Anda di halaman 1dari 13

JIEB : JURNAL ILMIAH EKONOMI BISNIS ISSN ONLINE 2615-2134

Situs Jurnal : http://ejournal.stiepancasetia.ac.id/index.php/jieb


Jilid 8 Nomor 3, November 2022
Hal 475 - 487

BELANJA PEGAWAI DAN BELANJA BARANG DAN JASA TERHADAP BELANJA


MODAL

Selvia Astuty
Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia
e-mail: selviaastuty@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh belanja pegawai dan belanja
barang dan jasa terhadap belanja modal di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode asosiatif. Instrumen penelitian ini menggunakan data laporan keuangan.
Populasi penelitian adalah laporan keuangan dari dari tahun 2019-2020, dengan teknik total
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan
analisis linear berganda dengan uji f dan uji t serta uji dominan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa belanja pegawai dan belanja barang dan jasa secara simultan dan parsial belanja pegawai
dan belanja barang dan jasa berpengaruh signifikan terhadap belanja modal di Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian
ini berimplikasi sebagai bahan informasi bagi akademisi dalam rangka memberikan informasi
tentang pemenuhan sarana dan prasarana untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Selanjutnya, bagi pemerintah daerah, penelitian
ini memberikan masukan dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang dalam hal
pengalokasian anggaran belanja modal yang terdapat dalam APBD.

Kata kunci: Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal

Latar Belakang mengatur, memanfaatkan dan menggali


Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber-sumber potensi yang ada di daerah.
kewenangan yang luas, utuh dan bulat yang UU No. 23 Tahun 2014 tentang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, Pemerintah Daerah (Revisi dari UU No. 32
pengawasan, pengendalian dan evaluasi Tahun 2004) menyatakan bahwa otonomi
pada semua aspek pemerintahan, harus daerah merupakan hak, wewenang, dan
dipertanggungjawabkan kepada pemberi kewajiban daerah otonomi untuk mengatur
wewenang dan masyarakat. Pelaksanaan dan mengurus sendiri urusan pemerintah
otonomi daerah salah satunya ditandai dan kepentingan masyarakat setempat
dengan desentralisasi, yang ditunjukkan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
dengan memberikan kewenangan yang Indonesia. Diharapkan dengan pelaksanaan
lebih luas, lebih nyata dan otonomi daerah, pemerintah daerah dapat
bertanggungjawab, terutama dalam mengembangkan potensi daerah, serta
diberi kewenangan untuk mengeksplorasi

----------------------------------------------------------------------------------
* Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia
Jl. Ahmad Yani Km. 5.5 Banjarmasin
e-mail: selviaastuty@gmail.com
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

sumber daya yang dimiliki oleh daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri
tersebut secara efektif dan efisien, agar Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
dapat mengoptimalkan kinerja keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
dalam rangka mewujudkan kemandirian Daerah, belanja daerah dikelompokkan
daerah otonomi. menjadi belanja modal, belanja pegawai
Menurut Peraturan Pemerintah dan belanja barang dan jasa. Belanja modal
Negeri Republik Indonesia Nomor 12 terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan dan mesin, belanja bangunan dan gedung,
Daerah menjelaskan bahwa pada Pasal 1 belanja jalan, belanja irigasi dan jaringan,
tentang Peraturan Menteri yang dimaksud dan belanja modal aset tetap lainnya.
dengan ayat 2 Pengelolaan Keuangan Menurut Peraturan Presiden Nomor
Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang
meliputi perencanaan, penganggaran, dan Jasa mempunyai arti bahwa pengadaan
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, barang dan jasa adalah kegiatan pengadaan
pertanggungjawaban, dan pengawasan barang/jasa oleh kementerian/lembaga/
keuangan daerah. perangkat daerah yang dibiayai oleh APBN/
Anggaran Pendapatan dan Belanja APBD yang prosesnya sejak identifikasi
Daerah yang selanjutnya disingkat APBD kebutuhan, sampai dengan serah terima
adalah rencana keuangan tahunan daerah hasil pekerjaan.
yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Belanja pegawai adalah semua
APBD terdiri atas Pendapatan Daerah, pengeluaran negara yang digunakan untuk
Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. membiayai kompensasi dalam bentuk uang
Pendapatan Daerah ini digunakan untuk atau barang yang diberikan kepada pegawai
Belanja Daerah. Pemerintah daerah harus pemerintah pusat, pensiunan, anggota,
mengalokasikan sejumlah dana dalam Tentara Nasional Indonesia, dan pejabat
bentuk anggaran belanja modal dalam negara, baik yang bertugas di dalam negara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas
(APBD) untuk menambah aset tetap daerah. pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
Oleh sebab itu, APBD pada hakikatnya pekerjaan yang berkaitan dengan
harus mampu memberikan gambaran yang pembentukan modal. Sumber-sumber
jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan pendapatan terus meningkat secara
atas berbagai sasaran yang hendak dicapai, signifikan setiap tahun, belanja pegawai
tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai dengan mengalami tren peningkatan cukup
kondisi, potensi, aspirasi, dan kebutuhan riil signifikan setiap tahun, tetapi tidak
di masyarakat untuk suatu tahun tertentu. dibarengi dengan kenaikan belanja modal
Dengan demikian, alokasi dana yang (Sugiyanta, 2016: 76).
digunakan untuk membiayai berbagai Permasalahan yang terjadi di
program dan kegiatan dapat memberikan lapangan bahwa kurangnya perimbangan
manfaat yang benar-benar dirasakan belanja pegawai dan barang dan jasa
masyarakat layanan yang berorientasi pada terhadap belanja modal yang terjadi
kepentingan publik (PP No. 58 Tahun sekarang ini di Badan Penanggulangan
2005). Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 476
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

