Anda di halaman 1dari 18

ISSN Print: 2774-7840 ISSN Online: 2774-7905

Volume 2 Nomor 1 Desember Halaman -


2021
Jurnal Office: Bagian Hukum Administrasi Negara,
Fakultas Hukum Universitas Jambi, Jambi 36361

URGENSI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAP


PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

ALDAM MARIS
Mahasiswa Program Khusus Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Jambi)
e-mail aldammaris@gmail.com

Fitria
Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi
e-mail fitria@unja.ac.id)

Abstract

The research was to identify whether or not the provincial development could create people
welfare and prosperity through provincial budgets and how the control over the provincial
budgets. It was a normative research. The results of the research showed that in planning the
provincial development programs using the provincial budgets, the provincial government still
needed grass root aspirations in order to secure the provincial developments were consistent
with the people expectations in accordance with the potencies in the province

Keywords; Provincial Development Plans

Abstrak
Penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah pembangunan provinsi dapat menciptakan
masyarakat atau tidak kesejahteraan dan kemakmuran melalui APBD provinsi dan
bagaimana pengawasannya terhadap provinsi anggaran. Itu adalah penelitian normatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan program pembangunan provinsi
menggunakan APBD provinsi, pemerintah provinsi tetap diperlukan aspirasi akar rumput
untuk mengamankan pembangunan provinsi yang sejalan dengan harapan masyarakat
sesuai dengan potensi yang ada di provinsi.

Kata Kunci; Rencana Pembangunan Provinsi


A. Pendahuluan kekhususan suatu daerah dalam sistem
Perkembangan arus globalisasi yang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
terjadi saat ini, membuat Indonesia dapat menjadi acuan bagi pemerintah
dihadapkan pada kompetensi pasar modal daerah dalam melakukan perencanaan
yang mengharuskan Indonesia untuk lebih penyusunan anggaran untuk dapat
mandiri dan mampu bersaing dengan membangun potensi daerahnya.
negara lain khususnya di bidang ekonomi. Pemerintah daerah dalam penyusunan
Oleh karena itu, hal ini menjadi tugas yang rancangan anggaran, mempunyai kewajiban
sangat penting bagi pemerintah daerah untuk membuat dokumen perencanaan
dalam mengembangkan daerahnya, agar berupa Program Pembangunan Daerah
dapat mensejahterakan masyarakatnya. (Properda) dan Rencana strategis daerah
Undang-Undang Dasar Negara (Renstrada) kedua dokumen tersebut
Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan acuan rencana 5 (lima) tahunan
(selanjutnya disingkat UUD NRI Tahun yang dijabarkan dalam kerangka tahunan.
1945), secara konstitusional, daerah Anggaran yang dikeluarkan suatu daerah
diberikan kewenangan untuk mengatur dan setiap tahunnya, merupakan suatu rencana
mengurus sendiri urusan pemerintahannya kegiatan dan pembiayaan penyelenggaraan
menurut asas otonomi dan tugas tugas-tugas pemerintahan dan
pembantuan. Sebagaimana dalam Pasal 18 pembangunan daerah otonom dituangkan
ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, dinyatakan dalam dokumen yang disebut dengan
bahwa: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
“Pemerintah Daerah Provinsi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
kabupaten, dan kota mengatur dan Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1
mengurus sendiri urusan angka 32 yang dinyatakan bahwa:
pemerintahan menurut asas otonomi “Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang

