Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH PADA BPAD

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Pemenuhan Penulisan Skripsi

OLEH:

HIASINTA MEGA INDUL


NIM: 331 1703

PROGRAM STUDI AKUNTANSIKONSENTRASI KEUANGAN DAERAH


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Republik Indonesia yaitu negara hukum yang didasari oleh

Undang-Undang Dasar 1945. Seiring dengan perubahan Undang-Undang

Dasar Negara Indonesia Tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan

Daerah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan dibuat

untuk mengumpulkan semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan

kesejahteraan masyarakat daerah. Otonomi daerah memberi kebebasan

kepada daerah untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri secara

demokratis dan bertanggung jawab dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah di

perbaharui dengan undang undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014

bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Adanya kewenangan ini, pemerintah pusat tidak lagi mengurus

kewenangan daerah. Pemerintah pusat hanya berperan sebagai pengawas

dan penilai dalam pelaksanaan kewenangan masing-masing daerah. Hal ini

telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, sebagai dasar

hukum pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia.

Tentu saja pelaksanaan Otonomi Daerah, menuntut setiap

Pemerintah Daerah agar mampu memberikan upaya yang maksimal, agar

1
pelaksanaan atas kewenangan pengelolaan keuangan yang diberikan oleh

Pemerintah Pusat dapat dilaksanakan dengan sebaiknya oleh Pemerintah

Daerah sebagai upaya dalam mencapai tata kelola pemerintahan yang baik.

Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari perkembangan proses

demokratisasi di berbagai bidang. Upaya dalam membangun pemerintahan

yang baik, dalam bidang pengelolaan keuangan daerah, dilaksanakan mulai

proses perencanaan, penganggaran, penatausahaan, akuntansi pelaporan,

serta pengawasan dan evaluasi.

Barang Milik Daerah merupakan aset daerah dimana pengelolaannya

tidak hanya terhadap proses administrasinya saja, melainkan juga harus

memperhatikan efisiensi, efektifitas, dan menciptakan nilai tambah dalam

pengelolaan asset tersebut (Solihin Dadang, 2001).

Menurut Permendagri Nomor 19 tahun 2016 Pengelolaan Barang

Milik Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi Perencanaan

Kebutuhan dan Penganggaran, Pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan,

Pengamanan dan Pemeliharaan, Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan,

Penghapusan, Penatausahaan, Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian.

Permasalahan aset bagi pemerintah daerah, baik itu di Provinsi maupun di

kabupaten/kota telah menjadi tantangan utama untuk dapat di selesaikan.

Pengelolaan aset daerah secara khusus diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah yang diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun

2008, kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

2
Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah menyebutkan bahwa kerjasama pemanfaatan merupakan

pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu

tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah dan sumber

pembiayaan lainya. Kerjasama pemanfaatan di akui pada saat terjadi

perjanjian kerjasama/kemitraan yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari

aset tetap menjadi aset lainya kerjasama-pemanfaatan (KSP).

Dengan semakin berkembang dan kompleksnya pengelolaan barang

milik daerah terbit Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang kemudian ditindaklanjuti

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

BPAD merupakan salah satu instansi pemerintahan yang melakukan

penghapusan barang milik daerah.Untuk menyelenggarakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas yang sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing yang dipimpin oleh

seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

gubernur melalui sekretaris daerah, memiliki peran sesuai karakteristik

yaitu lebih bersifat administrasi penyusunan formulasi kebijakan,

bimbingan/pembinaan dan koordinasi.

Penghapusan adalah salah satu bentuk kegiatan pengelolaan Barang Milik

Daerah dalam rangka melaksanakan fungsi pelayanan publik. Dalam

3
melaksanakan pelayanan publik, pemerintah perlu didukung dengan sarana

dan prasarana termasuk barang yang kondisinya baik.

Barang yang mengalami penurunan manfaat ekonomis, rusak, dan

hilang yang hanya akan menambah biaya pemeliharaan serta memerlukan

perhatian khusus untuk menghindari penumpukan barang aset. Penghapusan

di sebabkan karena barang tersebut rusak berat, tidak layak di pakai, tidak di

manfaatkan di pindahtangankan baik melalui penjualan, hibah, tukar

menukar barang, di musnahkan atau pun sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku khususnya untuk peralatan kantor yang

mengalami penyusutan ataupun rusak, berdampak pada pada efisiensi biaya

pemeliharaan sehingga anggaran pendapatan dan belanja daerah juga dapat

di tekan dan di alihkan kepada hal-hal yang lebih mendesak dalam

kebutuhan. Alasan dilakukan nya penghapusan untuk peralatan kantor yaitu

untuk menghemat anggara

Berdasarkan data yang di peroleh peneliti yang sudah ada di

lampiran 1 serta informasi dan observasi langsung oleh peneliti di kantor

BPAD Provinsi NTT ternyata masih banyak barang-barang yang seharusnya

di hapuskan tapi tidak ada realisasi untuk melakukan penghapusan barang

milik daerah terhitung dari tahun 2015 sampai 2020 terdapat 80 jenis barang

dengan jumlah sebanyak 516 barang yang belum di hapuskan dengan masa

manfaat atau umur ekonomis selama 5 tahun serta kondisi barang dalam

keadaan rusak berat.

4
Berdasarkan fenomena yang di temukan peneliti di lapangan maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mendalam dengan judul

”ANALISIS PROSEDUR PENGHAPUSAN BARANG MILIK

DAERAH PADA BPAD PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mekanisme penghapusan barang milik daerah oleh Badan

Pendapatan Dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur ?

2. Faktor apa saja yang menyebabkan tidak terjadinya Penghapusan Barang

Milik Daerah pada Badan Pendapatan Dan Aset Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penghapusan barang milik

daerah oleh Badan Pendapatan Dan Aset DaerahProvinsi Nusa Tenggara

Timur.

2. Untuk mengetahui Kendala apa saja yang sering terjadi dalam

Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Daerah berupa mesin dan

peralatan kantor Badan Pendapatan Dan Aset Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan menjadi referensi atau rujukan dalam

5
penelitian selanjutnya tentang analisis sistem dan prosedur penghapusan

barang milik daerah padaBadan Pendapatan Dan Aset Daerah pada daerah

setempat.

