Anda di halaman 1dari 97

1

MATRIK FILSAFAT HUKUM


TOPIK SUB TOPIK URAIAN SUB TOPIK

Filsafat Pengertian Filsafat  FILSAFAT: BERASAL DARI BAHASA YUNANI


“PHILOSOPHIA”. PHILO (PHILEIN) BERARTI CINTA DAN
SOPHIA BERARTI KEBIJAKSANAAN. JADI PHILOSOPHIA
BERARTI “ CINTA AKAN KEBIJAKSANAN”.

 MENURUT PARA AHLI


1. MENURUT PLATO
FILSAFAT ADALAH ILMU PENGETAHUAN YANG BERMINAT
MENCAPAI KEBENARAN YANG ASLI.

2. MENURUT ARISTOTELES
FILSAFAT ADALAH ILMU PENGETAHUAN YANG MELIPUTI
KEBENARAN YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA ILMU
MATEMATIKA, LOGIKA, RETORIKA, ETIKA, EKONOMI, POLITIK
DAN ESTETIKA.

3. MENURUT DESCRATES
FILSAFAT ADALAH KUMPULAN SEGALA PENGETAHUAN
DIMANA TUHAN, ALAM DAN MANUSIA MENJADI POKOK
PENYELIDIKAN.

 INTI FILSAFAT “KARYA MANUSIA TENTANG HAKEKAT


SESUATU”
2

Filsafat Hukum Filsafat Hukum  Van Apeldorn:


Filsafat hukum menghendaki jawaban apa itu hukum. (Dominikus Rato,
2011, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan, dan Memahami Hukum, Laks
Bang Justisia, Surabaya, hlm.15)

 Mahadi :
Filsafat hukum adalah falsafah tentang hukum. Fasafah tentang segala
sesuatu dibidang hukum secara mendalam sampai keakar-akarnya secara
sistematis. (Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum, Mencari,
Menemukan, dan Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya,
hlm.15)

 E.Utrech ;
Filsafat hukum memberi jawaban atas pertanyaan: apakah hukum itu yang
sebenarnya ? ( persoalan adanya dan tujuan hukum); apakah sebanya itu
kita mentaati hukum ? ( persoalan berlakunya hukum); apakah yang
menjadi baik-buruknya hukum itu ? ( persoalan keadilan hukum).
(Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan, dan
Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya, hlm.15)
 Purnadi Purbacaraka:
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai; penyerasian
nilai-nilai, seperti antara ketertiban dengan ketentraman, kebendaan dengan
keakhlakan, dan antara kealanggengan atau konservatisme dengan
pembaruan atau perubahan. (Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum,
Mencari, Menemukan, dan Memahami Hukum, Laks Bang Justisia,
Surabaya, hlm.15)

Tujuan Tujuan Filsafat Hukum


1. Menjelaskan nilai-nilai dan dasar-dasar hukum sampai pada dasar
3

filosofisnya
2.  ditemukan hakikat, esensi, substansi, ruh-nya hukum
3. shg hukum mampu hidup dalam masyarakat,
(kejujuran,kemanusiaan,keadilan,equity)

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015


Fungsi Fungsi Filsafat hukum
1. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hukum dalam hidup bersama
2. Menumbuhkan ketaatan pada hukum
3. Menemukan ruhnya hukum
4. Menghidupkan hukum dalam masyarakat
5. Memacu penemuan hukum baru

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015

4.
FAKTOR-FAKTOR
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ADANYA FILSAFAT HUKUM
PENYEBAB ADANYA
FILSAFAT HUKUM
1. Adanya kebimbangan tentang kebenaran dan keadilan dr hukum yg berlaku,
4

dan adanya ketidakpuasan terhadap aturan hukum yg berlaku, krn tidak sesuai
dg keadaan masy. Yg diatur hukum tsb.

2. Adanya kesangsian terhadap nilai peraturan hukum yg berlaku

3. Adanya aliran yg berpendapat bahwa satu-satunya sumber hukum adalah


hukum positif (hukum yg berlaku saat itu)

4. Adanya pendirian bahwa hukum adalah suatu gejala masyarakat yang harus
meladeni kepentingan masyarakat, shg landasan hukum adalah penghidupan
sendiri.

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015

Sejarah Filsafat 1. Zaman Yunani ,


Hukum filsuf nya:  Filsof-filsof I (Anaximander,Heraklitos,Permenides) ; hukum tidak
- Socrates terbatas pada masyarakat manusia, tetapi juga untuk semesta alam, shg
- Plato antara hukum alam dan hukum positif menjadi satu, sbg bagian dari
- Aristoteles hukum Ilahi
 Kaum Sofis
 Negara disebut dengan Polis, dan pada abad V SM polis sudah demokratis;
sudah bukan polis yg res patricia, ttp polis yang res publica.
 Saat itu sudah ada aturan hukum yg jelas (UU), dan warga ikut aktif
dlm pembuatan UU, shg baik dan adil hukum berdasar pada keputusan
5

manusia, bukan pada aturan alam, shg tidak ada kebenaran objektif, yg
berakibat pada suatu anggapan manusia sbg ukuran segala-
galanya  kesewenang-wenangan  anarkhi nihilisme.

* Keadaan tersebut melahirkan pemikiran bagi para filsof, antara lain:

1. Socrates

Kebenaran objektif  dilakukan dg peningkatan pengetahuan  mll


pendidikan, shg tugas utama negara adalah mendidik warga negara dlm
keutamaan (arête). Arete is taat pada hukum negara, yg didasarkan pd
pengetahuan intuitif ttg yang baik dan benar (ada dlm setiap manusia),
disebut theoria. Cara : Refleksi atas diri sendiri, Gnooti Seauton.

2. Plato

– Karya (ttg negara) : Politeia dan Nomoi

 Dualisme, ada dunia ide, eidos, dan dunia fenomen, shg negara juga
ada negara ideal, dan negara fenomen. Dalam negara ideal segalanya
sangat teratur secara adil.

* Bagaimana dapat teratur?

 dikaji dari keteraturan jiwa, yaitu ketiga unsur jiwa (akal,rasa,karsa) akan
6

memiliki keteraturan apabila ada kesatuan harmonis

 apabila perasaan dan nafsu dikendalikan dan ditundukkan oleh akal

 Keadilan : terletak pada batas seimbang antara ketiga bagian jiwa

 aplikasi: negara harus diatur scr seimbang sesuai dg bagian-bagiannya

keadilan. Bagian-bagian negara menurut Plato:

a.kelas orang-orang yg memiliki kebijaksanaan

b.kelas orang yg memiliki keberanian  kelas tentara

c.kelas orang yg memiliki pengendalian diri

 Adil, if setiap golongan berbuat sesuai dg tempat dan fungsinya


(tugasnya).

* Kitab UU

  didahului dg preambul (motif dan tujuan metaati UU)

 W.N. taat tidak karena takut, tetapi karena insaf akan kegunaan UU tsb.

* Menurut Plato if ada pelanggaran disebabkan karena kekurangtahuan


7

tentang keutamaan hidup, shg diperlukan pendidikan, pendidikan ini antara


lain berupa hukuman, shg hukuman bertujuan untuk memperbaiki sikap moral
si pelanggar, jika tidak dpt diperbaiki moralnya, lebih baik dibunuh.

3. Aristoteles

Karya : Politika (8 jilid)

Pemikiran : pemisahan antara hukum alam dan hukum positif muncul


masalah ketaatan. Ketaatan cenderung imp. Hipotetis bukan imp.kategoris.

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015

2. Zaman Romawi
 Ajaran Stoa sangat berpengaruh .
- Hubungan manusia dengan diri sendiri dan dg logos. Hubungan dg
logos ini melalui hukum universal (lex universalis), terdapat pd segala
yg ada, shg disebut pula lex aeterna (hukum abadi) menjelma ke
alam Lex naturalis, sbg dasar bagi hukum positif.
- Keutamaan seseorang adalah taatnya pada hukum alam bukan pada
8

hukum positif, UU ditaati if sesuai dg hukum alam.