dan tugas pembantuan” selanjutnya disingkat APBD adalah rencana


keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan
Penyelenggaraan pemerintahan daerah
dengan Perda”
yang diamanatkan oleh UUD NRI Tahun
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
1945, diarahkan untuk mempercepat
17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara,
terwujudnya kesejahteraan masyarakat
Pasal 1 angka 8 yang dinyatakan bahwa:
melalui peningkatan, pelayanan,
“Anggaran Pendapatan Belanja
pemberdayaan dan peran serta masyarakat
Daereah, selanjutnya disebut APBD, adalah
serta peningkatan daya saing daerah
rencana keuangan tahunan pemerintahan
dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
daerah yang disetujui oleh Dewan APBD, pemerintah daerah harus mengikuti
Perwakilan Rakyat Daerah” prosedur administratif yang ditetapkan.
APBD merupakan dasar pengelolaan Pendapatan daerah pada hakikatnya
keuangan daerah dalam masa satu tahun diperoleh melalui mekanisme pajak dan
anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari retribusi atau pungutan lainnya yang
sampai dengan tanggal 31 Desember. dibebankan pada seluruh masyarakat.
Kepala daerah dalam penyusunan Dalam konteks belanja, pemerintah daerah
rancangan APBD menetapkan prioritas dan harus mengalokasikan belanja daerah
plafon anggaran, sebagai dasar penyusunan secara adil dan merata agar relatif dapat
rencana kerja dan anggaran satuan dinikmati oleh seluruh kelompok
perangkat daerah. Berdasarkan prioritas masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya
dan plafon anggaran ini, kepala satuan kerja dalam pemberian pelayanan umum. Oleh
perangkat daerah menyusun rencana kerja karena itu, untuk dapat mengendalikan
dengan pendekatan berdasarkan potensi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran,
kerja yang akan dicapai. maka dalam perencanaan anggaran perlu
a. Perkembangan yang tidak sesuai diperhatikan:
dengan asumsi kebijakan umum APBD, 1. Penetapan secara jelas tujuan dan
b. Keadaan yang menyebabkan harus sasaran, hasil dan manfaat, serta
dilakukan pergeseran anggaran antar indikator kinerja yang ingin dicapai;
unit, antar kegiatan, dan antar jenis 2. Penetapan prioritas kegiatan dan
belanja, penghitungan beban kerja, serta
c. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih penetapan harga satuan yang rasional.
perhitungan anggaran tahun Penyusunan APBD pada dasarnya
sebelumnya, harus digunakan untuk bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan
pembiayaan dalam tahun anggaran ekonomi makro dan sumber daya yang
berjalan. tersedia, mengalokasikan sumber daya
APBD merupakan instrumen yang secara tepat sesuai kebijakan pemerintah
menjamin terciptanya disiplin dalam proses dan mempersiapkan kondisi bagi
pengambilan keputusan terkait dengan pelaksanaan pengelolaan anggaran secara
kebijakan pendapatan maupun belanja baik. Dalam penyusunan APBD yang
daerah. Dalam rangka disiplin anggaran, dilakukan oleh kepala daerah yang
penyusunan anggaran, baik pendapatan dijabarkan lebih lanjut dalam Raperda
maupun belanja, juga harus mengacu pada APBD yang disetujui atau tidak disetujui
aturan atau pedoman yang melandasinya. oleh DPRD.
Oleh karena itu, dalam proses penyusunan
Tahapan persetujuan DPRD merupakan Kutipan (referensi) disisipkan
titik awal yang rawan terjadinya menggunakan foot noot (full note).1 Contoh
penyimpangan dalam perencanaan penulisan referensi dari Undang-Undang 2
pengelolaan keuangan daerah. Beberapa dan dari artikel jurnal.3 Pada penulisan
fenomena yang sering terjadi dalam artikel ini tidak menggunakan kata ganti
tahapan persetujuan DPRD atas Raperda pertama (saya, kamu, kami, penuis, kita)
APBD, antara lain: diganti dengan “artikel ini” atau “tuliasan
1. Terjadinya kolusi kelembagaan antara ini”. Naskah hasil penelitian dan
DPRD dengan pemerintah daerah, pengkajian hukum ditulis dalam bahasa
dimana DPRD akan menyetujui RAPBD Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa
jika kepala daerah menyetujui yang berlaku atau baku, kertas A4,
pencairan dana tertentu. marjin atas-kanan-kiri-bawah 3 cm,
2. Terjadinya kolusi individu antara dengan rentan 5.000-10.000 kata diluar
oknum anggota DPRD dengan pimpinan identitas artikel, abstrak, dan daftar
SKPD atau oknum pemerintah daerah pustaka. (Cambria, ukuran 11pt, spasi 1.5).
lainnya untuk meloloskan program atau
proyek tertentu dengan imbalan uang B. Metode Penelitian
tertentu atau pekerjaan proyek oleh Penelitian ini dilakukan dengan metode
kolega oknum anggota DPRD tersebut. penelitian hukum normatif. Penelitian hukum
Penelitian ini bertujuan untuk normatif digunakan untuk mengidentifikasi
mengetahui Perencanaan Pembangunan konsep atau gagasan dan asas-asas hukum
Daerah Dapat Mewujudkan Kesejahteraan dalam menelaah dan mengkaji secara
Rakyat melalui APBD. mendalam mengenai tegaknya peraturan
perundang-undangan dan tujuan negara
hukum Indonesia yang demokratis, khususnya
Template ini dirancang untuk yang digunakan sebagai acuan dasar di dalam
membantu para penulis dalam UUD NRI Tahun 1945 maupun peraturan
menyiapkan manuskrip. Ini merupakan 1
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian
format tampilan yang persis diharapkan Hukum, Bandung: Bandar Maju, 2008. hlm.
12.
oleh editor MENDAPO: Journal Of 2
Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Republik
Administrative Law. Untuk Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
menggunakan template ini, cukup Save Hidup.
3
M. Zulfa Aulia, “Hukum Pembangunan dari
As ke dokumen Anda, kemudian copy Mochtar Kusuma-atmaja: Mengarahkan
dan paste dokumen Anda di sini. Pembangunan atau Pengabdian pada
Pembangunan?,” Undang Jurnal Hukum,
