kerja yang telah dianalisa sehingga
memungkinkan penciptaan efektifitas dan efisiensi tujuan organisasi.
Terkait dalam hal ini pengelolaan barang milik Negara diperlukan sebagai
sarana informasi dan bukti resmi dalam penyelenggaraan administrasi, maka
untuk kelancaran administrasi dalam suatu kantor diperlukan pengelolaan Barang
Milik Negara yang baik dan teratur. Pengelolaan Barang Milik Negara yang baik
dan teratur merupakan alat informasi yang dapat membantu pimpinan dalam
perencanaan dan evaluasi. Informasi tersebut juga dapat memberikan
pertanggungjawaban penggunaan Barang Milik Negara dalam bentuk laporan

6
Budi, Staf Bagian Umum DJKN Sumatera Utara, wawancara di Medan, tanggal 10
September 2019.
5

pertanggungjawaban. Dalam hal ini pemerintahan melakukan peranan dalam hal


akuntabilitas.7
Karena pentingnya pengelolaan Barang Milik Negara dalam menunjang
keberhasilan dari pelaksanaan tugas ketatausahaan sebuah kantor, maka
diperlukannya perhatian khusus dalam pelaksanaan pengelolaan Barang Milik
Negara. Sehubungan dengan hal-hal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengelolaan Barang Milik Negara
berupa Aset Tetap Pada Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara”.

B. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis perlu memberikan
pembatasan penelitian dalam ruang lingkup kegiatan pengelolaan Barang Milik
Negara berupa aset tetap yaitu peralatan dan mesin yang meliputi penggunaan,
pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan Barang Milik Negara.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam penjelasan latar belakang masalah, maka
penulis mencoba merumuskan masalah yang dipilih penulis untuk diteliti, yaitu:
“Bagaimana pelaksanaan pengelolaan barang milik negara pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah
pelaksanaan pengelolaan barang milik negara pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Sumatera Utara telah dilaksanakan
sesuai peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007”.

7
Maya Tri Ningsih, Analisis Sistem Pengelolaan Barang Milik Negara Pada Balai Besar
Pengawas Obat Dan Makanan Di Pekanbaru, (Skrip, FEIS UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2018),
h.7
6

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai


berikut:
1. Bagi penulis agar dapat menambah wawasan penulis dengan memperlajari
fakta dan realitas di lapangan.
2. Bagi akademis dan peneliti untuk memberikan bukti empiris tentang
pengelolaan Barang Milik Negara berupa aset tetap pada lingkungan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
3. Bagi Kanwil DJKN diharapkan dapat membantu memberikan informasi
yang dapat memberikan acuan penganmbilan keputusan dalam
permasalahan pengelolaan Barang Milik Negara.
7

BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan organisasi dalam
rangka penertiban, pemeliharaan, pengaturan secara sistematika sumber-sumber
yang ada dalam organisasi. Pengelolaan merupakan tindakan pengusahaan
pengorganisasian sumber-sumber yang ada dalam organisasi dengan tujuan agar
sumber-sumber tersebut dapat bermanfaat untuk kepentingan organisasi. Dengan
demikian pengelolaan senantiasa berhubungan dengan seluruh elemen yang
terdapat di dalam suatu organisasi, seperti pengelolaan berkaitan dengan personal,
administrasi, ketatausahaan, peralatan ataupun prasarana yang ada di dalam
organisasi. Pengelolaan bidang keuangan/dana, bidang sumber daya manusia,
bidang pemasaran dan lainnya. Pengelolaan suatu sistem yang efektif untuk
menginventarisasi semua usaha-usaha organisasi dalam mengoptimalkan tujuan
hendak dicapai. Sistem manajemen yang teratur dengan tepat akan meningkatkan
kualitas-kualitas sumber daya yang terdapat di dalam organisasi.8
Pengelolaan berasal dari kata kelola, berarti memimpin, mengendalikan,
mengatur, dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan sebagianya serta
bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu9. Pengelolaan adalah proses yang
membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan.10
Menurut Handayaningrat pengelolaan juga bisa diartikan penyelenggaraan
suatu kegiatan. Pengelolaan bisa diartikan manajemen, yaitu suatu proses kegiatan
yang di mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan-penggunaan sumber daya
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