- Yg penting dlm perkembangan hukum jaman ini adalah timbulnya ius
gentium.
- Alur piker ;
Budi ilahi hukum alamberlaku di mana-mana bagi semua
orang  bersifat abadiberlaku bagi semua bangsa  ditampung dlm
hukum positif negara mjd hukum bangsa-bangsa.
Jadi hukum bangsa-bangsa adalah hukum alam yg menjelma mjd
hukum positif semua bangsa, jadi bukan hukum bangsa-bangsa dlm arti
modern yg mengatur hubungan antar bangsa.

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015

3. MASA ABAD  Filsafat hukum tidak mengalami perkembangan, agama Kristen maju
PERTENGAHAN pesat

- Augustinus  Terjadi peralihan Pemikiran-pemikiran filsafat ( termasuk fil.hukum)


- Thomas Aquinas dipengaruhi agama Kristen, shg bercorak religius  zaman Skolastik
 pemikiran, dari Yunani ke Kristiani1.
1. Augustinus : Allah pencipta segalanya  hukum abadi (lex
aeterna)  dlm jiwa manusia disebut hukum alam (lex naturalis)
9

2. Thomas Aquinas

Kebenaran wahyu mjd pedoman bagi kebenaran dari akal budi  keduanya


diakui ada
*hukum berasal :

a.dari wahyu : hukum illahi positif (ius divinum positivum )

b.dari akal budi manusia

– ius naturale (primer dan sekunder)

– ius gentium

– ius positivum humanus

c. keadilan: sesuatu yg sepatutnya bagi orang lain menurut kesamaan


proporsional

– iustitia distributiveI: mewujudkan kebaikan bersama

– iustitia commutative: sesuai hubungan hukum para pihak, seperti


perjanjian/kontrak, ganti kerugian, dalam perbuatan melawan hukum .

– iustitia legalis

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015
10

5. MASA  Terjadi perubahan pola dasar pemikiran manusia, dr terbelenggu mjd bebas
RENAISSANCE berfikir  segala aspek kehidupan manusia mengalami perkembangan pesat
(adanya ilmu-ilmu cabang, penemuan daerah baru negara baru)
- Machiavelli
- Locke  Hal tsb juga berpengaruh pd pemikiran hukum : rasio manusia yg berdiri
- Voltaire sendiri sbg satu-satunya sumber hukum. Dalam konstruksi hukum ,logika
- Montesquieu manusia merupakan unsur penting.
 Tokoh :

1. Machiavelli  Il-Principle (Sang Raja)

Naturalisme belaka : raja mempertahankan kekuasaan dg kekerasan, moral dan


hukum hrs sesuai dg tuntutan politik absolut.

2. Locke

-ada tiga kekuasaan : legislative, eksekutif, federatif

- Negara hukum, negara mjd neg. hukum , if prinsip-prinsip dari hukum privat
dan hukum publik diwujudkan  utk mengatasi kesewenang-wenangan

3. Voltaire
11

-Feodalisme : bangsawan dan rakyat kedudukannya dibedakan


sekali  ketidakadilan muncul slogan :Liberte, egalite, fraternite

4. Montesquieu, antara hukum alam dan situasi konkrit bangsa erat


hubungannya.

- hukum alam , berlaku utk manusia sbg manusiaperealisasian dlm bentuk


hukum dan negara tergantung dr situasi, histories, psikis, cultural suatu
bangsa  shg UU berbeda-beda
- Tiga bentuk negara: monarchi, republik, despotisme
- Trias politica : legislative, eksekutif, federatif, yudikatif

https://kuliahade.wordpress.com/2009/11/22/filsafat-hukum-lengkap/ DIAKSES 1-
3-2015

 Tokoh-tokoh
William Occam (1290-1350), Rene Descartes (1596-1650), Thomas
Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), George Berkeley
(1685-1753), David Hume (1711-1776), Francis Bacon (1561-1626),
Samuel Pufendorf (1632-1694), Thomasius (1655-1728), Wolf (1679-
1754), Montesquieu (1689-1755), J.J. Rousseau (1712-1778), dan
Immanuel Kant (1724-1804).

6. Zaman Moderen  Gerakan kodifikasi pada zaman baru, sebagai akibat tampil nya
unsur logika manusia, ternyata kemudian melahirkan masalah yang
12

berkaitan dengan soal keadilan.


 munculnya teori baru yang dikenal dengan Revolusi
Copernicus (1473-1543) dengan berani menantang
pandangan geosentris bahwa tata surya berpusat pada
bumi dan memperkenalkan teori baru yaitu helosentris
bahwa matahari sebagai psat tata surya
 Kemudian dilanjutkan oleh Rene Descartes
(1596-1650) alias Cartesius dikenal juga
sebagai Bapak Filsafat Modern yang mempelopori
aliran Rasionalisme dimana menegaskan bahwa
ada tiga hal pokok yang bersifat kodrati pada diri
manusia yaitu: realitas pikiran, realitas materi dan
realitas Tuhan. Realitas pikiran dianggap sebagai
realitas manusia yang menyebabkan manusia
memiki keistemewaan. Realitas materi menjadi
penyempurna realitas berfikir yang manusia miliki,
tanpa realitas materi maka realitas pikiran tak
berarti apa-apa. Realitas Tuhan dimaknai
sebagai realitas yang sesungguhnya tanpa
ketergantungan realitas pikiran yang materi.
 Descartes juga memperkenalkan metode berfikir
deduktif logis yang umumnya diterapkan untuk
ilmu-ilmu alam.
13

 Thomas Hobbes merupakan salah satu filsafat


dengan aliran hukum alam dimana mempunyai
prinsip pokok yaitu hak alami utk menjaga diri.

Asal mula terbentuknya negara adalah kontrak sosial


untuk hidup bersama sehingga pentingnya kekuasaan
negara yg besar harus diberikan kepada penguasa yg
absolut. Dan oleh karena negara dan hukum
diwujudkan manusia, maka kebenarannya tergantung
dari manusia.

 John Locke banyak mencetuskan filosofi


mengenai Negara hukum yaitu suatu Negara bisa
dikatakan menjadi negara hukum jika prinsip-
prinsip dari hukum privat dan hukum publik
diwujudkan untuk mengatasi kesewenang-
wenangan.

- John Locke juga membagi fungsi ketatanegaraan


menjadi tiga bagian yaitu legislative, eksekutif,
federative.
- John Locke mempunyai prinsip pokok dimana
Negara dibentuk untuk menjamin hak-hak orang
14

dan Negara tidak mempunyai kemampuan untuk


mencabut hak alam manusia.

Aliran empirisme dipelopori oleh David Hume


(1711-1776) dimana menekankan pada sifat empiris atau
dengan kata lain harus berdasarkan pengalaman dan
memiliki bukti terhadap suatu hal. Oleh karena itu Ia
lebih mencermati dua persoalan pokok yaitu substansi
dan kausalitas.

 Aliran kritisme yang dipelopori oleh Immanuel


Kant (1724-1804) bahwa pendekatan empiris
maupun rasionalisme memiliki kelebihan dan
kekurangan.

Dalam hal ini, ia berpendapat bahwa pada saat


tertentu pengetahuan diperoleh melalui indera
manusia, akan tetapi pada sisi lain kondisi-kondisi
batiniah manusia mengenai proses-proses yang
tunduk pada kausalitas yang tak terbantahkan

 Montesquieu, antara hukum alam dan situasi


konkrit bangsa erat hubungannya. Hukum alam
15

berlaku untuk manusia sebagai manusia dimana


perealisasian dalam bentuk hukum dan negara
tergantung dari situasi, histories, psikis, cultural
suatu bangsa, sehingga Undang-Undang yang
dilahiran berbeda-beda.

Montesquieu berpendapat bahwa bentuk Negara


yag ideal ada tiga bentuk pemerintahan Negara
yaitu monarchi, republik, despotism.

Seperti John Locke, ia membagi fungsi


ketatanegaraan menjadi tiga bagian yang dikenal
dengan istilah Trias politica yang terdiri dari
legislative, eksekutif, yudikatif .

 Rousseau berpendapat bahwa kontrak social


dapat terbentuk apabila kebebasan asli dapat
dipertahankan jika setiap orang dan harta
bendanya menyerahkan diri pada masyarakat.

