Anda di halaman 1dari 22

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA)

Vol. 4, No. 2, (2019) Halaman 215-236 E-ISSN 2581-1002


ol.x, No.x, July xxxx, pp. 1

ANALISIS PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH PADA DINAS


PENGELOLAAN KEUANGAN ASET DAERAH (DPKAD) PROVINSI ACEH

Esduo Ramadhano Labasido *1, Darwanis*2


1,2
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
e-mail: esduoramadhanol@gmail.com*1, darwanis.fe@unsyiah.ac.id*2

Abstrak
Fixed assets is one of the elements that must be managed properly in order to produce reliable information in the
financial statements region. Orderly management of regional property (fixed assets) carries a significant effect on
the perfection of regional balance sheet presentation. The purpose of this study to determine the suitability of fixed
asset management at the Department of Finance and Asset Management Revenue Region (DPKAD) Aceh with
Regulation of the Minister of the Interior 19 of 2016 visits from local property management cycle is applied as well
as the completeness of the document source. The method used is a qualitative with descriptive analysis techniques.
The results showed that DPPKAD Aceh as maid manager has implemented 10 cycles in the management of fixed
assets. From 14 document source needed only 13 documents are there, so that the management of fixed assets in
DPPKAD Aceh with Regulation 19 of 2016 has not been fully fit. Preferably, DPPKAD Aceh perform better
coordination with all SKPDs as users/ parties responsible in making List of Regional Property Maintenance
Requirements (DKPBMD) and List of Results Maintenance Goods as a form of compliance with applicable
regulations.

Keywords: pengelolaan aset tetap, dokumen sumber.

1. Pendahuluan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan


Latar Belakang pembangunan daerah, serta mengurangi kesenjangan
Republik Indonesia merupakan negara kesatuan antar daerah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor
yang menganut asas desentralisasi dalam 32 Tahun 2004 tersebut bukan hanya keinginan untuk
pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan melimpahkan kewenangan untuk pembangunan dari
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintah pusat ke pemerintah daerah, tetapi yang
otonomi daerah (Rahardjo, 2014). Menurut UU No.32 lebih penting adalah pemerintah daerah dapat
Tahun 2004 desentralisasi didefinisikan penyerahan mengurus rumah tangganya sendiri secara professional
kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh
daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya daerah tersebut dan mengelola keuangan daerah secara
sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari efisien dan efektif serta dapat menunjukkan
rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik akuntabilitas dan transparansi pada masyarakat daerah
Indonesia. Sedangkan otonomi daerah didefinisikan tersebut.
sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom Salah satu bentuk pengelolaan yang dilakukan
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah daerah dalam rangka mengimplikasikan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat otonomi daerah tersebut ialah pengelolaan aset-aset
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Menurut PSAP
berlaku. No.1 tahun 2010 mengartikan aset sebagai berikut :
Pemberian kewenangan ini diwujudkan dengan Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
nasional serta perimbangan keuangan antara masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/ atau
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
Suparmoko (2002) mengatakan otonomi daerah juga oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat

215
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya dijadikan dasar pencantuman angka aset tetap di
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa neraca dengan data inventaris yang dimiliki oleh
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang Bapelkes RSU Zainoel Abidin, Dinas Prasarana
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Wilayah, Dinas Peternakan, Dinas Sosial, Dinas
Saat ini aset merupakan salah satu permasalahan Pendidikan, Bapelkes RS Ibu dan Anak dan Dinas
akuntansi yang masih banyak terdapat kendala atau Pertanian serta terdapat aset tetap sebesar
kekurangan dalam penerapan akuntansinya, hal ini Rp182.712.526.200,00 yang tidak dapat diyakini, baik
sesuai dengan pendapat Hines (1988) yang keberadaan maupun nilainya. Pengecualian tersebut
menyatakan bahwa “akuntansi untuk aset dalam berlanjut sampai dengan TA 2012, sebagaimana
beberapa hal terlihat memiliki kekurangan diungkap dalam LHP BPK No.
dibandingkan dengan akuntansi untuk aspek lainnya, 20.A/LHP/XVIII.BAC/07/2013 tanggal 24 Juli 2013.
mengingat sifat alamiah yang dimiliki oleh masing- Pada TA 2013, BPK mengecualikan aset tetap dalam
masing aset tersebut. Dengan demikian pengelolaan LHP BPK No. 10.A/LHP/XVIII.BAC/05/2014 tanggal
aset daerah terutama pada aset tetap bukanlah perkara 21 Mei 2014, dikarenakan pengendalian intern
yang mudah, untuk itu pemerintah dituntut harus pengelolaan aset tetap masih lemah, dimana terdapat
mengelola aset tetap yang dimiliki dengan sebaik- selisih pencatatan antara Bidang Akuntansi dengan
baiknya berdasarkan peraturan dan prinsip-prinsip Kartu Inventaris Barang (KIB) SKPA yang belum
yang berlaku. Pengelolaan aset tetap daerah menjadi dapat ditelusuri dan terdapat 152 item aset tetap yang
salah satu hal penting dalam penyelenggaraan bersaldo Rp0,00. Dalam LHP BPK No.
pemerintahan daerah saat ini dalam upaya 10.B/LHP/XVIII.BAC/05/2014 tanggal 21 mei 2014
menciptakan pemerintahan yang baik, efektif dan tersebut, BPK mengungkapkan penatausahaan aset
efisien serta penciptaan akuntabilitas publik. Secara tetap TA 2013 belum memadai.
yuridis pentingnya pengelolaan aset tetap daerah Hal ini tentunya menjadi tugas sekaligus
secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel, tanggung jawab dari Dinas Pengeloaan Keuangan dan
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh yang sesuai
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang dengan visi dan misinya. Visi dari DPKAD provinsi
Negara/Daerah, yang kemudian diatur pula dalam Aceh adalah terwujudnya kemampuan pengelolaan
Permendagri Nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman pendapatan, keuangan, dan aset yang transparan dan
Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dengan adanya akuntabel, kemudian dituangkan dalam misi
tuntutan dari publik serta perkembangan teknologi meningkatkan administrasi keuangan yang transparan
informasi yang begitu pesat maka pemerintah pun dan akuntabel. Visi dan misi tersebut dilaksanakan
berupaya untuk melakukan perbaikan dalam dalam program Bidang Aset yaitu Pendataan
pengelolaan aset tetap daerah. Dalam konteks tersebut, Manajemen Aset Milik Daerah. DPKAD berkewajiban
maka pengelolaan aset tetap daerah mulai berubah, untuk menatausahakan seluruh Barang milik daerah
dari cara-cara yang konvensional menuju sistem yang (BMD) yang telah tercatat maupun pengadaan BMD
lebih canggih, yakni melalui penggunaan teknologi baru pada setiap tahunnya
informasi dan komunikasi. Penelitian mengenai pengelolaan aset daerah ini
Berdasarkan Laporan Hasil Pemerikasaan telah banyak dilakukan di Indonesia. Salah satu
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia atas penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Kolinug,
Laporan Keuangan Pemerintah Aceh TA 2014 di et.al (2015) menyimpulkan bahwa pengelolaan aset
Banda Aceh masih terdapat masalah terhadap tetap oleh Bidang Aset pada DPPKAD Kota Tomohon
pengelolaan aset tetap Pemerintah Aceh yang telah mengikuti peraturan yang berlaku secara umum,
mengakibatkan Provinsi Aceh mendapat predikat seperti Permendagri No.17 Tahun 2007 tentang
WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Dalam LHP BPK Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
No. 24.A/LHP/XVIII.BAC/07/2008 tanggal 28 Juli dan PP No.27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
2008 atas LKPD Pemerintah Aceh TA 2007, BPK Milik Negara/Daerah. Pada pelaksanaan siklus
mengecualiakan aset tetap karena terdapat perbedaan perencanaan dan penganggaran belum sepenuhnya
data antara Buku Induk Inventaris Daerah yang sesuai karena ada dokumen DKPBMD yang tidak

216
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
terhimpun oleh DPPKAD sebagai pembantu Rumusan Masalah
pengelola. Ini diakibatkan karena kurangnya Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
koordinasi dan ketegasan dalam hal pelaporan penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan
dokumen tersebut. Pada pelaksanaan siklus diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
penatausahaan, siklus pemanfaatan dan siklus 1. Bagaimana Pengelolaan Aset Tetap Daerah di
pengamanan semua telah sesuai dengan Permendagri Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
No.17 Tahun 2007 dengan adanya bukti-bukti (DPKAD) Provinsi Aceh
dokumen fisik yang menyatakan semua sudah sesuai 2. Apakah Pengelolaan Aset Tetap Daerah di Dinas
dengan prosedur yang ada. Tahap terakhir pada Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
pelaksaan siklus penghapusan serta pemindahtanganan (DPKAD) Provinsi Aceh sudah sesuai dengan
yang merupakan tindakan yang saling berhubungan Permendagri No.19 Tahun 2016
juga telah sesuai dalam menghapus aset tetap yang
tidak lagi optimal dalam penggunaannya dari daftar
Tujuan penelitian
barang milik daerah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Berbeda dengan Indonesia, penelitian mengenai
sebagai berikut : Untuk mengetahui apakah
aset tetap daerah tidak banyak dilakukan di negara
pengelolaan aset tetap daerah di Dinas Pengelolaan
lain. Negara yang berada di luar Indonesia cenderung
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh
lebih meneliti kepada interaksi fungsi organisasi.
sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
Seperti penelitian yang dilakukan Pike, et.al (2004)
Permendagri No.19 Tahun 2016.
menyimpulkan tentang bagaimana pandangan kita
mengenai sumber daya perusahaan agar kita dapat
Kegunaan Hasil Penelitian
lebih memahami tentang konfigurasi strategis dari
a. Dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
suatu organisasi terutama pada penggunaan navigator
disiplin ilmu Akuntansi, khususnya tentang
untuk membantu memahami interaksi dan dinamika
Manajemen Aset .
antara aset berwujud dari suatu perusahaan.
b. Bagi Pemerintah Aceh agar dapat menjadikan
Pada hakikatnya, semua penelitian yang telah
hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi
disebutkan sebelumnya, merupakan upaya dalam
dalam menentukan kebijakan pengelolaan aset
memberikan hasil yang baik dan sesuai dengan
tetap daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli
prosedur dari pengelolaan aset tetap daerah atau aset
Daerah.
tetap pada perusahaan yang berada di luar Indonesia.
Hal inilah yang menjadi inti permasalahan dari
Kegunaan Praktis
penelitian ini. Oleh karena itu penelitian ini berfokus
Dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi
pada prosedur pengelolaan aset tetap daerah
peneliti/penulis lain yang hendak meneliti tentang
khususnya pada benda bergerak di Dinas Pengelolaan
Pengelolaan Aset Daerah.
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh
sebagai dinas yang memiliki kewajiban dalam
melakukan prosedur akuntansi dari seluruh BMD yang
dimiliki. Metode yang digunakan pada penelitian ini 2. Kajian pustaka
merupakan metode kualitatif dengan pendekatan studi Definisi Pengelolaan Aset Daerah
kasus. Tidak sedikit yang mengartikan pengelolaan
Berdasarkan uraian di atas fenomena yang telah sama dengan arti manajemen. Karena antara
dipaparkan sebelumnya, maka dengan ini peneliti manajemen dan pengelolaan memliliki tujuan yang
sama yaitu tercapainya tujuan organisasi lembaga.
akan melakukan sebuah penelitian dengan judul
Pengelolaan merupakan sebuah bentuk berkerja
“Analisis Pengelolaan Aset Tetap Daerah Pada dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok demi
Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah tercapainya tujuan organisasi lembaga (Siama, 2013).
(DPKAD) Provinsi Aceh”. Definisi manajemen sendiri memang tidak
jauh berbeda dari pengelolaan namun, agar lebih jelas
lagi berikut beberapa definisi tentang manajemen dari
para ahli sebagai berikut :