8
Willian Sandra, Pengelolaan Barang Milik Negara Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik (Fisip) Universitas Riau, (Skripsi FISIP UR, 2017), H. 9
9
Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, Edisi Ketiga, 2002) h. 695
10
Ibid, h. 534
8

ditentukan11. Selanjutnya menurut Handoko, pengelolaan adalah proses yang


membantu merumuskan suatu kebijakan dan tujuan organisasi atau proses yang
memberikan pengawasan pada suatu yang terlibat dalam pelaksanaan dan
pencapaian tujuan12.
Berdasarkan pendapat diatas pengelolaan tidak akan terlepas dari kegiatan
sumber daya manusia yang ada dalam suatu kantor atau instansi, pengelolaan
kegiatan ketatausahaan pada perguruan tinggi swasta merupakan hal yang pokok
dalam menjalan aktivitas perguruan tinggi antara lain : memberikan pelayanan
terhadap kegiatan yang berhubungan dengan perguruan tinggi baik secara internal
maupun eksternal, menyusun program kerja ketatausahaan, melaksanakan
kegiatan pengelolaan keuangan/dana perguruan tinggi sesuai dengan petunjuk
atau pedoman dan peraturan yang berlaku untuk mencapai tujuan. Untuk
melaksanakan kegiatan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang punya
kemampuan, dedikasi kerja yang baik dan mengerti dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing agar tujuan dari perguruan tinggi tercapai.
Pengelolaan yang baik merupakan pondasi bagi pengembangan setiap
organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja dan organisasi
lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, hal ini mengindikasikan bahwa organisasi
telah memenuhi persyaratan dan memiliki perangkat minimal untuk memastikan
kredibilitas, integritas dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan,
membuat keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang
merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota. Utamanya, melalui pengelolaan
yang baik, organisasi memelihara kepercayaan anggota meningkatkan reputasi,
serta memengaruhi anggota-anggotanya melalui interaksi yang dibangunnya.
Kegagalan diterapkannya pengelolaan yang baik dalam oganisasi pengusaha, tidak
hanya menghancurkan reputasi, serta mengurangi efektivitas organisasi, akan
tetapi juga berdampak negatif terhadap reputasi mereka yang diwakilinya.
Pengelolaan yang baik merupakan elemen penting untuk memastikan organisasi
bekerja sesuai dengan kepentingan anggotanya.
11
Soewarno Handayaningrat, 1994. Pengantar Studi Administrasi dan Manajemen..
(Jakarta: CV Haji Masagung, 1994) h.9
12
T. Hani Handoko, Manajemen. (Yogyakarta: BPFE, 1997) h.8
9

B. Pengertian Aset
Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), aset adalah sumber daya
yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh Pemerintah, dan dapat diukur dalam satuan uang. Termasuk
didalamnya sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang dimaksud dengan aset
tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.13
Aset tetap dilingkungan Akuntansi di Indonesia didefenisikan sebagai aset
berwujud yang memiliki manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau memanfaatkan oleh masyarakat umum.
Sifat aset tetap yang berbeda dari aset lainnya membuat aset tetap
memiliki kelompoknya sendiri. Pengelompokan itu tergantung pada
kebijaksanaan akuntansi dari masing-masing orgamisasi/ perusahaan karena
umumnya semakin banyak aset tetap yang dimiliki, maka semakin banyak pula
kelompoknya. Umumnya dalam akuntansi komersial, aset tetap diklasifikasikan
menjadi tiga bagian utama, yaitu:
1. Lahan (land), termasuk hak pakai atas tanah serta kapitalisasi atas
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan tanah tersebut
sehingga siap pakai.
2. Gedung/ bangunan (building), meliputi bangunan pabrik, bangunan
kantor, serta bangunan lainnya. Kapitalisasi biaya yang dikeluarkan
dalam rangka perolehan bangunan juga dicatat sebagai aset tetap.
3. Peralatan (equipment) yang meliputi peralatan operasional kantor.

