Anda di halaman 1dari 15

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET OLEH BADAN PENGELOLA

KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Muhammad Fariz1, Husein Abdurrahman2


1)2)
ProgramMStudi Ilmu Pemerintahan,OFISIP
UniversitasOLambungoMangkurat,Jalan Brigjen Hasan Basri,Banjarmasin,Indonesia
Email: farizrockstar24@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian Ini Bertujuan Untuk mengetahui Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur. Metode yang digunakan
kuantitatif dengan tipe deskriptif. Penelitian ini memiliki satu variable yaitu optimalisasi pengelolaan aset
pemerintah daerah, dengan 11 indikator pengukuran yang mencakup perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan,
penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian aset. Dikarenakan Populasi sampel yang sedikit
peneliti menggunakan Non Probability Sampling Yaitu Tehnik Sampling Jenuh Dengan Menggunakan Rumus
Mean dan Median. Dengan Empat Kategori Optimalisasi 0%-25% ( Sangat Tidak Optimal ) , 25-50 ( Tidak
optimal ), 50%-75% ( Optimal ), 75%-100% ( Sangat Optimal ) .Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Keuangan dan
Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur berada dalam tingkat optimal. Kesemua 11 indikator yang telah
diteliti, yaitu perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian, semuanya berada dalam kategori “Optimal” dengan rentang nilai antara 7,8
hingga 10,1. , Dengan demikian, rumusan masalah yang diajukan, yaitu "Bagaimana Optimalisasi Pengelolaan
Aset Pemerintah Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ?"
dapat dianggap telah terjawab dengan temuan bahwa pengelolaan aset pemerintah daerah di Kabupaten
Kotawaringin Timur telah mencapai tingkat optimal berdasarkan 11 indikator yang telah dianalisis.kesimpulan
penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil penelitian mendukung hipotesis pertama (Ha) yang menyatakan
bahwa terdapat optimalisasi pada pengelolaan aset daerah di Kotawaringin Timur, sementara hipotesis kedua
(Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada optimalisasi telah ditolak berdasarkan temuan-temuan yang ada dalam
penelitian.
Kata kunci : Optimalisasi, Kebijakan, Pengelolaan Aset Daerah
ABSTRACT

This study aims to determine the optimization of local government asset management by the East
Kotawaringin Regency Regional Finance and Asset Management Agency. The method used is quantitative with
a descriptive type. This research has one variable, namely optimization of local government asset management,
with 11 measurement indicators that include planning, procurement, use, utilization, security, maintenance,
assessment, transfer, destruction, elimination, administration, coaching, supervision, and asset control. Due to
the small sample population, researchers use Non Probability Sampling, namely saturated sampling techniques
using the Mean and Median formulas. With four categories of optimization 0%-25% ( Very Not Optimal), 25-50
( Not optimal), 50%-75% ( Optimal), 75% -100% ( Very Optimal) .Based on the results of research and
discussions that have been carried out, it can be concluded that the Management of Local Government Assets by
the East Kotawaringin Regency Regional Finance and Asset Agency is at an optimal level. All 11 indicators that
have been studied, namely needs planning and budgeting, procurement, use, utilization, security and
maintenance, assessment, transfer, destruction, elimination, administration, as well as coaching, supervision, and
control, are all in the "Optimal" category with a range of values between 7.8 to 10.1. , Thus, the formulation of
the problem proposed, namely "How is the Optimization of Local Government Asset Management by the East
Kotawaringin Regency Regional Finance and Asset Management Agency?" can be considered answered by
finding that the management of local government assets in East Kotawaringin Regency has reached an optimal
level based on 11 indicators that have been analyzed.the conclusion of this study also shows that the results of
the study support the first hypothesis (Ha) which states that there is optimization in regional asset management
in East Kotawaringin, while the second hypothesis (Ho) which states that there is no optimization has been
rejected based on the findings in the study.
Keywords : Optimization, Policy, Regional Asset Management
PENDAHULUAN maksimal aset daerah yang dimiliki oleh
Perkembangan reformasi di sektor Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
pemerintahan terus berlanjut melalui Pengelolaan yang baik terhadap aset-aset ini
pengesahan UU Nomor 32 Tahun 2004 yang dapat membantu meningkatkan PAD. Aset-
kemudian direvisi dengan UU Nomor 23 aset tersebut meliputi pasar milik daerah,
Tahun 2014 mengenai wewenang pemerintah bangunan pemerintah, dan berbagai tanah serta
daerah untuk mengatur dan mengelola urusan aset lainnya (infoindonesia.id, 2022).
pemerintahan dan lokal mereka sendiri. Berdasarkan informasi dari grafik
Dengan memberikan otonomi kepada daerah, yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa
ini memberikan kesempatan bagi daerah secara umum, penerimaan Pendapatan Asli
tersebut untuk terlibat secara lebih aktif. Daerah (PAD) di Kabupaten Kotawaringin
Namun, di samping manfaatnya, terdapat Timur mengalami peningkatan pada tahun
beberapa konsekuensi yang perlu diperhatikan, 2021. Namun, analisis yang lebih mendalam
salah satunya adalah tuntutan agar pemerintah menunjukkan adanya penurunan pada sektor
daerah mampu mengelola pemerintahan Pajak Daerah, dengan penurunan sebesar
dengan baik. 33,23% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengelolaan pemerintahan yang baik Penurunan persentase PAD ini
merupakan suatu kebutuhan yang penting. mengisyaratkan adanya kekurangan dalam
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk pengelolaan aset daerah. Aset daerah, sesuai
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
baik, seperti menerapkan prinsip good (PSAP), merujuk pada sumber daya ekonomi
governance. Ini harus dilakukan sejalan yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah,
dengan kebijakan nasional terkait otonomi yang diharapkan akan memberikan manfaat
daerah. Untuk mewujudkan good governance ekonomi dan sosial di masa mendatang. Hal
secara menyeluruh, setiap pemerintah daerah ini mencakup sumber daya keuangan dan non-
harus mengubah cara berpikir dalam keuangan, serta aset yang dijaga karena nilai
menjalankan tugas dan fungsi mereka. Oleh sejarah dan budayanya.
karena itu, penting bagi pemerintah daerah Manajemen aset daerah harus
untuk mengelola layanan dengan cara yang dilakukan dengan baik agar dapat memberikan
optimal. kontribusi bagi pengembangan keuangan
Salah satu contoh dari penerapan pemerintah daerah dan peningkatan layanan
prinsip ini dapat dilihat di Kabupaten masyarakat. Namun, jika tidak dikelola dengan
Kotawaringin Timur, yang merupakan salah baik, aset-aset tersebut dapat menjadi beban
satu wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah biaya karena membutuhkan perawatan dan
yang aktif dalam membangun. Prioritas dapat mengalami depresiasi seiring waktu.
pembangunan Kabupaten Kotawaringin Timur Tantangan dalam mengelola setiap
pada tahun 2023 termasuk infrastruktur, jenis aset berbeda, bergantung pada
peningkatan sumber daya manusia, penguatan karakteristik masing-masing. Menurut
ekonomi masyarakat, tata kelola Peraturan Menteri Dalam Negeri
pemerintahan, dan upaya menjadikan (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007, aset-
Kotawaringin Timur sebagai tempat yang aset dapat dikelompokkan menjadi tanah,
nyaman, lestari, berbudaya, dan agamis peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
(RadarSampit.com, 2022). Namun, prioritas jalan, irigasi dan jembatan, konstruksi dalam
pembangunan ini terkendala oleh keterbatasan pengerjaan, serta aset lainnya. Setiap
anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah kelompok memiliki karakteristik dan potensi
Kabupaten Kotawaringin Timur. Pada tahun yang berbeda.
anggaran 2021, APBD Kabupaten Salah satu pendekatan dalam
Kotawaringin Timur diperkirakan mengalami pengelolaan aset adalah melalui konsep real
defisit sebesar Rp 78.260.608.300 property, yang merupakan hak hukum untuk
(kalteng.antaranews.com, 2020). Untuk menguasai tanah dengan hak milik atau hak
menutupi defisit ini, salah satu langkah yang guna bangunan beserta bangunannya. Penting
dapat diambil adalah dengan mengoptimalkan untuk memahami perbedaan antara
Pendapatan Asli Daerah (PAD). penguasaan fisik atas tanah (real estate) dan
Salah satu cara untuk meningkatkan kepemilikan sebagai konsep hukum (real
PAD adalah dengan memanfaatkan secara property).
Siklus pengelolaan harta milik Perkemahan (Buper) Pramuka di Kota Besi,
daerah, sesuai dengan ketentuan dalam Balai Pelelangan Ikan di Desa Ujung
Permendagri No. 19 Tahun 2016, merujuk Pandaran, dan gudang pengeringan rotan di
pada serangkaian langkah terhadap aset daerah Kecamatan Cempaga (sampit.prokal.co, 2017).
yang mencakup perencanaan dan alokasi Dari beberapa permasalahan yang telah
anggaran, akuisisi, pemanfaatan, pengamanan, disebutkan, tampak jelas bahwa pengelolaan
evaluasi, pemindahan, pemusnahan, serta aset-aset daerah tidak optimal.
pengawasan dan penegakan hukum. Sementara Secara umum, Pemerintah Daerah
itu, konsep siklus aset menurut Sugiama Kabupaten Kotawaringin Timur menghadapi
(2013) melibatkan proses perencanaan tantangan utama dalam pengelolaan
kebutuhan, pengadaan, inventarisasi, audit Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari aset
legal, penilaian, operasional dan pemeliharaan, milik daerah. Hal ini tercermin dari
peremajaan, penghapusan, transfer melalui ketidaktersedianya inventarisasi yang
penjualan, hibah, investasi, dan akhirnya komprehensif terhadap aset milik daerah.
penghancuran. Selain itu, proses inventarisasi tersebut belum
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin sepenuhnya tertib.
Timur perlu memulai penataan yang efektif
dalam pengelolaan aset daerahnya. Tindakan TINJAUAN PUSTAKA
konkret harus diambil, seperti Dalam konteks ini, optimalisasi
menginventarisasi aset yang dimiliki dan menurut Periansya et al. (2022) juga dapat
menyelesaikan masalah-masalah terkait. Hal diartikan sebagai usaha untuk memaksimalkan
ini bertujuan agar pengelolaannya dapat aktivitas guna mencapai keuntungan yang
dilakukan secara teratur dan dapat diinginkan atau diharapkan. Dengan demikian,
dioptimalkan, yang pada akhirnya dapat simpulannya adalah bahwa optimalisasi
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan usaha, proses, metode, dan
dan mengurangi defisit yang terjadi. tindakan untuk menggunakan sumber daya
Dalam konteks manajemen aset yang ada guna mencapai kondisi terbaik,
daerah, pemerintah setempat harus paling menguntungkan, dan paling diinginkan
mengoptimalkan pengelolaannya sesuai dalam batasan dan kriteria tertentu.
dengan prinsip-prinsip manajemen aset, seperti Referensi kajian empiris oleh
fungsionalitas, kepastian hukum, transparansi, Listiani dan Agustin (2022) yang meneliti
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. optimalisasi pengelolaan aset pemerintah
Penatausahaan harus memastikan bahwa setiap daerah, menggunakan konsep optimalisasi
unit organisasi pemerintah daerah memenuhi pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)
kewajibannya dalam hal pendaftaran, yang terdiri dari 11 unsur optimalisasi,
pencatatan, pembukuan, dan inventarisasi termasuk Perencanaan kebutuhan dan
melalui sensus barang daerah, pengisian buku penganggaran, Pengadaan, Penggunaan,
inventaris aset, dan pelaporan. Salah satu Pemanfaatan, Pengamanan dan pemeliharaan,
permasalahan umum terkait aset adalah Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
keakuratan data inventarisasi yang terganggu Penghapusan dan Penatausahaan serta
oleh legalitas aset yang ambigu. Selain itu, Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
kurangnya detail dalam proses inventarisasi Mahmudi (dalam Rahman, 2020:
disebabkan oleh kelalaian dalam mengisi 13) mendefinisikan Aset Daerah sebagai
formulir inventarisasi dan kode yang tidak segala kekayaan yang dimiliki atau dikuasai
disusun dengan baik. Sebagai contoh, anggota oleh pemerintah daerah, yang diperoleh
DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur melalui APBD atau sumber lainnya yang sah,
menemukan aset daerah yang terbengkalai di seperti sumbangan, hadiah, donasi, wakaf,
Kota Palangkaraya selama bertahun-tahun hibah, swadaya, kewajiban pihak ketiga, dan
(beritakalteng.com, 2021). sebagainya.
Ada beberapa fasilitas di Kabupaten Pengelolaan barang milik daerah
Kotawaringin Timur, seperti unit Pendidikan mencakup sejumlah kegiatan, termasuk
dan Latihan Pelajar (PPLP) Kotim yang perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman kilometer pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
6 Sampit, Kampung Pemuda di Jalan Tjilik pengamanan, pemeliharaan, penilaian,
Riwut arah Sampit-Kota Besi, Bumi pemindahtanganan, pemusnahan,
penghapusan, penatausahaan, serta pembinaan, HASIL PENELITIAN
I