Provinsi Kalimantan Selatan. Data Rekening kas umum negara/daerah yang


anggaran dan realisasi belanja barang dan mengurangi ekuitas dana lancar dalam
jasa, belanja pegawai dan belanja modal periode tahun anggaran bersangkutan yang
BPBD Kota Banjarmasin menunjukan tidak akan diperoleh pembayarannya
Anggaran Belanja Modal dianggarkan jauh kembali oleh pemerintah.” Belanja daerah
lebih rendah dari belanja pegawai dan dikelompokkan menjadi belanja pegawai,
belanja barang dan jasa. Anggaran belanja belanja barang dan jasa, belanja modal
modal tahun 2016 – 2020 hanya 1% – 6% (Halim, 2016: 67).
dari jumlah anggaran. Sementara anggaran
belanja pegawai tahun 2016 – 2020 dari Belanja Pegawai
jumlah anggaran 42% – 59%. Untuk Belanja pegawai adalah belanja
kompensasi, baik dalam bentuk uang
anggaran belanja barang dan jasa sebesar
maupun barang yang ditetapkan
39% – 52% dari jumlah anggaran.
berdasarkan peraturan perundang-
Perbandingan pendapatan asli daerah
undangan yang diberikan kepada pejabat
dengan belanja modal dan belanja barang
dan jasa tidak ada berimbang. Dilihat dari negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan
ketimpangan tersebut diketahui bahwa pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah
belanja modal yang didapatkan masih yang belum berstatus PNS sebagai imbalan
kurang. Pada umumnya proporsi belanja atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
dimana pekerjaan tersebut yang berkaitan
modal terhadap total belanja daerah adalah
dengan pembentukan modal.
5% – 20% (Mahmudi 2010;164-165).
Seperti yang tercantum dalam Buletin
Adapun tujuan penelitian ini adalah
Teknis Penyajian dan Pengungkapan
untuk menganalisis pengaruh signifikan
belanja pegawai dan belanja barang dan jasa Belanja Pemerintah Nomor 04 yang
secara simultan dan parsial, serta pengaruh diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi
dominannya terhadap belanja modal di Pemerintahan (KSAP) yang terbit pada
BPBD Kota Banjarmasin Provinsi Kalsel. tanggal 29 Desember 2006, untuk
memberikan pemahaman yang sama baik
dalam penyusunan anggaran maupun
pelaporannya maka akan diuraikan jenis
Studi Literatur belanja dalam pelaporan yaitu belanja
Belanja Daerah operasi, belanja modal, belanja tak terduga
Belanja daerah adalah semua dan transfer.
pengeluaran kas daerah atau kewajiban Belanja operasi terdiri dari belanja
yang diakui sebagai pengurangan nilai pegawai (gaji, tunjangan dan
kekayaan bersih dalam periode satu tahun honorarium/upah), belanja barang, belanja
anggaran yang tidak akan diperoleh bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
pembayarannya kembali oleh pemerintah. bantuan sosial. Belanja modal terdiri dari
Belanja menurut Peraturan Pemerintah belanja tanah, belanja gedung dan
Nomor 24 Tahun 2015 tentang Standar bangunan, belanja jalan, irigasi dan
Akuntansi Pemerintahan Pernyataan bangunan, dan belanja aset tetap lainnya.
Nomor 2 adalah: “Semua pengeluaran dari Belanja pegawai dalam belanja operasi
Laporan Realisasi Anggaran merupakan
JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022
ISSN Online 2615-2134 477
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

kompensasi baik dalam bentuk uang kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.