217
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
James A.F. Stoner (2006:organisasi.org) Milik Daerah. Definisi dari Barang Milik Daerah itu
“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, sendiri menurut Permendagri No.17 Tahun 2007
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua Daerah adalah “Semua barang yang dibeli atas beban
sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”. perolehan lainnya yang sah”.
Ahli Mulayu S.P. Hasibuan (2000:2) Dari semua definisi yang telah diuraikan
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber- aset daerah adalah Semua barang kekayaan daerah
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
mencapai satu tujuan”.
T. Hani Handoko (2000:10) “Manajemen adalah dan Pendapatan Belanja Daerah atau perolehan
bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, lainnya yang sah kemudian dikelola oleh suatu
menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi yang memiliki anggota untuk melakukan
organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi pengendalian guna mencapai tujuan organisasi
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan lembaga yang telah ditetapkan sebelumnya.
personalia, pengarahan, kepemimpinan, dan
pengawasan”.
Karakteristik Aset Daerah
Setelah mengetahui apa itu definisi dari
pengelolaan atau manajemen kita juga perlu
mengetahui apa definisi dari aset daerah itu sendiri. Aset daerah banyak macamnya dan menurut peraturan
Aset menurut PSAP No.1 tahun 2010 mengartikan pemerintah, aset pemerintah termasuk aset daerah
aset sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai terdiri atas enam golongan serta aset lainnya sebagai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari berikut “
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi 1. Golongan Tanah
dan/ atau sosial dimasa depan diharapkan dapat
2. Golongan Peralatan dan Mesin
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk 3. Golongan Gedung dan Bangunan
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk 4. Golongan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber- 5. Golongan Aset Tetap Lainnya
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan 6. Golongan Konstruksi dalam Pengerjaan
budaya. Dengan makna yang sama International 7. Golongan Aset Lainnya
Accounting Standard Committee (IASC) mengatakan
bahwa aset sebagai sumber daya yang dikendalikan
oleh suatu entitas sebagai hasil kejadian masa lalu 1) Golongan Tanah
yang mana manfaat ekonomis masa depan diharapkan Tanah merupakan aset pemerintah yang sangat
didapatkan oleh perusahaan. Dalam statement of vital dalam operasional pemerintahan dan pelayanan
Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting kepada masyarakat. Aset tanah merupakan aset yang
Standard Board (AASB) mendefinisikan aset sebagai paling sulit dalam pengelolaanya. Hal ini karena tanah
sebagai potensial jasa atau manfaat ekonomis yang milik pemerintah banyak ragamnya dengan status
dikendalikan oleh pelaporan entitas sebagai hasil
penggunaan yang juga bermacam-macam sehingga
transaksi masa lalu. Sedangkan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintah (Lampiran II PP No 24 tahun terjadi banyak kepentingan tanah-tanah yang dimiliki
2005) mendefinisikan asset lebih luas lagi, yaitu oleh pemerintah ataupun pemerintah daerah (Yusuf,
sebagai sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau 2010:13).
dimiliki oleh suatu pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan daripadanya diperoleh manfaat 2) Golongan Peralatan dan Mesin
ekonomi baik oleh pemerintah maupun oleh Peralatan dan mesin adalah aset yang sangat
masyarakat, dan dapat diukur dalam satuan uang,
terkait dengan operasional internal pemerintahan, baik
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan
untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk operasional pemerintah pusat maupun
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan pemerintah daerah, walaupun pemerintah daerah yang
budaya. berperan dalam pengelolaannya (Yusuf, 2010:14).
Di dalam Aset sendiri terdapat yang namanya
Aset Daerah atau yang biasa disebut dengan Barang

218
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
3) Golongan Gedung dan Bangunan 5) Golongan Aset Tetap Lainnya
Gedung dan bangunan bagi suatu daerah Golongan aset ini jelas-jelas disebutkan dalam
merupakan alat yang paling penting karena pelayanan Permendagri No.19 Tahun 2016 yang terdiri atas buku
kepada masayarakat yang diberikan oleh pemerintah perpustakaan, buku terbitan berkala, barang-barang
daerah banyak menggunakan gedung. Karakterisktik perpustakaan, barang bercorak kesenian atau
gedung yang dimiliki oleh pemerintah daerah antara kebudayaan, serta hewan ternak da tumbuh-tumbuhan.
lain bangunan tempat kerja, gudang, gedung
laboratorium, bangunan rumah sakit, bangunan tempat 6) Golongan Konstruksi dalam Pengerjaan
pertemuan, bangunan tempat beribadah, bangunan Golongan barang ini dicatat sebesar biaya yang
gedung olahraga, gedung pertokoan, bangunan pos, dikeluarkan sampai dengan akhir masa pengerjaan
bangunan garasi, bangunan kandang hewan, bangunan pada tahun yang bersangkutan. Golongan barang ini,
perpustakaan, bangunan museum, dan sebagainya seperti bangunan gedung dan bangunan bukan gedung,
(Yusuf, 2010:21). konstruksi jalan, jembatan, bangunan air, instalasi dan
jaringan (Yusuf, 2010:23)
4) Golongan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Penilaian terhadap kualitas jalan adalah suatu
indikator bahwa infrastruktur di daerah tersebut baik
dan bagus. Untuk memudahkan pengendalian terhadap 7) Aset Lainnya
kualitas jalan maka administrasi pengelolaan jalan Dalam Permendagri No.19 Tahun 2016 tidak
harus bagus. Untuk melihat jalan apa saja yang perlu dikenal adanya aset tidak berwujud berupa hasil
dicatat dalam aset pemerintah daerah, baik untuk kajian, kerja sama dengan pihak ketiga, serta aset-aset
pemerintah provinsi maupun untuk pemerintah daerah lainnya (Yusuf, 2010:23).
kabupaten/kota (Yusuf, 2010: 22).
Bangunan air merupakan suatu bentuk bangunan Peneitian Terdahuu
yang dapat menampung air dalam rangka pengambilan Penelitian mengenai pengelolaan aset tetap
air untuk irigasi, saluran pembawa irigasi, bangunan- daerah telah banyak dilakukan di Indonesia maupun di
bangunan seperti waduk, bangunan pengambilan luar Indonesia dengan hasil yang berbeda – beda. Ada
irigasi meliputi bendungan, bangunan pembuang beberapa penelitian yang menjadi referensi ataupun
irigasi, dan bangunan pengamanan irigasi (Yusuf, acuan dalam penulisan skripsi ini. Berikut tabel 2.2
2010:22). menjelaskan mengenai penelitian – penelitian tersebut.

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil
1. Mulalinda, dan Evektivitas Data primer Hasil penelitian ini menunjukkan
Tangkuman (2014) Penerapan Sistem pelaksanaan proses sistem dan prosedur
dan Prosedur aset/barang milik daerah pada Dinas
Akuntansi Aset DPPKAD Kabupaten Sitaro pada setiap
Tetap Pada Dinas subsistem belum efektif secara
Pendapatan, keseluruhan. Hal ini terbukti dengan
Pengelolaan masih adanya kelemahan pada bagian
Keuangan dan sistem antara lain: pengadaan,
Aset Daerah penggunaan, penyimpanan, pemanfaatan,
Kabupaten Sitaro pemeliharaan, pengamanan dan
penghapusan.

219
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil
2. Kolinug, Ilat, dan Analisis Data primer Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Pinatik (2015) Pengeleloaan 1. Pengelolaan aset tetap oleh bidang aset
Aset Tetap Pada pada DPPKAD Kota Tomohon sebagai
Dinas Pendapatan pembantu pengelola dilakukan dengan
Pengelolaan berpedoman pada peraturan berlaku
Keuangan dan umum, seperti Permendagri No. 17 Tahun
Aset Daerah Kota 2007 tentang Pedoman Teknis
Tomohon Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
2. Pelaksanaan siklus perencanaan dan
penganggaran belum sepenuhnya sesuai
karena ada dokumen DKPBMD yang
tidak terhimpun oleh DPPKAD sebagai
pembantu pengelola. Ini diakibatkan
karena kurangnya koordianasi dan
ketegasan dalam hal pelaporan dokumen
tersebut.
3. Pelaksanaan siklus penatausahaan telah
sesuai dengan Permendagri No. 17 Tahun
2007 dilihat dari berjalannya serangkaian
bentuk penatausahaan dan kelengkapan
dokumen yang ada untuk menunjang
pelaporan keuangan yang baik.
4. Pelaksanaan siklus pemanfaatan telah
sesuai dengan Permendagri No. 17 Tahun
2007 namun belum semua bentuk
pemanfaatan dilakukan.
5. Pelaksanaan siklus pengamanan telah
sesuai dengan Permendagri No. 17 Tahun
2007 dilihat dari adanya dokumen sumber
seperti bukti kepemilikan barang milik
daerah maupun upaya pengamanan yang
dilakukan oleh DPPKAD Kota Tomohon
dilihat dari tidak dilaporkannya
DKPBMD dan Daftar Hasil Pemeliharan
Barang Milik Daerah oleh SKPD/tidak
dihimpun oleh SKPD selaku pembntu
pengelola, dinyatakan belum sesuai
dengan Permendagri No. 17 Tahun 2007.
6. Pelaksanaan siklus penghapusan serta
pemindahtanganan yang merupakan
tindakan yang saling berhubungan telah
sesuai dalam menghapus aset tetap yang
tidak lagi optimal dalam penggunaannya
dari daftar barang milik daerah.

