Selvia Astuty
Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia
e-mail: selviaastuty@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh belanja pegawai dan belanja
barang dan jasa terhadap belanja modal di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode asosiatif. Instrumen penelitian ini menggunakan data laporan keuangan.
Populasi penelitian adalah laporan keuangan dari dari tahun 2019-2020, dengan teknik total
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan
analisis linear berganda dengan uji f dan uji t serta uji dominan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa belanja pegawai dan belanja barang dan jasa secara simultan dan parsial belanja pegawai
dan belanja barang dan jasa berpengaruh signifikan terhadap belanja modal di Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian
ini berimplikasi sebagai bahan informasi bagi akademisi dalam rangka memberikan informasi
tentang pemenuhan sarana dan prasarana untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap alokasi belanja modal. Selanjutnya, bagi pemerintah daerah, penelitian
ini memberikan masukan dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang dalam hal
pengalokasian anggaran belanja modal yang terdapat dalam APBD.
Kata kunci: Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal
----------------------------------------------------------------------------------
* Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia
Jl. Ahmad Yani Km. 5.5 Banjarmasin
e-mail: selviaastuty@gmail.com
Selvia Astuty, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal
sumber daya yang dimiliki oleh daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri
tersebut secara efektif dan efisien, agar Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
dapat mengoptimalkan kinerja keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
dalam rangka mewujudkan kemandirian Daerah, belanja daerah dikelompokkan
daerah otonomi. menjadi belanja modal, belanja pegawai
Menurut Peraturan Pemerintah dan belanja barang dan jasa. Belanja modal
Negeri Republik Indonesia Nomor 12 terdiri dari belanja tanah, belanja peralatan
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan dan mesin, belanja bangunan dan gedung,
Daerah menjelaskan bahwa pada Pasal 1 belanja jalan, belanja irigasi dan jaringan,
tentang Peraturan Menteri yang dimaksud dan belanja modal aset tetap lainnya.
dengan ayat 2 Pengelolaan Keuangan Menurut Peraturan Presiden Nomor
Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang
meliputi perencanaan, penganggaran, dan Jasa mempunyai arti bahwa pengadaan
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, barang dan jasa adalah kegiatan pengadaan
pertanggungjawaban, dan pengawasan barang/jasa oleh kementerian/lembaga/
keuangan daerah. perangkat daerah yang dibiayai oleh APBN/
Anggaran Pendapatan dan Belanja APBD yang prosesnya sejak identifikasi
Daerah yang selanjutnya disingkat APBD kebutuhan, sampai dengan serah terima
adalah rencana keuangan tahunan daerah hasil pekerjaan.
yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Belanja pegawai adalah semua
APBD terdiri atas Pendapatan Daerah, pengeluaran negara yang digunakan untuk
Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. membiayai kompensasi dalam bentuk uang
Pendapatan Daerah ini digunakan untuk atau barang yang diberikan kepada pegawai
Belanja Daerah. Pemerintah daerah harus pemerintah pusat, pensiunan, anggota,
mengalokasikan sejumlah dana dalam Tentara Nasional Indonesia, dan pejabat
bentuk anggaran belanja modal dalam negara, baik yang bertugas di dalam negara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas
(APBD) untuk menambah aset tetap daerah. pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali
Oleh sebab itu, APBD pada hakikatnya pekerjaan yang berkaitan dengan
harus mampu memberikan gambaran yang pembentukan modal. Sumber-sumber
jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan pendapatan terus meningkat secara
atas berbagai sasaran yang hendak dicapai, signifikan setiap tahun, belanja pegawai
tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai dengan mengalami tren peningkatan cukup
kondisi, potensi, aspirasi, dan kebutuhan riil signifikan setiap tahun, tetapi tidak
di masyarakat untuk suatu tahun tertentu. dibarengi dengan kenaikan belanja modal
Dengan demikian, alokasi dana yang (Sugiyanta, 2016: 76).
digunakan untuk membiayai berbagai Permasalahan yang terjadi di
program dan kegiatan dapat memberikan lapangan bahwa kurangnya perimbangan
manfaat yang benar-benar dirasakan belanja pegawai dan barang dan jasa
masyarakat layanan yang berorientasi pada terhadap belanja modal yang terjadi
kepentingan publik (PP No. 58 Tahun sekarang ini di Badan Penanggulangan
2005). Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang Daerah (SIPKD); dan (7) Penyediaan
memberi manfaat lebih dari satu periode prasarana pemerintah daerah.
akuntansi. Menurut Hidayat (2017:82) Faktor-faktor yang mempengaruhi
belanja modal adalah pengeluaran yang Belanja Modal berdasarkan PP No. 58
digunakan untuk pembelian/pengadaan Tahun 2005 pasal 16 ayat (1) tentang
barang atau pembangunan aset tetap Pengelolaan Keuangan Daerah, “APBD
berwujud nilai manfaatnya lebih dari disusun sesuai dengan penyelenggaraan
setahun dan atau pemakaian jasa dalam pemerintahan dan kemampuan pendapatan
melaksanakan program pemerintah daerah. daerah.” Artinya, dalam setiap penyusunan
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas APBD, jika pemerintah daerah akan
dapat dikatakan bahwa belanja modal mengalokasikan belanja modal maka
adalah belanja yang menampung seluruh faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu
pengeluaran anggaran negara untuk kebutuhan daerah dan besarnya pendapatan
pembelian dan/atau pengadaan barang atau daerah.