C. Manajemen Aset

13
Sofyan Syahri Harahap, Akuntansi Aktiva Tetap (Jakarta: PT.Grafindo, 1994), h. 21
10

Manajemen merupakan proses kerangka kerja yang dilakukan organisasi


untuk mencapai tujuan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Pengertian asset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu
barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai
komersil (connercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh
badan usaha, instansi atau individu.14
Jadi, manajemen asset merupakan sebuah proses kerangka kerja dalam
rangka pengelolaan asset (kekayaan) baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi atau instansi.
Manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan
kekayaan yang mencakup proses merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan,
menginventarisasi, melakukan legal audit, menilai, mengoperasikan, memelihara,
membaharukan atau menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan
efisien.15
Inti dari manajemen aset yaitu bahwa pengelolaan aset berkaitan dengan
menerapkan penilaian teknis dan keuangan dan praktek manajemen yang baik
untuk memutuskan apa yang dibutuhkan aset untuk memenuhi tujuan bisnis, dan
kemudian untuk memperoleh dan mempertahankan aset selama umur hidup aset
tersebut sampai ke pembuangan.
Tujuan Manajemen Aset kedepan diarahkan untuk menjamin
pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintahan daerah, maka
dituntut agar dapat mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan aset
daerah guna meningkatkan/mendongkrak Pendapatan Asli Daerah, yang akan
digunakan untuk membiayai kegiatan guna mencapai pemenuhan persyaratan
optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya terhadap masyarakat.
Terdapat tiga tujuan utama dalam kegiatan pengelolaan aset. Berikut
merupakan penjelasan dari tujuan kegiatan manajemen/ pengelolaan aset:
1. Efisiensi pemilikan dan pemanfaatan

14
Monik Ajeng Puspitoarum, Analisis Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) Pada
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, (Jurnal Administrative Reform, Vol.4 No.4 ,Oktober-
Desember 2016), h. 231
15
Gima Sugiama, Manajemen Aset Pariwisata (Bandung:Guardaya Intimarta), h. 15
11

Pengelolaan aset yang baik dan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya akan berimplikasi pada pemanfaatan aset yang optimal.
2. Nilai ekonomis serta potensi yang terjaga
Aset yang dikelola dengan baik akan menjaga nilai ekonomis aset tatap
stabil dan akan meningkatkan keuntungan dari segi pendapatan
maupun pencapaian tujuan perusahaan/ organisasi
3. Objektivitas dalam pengawasan, pengendalian peruntukan,
penggunaan, serta pengalihan kekuasaan.
Pengawasan terhadap aset akan lebih terarah apabila pengelolaan aset
dilakukan dengan baik. Pengawasan juga dilakukan dengan tujuan
membantu dalam pencapaian tujuan dari aset tersebut.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 27 tahun 2014. Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Manajemen aset pemerintahan daerah terdiri dari lima tahapan kerja yang
meliputi: inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan
dan pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima
tahapan tersebut saling berhubungan dan terintegrasi satu sama lain.16
Manajemen aset akan melibatkan rangkaian kegiatan penting sebagai
berikut:
1. Perencanaan
2. Pemanfaatan
3. Evaluasi dan monitoring
Untuk itu sebagai seorang pengurus barang pada suatu instansi
pemerintahan, dia sebetulnya adalah manajer/pengelola terhadap barang yang
dibawah kontrolnya dan tentu saja dia sangat menghayati siklus pengelolaan
barang tesebut diatas, sedangkan dalam pengertian yang umum di masyarakat
Pegawai Negeri Sipil lebih dikenal dengan manajemen barang atau manajemen
material yang lebih bertitik tujuan bagaimana mengelola barang inventaris
16
Doli D. Siregar, Manajemen Aset Strategi Penataan Konsep Pembangunan
Berkelanjutan Secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s pada Era
Globalisasi & Otonomi daerah. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama) h. 518
12

sehingga terpenuhi persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi


instansinya.