220
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil
3 Erizul dan Yuliani Pelaksanaan Data Primer Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
(2014) Pengelolaan Aset pelaksanaan pengelolaan aset tetap daerah
Tetap Daerah milik Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kabupaten Kampar
dalam melakukan koordinasi pengelolaan
aset tetap daerah yang ditinjau dari
akuntabilitas kinerja belum optimal,
masih banyak terdapat tidak sinkronnya
nilai aset, inventaris dan sistim pelaporan
dan pengendalian yang belum baik.
Dikarenakan perencanaan pengadaan
barang tidak sesuai dengan kebutuhan
unit kerja dan ketersediaan dana yang
terbatas sebagai akibat kurangnya
perhatian pimpinan dalam menyusulkan
anggaran dalam pengadaan aset daerah
untuk mendukung operasional di setiap
SKPD. Disamping itu kurang adanya
penyesuaian pelaksanaan pengadaan
barang dengan ketentuan yang berlaku
karena pengadaan masih kurang
memperhatikan kesesuaian harga barang,
dan pengadaan aset daerah masih
cenderung membeli dengan penujukan
langsung, pendistribusian barang relatif
masih kurang merata ke setiap SKPD.
4. Pike, Roos dan Marr Strategic Data primer Penelitian yang disajikan dalam tulisan
(2005) Management of ini menggambarkan bagaimana sumber
Intangible Assets daya berdasarkan pandangan dari
and Value perusahaan untuk dapat lebih membuat
Drivers in R&D kita paham tentang konfigurasi strategis
Organizations organisasi. Khususnya penggunaan
navigator membantu untuk saling
memahami saling mempengaruhi dan
dinamisme antar aset tidak berwujud
sebuah perusahaan. Ini memberikan bukti
yang mendukung untuk teori-teori
sebelumnya tentang pentingnya aset tidak
berwujud dalam resiko dan
pengembangan proses penciptaan nilai
dan khususnya tentang sifat dinamis dari
aset – aset ini.
5 Gardberg dan Corporate Data primer Kesimpulannya, kewarganegaraan
Fombrun (2006) Citizenship: korporasi menyediakan aplikasi strategis
Creating keseimbangan teori yang sesuai. Pada
Intangible Assets jantung perusahaan – perusahaan yang
Across mengglobal terpecah antara eksploitasi
Institutional kompetensi inti di pasar dan legitimasi
Environments bangunan di seluruh kelembagaan
lingkungan.

221
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil
6 Lev dan Daum (2004) The Dominance Data primer Berdasarkan hasil regresi, produktivitas
of Intangible merupakan prioritas utama bangsa –
Assets : bangsa dan badan usaha. Peningkatan
Consequences for produktivitas sumber daya adalah
Enterprise pendorong utama kesejahteraan bangsa –
Management and bangsa (standar hidup, pekerjaan),
Corporate keuntungan perusahaan dan nilai
Reporting pemegang saham. Tetapi produktivitas
manajemen dan optimisasi, seperti
banyak orang yang percaya tidak dimulai
dengan penilaian individu. Pada
kenyataanya semua itu harus dimulai
dengan pemahaman tentang wujud
peranan dalam keseluruhan sistem
penciptaan nilai organisasi. Dengan
demikian, infrastruktur organisasi
perusahaan berfungsi sebagai penyedia
nilai tambah dari masukan sumber daya.
Aset berwujud dan tidak berwujud
menjadi faktor kritis perusahaan.
Sumber : Data diolah 2016

Hasil Penelitian (Sarwono, 2008:79). Desain penelitian adalah semua


Untuk dapat memahami pokok permasalahan dari proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
penelitian, peneliti membuat kerangka pikir atau pelaksanaan penelitian, mulai tahap persiapan sampai
model penalaran tentang proses pengelolaan aset tetap tahap penyusunan laporan (Nazir, 2013:11). Penelitian
berdasarkan Permendagri terbaru No.17 Tahun 2007 ini merupakan sebuah penelitian dengan metode
Pasal 4 Ayat 2 seperti yang digambarkan pada gambar kualitatif, Menurut Herdiansyah (2010:9) penelitian
2.1. kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
Gambar 2.1 memahami suatu fenomena dalam konteks sosial
Kerangka Pemikiran secara alamiah dengan mengedepankan proses
interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
Pengelolaan Aset tetap Daerah Pada dengan fenomena yang diteliti.
DPKAD Aceh Tujuan studi terbagi atas; eksploratif, deskriptif,
dan pengujian hipotesis (Sekaran, 2009:155). Dalam
Siklus Pengelolaan Aset Tetap Daerah penelitian ini tujuan studinya adalah deskriptif yaitu
Sesuai Dengan Permendagri No.19 Tahun menjelaskan dan meringkas berbagai kondisi dan
2016 variabel yang dijadikan sebagai objek penelitian
berdasarkan pada kenyataan yang terjadi di lapangan.
Pengelolaan Aset Tetap Daerah yang Baik Adapun tujuan studi deskriptif adalah memberikan
dan Efisien kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk aspek-aspek
yang relevan dengan menggambarkan fenomena dari
organisasi atau lainnya (Sekaran, 2009:158). Jenis
Studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
3. Metode Penelitian kasus. Studi kasus merupakan suatu model penelitian
Desain Penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu
Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan unit sosial dalam kurun waktu tertentu. Secara lebih
bagi peneliti yang menuntun dan menentukan arah
mendalam studi kasus merupakan suatu model yang
berlangsungnya proses penelitian secara benar dan bersifat komprehensif, intens, terperinci dan mendalam
tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah

222
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
masalah-masalah atau fenomena yang bersifat antara data primer dan data sekunder. Data primer
kontemporer/berbatas waktu (Herdiansyah, 2010:9).. diperoleh berupa hasil wawancara dengan beberapa
informan yang terkait, seperti kepala bidang aset
Objek dan Subjek penelitian DPKAD, kepala dinas DPKAD, serta Informan lain
Objek penelitian ini adalah Aset Tetap yang yang terkait. Sedangkan Data Sekunder berupa Annual
ada pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Report atau dokumen-dokumen terkait mengenai
Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh, alasan pemilihan pengelolaan Aset Tetap Daerah.
objek tersebut adalah karena Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh Teknik Pengumpulan Data
merupakan salah satu SKPD di Aceh. Selain itu Dinas Teknik pengumpulan data dalam suatu
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara
Provinsi Aceh juga merupakan pengelola seluruh aset observasi, kuesioner dan wawancara (Sugiyono,
SKPD yang berada di aceh, jadi diharapkan 2007:137). Berikut penjelasan masing-masing teknik
pengelolaan aset tetap yang berada di Dinas pengumpulan data pada peneltian ini:
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
Provinsi Aceh tersebut juga sudah mengikuti standar Wawancara
yang ditetapkan oleh pemerintah, baik dari segi Sebagian besar penelitian ini menggunakan
pengadaan, pemeliharaan maupun juga kontribusinya teknik wawancara dalam mengumpulkan data. Dalam
dalam laporan keuangan daerah. Dinas Pengelolaan metode wawancara (interview), data dikumpulkan
Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
diharapkan mempunyai tata kelola yang lebih baik untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari
dibanding dengan SKPD lain di Aceh. Oleh karena itu wawancara adalah adanya kontak langsung antara si
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pencari informasi (Interviewer) dengan sumber
(DPKAD) Provinsi Aceh dianggap cocok untuk informasi (Interviewee) (Sutopo, 2006:74).
dijadikan setting penelitian dalam hal perlakuan Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik
akuntansinya. wawancara mendalam berupa wawancara semi
struktur, yaitu wawancara yang pelaksanannya lebih
Sumber Data bebas daripada terstruktur atau fleksibel, pertanyaan
Sumber data penelitian merupakan faktor yang yang diajukan tergantung pada partisipan yang akan
menjadi pertimbangan dalam metode pengumpulan diwawancarai (Sugiyono, 2012: 73-74).
data, dimana sumber data dapat berupa data primer Untuk memastikan bahwa semua pertanyaan
dan data sekunder (Indriantoro, 1999:146). Data penelitian dapat diungkap dan proses wawancara
Primer, yaitu data-data penelitian yang diperoleh berjalan sesuai alur, maka peneliti membuat hubungan
secara langsung dan berasal dari hasil pengamatan antara pertanyaan penelitian, sumber dan teknik
langsung terhadap objek yang diteliti. Data yang pengumpulan data, serta justifikasi pada tabel 3.1.
digunakan dalam penelitian ini adalah data gabungan

Tabel 3.1
Hubungan antara Pertanyaan Penelitian, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data, Serta Justifikasi
Sumber dan Teknik
No Pertanyaan Justifikasi
Pengumpulan Data
1 Bagaimana proses Sumber : Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan inti
pelaksanaan sistem dan 1. Kepala DPKAD yang harus diungkap. Untuk itu, dalam
prosedur pengelolaan Aset 2. Kepala Bidang Aset mengungkap hal ini peneliti memilh Kepala
Tetap Daerah pada DPKAD Teknik Pengumpulan Data DPKAD dan Kepala Bidang Aset sebagai
Provinsi Aceh ? - Wawancara informan. Peneliti menggunakan teknik
- Dokumentasi pengambilan data wawancara dan dokumentasi
dalam melaksanakan penelitian ini.

223
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Sumber dan Teknik
No Pertanyaan Justifikasi
Pengumpulan Data
2 Apakah DPKAD Provinsi Sumber : Upaya pengelolaan aset yang baik sebaiknya
Aceh memiliki pengawasan 1. Kepala DPKAD juga didukung oleh pengawasan yang baik, dan
khusus dalam pengelolaan 2. Kepala Bidang Aset sistem pengawasan yang baik pasti diketahui
Aset Tetap Daerah ? Teknik Pengumpulan Data dan dipahami oleh informan. Peneliti
- Wawancara menggunakan teknik pengambilan data
- Dokumentasi wawancara dan dokumentasi dalam
melaksanakan penelitian ini.