Vol.1, No.2, Mei 2018, hlm. 363-367.
perundang-undangan yang lainnya yang dieksplikasi yakni diuraikan dan dijelaskan
berkaitan dengan Anggaran Pendapatan sesuai objek yang diteliti berdasarkan teori,
Belanja Daerah (APBD). Ketiga bahan yang telah dieksplikasi dilakukan
Mengingat Permasalahan yang akan evaluasi yakni dinilai dengan menggunakan
dibahas dalam penelitian adalah Urgensi ukuran ketentuan hukum yang berlaku,
Penerapan Anggaran Pendapatan Belanja sehingga ditemukan ada yang tidak sesuai atau
Daerah (APBD) Terhadap Perencanaan bertentangan dengan hukum, kemudian
Pembangunan, maka pendekatan yang ketentuan yang tidak sesuai ditinggalkan.
digunakan antara lain pendekatan keilmuwan Langkah analisis tersebut dilakukan
yaitu pendekatan perundang-undangan secara integral dalam satu kesatuan sehingga
(statute approach) dan pendekatan konseptual hasilnya merupakan kesimpulan yang
(conceptual approach). komprhensif, kritis, dan sekaligus evaluatif
Pengumpulan bahan hukum dalam sebagai tahap preskripsi, yakni menentukan
penelitian ini dilakukan dengan inventarisasi hukum yang berlaku dan kemudian
dokumen melalui studi pustaka dengan cara dikembangkan, sehingga menemukan hukum
mencari bahan hukum dengan mengkaji baru. Analisis secara integral-integratif, dapat
dokumen hukum berupa buku-buku hukum, dikonstruksikan dalam bentuk fakta, teori dan
jurnal hukum dan ketentuan hukum nilai.
perundang-undangan baik berupa naskah
Undang-undang Pemerintahan Daerah. C. Pembahasan Dan Analisis
Inventarisasi dokumen dilakukan dengan tiga Anggaran merupakan instrumen
bentuk, yaitu, Bahan hukum primer, Bahan kebijakan yang dimiliki oleh Pemerintah
hukum sekunder dan Bahan hukum tersier. untuk menggambarkan pernyataan
Adapun analisis yang digunakan adalah komprehensif tentang prioritas negara.
analisis bahan hukum terhadap isi suatu Anggaran juga dapat diartikan sebagai
ketentuan hukum yang berkaitan dengan isi kebijakan pemerintah di bidang keuangan
peraturan perundang-undangan tentang yang merupakan pedoman dalam
pemerintahan daerah, keuangan daerah, dan pengambilan kebijakan alokasi anggaran
penyusunan APBD. Sehubungan dengan hal dan membiayai tugas-tugas Negara.
tersebut ada tiga tahapan analisis bahan Anggaran secara umum diartikan
hukum. sebagai suatu perhitungan keuangan yang
Pertama bahan hukum atau fakta yang menggambarkan aktifitas suatu organisasi
dikumpulkan disistimatisir yakni ditata dan berdasarkan perhitungan perbelanjaan
disesuaikan dengan objek yang diteliti, Kedua yang didukung oleh perhitungan
bahan yang telah disistimatisir kemudian pendapatan yang telah direncanakan
sebelumnya. Secara teknis anggaran adalah belanja negara (APBD) merupakan
suatu dokumen yang terdiri atas kata-kata penjabaran dari pokok-pokok
dan angka-angka. Anggaran Negara yang kebijaksanaan yang telah ditetapkan dalam
ditetapkan dalam bentuk Undang-Undang, dokumen rencana pembangunan daerah.
mengandung unsur-unsur antara lain: Dengan demikian, maka penganggaran
merupakan suatu bentuk
1. Dokumen hukum yang memiliki
pertanggungjawaban politik yang utama
kekuatan hukum mengikat;
dari pelaksanaan demokrasi.
2. Rencana penerimaan Negara, baik dari
sektor pajak, bukan pajak dan hibah; Tahap penganggaran menjadi sangat
3. Rencana pengeluaran Negara, baik penting, karena anggaran yang tidak efektif
bersifat rutin maupun pembangunan; dan tidak berorientasi pada kinerja akan
4. Kebijakan Negara terhadap dapat menggagalkan perencanaan yang
kegiatankegiatan di bidang telah disusun. Sehingga tujuan dari
pemerintahan yang memperoleh penganggaran harus dipahami oleh
prioritas atau tidak memperoleh perumusan kebijakan anggaran, yaitu
prioritas; anggaran harus berbasis kinerja dan
5. Masa berlaku hanya satu tahun, kecuali sebesar-besarnya untuk kemakmuran
diberlakukan untuk tahun anggaran masyarakat. Richard Goode,
Negara ke depan. mengungkapkan bahwa ada beberapa
tujuan dari penganggaran, yaitu:
Kelima unsur anggaran Negara di atas
merupakan satu kesatuan tak terpisahkan 1. Penganggaran merupakan penjabaran
sehingga menggambarkan kemampuan kerangka kerja dari kebijaksanaan yang
Negara dalam jangka waktu satu tahun telah ditetapkan;
untuk mewujudkan tujuannya. Unsur-unsur 2. Penganggaran merupakan alat
yang terdapat dalam anggaran negara implementasi dari kebijakan tersebut,
merupakan hal-hal yang bersifat esensial yang merupakan standar dari ekonomi
yang bertujuan untuk mensejahterakan dan efesiensi. Penganggaran merupakan
rakyat. alat manajemen dan sekaligus
prosedurnya merupakan alat kontrol
Penganggaran dilakukan melalui
administrasi;
mekanisme perencanaan pembangunan dari
3. Penganggaran merupakan alat kontrol
atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
hukum;
Perencanaan operasioanl tahunan yang
4. Dokumen anggaran dapat merupakan
tertuang dalam anggaran pendapatan dan
sumber informasi bagi masyarakat luas
mengenai kegiatan yang telah anggaran sebagai ukuran yang menjadi
dilakukan, keputusan yang diambil, dan patokan apakah suatu bagian/unit kerja
gambaran yang datang mengenai telah memenuhi target baik berupa
kegiatan pembangunan. terealisasinya program maupun
terpenuhinya prinsip efesiensi
Anggaran disamping sebagai bentuk
anggaran;
perencanaan bidang penggunaan uang atau
6. Sebagai alat motivasi, artinya anggaran
dana, anggaran juga memiliki fungsi.
dapat digunakan sebagai alat
Anggaran dilihat dalam tiga disiplin ilmu
komunikasi dan menjadikan nilai-nilai
yang membahas tentang perlunya fungsi
nominal yang tercantum sebagai target
anggaran, sebagai berikut:
pencapaian;
Pertama, dalam konsep ilmu keuangan 7. Sebagai alat pengendalian, yaitu dengan
negara, anggaran berfungsi: adanya anggaran, organisasi sektor