maupun barang seperti gaji, tunjangan dan Berdasarkan Peraturan Presiden Republik
honorarium/upah yang dikeluarkan oleh Indonesia Nomor 4 tahun 2015 Belanja
pemerintah daerah untuk kegiatan Barang dan jasa pemerintah yang
pemerintah daerah. selanjutnya disebut dengan Belanja Barang/
Indikatornya belanja pegawai terdiri Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh
dari gaji dan tunjangan, tambahan suatu Barang maupun Jasa oleh
penghasilan serta honorarium panitia Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
pelaksana kegiatan berdasarkan Dokumen Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Tahun 2016 dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
– 2020 Badan Penanggulangan Bencana diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
Daerah Kota Banjarmasin. memperoleh barang/jasa. Menurut Subagya
(1994: 66) dalam (Romus dan Museliza,
Belanja Barang dan Jasa 2009:87) belanja ialah segala kegiatan dan
Belanja barang dan jasa atau yang usaha untuk menambah dan memenuhi
lebih dikenal dengan istilah lelang, banyak kebutuhan barang dan jasa berdasarkan
dilakukan oleh instansi pemerintah maupun peraturan yang berlaku dengan
sektor swasta. Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan sesuatu yang tadinya belum
memperoleh barang dan jasa oleh suatu ada menjadi ada.
instansi/lembaga yang prosesnya dimulai Indikator Belanja Barang dan Jasa
dari perencanaan kebutuhan sampai dengan pada Badan Penanggulangan Bencana
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk Daerah Kota Banjarmasin Provinsi
memperoleh barang dan jasa tersebut. Kalimantan Selatan berdasarkan Peraturan
Berikut adalah beberapa definisi mengenai Daerah Kota Banjarmasin Nomor 19 Tahun
Belanja Barang dan jasa. Menurut Kamus 2013 tentang penanggulangan bencana
Besar Bahasa Indonesia belanja barang dan yaitu: belanja bahan pakai habis, belanja
jasa berarti tawaran untuk mengajukan jasa kantor, belanja perawatan kendaraan
harga dan memborong pekerjaan atas bermotor, belanja cetak dan penggandaan,
penyediaan barang/jasa. belanja makanan dan minuman, belanja
Berdasarkan Keputusan Presiden pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
Nomor 80 tahun 2003 belanja barang dan belanja perjalanan dinas, belanja
jasa pemerintah adalah kegiatan Belanja pemeliharaan peralatan dan mesin, dan jasa
Barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/ narasumber/instruktur/tenaga ahli/petugas
APBD, baik yang dilaksanakan secara acara lainnya.
swakelola maupun oleh penyedia barang/
jasa. Berdasarkan Peraturan Presiden Belanja Modal
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Menurut Erlina dan Rasdianto
Belanja Barang dan jasa merupakan (2017:31) belanja modal adalah
kegiatan untuk memperoleh barang atau pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan tetap dan aset lainnya yang memberi
Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya manfaat lebih dari satu periode akuntansi
yang prosesnya dimulai dari perencanaan Menurut Mursyidi (2018:305) belanja
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh modal adalah pengeluaran anggaran untuk
JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022
ISSN Online 2615-2134 478
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

perolehan aset tetap dan aset lainnya yang Daerah (SIPKD); dan (7) Penyediaan
memberi manfaat lebih dari satu periode prasarana pemerintah daerah.
akuntansi. Menurut Hidayat (2017:82) Faktor-faktor yang mempengaruhi
belanja modal adalah pengeluaran yang Belanja Modal berdasarkan PP No. 58
digunakan untuk pembelian/pengadaan Tahun 2005 pasal 16 ayat (1) tentang
barang atau pembangunan aset tetap Pengelolaan Keuangan Daerah, “APBD
berwujud nilai manfaatnya lebih dari disusun sesuai dengan penyelenggaraan
setahun dan atau pemakaian jasa dalam pemerintahan dan kemampuan pendapatan
melaksanakan program pemerintah daerah. daerah.” Artinya, dalam setiap penyusunan
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas APBD, jika pemerintah daerah akan
dapat dikatakan bahwa belanja modal mengalokasikan belanja modal maka
adalah belanja yang menampung seluruh faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu
pengeluaran anggaran negara untuk kebutuhan daerah dan besarnya pendapatan
pembelian dan/atau pengadaan barang atau daerah.
pembangunan aset tetap berwujud yang
dinilai pemanfaatannya lebih dari satu Penelitian Terdahulu
periode akuntansi. Pangestu (2018) menulis tentang
Berdasarkan peraturan menteri pengaruh belanja barang dan jasa, belanja
keuangan No. 113/PMK/2010, Dana modal, belanja pegawai dan investasi
Penguatan Infrastruktur dan Prasarana terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi
Daerah dialokasikan kepada daerah Kalimantan Selatan. Penelitian ini dengan
provinsi dan kabupaten/kota yang pendekatan kuantitatif dengan metode
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan kausal. Hasil dari penelitian ini
Belanja Negara dalam rangka peningkatan menunjukkan bahwa variabel belanja modal
pelayanan publik melalui penyediaan dan belanja pegawai berpengaruh positif
infrastruktur dan prasarana daerah, yang terhadap pertumbuhan ekonomi dan secara
ditujukan untuk mendorong percepatan bersama-sama semua variabel berpengaruh
pembangunan daerah. Alokasi DPIPD terhadap pertumbuhan ekonomi.
untuk kabupaten/kota digunakan antara Astiti dan Mimba (2018) menulis
lain: (1) Pemeliharaan berkala, tentang pengaruh belanja rutin dan belanja
peningkatan, dan pembangunan jalan/ modal pada kinerja keuangan Pemerintah
jembatan; (2) Pemeliharaan berkala, Daerah. Provinsi Bali. Metode penelitian
peningkatan, dan pembangunan jaringan secara kuantitatif sebab akibat. Hipotesis
irigasi; (3) penyempurnaan, pembangunan, diuji dalam penelitian ini dengan
pengembangan, dan perluasan jaringan menggunakan Partial Least Square (PLS)
sistem air minum, persampahan, limbah, dan analisis dengan regresi linear berganda.
dan drainase; (4) infrastruktur pelayanan, Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil
kesehatan rujukan rumah sakit; (5) belanja rutin tidak berpengaruh pada kinerja
menunjang penyediaan prasarana keuangan pemerintah daerah dan belanja
pelabuhan daerah; (6) penyediaan prasarana modal berpengaruh pada kinerja keuangan
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan pemerintah daerah. Variabel independensi,
belanja rutin dan belanja modal mampu