pembangunan aset tetap berwujud yang
dinilai pemanfaatannya lebih dari satu Penelitian Terdahulu
periode akuntansi. Pangestu (2018) menulis tentang
Berdasarkan peraturan menteri pengaruh belanja barang dan jasa, belanja
keuangan No. 113/PMK/2010, Dana modal, belanja pegawai dan investasi
Penguatan Infrastruktur dan Prasarana terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi
Daerah dialokasikan kepada daerah Kalimantan Selatan. Penelitian ini dengan
provinsi dan kabupaten/kota yang pendekatan kuantitatif dengan metode
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan kausal. Hasil dari penelitian ini
Belanja Negara dalam rangka peningkatan menunjukkan bahwa variabel belanja modal
pelayanan publik melalui penyediaan dan belanja pegawai berpengaruh positif
infrastruktur dan prasarana daerah, yang terhadap pertumbuhan ekonomi dan secara
ditujukan untuk mendorong percepatan bersama-sama semua variabel berpengaruh
pembangunan daerah. Alokasi DPIPD terhadap pertumbuhan ekonomi.
untuk kabupaten/kota digunakan antara Astiti dan Mimba (2018) menulis
lain: (1) Pemeliharaan berkala, tentang pengaruh belanja rutin dan belanja
peningkatan, dan pembangunan jalan/ modal pada kinerja keuangan Pemerintah
jembatan; (2) Pemeliharaan berkala, Daerah. Provinsi Bali. Metode penelitian
peningkatan, dan pembangunan jaringan secara kuantitatif sebab akibat. Hipotesis
irigasi; (3) penyempurnaan, pembangunan, diuji dalam penelitian ini dengan
pengembangan, dan perluasan jaringan menggunakan Partial Least Square (PLS)
sistem air minum, persampahan, limbah, dan analisis dengan regresi linear berganda.
dan drainase; (4) infrastruktur pelayanan, Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil
kesehatan rujukan rumah sakit; (5) belanja rutin tidak berpengaruh pada kinerja
menunjang penyediaan prasarana keuangan pemerintah daerah dan belanja
pelabuhan daerah; (6) penyediaan prasarana modal berpengaruh pada kinerja keuangan
Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan pemerintah daerah. Variabel independensi,
belanja rutin dan belanja modal mampu
Uji heteroskedastisitas bertujuan barang dan jasa dengan belanja modal tidak
untuk menguji apakah dalam model regresi ada masalah dan dapat diujikan.
terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji Autokerelasi
Jika varians dari residual satu pengamatan Asumsi ini bertujuan untuk
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut mengetahui apakah dalam sebuah
homokedastisitas, namun jika berbeda modelregresilinier ada korelasiantara
disebut heterokedastisitas. Model regresi kesalahan pengganggu pada periode t
yang baik adalah homokedastisitas atau dengan kesalahan pengganggu pada periode
tidak terjadi heterokesdatisitas. t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
Salah satu cara untuk mendeteksi ada maka dinamakan problem autokorelasi.
atau tidaknya heterokedatisitas adalah Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat
dengan melihat grafik plot antar prediksi dilakukan uji statistik melalui uji Durbin-
variabel dependen (ZPRED) dengan Watson (DWtest),ini mempunyai masalah
residualnya (SRESID). Deteksi ada mendasar yaitu tidak diketahuinya secara
tidaknya heteroskesdatisitas dapat tepat mengenai distribusi dari statistik itu
dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya sendiri.
pola titik pada grafik scatterplot antara Selanjutnya, membandingkan dengan
SPRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y tabel DW. Tabel DW terdiri atas dua nilai,
adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu yaitu batas bawah (dl) dan batas atas(du).
X adalah residual yang telah di- Berikut beberapa keputusan setelah
standardized (Ghozali, 2006:125-126). membandingkan DW: (1) bila DW terletak
antara batas atas (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol,
berarti tidak ada autokorelasi; (2) bila nilai
DW lebih rendah dari pada batas bawah
(dl), maka koefisien autokorelasi lebih
besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi
positif; (3) bila nilai DW lebihbesar dari
pada (4-dl), makakoefisien autokorelasi
lebih kecildari pada nol, berarti ada
autokorelasi negatif; (4) bila nilai DW
terletak diantara batas atas (du) dan batas
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
bawah (dl) adaDW terletak antara (4-
Sumber:Output SPSS
du)dan(4-dl),maka hasilnya tidak dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disimpulkan; dan (5) bila nilai DW terletak
data tidak ada pola jelas, serta titik-titik antara(4-du)dan(4-dl),maka hasilnya tidak
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada dapat disimpulkan.
sumbu Y, maka tidak terjadi
Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi
heteroskedastisitas. Hal ini menunjukkan Model Durbin-Watson
bahwa variabel belanja pegawai dan belanja 1 2,011
Sumber: data diolah