1. Sebagai alat perencanaan, yaitu dengan publik dapat menghindari adanya

adanya anggaran, organisasi pengeluaran yang terlalu besar atau

(pemerintahan) akan mengetahui apa adanya penggunaan dana yang tidak

yang harus dilakukan dan arah mana semestinya.

kebijakan itu dibuat dan dilaksanakan; Kedua, dari sisi ilmu akutansi sektor
2. Sebagai alat kebijakan, yaitu melalui publik, anggaran mempunyai fungsi:
anggaran kita dapat menentukan arah
1. Fungsi otorisasi;
atas kebijakan tertentu ;
2. Fungsi konfrehensip atau menyeluruh;
3. Sebagai alat politik, yaitu melalui
3. Fungsi keutuhan, artinya semua
anggaran kita dapat melihat komitmen
penerimaan dan pengeluaran tercakup
pengelolaan dalam melaksanakan
dalam satu dana umum;
program-program yang telah dijanjikan;
4. Funsi nondiscretionary apropriasi, yaitu
4. Sebagai alat koordinasi dan komunikasi,
jumlah yang disetujui legislatif harus
yaitu melalui dokumen anggaran yang
bermanfaat secara ekonomis;
komprehensip sebuah bagian atau unit
5. Periodik dan berkeseinambungan;
kerja atau departemen yang merupakan
6. Akurat dan terpercaya;
sub organisasi dapat mengetahui apa
7. Jelas; dan
yang harus dilakukan dan juga apa yang
8. Transparan.
akan dilakukan oleh bagian /unit kerja;
5. Sebagai alat penilai kinerja, yaitu karena
anggaran berbentuk dokumen, maka
Ketiga, dari sisi ilmu hukum keuangan 6. Sebagai alat pengawasan legislatif
negara, fungsi anggaran negara, meliputi terhadap eksekutif.
fungsi:
Simmons mengungkapkan bahwa fungsi
1. Fungsi hukum tata negara, meliputi alat anggaran negera adalah sebagai berikut:
otorisasi;
1. Fungsi hukum tata Negara;
2. Fungsi hukum administrasi, berkaitan
2. Fungsi teknis pengurusan atau biasa
dengan sumber wewenang dan
juga disebut fungsi mikro-ekonomi;
penggunaan wewenang;
3. Fungsi makro-ekonomis. Anggaran ini
3. Fungsi teknis pengurusan atau
merupakan landasan bagi kebijaksanaan
mikroekonomi, meliputi dasar
yang ditujukan kepada perkembangan
pengurusan secara tertib, wajar, serasi,
yang seimbang daripada rumah tangga
transparan, berdayaguna, berhasil guna,
masyarakat.
serta sebagai dasar pertanggung
jawaban bagi pelaksana; Pemerintah dalam melaksanakan