2. Manfaat PraktisBagi lembaga

a) Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan terhadap

BPAD Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam proses penghapusan

barang milik daerah

b) Untuk menambah pengetahuanBadan Pendapatan Dan Aset Daerah

Nusa Tenggara Timur tentang pelaksanaan prosedur-prosedur yang

berlaku terkait tentang penghapusan barang milik daerah.

c) Untuk menambah pengetahuan Badan Pendapatan Dan Aset Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur mengenai kendala yang terjadi dalam

penghapusan barang milik daerah.

3. Bagi peneliti dan pembaca

a) Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai prosedur-prosedur

pelaksanaan penghapusan barang milik daerah pada Badan Pendapatan

Dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

b) Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kendala yang terjadi

dalam peaksanaan penghapusan barang milik daerah pada Badan

Pendapatan Dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

c) Untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai prosedur-prosedur

pelaksanaan penghapusan barang milik daerah pada Badan Pendapatan

Dan Aset DaerahProvinsi Nusa Tenggara Timur

6
d) Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang kendala yang terjadi

dalam pelaksanaan penghapusan barang milik daerah pada Badan

Pendapatan Dan Aset Daerah

e) Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi akuntansi untuk

Diajukan Sebagai Salah SatuSyarat Pemenuhan Penulisan Skripsi

Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Katolik Widya Mandira

Kupang 2021

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintah Daerah

Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 2 adalah sebagai

berikut “Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.” Dengan demikian penyelenggara pemerintah daerah terdiri dari

Pemerintahan Daerah dan DPRD.

Pemerintahan Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Sedangkan DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah. Melalui sistem pemerintahan daerah,

pemerintahan daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus

urusan-urusan yang diserahkan kepadanya dalam Pasal 13 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014.

2.2 Aset Daerah/Barang Milik Daerah

Menurut Doli D. Siregar (2004:178) Pengertian Aset secara umum

adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai

ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai

8
tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau

individu (Perorangan).

Dalam PSAP 01 Paragraf 1 PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah juga di jelaskan bahwa pengertian Aset adalah

sumber daya ekonomi yang di kuasai dan dimiliki oleh Pemerintah sebagai

akibat dari peristiwa masa lalu dan dari masa manfaat ekonomi dan sosial di

masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintahan maupun

masyarakat, serta dapat di ukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya

non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat

umum dan sumber-sumber daya yang di pelihara karena alasan sejarah dan

budaya.

Aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang

terdiri dari benda tidak bergerak (tanah dan atau bangunan) dan barang

bergerak, baik berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud

(intangible), yang tercakup dalam aktiva/ke kayaan atau harta kekayaan dari

suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 yang dimaksud

Barang Milik Daerah adalah semua barang yang di beli atau diperoleh atas

beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yangsah.

Menurut Drs. Nurlan Darise,Ak.,M.Si dalam buku lainnyabuku

pengelolaan keuangan pada satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

(2008:240-241)

9
Aset diklasifikasikan kedalam aset lancar dan non lancar, Aset lancar

meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan persediaan,

pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga)

sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjual belikan,

pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda penjualan

angsuran, Tuntutan ganti rugi dan piutang lainnya yang diharapkan diterima

dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan serta Persediaan

mencakup atau perlengkapan yang dibeli dan di simpan untuk digunakan.

Sedangkan aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan

aset tak berwujud yang digunakan baik lansung maupun tidak lansung untuk

kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset non

lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap,

cadangan dan aset lainnya.

Menurut Mahmudi (2010:146) Aset Daerah adalah semua kekayaan

daerah yang dimiliki maupun dikuasai pemerintah daerah, yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah,

misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban

pihak ketiga, dan sebagainya.

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 12 Tahun

2018 Tentang pengelolaan barang milik daerah bahwa untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 511 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016

Tentang pengelolaan barang milik daerah, perlu menetapkan Peraturan

Daerah tentang Pengeloaan Barang milik daerah.

10
Sedangkan berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) dan ayat (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah menjelaskan bahwasanya Barang Milik Negara/Daerah

meliputi barang yang di beli atau diperoleh atas badan APBN/APBD.

Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu dari hibah,

sumbangan, dari perjanjian / kontrak diperoleh dari ketentuan undang-

undang atau barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap.Dan menurut Pasal 1 Ayat (1) dan

Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 ini yang dimaksud

dengan Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas

beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Adapun Ruang

Lingkup Barang Milik Negara/Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 27

Tahun 2014 meliputi :

a) Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD

b) Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu

1) Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis

2) Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

3) Barang yang diperoleh sebagai berdasarkan ketentuan undang-

undang.

4) Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

11
2.2.1 Manajemen Aset/Pengelolaan Barang Milik Daerah

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 12 Tahun

2018 Tentang pengelolaan barang milik daerah Bab 1 Pasal 1 menjelaskan

bahwa Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah rangkaian kegiatan dan

tindakan terhadap Barang Milik Daerah yang meliputi perencanaan

kebutuhan dan penganggaran, penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian.

Menurut Doli D. Siregar (2004 : 518) Manajemen aset merupakan

salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya berkembang dan

populer di masyarakat. Manajemen aset sendiri dapat dibagi dalam lima

tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit penilaian aset, optimalisasi

aset dan pengembangan SIMA (sistem informasi manajemen aset). Kelima

tahapan kerja ini saling berhubungan dan terintegrasi. Hal ini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Inventarisasi Aset Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu

inventarisasi fisik dan yuridis/legal.Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas,

lokasi, volume/jumlah, jenis alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek

yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas

akhir penguasaan dan lain-lain. Proses Kerja yang dilakukan adalah

pendataan, koodifikasi/labeling, pengelompokan dan

pembukuan/administrasi sesuai dengan manajemen aset.

2. Legal Audit Legal audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset

yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur

12
penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas

permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai

permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan

aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak

penguasa yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset

yang tidak termonitor, dan lain-lain.

3. Penilaian Aset Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk

melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan

oleh konsultan penilaian yang indenpenden. Hasil dari nilai tersebut

akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun

informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi Aset Optimalisasi Aset merupakan proses kerja dalam

manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik,

lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset

tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai Pemda diidentifikasi

dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dapat

dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi

tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik dalam

jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria

untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan transparan. Sedangkan

aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya.

Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah

ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi

13
yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset

yang dikuasai.