3 Apakah ada kendala-kendala Sumber : Kendala yang dihadapi tentu dirasakan oleh
yang dihadapi dalam 1. Kepala DPKAD para pelaksana teknis, untuk mengungkap
pengelolaan Aset Tetap 2. Kepala Bidang Aset kendala tersebut dipilihlah beberapa sumber
Daerah di DPKAD Provinsi Teknik Pengumpulan Data informan tersebut. Peneliti menggunakan
Aceh ? - Wawancara teknik pengambilan data wawancara dan
- Dokumentasi dokumentasi dalam melaksanakan penelitian
ini.

Dokumentasi menginterpretasikan data dengan teori dan referensi


Penelitian ini menggunakan metode lain, kemudian mendeskripsikan/menyajikan data,
dokumentasi sebagai data sekunder yang digunakan serta menarik kesimpulan (Smith & Osborn, 2008).
sebagai penunjang dari data primer yang ada. Dalam O,Connor & Gibson (2003) juga menambahkan proses
metode ini peneliti diharapkan dapat membaca, analisis data kualitatif meliputi langkah-langkah
memahami, menganalisis serta mengkritisi dokumen- seperti; organizing the data, finding and organizing
dokumen yang ada. Selain itu dalam studi ideas and concepts, building overarching themes in
dokumentasi ini, informasi juga bisa diperoleh lewat the data, ensuring reliability and validity in the data
fakta yang tersimpan dalam bentuk catatan, arsip dan analysis and in the findings, finding possible and
lain sebagainya yang diperoleh dari organisasi tersebut plausible explanations for findings, an overview of the
(Blaxter et al., 2001:251-252). Dokumen yang final steps. Adapun langkah- langkah yang akan
diperlukan dalam penelitian ini berupa Annual report, dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
arsip dan dokumen lainnya yang diperoleh dari dinas 1. Membuat transkrip wawancara atau menulis ulang
terkait mengenai objek penelitian. seluruh hasil wawancara yang didapat dari proses
perekaman wawancara dengan informan.
Metode Analisis data 2. Mengelompokkan data atau memisahkan antara
Analisis data menurut Sugiyono (2009: 244) beberapa siklus pengelolaan aset daerah.
adalah “proses mencari dan menyusun secara 3. Mengidentifikasi dan menganalisis data yang
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, diperoleh.
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga 4. Menginterpretasikan data tersebut dengan teori,
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat literatur dan standar akuntansi yang ada.
diinformasikan kepada orang lain. Dalam proses 5. Mendeskripsikan bagaimana masing-masing siklus
menganalisis data dengan teknik wawancara langkah pengelolaan aset tetap pada Dinas Pengelolaan
pertama yang harus dilakukan adalah Keuangan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Aceh.
merepresentasikan data (suara) yang diperoleh dari 6. Menarik kesimpulan dari data yang telah diproses
hasil wawancara dengan media (voice recorder) yang sebelumnya tentang pengelolaan aset tetap pada
digunakan menjadi sebuah data berbentuk tulisan atau Dinas Pengelolaan Keuangan Aset Daerah
transkrip (Bailey, 2008). Setelah data telah (DPKAD) Provinsi Aceh, dan melakukan
ditranskripsikan barulah proses analisis lainya verifikasi pada informan mengenai kesimpulan
dilakukan seperti; pengelompokan data berdasarkan tersebut.
hal-hal pokok/tema penelitian (coding),

224
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Langkah-langkah tersebut dilakukan sesuai 4. Hasil dan Pembahasan
dengan metode analisis yang dianjurkan oleh Miles Gambaran Objek Penelitian
dan Huberman (1994) dalam (Sugiyono, 2009:211) Provinsi Aceh
yaitu: Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia. Aceh
1. Reduksi data (Data Reduction) terletak di ujung utara pulau Sumatera dan merupakan
Reduksi data merupakan proses pemilihan, provinsi paling barat di Indonesia. Ibu kotanya
pemusatan perhatian, pengabstrakan dan adalah Banda Aceh. Jumlah penduduk provinsi ini
pentranformasian data kasar dari lapangan. sekitar 4.500.000 jiwa. Letaknya dekat dengan
Fungsinya untuk menajamkan, mengarahkan, Kepulauan Andaman dan Nikobar di India dan
membuang yang tidak perlu, menggolongkan, dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Aceh berbatasan
mengorganisasi sehingga interpretasi dapat dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra
ditarik. Data yang diperoleh dari proses Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur,
wawancara nantinya akan diseleksi dan dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
diorganisir melalui teknik pengkodean (coding) Aceh dianggap sebagai tempat
dan tulisan ringkas. Dalam mereduksi data, data dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan
yang tidak relevan dipisahkan dari data yang memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di
relevan dengan penelitian. Jadi, data yang Asia Tenggara. Pada awal abad ke-17, Kesultanan
digunakan diharapkan benar-benar data yang Aceh adalah negara terkaya, terkuat, dan termakmur di
valid. kawasan Selat Malaka. Sejarah Aceh diwarnai oleh
kebebasan politik dan penolakan keras terhadap
2. Penyajian data (data display) kendali orang asing, termasuk bekas
Pada tahap ini, peneliti mengembangkan sebuah penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika
deskripsi informasi tersusun untuk menarik dibandingkan dengan dengan provinsi lainnya, Aceh
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian adalah wilayah yang sangat konservatif (menjunjung
data yang lazim digunakan dalam penelitian ini tinggi nilai agama). Persentase penduduk Muslimnya
adalah bentuk teks naratif. Maksud dari teks adalah yang tertinggi di Indonesia dan mereka hidup
naratif ialah peneliti mendeskripsikan informasi sesuai syariah Islam. Berbeda dengan kebanyakan
yang telah diklasifikasikan sebelumnya mengenai provinsi lain di Indonesia, Aceh memiliki otonomi
perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah, yang yang diatur tersendiri karena alasan sejarah.
kemudian dibentuk simpulan dan selanjutnya Aceh memiliki sumber daya alam yang
simpulan tersebut disajikan dalam bentuk teks melimpah, termasuk minyak bumi dan gas alam.
naratif. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam
3. Menarik kesimpulan atau verifikasi Aceh adalah yang terbesar di dunia. Aceh juga
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan terkenal dengan hutannya yang terletak di sepanjang
kegiatan di akhir penelitian. Peneliti harus sampai jajaran Bukit Barisan dari Kutacane di Aceh
pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik Tenggara sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah
itu dari segi makna maupun dari segi kebenaran taman nasional bernama Taman Nasional Gunung
kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat Leuser (TNGL) didirikan di Aceh Tenggara.
penelitian tersebut dilaksanakan. Makna yang Aceh adalah daratan yang paling dekat
dirumuskan dari data harus diuji terlebih dahulu dengan episentrum gempa bumi Samudra Hindia
mengenai kebenaran, kecocokan dan 2004. Setelah gempa, gelombang tsunami menerjang
kekokohannya. Peneliti harus menyadari bahwa sebagian besar pesisir barat provinsi ini. Sekitar
dalam mencari makna, peneliti tersebut harus 170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana
menggunakan pendekatan emik, yaitu dari tersebut. Bencana ini juga mendorong
Narasumber dan bukan penafsiran makna terciptanya perjanjian damai antara pemerintah
menurut pandangan peneliti Republik Indonesia dan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).

225
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dan Kekayaan Aceh sesuai dengan tugas dan
Provinsi Aceh fungsinya.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bidang Penatausahaan Aset, terdiri dari:
Provinsi Aceh merupakan salah satu SKPD yang  Seksi Perencanaan kebutuhan aset;
melakukan fungsi Satuan Kerja Pengelola Keuangan  Seksi Inventerisasi dan Penilaian; dan
(SKPKD) termasuk didalamnya aset tetap bertugas  Seksi Pemanfaatan dan
sebagai pembantu pengelola yang melakukan Pemindahtangan.
koordinasi, penyelenggaraan, evaluasi, pelaporan dan Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang
pengadministrasian dalam hal penghimpunan berbagai Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung
laporan yang dihasilkan dari semua SKPD sebagai jawab kepada Kepala Bidang Penatausahaan Aset
pengguna barang dan menyampaikannya kepada sesuai dengan bidang tugasnya.
Sekretaris Daerah sebagai Pengelola. 1. Seksi Perencanaan Kebutuhan Asset
Pengelolaan aset tetap pada Dinas Pengelolaan mempunyai tugas melakukan penyusunan
Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Aceh dikelola standar harga barang, rencana kebutuhan
barang, standar kebutuhan barang, rencana
oleh Bidang Penatausahaan Aset yang mempunyai
pengadaan barang dan penyaluran proses
tugas melakukan perencanaan, penganggaran, penyaluran dan penetapan status barang dana
pengadaan, penggunaan ,pemanfaatan, pemeliharaan, otsus.
penatausahaan, penilaian, penghapusan, 2. Seksi Inventarisasi dan Penilaian mempunyai
pemindahtanganan, pengamanan dan pengelolaan asset tugas menghimpun laporan buku inventaris
daerah. barang daerah, menyimpan barang inventaris
Untuk melaksanakan tugas , Bidang berupa Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor,
melakukan penyusunan buku laporan barang
Penatausahaan Aset mempunyai fungsi:
milik daerah, melakukan penilaian terhadap
1. Perumusan rancangan kebijakan teknis di barang inventaris daerah yang telah idle, dan
bidang pengelolan aset yang meliputi yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomis
perencanaan, penganggaran, pengadaan, untuk diusulkan penghapusan, melakukan
penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelaksanaan penjualan barang inventaris daerah
penatausahaan, penilaian, penghapusan, dan mengusulkan penetapan status pengguna
pemindahtanganan dan pengamanan aset barang milik Pemerintah Aceh.; dan
3. Seksi Pemanfaatan dan Pemindahtanganan
daerah;
mempunyai tugas melakukan penatausahaan
2. Penyusunan program kerja di bidang sewa menyewa, pinjam pakai, BGS dan BSG,
pengelolan aset yang meliputi perencanaan, serta pemindahtanganan seperti penjualan tukar-
penganggaran, pengadaan, penggunaan, menukar, hibah dan penyertaan modal.
pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan Pembahasan Data Hasil Penelitian
dan pengamanan aset daerah; Siklus Pengelolaan Aset Tetap DPKAD Provinsi
3. Pelaksanaan pengelolaan aset yang meliputi Aceh
perencanaan, penganggaran, pengadaan, Siklus pengelolaan aset tetap adalah rangkaian
penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, kegiatan dari proses pengelolaan aset tetap yang
penatausahaan, penilaian, penghapusan, merupakan tindakan konkret terhadap daerah dibawah
pemindahtanganan dan pengamanan asset kontrol Peraturan Pemerintah Pusat dalam hal ini
daerah; Peraturan Menteri Dalam Negeri No.19 Tahun 2016.
4. Pengumpulan dan pengolahan data aset Tugas pokok dan fungsi yang wajib dilakukan oleh
daerah; Bidang Penatausahaan Aset adalah mengusahakan
5. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan tertibnya administrasi pengelolaan aset tetap serta
atau lembaga terkait lainnya di bidang aset dan bertindak sebagai Pembantu Pengelola. Permendagri
kekayaan daerah; dan No. 19 Tahun 2016 menyatakan ada siklus yang harus
6. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya diilalui dalam pengelolaan tetap yang melibatkan
yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendapatan DPKAD sebagai pembantu pengelola. Pembantu