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 479
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

mempengaruhi kinerja keuangan ketimpangan tingkat kemandirian keuangan


pemerintah daerah sebesar 22,3%, antar daerah. Perbedaan penelitian tidak
sedangkan sisanya 77,7% dipengaruhi oleh menggunakan variabel tingkat kemandirian
variabel lain yang tidak dimasukkan ke keuangan daerah sedangkan persamaan
dalam model penelitian. Perbedaan penelitian pada belanja pegawai dan modal.
penelitian tidak menggunakan variabel
belanja rutin sedangkan persamaan Hipotesis
penelitian pada belanja pegawai. Adapun hipotesis penelitian ini
Putri (2014) meneliti tentang adalah sebagai berikut ini.
pengaruh belanja pegawai, belanja barang H1: Belanja pegawai dan belanja barang
jasa, belanja modal dan jumlah aset tetap dan jasa berpengaruh secara simultan
daerah terhadap kemampuan keuangan terhadap belanja modal.
pemerintah kabupaten kota di Provinsi H2: Belanja pegawai berpengaruh secara
Sumatera Selatan tahun 2008-2013. parsial terhadap belanja modal.
Pendekatan penelitian dengan kuantitatif H3: Belanja barang dan jasa berpengaruh
dengan metode regresi. Hasil penelitian ini secara parsial terhadap belanja modal.
menunjukkan bahwa belanja pegawai, H4: Variabel belanja barang dan jasa yang
belanja barang jasa merupakan faktor- berpengaruh dominan terhadap belanja
faktor yang dapat meningkatkan rasio modal.
kemampuan keuangan daerah. Sementara
jumlah aset tetap daerah baik yang berasal Metode Penelitian
dari belanja modal maupun bantuan dan Penelitian ini, peneliti menggunakan
hibah memberikan pengaruh yang negatif metode penilaian kuantitatif. Menurut
terhadap kemampuan keuangan daerah. hal Sugiyono (2018: 35-36), metode kuantitatif
ini dikarenakan besarnya penambahan aset dapat diartikan sebagai metode penelitian
tetap akan mempengaruhi besarnya tingkat yang berlandaskan pada filsafat
pengeluaran daerah yang kemudian dapat positivisme, yang digunakan untuk meneliti
membebani stabilitas keuangan daerah. populasi atau sampel tertentu. Penelitian ini
Perbedaan penelitian tidak menggunakan menggunakan metode penilaian kuantitatif
variabel aset tetap sedangkan persamaan karena data berkaitan dengan masalah yang
penelitian pada belanja pegawai, barang dan diteliti diperoleh dari hasil laporan realisasi
jasa dan modal. anggaran dari belanja pegawai (X1) dan
Defitri (2020) meneliti tentang belanja barang dan jasa (X2) dan belanja
pengaruh belanja modal dan belanja modal (Y) di Badan Penanggulangan
pegawai terhadap tingkat kemandirian Bencana Daerah Kota Banjarmasin.
keuangan daerah pada kabupaten dan kota Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
di Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian pengaruh variabel independen dengan
membuktikan belanja modal mempunyai variabel dependen, yaitu seberapa kuat
dampak yang signifikan dan negatif pengaruh antar variabel tersebut dan
terhadap kemandirian keuangan daerah, menunjukkan hubungan antar variabel.
tetapi belanja modal yang terjadi masih Menurut Sugiyono (2018:6),
kurang merata atau rendah sehingga banyak explanatory research merupakan metode

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 480
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