pengawasan, dan pengendalian (Corbin & A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian


I I I

Strauss, 2008). 1. Analisis Indikator Perencanaan I I

Sugiama (2013) menjelaskan Kebutuhan dan Penganggaran


I I I

bahwa manajemen aset merupakan ilmu atau Indikator Perencanaan I

seni untuk mengarahkan pengelolaan Kebutuhan dan Penganggaran terdiri


I I I I

kekayaan, meliputi proses perencanaan atas 3 item pertanyaan, sehingga:


I I I I I

kebutuhan aset, perolehan, inventarisasi, audit Nilai terendah: 1 x 3 = 3 I I I I I I

legal, penilaian, operasional, pemeliharaan, Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12 I I I I I I

perbaharuan, atau penghapusan, serta Setelah diketahui nilai tertinggi dan I I I I

pengalihan aset dengan cara yang efektif dan nilai terindah, maka rentang indikator
I I I I I

efisien. perencanaan
I kebutuhan dan I I

Efisiensi dalam pemerintahan penganggarandapat dihitung dengan


I I I

melibatkan keseimbangan anggaran, rumus sebagai berikut:


I I I

pengeluaran yang rasional, serta eliminasi 12−3


pemborosan dan duplikasi. Pemangkasan Rentang = =2 , 25
4
I I

birokrasi memastikan setiap pengeluaran Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3 I I I I I

bertujuan dan dana digunakan di tempat yang Maka, hasil perhitungan rentang I I I

paling diperlukan. tersebut dijabarkan sebagai berikut.


I I I I II

Berdasarkan hasil analisis I I I

METODE PENELITIAN total skor jawaban responden


I I I I

Dalam penelitian ini, strategi yang digunakan berjumlah 224, skor jawaban
I I I I

merujuk pada konsep yang diungkapkan oleh responden terbanyak pada indikator
I I I I

Sugiyono (2013:2), yang menyatakan bahwa perencanaan


I kebutuhan dan I I

metode penelitian mencakup prosedur ilmiah penganggaran dengan sub total 132,
I I I I I

untuk memperoleh data dengan tujuan nilai tengah (median) dari indikator ini
I I I I I I

tertentu. Sumber data sekunder yang telah adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari
I I I I I I

dikumpulkan peneliti terdiri dari data yang indikator ini adalah 9, sehingga
I I I I I

sudah diterbitkan dan catatan terkait yang termasuk dalam kategori “Optimal”
I I I I

berkaitan dengan pengelolaan aset. Fokus karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.
I I I I I I I

penelitian ini adalah pada Aset Pemerintah 2. Analisis Indikator Pengadaan I I

Daerah, dengan subjek penelitian yang Indikator Pengadaan terdiri I I

mencakup Seluruh Pegawai Kantor Badan atas 3 item pertanyaan, sehingga:


I I I I I

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, yang Nilai terendah: 1 x 3 = 3


I I I I I I

berjumlah 29 orang. Karena populasi yang Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12


I I I I I I

terbatas, semua pegawai akan menjadi Setelah diketahui nilai tertinggi dan I I I I

responden dalam penelitian ini. Metode nilai terindah, maka rentang indikator
I I I I I

penentuan sampel ini sering digunakan ketika pengadaan dapat dihitung dengan
I I I I

populasi relatif kecil, yaitu kurang dari 30 rumus sebagai berikut:


I I I

orang, atau dalam penelitian yang bertujuan 12−3


untuk membuat generalisasi dengan margin Rentang = =2 , 25
4
I I

kesalahan yang sangat kecil. Dikenal juga


Rentang= 2,25 dibulatkan menjadi 2,3
dengan istilah "sampel jenuh" atau sensus, di
I I I I

Berdasarkan hasil analisis,


mana seluruh anggota populasi menjadi
I I

total skor jawaban responden


sampel.
I I I I

berjumlah 226, skor jawaban


I I I I

responden terbanyak pada indikator


Penelitian ini menggunakan beberapa metode
I I I I

pengadaan dengan sub total 162, nilai


pengumpulan data, termasuk penggunaan
I I I I I I

tengah (median) dari indikator ini


angket dan observasi. Dalam penelitian ini,
I I I I I

adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari


variabel yang akan diteliti akan dideskripsikan
I I I I I I

indikator ini adalah 9, sehingga


melalui perhitungan nilai rata-rata (Mean) dan
I I I I I

termasuk dalam kategori “Optimal”


nilai tengah.
I I I I

karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.