D. Pengertian Barang Milik Negara


Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.17 Barang milik negara/daerah
meliputi: (a) barang yang dibeli atau diperoleh atas beben APBN/D; (b) barang
yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi barang yang diperoleh dari
hibah/sumbangan atau yang sejenisnya, sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak, berdasarkan ketentuan undang-undang atau berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.18
Barang Milik Negara (BMN) adalah barang bergerak/barang tidak
bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh instansi pemerintah, yang sebagian atau
seluruhnya dibeli atas beban APBN dan perolehan lain yang sah.19
Barang Milik Negara meliputi unsur-unsur aset lancer, aset tetap, aset
tetap lainnya, dan aset bersejarah. Aset lancar yang dimaksud dalam pengertian
BMN adalah persediaan. Sedangkan aset tetap berupa tanah, Gedung bangunan,
peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan. Aset tetap lainnya mencakup
koleksi perpustakaan/buku, barang bercorak kesenian/kebudayaan, hewan, ikan,
dan tanaman; renovasi aset tetap20.

E. Pengelolaan Barang Milik Negara

17
Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014, h. 3.
18
Ibid., h. 5.
19
https://fafaahmad.files.wordpress.com/2008/04/pmk-233-th-2011.pdf di akses
pada 20 Agustus 2019 pkl 18.47.
20
Restu Dewi Anugrah, Efektifitas SIMAK-BMN Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar, (Skripsi FEBI IAIN Surakarta, 2017), h.14.
13

Pengelolaan Barang khususnya Milik Daerah yang baik tentunya akan


memudahkan penatausahaan aset negara dan merupakan sumber daya penting
bagi pemerintah sebagai salah satu penopang pendapatan negara. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah untuk dapat mengelola aset secara memadai dan akurat.
Lingkup pengelolaan aset Negara mencakup perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan
pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Proses tersebut merupakan siklus
logistik yang lebih terinci yang didasarkan pada pertimbangan perlunya
penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan dalam konteks yang lebih luas
(keuangan negara).21
Pengelolaan BMN sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
27 Tahun 2014 dilaksanakan dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut:
a. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh
kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala
Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masingmasing;
b. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
c. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
daerahnharus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar;
d. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar
barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;
e. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik
daerahharus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
f. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus
21
Mhd. Habibi Arifin, Analisis Pengelolaan Aset Tetap (Barang Milik Negara) Pada
Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekanbaru, (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, 2011) h. 21
14

didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah
serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.
Pengelolaan barang milik negara/daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014 meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan dan Penganggaran;
b. Pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. Pengamanan dan Pemeliharaan;
f. Penilaian;
g. Pemindahtanganan;
h. Pemusnahan;
i. Penghapusan;
j. Penatausahaan;
k. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian
Dari serangkaian kegiatan pengelolaan Barang Milik Negara, berikut
prosedur pengelolaan Barang Milik Negara berdasarkan PMK No.
96/PMK.06/2007, yaitu:
1. Penggunaan
Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang
dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negara yang sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.
Penggunaan Barang Milik Negara untuk menjalankan tugas pokok dan
fungsi dilakukan berdasarkan penetapan status penggunaan oleh Pengelola
Barang.
2. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi kementerian
15

negara/lembaga, dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama


pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak
mengubah status kepemilikan.
Pemanfaatan Barang Milik Negara dilakukan terhadap Barang Milik
Negara yang tidak digunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
kementerian negara/lembaga. Pemanfaatan Barang Milik Negara dapat
pula dilakukan terhadap sebagian Barang Milik Negara yang tidak
digunakan oleh Pengguna Barang sepanjang menunjang penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi kementerian /lembaga tersebut.
Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dilakukan
dalam bentuk:
a. sewa;
b. pinjam pakai;
c. kerjasama pemanfaatan;
d. bangun guna serah dan bangun serah guna.
3. Penghapusan
Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara dari
daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
Penghapusan Barang Milik Negara dilakukan dengan cara dari daftar
barang berdasarkan surat keputusan menghapuskannya penghapusan
Barang Milik Negara oleh pejabat yang berwenang, meliputi:
a. penghapusan dari Daftar Barang Pengguna pada Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang;
b. penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara pada Pengelola Barang.
4. Pemindahtanganan
Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara sebagai tindak lanjut dari Penghapusan dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai modal pemerintah.
16