226
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
pengelola adalah unit kerja yang membantu pengelola undangan. Seperti yang dikatakan oleh Kasubid
(Sekretaris Daerah) untuk meneliti, menghimpun penatausahaan aset DPKAD Aceh, beliau
laporan bahkan menjadi penyelenggara dalam mengatakan “Memang sudah sesuai dengan
pelaksanaan tahapan pengelolaan barang milik daerah. Permendagri No.19 Tahun 2016, karena kan
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai teknis pengadaan ini kita mengacu kepada peraturan
pelaksanaan siklus pengelolaan aset tetap berdasarkan perundang-undangan yang ada terkait peraturan
Permendagri No.19 Tahun 2016 serta prosedur yang pengadaan barang dan jasa”. Berdasarkan
dilakukan oleh DPKAD Provinsi Aceh, dalam hal ini pernyataan tersebut maka siklus pengadaan pada
Bidang Penatausahaan Aset sebagai Pembantu pengelolaan aset tetap DPKAD Aceh memang
Pengelola. sudah sesuai dengan Permendagri No.19 Tahun
1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran 2016.
Pada siklus ini Satuan Kerja Perangkat Daerah 3. Penggunaan
sebagai pengguna barang merencanakan dan Permendagri No.19 Tahun 2016 sebagai dasar
menyusun kebutuhan barang dalam Rencana pengelolaan aset tetap menjelaskan bahwa siklus
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat penggunaan yang tertera pada Pasal 43 sampai
Daerah (RKA-SKPD) sebagai bahan dalam Pasal 77 merupakan siklus yang apabila Barang
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Milik Daerah telah ditetapkan status
Belanja Daerah (RAPBD), kemudian masing- penggunaannya maka aset tetap tersebut
masing SKPD menyusun Rencana Kebutuhan digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan
Barang dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan fungsi pokok SKPD dan dapat juga dioperasikan
Barang dalam bentuk usulan kemudian oleh pihak lain dalam rangka mendukung
menyampaikan kepada Pengelola melalui pelayanan umum sesuai dengan tugas pokok dan
pembantu pengelola. Pembantu pengelola fungsi SKPD yang bersangkutan. Apabila SKPD
menghimpun usulan RKBMD dan RKPBMD menggunakan aset tetap tersebut tidak sesuai
untuk diteliti namun tidak disusun menjadi dengan tugas pokok dan fungsi SKPD, maka akan
dokumen Rencana Daftar Kebutuhan Barang dicabut status penggunaannya dan dapat dialihkan
Milik Daerah (RDKBMD) dan Rencana kepada SKPD lainnya. Dalam sikus penggunaan
Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah ini, tanggung jawab dalam pengelolaan aset tetap
(RKPBMD). Dari usulan RKBMD, ketika merupakan wewenang pada masing-masing
dihasilkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD.
(DPA), langsung menjadi Daftar Kebutuhan Sesuai dengan hasil wawancara peneliti, Kasubid
Barang (DKB) dan tidak diproses lagi menjadi penatausahaan Aset DPKAD Aceh juga
dokumen DKBMD. Hal ini dikuatkan oleh mengatakan hal yang sama. Dalam wawancara
pernyataan dari hasil wawancara peneliti dengan tesebut beliau mengatakan “Dalam tahap ini kan
Kasubid penatausahaan aset yang mengatakan setelah kami menerima aset tetap tadi, Kepala
“Perencanaan kebutuhan dan penganggaran sudah SKPD kami mengajukan untuk menetapkan status
sesuai dengan peraturan, karena ini memang dasar penggunaan barangnya ke kepala daerah untuk
dari pengelolaan”. ditetapkan dasar penetapan status penggunaan
2. Pengadaan barang dan dasar itu untuk dicatat di kartu
Siklus pengadaan seperti yang dijelaskan pada inventaris barang. Dasar status itu dikeluarkan
Permendagri No.19 Tahun 2016, bahwa melalui SK Gubernur untuk SKPD kami sehingga
pengadaan barang milik daerah dilaksanakan barang itu memang dibawah kewenangan dan
berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, tanggung jawab kami pengelolaannya”. Dapat
transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak disimpulkan bahwa tahap penggunaan dalam
diskriminatif dan akuntabel. Permendagri No.19 pengelolaan aset tetap di DPKAD masih sesuai
Tahun 2016 Pasal 41 juga menyatakan bahwa dengan Permendagri No.19 Tahun 2016.
pengadaan barang atau jasa pemerintah daerah
dilaksanakan sesuai peraturan perundang-

227
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
4. Penatausahaan kepala daerah. Selain itu pemanfaatan barang
Permendagri No.19 Tahun 2016 Pasal 474 sampai milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan,
479 menejelaskan bahwa siklus penatausahaan selain tanah dan/atau bangunan yang tidak
terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu, pembukuan, digunakan untuk menunjang tugas pokok dan
inventarisasi, dan pelaporan. Pada bagian fungsi SKPD dapat dipergunakan untuk
pembukuan pengguna barang melakukan kepentingan lain setelah pengelola atau pengguna
pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah mendapat persetujuan dari kepala daerah. Dari
ke dalam Daftar Barang Pengguna (DPB) atau penjelasan diatas dapat dilihat bahwa barang
Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut milik daerah yang tidak digunakan untuk
penggolongan dan kodefikasi barang yang menunjang tugas pokok dan fungsi SKPD dapat
kemudian dimuat dalam Kartu Inventaris Barang dimanfaatkan untuk kepentingan lain, sehingga
A, B, C, D, E dan F. Selanjutnya, pada bagian dalam Permendagri No.19 Tahun 2016 pun
inventarisasi pengelola dan pengguna dijelaskan apa yang dimaksud dengan digunakan
melaksanakan sensus barang milik daerah setiap 5 untuk kepentingan lain tersebut.
(lima) tahun sekali untuk menyusun Buku Pada Permendagri No.19 Tahun 2016 disebutkan
Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta dan dijelaskan bahwa bentuk pemanfaatan barang
rekapitulasi barang milik pemerintah daerah. Pada milik daerah yang tidak dipergunakan untuk
bagian terakhir yaitu bagian pelaporan pengguna menunjang tugas pokok dan fungsi SKPD dibagi
barang melakukan penyusunan laporan barang menjadi 4 (empat) bentuk pemanfaatan, yaitu :
semesteran dan tahunan dengan tujuan untuk a. Sewa;
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui b. Pinjam Pakai;
pembantu pengelola. Pembantu pengelola c. Kerjasama Pemanfaatan; dan
menghimpun laporan tersebut menjadi Laporan d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna
Barang Milik Daerah (LBMD) yang difungsikan Dalam Permendagri No.19 Tahun 2016 dijelaskan
sebagai bahan untuk menyusun neraca bahwa bentuk pemanfaatan berupa sewa, barang
Pemerintah Daerah. milik daerah baik barang bergerak maupun barang
DPKAD Aceh melalui Kasubid penatausahaan tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh
aset juga menyampaikan hal yang serupa, pemerintah daerah, dapat disewakan kepada pihak
berdasarkan hasil wawancara peneliti beliau ketiga sepanjang menguntungkan daerah. Barang
mengatakan “Tahap ini merupakan tahap milik daerah yang disewa tersebut tidak merubah
penyusunan laporan keuangan yaitu penyusunan status dari kepemilikannya serta penyewaan
neraca, dimana ditahap ini dilakukan pembukuan, barang milik daerah berupa tanah dan/atau
pencatatan dan pelpaoran, yang melakukakannya bangunan dilakukan oleh pengelola setelah
itu seksi pentausahaan. Tahap ini kan nanti ada mendapat persetujuan dari kepala daerah. Jangka
KIB A, B, C, D sampai F kan dan itu semua ada waktu penyewaan dilakukan paling lama 5 (lima)
di neraca karena memang semua komposisi aset tahun dan dapat diperpanjang serta dilakukan
tetap itu ada di neraca”. Ini membuktikan bahwa berdarkan surat perjanjian sewa-menyewa serta
pengelolaan aset tetap di DPKAD Aceh untuk hasil penerimaan sewa disetor ke kas daerah.
siklus penatausahaan telah mengikuti Bagian pemanfaatan kedua adalah pinjam pakai,
Permendagri No.19 Tahun 2016. dijelaskan dalam Permendagri No.19 Tahun 2016
5. Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
Permendagri No.19 Tahun 2016 Pasal 78 sampai bangunan, selain tanah dan/atau bangunan dapat
Pasal 298 menjelaskan bahwa pemanfaatan dipinjampakaikan untuk kepentingan
adalah barang milik daerah yang berupa tanah penyelenggaraan pemerintah daerah.
dan/atau bangunan, selain tanah dan/atau Penyelenggaraan pinjam pakai dapat dilaksanakan
bangunan yang digunakan untuk menunjang tugas oleh pengelola setelah mendapatkan persetujuan
pokok dan fungsi SKPD yang dilaksanakan oleh dari kepala daerah dengan jangka waktu pinjam
pengguna setelah mendapat persetujuan oleh pakai barang milik daerah paling lama 2 (dua)