5. Pengawasan dan Pengendalian Pengawasan dan Pengendalian

pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan satu permasalahan yang

sering menjadi hujatan kepada Pemda saat ini. Satu sarana yang efektif

untuk meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA.

Melalui SIMA, transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat

terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan

pengendalian yang lemah.Dalam SIMA ini kelima aspek itu

diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengaawasan

dan pengendalian. Sehingga setiap penanganan terhadap satu aset,

termonitor jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang

bertanggung jawab menanganinya.

2.2.2 Aset Tetap

Aset tetap adalah sumber daya yang memiliki 4 (empat) karakteristik

yaitu: (1) berujud dan memiliki ujud (bentuk atau ukuran tertentu), (2)

digunakan dalam operasi perusahaan, (3) mempunyai masa manfaat jagka

panjang, dan (4) tidak dimaksudkan untuk diperjual-belikan. Aset

semacam ini biasanya memiliki masa pemaikaian yang lama dan

diharapkan dapat memberi manfaat dan diharapkan dapat memberikan

manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan

aset tetap umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat

yang diberikan oleh tahah.

14
Aset perusahaan yang relatif jangka panjang dan permanen

seperti tanah, kendaraan, gudang dan peralatan. Tidak ada aturan standar

yang menyangkut usia minimum yang diperlikan bagi suatu aset agar

dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap. Banyak definisi tentang aset tetap

menurut beberapa ahli, antara lain menurut:

1. Menurut Warren (2005:492) mengemukakan bahwa “Aktiva tetap

sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen,

yang dapat di sebut juga dengan aktiva berwujud (tangile asset)”.

2. Menurut Harahap (2007 : 20) mengemukakan bahwa “Aktuva tetap

adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan digunakan

secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa

perusahaan”

3. Menurut PSAK (IAI, 2015 : 16.1-16.2) pengertian aset tetap adalah :

“Aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau

untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama

lebih dari satu periode.”

4. Akuntansi aset tetap diatur dalam PSAP Nomor 07 dan Buletin Teknis

Nomor 9 Standar Akuntansi Pemerintahan. Definisi aset tetap menurut

PSAP 07 Paragraf 4 adalah aset berwujud yang mempunyai masa

manfaat lebih dari 12 ( Dua belas ) bulan untuk di gunakan dalam

kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. PSAP

07 mengatur kriteria suatu aset diakui sebagai aset tetap yaitu :

15
a. Berwujud

b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

c. Biaya perolehan aset dapat di ukur secara andal

d. Tidak di maksudkan untuk dijual

e. Diperoleh atau di bangun dengan maksud untuk digunakan

Selanjutnya, dalam paragraf 7 dinyatakan bahwa yang tidak termasuk

dalam aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk di komsumsi dalam

operasipemerintahan,seperti bahan (materials) dan perlengkapan

(supplies). (Abdul Hafiz Tanjung, 2009).

2.2.3 Klasifikasi Aset Tetap

Klasifikasi aset tetap menurut paragraph 7 dalam PSAP Nomor 07

adalah sebagai berikut :

a. Tanah

Tanah yang dikelompokan sebagai aset tetap ialah tanah yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai

b. Peralatan Dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan

bermotor, alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya

yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua

belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai

c. Gedung Dan Bangungan

Gedung Dan Bangungan mencakup seluruh gedung dan bangunan

16
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan

operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai

d. Jalan, Irigasi Dan Jaringan

Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan

yang dibangun oleh pemerintah daerah serta dimiliki dan/atau

dikuasi oleh pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.

e. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat

dikelompokan kedalam kelompok aset tetap diatas, yang diperoleh

dan dimanfaatkan kegiatan operasional pemerintah daerah dan

dalam kondisi siap dipakai

f. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang

dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan

belum selesai seluruhnya

2.2.4 Pengakuan Aset Tetap

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintah aset tetap dapat diakui saat manfaat ekonomi

masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal.

Pengakuan aset tetap sangat andal bila aset tetap telah diterima atau

diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasanya

berpindah.

17
Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara

hokum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang

diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan

proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya diinstansi

berwenang, maka aset teta tersebut harus diakui pada saat terdapat

bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah,

misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan terhadap setifikat

tanah atas nama pemilik sebelumnya

Untuk dapat dikui sebagai aset tetap harus dipenuhi Kriteria sebagai

berikut:

a. Berwujud

b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

c. Biaya peroleha aset dapat diukur secara handal

d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi norma entitas

e. Di peroleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

f. Merupakan objek pemeliharaan atau memerlukan biaya atau

ongkos untuk dipelihara

g. Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk

pembeliaan barang tersebut memenuhi batasan minimal

kapitalisasi aset tetap yang telah di tetapkan.

Pengakuan untuk masing-masing golongan aset tetap berwujud yang

dimiliki mencakupi :

18
a. Pengakuan Tanah

Tanah dapat diakui sebagai aset apabila tanah yang diperoleh

untuk digunakan dalam kondisi yang siap pakai oleh pemerintah

b. Pengakuan Peralatan Dan Mesin

Peralatan lainya yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas)

bulan dalam waktu yang sudah ditentukan peralatan ini harus

sudah siap digunakan. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin

dan kendaraan bermotor, alat elektronik dan investasi kantor. Ada

beberapa cara untuk memperoleh peralatan cara tersebut dapat

melalui pembelian, pembangunan, atau pertukaran aset, donasi,

dan lainnya.

c. Pengakuan Gedung Dan Bangunan

Gedung dan bangunan sama halnya dengan dengan pengakuan

tanah dapat diakui sebagai aset tetap apabila gedung yang

diperoleh untuk dipakai dalam operasional pemerintah dan dalam

kondisi siap pakai.

d. Pengakuan Jalan, Irigasi Dan Jaringan

Jalan, irigasi dan jaringan diakui pada saat hal tersebut telah

diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau kepada hak

kuasa telah berpindah dan sudah siap dipakai, jika suatu entitas

memperoleh biaya perolehan dalam kondisi yang normal, maka

biaya tersebut tidak untuk di jual belikan pada pihak lain.