Sesudah kontrak, manusia bebas lagi, sebab apa yg


telah diserahkan tadi akan dikembalikan kepada
orang-orang utk perkembangan masing-masing.
16

Dengan kontrak sosial manusia mendapat


pengesahan dari hak-haknya sebagai manusia, baik
secara moral, yuridis.

https://deddyhermawan08.wordpress.com/2015/02/16/filsafat-hukum-dalam-
lintasan-sejarah/

7.Zaman  Tokoh : Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883),


Sekarang juga von Savigny sebagai pelopor mazhab sejarah.
(setelah 1800)
 Hegel merupakan tokoh utama dalam idealisme
Jerman, ia merupakan penerus rasionalisme yang
Immanuel Kant.
Menurut Hegel, rasio tidak hanya rasio individual
melainkan juga rasio Keilahian. Teorinya
disebut Dialektika. Tritunggal tersebut terdiri
dari these-antithese-synthese, yang pada akhirnya dari
setiap synthese merupakan titik tolak dari tritunggal
yang baru.
 Karl Marx dan Engels yang menyatakan bahwa
hukum dipandang sebagai pernyataan hidup dalam
masyarakat.
 Von Savigny yang menyatakan bahwa hukum
17

tidak dibuat tetapi tumbuh bersama-sama dengan


perkembangan masyarakat (sejarah).
https://deddyhermawan08.wordpress.com/2015/02/16/filsafat-hukum-dalam-
lintasan-sejarah/

Manfaat 1. Dapat mengetahui masa filsuf Aristoteles terjadilah


mengetahui kemunculan cabang ilmu metafisika, logika, retorika,
perkembangan etika, ekonomi, politik, dan estetika.
sejarah hukum 2. Filsafat dapat membantu kita memahami bahwa
yaitu sesuatu yang tampak di depan mata kita tidak selalu
diantaranya : seperti yang terlihat, masih banyaknya kemungkinan
yang mungkin bisa muncul dari apa yang kita lihat
tersebut. Seperti Nicolaus Copernicus (1473-1543)
dengan berani menantang pandangan geosentris (tata
surya berpusat pada bumi) dan memperkenalkan
pandangan barunya mengenai tata surya yaitu
heliosentris (berpusat pada matahari)
3. Dengan memahami filsafat, kita dapat mengerti
tentang diri kita dan dunia kita karena filsafat
mengajarkan kita bagaimana kita bergulat dengan
pertanyaan mendasar.
4. Filsafat membuat kita lebih kritis karena filsafat
mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita
18

terima ternyata salah atau menyesatkan atau hanya


sebagian kebenaran. Tidak sedikit
kaum sofis dipandang negative pada zamannya dan
berakhir hidupnya dengan tragis.
https://deddyhermawan08.wordpress.com/2015/02/16/filsafat-hukum-dalam-
lintasan-sejarah/

 Lebih peka terhadap kebenaran, keadilan, hak hak


asasi manusia. Karena orang Erofah dan Amerika
cendrung berburu ke nagara lain, dengan 3G (
Gol/mencari kekayaan, Gospel/menyebarkan agama.
Glory/mencari kejayaan).
 Lahirnya
SISTEM FILSAFAT A. 0ntologi hukum A. 0ntologi hukum
HUKUM
Sebagai hasil penerapan ciri berfikir filosofis radikal.

6. Hal dibahas didalamnya adalah :

– Objek kajian ilmu hukum, termasuk objek kajian sesungguhnya, yaitu


mengenai : produk-produk hukum, asas hukum,sumber hukum,sistem
hukum,subjek hukum.

– Asumsi dasar ilmu hukum

Berbagai objek ilmu hukum tersebut agar berkembang perlu kajian,


19

kajian tersebut biasanya diawali dengan meragukan kebenaran asumsi


dasarnya . Asumsi dasar dapat dipahami sebagai asas-asas hukum.
Misal : Asas praduga tak bersalah. Pengertian dr asas ini adl jika
seseorang belum terbukti bersalah tidak dapat diperlakukan sbg
tersangka. Tingkat pemahaman dan perwujudan asas ini masih
membutuhkan kajian, tidak boleh diterima begitu saja. Kajian yg
dilakukan akan mengembangkan ilmu kita.

B.Dimensi  Dimensi epistemologi ada sebagai konsekuensi penerapan ciri berfikir


Epistemologi filosofis ,integral.Setelah ditemukan berbagai faktor / sebab dr suatu
persoalan, maka kemudian dpt ditentukan sumber persoalan,metode
mengatasinya, ukuran kebenaran hasil pemikirannya / solusinya.
* Jd dimensi epistemologi ilmu hukum membahas ttg : sumber hukum,
metodenya ilmu hukum, baik metode menemukan maupun metode
analisisnya,dan ukuran kebenaran produk-produk hukum.

1. Sumber hukum adalah yg dpt menimbulkan hukum. Terdapat bbrp


pendapat ttg sumber hukum, sbb:

– Glastra Van Loon : s.h is keputusan-keputusan


pemerintah,jurisprudensi,kebiasaan.

– Utrecht, s.h ditentukan dr aspek sejarah, sosiologi, antropologi, dan


filsafat.

– Muchsan : sumber hukum material dan sumber hukum formal, yg pertama


20

menentukan isi kaidah hukum,yg kedua menentukan bentuk kaidah hukum

– scr substansial : s.h ideal dan s.h faktual.yg pertama berupa cita-cita,nilai,


yang dpt berasal dr masyarakat dan penguasa. Yg kedua berupa ketentuan-
ketentuan konkrit untuk mewujudkan cita-cita tadi.

2. Metode perumusan hukum

Metode yang diambil biasanya disesuaikan dg sumber kajian / objeknya.


Sumber materi hukum yang ideal adl hasil konfirmasi/ dialog antara rakyat
dengan penguasa.

Metode yang sesuai dengan sumber / objek kajian spt tsb menurut
Mudzakkir adalah metode interpretasi. Dalam pelaksanaannya metode ini
akan mempertimbangkan empat aspek, yaitu

1. aspek ideal (ke atas),


2. aspek kontekstual (ke bawah),
3. aspek historis ( ke belakang),
4. dan aspek teleologis (ke depan).

Konsekuensinya setiap produk apapun pada saat perumusannya harus


dipertimbangkan dengan cita-cita negara, cita-cita rakyat, latar belakang
sejarah, dan tujuan bersama yg bersifat progresif. Proses perumusan hukum
tidak boleh tergesa-gesa, gegabah.

3.Metode Pengumpulan data : Studi


pustaka,wawancara,angket,observasi,angket,studi dokumen,interview
 Metode Analisis data :Analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Yang
21

banyak dipakai adalah analisis kualitatif. Jenis analisis kualitatif, a.l :


deskriptif yuridis, sosiologis,filosofis,historis, dan kualitatif komparatif
 Metode penemuan hukum : Interpretasi (interpretasi gramatikal,
sistematis,historis, teleologis / sosiologis, komparatif, futuristis), Analogi, a
contrario, penyempitan hukum, eksposisi.

5. Ukuran kebenaran produk hukum

Ada empat teori kebenaran (dlm filsafat) :

a. Teori kebenaran koherensi  tdk boleh ada contradictio interminis

b. Teori kebenaran korespondensi  sesuai fakta dlm masy.

c. Teori kebenaran pragmatis  manfaat bg masy

d. Teori kebenaran perfomatis  merubah masy (cara berfikir,


sikap,perilaku,motivasi)

C.Dimensi Aksiologi 1. Dimensi Aksiologi

Dimensi aksiologi diakibatkan dr penerapan ciri berfikir komprehensif dan


sistematik.

Apabila telah dihasilkan produk-produk hukum yang sudah terukur tingkat


kebenarannya, maka dapat diterapkan dan dikembangkan dengan tetap
mempertimbangkan berbagai nilai yg melingkupinya, yaitu nilai
22

yuridis,etis,estetis, religius.