I I I I I I I

3. Analisis Indikator Penggunaan I I

Indikator Penggunaan terdiri I I


atas 3 item pertanyaan, sehingga:
I I I I I Indikator Pengamanan dan I I

Nilai terendah: 1 x 3 = 3
I I I I I I Pemeliharaan terdiri atas 3 item
I I I I I

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I pertanyaan, sehingga:
I I

Setelah diketahui nilai I I Nilai terendah: 1 x 3 = 3


I I I I I I

tertinggi dan nilai terindah, maka


I I I I I Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I

rentang indikator penggunaan dapat


I I I I Setelah diketahui nilai tertinggi dan I I I I

dihitung dengan rumus sebagai


I I I I nilai terindah, maka rentang
I I I I

berikut:
I indikator
I pengamanan dan I I

12−3 pemeliharaan dapat dihitung dengan


Rentang = =2 , 25
I I I I

4
I I

rumus sebagai berikut:


I I I

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3 12−3


I I I I I

Rentang = =2 , 25
Maka, hasil perhitungan rentang 4
I I

I I I

tersebut dijabarkan sebagai berikut.


I I I I II Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi I I I I

Berdasarkan hasil analisis, I I 2,3


I

total skor jawaban responden


I I I I Berdasarkan hasil analisis, I I

berjumlah 216, skor jawaban


I I I I total skor jawaban responden
I I I I

responden terbanyak pada indikator


I I I I berjumlah 223, skor jawaban
I I I I

penggunaan dengan sub total 156,


I I I I I responden terbanyak pada indikator
I I I I

nilai tengah (median) dari indikator


I I I I I pengamanan dan pemeliharaan
I I I

ini adalah 3, nilai rata-rata (mean)


I I I I I I dengan sub total 183, nilai tengah
I I I I I I

dari indikator ini adalah 9, sehingga


I I I I I I (median) dari indikator ini adalah 3,
I I I I I I

termasuk dalam kategori “Optimal”


I I I I nilai rata-rata (mean) dari indikator
I I I I I

karena berada pada rentang 7,8 –


I I I I I I ini adalah 9, sehingga termasuk
I I I I I

10,1.I dalam kategori “Optimal” karena


I I I I

4. Analisis Indikator Pemanfaatan I I berada pada rentang 7,8 – 10,1.


I I I I I I

Indikator Pemanfaatan I 6. Analisis Indikator Penilaian I I

terdiri atas 3 item pertanyaan,


I I I I I Indikator Penilaian terdiri atas 3 I I I I

sehingga:
I I item pertanyaan, sehingga:
I I I

Nilai terendah: 1 x 3 = 3 I I I I I I Nilai terendah: 1 x 3 = 3 I I I I I I

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12 I I I I I I Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12 I I I I I I

Setelah diketahui nilai I I Setelah diketahui nilai tertinggi I I I

tertinggi dan nilai terindah, maka


I I I I I dan nilai terindah, maka rentang
I I I I I

rentang indikator pemanfaatan dapat


I I I I indikator penilaian dapat dihitung
I I I I

dihitung dengan rumus sebagai


I I I I dengan rumus sebagai berikut:
I I I I

berikut: 12−3
Rentang = =2 , 25
I

12−3 4
I I

Rentang = =2 , 25
4 Rentang = 2,25 dibulatkan
I I

I I I

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi I I I I menjadi 2,3


I I

2,3
I Maka, hasil perhitungan I I

Maka, hasil perhitungan rentang I I I rentang tersebut dijabarkan sebagai


I I I I

tersebut dijabarkan sebagai berikut.


I I I I II berikut.
I II

Berdasarkan hasil analisis I I Berdasarkan hasil analisis, I I

total skor jawaban responden


I I I I total skor jawaban responden
I I I I

berjumlah 207, skor jawaban


I I I I berjumlah 226, skor jawaban
I I I I

responden terbanyak pada indikator


I I I I responden terbanyak pada indikator
I I I I

pemanfaatan dengan sub total 144,


I I I I I penilaian dengan sub total 156, nilai
I I I I I I

nilai tengah (median) dari indikator


I I I I I tengah (median) dari indikator ini
I I I I I

ini adalah 3, nilai rata-rata (mean)


I I I I I I adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari
I I I I I I

dari indikator ini adalah 9, sehingga


I I I I I I indikator ini adalah 9, sehingga
I I I I I

termasuk dalam kategori “Optimal”


I I I I termasuk dalam kategori “Optimal”
I I I I

karena berada pada rentang 7,8 –


I I I I I I karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.
I I I I I I I

10,1.
I 7. Analisis Indikator I

5. Analisis Indikator Pengamanan I I Pemindahtanganan


I

dan Pemeliharaan
I I
Indikator Penilaian terdiri atas 3 item I I I I I penghapusan dapat dihitung dengan
I I I I

pertanyaan, sehingga:
I I rumus sebagai berikut:
I I I

Nilai terendah: 1 x 3 = 3 12−3


Rentang = =2 , 25
I I I I I I

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I
I I

4
Setelah diketahui nilai tertinggi dan
I I I I
Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3 I I I I I

nilai terindah, maka rentang indikator


I I I I I
Berdasarkan hasil analisis I I

pemindahtanganan dapat dihitung


I I I
total skor jawaban responden
I I I I

dengan rumus sebagai berikut:


I I I I
berjumlah 203, skor jawaban
I I I I

12−3 responden terbanyak pada indikator


Rentang = =2 , 25 I I I I

4 pemindahtanganan dengan sub total


I I

I I I I

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3


I I I I I 168, nilai tengah (median) dari
I I I I I

Berdasarkan hasil analisis, I I indikator ini adalah 3, nilai rata-rata


I I I I I I

total skor jawaban responden


I I I I (mean) dari indikator ini adalah 9,
I I I I I I

berjumlah 212, skor jawaban


I I I I sehingga termasuk dalam kategori
I I I I

responden terbanyak pada indikator


I I I I “Optimal” karena berada pada rentang
I I I I I

pemindahtanganan dengan sub total


I I I I 7,8 – 10,1.
I I I

150, nilai tengah (median) dari


I I I I I 10. Analisis Indikator Penatausahaan I I

indikator ini adalah 3, nilai rata-rata


I I I I I I Indikator Penatausahaan I

(mean) dari indikator ini adalah 9,


I I I I I I terdiri atas 3 item pertanyaan,
I I I I I

sehingga termasuk dalam kategori


I I I I sehingga:
I II

“Optimal” karena berada pada rentang


I I I I I Nilai terendah: 1 x 3 = 3
I I I I I I

7,8 – 10,1.
I I I Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I

8. Analisis Indikator Pemusnahan I I Setelah diketahui nilai I I

Indikator Pemusnahan terdiri atas 3 I I I I tertinggi dan nilai terindah, maka


I I I I I

item pertanyaan, sehingga:


I I I I rentang indikator penatausahaan dapat
I I I I

Nilai terendah: 1 x 3 = 3
I I I I I I dihitung dengan rumus sebagai
I I I I

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I berikut:
I

Setelah diketahui nilai tertinggi dan 12−3


Rentang = =2 , 25
I I I I

nilai terindah, maka rentang indikator


I I I I I
I I

4
pemusnahan dapat dihitung dengan
I I I I
Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3 I I I I I

rumus sebagai berikut:


I I I
Berdasarkan hasil analisis total skor I I I I

12−3 jawaban responden berjumlah 221,


Rentang = =2 , 25 I I I I

4 skor jawaban responden terbanyak


I I

I I I I

Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3


I I I I I pada indikator penatausahaan dengan
I I I I

Sumber: Data diolah I I sub total 141, nilai tengah (median)


I I I I I I

Peneliti, 2023 I I dari indikator ini adalah 3, nilai rata-


I I I I I I I

Berdasarkan hasil analisis I I rata (mean) dari indikator ini adalah 9,


I I I I I I

total skor jawaban responden


I I I I sehingga termasuk dalam kategori
I I I I

berjumlah 212, skor jawaban


I I I I “Optimal” karena berada pada rentang
I I I I I

responden terbanyak pada indikator


I I I I 7,8 – 10,1.
I I I

pemindahtanganan dengan sub total


I I I I 11. Analisis Indikator Pembinaan, I I

150, nilai tengah (median) dari


I I I I I Pengawasan dan Pengendalian
I I I

indikator ini adalah 3, nilai rata-rata


I I I I I I Indikator Pembinaan, Pengawasan I I

(mean) dari indikator ini adalah 9,


I I I I I I dan Pengendalian terdiri atas 3 item
I I I I I I

sehingga termasuk dalam kategori


I I I I pertanyaan, sehingga:
I I I

“Optimal” karena berada pada rentang


I I I I I Nilai terendah: 1 x 3 = 3
I I I I I I

7,8 – 10,1.
I I I Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I

9. Analisis Indikator Penghapusan I I Setelah diketahui nilai tertinggi dan I I I I

Indikator Penghapusan terdiri atas 3 I I I I nilai terindah, maka rentang indikator


I I I I I

item pertanyaan, sehingga:


I I I II pembinaan,
I pengawasan dan I I

Nilai terendah: 1 x 3 = 3
I I I I I I pengendalian dapat dihitung dengan
I I I I

Nilai tertinggi: 4 x 3 = 12
I I I I I I rumus sebagai berikut:
I I I

Setelah diketahui nilai tertinggi dan 12−3


Rentang = =2 , 25
I I I I

nilai terindah, maka rentang indikator


I I I I I
4
I I
Rentang = 2,25 dibulatkan menjadi 2,3 I I Jumlah total keseluruhan
I I I I I

Maka, hasil perhitungan rentang I pernyataan dalam pernyataan dalam I I I I I I

tersebut dijabarkan sebagai berikut.