4. Fungsi makro-ekonomi, yaitu alat otonomi daerah yang luas, memerlukan

kebijaksanaan dalam penentuan tingkat dana yang cukup dan terus meningkat

belanja nasional; sesuai dengan meningkatnya tuntutan

5. Fungsi lain-lainnya yang melekat dan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan

terpraktek dalam penyusunan dan pembangunan. Dana tersebut diperoleh dari

penggunaan anggaran. kemampuan menggali sumber keuangan


sendiri didukung oleh perimbangan
Menurut Gildenhuys, anggaran memiliki
keuangan pusat dan daerah sebagai sumber
enam fungsi, yaitu:
pembiayaan.
1. Sebagai kebijakan yang
Keuangan daerah merupakan tolak ukur
menggambarkan tujuan dan sasaran
bagi penentuan kapasitas dalam
khusus yang hendak dicapai melalui
menyelenggarakan tugas-tugas otonomi,
suatu pengeluaran dalam anggaran;
disamping tolak ukur lain seperti
2. Sebagai sarana redistribusi kekayaan
kemampuan sumber daya alam, kondisi
sebagai salah satu fungsi publik yang
demografi, potensi daerah, serta partisipasi
paling utama dari anggaran;
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintahan
3. Sebagai program kerja pemerintah;
dalam mengatur anggaran keuangan daerah
4. Sebagai sumber informasi;
haruslah memiliki perencanaan di dalam
5. Sebagai sarana koordinasi kegiatan
melakukan pembangunan daerah.
pemerintahan;
1. Perencanaan Pembangunan Tingkat sosial, serta agar arah pembangunan untuk
Nasional kepentingan keadilan sosial menjadi upaya
Perencanaan merupakan seluruh tepenting.
tindakan pemerintah dalam mewujudkan Perencanaan pembangunan dilihat dari
suatu keadaan yang teratur. Sebagaimana segi sebagai sarana cara mencapai tujuan
dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1, mempunyai makna sebagai arah atau
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 pedoman untuk bekerja, perkiraan
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan (forcasting) dalam upaya mencapai efisiensi
Nasional, yaitu: dan mengurangi resiko, kesempatan untuk
“Perencanaan adalah suatu proses menentukan berbagai alternatif yang
untuk menentukan tindakan masa terbaik dalam pembangunan, dan
depan yang tepat, melalui urutan pilhan, standarisasi untuk melakukan
dengan memperhitungkan sumber daya pengawasan / evaliasi pengendalian.
yang tersedia” Pembangunan nasional merupakan
Defenisi Perencanaan menurut P. de usaha peningkatan kualitas manusia dan
Haan dan kawan-kawanbahwa, sebagai masyarakat Indonesia secara berkelanjutan
berikut: dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
“Konsep perencanaan pemerintah arti pengetahuan dan teknologi serta
luas didefinisikan sebagai persiapan dan memperhatikan tantangan perkembangan
pelaksanaan yang sistematis dan global. Pelaksanaannya mengacu pada
terkoordinasi mengenai kepribadian bangsa dan nilai luhur yang
keputusankeputusan kebijakan yang universal untuk mewujudkan kehidupan
didasarkan pada suatu rencana kerja bangsa yang berdaulat, mandiri,
yang terkait dengan tujuan-tujuan dan berkeadilan, sejahtera, maju serta kukuh
cara-cara pelaksanaannya” kekuatan moral dan etikanya
Perencanaan pembangunan bagi suatu Perencanaan Pembangunan Nasional
bangsa yang sedang mengejar ketinggalan merupakan satu kesatuan tata cara
dengan bangsa-bangsa yang sudah maju perencanaan pembangunan untuk
terkait dengan pandangan hidup bangsa menghasilkan rencana-rencana
yang bersangkutan. Perencanaan pembangunan dalam jangka panjang, jangka
pembangunan diperlukan agar menengah, dan tahunan yang dilaksanakan
pembangunan itu tetap konsisten pada oleh unsur penyelenggara negara dan
tujuan nasional yang sudah disepakati, masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
sebagai upaya penerobosan menuju Sebagaimana dalam Undang-Undang No. 25
pembaruan struktur ekonomi, politik dan Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Ketentuan Umum kerja yang secara fungsional bertugas untuk
Pasal 1 angka 2, bahwa: itu.
“Pembangunan daerah adalah upaya
Perencanaan dengan pendekatan
yang dilaksanakan oleh semua
partisipatif dilaksanakan dengan
komponen bangsa dalam rangka
melibatkan semua pihak yang
mencapai tujuan negara”
berkepentingan (stakeholder) terhadap
dalam Undang-Undang No. 25 Tahun pembangunan. Pelibatan mereka adalah
2004 Tentang Sistem Perencanaan untuk mendapatkan aspirasi dan
Pembangunan Nasional, mencakup lima menciptakan rasa memiliki. Sedangkan,
pendekatan dalam seluruh rangkaian pendekatan atas-bawah dan bawah-atas
perencanaan, yaitu: dalam perencanaan dilaksanakan menurut
jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses
1. Politik;
atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan
2. Teknokratik;
melalui musyawarah yang dilaksanakan
3. Partisipatif;
baik di tingkat Nasional, Provinsi,
4. Atas-Bawah (Top-Down); dan
Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
5. Bawah-Atas (Bottom-Up).
Penjelasan Undang-Undang No. 25
Pendekatan politik memandang bahwa
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah
Pembangunan Nasional, Perencanaan
proses penyusunan rencana, karena rakyat
pembangunan terdiri dari empat (4)
pemilih menentukan pilihannya
tahapan yakni:
berdasarkan program-program
pembangunan yang ditawarkan masing- 1. Penyusunan rencana;
