Anda di halaman 1dari 7

Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

Economics Development Analysis Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

Strategi Optimalisasi Aset Idle Daerah Provinsi Jawa Tengah

Shara Meilyanti Anartany1 , Deky Aji Suseno 2

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Aset daerah yang digunakan oleh pengguna barang, tidak semua dimanfaatkan dengan baik. Belum
Diterima Oktober 2018 termanfaatkannya aset menunjukan bahwa masih perlu ada optimalisasi untuk memanfaatkan aset
Disetujui Desember 2018 tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penyebab aset idle
Dipublikasikan Februari daerah serta menentukan strategi untuk mengoptimalkan aset idle daerah Provinsi Jawa Tengah.
2018 Jenis penelitian ini merupakan penelitian deksriptif kualitatif dengan teknik analisis data yang
________________ digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan AHP (analisis hirarki proses).
Keywords: Informan dari penelitian ini terdiri dari 8 keyperson yang terdiri dari unsur akademisi/peneliti dan
Strategy, Optimization, Idle instansi dilingkungan pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian dengan menggunakan
Assets, Analitycal Hierarchy AHP yaitu, kriteria pertama faktor sewa, yang kedua faktor sumber daya manusia, yang ketiga faktor
Process anggaran, selanjutnya faktor legal audit, dan yang terakhir faktor regulasi. Alternatif program yakni
__________________ dengan memperhatikan nilai sewa berdasarkan kondisi aset. Selanjutnya yaitu dengan menambah
sumber daya manusia dalam pengelolaan aset serta meningkatkan sumber daya manusia dalam
pengelolaan aset.

Abstract

The assets of the area used by the user objects, not all put to good use. Not yet benfits assets show that stillneed
to be there to take advantage of asset optimization. The purpose of this research is to analyze the factors cause
the idle assets area and determine strategies to optimize asset idle area of Central Java province. This type of
research is descriptive qualitative with data analysis technique used in this research is descriptive andanalysis
technique AHP (analysis Hierarchy process). Informants from this research consists of 8 keyperson consisting
ofacademician and government instituion surroundings of Central Java province. The results of research using
the AHP first criteria i.e., the lease factor, the second factor in human resources, the third factor in the next
budget, audit, legal factorsand the last regulatory factors. Alternative program namely with regardfor thevalue
of the lease based on the condition of the assets. Next is to increase human resources in the management of the
assets as well as increasing human resource in the management of assets.

© 2018 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6965
Ruang Jurnal Gedung L FE UNNES, Sekaran Gunungpati
Semarang, 50229, Indonesia
E-mail: edaj@mail.unnes.ac.id