19
e. Pengakuan Aset Tetap Lainya

Aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan tapi dapat diperoleh

untuk kegiatan pemerintahan. Dalam pemerintahan pengakuan aset

ini sangat diperlukan sebab dapat membantu proses kerja.

f. Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan

Pada satu pemerintahan banyak kegiatan yang harus diselesaikan,

dari faktor tersebut memaksakan pihak pemerintah untuk

memberikan pekerjaan tersebut pada pihak ketiga dengan tujuan

pemerintah dapat menyelesaikan tugas lainya. Tetapi pekerjaan

tersebut harus didasari dengan perjanjian yang akan diselesaikan

lebih dari satu tahun anggaran. Dan untuk menunjang dan

memastikan pekerjaan tersebut pemerintah harus membayar sesuai

denga pekerjaan yang dilakukan.

Pengakuan untuk masing-masing golongan aset tetap tidakk berwujud yang

dimiliki mencakup :

a. Hak Paten

Merupakan aturan yang diberikan pemerintah untuk mengutuskan suatu

aset agar aset tersebut tidak bisa diakui oleh pihak lain yang ingin

mengambil alih suatu aset yang didasari oleh hokum yang berlaku

b. Surat Berharga

Merupakan surat yang disahkan oileh hokum sehingga aset tersebut

tidak bisa diakui pihak lainnya yang ingin mengambil alih

20
c. Merk Dagang

Merupakan nama produk yang sudah dihak patenkan oleh pemerintah

didasarkan hokum yang berlaku

d. Goodwill

Merupakan aktiva perusahaan untuk membeli perusahaan lain yang

diperoleh dari nilai pasar aset bersih.

2.2.5 Pengukuran Aset Tetap

Aset tetap dinilai denga biaya perolehan. Apabila penilaian aset

tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan

maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada aset perolehan.

Dalam keadaan suatu aset yang di konstruksi atau dibangu

sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya yang dapat

diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk

perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan

dalam proses konstruksi.

Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola

meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahann baku, dan biaya

tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,

perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainya

yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah

sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut di peroleh.

21
Pengukuran aset tetap harus memperhatikan kebijakan tentang

ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika nilai

perolehan aset tetap dibawa nilai satuan minimum satuan kapitalisasi

maka atas aset tetap tersebut tidak dapat diakui dan disajikan sebagai

aset tetap. Aset-aset tersebut diperlakukan sebagai persediaan atau aset

lainya.

2.3 Pengertian Analisis

Analisis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu Analusis berarti kembali

dan luein berarti melepas, atau dengan kata lain analusis berarti

melepaskan. Analisa atau analisis adalah suatu usaha dalam mengamati

secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan

komponen-komponen pembentuknya atau menyusun kompoen tersebut

untuk mengkaji lebih lanjut.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia analisis adalah mengurai suatu

pokok atas berbagai bagianya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta

hubungan antara bagian untuk mencapai pengertian yang sesuai dan

pemahaman arti keseluruhan.

Menurut Satori dan Komariyah (2014 : 200) analisis adalah suatu usaha

untuk mengurangi suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian

sehingga susunan/tatanan bentuk suatu yang diurai itu tampak dengan jelas

dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau lebih

jernih dimengerti duduk perkaranya.

22
Menurut Harahap (2009 : 207) analisis adalah memecahkan atau

menguraikan Sesutu unit menjadi berbagai unit terkecil.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu pokok menjadi

bagian-bagian atau komponen sehingga akan dapat diketahui ciri atau

tanda tiap bagian, kemudian hubungan satu sama lain serta fungsi masing-

masing bagian dari keseluruhan.

2.4 Pengertian Prosedur

Menurut Fauji dalam kamus akuntansi Praktis (1995: 214) “ Prosedur

adalah urutan-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam

satu bagian atau lebih yang di susun untuk menjamin adanya perlakuan

yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi”.

Menurut Rasto (2015:49) “ Prosedur adalah seperangkat tindakan

yang di tetapkan atau kejadian yang harus berlaku atau berlangsung untuk

mencapai hasil tertentu”.

Menurut Ida Nuraida (2008:35), Prosedur merupakan langkah-

langkah yang saling berurutan dari setiap pelaksanaan pekerjaan termasuk

apa yang dikerjakan atau dilakukan, dimana pekerjaan dilaksanakan, siapa

yang melaksanakan tersebut, dan bagaimana pekerjaan tersebut

dilaksanakan.

Pengertian Prosedur menurut Mulyadi (2016:4), Prosedur adalah

suatu langkah-langkah yang berurutan dan sistematis, melibatkan beberapa

orang dalam bagian dapartemen atau bahkan lebih, serta tersusun

23
menjamin penanganan dengan seragam mengenai berbagai transaksi

perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.

Berdasarkan pengertian prosedur dari beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa prosedur merupakan serangkaian tahapan-tahapan atau

langkah yang berurutan dan saling berhubungan dan dilaksanakan

berdasarkan aturan yang berlaku agar seluruh aktivitas dapat berjalan

dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.

2.5 Penghapusan dan Pemusnahan Barang Milik Daerah

2.5.1 Definisi Penghapusan Dan Pemusnahan Barang Milik Daerah

Penghapusan menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 dan

peraturan menteri dalam Negeri Nomor 17 tahun 2006 yang telah di

perbaharui dengan peraturan dalam negri nomor 19 tahun 2016 bahwa

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar

barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk

membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna

Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada

dalam penguasaannya.

Menurut Pasal 1 Angka 23 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

pemusnahan adalah tindakan memusnakan fisik dan/atau keguanaan barang

milik Negara/Daerah.

Berdasarkan ketentuan tersebut, penghapusan merupakan bagian dari siklus

pengelolaan barang milik daerah dengan maksud dan tujuan untuk

membebaskan pengurus barang milik daerah dari pertanggungjawaban

24
administratif dan fisik barang yang berada dalam penguasaannya atau dengan

kata lain, penghapusan merupakan proses terakhir perjalanan hidup barang

milik daerah.(Sumini Dan Oktavia Ester,2010).