masing calon Presiden/ Kepala Daerah. Oleh 2. Penetapan rencana;
karena itu, rencana pembangunan adalah 3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana; dan
penjabaran dari agendaagenda 4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana.
pembangunan yang ditawarkan
Keempat tahapan diselenggarakan
Presiden/Kepala Daerah pada saat
secara berkelanjutan sehingga secara
kampanye ke dalam rencana pembangunan
keseluruhan membentuk satu siklus
jangka menengah. Perencanaan dengan
perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan
pendekatan teknokratik dilaksanakan
rencana dilaksanakan untuk menghasilkan
dengan menggunakan metode dan kerangka
rancangan lengkap suatu rencana yang siap
berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan
untuk ditetapkan yang terdiri dari 4
(empat) langkah. Langkah pertama adalah
penyiapan rancangan rencana tersebut oleh pimpinan
pembangunan yang bersifat teknokratik, Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
menyeluruh, dan terukur. Perangkat Daerah. Selanjutnya,
Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan
Langkah kedua, masing-masing instansi
menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan
pemerintah menyiapkan rancangan rencana
rencana pembangunan dari masing-masing
kerja dengan berpedoman pada rancangan
pimpinan Kementerian/ Lembaga/Satuan
rencana pembangunan yang telah
Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas
disiapkan. Langkah berikutnya adalah
dan kewenangannya.
melibatkan masyarakat (stakeholders) dan
menyelaraskan rencana pembangunan yang Evaluasi pelaksanaan rencana adalah
dihasilkan masing-masing jenjang bagian dari kegiatan perencanaan
pemerintahan melalui musyawarah pembangunan yang secara sistematis
perencanaan pembangunan. Sedangkan mengumpulkan dan menganalisis data dan
langkah keempat adalah penyusunan informasi untuk menilai pencapaian
rancangan akhir rencana pembangunan. sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan
Tahap berikutnya adalah penetapan
indikator dan sasaran kinerja yang
rencana menjadi produk hukum sehingga
tercantum dalam dokumen rencana
mengikat semua pihak untuk
pembangunan. Indikator dan sasaran
melaksanakannya. Menurut Undang-
kinerja mencakup masukan (input),
Undang ini, rencana pembangunan jangka
keluaran (output), hasil (result), manfaat
panjang Nasional/Daerah ditetapkan
(benefit) dan dampak (impact).
sebagai UndangUndang/Peraturan Daerah,
rencana pembangunan jangka menengah 2. Perencanaan Pembangunan Tingkat
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Provinsi
Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan
Perencanaan wilayah di tingkat provinsi
rencana pembangunan tahunan
yang dikenal pada masa orde baru adalah
Nasional/Daerah ditetapkan sebagai
penyusunan Repelita daerah tingkat
Peraturan Presiden/Kepala Daerah.
provinsi. Berdasarkan ketetapan yang
Pengendalian pelaksanaan rencana
dibuat perrerintah pusat, setiap daerah
pembangunan dimaksudkan untuk
provinsi harus menyiapkan buku Repelita
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran
dengan berpedoman pada model Repelita
pembangunan yang tertuang dalam rencana
Nasional. Repelita ini kemudian lebih
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan
diperinci dalam bentuk Sarlita (sasaran
penyesuaian selama pelaksanaan rencana
pelita). Setelah di berlakukannya undang- (Rencana Kerja Pembangunan Daerah). Di
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang masa lalu perencanaan seperti ini belum
Pemerintahan Daerah maka pemerintah mengemukakan proyek, paling-paling hanya
daerah wajib menyusun RPJP (Rencana sampai pada penetapan program.
Pembangunan Jangka Panjang) dengan Semestinya dalam RKPD telah menyebutkan
masa perencanaan 20 tahun ke depan dan proyek, lokasinya, dan sumber
RPJM (Rencana pembangunan Jangka pembiayaannya. Selain itu, saat ini sudah
Menengah) dengan masa perencanaan 5 disusun Rencana Struktur Tata Ruang
tahun ke depan. RPJM dirinci ke dalam Provinsi (RSTRP). Rencana ini sudah
rencana tahunan yang disebut RKPD bersifat spasial, berupa arahan atau
(Rencana Kerja pembangunan Daerah) petunjuk tetapi belum menunjuk lokasi
berbagai kegiatan secara tegas. Di luar
RPJM juga dirinci masing-masing instansi
penyusunan buku Repelita/Propeda dan
pelaksana dengan menyusun Renstra SKPD
RSTRP maka perencanaan pada level
(Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
tingkat provinsi yang mencakup seluruh
Daerah). Di masa lalu perencanaan ini
provinsi belum ada yang umum dilakukan
dilakukan berdasarkan pendekatan sektoral
oleh pemda provinsi, kecuali yang bersifat
sehingga laporannya berupa gabungan
sektoral yang dilakukan oleh dinas masing-
perencanaim sektor dan masih sedikit
masing.
menyinggung lokasi atau less-spatial dan
biasanya tidak dibarengi dengan peta-peta. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004
Repelita ini kemudian dijabarkan ke dalam tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
pro$am tahunan dalam rencana Anggaran Nasional, mengisyaratkan bahwa setiap
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). daerah harus menyusun rencana
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, pembangunan daerah secara sistematis,