Pemindahtanganan Barang Milik Negara merupakan pengalihan


kepemilikan Barang Milik Negara sebagai tindak lanjut dari penghapusan
dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan, atau disertakan sebagai
modal pemerintah.
Dalam pengelolaan Barang Milik Negara dapat pula memindahtangankan
yang harus memiliki syarat tertentu. Adapun bentuk-bentuk pemindahtanganan
BMN/D tersebut meliputi :
1. Penjualan;
2. Tukar menukar;
3. Hibah;
4. Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah
Dalam konteks BMN sebagai aset, pengelolaan BMN merupakan suatu
proses, cara perbuatan dalam mengendalikan terhadap semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah,
dalam rangka meningkatkan kinerja bagi instansi pemerintah dan meminimalkan
resiko dari pengelolaan aset secara berkelanjutan.
Manajemen aset di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang jelas yaitu
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang
ditindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah Pasal 85 menyebutkan agar dilakukan inventarisasi
atas BMN/D (Barang Milik Negara/Daerah), khusus berupa tanah dan/atau
bangunan yang berada di kementerian/lembaga minimal sekali dalam 5 (lima)
tahun. Sedangkan untuk selain tanah dan/atau bangunan hal itu merupakan
kewenangan dan menjadi domain/tanggungjawab masing-masing
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Barang. Oleh sebab itu, Pemerintah
melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dalam hal ini
sebagai Pengelola Barang, menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Kekayaan
Negara, sebagai unit organisasi yang vital dalam pengelolaan BMN, agar menjadi
terdepan mewujudkan best practices tata kelola barang milik/kekayaan negara
dengan langkah pencatatan, inventarisasi dan revaluasi aset/kekayaan Negara
17

yang diharapkan akan mampu memperbaiki/menyempurnakan administrasi


pengelolaan BMN yang ada saat ini.
Penatausahaan Kementerian Keuangan juga mengatur penghapusan BMN
yang sudah tidak layak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan. Usaha menata
aset secara akurat dan akuntabel memang memerlukan komitmen yang tinggi dari
seluruh jajaran, Untuk itu perlu dilakukan usaha peningkatan Sumber Daya
Manusia secara terus-menerus terhadap seluruh petugas terkait penatausahaan dan
BMN, serta mengintensifkan pembelajaran para petugas BMN di tingkat Satker
dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan BMN serta tercatat dan
ditertibkannya seluruh aset Kementerian Keuangan.
Upaya pemanfaatan BMN melalui jalinan interaksi dengan sektor swasta
perlu ditingkatkan. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah memastikan agar
Kementerian/Lembaga aktif dan secara patuh mendayagunakan BMN yang
dimilikinya secara optimal melalui kegiatan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian oleh DJKN. Kedua, intensifikasi fungsi pengelolaan terhadap aset-
aset idle, dimana DJKN rutin melakukan pemeriksaan dokumen dan fisik aset
sehingga mempertajam perannya dalam menetapkan aset-aset idle. Ketiga,
komersialisasi aset-aset idle yang memiliki manfaat ekonomi, misalnya dengan
menerbitkan portofolio aset yang akan disewa/BGS/BSG/KSP kan, merumuskan
target PNBP (yield) dari pengelolaan BMN yang juga dapat menjadi acuan K/L
dalam penetapan indikator kinerja pengelolaan BMN, serta secara aktif berupaya
mendayagunakan aset, seperti membuat papan iklan atau pengumuman untuk
aset-aset yang akan dimanfaatkan. Keempat, penghapusan aset-aset yang tidak
lagi memiliki nilai guna melalui pemindahtanganan atau pemusnahan.