penelitian yang bermaksud menjelaskan X1 X2 Y


kedudukan variabel-variabel yang diteliti Asymp. Sig. (2-tailed) ,951 ,790 ,741
Sumber: data diolah
serta pengaruh antara variabel satu dengan Tabel 1 menunjukkan nilai
variabel lainnya. Alasan utama peneliti ini signifikansi > 0,05 berarti bahwa data
menggunakan metode penelitian penelitian berdistribusi normal sebab dari
explanatory adalah untuk menguji hipotesis hasil sig lebih dari 0,05 yaitu untuk belanja
yang diajukan, maka diharapkan dari pegawai yaitu 0,951, kemudian belanja
penelitian ini dapat menjelaskan hubungan
barang dan jasa yaitu 0,790 dan belanja
dan pengaruh antara variabel bebas dan modal adalah 0.742. Jadi, semua data
terikat yang ada di dalam hipotesis. normal.
Populasi yang diambil pada penelitian
ini adalah keseluruhan laporan realisasi Uji Multikolinieritas
anggaran dari belanja pegawai dan belanja Uji multikolinieritas bertujuan untuk
barang dan jasa secara parsial terhadap menguji apakah model regresi ditemukan
belanja modal di BPBD Kota Banjarmasin. adanya korelasi antara variabel independen.
Sampel penelitian ini berupa laporan Model regresi yang baik seharusnya tidak
realisasi anggaran dalam belanja pegawai terjadi korelasi diantara variabel
dan belanja barang dan jasa di BPBD Kota independen. Jika variabel indipenden saling
Banjarmasin tahun 2016 –2020. berkorelasi, maka variabel-variabel ini
Teknik pengumpulan data tidak ortogonal.
dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Uji multikolinieritas
observasi, wawancara, dan dokumentasi
Tolerance VIF
serta studi kepustakaan. Teknik analisis X1 ,169 1,457
data menggunakan analisis regresi linear X2 ,129 1,297
Sumber: data diolah
berganda dan analisis uji F dan uji t, serta
uji dominan dan uji koefisien determinasi Multikolinieritas dilihat dari
dalam menentukan data penelitian. Tolerance dan Variance Inflation Factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang
Hasil Penelitian dan Pembahasan
dijelaskan oleh variabel independen
Hasil Uji Asumsi Klasik
lainnya. Nilai cut off yang dipakai untuk
Uji Normalitas
menunjukkan adanya multikolinieritas
Bertujuan untuk menguji apakah
adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama
dalam model regresi, variabel terikat dan
dengan nilai VIF < 10. Jadi, pada belanja
variabel bebas, keduanya mempunyai
pegawai terhadap belanja modal nilai
distribusi normal ataukah tidak. Model
tolerence yaitu 0,169 > 0,10 dan nilai VIF
regresi normal yang baik adalah
yaitu 1.457 < 10. Kemudian, belanja barang
mempunyai distribusi data normal atau
dan jasa terhadap belanja modal 0,129 <
penyebaran data statistik pada sumbu
0,10 dan nilai VIF yaitu 1.297 < 10. Jadi,
diagonal dari grafik distribusi normal
semua data tidak terjadi multikulinearitas.
(Ghozali, 2015:147).

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas


JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022
ISSN Online 2615-2134 481
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

Uji heteroskedastisitas bertujuan barang dan jasa dengan belanja modal tidak
untuk menguji apakah dalam model regresi ada masalah dan dapat diujikan.
terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji Autokerelasi
Jika varians dari residual satu pengamatan Asumsi ini bertujuan untuk
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut mengetahui apakah dalam sebuah
homokedastisitas, namun jika berbeda modelregresilinier ada korelasiantara
disebut heterokedastisitas. Model regresi kesalahan pengganggu pada periode t
yang baik adalah homokedastisitas atau dengan kesalahan pengganggu pada periode
tidak terjadi heterokesdatisitas. t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
Salah satu cara untuk mendeteksi ada maka dinamakan problem autokorelasi.
atau tidaknya heterokedatisitas adalah Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat
dengan melihat grafik plot antar prediksi dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-
variabel dependen (ZPRED) dengan Watson (DWtest),ini mempunyai masalah
residualnya (SRESID). Deteksi ada mendasar yaitu tidak diketahuinya secara
tidaknya heteroskesdatisitas dapat tepat mengenai distribusi dari statistik itu
dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya sendiri.
pola titik pada grafik scatterplot antara Selanjutnya, membandingkan dengan
SPRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y tabel DW. Tabel DW terdiri atas dua nilai,
adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu yaitu batas bawah (dl) dan batas atas(du).
X adalah residual yang telah di- Berikut beberapa keputusan setelah
standardized (Ghozali, 2006:125-126). membandingkan DW: (1) bila DW terletak
antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol,
berarti tidak ada autokorelasi; (2) bila nilai
DW lebih rendah dari pada batas bawah
(dl), maka koefisien autokorelasi lebih
besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi
positif; (3) bila nilai DW lebihbesar dari
pada (4-dl), makakoefisien autokorelasi
lebih kecildari pada nol, berarti ada
autokorelasi negatif; (4) bila nilai DW
terletak diantara batas atas (du) dan batas
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
bawah (dl) adaDW terletak antara (4-
Sumber:Output SPSS
du)dan(4-dl),maka hasilnya tidak dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disimpulkan; dan (5) bila nilai DW terletak
data tidak ada pola jelas, serta titik-titik antara(4-du)dan(4-dl),maka hasilnya tidak
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada dapat disimpulkan.
sumbu Y, maka tidak terjadi
Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi
heteroskedastisitas. Hal ini menunjukkan Model Durbin-Watson
bahwa variabel belanja pegawai dan belanja 1 2,011
Sumber: data diolah

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 482
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

Tabel 3 menunjukkan nilai DW signifikan terhadap Belanja Modal di


sebesar 2,011 terletak diantara nilai du dan BPBD Kota Banjarmasin.
(4-du) sebesar1,5770 dan 2,423 (du < DW<
4-du) maka dapat disimpulkan bahwa tidak Hasil Uji Hipotesis
ada autokorelasi dalam model regresi yang Uji Simultan (Uji F)
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai
digunakan dalam penelitian ini.
Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel
Uji regresi Linear Berganda (19,165 > 3,09) dengan tingkat signifikan di
Tabel 4. Uji Regresi Linear Berganda bawah 0,05 yaitu 0,001. Berdasarkan cara
Unstandardized Std. pengambilan modal kerja uji simultan
Coefficient Coef.
B Std. Error Beta t Sig. dalam analisis regresi dapat disimpulkan
(Constant) 5,024 1,033 4,865 ,040 bahwa belanja pegawai dan belanja barang
X1 ,310 ,064 ,366 6,448 ,023
X2 ,387 ,034 ,644 11,346 ,008 dan jasa secara simultan berpengaruh
Sumber: data diolah terhadap belanja modal di BPBD Kota
Tabel 4 menunjukkan model Banjarmasin.
persamaan regresinya yang terbentuk: Tabel 5. Uji Simultan (Uji F)
Sum of Df Mean F Sig
Y = 5,024 + 0,310 X1 + 0.387 X2 Squares Square
Regres- 66,766 2 33,383 19,156 ,001
sion
Nilai konstanta adalah positif 5,024. Residual ,034 2 ,017
Ini berarti pengaruh antara variabel bebas Total 66,800 4