Konsekuensinya, setiap produk hukum akan dapat mengangkat harkat


martabat manusia dan bermanfaat bagi kemaslahatan umat (sesuai dengan visi
dan misi diciptakan dan dikembangkannya ilmu)

2.
Hukum Terbentuknya hukum Menurut Glastra van Loon, terbentuknya hukum dikelompokkan dalam
tiga kategori :

a. Menurut Aliran Legisme (abad 15-19)

- Terbentuknya hukum melalui pembuatan undang-undang, sehingga hukum


identik dg undang-undang.
- Undang-undang merupakan satu-satunya sumber hukum, shg kebiasaan dan
hukum adat bukan peraturan hukum, kecuali apabila undang-undang
menentukannya.
- Pembentukan hukum di luar uu dianggap tidak dapat menjamin kepastian
hukum, shg dianggap bukan sbg hukum.
 Tokoh ; Paul Laband, Jellinek, Hans Nawiasky, Hans Kelsen, John
Austin

b. Menurut Freirechtslehre (abad 19-20)

-Terbentuknya hukum hanya di dalam lingkungan peradilan, dan dilakukan


23

di peradilan  peranan hakim sangat dominan, hakim sbg pembentuk


hukum.
- Undang-undang dan kebiasaan bukan sumber hukum, tetapi hanya sbg
sarana pembantu hakim dalam upaya untuk menemukan hukum pada kasus
yg konkrit.
- terdapat didaerah Common Law

c. Menurut Heersende Leer (abad 20)

- hukum terbentuk melalui berbagai cara:


o Lewat pembentukan UU
o Dengan interpretasi UU
o Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh hakim
o Melalui pergaulan hidup
o Lewat kasasi.

Bentuk Hukum  * Menurut J.F Glastra van Loon, ada 4 bentuk hukum :
 1. hukum tak tertulis
 2. hukum tercatat
 3. hukum tertulis
 4. hukum yg terkodifikasi
7.
24

BEBEERAPA 1. Masalah Hukum  “Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa
MASALAH dan Kekuasaan hukum adalah kelaliman”
KAJIAN  Sanksi diperlukan agar hukum mudah ditegakan, sanksi dapat
FILSAFAT berfungsi dengan baik memerlukan adanya kekuasaan (force)
HUKUM yang memberikan dukungan tenaga penegak hukum.

 “kekerasan” dan “kekuatan”. Kedua istilah ini digunakan dalam


konteks penegakan aturan-aturan hukum.

2. Hukum sebagai  Agar supaya dalam pelaksanaan perundang-undangan yang


alat pembaharuan bertujuan untuk pembaharuan itu dapat berjalan sebagai mana
dalam mestinya, hendaknya perundang-undangan yang dibentuk itu
masyarakat sesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran sociological
jurisprudence yaitu hukum yang baik yaitu hendaknya hukum yang
hidup di dalam masyarakat.

* Hukum bermafaat
3. Apa sebabnya * Berdasarkan teori
orang mentaati a.Teori kedaulatan Tuhan
hukum Di dalam teori dikenal pendapat bahwa :“Segala hukum adalah
hukum Ketuhanan, tuhan sendirilah yang menetapkan hukum, dan
pemerintah-pemerintah duniawi adalah pesuruh-pesuruh kehendak
tuhan”.
Sebagai contoh raja Firaun di Mesir.
Yang tidak langsung menganggap raja-raja bukan sebagai
tuhan akan tetapi wakil tuhan di dunia. Dengan sendirinya karena
bertindak sebagai wakil tuhan maka Perintahnya pun harus ditaati oleh
penduduknya.
25

b.Teori Perjanjian Masyarakat


Hukum dianggap sebagai kehendak bersama, suatu hasil konsensus
(perjanjian) dari segenap anggota masyarakat

Tetapi terjadi perbedaan pendapat antara Thomas Hobes dan


John Locke.
 Thomas Hobes mengeluarkan pendapat yang pada intinya
sebagai berikut :
Pada mulanya manusia itu hidup dalam suasana belum omnium
contra omnes yaitu selalu dalam keadaan perang. Agar tercipta
suasana damai dan tentram lalu di adakan perjanjian diantara mereka
(pactum Unions). Setelah itu disusul perjanjian antara semua rakyat
dengan seseorang (Pactum Subjectionis) yang akan diserahi
kekuasaan untuk memimpin mereka. Kekuasaan yang dimiliki oleh
pemimpin itu adalah mutlak, maka timbullah kekuasaan yang bersifat
absolut.
Konstruksi John Locke dalam bukunya “Two Treaties on civil
government”, agak berbeda karena pada waktu perjanjian itu
disertakan pula syarat-syarat yang antara lain kekuasaan yang
diberikan dibatasi dan dilarang melanggar hak asasi manusia. Teori
nya menghasilkan kekuasaan raja yang dibatasi oleh konstitusi.

a. Teori Kedaulatan Negara


Pada pokoknya teori ini berpendapat ditaati nya hukum itu
karena negara mengendakinnya. Hans Kelsen misalnya dalam
bukunya Hauptprobleme de statslehre, Das Problem Der Souveranitat
und die Theori des Volkerecht, menganggap bahwa hukum itu
merupakan “Willee des states” – orang tunduk pada hukum karena
merasa wajib mentaatinya karena hukum itu adalah kehendak negara.
26

b. Teori Kedaulatan Hukum


Hukum mengikat bukan karena negara mengendakinya akan
tetapi karena merupakan perumusan dari kesadaran hukum rakyat.
Berlakunya hukum karena nilai batinnya yang menjelma di dalam
hukum itu. Pendapat ini diutarakan oleh Prof. Mr. H. Krabbe dalam
Bukunya “Die Lehre der Rechtssouveranitat. Selanjutnya beliau
berpendapat bahwa kesadaran hukum yang di maksud berpangkal
pada perasaan hukum setiap individu yaitu perasaan bagaimana
seharusnya hukum itu. Prof. Krabbe mempunyai perumusan yang
baru mengenai teori kedaulatan hukum. Bahwa hukum itu berasal dari
perasaan hukum bagian terbesar dari anggota masyarakat jadi bukan
perasaan hukum setiap individual.

4. Apakah sebabnya  Penganut-penganut teori kedaulatan negara mengemukakan bahwa


negara berhak karena negara lah yang berdaulat, maka hanya negara itu sendiri yang
menghukum berhak menghukum seseorang yang mencoba menggangu ketertiban
seseorang dalam masyarakat

5. Etika dan Kode


Etik Profesi  Secara umum profesi diartikan sebagai setiap tindakan tertentu
Hukum untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan secara berkeahlian yang
berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya yang bermutu tinggi
 Dietrich Rueschemere dalam bukunya “lawyers dan Doctors”
dan A Comparison of Two Professions). Profesi adalah
pekerjaan pelayanan yang menerapklan seperangkat
27

pengetahuan sistematika (ilmu) pada masalah-masalah yang


sangat relevan bagi nilai-nilai utama dari masyarakat (etika).
 Etika profesi adalah sikap etis bagaimana sebagian integral
dari sikap kehidupan dalam menjalani kehidupan sebagai
pengemban profesi.
 Profesi Hukum
- Tugas hakim pada dasarnya adalah memberikan keputusan
dalam setiap perkara (konflik) yang dihadapkan kepadanya,
menetapkan hal-hal seperti hubungan hukum, nilai hukum
daripada perilaku, serta kedudukan hukum, nilai hukum
daripada perilaku, serta kedudukan hukum pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu perkara yang dihadapkan kepadanya.
- etika profesi hakim harus berintikan :
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; Jujur ; Adil dan
Bijakana ; Imparsial (tidak memihak); Sopan dan sabar; Memegang
teguh rahasia jabatan; Dan solidaritas sejati .
- tugas pokok advokat, yakni memberikan nasehat hukum untuk
menjauhkan klien dari konflik dan mengajukan atau membela
kepentingan klien di pengadilan. Peran utama seorang advokat
pada saat berperkara di pengadilan adalah mengajukan berbagai
fakta dan pertimbangan yang relevan dari sudut pihak kliennya

Teori hukum 
28

Dogmatis hukum 

Prinsip hukum  Prinsip atau principle dapat diartikan juga: a fundamental truth or doctrine,
as of law; a comprehensive rule or doctrine which furnishes a basis or
origin for others1. , terjemahan , adalah ajaran atau kebenaran yang
mendasar untuk pembentukan hukum yang menyeluruh.
 Prinsip Hukum: .........
Asas hukum 