228
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
tahun dan dapat diperpanjang serta melakukan aset tanah, yang 3 (tiga) digunakan untuk tugas
penandatanganan surat perjanjian pinjam pakai. pokok fungsi, 2 (dua) lagi misalnya tidak
Pada bagian pemanfaatan yang ketiga yaitu digunakan, nah si pengguna barang ini harus
kerjasama pemanfaatan, Permendagri No.19 melaporkannya kepada pengelola, nanti si
Tahun 2016 menjelaskan bahwa pelaksaanaan pengelola ini kan dalam hal ini DPKAD kan bisa
kerjasama pemanfaatan dengan pihak lain mengkoordinir aset-aset tersebut, nanti pengelola
dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan daya liat mana dinas yang memerlukan tanah misalnya,
guna dan hasil guna barang milik daerah serta bisa dialokasikan ke dinas tersebut atau bisa saja
untuk meningkatkan penerimaan daerah. tanah-tanah tersebut yang tidak dipakai untuk
Permendagri No.19 Tahun 2016 menjelaskan tugas pokok fungsi tadi disewakan, karena
bahwa kerjasama pemanfaatan dilaksanakan pemanfaatan ini kan ada 4 (empat), bisa
dengan ketentuan tidak tersedia dan/atau tidak disewakan, di pinjam pakai, di kerjasamakan
cukup tersedia dana dalam APBD untuk sama di BGS atau BSG nah itu maksud dari
memenuhi biaya pemanfaatan untuk di daya guna usahakan lah.
operasional/pemeliharaan/perbaikan yang perlu Kalau di sewakan, SKPD ini kan mengkoordinir
dilakukan untuk barang milik daerah tersebut. dan uang sewanya itu masuk ke kas daerah tapi
Kerjasama pemanfaatan menetapkan mitra masuknya melalui SKPD ini. Kenapa melalui
kerjasamanya melalu tender atau lelang dengan SKPD ini ? Karena kan aset yang tidak digunakan
mengikutsertakan minimal 5 (lima) peserta atau sama SKPD ini tadi jadi tanggung jawab si SKPD
peminat. Dalam hal besaran pembayaran ini, tapi dia tetap harus melaporkannya ke
kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil pengelola, sama juga hal nya dengan pemanfaatan
kerjasama pemanfaatan ditetapkan oleh hasil yang 3 (tiga) lagi sisanya tadi, pengguna dalam
perhitungan tim yang ditetapkan oleh kepala hal ini SKPD wajib lapor ke pengelola untuk
daerah dan disetor ke kas daerah setiap tahunnya setiap pemanfaatan yang dilakukan sama masing-
selama jangka waktu pengoperasiannya yang masing SKPD. Kalau untuk DPKAD sendiri,
disebutkan paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan kalau melakukan pemanfaatan tadi udah pasti
dapat diperpanjang jika sudah habis. ikutin peraturan, karena SKPD yang lain aja wajib
Bagian pemanfaatan yang terakhir yaitu bangun lapor ke kami udah sesuai apa belum, masa kami
guna serah dan bangun serah guna juga dijelaskan sendiri gak sesuai”. Pernyataan Kasubid
dalam Permendagri No.19 Tahun 2016. Bangun penatausahaan aset DPKAD aceh tersebut
guna serah dan bangun serah guna dilaksanakan menguatkan argumen peneliti bahwa siklus
apabila pemerintah daerah memerlukan bangunan pemanfaatan yang dilakukan oleh DPKAD Aceh
dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan sudah sesuai dengan Permendagri No.19 Tahun
daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam 2016.
rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi. 6. Pengamanan dan Pemeliharaan
Bagian pemanfaatan yang terakhir ini Siklus Pengamanan dan pemeliharaan merupakan
dilaksanakan oleh pengelola apabila telah hal yang sangat urgent dalam pengelolaan aset,
mendapat persetujuan dari kepala daerah serta karena kalau siklus ini pengelolaannya sedikit
kepala daerah telah menerima tanah yang lemah saja dapat berakibat fatal untuk aset-aset
diserahkan oleh pengguna kepada kepala daerah yang dimiliki oleh SKPD. Permendagri No.19
tersebut. Tahun 2016 Pasal 296 sampai Pasal 324
Berdasarkan Penjelasan Permendagri No.19 menjelaskan bahwa pengelola, pengguna dan/atau
Tahun 2016 tersebut, peneliti juga menemukan kuasa pengguna wajib melakukan pengamanan
penjelasan serupa dari hasil wawancara dengan barang milik daerah yang berada dalam
Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh yang penguasaannya. Pengamanan barang milik daerah
mengatakan “nah ini dasarnya dari penetapan itu sendiri meliputi pengamanan administrasi
status yang kepala daerah buat pas tahap yang didalamnya ada kegiatan pembukuan,
penggunaan, misalnya pada dinas A ada 5 (lima) inventarisasi, pelaporan dan penyimpanan

229
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
dokumen kepemilikan. Kemudian pengamanan DPKAD Aceh pun menjelaskan, beliau
fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi mengatakan “pengamanan dan pemeliharaan ini
barang, penurunan jumlah barang, dan hilangnya dulu kan peraturannya belum terlalu kuat, kalau
barang. Pengamanan fisik untuk tanah juga tidak salah ini munculnya tahun 2005 tentang
dilakukan dengan cara pemagaran dan pengelolaan keuangan. Sebelum tahun 2005 kalau
pemasangan tanda batas, untuk selain tanah dan saya tidak salah kan masih pake undang-undang,
bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan jadinya kan peraturannya belum tertib, belum
dan pemeliharaan. Terakhir, melakukan kuat dan belum akuntabel, jadi pada saat itu juga
pengamanan hukum dengan melengkapi bukti belum adanya tertib administrasi aset sehingga itu
status kepemilikan. dia mengapa sering terjadi masalah disini.
Pemeliharaan wajib dilakukan oleh pembantu Akhirnya 2005 keatas mulai lah timbul upaya-
pengelola, pengguna dan/atau kuasa pengguna upaya untuk memperpaikinya dengan
atas barang milik daerah yang dibawah mengeluarkan peraturan khusus tentang
kekuasaannya. Pemeliharaan haruslah pengelolaan ini. Makanya dulu sering terjadi aset
berpedoman pada Daftar Kebutuhan hilang, aset diserobot oleh pihak ketiga karena
Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD) dasar tertib administrasinya belum kuat”.
serta biaya atas pemeliharaan barang milik daerah Peneliti pun kembali bertanya, apakah saat ini
dibebankan masalah di siklus ini masih sering terjadi dengan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. sudah baiknya peraturan yang sudah berlaku.
Dalam hal ini, Kasubid penatausahaan Aset Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh pun
DPKAD Aceh mengungkapkan bahwa masih ada mengatakan “ memang masih ada, karena kan
kendala yang dihadapi dalam siklus ini, beliau kami sekarang disuruh untuk menertibkan
mengatakan “dengan adanya penetapan status tadi masalah-masalah yang lalu itu, terus kami juga
itu oleh kepala daerah artinya kan barang-barang harus menelusuri dokumen-dokumen kebelakang
aset tadi itu yang telah diberikan kepada masing- itu kan susah, sehingga masih ada aset-aset yang
masing SKPD harus diamankan, misal tanah ada memang milik Pemerintah Aceh dan tercatat di
berapa hektar apakah sudah ada sertifikat ? sudah kartu inventaris barang namun tidak diketahui
ada batas plang ? mana yang punya warga dan keberadaanya. Makanya saat penyusunan laporan
mana yang punya pemerintah. Kalau sudah ada keuangan Pemerintah Aceh, predikat yang didapat
sertifikatnya it’s oke tidak masalah, nah ini kalau masih WDP yaa karena itu tadi masalahnya”.
misalnya ada tanah yang tidak ada sertifikatnya, Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat
jangankan sertifikatnya mungkin batas-batasnya diambil kesimpulan bahwa DPKAD Aceh dalam
saja tidak tau dimana. Nah, itukan bisa saja suatu siklus penglolaan aset tetapnya tahap pengamanan
saat memunculkan suatu kejadian yang tidak dan pemeliharaan memang sudah mengikuti
diinginkan, entah hilang atau karena diserobot Permendagri No.19 Tahun 2016 namun, karena
oleh pihak ketiga makanya disinalah dilakukan adanya masalah-masalah terdahulu dalam
pengamanan tadi, kalau pemeliharaan kan lebih pengelolaan aset tetap mengakibatkan DPKAD
ke peralatan dan mesin. Namun, pengamanan dan Aceh harus menelisik ulang semua dokumen yang
pemeliharaan ini harus ada dasarnya dulu, nah ada guna dapat memberikan LKPA yang baik dan
dasarnya itu adalah penetapan status tadi oleh sesuai.
kepala daerah dan sudah tercatat di kartu 7. Penilaian
inventaris barang”. Siklus penilaian adalah siklus yang dilakukan
Kemudian peneliti kembali bertanya kepada guna menyususn neraca Pemerintah Daerah.
Sesuai dengan penjelasan pada Permendagri
Kasubid penatausahaan DPKAD Aceh tentang
No.19 Tahun 2016 BAB IX, Pasal 325 sampai
masalah yang sebenaranya pada siklus ini, karena 328 yang menjelaskan bahwa siklus penilaian
menurut peneliti pada siklus ini sering terjadi dilakukan untuk menyusun neraca Pemerintah
kesalahan pengelolaan terhadap aset-aset tetap Daerah, pemanfaatan dan pemindahtanganan
pada pemerintah. Kasubid penatausahaan aset barang milik daerah. Dalam melakukan penilaian