dan terikat adalah searah. Apabila semua Sumber: data diolah


nilai variabel bebas bernilai 0% atau tidak Uji Parsial (Uji t)
mengalami perubahan, maka nilai variabel Tabel 4 menunjukkan nilai thitung yaitu
terikat adalah 5,024. 6,448 > ttabel 1,6698. Dengan nilai
Nilai koefisien regresi variabel X1 signifikansi sebesar 0,023 lebih kecil dari
adalah positif 0,310 yang menunjukkan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil
variabel X1 searah dengan variabel Y. Jika uji secara parsial bahwa belanja pegawai
nilai X1 mengalami kenaikan 1%, maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai variabel Y akan naik sebesar 0,310 modal kerja pembelian di BPBD Kota
atau 31%, dengan catatan nilai variabel Banjarmasin.
bebas lainnya tidak berubah Tabel 1 menunjukkan hasil thitung
Nilai koefisien regresi variabel X2 belanja barang dan jasa (X2) dengan nilai
adalah positif 0,387 yang menunjukkan ttabel yaitu 11.346 > tabel 1.6698, dengan
variabel X2 searah dengan variabel Y. Jika nilai signifikansi sebesar 0,008 lebih kecil
nilai X1 mengalami kenaikan 1%, maka darI 0,05. Jadi, belanja barang dan jasa
nilai variabel Y akan naik sebesar 0,387 berpengaruh positif dan signifikan terhadap
atau 38,7 %, dengan catatan nilai variabel belanja modal di BPBD Kota Banjarmasin.
bebas lainnya tidak berubah.
Dengan demikian, dapat Uji Determinasi (R2)
disimpulkan bahwa belanja modal dan Tabel 6 menunjukkan bahwa dari
belanja barang dan jasa secara bersama- nilai R2 yaitu 0,799 yaitu sama dengan
sama berpengaruh positif terhadap 79,9% variabel belanja pegawai dan belanja

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 483
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

barang dan jasa secara simultan membelanjakan pendapatan daerahnya; (4)


berpengaruh terhadap belanja modal di Pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran
BPBD Kota Banjarmasin. Jadi, masih ada selama periode waktu tertentu.
21,1% ada variabel lain yang memberikan
pengaruh yang tidak diteliti terhadap Pengaruh Parsial
Berdasarkan uji secara parsial bahwa
belanja modal di BPBD Kota Banjarmasin.
belanja pegawai berpengaruh positif
Tabel 6. Koefisien Determinasi (R2) terhadap modal kerja di BPBD Kota
R R Adjusted R Std. Error of Banjarmasin. Indikator Belanja Barang dan
Square Square the Estimate
,800 ,799 ,899 ,13124 Jasa pada BPBD Kota Banjarmasin
Sumber: data diolah berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Banjarmasin Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Pembahasan Penanggulangan Bencana yaitu belanja
bahan pakai habis, belanja jasa kantor,
Pengaruh Simultan
belanja perawatan kendaraan bermotor,
Berdasarkan uji simultan belanja
belanja cetak dan penggandaan, belanja
pegawai dan belanja barang dan jasa secara
makanan dan minuman, belanja pakaian
simultan berpengaruh terhadap belanja
khusus dan hari-hari tertentu, belanja
modal di BPBD Kota Banjarmasin.
perjalanan dinas, belanja pemeliharaan
Indikator belanja modal pada BPBD Kota
peralatan dan mesin, Jasa narasumber/
Banjarmasin yaitu belanja modal peralatan
instruktur/tenaga ahli/petugas acara
dan mesin. Belanja ini merupakan belanja
lainnya.
modal pengadaan alat kantor dan peralatan
Menurut Fauzi (2018) Belanja Barang
komunikasi dan pemancar serta belanja
dan Jasa berpengaruh negatif dan tidak
modal pengadaan alat rumah tangga lainnya
signifikan terhadap tax effort. Putri (2019)
yang sudah tercantum dalam DPA BPBD
menjelaskan bahwa variabel belanja
Kota Banjarmasin.
pegawai, belanja barang jasa, dan jumlah
Fauzi (2018) membuktikan bahwa
aset tetap daerah secara parsial berpengaruh
secara simultan, Belanja Pegawai, Belanja
signifikan terhadap Kemampuan keuangan
Barang dan Jasa, dan Belanja Modal
daerah (KKD).
berpengaruh signifikan (secara statistika)
Hubungan dari belanja barang dan
terhadap tax effort. Halim dan Kusufi
jasa ini dilihat dari belanja jasa kantor yang
(2017) menyatakan bahwa kinerja
merupakan honorarium/upah Non PNS dan
pemerintah daerah dapat ditinjau dari sisi
pegawai kontrak serta honorarium PNS dan
pemerintahan dan dari sisi pengelolaan
non PNS karena melaksanakan program
keuangan daerah. Dari sisi pengelolaan
dan kegiatan pemerintah daerah., belanja
keuangan daerah, kinerja pemerintah
kursus, pelatihan, bimtek PNS, Beasiswa
daerah antara lain diukur dalam hal: (1)
PNS, perawatan kendaraan bermotor, sewa
kemandirian keuangan daerah guna
sarana mobilitas, sewa alat berat, termasuk
membiayai penyelenggaraan otonomi
sewa gedung/gudang/parkir untuk
daerah; (2) tingkat efektifitas dan efisiensi
menyimpan alat berat tersebut,
dalam merealisasikan pendapatan daerah;
perlengkapan peralatan kantor, dan belanja
(3) tingkat aktivitas pemerintah dalam
pemeliharaan.
JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022
ISSN Online 2615-2134 484
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