I I penelitian ini adalah sebanyak 33 item, I I II I I I I I I

Berdasarkan hasil analisis, sehingga: I I I

total skor jawaban responden


I I Nilai terendah: 1 x 33 = 33 I I I I I I I I

berjumlah 219, skor jawaban


I Nilai tertinggi: 4 x 33 = 132
I I I I I I I I I

responden terbanyak pada indikator


I Setelah diketahui nilai tertinggi dan
I I I I I I I

pembinaan,
I pengawasan dan terendah, maka rentang untuk indikator I I I I I I I

pengendalian dengan sub total 165,


I penelitian ini dapat dihitung dengan rumus
I I I I I I I I I I

nilai tengah (median) dari indikator ini


I I sebagai berikut: I I I I I I

adalah 3, nilai rata-rata (mean) dari 132−33


Rentang = =24 ,75
I I I I I I

indikator ini adalah 9, sehingga


I I
4 I I I
I I

termasuk dalam kategori “Optimal”


I I
Rentang = 24,75 dibulatkan I I
I I I

karena berada pada rentang 7,8 – 10,1.


I I
menjadi 25 I I I I I
I I

B. Analisis Total Jawaban Keseluruhan


I I I

Maka, hasil perhitungan rentang tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:


I I I I I I I I

Tabel 1 I

Keseluruhan Total Pernyataan Berdasarkan Seluruh Indikator I I I I I

No Indikator Total Skor I

1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran 9 I I I

2. Pengadaan 9 I

3. Penggunaan 9 I

4. Pemanfaatan 9
5. Pengamanan dan Pemeliharaan 9 I I

6. Penilaian 9 I

7. Pemindahtanganan 9
8. Pemusnahan 10 I

9. Penghapusan 9 I

10. Penatausahaan 9 I

11. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian 9 I I I

JUMLAH 100
KATEGORI OPTIMAL
Sumber: Data diolah Peneliti, 2023 I I I I

Berdasarkan hasil Penganggaran I I

kuesioner yang dianalisis


I Perencanaan kebutuhan adalah I I I I

berdasarkan keseluruhan total


I proses merumuskan detail kebutuhan I I I I I I

pernyataan Idari seluruh barang daerah untuk mengaitkan I I I I I I

indikator pada tabel 4.57, maka


I pengadaan barang sebelumnya dengan I I I I I I I I

diperoleh hasil yaitu 110.


I kondisi saat ini, sebagai landasan untuk I I I I I I I I I

Sehingga disimpulkan bahwa


I tindakan di masa depan. Proses I I I I I I I

tingkat I Optimalisasi perencanaan kebutuhan barang daerah I I I I I

Pengelolaan Aset Pemerintah


I memperhatikan ketersediaan barang, I I I I I

Daerah oleh Badan Keuangan


I fungsi dari setiap Satuan Kerja Perangkat
I I I I I I I I I

dan Aset Daerah Kabupaten


I Daerah (SKPD), dan kebutuhan untuk
I I I I I I I I

Kotawaringin Timur termasuk


I menjalankan tugas-tugas tertentu. I I I I I

dalam kategori “Optimal”


I Penyusunan perencanaan kebutuhan I I I I I

karena berada dalam rentang 85


I barang daerah dilakukan setiap tahun
I I I I I I I I I

– 110. I I setelah penetapan Rencana Kerja (Renja). I I I I I

PEMBAHASAN Pertama, dalam indikator I I

1. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset


I Perencanaan Kebutuhan dan I I I I I

Pemerintah Daerah oleh Badan


I Penganggaran, terdapat pernyataan terkait
I I I I I I I

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I penyediaan bangunan milik daerah. Dari 16
I I I I I I I I I

Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I responden, menyatakan bahwa I I I I I

dari Perencanaan Kebutuhan dan


I I perencanaan kebutuhan dan penganggaran I I I I I I
terhadap pengelolaan aset pemerintah
I I I I keadilan, persaingan, keterbukaan, dan
I I I I

daerah adalah optimal, sedangkan 5


I I I I I transparansi. Terlebih lagi, dalam
I I I I

responden menganggap pengelolaan yang


I I I I pengadaan barang daerah, langkah-
I I I I

dilakukan oleh BKAD sangat optimal.


I I I I I langkah harus mengacu pada peraturan I I I I

Namun, ada 3 responden lainnya yang


I I I I I I yang telah ditetapkan dalam perundang-
I I I I I

mengatakan bahwa pengelolaan aset milik


I I I I I undangan.
pemerintah daerah tidak optimal dalam
I I I I I Pertama-tama, dalam hal prinsip I I I

menyediakan bangunan milik daerah


I I I I pengadaan barang atau bangunan sebagai
I I I I I

dengan baik.
I I aset daerah, terutama prinsip akuntabilitas,
I I I I I

Kedua, terkait dengan fungsi SKPD I I I I 17 responden menunjukkan bahwa


I I I I

yang telah dilaksanakan dengan baik.


I I I I I penerapan prinsip ini dalam manajemen
I I I I I

Pelaksanaan perencanaan yang baik dapat


I I I I I aset daerah telah berjalan optimal. Di sisi
I I I I I I I

terjadi saat SKPD juga menjalankan tugas


I I I I I I lain, 6 responden lainnya menilai bahwa
I I I I I I

dan fungsi dengan baik untuk pengelolaan


I I I I I I penerapan prinsip akuntabilitas berjalan
I I I I

aset milik pemerintah daerah. Mayoritas


I I I I I sangat optimal. Namun, 1 responden
I I I I I

dari 14 responden menyatakan bahwa


I I I I I memiliki pandangan berbeda, menyatakan
I I I I

SKPD telah menjalankan fungsinya dengan


I I I I I bahwa manajemen aset daerah tidak
I I I I I

baik. Sementara 6 responden lainnya


I I I I I berjalan secara optimal terkait prinsip
I I I I I

menganggap SKPD telah sangat optimal,


I I I I I akuntabilitas.
I

namun 4 responden lainnya mengatakan


I I I I I Kedua, terkait panduan yang I I I

bahwa SKPD tidak optimal dalam


I I I I I digunakan dalam pengadaan aset daerah,
I I I I I

melaksanakan fungsi perencanaan.


I I I mayoritas responden menyatakan bahwa
I I I I

Ketiga, terkait penganggaran aset I I I penggunaan undang-undang sebagai


I I I

gedung yang disusun dalam rencana kerja


I I I I I I pedoman sudah berjalan optimal. Selain itu,
I I I I I I

yang jelas. Penganggaran aset gedung


I I I I I 4 responden menilai bahwa penggunaan
I I I I I

dalam rencana kerja yang jelas dapat


I I I I I I undang-undang sebagai pedoman telah
I I I I

memengaruhi
I efisiensi perencanaan I I berjalan sangat optimal dalam manajemen
I I I I I

kebutuhan dan penganggaran dalam


I I I I aset daerah milik pemerintah Kabupaten
I I I I I

penggunaan dana. Dari 14 responden,


I I I I I Kotawaringin Timur.
I I

menyatakan bahwa penganggaran aset


I I I I Selanjutnya, terkait dengan prinsip I I I

daerah ke dalam rencana kerja yang jelas


I I I I I I I yang diterapkan dalam pelaksanaan
I I I I

adalah optimal, sedangkan 7 responden


I I I I I pengadaan aset daerah, yaitu prinsip
I I I I I

lainnya menganggapnya sangat optimal.


I I I I keterbukaan dan transparansi. Sebanyak 17
I I I I I

Namun, 3 responden lainnya mengatakan


I I I I I responden menyatakan bahwa pengadaan
I I I I

bahwa penganggaran aset daerah, seperti


I I I I I aset daerah telah berjalan optimal secara
I I I I I I

gedung, tidak optimal dalam direncanakan


I I I I I terbuka dan transparan. Sementara itu, 4
I I I I I I

ke dalam rencana kerja yang jelas.