F. Pengelolaan Harta Dalam Al-Qur’an


Lafaz-lafaz yang digunakan Alqur’an mempunyai nilai kebahasaan dan
sastra yang tinggi. Dari segi kebahasaan, setiap lafaz yang digunakannya
mempunyai tempat yang sesuai dengan maksud suatu ayat yang disampaikan.
Sedangkan dari segi sastra, setiap lafaz yang digunakan Alqur’an mengandung
makna tersendiri secara esensial dari lafaz tersebut.
18

Dalam bahasa Arab harta disebut Maal. Maal berarti “segala sesuatu yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok berupa kekayaan, atau barang
perdagangan, rumah, uang, hewan, dan lain sebagainya yang cenderung ingin
dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh manusia”.
Harta dalam islam pada hakikatnya adalah amanah (titipan) dari Allah
SWT. Sedangkan, pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia
hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan
memanfaatkan sesuai ketentuan-Nya.
Istilah aset tetap dapat dikaitkan dengan konsep harta dalam islam. Sejauh
ini, tidak ditemukan terjemahan yang berlainan terhadap ungkapan selain “harta”
tersebut. Sedangkan harta itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan dengan “barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan;
barang-barang milik orang; kekayaan berwujud dan tidak berwujud yang bernilai
dan yang menurut hukum dimiliki perusahaan.”22
Sebagaimana diketahui bersama, harta merupakan sesuatu yang harus
dipelihara dan dikelola dengan baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang
menyebabkan rusak dan hilangnya nilai atau wujud dari harta tersebut. Disamping
itu diperlukan juga manajemen yang baik, sehingga menjadi jelas asal-usu, jumlah
dan pengeluarannya. Pengelolaan harta ini sangat berpengaruh pada bagaimana
manajemen yang digunakan dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan
kepribadian orang-orang yang dipercayakan dalam mengurus harta tersebut. Al-
Qur’an memberikan arahan yang sangat tegas tentang pengelolaan harta ini, di
antara ayat Al-Qur’an yang memberikan arahan pengelolaan harta adalah:23

22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2006), h. 299.
23
Toha Andiko, Konsep Harta dan Pengelolaannya dalam Al-Qur’an, (Jurnal FEBI IAIN
Bengkulu, vol 2, No.1, Maret 2016), h. 68.
19

ِ
َ ُ‫اح فَِإ ْن آنَ ْستُ ْم مْن ُه ْم ُر ْش ًدا فَ ْاد َفعُوا ِإلَْي ِه ْم َْأم َواهَلُ ْم ۖ َواَل تَْأ ُكل‬
‫وها‬ ‫ِإ‬
َ ‫َو ْابَتلُوا الْيَتَ َام ٰى َحىَّت ٰ ذَا َبلَغُوا النِّ َك‬
ِ ‫ِإسرافًا وبِ َدارا َأ ْن يكْبروا ۚ ومن َكا َن َغنِيًّا َف ْليستع ِفف ۖ ومن َكا َن فَِقريا َفْليْأ ُكل بِالْمعر‬
‫وف ۚ فَِإذَا‬ ُْ َ ْ َ ً ْ َ َ ْ ْ َْ َ ْ َ َ َُ َ ً َ َ ْ
‫َد َف ْعتُ ْم ِإلَْي ِه ْم َْأم َواهَلُ ْم فََأ ْش ِه ُدوا َعلَْي ِه ْم ۚ َو َك َف ٰى بِاللَّ ِه َح ِسيبًا‬
Artinya: “dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka sudah cerdas (pandai
memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan
janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah
kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa
(di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari
memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka bolehlah ia makan
harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada
mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi
mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu).”
Ayat diatas memberikan arahan dan pengajaran yang sangat kompleks
tentang pengelolaan harta, sekalipun fokusnya harta anak yatim, namun menjadi
pelajaran yang sangat penting tentang aspek-aspek pokok dari pengelolaan harta
tersebut. Diantara hal-hal yang termasuk penting diperhatikan dalam ayat diatas
adalah sebelum harta diserahkan kepada pemiliknya untuk dikelola sendiri,
hendaklah terlebih dahulu diuji sejauh mana pemilik harta tersebut sudah matang
dalam hal yang dimaksud; boleh mengambil sewajarnya sebagai imbalan
membantu pengelolaan harta orang lain; penggunaan harta harus diketahui oleh
pemiliknya ketika pemiliknya telah memahami seluk-beluk harta; jika pengelola
mampu (mempunyai harta miliknya sendiri) maka lebih baik tidak mengambil
imbalan ketika mengelolanya; penyerahan harta kepada pemiliknya harus
dihadapkan saksi-saksi yang dianggap memadai dan dapat dipertanggung
jawabkan.24
Oleh karena itu kecintaan manusia terhadap harta benda harus
mendapatkan bimbingan wahyu yang mengarahkannya bahwa harta bukanlah
24
Ibid, h. 69.
20