Hubungannya dengan belanja modal ditujukan untuk memperoleh aset yang


itu sendiri dari segi perhitungan belanja dapat langsung menghasilkan PAD. Belanja
langsung untuk pembelian/pengadaan atau modal lebih banyak ditujukan untuk
pembangunan aset tetap berwujud yang pembangunan gedung-gedung perkantoran,
mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 jalan dan kendaraan dinas yang tidak
bulan untuk digunakan dalam kegiatan berorientasi langsung kepada pelayanan
pemerintahan. Terdiri atas belanja tanah, publik. Seharusnya pemerintah lebih
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, memprioritaskan belanja modal yang
jalan, irigasi dan jaringan, Aset tetap ditujukan langsung untuk pembangunan
lainnya. sarana-sarana publik seperti untuk
Hasil pengujian signifikansi belanja pelaksanaan lapangan terutama yang
modal secara individual menunjukkan berhubungan dengan penyediaan barang
belanja modal tidak memberikan pengaruh dan jasa. Penyebab lainnya adalah belum
terhadap kemampuan keuangan daerah. hal meratanya pembangunan sampai ke daerah
ini tidak sesuai dengan teori reinventing terpencil sehingga potensi PAD belum
government yaitu berkaitan dengan strategi optimal di BPBD Kota Banjarmasin.
kepuasan pelanggan. Menurut teori ini
bahwa jaminan mutu pelayanan dapat Pengaruh Dominan
diperoleh antara lain dengan memenuhi Hasil secara dominan bahwa uji
standar koefisien beta maka yang
fasilitas sarana dan prasarana pelayanan
berpengaruh yang dominan adalah belanja
publik. Pemenuhan fasilitas fasilitas
barang dan jasa (X2) yaitu 0,644 di Badan
tersebut dapat dilakukan pemerintah daerah
BPBD Kota Banjarmasin. Hal ini
melalui belanja daerah terutama belanja
modal. Dengan adanya pemenuhan fasilitas menunjukkan bahwa belanja barang dan
publik maka diharapkan adanya jasa penting karena dapat membuat pegawai
peningkatan pelayanan publik yang akan melaksanakan tugasnya terutama dalam
berdampak pada peningkatan penerimaan menanggulangi bencana di Kalimantan
pemerintah dari sektor layanan publik. Selatan sehingga dapat memberikan hasil
yang baik dalam belanja modal.
Hasil penelitian ini juga tidak
Belanja Barang dan Jasa merupakan
konsisten dengan penelitian Wong (2017)
belanja yang digunakan untuk pengeluaran
yang menyatakan bahwa pembangunan
infrastruktur industri mempunyai pengaruh pembelian/pengadaan barang yang nilai
yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah. manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan
Semakin tinggi tingkat investasi modal dan bersifat rutin karena terjadi terus-
diharapkan mampu meningkatkan kualitas menerus. Belanja barang dan jasa maupun
layanan publik dan pada gilirannya mampu belanja modal memiliki peran yang sangat
penting yang akan mengakibatkan
meningkatkan partisipasi (kontribusi)
penurunan maupun penambahan nilai
publik terhadap pembangunan yang
ekuitas dana. Hasil tersebut menunjukkan
tercermin dari adanya peningkatan PAD
bahwa semua pengeluaran atau belanja
(Mardiasmo, 2018).
Belanja modal yang dilaksanakan yang digunakan oleh satuan kerja yang
pemerintah kota Banjarmasin kurang bersangkutan sesuai dengan kebutuhannya