230
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
barang milik daerah, Kepala Daerah telah Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
menetapkan tim khusus untuk melakukan Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh,
penilaian dan bisa juga melibatkan penilai beliau juga mengatakan hal yang serupa, yaitu
independen yang bersertifikat di bidang aset. “dasar penghapusan itu ya tadi kayak force mager
Dalam melakukan penetapan nilai guna yang artinya ini penghapusan dari pencatatan atau
menyusun neraca Pemerintah Daerah dalam penghapusan dari daftar barang milik daerah kan.
Permendagri No.19 Tahun 2016 dikatakan Karena ini force mager dan biasanya itu
haruslah sesuai dengan Standar Akuntansi berdampak pada bangunan atau gedung maka
Pemerintahan (SAP) yang berlaku. harus didokumentasikan dulu sebelum dirobohkan
DPKAD Aceh selaku pembantu Kepala Daerah karena nanti auditor juga pasti bertanya kenapa
yang bertugas mengelola Aset Tetap milik ini dirobohkan atau dihapuskan. Jadi dengan
Pemerintah Aceh juga sudah melakukan siklus adanya dokumentasi ini mulai dari sebelum
penilaian ini, berdasarkan hasil wawancara dirobohkan, saat dirobohkan sampai rata dengan
peneliti dengan Kasubid penatausahaan aset tanah barulah bisa diusulkan hapus ke Gubernur,
DPKAD Aceh, beliau mengatakan “penilaian ini nanti Gubernur mengeluarkan izin prinsip bahwa
kan tujuannya ada 3 (tiga), penilaian aset untuk boleh dihapus, setelah keluar izin prinsip itu
mendapatkan nilai wajar yang tujuannya untuk barulah kami bisa menghapus aset tersebut dari
dimanfaatkan, kayak misalnya sewa kan, artinya pencatatan karena sudah ada dasarnya”.
untuk mendapatkan nilai wajar ini ada pihak Kutipan wawancara tersebut membuat peneliti
ketiga, ada investor luar yang ikut serta dan dua dapat menarik kesimpulan bahwa DPKAD Aceh
lagi untuk penyusunan laporan keuangan yang memang telah mengikuti aturan yang ada karena
disini neraca dan terakhir untuk
DPKAD Aceh memang sudah pernah melakukan
pemindahtanganan. Intinya penilaian disini
digunakan untuk 3 (tiga) hal tadi itu aja. Kalau siklus penghapusan ini terutama pada saat
ditanya udah sesuai apa belum dengan peraturan Tsunami Aceh 2004 silam.
ya pasti udah sesuai, kan dari masing-masing 9. Pemindahtanganan
kegunaan penilaian tadi ada tata caranya lagi, Permendagri No.19 Tahun 2016 sebagai dasar
kami selaku pengelola ya berpedoman pada tata acuan dalam pengelolaan aset tetap daerah
cara itu”. menjelaskan bahwa tahap pemindahtanganan
Berdasarkan wawancara tersebut peneliti dapat dapat dilakukan apabila barang milik daerah
menyimpulkan bahwa DPKAD Aceh selaku sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan
pembantu Kepala Daerah sudah mengikuti dan kemudian dihapus dari daftar inventaris barang
sesuai dengan dasar aturan yang ada yaitu milik daerah yang pelaksanaannya sesuai dengan
Permendagri No.19 Tahun 2016. ketentuan perundang-undangan. Barang milik
8. Penghapusan daerah yang dihapus namun masih memiliki nilai
Permendagri No.19 Tahun 2016 sebagai dasar ekonomis, dapat dilakukan melalui pelelangan
acuan dalam mengelola aset tetap pemerintah umum/pelelangan terbatas atau disumbangkan
daerah menjelaskan bahwa siklus penghapusan maupun dihibahkan kepada pihak lain. Dalam
meliputi penghapusan dari daftar barang tahap ini terdapat bentuk-bentuk
pengguna dan/atau kuasa pengguna dimana pemindahtanagan sebagai tindak lanjut atas
penghapusan ini dilakukan apabila barang milik penghapusan barang milik daerah yaitu penjualan,
daerah tersebut sudah tidak berada dalam tukar menukar, hibah dan penyertaan modal
penguasaan pengguna dan/atau kuasa pengguna. pemerintah daerah.
Selain itu penghapusan juga dilakukan dari daftar Penjelasan serupa dalam tahapan ini juga
barang milik daerah apabila barang milik daerah disampaikan oleh Kasubid penatausahaan aset
tersebut sudah beralih kepemilikannya, terjadi DPKAD Aceh melalui wawancara dengan
pemusnahan atau karena sebab-sebab lainnya. peneliti, beliau menyampaikan
Permendagri No.19 Tahun 2016 Pasal 450 juga “pemindahtanganan itu apa saja ? kan ada hibah,
menjelaskan bahwa Penghapusan barang milik jual, penyertaan modal, terakhir tukar guling.
daerah dengan tindak lanjut pemusnahan Pemindahtanganan itu sendiri adalah peralihan
dilakukan apabila barang milik daerah tidak dapat kepemilikan apakah dalam bentuk hibah,
digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak penjualan, penyertaan modal atau tukar menukar
dapat dipindahtangankan atau alasan lain sesuai itu tadi. Dalam pemindahtanganan, tahapan
ketentuan peraturan perundang-undangan. penilaian cuma digunakan pada jual, penyertaan
modal dan tukar guling, kalau hibah tidak perlu

231
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
adanya penilaian untuk nilai wajarnya, tapi cukup arti kata disini disewa. Kalau untuk pengawasan
untuk nilai perolehannya saja. Jadi intinya dari tahap awal pengelolaan itu balik lagi kepada
penilaian itu diperlukan untuk pemanfaatan, untuk SKPA masing-masing dan memang ada orang
pemindahtanganan dan untuk penyusunan laporan khusus yang ditunjuk oleh DPKAD Aceh untuk
keuangan. Kalau barang milik daerah sudah melakukan tugas tersebut. Pembinaan,
dilakukan pemindahtanganan, maka kami selaku pemgawasan dan pengendalian itu sendiri harus
pengelola wajib menghapusnya dari daftar mengacu kepada Permendagri No.19 Tahun 2016
inventaris barang milik daerah”. itu tadi karena pada dasarnya Mendagri yang
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan melakukan keseluruhan pembinaan pada aset
Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh, tetap daerah yang setelah itu kepala daerah
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa melakukan pengendalian pengelolaan aset tetap
DPKAD Aceh selaku pengelola aset daerah dalam daerah yang dibantu ya sama kami ini DPKAD
tahapan pemindahtangan sudah mengikuti aturan Aceh”.
yang berlaku yaitu Permendagri No.19 Tahun Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti
2016 karena DPKAD Aceh sendiri sudah sering dapat menarik kesimpulan bahwa DPKAD Aceh
melakukan tahapan ini sebelumya. selaku pembantu kepala daerah dalam melakukan
10. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan aset tetap daerah sudah melakukan
Tahapan ini dalam pengelolaan aset tetap daerah tahapan pembinaan, pengawasan dan
juga dijelaskan dalam Permendagri No.19 Tahun pengendelian sesuai dengan Permendagri No.19
2016 Pasal 480 sampai Pasal 483 dimana Menteri Tahun 2016.
Dalam Negeri melakukan pembinaan pengelolaan 11. Pemusnahan
barang milik daerah kemudian Kepala Daerah Permendagri No.19 Tahun 2016 Pasal 421 sampai
melakukan pengendalian pengelolaan barang Pasal 423 menjelaskan bahwa pemusnahan
milik daerah. Selanjutnya pengguna barang barang milik daerah dilakukan apabila BMD
melakukan pemantauan dan penertiban terhadap tersebut tidak dapat digunakan, tidak dapat
penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat
penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan dipindahtangankan serta terdapat alas an lain
barang milik daerah yang berada di bawah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
penguasaannya. Dalam pelaksanaan pemantauan undangan. Pemusnahan tersebut dilaksanakan
dan penertiban itu dilaksanakan oleh Pengguna. oleh Pengguna Barang setelah mendapat
Pengguna dan kuasa pengguna barang dapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota dan
meminta aparat pengawas fungsional untuk dituangkan ke dalam berita acara untuk
melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dilaporkan kepada Gubernur/Bupati/walikota
dan penertiban yang selanjutnya pengguna dan Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh juga
kuasa pengguna barang menindaklanjuti hasil menerangkan dalan wawancaranya dengan
audit sesuai ketentuan perundangundangan. peneliti, beliau mengatakan “pemusnahan itu
Dalam tahapan ini Permendagri No.19 Tahun dilakukan apabila BMD sudah tidak mempunyai
2016 Pasal 483 juga menjelaskan bahwa nilai ekonomis lagi namun, dalam melakukan
pengelola berwenang untuk melakukan pemusnahan harus ada dasarnya dulu kenapa
pemantauan dan investigasi atas pelaksanaan BMD tersebut dimusnahkan dan harus ada
penggunaan, pemanfaatan, dan persetujuan dulu dari gubernur boleh tidak BMD
pemindahtanganan barang milik daerah, dalam ini dimusnahkan.
rangka penertiban penggunaan, pemanfaatan, dan Peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan
pemindahtanganan barang milik daerah sesuai hasil wawancara diatas bahwa DPKAD Provinsi
ketentuan yang berlaku. Aceh selaku pengelola telah melaksanakan
Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh
tugasnya dalam tahap pemusnahan sesuai dengan
melalui wawancara dengan peneliti juga
menyampaikan bahwa “pembinaan itu sendiri peraturan yang berlaku yaitu Permendagri No.19
adalah kita memberikan pemahaman, sosialisasi Tahun 2016.
ke semua SKPA yang ada tentang bagaimana 12. Pengelolaan BMD Pada SKPD yang
pengelolaan barang, kemudian penyusunan Menggunakan Pola Penggunaan Keuangan BLUD
ketentuan terkait pengelolaan barang di daerah Permendagri No.19 Tahun 2016 menjelaskan
sesuai dengan Perda yang berlaku sedangkan kalo bahwa Barang milik daerah yang digunakan oleh
pengawasan dan pengendalian misalnya ada aset-
Badan Layanan Umum Daerah merupakan
aset yang dimanfaatkan oleh pihak ketiga dalam
kekayaan daerah yang tidak dipisahkan untuk