Norma  Istilah norma berasal dari bahasa latin, dalam bahasa arab disebut
“kaidah”, dalam bahasa indonesia sering disebut dengan pedoman, atau
patokan atau aturan. Norma mula-mula diartikan dengan siku-siku yaitu
garis tegak lurus yang menjadi ukuran atau patokan untuk membentuk
suatu sudut atu garis yang dikehendaki. Dalam perkembangannya norma
diartikan sebagai suatu ukuran atau patokan bagi seseorang dalam
bertindak atau bertingkah laku dalam masyarakat. Racmad Trijono, 2013,
Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, Cetakan 1,
hlm.32.
 Jenis-jenis Norma :
1. Norma agama, merupakan norma hidup manusia yang berisi
perintah dan larangan yang berasal dari Tuhan. Pelanggaran
terhadap norma agama akan mendapat hukuman dari Tuhan berupa
siksaan di akhirat.
2. Norma kesusilaan, merupakan aturan yang didasarkan pada hati
nurani atau akhlak manusia yang merupakan nilai-nilai moral yang
mengikat masyarakat.
3. Nilai kesopanan, merupakan aturan yang berpangkal dari tingkah
laku di masyarakat. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan,
kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
1
Henry Campbell Black, 1968, Black Law Dictionary, Revised Fourth Edition By The Publisher Editorial Staff, St Paul Minn, West Publishing Co, hlm.1357.
29

4. Norma hukum, merupakan aturan yang dibuat oleh lembaga negara


atau pejabat, baik tertulis maupun tidak tertulis. Racmad Trijono,
2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, Cetakan 1, hlm.33
 Ciri-ciri Norma Hukum :
1. Bersifat heteronom, yakni datangnya dari luar, bukan dari dalam
diri manusia, bisa diikuti sanksi yang dapat dipaksakan oleh
negara.
2. Proses pembuatannya mengikuti tata cara tertentu.
3. Dibuat oleh pejabat atau lembaga negara yang berwenang.
4. Mengikuti hierarki tertentu.
5. Bersifat abstrak dan umum. Racmad Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu
Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, Cetakan 1, hlm.33
Definisi Hukum Pengertian hukum  spek Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta, hlm.1). cari buku aslinya;
“A Dictionery of Modern Written Arabic, Macdonal & Evans, Letd London,
hlm196.
 Vinogradoff hukum adalah seperangkat aturan yang diadakan dn
dilaksanakan oleh suatu masyrakat denngan menghormati kebijakan dan
pelaksanaan kekuasaan atas setiappmanusia dan barang. Dalam Abdul
Manan, 2009, Aspek-aspek Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana,
Jakarta,hlm.1-2
 Bellefroid. .... ... dalam Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek Mengubah
Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta, hlm.2.
 Grotius, 1962 dalam bukunya “De Belli ac Facis” mengatakan bahwa
hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin nilai-
nilai keadilan. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara
Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche Rechsstaat), Sinar
Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.8.
 Van Vollen Hoven dalam tulisannya” Het Adarecht Nan Nederland
Indie” hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang
30

bergejolak terus menerus dalam keadaan saling berbenturan dengan


gejala lainnya. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam
Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche
Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.8
 Immanuel Kant dalam bukunya” Inleiding tot de Rechtsweten Schap”
bahwa hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas dari orang lain. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi
Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in
Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.9
 Rudolf von Jhering dalam bukunya” Der Zweek in Recht’, dalam
bukunya “Der Zweek in Recht” mengatakan bahwa hukum adalah
keseluruhan kaidah-kaidah yang memaksa yang berlaku dalam suatu
negara. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum
Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche Rechsstaat), Sinar
Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.9.
 Duguit , mengemukakan bahwa hukum merupakan aturan tingkah laku
para warga masyarakat yang daya penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan yang jika dilanggar menimbulksn reaksi bersama terhadap
orang yang melanggar peraturan itu. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi
Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in
Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.9.
 Hans Kelsen, dalam bukunya “ Reine Rechtslehre “ , menyatakan
bahwa hukum adalah terdiri dari suatu kaedah-kaedah menurut mana
orang harus berlaku. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam
Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche
Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.9.
31

 Lunstedt, dalam bukunya “ Legal Thinking “ mengemukakan bahwa


hukum adalah tidak lain daripada kehidupan umat manusia itu sendiri
dalam kelompok-kelompok yang terorganisir dengan syarat-syarat
yang memungkinkan hidup berdampingan secara damai antar
kelompok perorangan dan golongan-golongan kemasyarakatan dan
bekerja sama guna tujuan yang tiada lain daripada supaya dapat hidup
dan berkembang biak. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam
Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche
Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.9.
 Roscoe Pound, dalam bukunya “ An Introduction the philosophy of
Law” mengemukakan 12(dua belas) pengertian tentang hukum sebagai
berikut :
1. Hukum adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Tuhan
mengenai tungkah laku manusia.
2. Hukum adalah tradisi dari pada kebiasaan-kebiasaan lama yang
diterima oleh dewa-dewa dan merupakan jalan yang dapat
ditempuh oleh manusia dengan aman.
3. Hukum adalah kearifan dari pada orang yang mengetahui jalannya
yang aman atau jalan bagi manusia yang dibenarkan oleh dewa-
dewa.
4. Hukum adalah sistem dari asas-asas yang diketemukan mana secara
filosofis, asas-asas mana menyatakan sifat dari pada hal-hal kepada
mana manusia harus menyesuaikan tingkah lakunya.
5. Hukum adalah kumpulan dari penetapan-penetapan pernyataan-
pernyataan dari kode moral yang abadi dan tak dapat diubah.
6. Hukum adalah kesimpulan-kesimpulan persetujuan manusia dalam
masyarakat yang diorganisisr secara politis mengenai hubungan
antara satu dan yang lain.
7. Hukum adalah refleksi dari pada akal Tuhan yang mengatur dunia.
8. Hukum adalah kumpuln perintah-perintah dari penguasa yang
32

berdaulat dalam masyarakat politik mengenai tingkah laku


manusia.
9. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang ditemukan oleh
penglaman manusia menurut mana manusia mempunyai
kemerdekaan sebesar-besarnya sesuai dengan kemerdekaan sesama
manusia.
10. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan yang ditemukan secara
filosofis dan berkembang dengan karangan yuridis dan putusan
hakim di dalam mana penghidupan manusia diukur dengan akal.
11. Hukum adalah sistem peraturan yang dibebankan pada masyarakat
oleh golongan yang berkuasa.
12. Hukum adalah ketentuan-ketentuan berasal dari hukum sosial atau
hukum ekonomis mengenai tingkah laku manusia yang ditemukan
oleh observasi yang dicetuskan dalam ketentuan-ketentuan menurut
pengalaman manusia. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia
Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in
Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama,
Jakarta, hlm.9-10. Lihat buku Roscoe Paund, 1989. Pengantar
Fisafat Hukum.Terjemahan Mohamad Radjab..Bhrata. Jakarta. hlm 27-
31.
 Sudiman dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Tata Hukum di
Indonesia” menyatakan hukum adalah pikiran atau anggapan orang
tentang adil atau tidak adil mengenai hubungan antara manusia. Nurul
Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi (
Human Rihgts in Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan
Pertama, Jakarta, hlm.11
 Achmad Ali, dalam bukunya yang berjudul “Teori Hukum”,
mengemukakan bahwa hukum merupakan serangkaian aturan yang
tersusun dalam suatu sistem, yang berisikan petunjuk tentang apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, perintah dan larangan bagi
33

warga masyarakat, yang disertai sanksi pemaksa yang bersifat


eksternal. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara
Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche Rechsstaat), Sinar
Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.11
 Soerojo Wijnjodipoero, mengemukakan bahwa sekadar sebagai
pegangan bagi orang yang sedang belajar hukum dapat dipakai
pengertian bahwa: Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup
yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau izin
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud untuk
mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. Nurul Qamar, 2013,
Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts
in Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.11
 Nurul Qamar,
Teori Hukum Alam  Hukum alam/kodrat berlaku secara universal, dimana-mana sama bebas dari
Menurut Aristoteles kehendak.pendapat, dan tidakan manusia. Keadilan yang objektif bebas dari
nilai. Hukum alam terdiri dari hukum yang tidak tertulis. Misalnya: termasuk
pada perbuatan terlarang: membunuh, perkosaan, mencuri, menipu,
menyiksa, pemerasan. Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum, Mencari,
Menemukan, dan Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya Hlm.220.
 Hubungan hukum alam denngan hukum positif: Hukum kodrat lebih tinggi
kedudukannya dari hukum alam. Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum,
Mencari, Menemukan, dan Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya
hlm.220.
TUJUAN HUKUM  Van Kan, J,tujuan hukum adalah untuk melayani kepentingan- 
kepentingan orang semata-mata dalam suatu masyarakat. Nurul Qamar,
2013, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human
Rihgts in Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama,
Jakarta, hlm.13.
 Bellefroid, J.H.P, tujuan hukum adalah untuk menambah kesejahteraan
34