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 485
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

menurunkan dan menambah nilai belanja memberikan masukan dalam hal


modal. penyusunan kebijakan dimasa yang akan
Belanja barang dan jasa dapat datang dalam hal pengalokasian anggaran
membuat belanja operasional kegiatan belanja modal yang terdapat dalam APBD.
sehari-hari untuk masa jangka pendek atau
kurang dari satu tahun. Belanja ini termasuk
belanja pemeliharaan dan belanja DAFTAR PUSTAKA
perjalanan kecuali belanja untuk bantuan Astiti, D.N.Y., dan Mimba, N.P.S.H.
sosial, diukur dalam satuan rupiah dan (2016). “Pengaruh Belanja Rutin dan
disajikan dalam bentuk juta rupiah. Belanja Modal pada Kinerja
Keuangan Pemerintah”. E-journal
Akuntansi Universitas Udayana,
14(3).
Kesimpulan Buletin Teknis Penyajian dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengungkapan Belanja Pemerintah
(1) belanja pegawai dan belanja barang dan Nomor 04 yang diterbitkan oleh
jasa secara simultan berpengaruh signifikan Komite Standar Akuntansi
terhadap belanja modal; (2) belanja Pemerintahan (KSAP) yang terbit
pegawai dan belanja barang dan jasa secara
pada tanggal 29 Desember 2006
parsial berpengaruh signifikan terhadap Defitri, S.Y. 2020. “Pengaruh Belanja
belanja modal; dan (3) belanja Barang dan Modal dan Belanja Pegawai terhadap
Jasa berpengaruh dominan terhadap belanja Tingkat Kemandirian Keuangan
modal di BPBD Kota Banjarmasin. Daerah”. Fokbis, 19(2).
Saran penelitian ini adalah bagi Erlina, Rambe, O.S., dan Rusdianto. 2017.
pemerintah daerah, anggaran belanja modal Akuntansi Keuangan Daerah
dalam belanja peralatan dan mesin, Berbasis Akrual. Salemba Empat.
harusnya diiringi dengan kenaikan belanja Jakarta.
gedung dan bangunan karena gudang Fauzi, Lutfi. 2018. “Analisis Pengaruh
penyimpanan belum dimiliki BPBD Kota Belanja Pegawai, Belanja Barang dan
Banjarmasin, Hal ini akan berpengaruh Jasa dan Belanja Modal terhadap Tax
pada meningkatnya Belanja Barang dan Effort pada Kabupaten/Kota di
Jasa di belanja pemeliharaan maupun di Sumatera Utara”. Skripsi. Universitas
belanja habis pakai. Sumatera Utara
Penelitian ini berimplikasi sebagai Ghozali, I. 2015. Aplikasi Analisis
bahan informasi bagi akademisi dalam
Multivariate dengan Program SPSS.
rangka memberikan informasi tentang Badan Penerbit Universitas
pemenuhan sarana dan prasarana untuk Diponegoro. Semarang.
kepentingan kesejahteraan masyarakat dan Halim, A., dan Kusufi, M.S. 2017. Teori
untuk menambah pengetahuan dan Konsep dan Aplikasi Akuntansi
wawasan peneliti sehubungan dengan Sektor Publik. Salemba Empat.
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Jakarta.
alokasi belanja modal. Selanjutnya, bagi
pemerintah daerah, penelitian ini
JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022
ISSN Online 2615-2134 486
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Keuangan Pemerintah Daerah. STIM No. 24 Tahun 2005 tentang Belanja
YKPN. Yogyakarta. Modal.
Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Andi. Yogyakarta. No. 55 Tahun 2005 tentang Dana
Mursyidi. 2018. Akuntansi Pemerintahan di Perimbangan.
Indonesia. Refika Aditama. Bandung. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Pangestu, Eka Cindy. 2018. “Pengaruh No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal, Akuntansi Pemerintah.
Belanja Pegawai dan Investasi terhadap Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Pedoman Pengelolaan Keuangan
Kalimantan Selatan”. Jurnal Ekonomi Daerah.
dan Pembangunan 1(1).
Putri, S.E.,. 2014. “Pengaruh Belanja
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Pegawai, Belanja Barang Jasa,
Indonesia No 33/PMK.07/2015
Belanja Modal dan Jumlah Aset Tetap
tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah.
Daerah terhadap Kemampuan
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Keuangan Pemerintah Kabupaten
Indonesia No. 91/PMK.06/2007
Kota di Provinsi Sumatera Selatan
tentang Bagan Akun Standar.
Tahun 2008 – 2013”. Akuntabilitas:
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Indonesia No. 101/PMK.02/2011
Akuntansi, 8(1).
tentang Klasifikasi Anggaran.
Romus, M., dan Museliza V. 2012.
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Pengadaan Barang dan Jasa. Rineka
Indonesia No. 214/PMK.05/2013
Cipta. Jakarta.
tentang Bagan dan Standar.
Subagya, H. 1994. Manajemen Logistik.
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
CV. Haji Masagung. Jakarta.
tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Sugiyanta. 2016. “Analisis Belanja Modal
Peraturan Presiden Republik Indonesia
dan Faktor-faktor yang
Nomor 54 Tahun 2010 Belanja
Mempengaruhi pada Pemerintah
Barang dan jasa
Kabupaten/Kota di Indonesia”.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Jurnal Akuntansi Universitas Jember,
Nomor 4 tahun 2015 Belanja Barang
14(1).
dan jasa
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang
Kuantitatif. Alfabeta. Bandung.
Belanja Modal.
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor
Daerah (Revisi dari UU No. 32 Tahun
19 Tahun 2013 tentang
2004)
penanggulangan bencana
Peraturan Pemerintah Negeri Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah

JIEB, Jilid 8, No 3, November 2022


ISSN Online 2615-2134 487

Anda mungkin juga menyukai