32
Shara Meilyanti Anartany & Deky Aji Suseno/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

PENDAHULUAN proses, akuntabilitas kebijakan (Soleh dan Heru


2010: 151-154).
Sejak adanya Undang‐Undang Nomor 22
Tahap tersebut bertujuan agar penggunaan
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang
aset daerah sesuai dengan kebutuhan dari
diubah dengan UU Nomor 32 Tahun 2004
daerah. Selain itu pengelolaan aset tersebut
tentang Pemerintah Daerah sebagaimana diubah
bertujuan untuk menyeragamkan langkah dan
dengan UU Nomor 12 Tahun 2008, dan diubah
tindakan yang diperlukan oleh pemerintah
kembali menjadi UU Nomor 23 Tahun 2014,
daerah dalam pengelolaan barang daerah sesuai
pemerintah pusat mendesentralisasikan sebagian
dengan peraturan perundang-undangan (Soleh
urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah.
dan Heru 2010:157-158). Pengelolaan aset bisa
Salah satu dampak dari desentralisasi adalah
dilakukan dengan penggunaan aset dan
adanya perubahan dalam pembagian alokasi
pemanfaatan aset daerah. Penggunaan dilakukan
keuangan antara pemerintah pusat dan
oleh satuan kerja perangkat daerah sesuai tugas
pemerintah daerah. Peningkatan kemandirian
dan fungsi yang bersangkutan.
sangat erat kaitannya dengan kemampuan
Sedangkan pemanfaatan bisa dengan cara
daerah dalam rangka mengelola Pendapatan Asli
sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan,
Daerah (PAD) (Mahmudi 2010:18).
bangun guna serah, kerjasama penyediaan
Peningkatan ini bisa berupa peningkatan
infrastruktur. Pengelolaan aset daerah tidak
pendapatan asli daerah yang sudah ada maupun
selalu berjalan lancar. Hal tersebut sesuai dengan
menggali sumber penerimaan pendapatan asli
RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013-2018 yaitu
daerah yang baru sesuai dengan ketentuan yang
masih belum optimalnya pengelolaan aset
ada serta memperhatikan kondisi dan potensi
daerah yang ditunjukan dengan masih
ekonomi masyarakat. Perubahan sistem
banyaknya aset idle yaitu sebanyak 45 aset idle.
pemerintahan dari sentralistik menjadi
Aset idle daerah adalah aset yang tidak
desentralistik juga mempengaruhi perubahan
digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan
pengelolaan aset negara. Yang semula di kelola
dan fungsi lembaga (PMK Nomor
pemerintah pusat dengan adanya perubahan ini
71/PMK.06/2016). Berdasarkan data dari
maka pemerintah daerah juga memiliki
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
kewenangan untuk mengelola aset daerahnya.
(BPKAD) Provinsi Jawa Tengah, berikut adalah
Model generik telah dikembangkan dan
data aset idle pemerintah Provinsi Jawa Tengah
digunakan untuk menganalisis kapasitas lahan
sampai tahun 2016:
idle (Santana, et al., 2017)
Tabel 1. Aset Idle Daerah Provinsi Jawa
Aset daerah merupakan salah satu jenis
Tengah Tahun 2016
sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah
Nama Instansi Jumlah Aset Ratio (%)
daerah untuk meningkatkan pendapatan Idle (item)
daerahnya apabila pengelolaannya dilakukan Dinas Pengelolaan Sumber Daya 11 24.44
secara tepat. Dalam pengelolaan aset daerah Air Provinsi Jawa T engah

terdapat beberapa tahap, yaitu: perencanaan Dinas Pengelolaan Pendapatan dan 3 6.66
Aset Daerah Provinsi Jawa T engah
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, Dinas Sosial Provinsi Jawa T engah 6 13.33
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan Dinas Kelautan dan Perikanan 15 33.33
Provinsi Jawa T engah
pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa 5 11.11
pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan T engah
Dinas Bina Marga Provinsi Jawa 4 8.88
pembinaan, pengawasan dan pengendalian. T engah
Dalam pelaksanaan pengelolaan aset daerah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 1 2.22
Provinsi Jawa T engah
pengelola aset daerah harus mengikuti prinsip Jumlah 45 100
akuntabilitas publik. Akuntabilitas yang Sumber: BPKAD, 2017
dipenuhi paling tidak meliputi akuntabilitas
kejujuran dan akuntabilitas hukum, akuntabilitas