Dalam proses penghapusan Barang Milik Daerah (BMD) telah diatur dasar

penghapusannya, berdasarakan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19

(2016: 252) menyatakan bahwa dasar-dasar penghapusan BMD adalah sebagai

berikut: Barang milik daerah sudah tidak ada berada dalam penguasaan

pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang

disebabkan karena :

a. Penyerahan barang milik daerah Pengalihan status penggunaan barang

milik daerah

b. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah.

c. Pemindahtanganan atas barang milik.

d. Putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan sudah

tidak ada upaya hukum lainnya.

e. Menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Pemusnahan.

g. Sebab lain

Penghapusan barang tersebut dilaksanakan berdasarkan pada keputusan

pengelola dalam hal ini atas nama Kepala Daerah untuk Barang Milik

Daerah. Hal tersebut dimaksudkan bahwa barang-barang yang berada

dalam penguasaan suatu instansi sudah tidak berada dalam penguasaan

Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna dan dengan keputusan Kepala

25
Pemerintahan terkait bahwa barang tersebut sudah beralih kepemilikannya.

Serta penghapusan juga termasuk dalam mekanisme pengurangan nilai

atau jumlah aset tetap yang digunakan dan di lepaskan. Penghapusan dapat

menjadi salah satu solusi untuk efisiensi anggaran, dalam hal dilakukan

terhadap barang yang tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasional

kantor dan hanya membebani biaya pemeliharaan. Namun, dalam

pelaksanaannya masih dijumpai kondisi dimana penghapusan dilakukan

tidak sesuai ketentuan yang berlaku, antara lain: pengajuan penghapusan

terhadap barang milik daerah yang masih layak pakai, barang milik daerah

yang telah berpindah tangan, dicuri, terbakar, namun belum diajukan

penghapusan, dan lain-lain.

2.5.2 Pelaksanaan Pemusnahan Barang Milik Daerah Menurut


PermendagriNomor 19 tahun 2016 pasal 421/422/423.

Pemusnahan barang milik daerah dilakukan apabila:

1. Tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak

dapat dipindahtangankan; atau

2. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

a) Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah

mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk barang

milik daerah pada Pengguna Barang.

b) Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah

mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk barang

milik daerah pada Pengelola Barang.

26
c) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan (2) dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 423 Pemusnahan dilakukan dengan cara:

a. Dibakar;

b. Dihancurkan;

c. Ditimbun;

d. Ditenggelamkan; atau

e. Cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

2.5.3 Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Daerah Permendagri Nomor


19 Tahun 2016 Penghapusan Meliputi :

Pasal 431

1. penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang

Kuasa Pengguna

2. penghapusan dari Daftar Barang Pengelola; dan

3. penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.

Pasal 432

1. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang

Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 431 huruf a,

dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah tidak berada dalam

penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang.

2. Penghapusan dari Daftar Barang Pengelola sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 431 huruf b, dilakukan dalam hal barang milik daerah

27
sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola Barang.

3. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerahsebagaimana

dimaksud dalam Pasal 431 huruf c dilakukan dalam hal terjadi

penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

disebabkan karena:

a. pemindahtanganan atas barang milik daerah;

b. putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan

sudah tidak ada upaya hukum lainnya;

c. menjalankan ketentuan undang-undang;

d. pemusnahan

e. sebab lain.

Pasal 433

1. Barang milik daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola

Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang

disebabkan karena:

a. penyerahan barang milik daerah;

b. pengalihan status penggunaan barang milik daerah;

c. pemindahtanganan atas barang milik;

d. putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan

sudah tidak ada upaya hukum lainnya;

e. menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan;

f. pemusnahan; atau g. sebab lain.

28
2. Sebab lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g. merupakan

sebabsebab yang secara normal dipertimbangkan wajar menjadi

penyebab penghapusan, seperti, hilang karena kecurian, terbakar,

susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati, dan sebagai akibat dari

keadaan kahar (force majeure).

Pasal 434

1. Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 433 ayat (1) untuk

barang milik daerah pada Pengguna Barang dilakukan dengan

menerbitkan keputusan penghapusan oleh Pengelola Barang setelah

mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.

2. Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 433ayat (1) untuk

barang milik daerah pada Pengelola Barang dilakukan dengan

menerbitkan keputusan penghapusan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

3. Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan penghapusan

Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah untuk barang milik daerah yang dihapuskan karena:

a. pengalihan status penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

54 sampai dengan Pasal 60;

b. pemindahtanganan; atau

c. pemusnahan.

4. Gubernur/Bupati/Walikota dapat mendelegasikan persetujuan

penghapusan barang milik daerah berupa barang persediaan kepada

Pengelola Barang untuk Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar

29
Barang Kuasa Pengguna.

5. Pelaksanaan atas penghapusan barang milik daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) dilaporkan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 12

Tahun 2018 Tentang pengelolaan barang milik daerah Bab X11 Pasal 61

menjelaskan bahwa Penghapusan Barang Milik Daerah Meliputi :

a. Penghapusan dari daftar dari daftar barang pengguna dan/atau daftar

barang kuasa pengguna

b. Penghapusan dari daftar barang pengelola

c. Penghapusan dari daftar pengguna barang milik daerah

2.5.4 Dasar Penghapusan

a. Barang Tidak Bergerak :

1. Rusak berat, terkena bencana

2. Tidak dapat digunakan secara optimal

3. Terkena planologi ( perencanaan pembangunan ) kota

4. Kebutuhan organisasi.

5. Penyatuan lokasi dalam rangka efisiensi.

b. Barang Bergerak

Pertimbangan Teknis :

1. Secara fisisk tidak dapat digunakan

2. Akibat mordinisasi

3. Telah melampaui batas waktu

30
4. Megalami perubahan dasar spesifikasi

5. Selisih akibat penggunaan.

c. Pertimbangan Ekonomi :

1. Jumlah berlebih

2. Secara ekonomis lebih untung apabila dihapus.

d. Karena Hilang ;

1. Kesalahan kelalaian bendaharawan barang/pemegang barang

2. Mati bagi tanaman/hewan ternak

3. karena kecelakaan atau alasaan tidak terduga ( force majeure )

2.5.5 Proses Penghapusan Barang Milik Daerah

Kepala Daerah membentuk Panitia Penghapusan Barang Milik Daerah

1. Panitia penghapusan Barang Milik Daerah yang susunan personilnya

terdiri dari unsur teknis terkait Panitia penghapus Meneliti

2. Barang yang rusak, dokumen kepemilikan, administrasi, penggunaan,

pembiayaan, pemeliharaan/perbaiakan maupun data laiannya yang

dipandang perlu

3. Dituang dalam Berita Acara dengan melampirkan data kerusakan,

laporan hilang dari kepolisian, surat keterangan sebab kematian dan

lainlain.