umum atau kepentingan umum yaitu kesejahteraan atau kepentingan


semua angota-anggota dalam suatu masyarakat. Nurul Qamar, 2013,
Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts
in Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.13.
 Jeremy Bentham hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata
yang berfaedah saja, jadi untuk menjamin adanya kebahagiaan
sebesar-besarnya pada masyarakat. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi
Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in
Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.13
 E.Utrech, , tujuan hukum adalah menjamin adanya kepastian hukum
dalam pergaulan manusia, yakni kepastian oleh karena hukum dan
kepastian dalam atau dari hukum. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi
Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in
Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.113
 Gustav Radbruch, tujuan hukum sebagai perwujudan keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum sebagai tujuan universal daripada
hukum, dinamai dengan “Tiga nilai dasar hukum” yaitu keadilan,
kemanfaatan dan kepastian. Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia
Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in Democratiche
Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, hlm.13.
 Tujuan hukum Gustav Radbruch berdasarkan priorioritas: pertama
adalah keadilan, kedua adalah kemanfaatan, ketiga adalah kepastian
hukum. Kemanfaatan dan kepastian hukum tidak boleh bertentangan
dengan keadilan , demikian juga kepastian hukum tidak boleh
bertentangan dengan kemanfaatan. Achmad Ali, 2009. Menguak Teori
Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), Termasuk
Interpretasi Undang-undang (Legisprudence ) , Vol.1, Pemahaman
35

Awal.Kencana. Jakarta.hlm. 288-289.


 Secara umum, keadilan, kegunaan/kemanfaatan, dan kepaastian hukum
telah menjadi tujuan umum dari hukum., baik hukum positif (ius
constitutum) maupun hukum yang dicit-citakan ( ius constituendum).
Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan, dan
Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya, hlm. 110
 Achmad Ali, dalam bukunya “Teori Hukum” menyatakan bahwa apa
yang disebut oleh Radbruch sebagai tiga nilai dasar hukum, merupakan
tujuan hukum dalam arti yang luas universal. Nurul Qamar, 2013, Hak
Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi ( Human Rihgts in
Democratiche Rechsstaat), Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta,
hlm.13.
 Achmad Ali, tujuan hakiki dari hukum yaitu: keharmonisan yang
melahirkan keadilan, dan kedamaian, yang ujung-ujngnya memberikan
kemanfaatan sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.. Achmad Ali, 2009.
Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence),
Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence ) , Vol.1, Pemahaman
Awal.Kencana. Jakarta.hlm. 238.
 Gustav Radbruch, tujuan atau cita hukum adalah keadilan ( Peter
Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Cetakan
Ketiga, Jakarta, hlm.139.)
Tujuan hukum sebagai perwujudan Keadilan, kepastian hukum,
kemanfaatan oleh Gustav Radbruch dinamakan “ tiga nilai dasar
hukum ” Keadilan, kepastian hukum, kemanfaatan ( Nurul Qamar,
2013, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi Human
Right in Democratiche Rechtsstaat , Sinar Grafika, hlm 13)
 Thomas Hobbes, bahwa tujuan Hukum adalah menciptakan kertiban
sosial. Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum,
Kencana, Cetakan Ketiga, Jakarta, hlm.147.).
 Peter Mahmud Marzuki, tujuan hukum adalah damai sejahtera. Peter
36

Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Cetakan


Ketiga, Jakarta, hlm.147.). sependapat dengnan aliran
 Lihat buku Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia dalam Negara
Hukum Demokrasi (Human Rights in Democratiche Rechsstaat), Sinar
Grafika, Jakarta Timur, hlm 12-14
 Kaum Positivisme, tujuan hukum adalah untuk menegakan kepastian
hukum. Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan,
dan Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya, hlm. 29.
 Kaum Naturalis. Tujuan hukum untuk memperjuangkan keadilan. ibid
 Kaum fugsionalis, hukum benar-benar berguna bagi masyarakat.ibid
 Kaum sociological Jurisprudence , menghendaki bahwa dengan
hukum . ketertiban, ketentraman , dan keadilan sosial dapat dicapai .
ibid
 Kaum Historis, tujuan hukum untuk kesejahteraan masyarakat.
Dominikus Rato, 2011, Filsafat Hukum, Mencari, Menemukan, dan
Memahami Hukum, Laks Bang Justisia, Surabaya, hlm29.
Paradigma berfikir:
 Kaum CLSM ( Critical Legal, Studies Moverment: menggunakan
metode dekontruksi atau membongkar pemikiran para penganut
kemapanan seperti posivisme.
 Kaum fugsionalis, metode beerfikir holistik;
 Kaum Naturalis,
 Kaum positifisme, menggunakan metode berfikir normatif yang deduktif.
 Kaum Historian , metode berfikir kualitatif yang simbolik.

Fungsi Hukum  Theo Huijbers, fungsi hukum adalah memelihara kepentingan umum dalam
masyarakat, menjaga hak-hak manusia, mewujudkan keadilan dalam hidup
bersama.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.289)
37

 Dalam TAP MPR RI NO.II/MPR/1988, itentukan bahwa fungsi hukum


adalah sebagai kerangka ideologis perubahan struktur dan kultur masyarakat.
Fungsi ini dapat dijabarkan sebagai fungsi pengayoman yang didalamnya
terdapat 4 (empat) fungsi : 1. Menunjang keamanan dan ketertiban
(kestabilan nasional); 2. Menunjang pembangunan nasional; 3.menjamin
keadilan; 4.mendidik masyarakat ke arah sikap sosial yang diaharapkan oleh
UUD. Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistim Hukum
Nasional, Alumni, Bandung., hlm.77.
Pembentukan Hukum - Hukum alam berfungsi sebagai norma bagi pengaturan bersama manusia;
- Orang-orang yang berkopeten yang mau membentuk peraturan , kontek
sosial harus diperhatikan;
- Filsuf kontrak : Grotius, Hobbes, Locke, Roussau dan Kant, menerangkan
bagaimana orang-orang sampai pada pembentukan hukum.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.296)

Peraturan - Peraturan berasal dari kata aturan, mengatur, yang bersifat mengatur
(regeling). Racmad Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan,
Papas Sinar Sinanti, Jakarta, Cetakan 1, hlm.37
- Peraturan yang di bawah undang-undang memakai nomenklatur peraturan
perundang-undangan, sebab :
a. Peraturan perndang-undangan berupa undang-undang dasar dan
undang-undang merupakan produk kompromi dengan rakyat,
artinya rakyat dilibatkan dalam proses pembuatannya.
b. Nomenklatur UUD dan UU, sudah sangat dikenal dan sudah lazim
sebagai putusan tertulis berupa peraturan yang bersifat regeling.
c. Daya berlaku UUD bersifat nasional, sehingga menyentuh seluruh
rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Racmad Trijono, 2013, Dasar-
Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, Cetakan
1, hlm.38
38