232
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
menyelenggarakan kegiatan Badan Layanan DPKAD hanya menjelaskan sebagian peraturan
Umum Daerah yang bersangkutan. saja dari seluruh peraturan yang dijelaskan pada
Kasubid penatasusahaan aset DPKAD Aceh Permendagri No.19 Tahun 2016 dengan alasan
melalui wawancaranya dengan peneliti bahwa ini adalah peraturan baru sehingga
mengakatan bahwa “ ini seperti rumah sakit, kan DPKAD Aceh belum bisa mengerti secara
asetnya dia dibawah kewenangan pengelolaan keseluruhan. Maka dengan ini DPKAD Aceh
SKPD yang pengeloaan-pengeloaannya melalui selaku pengelola tidak dapat dikatakan sesuai
BLUD, jadi dirumah sakit itu kan ada aset- dengan Permendagri No.19 Tahun 2016 dalam
asetnya dan memang kewenangannya itu dibawah melakukan pengelolaan asetnya.
BLUD. Memang aset itu didapat dari APBA 14. Tuntutan Ganti Rugi
namun mereka punya kewenangan sendiri dalam Dalam pengeloaan aset tetap pemerintah daerah,
melakukan penglolaannya. Saya melihatnya ini tahapan tuntutan ganti rugi adalah tahapan
baru dalam Permendagri yang sekarang karna terakhir dari pengelolaan. Pada tahapan ini
pada Permendagri sebelumnya belum ada, jadi Permendagri No.19 Tahun 2016 sebagai dasar
saya belum terlalu detail dalam hal ini”. aturan dari pengelolaan aset tetap menjelaskan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti bahwa setiap kerugian daerah akibat kelalaian,
dapat menarik kesimpulan bahwa DPKAD Aceh penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas
selaku pengelola belum sepenuhnya mengerti pengelolaan barang milik daerah diselesaikan
mengenai siklus ini sehinggan bisa dikatakan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan
bahwa DPKAD aceh belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian setiap
Permendagri No.19 Tahun 2016. pihak yang mengakibatkan kerugian daerah dapat
13. Barang Milik Daerah Berupa Rumah Negara dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi
Pada Permendagri No.19 Tahun 2016 Pasal 485 pidana sesuai dengan peraturan perundang-
sampai Pasal 809 menjelaskan bahwa rumah undangan.
negara merupakan barang milik daerah yang Wawancara peneliti dengan Kasubid
diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau hunian penatausahaan aset DPKAD Aceh beliau
dan sarana pembinaan serta menunjang mengatakan “kalau tuntutan ganti rugi biasanya
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai dilakukan oleh tim inspektorat atau istilahnya
negeri sipil pemerintah daerah yang bersangkutan. aparatur pengawas internal pemerintah yang
Barang milik daerah berupa rumah negara hanya melakukannya dan sampai saat ini untuk kasus
dapat digunakan sebagai tempat tinggal pejabat yang terkait masalah pengelolaan tahap ini belum
atau pegawai negeri sipil pemerintah daerah yang ada yang bisa ditampilkan, karena ini memang
bersangkutan yang memiliki Surat Izin sangat jarang terjadi.”
Penghunian (SIP). Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti
Kasubid penatausahaan aset DPKAD Aceh dapat menarik kesimpulan bahwa DPKAD Aceh
melalui wawancaranya denagn peneliti selaku pengelola belum pernah menemui kasus
mengatakan “ini baru juga dalam Permendagri, untuk tahapan ganti rugi sehingga peneliti belum
mungkin yang dimaksud di tahap ini untuk dapat mengetahui apakah DPKAD sudah
pejabat yang sudah pensiun sehingga rumah ini mengikuti Permendagri No.19 Tahun 2016
bisa dilakukan lelang atau dijual secara khusus ataukah belum.
karena mereka pejabat negara makanya ini diatur Dalam melakukan pengelolaan aset tetap daerah,
sendiri dalam bab tersendiri”. DPKAD Aceh haruslah memililiki kelengkapan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti sumber dokumen pengelolaan aset sesuai dengan
dapat menarik kesimpulan bahwa DPKAD Aceh Permendagri No.19 Tahun 2016 seperti yang
belum sepenuhnya paham akan tahapan ini karena dijelaskan pada tabel 4.1.

233
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Tabel 4.1
Daftar Dokumen Sumber Pada Siklus Pengelolaan Aset Tetap
Dokumen Sumber berdasarkan PERMENDAGRI No. 19
No. Siklus/Tahapan Pengelolaan Aset tetap
2016
1 Perencanaan kebutuhan dan penganggaran Rencana Kebutuhan Barang Mikil Daerah (RKBMD)
RencanaKebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
(RKPBMD)
Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD)
Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah
(DKPBMD)
2 Pengadaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
3 Penggunaan SK Kepala Daerah (Gubernur)
4 Penatausahaan Daftar Barang Pengguna/Daftra Barang Kuasa Pengguna
(DBP/DBKP) Kartu Inventaris Barang (KIB) Golongan Aset
Tetap Tanah (A), Peralatan dan Mesin (B), G edung dan
Bangunan (C), Jalan, Irigasi dan Jaringan (D), Aset Tetap
Lainnya (E) dan Konstruksi dalam pengerjaan (F) Daftar
Barang Milik Daerah
Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris
Laporan Barang Semesteran dan Tahunan
Laporan Barang Milik Daerah
5 Pemanfaatan Surat Perjanjian
6 Pengamanan dan pemeliharaan Daftar kebutuhan pemeliharaan barang
KIP (pengamanan) pencatatan inventaris barang
7 Penilaian SAP
8 Penghapusan Surat Keputusan Kepala Daerah
9 Pemindahtanganan Surat Keputusan Kepala Daerah
10 Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Pembinaan : Peraturan-peraturan
Pengawasan : SK & Laporan Objek Aset Pengawasan
Pengendalian : Laporan Objek Aset Pengendalian
11 Pemusnahan Surat keputusan Kepala Daerah
12 Pengelolaan BMD pada SKPD yang Peraturan Perundang-undangan
menggunakan pola pengelolaan keuangan
BLUD
13 Barang milik daerah berupa rumah negara Surat keputusan Kepala Daerah
14 Tuntutan ganti rugi Peraturan Perundang-undangan

Tabel diatas menjelaskan dokumen-dokumen sumber melakukan pengecekan ada atau tidaknya dokumen-
apa saja yang diperlukan dalam melakukan dokumen sumber tersebut di DPKAD Aceh yang
pengelolaan aset tetap daerah sesuai dengan dituangkan dalam tabel 4.2.
Permendagri No.19 Tahun 2016. Peneliti juga

Tabel 4.2
Kelengkapan Dokumen Sumber
No Daftar Dokumen Ada (√) / Tidak (×)
1 RKBMD √
2 RKPBMD √
3 DKBMD √
4 DKPBMD √
5 DBP/DBKP √
6 KIB A, B, C, D, E dan F √
7 Daftar Barang Milik Daerah √
8 Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris √

234
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
No Daftar Dokumen Ada (√) / Tidak (×)
9 Laporan Barang Semesteran dan Tahunan (LBS dan LBT) √
10 Laporan Barang Milik Daerah √
11 Surat Perjanjian Pinjam Pakai √
12 Bukti Kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah ×
13 Daftar Hasil Pemeliharaan Barang √
14 Surat Keputusan Kepala Daerah √

Tabel diatas menjelaskan mengenai kelengkapan Mardiasmo. 2009, Akuntansi Sektor Publik. Cetakan
sumber dokumen di DPKAD Aceh. Berdasarkan hasil Keempat. Penerbit Andi, Yogyakarta.
penelitian, peneliti masih menemukan Mulalinda, Veronika. 2014. Efektifitas Penerapan
ketidaklengkapannya sumber dokumen pengelolaan Sistem dan Prosedur Akuntansi Aset Tetap pada
yang diantaranya adalah tidak adanya Bukti Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Kepemilikan atas nama Pemerintah Daerah. Hal ini Aset Daerah Kabupaten Sitaro. Universitas Sam
membuat peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Ratulangi, Manado. Jurnal EMBA ISSN: 2303-
DPKAD Aceh dalam melakukan pengelolaan aset 1174 Vol.2 No.1 Maret 2014.
tetap daerah belum lah sesuai dengan aturan yang http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/artic
berlaku yaitu Permendagri No.19 Tahun 2016. le/view/4169/3695. Diakses 08 April 2015. Hal
521-531.
5. Kesimpulan, dan saran Mustika Rasyidah.,2012. Evaluasi Penatausahaan Aset
Kesimpulan Tetap Pemerintah Kota Padang. Universitas
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Gajah Mada, Yogyakarta. Jurnal ABIS Magister
1) Aceh merupakan salah satu daerah/wilayah yang Akuntansi FEB UGM, ISSN: 2302-1500 Vol.1
memiliki asset tetap, contohnya berupa tanah, Agustus 2012.
bangunan, gedung, kendaraan bermotr dan lain http://maksi.feb.ugm.ac.id/abis/?page=detail&d
sebagainya. ocID=163. Diakses 08 April 2015. Hal 1.
2) Praktik pengelolaan aset tetap pemerintah daerah Nordiawan, Deddi. Ayuningtyas, Hertinti. 2010.
oleh DPKAD Aceh belum sepenuhnya mengikuti Akuntansi Sektor Publik. Edisi Kedua. Salemba
Permendagri No.19 Tahun 2016, seperti masih Empat, Jakarta.
adanya beberpa dokumen sumber pengelolaan Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah
asset tetap yang DPKAD Aceh tidak di miliki. Nomor 8 Tahun 2006, Tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
Saran Jakarta
Saran yang dapat diberikan adalah: Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah RI
1. Kepada peneliti selanjutnya untuk dapat No.71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
menambah bentuk proses pengeloaan aset, tidak Pemerintah, Jakarta
hanya berfokus pada aset tetap daerah saja Kementerian Dalam Negeri RI. 2013. Peraturan
2. Kepada DPKAD Aceh selaku pengelola untuk Menteri Dalam Negeri No.64 Tahun 2013
dapat melengkapi dokumen sumber terkait Tentang Penerapan Standar Akuntansi
pengeloaan aset tetap daerah. Pemerintah Berbasis Akrual Pada Pemerintah
3. Kepada pemerintah untuk lebih mempelajari dan Daerah, Jakarta.
memahami Permendagri No.19 Tahun 2016 Kementerian Dalam Negeri. 2016. Peraturan Menteri
dalam pengelolaan aset tetap daerah. Dalam Negeri No.19 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah,
Daftar Pustaka Jakarta.
Horngren, Charles T. Harrison, Walter T & Bamber, Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Linda Smith. 2009, Akuntansi, Edisi ke-6, Jilid Kualitatif Dan R&D. Alfabeta, Bandung.
1. PT Indeks, Jakarta.

235
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 4, No. 2, (2019)

 ISSN: 1978-1520
Tanjung, Abdul Hafis. 2010. Penatausahaan dan
Akuntansi Keuangan Daerah Untuk SKPD,
Edisi Kedua. Salemba Empat, Jakarta.
Yusuf, M. 2011. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah
Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Tebaik,
Cetakan Kedua. Sale

236

Anda mungkin juga menyukai