I I I I I I responden lainnya menilai bahwa
I I I I

Berdasarkan penelitian dan analisis I I I penerapan prinsip keterbukaan dan


I I I I

data yang telah dilakukan, menunjukkan


I I I I I transparansi dalam pengadaan aset daerah
I I I I I

bahwa indikator Perencanaan Kebutuhan


I I I I telah berjalan sangat optimal. Namun, 3
I I I I I I

dan Penganggaran pada Pengelolaan Aset


I I I I I responden lainnya menyatakan bahwa hal
I I I I I

Milik Pemerintah Daerah Kabupaten


I I I I ini tidak berjalan secara optimal.
I I I I I

Kotawaringin Timur dinilai sebagai


I I I I Hasil penelitian dan analisis data I I I I

"Optimal," dengan pencapaian skor rata-


I I I I I menunjukkan bahwa indikator Pengadaan
I I I I

rata 9. I dalam Pengelolaan Aset Milik Pemerintah


I I I I I

2. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur


I I I I

Pemerintah Daerah oleh Badan


I I I I berada pada kategori "Optimal" dengan
I I I I I

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I I I I skor nilai rata-rata (mean) sebesar 9.
I I I I I I

Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I I I 3. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I

dari Pengadaan
I I Pemerintah Daerah oleh Badan
I I I I

Pengadaan merupakan penanda yang I I I Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I I I I

ada dalam manajemen kepemilikan aset


I I I I I Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat
I I I I

oleh pemerintah daerah. Proses pengadaan


I I I I I dari Penggunaan
I I

dilakukan dengan mematuhi prinsip


I I I I Penggunaan aset pemerintah daerah adalah I I I I

akuntabilitas,
I efisiensi, efektivitas, I I sebuah faktor penting dalam manajemen
I I I I I
aset di tingkat lokal. Berbagai metode dapat
I I I I I I I penggunaan aset pemerintah daerah di
I I I I I

diterapkan dalam penggunaan barang atau


I I I I I Kabupaten Kotawaringin Timur berada
I I I I

bangunan yang dianggap sebagai aset


I I I I I dalam kategori "Optimal" dengan skor rata-
I I I I I I

daerah. Salah satunya adalah menetapkan


I I I I I rata (mean) sebesar 9.
I I I

status penggunaan aset tersebut dalam


I I I I I 4. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I

konteks pelaksanaan fungsi dan tugas bagi


I I I I I I Pemerintah Daerah oleh Badan
I I I I

pengguna atau pihak yang diberi wewenang


I I I I I I Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
I I I I I

atas aset tersebut. Jika pengguna tidak


I I I I I I Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat
I I I I

memenuhi fungsinya, status penggunaan


I I I I dari Pemanfaatan
I I

aset dapat dicabut oleh pihak berwenang,


I I I I I I Penggunaan menjadi tanda dalam I I I

yaitu Gubernur/Walikota/Bupati. Terdapat


I I I pengaturan harta milik pemerintah lokal.
I I I I I

juga prinsip pengalihan dan penggunaan


I I I I I Penggunaan
I barang milik daerah I I I

sementara sebagai skema lain dari


I I I I I dijalankan berdasarkan pertimbangan
I I I

penggunaan aset tersebut.


I I I teknis,
I dengan memperhatikan I I

kepentingan
I umum dan daerah. I I I

Sebagai contoh, dalam Kabupaten I I I Penyelenggaraan penggunaan barang milik


I I I I

Kotawaringin Timur, gedung-gedung yang


I I I I daerah akan ditangani oleh pengurus
I I I I I

merupakan aset daerah dimanfaatkan untuk


I I I I I barang setelah mendapat persetujuan
I I I I

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah


I I I I Gubernur/Walikota
I tanpa perlu I I

(PAD).
I Berdasarkan survei yang I I I persetujuan DPRD.
I I

dilakukan, mayoritas responden, sebanyak


I I I I Pertama, indikator ini menunjukkan I I I

17 orang, menyatakan bahwa pemanfaatan


I I I I I bahwa
I pemanfaatan aset daerah I I I

aset daerah dalam upaya meningkatkan


I I I I I menggunakan
I konsep Kerjasama I I

PAD sudah berjalan secara optimal,


I I I I I Pemanfaatan (KSP) gedung dengan pihak
I I I I I

sementara 3 responden lainnya bahkan


I I I I I swasta dilakukan untuk mengurangi biaya
I I I I I

menganggapnya sangat optimal. Namun,


I I I I pemeliharaan gedung. Sebanyak 15
I I I I

terdapat juga 7 responden yang


I I I I I responden menyatakan bahwa penggunaan
I I I I

menganggap penggunaan aset daerah


I I I I konsep KSP untuk memanfaatkan aset
I I I I I

belum optimal dalam meningkatkan PAD.


I I I I I daerah dan mengurangi biaya pemeliharaan
I I I I I

Selanjutnya, dalam pengelolaan aset I I I gedung sangat efektif. Sebaliknya, 3


I I I I I

daerah, gedung-gedung milik pemerintah


I I I I responden menganggap penggunaan
I I I

daerah Kabupaten Kotawaringin Timur


I I I I konsep KSP dalam mengurangi biaya
I I I I I

digunakan oleh pihak yang ditunjuk oleh


I I I I I I pemeliharaan gedung tidak begitu efektif.
I I I I I

pemerintah setempat. Dari hasil survei, 21


I I I I I I Seorang responden menyatakan bahwa
I I I I

responden menyatakan bahwa penggunaan


I I I I penggunaan KSP dengan pihak swasta
I I I I I

aset daerah oleh pihak yang ditunjuk telah


I I I I I I I sangat tidak efektif dalam menekan biaya
I I I I I I

berjalan dengan optimal, sementara 3


I I I I I pemeliharaan gedung.
I I

responden lainnya bahkan menilai bahwa


I I I I I Kedua, indikator penggunaan I I

penggunaannya sangat optimal.


I I I menunjukkan bahwa pemerintah daerah
I I I I

Dalam konteks penunjukan pengguna aset


I I I I menerima imbalan dari gedung yang
I I I I I

gedung milik daerah, transparansi dan


I I I I I dimanfaatkan oleh pihak lain. Sebanyak 18
I I I I I I

peningkatan penerimaan PAD menjadi


I I I I responden menyatakan bahwa penggunaan
I I I I

pertimbangan utama. Sebanyak 17


I I I I aset daerah oleh pihak lain dan penerimaan
I I I I I I I

responden menyatakan bahwa penerapan


I I I I imbalan oleh pemerintah sangat efektif.
I I I I I

prinsip transparansi dalam penunjukan


I I I I Sebaliknya, 2 responden berpendapat
I I I I

pengguna aset daerah dan peningkatan


I I I I I bahwa pemanfaatan aset daerah oleh pihak
I I I I I I

penerimaan PAD sudah berjalan secara


I I I I I lain tidak memberikan imbalan yang efektif
I I I I I I

optimal. Ada juga 4 responden yang


I I I I I I kepada pemerintah.
I I

menyatakan bahwa hal tersebut berjalan


I I I I I Terakhir, indikator ini menunjukkan I I I

sangat optimal, namun 3 responden lainnya


I I I I I I bahwa gedung yang digunakan oleh pihak
I I I I I I

merasa bahwa pengelolaan aset daerah


I I I I I lain menggunakan konsep sewa. Sebanyak
I I I I I

dalam hal transparansi dan penggunaan aset


I I I I I I 15 responden menyatakan bahwa
I I I I

belum optimal.
I I penggunaan gedung milik daerah dengan
I I I I I

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis I I I I konsep sewa sangat efektif, sementara 3
I I I I I I

data,
I dapat disimpulkan bahwa I I I responden lainnya menyatakan bahwa
I I I I
penggunaan
I konsep sewa dalam I I I optimal.
I

penggunaan gedung oleh pihak lain sangat


I I I I I I Pernyataan ketiga atau terakhir dari I I I I

efektif. Namun, 4 responden menyatakan


I I I I I indikator ini menyebutkan bahwa Badan
I I I I I

bahwa konsep sewa dalam penggunaan


I I I I I Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) harus
I I I I I I

gedung oleh pihak lain tidak begitu efektif.


I I I I I I I mengurangi biaya perawatan untuk
I I I I

Berdasarkan hasil penelitian dan I I I mencapai efisiensi anggaran. Sebanyak 21


I I I I I

analisis data, terbukti bahwa indikator


I I I I I responden percaya bahwa upaya BKAD
I I I I I

Penggunaan dalam Pengelolaan Aset Milik


I I I I I dalam menekan biaya perawatan gedung
I I I I I

Pemerintah
I Daerah Kabupaten I I untuk mencapai efisiensi anggaran sudah
I I I I I

Kotawaringin Timur berada dalam kategori


I I I I I optimal, sementara 2 responden lainnya
I I I I I

"Efektif" dengan rata-rata (mean) skor


I I I I I menyatakan bahwa hal tersebut sangat
I I I I I

pencapaian sebesar 9.
I I I optimal. Namun, 1 responden merasa
I I I I I

5. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I bahwa cara tersebut tidak efektif dalam
I I I I I I

Pemerintah Daerah oleh Badan


I I I I mengurangi anggaran perawatan gedung
I I I I

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I I I I dalam pengelolaan aset daerah.
I I I I

Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I I I Melalui penelitian yang dilakukan dan I I I I

dari Pengamanan dan Pemeliharaan


I I I I analisis data yang diperoleh, dapat
I I I I I

Pengamanan dan perawatan harus I I I disimpulkan bahwa indikator Pengamanan


I I I I

dilakukan secara efektif oleh pihak yang


I I I I I I dan Perawatan dalam Pengelolaan Aset
I I I I I

memiliki wewenang, pengguna, atau


I I I I Milik Pemerintah Daerah Kabupaten
I I I I

pengelola barang. Untuk mengamankan


I I I I Kotawaringin Timur berada dalam kategori
I I I I I

aset daerah, tindakan dapat terbagi menjadi


I I I I I I "Optimal" dengan skor rata-rata (mean)
I I I I I

tiga bagian, yaitu tindakan hukum, fisik,


I I I I I I sebesar 9.
I I

dan administrasi. Di sisi lain, perawatan


I I I I I I 6. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I

aset daerah dilakukan oleh pihak yang


I I I I I I Pemerintah Daerah oleh Badan
I I I I

memiliki kuasa, pengguna, atau pengelola


I I I I I Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
I I I I I

barang. Dalam konteks perawatan aset


I I I I I Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat
I I I I

daerah, tanggung jawab utama jatuh pada


I I I I I I dari Penilaian
I I

pihak yang menguasainya.