 Peraturan perundang-undangan yang baik mempunyai ciri-ciri :


a. Dasar yuridisnya (juridishe gelding) yakni pertama, keharusan
adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-
undangan bahwa peraturan itu harus dibuat oleh badan atau
pejabat yang berwenang, jika tidak peraturan perundang-
undangan itu bisa batal demi hukum (van rechtswegenietig).
b. Dasar sosiologis (sociologische gelding), yakni mencerminkan
kenyataan yang hidup dalam masyarakat, kenyataan itu berupa
kebutuhan atau tuntutan atau masalah-masalah yang dihadapi
seperti masalah perburuhan, hubungan majikan-buruh,dsb.
c. Dasar filosofis, bahwa setiap masyarakat selalu mempunyai
citra hukum (rechtsidee) yaitu apa yang mereka harapkan dari
hukum misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban,
kesejahteraan, dsb. Rechtsidee tersebut tumbuh dari sistem nilai
mereka mengenai baik dan buruk, pandangan mereka mengenai
hbungan individual dan kemasyarakatan tentang kebendaan,
tentang kedudukan wanita, dsb. Semua itu bersifat filosofis
artinya menyangkut pandangan mengenai inti atau harkat
sesuatu. Racmad Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-
undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, Cetakan 1, hlm.40-41

Asas hukum Pengertian asas hukum -

Jenis asas hukum -

Asas hukum perdata *Pengertian asas kebebasan brkontrak menurut Apeldoorn dikutib oleh Asas
kebebasan berkontrak yang berasal dari istilah partij otonomie atau freedom of
contract adalah prinsip kebebasan membuat kontrak merupakan salah satu
diantara landasan hukum perdata. ( Muhammad Syaifuddin, op.cit, hal.84)
39

 Asas kebebasan berkontrak freedom of contract atau liberty of contract :


menurut Sutan Remy Sjahdeni, asas kebebasan berkontrak ruang
lingkupnya meliputi:
1. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat kontrak;
2. Kebebasan untuk pihak denngan siapa ia ingin membuat kontrak;
3. Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari kontrak yang
akan dibuatnya;
4. Kebebasan untuk menentukan objek kontrak;
5. Kebebasan untuk menetukan bentuk suatu kontrak;
6. Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan Undang-
undang yang bersifat opsional (aanvullend, optional)
Dikutib dalam Muhammad Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak: Memahami
Kontrak dalam Perspektif Filsafat , Teori, Dogmatis, dan Pratik Hukum
( Seri Pengayaan Hukum Perikatan ), Cetakan 1, Mandar Maju, Bandung,
hlm.81-82. Sumber asli Sutan Remy Sjahdeni, 1993, Asas Kebebasan
Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang bagi Para Pihak dalam
Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta,
hlm. 47.

Materi Muatan Peraturan  Materi muatan yang harus diatur dalam UUD :
Perundang-Undangan a. hak asasi manusia ; b. hak dan kewajiban warga negara ; c.
pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan negara serta pembagian
kekuasaan negara ; d. Wilayah negara dan pembagian daerah ; e.
Kewarganegaraan dan kependudukan ; f. Keuangan negara. Racmad
Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, Cetakan 1, hlm.42
 Materi yang diatur oleh Undang-undang :
Berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD, dan berisi
ketentuan yang diperintahkan oleh suatu undang-undang untuk diatur
40

dengan undang-undang. materi muatan peraturan pemerintah pengganti


undang-undang sama dengan materi muatan undang-undang. Racmad
Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, Cetakan 1, hlm.42
 Materi muatan peraturan pemerintah berisi materi untuk menjalankan
UU sebagaimana mestinya. Yang dimaksud dengan sebagaimana
mestinya adalah materi muatan yang diatur tidak boleh menyimpang
dari materi yang diatur dalam UU yang bersangkutan. Racmad Trijono,
2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta,
Cetakan 1, hlm.42
 Materi muatan peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh
presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara sebagai atribut
dari pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Peraturan Presiden berisi materi yang
diperintahkan oleh UU atau materi untuk melaksanakan peraturan
pemerintah. Peraturan Presiden dibentuk untuk menyelenggarakan
pengaturan lebih lanjut perintah UU atau PP, baik secara tegas maupun
tidak tegas diperintahkan oleh pembentukkannya. Racmad Trijono, 2013,
Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta,
Cetakan 1, hlm.42
 Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih anjut
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Racmad Trijono, 2013,
Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta,
Cetakan 1, hlm.42
 Peraturan desa : adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan
urusan desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Racmad Trijono, 2013, Dasar-
Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, Cetakan 1,
hlm.43
41

Peranan Peraturan  Menurut Bagir Manan :


Peundang-undangan a. Peraturan perundang-undangan merupakan kaidah yang mudah dikenal
(diidentifikasi), mudah diketemukan kembali, dan mudah diteusuri.
Sebagai kaidah hukum tertulis bentuk, jenis dan tempatnya jelas.
Begitu pula pembuatannya.
b. Peraturan perundang-undangan memberikan kepastian hukum yang
lebih nyata karena kaidah-kaidahnya mudah diidentifikasi dan mudah
diketemukan kembali.
c. Struktur dan sistematika peraturan perundang-undangan lebih jelas
sehingga memungkinkan untuk diperiksa kembali dan diuji bagi segi-
segi formal maupun materi muatanya.
d. Pembentukan dan pengembangan peraturan perundang-undangan
dapat direncanakan.faktor ini sangat penting bagi negara-negara yang
sedang membangun termasuk membangun sistem hukum baru yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Racmad
Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, Cetakan 1, hlm. 43 dan Bagir Manan, 1992, Dasar-dasar Perundang-
undangan Indonesia, Ind-Hill. Co, Jakarta, hlm. 8
Hierarki Peraturan  Pengertian Hierarki- penjelasan Pasal 7 ayat (2) UU nomor 12 tahun 2011.
Perundang-undangan  Hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia berdasarkan pasal 7
ayat (1) UU nomor 12 tahun 2011.
 Teori hierarki oleh Hans Kelsen yang dikenal dengan teori stufenbau
(stufenbau des rechts theorie) dalam bukunya dalam bahasa inggris yang
diterjemahkan oleh Anders Wedberg dengan judul General Theory of Law
and State, yang mengemukakan bahwa : “ the creation of one norm- the
lawer one – is determined by another – the higher – the creation of witch
is determined by a still higher norm, and that this regresses is terminated
by a highest, the basic noem which, being the supreme reason of validity
of the whole legal order, constitutes in unity”. ( norma yang lebih rendah
ditentukan oleh norma yang lebih tinggi, demikian seterusnya dan bahwa
42

ini regressus diakhiri oleh suatu paling lama, norma dasar, menjadi
pertimbangan bagi kebenaran keseluruhan tata hukum). Racmad Trijono,
2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti, Jakarta,
Cetakan 1, hlm.49
 Adolf Merk mgatakan bahwa: suatu norma hukum itu selalu mempunyai dua
wajah (das dopplete recahtlitz), suatu noram hukum ke atas ia bersumber dan
berdasar dari norma yang diatasnya, tetapi kebawah ia juga menjadi dasar dan
menjadi sumber hukum bagi norma hukum di bawahnya, sehingga suatu norma
hukum itu mempunyai masa berlaku (rechtskraht) yang relatif ///////// Racmad
Trijono, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Perundang-undangan, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, Cetakan 1, hlm.49.

Mengubah hukum - Perkembangan hukum dan penciptaan hukum sangat dipengaruhi oleh faktor
politik, ekonomis, religi-ideologis dan kultur budaya 2( Emeritus John Gilissen
dan Emeritus Frits Gorle, 2011, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, Penyadur
Freddy Tengker, Pt Refika Aditama, Terbitan ke 5, Bandung, hlm.91.
- interaksi hukum adat dan hukum negara, bahkan termasuk Hukum
Islam akan terus berlangsung dan berkembang sesuai kebutuhan
masyarakat di daerah ini. Masing‐masing tungku menjadi perpanjangan
tangan dari hukum yang berbeda: penghulu membawa hukum adat;
ulama membawa hukum agama; kepala pemerintahan membawa
hukum negara. Kurnia Warman, 2009, Pengaturan Sumberdaya Agraria
Pada Era Desentralisasi Pemerintahan di Sumatera Barat ( Interaksi
Hukum Adat dan Hukum Negara dalam Perspektif Keanekaragaman
dalam Kesatuan Hukum), Disertasi, Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada, hlm .
Kasadaran hukum - Adalah nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat tentang hukum , yang meliputi
masyarakat mengetahui pemahaman, penghayatan, kepatuhan dan ketaatan kepada
hukum. Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana,