33
Shara Meilyanti Anartany & Deky Aji Suseno/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

Berdasarkan tabel 1, jumlah aset idle dan akademisi dari Fakultas Ekonomi
daerah milik Provinsi Jawa Tengah sampai Universitas Negeri Semarang. Data sekunder
tahun 2016 sebanyak 45 aset. Jumlah tersebut yaitu data yang diperoleh dengan melakukan
adalah hasil verifikasi aset idle yang dilakukan penelaah studi-studi dokumen yang
oleh instansi pemerintah di Provinsi Jawa berhubungan dengan masalah-masalah yang
Tengah. Jenis aset idle tersebut berupa tanah dan diteliti yang bersumber dari Kementerian
bangunan yang tidak digunakan oleh pengguna Keuangan Republik Indonesia dan Badan
barang. Aset idle yang dimiliki perlu Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi
dioptimalkan agar bisa memberikan kontribusi Jawa Tengah.
untuk pendapatan aset daerah. Penetapan aset Teknik pengumpulan data yang
daerah menjadi aset daerah idle harus memenuhi digunakan dalam penelitian adalah observasi,
beberapa kriteria yaitu: barang milik daerah wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. 1)
dalam penguasaaan pengguna barang yang tidak Observasi yaitu mengumpulkan data melalui
digunakan dan yang tidak digunakan tetapi tidak pengamatan secara langsung terhadap obyek
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Aset daerah yang diteliti dengan cara survey ke lapangan. 2)
idle yang berada dalam penguasaan pengguna Wawancara yaitu melakukan komunikasi secara
barang harus dikembalikan kepada pengelola langsung dengan pihak instansi yang berwenang
barang. Tujuannya agar pengelola barang bisa mengenai pelaksanaan penyerapan anggaran
memanfaatkan aset tersebut sehingga tidak ada instansi. 3) Kuesioner adalah mengumpulkan
aset idle yang menganggur. data dengan cara memberikan pertanyaan
Menurut Jusmin (2013) ada beberapa tertulis berupa kuesioner AHP kepada keyperson
faktor yang menyebabkan aset daerah idle. Salah untuk dijawab. 4) Dokumentasi yaitu
satu penyebab aset daerah idle adalah mengumpulkan data berupa data-data dari
ketidaktertiban dalam pengelolaan data barang laporan bulanan penyerapan anggaran yang
atau aset. Ini menyebabkan pemerintah daerah berhubungan dengan obyek yang diteliti.
akan mengalami kesulitan untuk mengetahui Penelitian ini menggunakan tenik analisis
secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, deskriptif dan teknik analisis hirarki proses
sehingga aset-aset yang dikelola pemerintah (AHP). Teknik analisis deskriptif digunakan
daerah cenderung tidak optimal dalam untuk menjawab rumusan masalah pertama
penggunaannya. Optimalisasi pengelolaan aset yaitu mengetahui faktor-faktor penyebab tidak
daerah dilaksanakan untuk meningkatkan optimalnya aset idle daerah Provinsi Jawa
pemanfaatan dan pemberdayaan aset daerah Tengah sehingga melalui observasi, wawancara,
serta mendukung peningkatan pendapatan asli dan dokumentasi maka diperoleh data-data
daerah. mengenai permasalahan tersebut. Sedangkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk metode AHP untuk menjawab rumusan masalah
menganalisis faktor-faktor penyebab aset idle yang kedua yaitu menentukan strategi
daerah Provinsi Jawa Tengah dan menentukan optimalisasi aset idle daerah Provinsi Jawa
strategi optimalisasi aset idle daerah Provinsi Tengah melalui kuesioner yang diberikan kepada
Jawa Tengah yang sesuai untuk mengatasi keyperson yang telah ditentukan dan memiliki
permasalahan terkait aset idle daerah. pengetahuan dan keahlian untuk mengatasi
permasalahan terkait optimalisasi aset idle
METODE PENELITIAN daerah Provinsi Jawa Tengah..
Jenis penelitian ini yaitu penelitian
HASIL DAN PEMB AHASAN
deskriptif kualitatif dan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data Analisis deskriptif digunakan untuk
sekunder. Data primer adalah data yang menjelaskan mengenai kondisi dan
dikumpulkan langsung dari informan kunci permasalahan yang masih terjadi pada
(keyperson) yaitu dari pihak instansi pemerintah
34
Shara Meilyanti Anartany & Deky Aji Suseno/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