I I I Menilai nilai dari aset publik adalah I I I I I

Pada indikator pertama tentang I I I bagian integral dari pengelolaan aset


I I I I I

pengamanan dan perawatan dalam


I I I I daerah. Proses penilaian aset daerah
I I I I I

pengelolaan aset daerah, disebutkan bahwa


I I I I I dilakukan sesuai dengan pedoman Standar
I I I I I

pengamanan sepenuhnya bergantung pada


I I I I Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam
I I I I

pihak yang memiliki kuasa atas bangunan.


I I I I I I menyusun neraca keuangan pemerintah
I I I I

Dari 20 responden, mereka menyatakan


I I I I I daerah. Dalam konteks ini, penilaian
I I I I I

bahwa pemberian tanggung jawab


I I I I terhadap properti pemerintah, baik yang
I I I I I

pengamanan bangunan kepada pihak yang


I I I I I berbentuk hibah maupun yang diperoleh
I I I I I

memiliki kuasa penuh sudah optimal,


I I I I I melalui pinjam pakai, dianggap perlu.
I I I I I

sedangkan
I 4 responden lainnya I I I Pertama, data menunjukkan bahwa I I I

menyatakan bahwa hal tersebut sangat


I I I I I penilaian gedung sebagai aset pemerintah
I I I I I

optimal.
I daerah dilakukan berdasarkan pedoman
I I I I

Pernyataan kedua dari indikator ini I I I I SAP. Sebanyak 20 responden menyatakan


I I I I I

menekankan bahwa perawatan bangunan


I I I I bahwa penggunaan SAP dalam penilaian
I I I I I

harus didasarkan pada prinsip prioritas.


I I I I I aset daerah dalam pengelolaan aset daerah
I I I I I I

Sebanyak 20 responden menganggap


I I I I dianggap optimal. Sebanyak 4 responden
I I I I I

penerapan prinsip prioritas dalam


I I I I lainnya menganggap bahwa pengelolaan
I I I I

perawatan gedung sudah optimal.


I I I I aset daerah dengan menggunakan penilaian
I I I I I

Mayoritas responden sepakat bahwa


I I I I aset daerah berdasarkan SAP adalah sangat
I I I I I I

prinsip prioritas merupakan pendekatan


I I I I optimal.
I

utama dalam perawatan gedung milik


I I I I I Kedua, terkait dengan penilaian I I I

daerah, sementara 3 responden lainnya


I I I I I kelayakan gedung yang diajukan oleh
I I I I I

menyebutkan bahwa hal tersebut sangat


I I I I I Organisasi Perangkat Daerah (OPD),
I I I I

optimal. Namun, ada 1 responden yang


I I I I I I terlihat bahwa 20 responden menyatakan
I I I I I

menganggap bahwa penggunaan prinsip


I I I I bahwa penilaian ini dilakukan dengan cara
I I I I I I

prioritas dalam perawatan gedung belum


I I I I I yang tepat. Sementara itu, 2 responden
I I I I I I
menyatakan bahwa hal ini sangat optimal,
I I I I I I 15 menyatakan efektif, 2 menyatakan tidak
I I I I I I

namun 2 responden lainnya berpendapat


I I I I I efektif, dan 3 menyatakan sangat tidak
I I I I I I

bahwa penilaian kelayakan gedung yang


I I I I I efektif mengelola aset daerah dengan
I I I I I

diajukan oleh OPD tidak dilakukan secara


I I I I I I menjual aset yang telah dinilai tidak layak
I I I I I I I

optimal dalam pengelolaan aset daerah.


I I I I I operasional.
I

Terakhir, pihak Badan Keuangan I I I Ketiga, pengalihan melalui skema I I I

dan Aset Daerah (BKAD) menolak


I I I I I pemberian dengan nilai aset gedung sebesar
I I I I I I

pengajuan pengadaan gedung yang


I I I I 5 miliar rupiah melalui persetujuan Bupati.
I I I I I I

melanggar peraturan dan berpotensi


I I I I Dari 24 responden, 17 menyatakan efektif,
I I I I I I

memperbesar Anggaran Pendapatan dan


I I I I 5 menyatakan sangat efektif, dan 2
I I I I I I

Belanja Daerah (APBD). Dari hasil


I I I I I menyatakan bahwa skema pemberian aset
I I I I I

penelitian, 12 responden menyatakan


I I I I gedung senilai 5 miliar memerlukan
I I I I I

bahwa tindakan ini optimal dalam


I I I I I persetujuan, namun tidak efektif.
I I I I

pengelolaan aset daerah. Sementara itu, 9


I I I I I I Berdasarkan penelitian dan analisis data, I I I I

responden lainnya menganggap bahwa


I I I I indikator Pengalihan dalam Pengelolaan
I I I I

keputusan BKAD ini sangat optimal,


I I I I I Aset Milik Pemerintah Daerah Kabupaten
I I I I I

namun 2 responden lainnya menilai bahwa


I I I I I I Kotawaringin Timur dapat dikategorikan
I I I I

keputusan ini tidak optimal.


I I I I sebagai "Optimal," dengan skor rata-rata
I I I I I

Secara keseluruhan, penelitian dan I I I (mean) mencapai 9.


I I I

analisis data menunjukkan bahwa indikator


I I I I I 8. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I

Penilaian dalam Pengelolaan Aset Milik


I I I I I Pemerintah Daerah oleh Badan
I I I I

Pemerintah
I Daerah Kabupaten I I Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
I I I I I

Kotawaringin Timur dikategorikan sebagai


I I I I Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat
I I I I

"Optimal" dengan skor rata-rata (mwan)


I I I I I dari Pemusnahan
I I

sebesar 9.
I I Penghancuran dilakukan terhadap I I

7. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I properti daerah yang tidak dapat


I I I I I

Pemerintah Daerah oleh Badan


I I I I dimanfaatkan atau dialihkan, dan beberapa
I I I I I

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I I I I peraturan menjadi alasan untuk melakukan
I I I I I

Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I I I penghancuran
I tersebut. Proses I I

dari Pemindahtanganan
I I penghancuran
I aset daerah harus I I I

Pengalihan kepemilikan bisa dilakukan saat I I I I mendapatkan persetujuan dari Kepala


I I I I

barang yang dimiliki oleh daerah dalam


I I I I I I Daerah. Penghancuran dilakukan melalui
I I I I

pelaksanaan tugas pemerintahan daerah


I I I I beberapa metode, termasuk penghancuran
I I I I

tidak diperlukan lagi. Beberapa bentuk


I I I I I fisik,
I pembakaran, penenggelaman, I I

pengalihan kepemilikan barang daerah


I I I I penimbunan, dan metode lain sesuai
I I I I I

meliputi penyertaan modal pemerintah


I I I I dengan peraturan hukum yang berlaku.
I I I I I

daerah, pertukaran, pemberian, dan


I I I I Dalam hal indikator pertama, I I I

penjualan. Penilaian atas barang milik


I I I I I penelitian
I menunjukkan bahwa I I

daerah akan dilakukan sebelum melakukan


I I I I I penghancuran aset daerah hanya diterapkan
I I I I I

pengalihan kepemilikan, kecuali dalam


I I I I jika tidak memungkinkan untuk melakukan
I I I I I

kasus pemberian di mana penilaian


I I I I I pemindahan. Dua responden menyatakan
I I I I

sebelumnya tidak diperlukan.


I I I bahwa pelaksanaan penghancuran aset
I I I I

Pertama, terkait pengalihan aset gedung, I I I I daerah sangat optimal ketika tidak ada opsi
I I I I I I I

upaya dilakukan melalui skema penjualan


I I I I I pemindahan, sementara 20 responden
I I I I

guna meningkatkan pendapatan kas daerah.