penyusunan RAPBD seringkali tidak terlihat terarah, terpadu dan tanggap terhadap
dengan jelas terhadap Repelita. perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang
perencanaan jangka panjang (25 tahun),
Setelah era reformasi istilah yang dipakai
jangka menengah (5 tahun) maupun jangka
adalah Propeda (program pembangunan
pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap
daerah), yang isinya lebih kurang sama
daerah (propinsi/kabupaten/kota) harus
dengan Repelita. Adapun rinciannya lebih
menetapkan Rencana Pembangunan Jangka
lanjut dinamakan Renstra (rencana
Panjang Daerah (RPJPD), Rencana
strategi). Sekarang istilah yang digunakan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
adalah RPJM yang kemudian dirinci ke
dalam rencana tahunan yang disebut RKPD
(RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah pembangunan daerah diperlukan karena
Daerah (RKPD). pelaksanaan pembangunan
didesentralisasikan dari pemerintah pusat
Penyusunan rencana pembangunan ini
kepada pemerintah daerah. perencanaan
tersebut dirumuskan melalui forum
pembangunan daerah adalah suatu proses
Musyawarah Perencanaan Pembangunan
perencanaan yang dimaksudkan untuk
(Musrenbang). Dalam musrenbang tersebut
melakukan perubahan menuju arah yang
seluruh pelaku/aktor pembangunan
lebih baik bagi suatu komunitas
dilibatkan dalam penyusunan rencana
masyarakat, pemerintah dan lingkungannya
pembangunan. Dalam sistem perencanaan
dalam wilayah/daerah tertentu dengan
pembangunan ini, rencana dibagi dalam
memanfaatkan atau mendayagunakan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
berbagai sumber daya yang ada dan harus
(RPJP), Rencana Pembangunan Jangka
memilki orientasi yang bersifat menyeluruh,
Menengah (RPJM), dan Rencana
lengkap, tetapi tetap berpegang pada azas
Pembangunan Tahunan.
prioritas.
Rencana Pembangunan Tahunan
Perencanaan pembangunan yang
merupakan bentuk rencana operasional
berkualitas menjadi salah satu kunci
dari RPJP dan RPJM. Rencana Pembangunan
keberhasilan pembangunan yang baik
Tahunan atau yang disebut sebagai Rencana
dalam skala nasional maupun daerah.
Pembangunan Tahunan Daerah (RKPD)
UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004
inilah yang menjadi pedoman untuk
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
Nasional (SPPN) menisyaratkan bahwa
dan Belanja Daerah (RAPBD). Di dalam
setiap daerah agar menyusun Rencana
RAPBD, terdapat berbagai kegiatan yang
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
diusulkan oleh masyarakat/ stakeholders
(RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
melalui instansi atau Satuan Kerja
Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana
Perangkat Daerah (SKPD) yang relevan
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
dengan bidang tugasnya dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan sesuai 3. Perencanaan Pembangunan Tingkat
dengan apa yang digariskan dalam visi dan Kabupaten/Kota
misi daerah.
Kabupaten/Kota dalam melakukan
Pelaksanaan pembangunan daerah, suatu perencanaan pembangunan, melihat
sesuai dengan peran pemerintah daerah sejarahnya, kabupaten/kota sama seperti
dalam era otonomi luas, perencanaan pada tingkat provinsi. Yang dimana
perencanaan dalam tingkat kabupaten atau induk tata ruang kota, rencana detail tata
kota adalah Repelita (Propeda) dan saat ini ruang kota. Selain itu sejak tahun 1986,
RPJM. Isi dan metode penyusunannya lebih telah dimulai apa yang disebut Penyusunan
kurang sama dengan yang dilakukan pada Program Prasarana Kota secara Terpadu
tingkat provinsi. Padahal semestinya makin (PPPKT). PPPKT menghasilkan Program
sempit daerah perencanaan, semakin Jangka Menengah (PIM), yaitu program
mungkin membuat perencanaan yang lebih pembangunan untuk masa 5-6 tahun. PJM
bersifat spesial. Semestinya perencanaan P3KT ini sudah menyebutkan proyek, di
jangka menengah tingkat kabupaten atau mana lokasinya, kapan dilaksanakan, dan
kota, selain lebih spesial juga dapat dari mana sumber dananya.
mengarah pada penetapan proyek tahunan
Perencanaan model P3KT selain bersifat
untuk kabupaten atau kota yang
speasial (lokasi proyek terlihat di dalam
bersangkutan.
peta) sekaligus dilengkapi rencana proyek
Pada tahun-tahun terakhir masa orde untuk setiap tahun disertai besarnya biaya
baru, Repelita juga ditindak lanjuti dengan yang dibutuhkan dan perkiraan sumber
penyusunan sasaran pelita (Sarlita). Pada dana untuk membiayai proyek tersebut.
saat itu sudah dibuat sasaran berdasarkan Sayangnya, PJM P3KT hanya menyangkut
lokasi tetapi belum dibarengi dengan wilayah yang sudah dikategorikan sebagai
pembiayaan proyek. Setelah era reformasi kota (termasuk beberapa ibukota
istilah yang digunakan untuk Sarlita adalah kecamatan di kabupaten yang sudah
Renstra (rencana strategi). Saat ini istilah dianggap memiliki ciri-ciri perkotaan),
yang digunakan adgfah RKPD. Selain itu, tetapi belum mencakup wilayah pedesaan.
sebagian besar kabupaten atau kota juga
4. APBD dan Rencana Pembangunan
sudah membuat rencana tata ruang wilayah
Sebagai Instrumen penyelesaian
(RTRW) yang sifatnya lebih detail dibanding
Kesejahteraan Sosial
RSTRP provinsi. Di luar kedua bentuk
perencanaan itu, belum ada perencanaan Karekteristik Negara Hukum