pengelolaan aset daerah yang berakibat Faktor sewa terjadi karena tarif sewa yang
munculnya aset idle daerah Provinsi Jawa ditentukan berdasarkan lokasi aset. Padahal
Tengah. Berdasarkan penelitian yang telah kondisi aset juga mempengaruhi proses sewa
dilakukan ada beberapa faktor penyebab aset idle aset. Kondisi aset yang tidak baik sedangkan nilai
daerah Provinsi Jawa Tengah, yaitu: faktor legal sewa aset yang tinggi dianggap tidak sesuai.
audit, faktor sumber daya manusia, faktor Faktor anggaran disebabkan kurangnya
regulasi, faktor sewa dan faktot anggaran. Faktor anggaran untuk pengelolaan aset mengakibatkan
legal audit terjadi karena aset yang dimiliki oleh pengelolaan aset tidak optimal. Hal tersebut
pemerintah Provinsi Jawa Tengah digunakan terjadi karena anggaran dibutuhkan untuk
oleh warga secara ilegal. Hal tersebut pemeliharaan aset agar aset bisa menarik pihak
menyulitkan untuk pemanfaatan aset sehingga yang akan memanfaatkan aset daerah milik
menjadikan aset tersebut dalam kondisi idle. pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Faktor sumber daya manusia terjadi Berdasarkan hasil perhitungan AHP
karena sumber daya manusia di bidang menunjukan bahwa kriteria aspek sewa memiliki
pengelolaan aset daerah belum sesuai dengan nilai bobot tertinggi yaitu 0.542. Kriteria
bidang keahlian. Hal tersebut menyulitkan untuk berikutnya adalah sumber daya manusia dengan
proses pengelolaan aset karena ketidak pahaman nilai bobot 0.146. Kemudian kriteria anggaran
akan pengelolaan akan ilmu yang dikuasai. dengan bobot 0.114. Kriteria legal audit dengan
Selain itu karena terdapat kekurangan sumber nilai bobot 0.109. Dan yang terakhir adalah
daya manusia dalam pengelolaan aset. Faktor kriteria regulasi dengan nilai bobot 0.089. dan
selanjutnya yaitu regulasi. Selama ini regulasi inconsistency ratio sebesar 0.09. nilai tersebut
yang diterbitkan tidak sesuai dengan keadaan menjelaskan bahwa jawaban dari para keyperson
aset dilapangan. Sedangkan dasar pengelolaan konsisten dan bisa diimplementasikan sebagai
aset bersumber dari regulasi yang telah kebijakan baru untuk optimalisasi aset idle
diterbitkan. daerah Provinsi Jawa Tengah. berikut:

Tabel 2. Kriteria Optimalisasi Aset Idle Provinsi Jawa Tengah


No Program Nilai Keterangan
Bobot
1 Berbasis Legal Audit 0.109 Inconsistency Ratio = 0.09
2 Berbasis SDM 0.146
3 Berbasis Regulasi 0.089
4 Berbasis Sewa 0.542
5 Berbasis Anggaran 0.114
Sumber: Data Primer diolah, 2017

Hasil AHP pada tabel 1 diperoleh dari Dalam pengoptimalan aset idle daerah
keyperson yang telah dipilih. Hasil olah data Provinsi Jawa Tengah aspek sewa merupakan
AHP digunakan untuk menentukan faktor mana aspek yang paling penting. Dikarenakan dalam
yang menjadi prioritas dan memberikan pengelolaan aset daerah tidak semua aset dalam
informasi mengenai faktor apa saja yang harus kuasa pengguna barang bisa dimanfaatkan untuk
diperbaiki atau dikembangkan untuk tugas pokok dan fungsi. Hal tersebut karena aset
optimalisasi aset idle daerah Provinsi Jawa dalam kuasa pengguna barang tidak sesuai untuk
Tengah. Langkah selanjutnya yakni faktor-faktor program yang direncanakan oleh pengguna
yang menjadi kriteria dari yang paling prioritas barang. Sehingga untuk memanfatkan aset agar
hingga yang tidak prioritas akan diuraikan ke tidak dalam kondisi idle, pengguna barang
dalam sebuah alternatif-alternatif dari masing- menyewakan aset tersebut kepada pihak ketiga.
masing faktor. Riyono (2013) menyebutkan bahwa penyewaan
35
Shara Meilyanti Anartany & Deky Aji Suseno/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