I I I I I mayoritas
I menyatakan bahwa I I

Dari 20 responden, 2 menyatakan sangat


I I I I I I penghancuran optimal jika aset milik
I I I I I

efektif, 18 menyatakan efektif, 3


I I I I I daerah tidak dapat dipindahkan. Namun,
I I I I I

menyatakan tidak efektif, dan 1


I I I I I dua responden lainnya mengungkapkan
I I I I

menyatakan sangat tidak efektif skema


I I I I I bahwa hanya karena tidak dapat
I I I I I

penjualan tersebut untuk pengalihan aset


I I I I I dipindahkan, penghancuran tidak secara
I I I I

daerah.
I otomatis menjadi pilihan yang optimal.
I I I I I

Kedua, pengalihan aset berupa gedung I I I I Sementara itu, indikator kedua I I I

hanya dilakukan jika gedung tersebut sudah


I I I I I I menekankan bahwa penghancuran aset
I I I I

dinilai tidak layak untuk operasional. Dari


I I I I I I daerah harus disetujui oleh Bupati. Enam
I I I I I I

24 responden, 4 menyatakan sangat efektif,


I I I I I I responden menyatakan bahwa sangat
I I I I
optimal
I untuk melaksanakan I I bahwa penghapusan aset dari DBP adalah
I I I I I I

penghancuran
I setelah mendapatkan I I pilihan yang optimal ketika tidak ada lagi
I I I I I I I

persetujuan dari Bupati, sementara 20


I I I I I pihak yang mengelola aset tersebut.
I I I I I

responden lainnya menyatakan bahwa ini


I I I I I Namun, terdapat masing-masing 1
I I I I

merupakan pilihan optimal.


I I I responden yang berpendapat bahwa
I I I I

Terakhir, indikator tersebut I I tindakan tersebut tidak optimal dan sangat


I I I I I I

menyarankan
I bahwa berita acara I I I tidak optimal.
I I

penghancuran aset harus dilaporkan paling


I I I I I Pernyataan ketiga terkait penghapusan aset I I I I

lambat dalam waktu satu bulan setelah


I I I I I I gedung dari Daftar Barang Kuasa
I I I I I

proses penghancuran. Mayoritas 20


I I I I Pengguna (DBKP) agar aset tersebut tidak
I I I I I I

responden menyatakan bahwa dalam


I I I I dikelola oleh pihak manapun. Dari 24
I I I I I I

pengelolaan aset daerah, pelaporan berita


I I I I I responden, 1 responden menyatakan bahwa
I I I I I

acara harus segera dilakukan, dengan batas


I I I I I I pernyataan tersebut sangat optimal,
I I I I

waktu satu bulan setelah proses


I I I I I sementara 18 responden menyatakan
I I I I

penghancuran. Tiga responden lainnya


I I I I bahwa penghapusan aset gedung dari
I I I I I

menyatakan bahwa pelaporan berita acara


I I I I I DBKP adalah pilihan yang optimal agar
I I I I I I

satu bulan setelah penghancuran sangat


I I I I I tidak dikelola oleh siapapun. Namun,
I I I I I

optimal, sementara satu responden


I I I I terdapat masing-masing 4 dan 1 responden
I I I I I I

menyatakan bahwa waktu satu bulan adalah


I I I I I I yang berpendapat bahwa tindakan tersebut
I I I I I

batas waktu yang tidak optimal dalam


I I I I I I tidak optimal dan sangat tidak optimal.
I I I I I I

pengelolaan aset daerah saat proses


I I I I I Dari hasil penelitian dan analisis data,
I I I I I

penghancuran dilakukan.
I I terbukti bahwa indikator Penghapusan
I I I I

Berdasarkan penelitian yang telah I I I pada Pengelolaan Aset Milik Pemerintah


I I I I I

dilakukan dan analisis data, kesimpulan


I I I I I Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur
I I I I

ditarik bahwa indikator Penghancuran


I I I I termasuk dalam kategori "Optimal" dengan
I I I I I

dalam Pengelolaan Aset Milik Pemerintah


I I I I I skor rata-rata (mean) sebesar 9.
I I I II I

Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur


I I I I 10. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I

dinilai "Optimal" dengan skor rata-rata


I I I I I Pemerintah Daerah oleh Badan
I I I I

(mean) pencapaian 10.


I I I Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
I I I I I

9. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I I I

Pemerintah Daerah oleh Badan


I I I I dari Penatausahaan
I I

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I I I I Dokumen tersebut menjelaskan I I

Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I I I bahwa manajemen aset pemerintah daerah
I I I I I

dari Penghapusan
I I dilakukan dengan menggunakan sistem
I I I I

Dalam indikator ini, pernyataan pertama


I I I I kodefikasi
I untuk memudahkan I I

menyangkut penghapusan aset publik


I I I I pengelolaan aset. Setiap barang milik
I I I I I

daerah dari Daftar Barang Milik Daerah


I I I I I I daerah harus didaftarkan dan dicatat,
I I I I I

(DBMD) melalui putusan pengadilan. Dari


I I I I I termasuk tanah dan bangunan yang harus
I I I I I I

21 responden, 2 di antaranya menyebutkan


I I I I I I diinventarisasi setidaknya setiap 5 tahun.
I I I I I

bahwa penghapusan tersebut sangat sesuai


I I I I I Selain itu, laporan mengenai pengelolaan
I I I I I

dengan keputusan pengadilan, sementara


I I I I barang menjadi sumber dalam penyusunan
I I I I I

17 responden lainnya menilai penghapusan


I I I I I neraca pemerintah daerah setiap tahun dan
I I I I I I

tersebut optimal. Di sisi lain, 5 responden


I I I I I I I setengah tahun.
I I

berpendapat bahwa penghapusan tersebut


I I I I Berdasarkan hasil penelitian dan I I I

tidak optimal, dan 1 responden menyatakan


I I I I I I analisis data, ditemukan bahwa dalam
I I I I I

bahwa penghapusan tersebut sangat tidak


I I I I I pengelolaan aset milik Pemerintah Daerah
I I I I I

optimal.
I Kabupaten Kotawaringin Timur, terdapat
I I I I

Pernyataan kedua terkait penghapusan dari I I I I tiga indikator penatausahaan yang berada
I I I I I

Daftar
I Barang Pengelola (DBP) I I I dalam kategori "Optimal". Pertama, terkait
I I I I I

disebabkan oleh ketiadaan pengelolaan dari


I I I I I kodefikasi aset gedung, mayoritas
I I I I

pihak manapun. Seorang responden


I I I I responden menyatakan bahwa kodefikasi
I I I I

menyatakan bahwa penghapusan aset


I I I I sangat membantu penatausahaan aset,
I I I I

daerah dari DBP sangatlah optimal karena


I I I I I I walaupun beberapa responden berpendapat
I I I I

tidak ada yang mengelolanya lagi,


I I I I I sebaliknya. Kedua, terkait inventarisasi
I I I I

sementara 21 responden lainnya setuju


I I I I I gedung yang dilakukan setiap 5 tahun
I I I I I I
sekali, mayoritas responden memandang
I I I I Iterkait pengendalian pemanfaatan aset
I I I

hal tersebut secara positif, meskipun


I I I I I Igedung sesuai dengan I peraturan I I

beberapa responden menganggap proses


I I I I IPermendagri Nomor 19 Tahun 2019, I I I I

tersebut kurang optimal. Ketiga, terkait


I I I I I Irespons dari responden bervariasi, dengan 4
I I I I I

laporan inventarisasi gedung yang disusun


I I I I I Idan 19 responden masing-masing
I I I

oleh DPKD sebagai sumber penyusunan


I I I I I Imenyatakan bahwa pengendalian I I

neraca, mayoritas responden menganggap


I I I I Ipemanfaatan aset gedung oleh DPKD I I I I

hal tersebut optimal, sementara beberapa


I I I I I Isesuai dengan peraturan masih dapat
I I I I

responden lainnya memiliki pandangan


I I I I Iditingkatkan, sementara satu responden I I I

berbeda.
I Imenyatakan bahwa hal ini tidak optimal. I I I I I

Hasil keseluruhan menunjukkan I I Hasil penelitian dan analisis I I I

bahwa indikator penatausahaan dalam


I I I I Idata menunjukkan bahwa indikator
I I I

pengelolaan aset milik Pemerintah Daerah


I I I I I Ipembinaan, pengawasan, dan perlindungan
I I I

Kabupaten Kotawaringin Timur mencapai


I I I I Ipada pengelolaan aset milik pemerintah
I I I I

kategori "Optimal" dengan nilai rata-rata


I I I I I Idaerah Kabupaten Kotawaringin Timur
I I I

(mean) mencapai 9.
I I I Idinilai "optimal" dengan rata-rata (mean)
I I I I

11. Tingkat Optimalisasi Pengelolaan Aset I I I Iskor nilai 9.


I I

Pemerintah Daerah oleh Badan


I I I I

Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)