tujuan hidup ini akan tetapi hanya sebagai wasilah belaka yang nanti di hari
kiamat harus dipertanggungjawabkan.
Pengelolaan Barang Milik Negara yang dilakukan oleh pemerintah adalah
pengaturan urusan masyarakat, meraih kemaslahatan mereka dan pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan mereka. Jadi tujuan pokoknya adalah pengaturan bukan
mencari keuntungan.

G. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
ini yang dapat dijadikan pertimbangan permasalahan penelitian :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Pendekata Hasil Penelitian
n
Penelitian
1. Mhd. Habibi Analisis Kualitatif Analisis pengelolaan aset
Arifin Pengelolaan Deskriptif tetap (Barang Milik
(2011) Aset Tetap Negara) pada Kantor
(Barang Milik Dinas Pekerjaan Umum
Negara) Pada Kota Pekanbaru belum
Kantor Dinas berjalan dengan baik,
Pekerjaan begitu juga dengan
Umum Kota implementasi pengelolaan
Pekanbaru aset tetep (Barang Milik
Negara) pada Kantor
Dinas Pekerjaan Umum
Kota Pekanbaru belum
berjalan optimal
sebagaimana yang
tercantum dalam peraturan
pemerintahan dan juga
21

didapat hambatan-
hambatan dalam
implementasi pengelolaan
aset tetap (Barang Milik
Negara) pada Kantor
Dinas Pekerjaan Umum
Kota Pekanbaru.
2. Rian Rosita Analisis Kualitatif Diperoleh hasil penelitian,
Luthfi Pengelolaan Deskriptif Terdapat beberapa hal
(2013) Barang Milik yang masih harus
Negara: Studi diperbaiki terkait
Kasus Barang manajemen aset yang ideal
Milik Negara menurut ANAO, yaitu
yang berasal system informasi, system
dari akuntansi, dan pengadaan.
Kontraktor Pelaksanaan pengelolaan
Kontrak Kerja BMN KKKS secara garis
Sama (KKKS) besar telah sesuai dengan
Pada Kantor regulasi, namun peran
Wilayah DJKN dalam hal
Direktorat monitoring, evaluasi, dan
Jenderal penataan aset, perlu
Kekayaan ditingkatkan.
Negara
3. Monik Analisis Kualitatif Diperoleh hasil penelitian,
Ajeng Pengelolaan Deskriptif Pelaksanaan pengelolaan
Puspitoarum Barang Milik BMN masih kurang
(2016) Negara (BMN) maksimal. Pengeluaran
Pada Badan BMN tidak semuanya
Pusat Statistik tercatat dalam kartu
(BPS) Kota kendali. Kodefikasi
22

Makassar barang/label barang belum


sesuai dengan PMK
Nomor 29/PMK.6/2010
dan belum diperbaharui.
Keterbatasan sumber daya
manusia menjadi kendala
dalam pelaksanaan
pengelolaan BMN.
4. Rizki Faiza Analisis Kualitatif Diperoleh hasil penelitian,
Ismaningrum Pengelolaan Deskriptif Pengelolaan aset tetap
(2017) Aset Tetap pada Badan Perencanaan
Pada Badan Pembangunan Daerah
Perencanaan Kota Magelang mengacu
Pembangunan pada Permendagri Nomor
Daerah Kota 17 Tahun 2007 tentang
Magelang tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik
Daerah yang terdiri dari
13 tahapan kegiatan yang
saling berhubungan. Dari
tahapan-tahapan tersebut,
dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengelolaan aset
pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kota Magelang khususnya
untuk perlatan dan mesin
masih mengalami kendala
dalam pelaksanaannya.
5. Willian Analisis Kualitatif Diperoleh hasil bahwa
Sandra Pengelolaan Deskriptif penulis menyimpulkam
23