Pengelola mengajukan permohonan persetujuan kepada Kepala Daerah

1. Mengenai rencana penghapusan barang dimaksud dengan

melampirkan Berita Acara hasil penelitian Panitia Penghapusan

Pelaksanaan Penghapusan

31
2. Mendapat persetujuan Kepala Daerah, penghapusan ditetapkan

dengan SK Pengelolaan Kepala Daerah, menetapkan cara

penghapusan : lelang dan/atau disumbangkan /dihibahkan atau

dimusnahkan

3. Apa bila Lelang Terbatas, Kepala Daerah membentuk Panitia

Pelelangan Terbatas

Penghapusan Barang Milik Daerah dilakukan dalam hal barang tersebut

sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang (Mutasi).

Penghapusan Barang Milik Daerah dilakukan dalam hal barang tersebut

sudah tidak berada pada daftar Barang Daerah. Penghapusan barang Dearah

dengan tindak lanjut pemusnahan dilakukan apabila barang dimaksud :

1. Tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan dan tidak dapat

dipindahtanggan kan.

2. Alasan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan Penghapusan KhususPenghapusan gedung milik Daerah

yang harus segera dibagun kembali (rehab total) sesuai dengan peruntukan

semula serta yang sifatnya mendesak dan membahayakan, penghapusan nya

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah Dalam keadaan bangunan yang

membahayakan keselamatan jiwa dapat dilakukan pembongkaran terlebih

dahulu sambil menunggu Keputusan kepala Daerah.

Alasan Penghapusan Khusus Rusak Berat yang disebabkan oleh kondisi

konstruksi bangunan gedung sangat membahayakan keselamatan jiwa dan

mengakibatkan robohnya bagunan gedung tersebut. Rusak berat

32
yang disebabkan oleh bencana alam seperti: gempa bumi, banjir angin topan,

kebakaran dan yang sejenis.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu merupaan salah satu referensi dasar ketika

melaksanakan sebuah penelitian. Karena penelitia terdahulu memiliki funsi

untuk memperluas dan memperdalam teori yang akan dipakai dalam kajian

penelitian yang akan dilakukan.

Dari penelitian terdahulu peneliti mengangkat beberapa penelitian

sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian. Berikut

beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti.

Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Metode Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
`1 Dian Analisis Deskriptif  Pelaksanaan
Praharani Sistem Kualitatif penghapusan Barang
ngtyas Pengelolaan Milik Daerah di
Tentang UPTD BLK
Penghapusan Wonogiri tersebut
Barang Milik sudah sesuai dengan
Daerah Di Peraturan Menteri
Uptd Balai Dalam Negeri Nomor
Latihan Kerja 17 Tahun 2007
Dinas Tenaga tentang Pedoman
Kerja Teknis Pengelolaan
Kabupaten Barang Milik Daerah.
Wonogiri  Usulan penghapusan
Tahun 2018 tidak ditindaklanjuti
dan menyebabkan
keterlambatan
pengiriman usulan

33
penghapusan karena
pergantian
kepengurusan pada
Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Wonogiri.
 Ditemukan barang
yang tidak jelas asal
usulnya sehingga
menghambat proses
penghapusan.
 Barang yang
diusulkan
penghapusan ada
didalam Daftar
Barang Milik Daerah
tetapi tidak ada
wujud atau fisik atas
barang tersebut
dikarenakan hilang
atau merupakan
barang habis pakai.
2 Dwika Pelaksanaan Deskriptif  Berdasarkan hasil
Wulandar Penghapusan Kualitatif penelitian tersebut,
i Aset/ Barang dapat disimpulkan
Milik Daerah bahwa Penghapusan
Di Sekretariat Barang Milik Daerah
Daerah di Sekretariat Daerah
Provinsi Riau Provinsi Riau belum
Tahun 2017 dapat terlaksana.
Sekretariat Daerah
Provinsi Riau sampai
saat ini belum pernah
melaksanakan
penghapusan karena
terhambat di dalam
proses Penilaian
Barang Milik Daerah,
sementara itu kondisi
gudang penyimpanan
sudah kelebihan
kapasitas.
 Proses penghapusan
tersebut terkendala
pada proses penilaian
karena tim penilai
yang disewa oleh

34
BPKAD yaitu DJKN
dan KJPP tersebut
belum mengeluarkan
laporan penilaian
Barang Milik Daerah
Provinsi Riau.
3. Putu Implementasi Deskriptif Berkaitan dengan riset
Wawan Penghapusan Kualitatif ini, kesimpulan yang
Martina, Barang Milik diperoleh peneliti
Titiek Daerah Rusak yaitu Pelaksanaan
Herwanti, Berat Pada penghapusan BMD
& Pemerintah rusak berat pada
Hermanto Kota Pemerintah Kota
Mataram Mataram dengan
jumlah sebanyak
8.241 item barang
senilai Rp.
36.624.708.803,49
belum dapat
diselesaikan secara
tuntas dan masih
dalam tahapan uji
fisik. Proses
penghapusan BMD
merupakan tahapan
terakhir dari proses
pemindahtangan
BMD atau proses
pemusnahan BMD
sebagai satu
rangkaian proses.
Tahapan-tahapan
yang dilakukan sudah
selaras dengan
tahapan-tahapan yang
diatur melalui
Permendagri Nomor
19 Tahun 2016,
namun
pelaksanaannya
masih dipusatkan
pada BPKAD Kota
Mataram sehingga
tahapan uji fisiknya
memerlukan waktu
yang lama karena

35
dilakukan atas
seluruh usulan
penghapusan BMD
rusak berat pada
semua SKPD pada
Pemerintah Kota
Mataram. Secara
umum permasalahan
utama yang dihadapi
adalah
ketidaklengkapan
dokumen
kepemilikan/
perolehan dan
ketidakjelasan fisik
dari BMD yang
diusulkan untuk
dihapuskan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 membuat aturan

yang dikeluarkan oleh menteri sebagai pedoman dalam pelaksanaan

pengelolaan aset tetap dan penghapusan asset yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah untuk memajukan efisiensi, efektifitas dan menciptakan

nilai tambah dalam mengelola aset tetap atau Barang Milik Daerah.

Teori kepatuhan diterapkan pada pemerintah yang dimana pemerintah dalam

menjalankan suatu Undang-Undang mengenai pengelolaan aset tetap sampai

dengan pengelolaan keuangan, harus melihat pada regulasi yang ada maka

kemungkinan pemerintah akan mewujudkan pemerintah yang baik

Dengan konsep tersebut pemerintah Kabupaten, Provinsi, dan kota dalam

mengelolah Aset Tetap/ Barang Milik Daerah maupun pada penghapusannya

seharusnya pada peraturan yang telah ditetapkan.