lain yang dipraktikkan secara umum yang Kesejahteraan adalah memberikan

mencaku seluruh wilayah kabupaten. kesejahteraan kepada rakyatnya. Maka

Berbeda dengan di kabupaten, kota sudah dapat diartikan, bahwa segala kegiatan

mengenal bentuk perencanaan lain, dalam menyelenggaraan pemerintahan

terutama yang menyangkut tata ruang haruslah memperhatikan kesejahteraan

perkotaan. Telah banyak kota yang rakyatnya. Sebagaimana telah diamanatkan

menyusun master plan kota atau rencana di dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
alinea ke empat, dimana negara dalam Pengelolaan keuangan daerah menjadi
menyelenggarakan pemerintahan negara instrumen yang sangat penting dalam
dapat memajukan kesejahteraan rakyat penyelenggaraan otonomi daerah,
diseluruh wilayah Negra Kesatuan Republik utamanya dalam rangka melihat kinerja
Indonesia. pengelolaannya dikaitkan dengan
peningkatan kesejakteraan rakyat. Kinerja
Salah satu syarat untuk
tersebut dapat dilihat dari proses
mensejahterakan rakyatnya adalah
penyusunan APBD, pelaksanaan dan
persoalan sistem keuangan negara.
penerapannya serta bagaimana
Keuangan negara merupakan sumber
pertanggung jawaban penggunaannya.
pendanaan untuk penyelenggaraan
pemerintah dan pemerintahan daerah Transparan merupakan prinsip
dalam mensejahterakan rakyatnya. keterbukaan yang memungkinkan
Pemerintahan daerah dalam masyarakat untuk mengetahui dan
menyelenggarakan sistem keuangan negara mendapatkan akses informasi seluas-
diberikan kewenangan untuk mengatur luasnya tentang keuangan daerah.
daerahnya secara otonomi. Oleh karena itu, Bertanggung jawab merupakan perwujudan
pemerintahan daerah berhak mengurus dan kewajiban seseorang atau satuan kerja
mengatur keuangannya sendiri untuk untuk mempertanggung jawabnkan
mensejahterakan rakyatnya. Sebagaiamana pengelolaan dan pengendalian sumber daya
yang diamanatkan dalam UUD NRI Tahun dan pelaksanaan kebijakan yang
1945 untuk diselenggarakan otonomi dipercayakan kepadanya dalam rangka
seluas-luasnya dalam kerangka Negara pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Kesatuan Republik Indonesia.
Peraturan pada aspek perencanaan
Pemerintah pada hakikatnya diarahkan agar seluruh proses penyusunan
mengemban tiga fungsi utama, yakni fungsi APBD sedapat mungkin menunjukkan latar
distribusi, fungsi stabilisasi, dan fungsi belakang pengambilan keputusan dalam
alokasi. Fungsi distribusi dan fungsi penetapan kebijakan umum, skala prioritas
stabilisasi pada umumnya lebih efektif dan dan penetapan alokasi, serta distribusi
tepat dilaksanakan oleh pemerintah, sumber daya dengan melibatkan pertisiasi
sedangkan fungsi alokasi oleh pemerintahan masyarakat. Dalam kerangka pembangunan
daerah yang lebih mengetahui kebutuhan, yang mempunyai cakupan sangat luas,
kondisi, dan situasi masyarakat setempat. perencanaan mempunyai kedudukan
penting dalam menentukan prioritas dan
strategi dalam pembangunan.
APBD merupakan suatu perencanaan arah pembangunan daerah, selanjutnya
yang dilakaukan pemerintah daerah dalam dijabarkan dalam RPJMD dalam 5 (lima).
membangun daerahnya. Oleh karena itu,
D. Kesimpulan
perencanaan merupakan tahapan yang awal
Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka
dari sebuah proses manajemen, maka harus
dapat disimpulkan bahwa Perencanaan
dilakukan secara cermat, tepat dan akurat,
pembangunan daerah melalui APBD yang
membuat perencanaan berarti menetapkan
dilakukan oleh kepala daerah dan disetujui
suatu tujuan dan memilih instrumen dan
bersama dengan DPRD, belum dapat
langkah dalam mencapai tujuan yang
mensejahterakan masyarakat secara
ditetapkan.
keseluruhan. Karena kurangnya partisipasi
Pemerintah daerah dalam melakukan masyarakat dalam penyusunan
penyusunan APBD, tidak terlepas dari perencanaan APBD untuk melakukan
proses perencanaan dan penganggaran. pembangunan daerah.
Karena perencanaan dan penganggaran E. Saran
merupakan dua proses yang tidak dapat Oleh karena kesimpulan diatas tersebut,
dipisahkan. Penganggaran bisa disusun atas dalam tulisan ini direkomendasikan agar
dasar sebuah perencanaan yang menjadi Pemerintah daerah haruslah mengikut
acuan dalam membuatnya, demikian juga sertakan masyarakat dalam perencanan
dengan perencanaan akan terlaksana jika pembangunan daerah melalui perencanaan
didukung dengan anggaran yang tersedia. penyusunan APBD.
Oleh karena itu, perencanaan pembangunan Ucapan Terima Kasih
yang telah dibuat harus menjadi dasar Penulis mengucapkan terima kasih atas
dalam penyusunan APBD. dukungan semua pihak sehingga penelitian
sekaligus penyelesaikan tulisan ini dapat
Rencana pembangunan daerah yang
terselesaikan,
dimiliki setiap daerah merupakan satu
kesatuan dalam sistem perencanaan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
pembangunan nasional, sebagaimana diatur
Minimal rujukan berjumlah 15 dengan
dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007
komposisi buku 40% dan artikel jurnal
Tentang Rencana Pembangunan Jangka
60%. Referensi utama adalah artikel jurnal,
Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Dalam
dan buku (terbitan 5 tahun terakhir), tidak
UU tersebut, RPJPD merupakan dokumen
termasuk peraturan perundang-undangan
perencanaan pembangunan daerah untuk
dan sumber lainnya Referensi tambahan
priode 20 tahun yang memuat visi, misi dan
berupa Peraturan Perundang-Undangan, T. Triwulan, Titik dan Widodo, Gunadi,
dan Sumber Lainnya. Panjang halaman Ismu. 2011. Hukum Tata Usaha Negara
Daftar isi dikelompokkan kedalam beberapa dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
bagian, yaitu sebagai berikut: Negara Indonesia. Jakarta: Kencana
Artikel/Buku/Laporan Yani, Ahmad. 2013. Hubungan Keuangan
Abdullah, Rozali. 2010. Pelaksanaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di
Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Daerah Secara Langsung. Jakarta: PT Persada.
Raja Grafindo Persada; Peraturan Hukum
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Amiq, H. Bachrul. 2010. Aspek Hukum
Indonesia Tahun 1945;
Pengawasan Pengelolaan Keuangan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Daerah Dalam Perspektif
Tentang Keuangan Negara (Lembaran
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih,
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Yogyakarta: LaksBang Pressindo;
Nomor 47, Tambahan Lembaran
Asshiddiqie, Jimly. 2008. Pokok-Pokok
Negara Republik Indonesia Nomor
Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
4286);
Reformasi. Jakarta: Bhuana Ilmu
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Populer;
Tentang Pembendaharaan Negara
HR, Ridwan. 2013. Hukum Administrasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Negara edisi revisi. Jakarta: Penerbit
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Rajawali Pres;
Lembaran Negara Republik Indonesia
Latif. Abdul. 2007, Fungsi Mahkamah
Nomor 4355);
Konstitusi dalam Upaya Mewujudkan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
Negara Hukum Demokrasi, Yogyakarta:
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Kreasi Total Media;
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Saidi, Muhammad Djafar. 2008. Hukum
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Keuangan Negara. Jakarta: Rajawali
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Pers
Lembaran Negara Republik Indonesia
Subagio, M.1991. Hukum Keuangan Negara
Nomor 4400);
RI, Jakarta: Rajawali Pers;
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Thalib, H. Rasyid. 2008. Hukum Keuangan
Tentang Perimbangan Keuangan
Negara/Daerah dan Tindak Pidana
Antara Pemerintah Pusat dan
Korupsi, Palu: Lembaga Pengkajian
Pemerintahan Daerah (Lembaran
Pembaharuan Hukum dan Kebijakan
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Publik (LP2HKP);
Nomor 126, Tambahan Lembaran Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
Negara Republik Indonesia Nomor 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan
4438); Daerah (Lembaran Negara Republik
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tentang Pemerintahan Daerah Tambahan Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 4578);
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
Lembaran Negara Republik Indonesia Tentang Tahapan, Tata Cara
Nomor 5679); Undang-Undang Nomor Penyusunan, Pengendalian Dan
3 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Evaluasi Pelaksana Rencan
UndangUndang Nomor 27 Tahun 2014 Pembangunan Daerah (Lembaran
Tentang Anggaran Pendapatan Dan Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 Nomor 21, Tambahan Lembaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Nomor
Tahun 2015 Nomor 44, Tambahan 4817);
Lembaran Negara Republik Indonesia Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Nomor 5669); Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun Tentang Pedoman Pengelolaan
2005 Tentang Dana Perimbangan Keuangan Daerah; Peraturan Menteri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Dalam Negeri Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Nomor 37 Tahun 2014 Tentang
Lembaran Negara Republik Indonesia Pedoman Penyusunan Anggaran Dan
Nomor 4575); Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun (Berita Negara Republik Indonesia
2005 Tentang Sistem Informasi Tahun 2014 Nomor 680).
Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576);
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2005 Tentang Hibah Kepada Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4577);

Anda mungkin juga menyukai