merupakan penyerahan hak dalam penguasaan pengguna barang. Setelah


penggunaan/pemanfaatan kepada pihak aset tersebut dilakukan peremajaan, maka akan
pengusaha, dalam hubungan sewa menyewa memudahkan untuk memasarkan kepada pihak
tersebut harus memberikan imbalan berupa uang ketiga. Aset tersebut akan sulit ditawarkan
sewa bulanan atau tahunan untuk jangka waktu kepada pihak ketiga apabila kondisi aset
tertentu, baik sekaligus maupun secara berkala. memerlukan peremajaan dengan biaya yang
Selain aspek sewa, aspek sumber daya tinggi. Aji dan Sunarto (2012) menyebutkan
manusia juga memegang peranan penting. bahwa anggaran menjadi kebutuhan internal
Selama ini sumber daya manusia yang dimiliki untuk optimalisasi program yang memiliki
pengguna barang untuk mengelola aset belum kepentingan dengan kepentingan publik. Hal
maksimal. Hal tersebut karena sumber daya tersebut karena anggaran diperlukan untuk biaya
manusia yang dimiliki bukan dari ahli dalam operasional seperti pemeliharaan peralatan
pengelolaan aset. Sehingga perlu adanya membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
peningkatan sumber daya manusia dalam Selanjutnya adalah aspek legal audit.
pengelolaan aset dan penambahan sumber daya Legal audit termasuk kedalam pengamanan dan
manusai dalam pengelolaan aset. Peningkatan pemeliharaan aset daerah. Kebijakan yang bisa
sumber daya manusia dalam pengelolaan aset diterapkan dalam aspek legal audit adalah
bisa dengan cara mengadakan pelatihan dalam melegalkan kepemilikan aset secara fisik dan
pengelolaan aset daerah. selain dengan yurudis. Hal yang bisa dilakukan untuk
peningkatan sumber daya manusia, hal lain yang menunjang kebijakan tersebut adalah dengan
bisa dilakukan adalah dengan menambah melakukan plangisasi terhadap aset yang dalam
sumber daya manusia sesuai dengan bidang kondisi idle. Plangisasi bertujuan untuk
keahlian yang dimiliki. Raharja, et al (2015) menetapkan aset milik pemerintah agar tidak
sumber daya manusia yang kurang berkualitas digunakan oleh warga secara ilegal. Selain
merupakan salah satu penghambat untuk dapat dengan melegalkan aset secara fisik dan yuridis,
melaksanakan pengelolaan aset daerah yang kebijakan yang diambil adalah dengan
baik. Pengelolaan aset daerah merupakan monitoring pengelolaan aset secara terjadwal.
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Monitoring bertujuan agar pengguna barang
daerah. Untuk mengimplementasikan kebijakan yang mengelola barang daerah memiliki program
tersebut tentu perlu dukungan yang cukup agar yang berlanjut sehingga potensi aset idle bisa
kebijakan bisa tercapai. berkurang. Mardiasmo (2012) menyebutkan
Aspek lain yang juga bisa bahwa legalitas menjadi faktor dalam
mengoptimalkan aset idle daerah Provinsi Jawa pengelolaan aset daerah. Hal tersebut sebagai
Tengah adalah aspek anggaran. Alternatif bukti bahwa pemerintah sebagai pemilik aset
strategi yang bisa dilakukan adalah dengan yang sah. Dalam hal ini faktor yang
menambah anggaran untuk peremajaan aset atau mempengaruhi mencakup komitmen, tingkat
memasarkan aset kepada pihak ketiga. Selama pengetahun, kesediaan, kepribadian,
ini aset dalam kuasa pengguna barang, kemampuan dan rasa pertanggungjawaban.
peremajaannya menggunakan dana APBD. Aspek penting lainnya dalam
Sedangkan aset idle dalam kuasa pengguna pengoptimalan aset idle daerah Provinsi Jawa
barang tidak hanya satu namun ada beberapa. Tengah adalah aspek regulasi. Karena informasi
Sedangkan tidak dibenarkan bahwa dana APBD yang dikeluarkan tidak semua dipahami dengan
hanya untuk mengelola aset idle dalam kuasa baik oleh aparat yang mengelola aset daerah.
pengguna barang. Salah satu faktor aset dalam Selain itu perlu adanya ketepatan informasi
kuasa pengguna barang dalam kondisi idle dalam penyampaian informasi kebijakan
dikarenakan tidak adanya anggaran yang cukup pengelolaan aset daerah. Regulasi bertujuan agar
untuk mengelola aset sehingga pihak pengguna dalam pengelolaan aset daerah, pengguna barang
barang melakukan pembiaran terhadap aset yang memiliki dasar yang jelas sehingga tidak asal
36
Shara Meilyanti Anartany & Deky Aji Suseno/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