I I I I I

Kabupaten Kotawaringin Timur dilihat


I I I I

dari Pembinaan, Pengawasan dan


I I I I

Perlindungan
I
PENUTUP
Pengelolaan aset milik I I
Berdasarkan hasil penelitian dan
pemerintah
I daerah Kabupaten I I
pembahasan yang telah dilakukan, dapat
Kotawaringin Timur dilakukan melalui
I I I I
disimpulkan bahwa Pengelolaan Aset
pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
I I I I
Pemerintah Daerah oleh Badan Keuangan dan
yang dilakukan oleh Menteri dengan
I I I I I
Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur
menetapkan kebijakan. Pengawasan
I I I
berada dalam tingkat optimal. Kesemua 11
terhadap penggunaan barang milik daerah,
I I I I I
indikator yang telah diteliti, yaitu perencanaan
termasuk pemantauan, penertiban, dan
I I I I
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
pemeliharaan, dikerjakan oleh Unit Kerja
I I I I I
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan
SKPD dengan bantuan aparat pengawasan
I I I I I
pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan,
intern sesuai peraturan. Tujuan akhirnya
I I I I I
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan,
adalah agar penggunaan aset gedung dapat
I I I I I I
serta pembinaan, pengawasan, dan
sesuai dengan peraturan perundang-
I I I I
pengendalian, semuanya berada dalam
undangan. kategori “Optimal” dengan rentang nilai antara
Menurut indikator yang I I
7,8 hingga 10,1. Dengan demikian, rumusan
diberikan, pengawasan langsung oleh Unit
I I I I I
masalah yang diajukan, yaitu "Bagaimana
DPKD terhadap penggunaan dan
I I I I
Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemerintah
pemeliharaan aset gedung mendapat
I I I I
Daerah oleh Badan Pengelola Keuangan dan
tanggapan positif dari sebagian besar
I I I I I
Aset Daerah Kabupaten Kotawaringin
responden, dengan 2 dan 18 responden
I I I I I I
Timur?" dapat dianggap telah terjawab dengan
masing-masing
I menyatakan bahwa I I
temuan bahwa pengelolaan aset pemerintah
pengawasan tersebut sangat optimal dan
I I I I I
daerah di Kabupaten Kotawaringin Timur
optimal. Namun, 4 responden lainnya
I I I I I
telah mencapai tingkat optimal berdasarkan 11
menganggap bahwa pengawasan masih
I I I I
indikator yang telah dianalisis. Selanjutnya,
kurang optimal.
I I
kesimpulan penelitian ini juga menunjukkan
Selanjutnya, terkait I
bahwa hasil penelitian mendukung hipotesis
pemindahtanganan
I aset gedung, I I
pertama (Ha) yang menyatakan bahwa
pengawasan yang dilakukan untuk
I I I I
terdapat optimalisasi pada pengelolaan aset
menertibkannya juga mendapat respon
I I I I
daerah di Kotawaringin Timur, sementara
positif, dengan 4 dan 18 responden masing-
I I I I I I I
hipotesis kedua (Ho) yang menyatakan bahwa
masing menyatakan bahwa pengawasan I I I
tidak ada optimalisasi telah ditolak
tersebut sangat optimal dan optimal.
I I I I I
berdasarkan temuan-temuan yang ada dalam
Pada pernyataan terakhir, I I
penelitian.
Belanja Langsung - Studi pada
REFERENCES SKPD di Pemerintah Kota Banda
Buku: Aceh. Jurnal Ilmiah Administrasi
Budiardjo, Miriam. 2021. Dasar-Dasar Ilmu Publik (JIAP), 1 (2): 37-44
Politik. Jakarta: Penerbit Gramedia Ibrahim, F., dan Ridwan, R. (2020).
Pustaka Utama. Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Charmaz, K. 2014. Constructing Grounded Tanah Dan Bangunan Milik
Theory. Sage Publications. Pemerintah Kota Banda Aceh.
Cholisin., dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Politik. Yogyakarta: UNY Press. Akuntansi, 5(4): 571–577
Cialdini, R. B.. 2006. Influence: The Listiani., dan Agustin, H. 2022. Pengaruh
Psychology of Persuasion. Harper Inventarisasi, Kompetensi Aparatur,
Business. dan Pengendalian Internal terhadap
Coleman, J. S.. 1990. Foundations of social Optimalisasi Pengelolaan Barang
theory. Cambridge: Harvard Milik Daerah. Jurnal Eksplorasi
University Press. Akuntansi (JEA), 4 (4): 861-882
Corbin, J., & Strauss, A. 2008. Basics of Nurdin, AHM. 2018. Menuju Pemerintahan
Qualitative Research: Techniques Terbuka (Open Government)
and Procedures for Developing Melalui Penerapan E-Government.
Grounded Theory. Sage Jurnal MP (Manajemen
Publications. Pemerintahan), 5 (1): 1-17
Creswell, J. W., & Poth, C. N. 2017. Olfah, ST. 2018. Tinjauan Efisiensi Anggaran
Qualitative Inquiry and Research dalam Penganggaran Berbasis
Design: Choosing Among Five Kinerja Pada Satuan Kerja
Approaches. Sage Publications. Kementerian Negara/Lembaga (Studi
Gramsci, A.. 1992. Prison Notebooks (J. A. Pada Satuan Kerja di Lingkungan
Buttigieg, Terjemahan). New York: Badan Pendidikan dan Pelatihan
Columbia University Press. Keuangan Tahun Anggaran 2011
Kholifah, Siti, I Wayan Suyadnya. 2018. Sampai 2015). Jurnal Akurasi :
Metodologi Penelitian Kualitatif; Jurnal Anggaran dan Keuangan
Berbagi Pengalaman dari Lapangan. Negara Indonesia, 2 (1): 70-88.
Depok: PT. Raja Grafindo Persada. Periansya, Azmi, F., dan Sari, Y. 2022.
Labolo, Muhadam. 2014. Memahami Ilmu Manajemen Barang Milik daerah dan
Pemerintahan. Jakarta: PT. Optimalisasi Pengelolaan Aset
Rajagrafindo Persada. Provinsi X. Jurnal Akuntansi, 32
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (10): 3081-3097
2020. Qualitative Data Analysis: A Rusdia, U. 2019. Manajemen Pemerintahan
Methods Sourcebook. Sage Daerah Menuju Indonesia Baru.
Publications. Jurnal Jisipol Ilmu Pemerintahan
Sari, DC., Siregar, RT., Silalahi, M., Universitas Bale Bandung, 3(3): 32-
Butarbutar, M., Silitonga, HP., 42
Alam, HV., Abidin, AZ., Falimu, Sanjaya, N., dan Jumanah. 2018. Strategi
dan Rahmat. A. 2020. Manajemen Peningkatan PAD Melalui
Pemerintahan. Kota Gorontalo: Optimalisasi Pemanfaatan Barang
Ideas Publishing. Milik Daerah (BMD) Pada
Subandi. 2014. Ekonomi Pembangunan. Pemerintah Daerah Provinsi Banten
Bandung: Alfabeta. Tahun Anggaran 2018. Journal of
Sugiama, G. 2013. Manajemen Aset Indonesian Public Administration
Pariwisata. Bandung: Guardaya and Governance Studies (JIPAGS), 2
Intimarta. Sugiyono. 2013. Metode (2): 391-411
Penelitian Kuantitatif.Kualitatif, dan Sitompul, SS., Wasistiono, S., dan
R&D. Bandung: Alfabeta. Simangunsong, S. 2021. Manajemen
Jurnal Ilmiah: Strategis Pemerintah Daerah dalam
Fahlevi, H., dan Ananta, MR. 2015. Analisis Pengelolaan Aset Tanah dan
Efisiensi dan Efektifitas Anggaran Bangunan Kabupaten Kotawaringin
Timur Provinsi Kalimantan Tengah.
Jurnal Visioner, 13 (3): 607–620
Tana, Y., dan Boro, VIA. 2020. Optimalisasi
Pemanfaatan Aset Tetap (Tanah)
Milik Provinsi Nusa Tenggara Timur
di Wilayah Kota Kupang dalam
Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Tahun 2014-2016
(Studi Pada Badan Pendapatan,
Pengelolaan, Keuangan dan Aset
Daerah (BPPKAD) Provinsi Nusa
Tenggara Timur). Warta
Governare : Jurnal Ilmu
Pemerintahan, 1 (1): 44-58
Skripsi:
Pamungkas, R. A. T. 2019. Optimalisasi
Peran Badan Pendapatan Daerah
dalam Pemungutan Pajak Daerah
untuk Memperbesar Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Mojokerto.
Skripsi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang
Rahman, AK. 2020. Analisis Pengelolaan
Barang Milik Daerah Pada Kantor
Badan Pengelolaan Keuangan Dan
Aset Daerah Provinsi Riau. Skripsi.
Pekanbaru: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Perundang-undangan:
Permendagri No. 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah. Tekhnis Pengelolaan Barang
Milik Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor
23 Tahun 2014. Tentang
Pemerintahan Daerah.
Website:
https://beritakalteng.com/2021/01/15/aset-
pemkab-kotim-ditemukan-terbengkalai/
https://sampit.prokal.co/read/news/8391-aset-
daerah-terbengkalai-disorot.html
https://www.infoindonesia.id/read/2022/03/17/
14154/Kelola-Aset-Daerah-untuk-
Tingkatkan-PAD
https://kalteng.antaranews.com/berita/
438084/apbd-kotim-2021-diperkirakan-defisit-
rp782-miliar
https://sampit.prokal.co/read/news/8391-aset-
daerah-terbengkalai-disorot.html

Anda mungkin juga menyukai