36
Dari penjelasan serta hasil penelitian terdahulu maka secara sederhana

Kerangka pemikiran dapat di gambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1.
Skema Kerangka Pemikiran

Badan Pendapatan Dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016

Aset Tetap

Pengelolaan Aset Tetap:


Perencanaan kebutuhan
Dan penganggaran
Pengadaan
Penggunaan
Pemanfaatan
Pengamanan dan
Pemeliharan
Penilaian
Pemindahantanganan
Pemusnahan
Penghapusan
Penatausahaan
Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian

Analisis Mekanisme
Penghapusan BMD

37
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Pendapatan Dan Aset Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama

6 bulan terhitung dari bulan januari sampai juni 2022

3.2 Jenis Data Penelitian

3.2.1 Jenis Data Menurut Sifat

Jenis data menurut sifat:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan,

uraian dan penjelasan yang berhubungan dengan penelitian ini berupa

penjelasan dari hasil wawancara dengan kepala bagian aset dan

beberapa staf kantor mengenai prosedur penghapusan barang milik

daerah dan faktor-faktor yang menghambat prosedur penghapusan.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka dan

dapat diukur ukurannya yang berhubungan dengan penelitian ini

berupa data laporan aset tetap.

3.2.2 Jenis Data Menurut Sumber

a. Data Primer adalah data yang di dapatkan secara langsung oleh peneliti

melalui wawancara secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait pada

Kantor Badan Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

38
seperti kepala bagian aset dan beberapa staf kantor mengenai kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan penghapusan dan daftar barang yang belum di

hapuskan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang di peroleh dan di kumpulkan peneliti dari

sumber yang telah ada. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data

dari kantor Badan Pendapatan dan Aset Daerah yaitu data-data gambaran

umum Kantor BPAD.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011) bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan dataPenelitian pada intinya

yaitu bertujuan untuk mendapatkan data yang sesuai serta dapat memenuhi

standard data yang ditetapkan.Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi lapangan serta kebutuhan

dalam pengumpulan data.

1. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang utama

dalam mengkaji suatu situasi yang dijadikan sebagai objek penelitian.

Menurut Ngalim Purwanto (Basrowi dan Suwandi, 2008) observasi

ialah metode atau cara- caramenganalisis dan mengadakan pencatatan

secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung’. Dalam hal ini,

39
peneliti membuat catatan khusus berupa kata-kata kunci, pokok-pokok

isi pembicaraan atau pengamatan, gambaran dan lain-lain tentang

segala sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar dan dialami selama

penelitian berlangsung.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada kepala bagian aset dan

beberapa staf kantor BPAD Provinsi Nusa Tenggara Timur sehingga

dapat memberikan data dan informasi yang tepat dan jelas berkaitan

dengan proses penghapusan BMD serta daftar barang yang belum

dihapuskan.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Mendefinisikan secara operasional tentang hal-hal yang terkait

dalam judul penelitian ini, diantaranya:

1. Prosedur merupakan serangkaian tahapan-tahapan atau langkah yang

berurutan dan saling berhubungan dan dilaksanakan berdasarkan

aturan yang berlaku agar seluruh aktivitas dapat berjalan dengan baik

dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai

2. Penghapusan Barang Milik Daerah adalah tindakan menghapus barang

milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari

pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang,

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung

jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam

penguasaannya.

40
3. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih

dari 12 ( Dua belas ) bulan untuk di gunakan, atau dimaksud untuk

digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau manfaatkan oleh

masyarakat umum.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis penelitian deskriptif kualitatif dimana untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Sugiyono (2014:22) dan Afrizal (2016:13) menyatakan

bahwa penelitian penelitian kualitatif adalah metode penelitian ilmu-ilmu

sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan

maupun tulisan). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kualitatif yang merupakan kumpulan dari data non angka, yang

bentuknya informasi baik lisan maupun tulisan, seperti gambaran umum,

struktur organisasi, pembagian tugas dan fungsi, serta prosedur

penghapusan Barang Milik Daerah pada BPAD Provinsi NTT.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah kegiatan mencari data di lapangan yang akan

digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berkaitan dengan

41
pelaksanaan penghapusan BMD serta faktor-faktor penghambat dalam

pelaksanaan penghapusan pada kantor BPAD Provinsi NTT.

2. Reduksi Data

Reduksi data berupa ringkasan-ringkasan yang telah didapat dan

dianggap penting. Dengan dibuatnya reduksi data ini maka akan

menjadi terpusat dengan hal-hal yang penting terkait dengan

penelitian.

3. Penyajian Data

Penyajian data berupa pemaparan data dengan singkat dan jelas untuk

menyatukann semua informasi yang di butuhkan serta mengolah

kembali data yang telah didapat peneliti dalam hal ini berupa daftar

BMD yang belum di hapuskan dengan cara menghitung jumlah barang

yang belum dihapuskan dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan. setelah semua data didapat

dan disajikan, permasalahan dapat dimengerti atau dipahami dan

kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari dari

penelitian.

42
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hafiz Tanjung. 2009 Penatausahaan Dan Akuntansi Keuangan Daerah


Untuk SKPD Buku 1 Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta

Al. Haryono Jusup. 2014 Dasar-dasar Akuntansi. jilid 2 Edisi 7. Yogyakarta

Dwi Ratmono dan Mahfud Sholihin Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis


Akrual. Buku edisi ke 2. Semarang/Jogjakarta

Yuswandi A. Temenggung. 2014 Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Daerah.


Modul 2

Yuswandi A. Temenggung. 2014 Paparan Modul Akuntansi Berbasis Akrual


Pada Pemerintahan Daerah

Aziz, K.F. (2015). Evaluasi Implementasi Penghapusan Aset Tetap Studi Pada
Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul. Tesis. Universitas Gadjah
Mada.

Bashori, suwandi.(2008). Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta; Rineka Cipta


Joko Dwi Santosa. 2014 Lebih Memahami S.O.P (Standard Operating
Procedure). Kata Pena. Surabaya

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 324 Tahun 2002 Tentang
Petunjuk Pengadaan, Penggunaan Dan Pemeliharaan Inventaris
Kendaraan Bermotor Dinas Operasional.