dalam mengelola barang. Hasbi (2011) menambah pendapatan dengan tarif sewa
menyebutkan bahwa regulasi tentang kejelasan berdasarkan kondisi aset sebagai dasar
aset salah satu faktor dalam pengelolaan aset penetuannya. (2) Meningkatkan kualitas sumber
daerah. Regulasi yang dimaksud adalah perlu daya manusia dalam pengelolaan aset dengan
adanya kebijakan hukum yang komprehensif. mengadakan pelatihan rutin bagi pengelola aset
Hal tersebut karena tidak adanya panduan untuk daerah. Tujuannya agar aset yang dikelola bisa
proses pengelolaan yang selanjutnya dioptimalkan dengan baik.
Selama ini dalam pengelolaan aset daerah,
pemerintah menetapkan kebijakan tanpa melihat
kondisi aset yang sebenernya. Hal tersebut DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan pengelolaan aset tidak menjadi
.Aji, Deky Suseno. St Sunarto. 2012. Strategi
optimal karena tidak semua regulasi yang Kebijakan Pengelolaan Polder Tawang
dikeluarkan sesuai dengan kondisi lapangan. Sebagai Pengendali Banjir Dengan Pendekatan
Selain perubahan regulasi dengan melihat Analysis Hierarchy Process (AHP). Jejak,
kondisi aset, regulasi untuk menunjang Volume 5 Nomor 1, Maret 2012.
pengoptimalan aset idle adalah dengan merubah Hasbi, Muhammad Hanis. Et al. 2011. The
regulasi untuk menarik minat investor. Application Of public Asset Management In
Sebelumnya dijelaskan bahwa dalam Indonesian Local Government. Journal of
Corporate Real Estate. Vol 13 no 1, 2011.
pengelolaan aset memerlukan pihak ketiga agar
Emerald Group Publishing Limited 1463-001X
aset bisa optimal. Selama ini aset yang dalam
Jusmin. 2013. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap
kondisi idle disebabkan terkendala regulasi yang Tingkat Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan
diterbitkan. Dalam pengelolaan aset melalui Bangunan) Pemerintah Kota Baubau. Tesis.
sewa, para investor menganggap waktu FEB UGM. Yogyakarta.
menyewa aset selama 5 tahun belum bisa Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah.
menutup biaya yang sudah dikeluarkan. Penerbit Erlangga.
Sehingga minat untuk menyewa aset daerah Mardiasmo, Diaswata. Charles Sampford. Why
Stagnant? The Scenes In Indonesia’s Reformed
berkurang.
State Asset Management Policies. In 14th
International Schumpeter Society Conference (ISS),
SIMPULAN
2-5 July 2012, Brisbane, QLD.
Berdasarkan hasil penelitian dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
faktor sewa dan sumber daya manusia menjadi Milik Daerah.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
penyebab aset daerah menjadi aset idle. Faktor
71/PMK.06/2016 tentang Tata cara
sewa disebabkan karena tarif sewa yang
Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak
ditentukan berdasarkan lokasi aset. Dan faktor Digunakan Untuk Menyelengarakan Tugas
sumber daya manusia disebabkan karena kualitas Dan Fungsi Kementrian Negara/Lembaga.
sumber daya manusia yang dimiliki untuk Raharja, Mega. Et al. 2015. Pengelolaan Keuangan
mengelola aset tidak sesuai. (2) Strategi dan Aset Daerah (Studi pada Badan
optimalisasi aset idle daerah untuk Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
meningkatkan pendapatan asli daerah yang Kabupaten Lamongan). Jurnal Administrasi
pertama yaitu dengan menentukan tarif sewa Publik (JAP) Vol 3 No 1.
Riyono, Sugeng. 2013. Pemanfaatan Aset Daerah
berdasarkan kondisi dan lokasi aset. Yang kedua
(Studi tentang pola kemitraan aset tanah
dengan menambah sumber daya manusia dan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah). DIA Jurnal
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Administrasi Publik. Desember 2013, Vol 11,
dalam pengelolaan aset. No. 2. Hal 237 – 245.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Santana, A, et al,. 2017. Costing models for capacity
terdapat beberapa saran yang bisa diberikan: (1) optimization in Industry 4.0: Trade-off
Menyewakan aset kepada pihak lain agar bisa between used capacity and operational
37
Shara Meilyanti Anartany & Deky Aji Suseno/ Economics Development Analysis Journal 7 (1) (2018)

efficiency. Procedia Manufacturing, Volume 13,


Pages 1183-1190
Soleh, Chabib. Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah. Fokusmedia.
Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 23
Tahun 2014. Tentang Pemerintah Daerah.
1

38

Anda mungkin juga menyukai