(2017) Barang Milik bahwa Pengelolaan


Negara Barang Milik Negara di
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas
Riau sudah terlaksana
dengan baik. Adapun
faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pengelolaan Barang Milik
Negara di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau adalah
Sumber daya manusia,
Prosedur Penghapusan
Aset, dan Anggaran.
6. Maya Tri Analisis Kualitatif Diperoleh hasil bahwa
Ningsih Sistem Deskriptif perencanaan kebutuhan
(2018) Pengelolaan telah disusun sesuai
Barang Milik dengan standar kebutuhan
Negara Pada barang namun pada
Balai Besar realisasinya masih belum
Pengawas berjalan dengan baik.
Obat Dan Didalam penggunaan
Makanan Di Barang Milik Negara
Pekanbaru pegawai telah memahami
bagaimana tata cara dalam
penggunaan barang dan
sedikitnya pegawai yang
masih memindahkan
Barang Milik Negara
tanpa melapor. Kegiatan
24

penatausahaan masih
belum berjalan dengan
baik hal ini dikarenakan
kurangnya tenaga kerja
pada bidang petugas
Barang Milik Negara.
Kegiatan pemusnahan
telah berjalan dengan baik,
hal ini ditandai dengan
tidak adanya pegawai
yang melakukan
pemusnahan tanpa
melapor dan pegawai telah
memahami bagaimana tata
cara dalam pemusnahan.
25

C. Kerangka Penelitian
Adapun kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PMK Nomor 96/PMK.06 :


1. Penggunaan
2. pemanfaatan
3. Penghapusan
4. Pemindahtanganan

Pengelolaan Barang
Milik Negara

Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
26

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang bersifat
kualitatif. Pendekatan Kualitatif yaitu metode yang digunakan dengan cara
menentukan, mengklasifikasikan kemudian dianalisa untuk kemudian di
interpretasikan hingga akhirnya dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai
faktor yang terdapat pada objek penelitian di lapangan. Tujuannya adalah
mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai
dengan persoalan yang akan dipecahkan. Menggunakan deskriptif kualitatif juga
karena data yang penulis kumpulkan adalah data dalam bentuk kata-kata, kalimat,
pencatatan dokumen maupun arsip.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Kekayaan
Negara Sumatera Utara, Indonesia yang beralamatkan di Jalan Pangeran
Diponegoro No. 30 A Medan. Waktu penelitian dimulai tanggal 2 September
sampai dengan selesai

C. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek
Subjek penelitian adalah orang, tempat atau benda yang diamati dalam
rangka pembubutan sebagai sasaran. Adapun subjek penelitian dalam penelitian
ini adalah Staf Bagian Umum.
2. Objek
Objek penelitian dalam penelitian ini meliputi pengelolaan atas aset tetap
di DJKN SUMUT.
27

D. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari
responden selaku objek penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan
merupakan data dari hasil wawancara langsung dengan Staff Bagian
Umum di DJKN Sumatera Utara.
2. Data Sekunder, adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Sumber data dari
penelitian ini berasal dari dokumen-dokumen yang ada, dan arsip-arsip
resmi yang dapat mendukung kelengkapan data Primer.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Teknik Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung
dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan judul yang diangkat.
2. Teknik Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung
maupun tidak langsung terhadap aktivitas kantor.25

F. Analisis Data
Metode deskriptif analisis data dalam penelitian ini menggunakan alat
deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menggambarkan suatu keadaan secara
objektif untuk menarik kesimpulan mengenai data-data yang diamati. Analisis
data deskriptif kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas
keadaan objek penelitian yang sebenarnya dengan melihat fakta-fakta yang ada.
Setelah data diperoleh dilakukan analisis dan interpretasi data berdasarkan
sumber teori yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk menguraikan
atau memaparkan hasil penelitian untuk kemudian diadakan interpretasi
berlandaskan teori yang disusun.
25
Sujoko, Stevanus, Yuliawati, Metode Penelitian Untuk Akuntansi (Malang:Bayumedia
Publishing, 2004), h. 133.

Anda mungkin juga menyukai