Dian Praharaningtyas(2018). Analisis Sistem Pengelolaan Penghapusan Barang


Milik Daerah Di Uptd Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja
Wanogiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Swasta Mandiri Surakarta.
Dwika Wulandari (2017) Pelaksanaan Penghapusan Aset/Barang Milik Daerah
Provinsi RiauUniversitas Riau.

Putu Wawan Martina, Titiek Herwanti dan Hermanto Implementasi Penghapusan


Barang Milik Daerah Rusak Berat Pada Pemerintah Kota
MataramUniversitas Mataram, Indonesia.

Hamdani. (2015). Kesiapan Pemda dan BLUD Dalam Implementasi Akuntansi


Berbasis Akrual dan Evaluasi. Diakses dari
http://keuda.kemendagri.go.id/pages/vi ew/26-materi-paparan pada
tanggal 23 November 2016.

Solihin Dadang (2001) Kamus Istilah Otonomi Daerah. Lembaga Pemberdayaan


Ekonomi Kerakyatan. Jakarta.

43
Maleong, leksi j. (2011) Motodeologi Penelitian Kualitatif: Bandung Pt Remajah
Rosdakarya

Sugiyono (2011).Metode Penelitian Penelitian Pendekatan Kuntitatif, dan


Kulitatif, D.Bandung; Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:


CV.Pustaka Setia.

Sugiyono (2013:15). Metode Penelitian Penelitian Pendekatan Kuntitatif, dan


Kulitatif, D.Bandung; Alfabeta.

Sugiyono (2014:15). Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif dan R&D,


.Bandung; Alfabeta.

Sumini dan Oktavia Ester. 2010. Modul Penghapusan Barang Milik Daerah
PusdiklatKekayaanNegaradanPerimbanganKeuangan
http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/images/el’book/penghapusan
BMD/e books/penghapusan-bmd.pdf), di akses rabu 14 maret 2021
Solihin Dadang 2001.

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 19 Tahun 2016 tentang Pedoman


Pengelolaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengeloaan Barang Milik


Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 12 Tahun 2018 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah.

44
PSAP Nomor 07 dan Buletin Teknis Nomor 09 Standar Akuntansi Pemerintahan
Tentang Aset Tetap.

Zaki Baridwan. 2008. Sisitem Penyusunan Prosedur. Edisi 5.BFE Yogyakarta.

45
Lampiran 1
Daftar barang yang belum dihapus pada BPAD Provinsi NTT berupa
peralatan dan mesin kantor
N Nama Masa Manfaat/ Kondisi Jumlah
O Barang Umur Barang
Ekonomis
1 Sepeda Motor 5 RB 8
2 Meja Kerja Pejabat 5 RB 14
3 Meja Biro 5 RB 109
4 Meja Rapat 5 RB 23
5 Meja Komputer 5 RB 22
6 Kursi Putar 5 RB 6
7 Kursi kayu 5 RB 150
8 Kursi Rapat 5 RB 66
9 Sofa 5 RB 6
10 Lemari Kayu 5 RB 9
11 Filing Besi/Metal 5 RB 9
12 P.C Unit 5 RB 61
13 Scaner 5 RB 1
14 AC. Unit 5 RB 12
15 Band Kas 5 RB 11
16 Lemari Es 5 RB 2
17 Dispencer 5 RB 1
18 Compac Disc 5 RB 1
19 Karoke 5 RB 1
20 Jam Elektrik (dinding) 5 RB 2
21 Televisi 5 RB 2
22 Printer 5 RB 34
23 Pesawat Telepon 5 RB 2
24 Tiang Mic 5 RB 1
25 Toa 5 RB 1
26 Mesin Ketik Manual Porteble 5 RB 26
27 Kursi Sudut 5 RB 1
28 Meja Kerja 5 RB 6
28 Alat Tenis Meja 5 RB 2
29 Meja Panjang 5 RB 3
30 Kursi Bambu 5 RB 1
31 Kursi Lipat 5 RB 2
32 Kursi Kerja Pimpinan 5 RB 6
33 Kursi Roda Tangan 5 RB 13
34 Lemari Arsip 5 RB 23
35 Rak Arsip 5 RB 23
36 Rak Besi/Metal 5 RB 4

46
37 Telepon 5 RB 9
38 Kipas Angin 5 RB 10
39 Bangku Tunggu 5 RB 4
40 Papan White Board 5 RB 2
41 Papan Data 5 RB 31
42 Papan Pengumuman 5 RB 2
43 Papan Struktur 5 RB 2
44 Alat Detektif Uang 5 RB 2
45 Unintermuptible Power Supply 5 RB 14
(UPS)
46 Kursi Tamu 5 RB 1
47 Facsmile 5 RB 2
48 Wastafel 5 RB 1
49 Meja Kayu 5 RB 4
50 Aksesoris Kantor 5 RB 1
51 Meja Telepon 5 RB 2
52 Lemari Dorong 5 RB 8
53 Lemari Tempel 5 RB 2
54 Lemari Kaca 5 RB 3
55 Bufet 5 RB 1
56 Papan Sisdur Pel. Samsat 5 RB 5
57 Monitor 5 RB 5
58 Mesin Hitung Elektronik 5 RB 1
59 Stavolt 5 RB 1
60 CPU 5 RB 5
61 Rak Kayu 5 RB 2
62 Bendera Merah Putih 5 RB 11
63 Lambang Negara 5 RB 1

64 Papan Nama Kantor 5 RB 2


65 Gorden 5 RB 1
66 Laptop 5 RB 6
67 Peralatan Personal Komputer 5 RB 1
Lainya
68 Mesin Absensi 5 RB 2
69 A.C Spilt 5 RB 8
70 Stabilisator 5 RB 6
71 Kabel UTP 5 RB 1
72 LCD Projector/Ifocus 5 RB 1
73 Antene SHF Portable 5 RB 1
74 Tustel 5 RB 1
75 Sound Syistem 5 RB 1
76 Tiang Bendera 5 RB 1
77 Dispenser 5 RB 1
78 Gordyin/Kry 5 RB 1

47
79 Transportable Generating Set 5 RB 1
80 Station Wagon 5 RB 1
Sumber: Badan Pendapatan Dan Aset Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
2020/ Olahan penulis

48

Anda mungkin juga menyukai