2
43

Jakarta , hlm.19.
- Eugen Ehrlich: mengancurkan agar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
terdapat keseimbangan antara keinginan untuk mengadakan pembaruan
hukum melalui perundang-undangan dengan kesadaran untuk memperhatikan
kenyataan yang hidup didalam masyarakat. Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek
Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta , hlm.19
Kekuasaan hukum atas - Jeremy Bentham: Kebaikan hukum tergantung
ekspektasi (harapan) 1. Hukum harus ada sebelum ekspektasi
2. Hukum harus dikenal
3. Hukum harus konsisten
4. Hukum harus sejalan dengan prinsip manfaat
5. Metode didalam hukum
6. Bersifat pasti untuk dilaksanakan
7. Hukum harus dipatuhi secara harfiah ( Jeremy Bentham, 2006, Teori
Perundang-undangan, Prinsip Legislasi, Hukum Perdata dan Hukum
Pidana, Penerjemah Nurhadi, Nuansa, hlm.180-186)
-

Hukum dan Masyarakat - Eugen Erlich, pemuka aliran” sociological jurisprredence” mengatakan
bahwa: hukum positf yang baik dan karenanya efektif adalah hukum
positif yang sesuai dengan living law yang sebagai inner order dari
masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam nya. Sunaryati
Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistim Hukum Nasional,
Alumni, Bandung., hlm.77
-
Hak Asasi Manusia  Dokumen-dokumen HAM yang terpenting:
1. Magna Charta (1215) di Inggris;
2. The Virginia Bill of Right (1776) di Amerika Utara, kemudian disusul
44

dengan Decleration of Independence ( 1789);


3. Declaration de droit de I’homme et du citoyen ( 1789) diAmerika;
4. Deklarasi tentang hak-hak rakyat yang berkarya dan yang di peras
(1918) :
5. Universal Declaration of human Right dari PBB ( 1948), dirativikasi
tahun 1977. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.301)
TOPIK FILSAFAT 
HUKUM
Teori Keadilan John Stuar Mill  ‘Kemanfaatan’ atau ‘prinsip kebahagiaan terbesar’ menyatakan :
( Utilitariansme) Bahwa tindakan tertentu benar jika cendrung memperbesar kebahagiaan;
keliru jika cendrung menghasilkan berkurangnya kebahagiaan. Yang
dimaksud kebahagiaan disini adalah kesenangan dan tidak adanya rasa sakit.
John Stuar Mill, Utilitarianisme, New York:Bobbs-Merrill, 1957, hal.10.
dikutib oleh Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
Bandung, hal.14.
J.S.Mill
Kita tidak dapat mengetes setiap tindakan individu lansung dari prinsip pertama,
“kemanfaatan ‘. Karena tindakan individu baru benar jika sesuai dengan ‘prinsip
kedua” yaitu terbukti memiliki kemanfaatan bagi semua pihak. (Dalam Karen
Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.42)
 Keadilan menurut perspektif utilitarian:
1. Tujuan hidup adalah kebahagiaan;
2. Kebenaran dari suatu tindakan ditentukan oleh kontribusinya bagi
kebahagiaan. (Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
Bandung, hal.14)
 Bentham menawarkan suatu metode penghitungan yang eksak terhadap
kecendrungan setiap tindakan:
45

Dimulai dengan siapapun yang merasa kepentingannya yang sudah


terpengaruh oleh hal ini, untuk mulai menghitung. 1. Nilai setiap
kesenangan yang berbeda-beda itu…. 2. Nilai rasa sakit ….. 5. Jumlahkan
nilai kesenangan disatu sisi, dan nilai rasa sakit disisi lain… 6. Hitunglah
jumlah pribadi-pribadi yang kepentingannya terlibat disin juga; dan ulangi
lagi prosesndiatas satu persatu… ‘Seimbangkan’… ( Bentham, An
introduction to the Principles of Moral and Legislation, diedit oleh
J.H.Burns dan H.L.A. Hart. Lndon, 1982, hal 39-40. Dikutib oleh (Karen
Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.16).
 Tindakan itu’ benar’ selama kebaikan terbesar bisa dicapai dengan cara itu,
semua hak dan klaim individual bisa dipertimbangkan berdasarkan
kebahagiaan.???????? ( J.S. Mill dalam buku Karen Leback, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.17)
 J.S.Mill mengemukakan Enam(6) kondisi umum yang umumnya disepakati
sebagai hal yang ‘tidak adil’:
1. Memisahkan manusia dari hal-hal yang atasnya memilik hak legal;
2. Memisahkan manusia dari hal-hal yang atasnya memilik hak moral;
3. Manusia tidak memperoleh apa yang layak diterimanya- kebaikan bagi
yang bertindak benar dan keburukan bagi yang bertindak keliru;
4. Perselisihan iman diantara orang-perorang;
5. Bersikap setengah-setengah, contohnya: menunjukan dukungan hanya
sebagai pemanis bibir;
6. Mengancam atau menekan orang lain yang tidak setara dengannya. (
J.S. Mill dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
Bandung, hal. 20)
 Keadilan berlandaskan kemanfaatan
Dibelakang keadilan terletak kepentingan kita dari rasa aman, sebuah
kepentingan yang paling vital dari semua kepentingan yang ada. John Stuar
46

Mill, Utilitarianisme, New York:Bobbs-Merrill, 1957, hal.67. dikutib oleh


Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.21)
 Keadilan bukan hanya berisi apa yang benar untuk dilakukan atau tidak
benar untuk dilakukan , namun juga sesuatu yang memperbolehkan
orang lain mengklaim dari sesuatu sebagai hak moralnya. John Stuar
Mill, Utilitarianisme, New York:Bobbs-Merrill, 1957, hal.62. dikutib
oleh Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung,
hal.21

Rinkasan Karen Leback  Pendekatam Mill terhadap keadilan terletak di dalam analisis mengenai akal
thd J.S.Mill sehat dan kepekaan moral zamannya kala itu. Tidak ada teori keadilan yang
bisa dipisah dari tuntutan kemanfaatan. Keadilan adalah istilah yang
diberikan kepada aturan-aturan yang melindungi klaim—klaim yang
dianggap essensial bagi kesejahteraan masyarakat- klaim-klaim untuk
memegang janji, diperlakukan setara, dan sebagainya. Karen Leback, 1986,
Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.23.
 Keadilan dalam skema Utilitarian berbunyi sebagai berikut: Keadilan
mengakui eksistensi hak individu yang didukung oleh masyarakat. John
Stuar Mill, Utilitarianisme, New York:Bobbs-Merrill, 1957, hal.62. dikutib
oleh Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung,
hal.24.
 Artinya keadilan bergantung sepenuhnya kepada kemanfaatan social.
( komentar Karen Leback, ibid)

Kritikan thd teori  W.D.ROSS


J.S.Mill Kalau saya melanggar janji atau menyakiti seseorang namun membawa
47

kebaikan yang lebih besar, maka saya boleh melakukannya.( W.D.Ross, The
Right and the good, bab 2), hal seperti ini sangatlah absurd karena merusak
perasaan sendiri mengenai apa yang benar-benar dilakukan. Karen Leback,
1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.25.
Menuduhkan bahwa” jika satu-satunya kewajiban hanyalah menghasilkan
kebaikan maksimum, maka pertanyaannya siapakah yang memiliki
kebaikan-kebaikan- entah saya sendiri atau saingan saya, atau seseorang
yang saya telah menjanjikan sesuatu tidak lagi membuat pebedaan besar.
(ibid, hal 26)
(# Penulis bagaimana halnya jika saya adalah pejabat yang berwenang, saya
menyakiti seseorang berupa berbuatan memberikan sanksi kapada
seseorang yang telah melakukan kesalahan pada anggota masyarakatnya,
maka teori Mill dapat dipakai)
 John Rawls, berpendapat:
Bahwa utilitarian klasik sudah merusak tuntutan keadilan dengan
mengizinkan kehilangan bagi sejumlah orang demi memenuhi pencapaian
orang lain. Munkin ini benar dari perhitungan metodenya, namun tidak adil,
karena beberapa orang akan mendapat sedikit agar lain mendapat banyak.(
John Rawls, A Theory of Justice, Cambridge, Mass: Harvard University
Press, 1971, hal.15)
Utilitarianisme nampaknya tidak menghargai keberhargaan pribadi-pribadi.
Ibid hal. 27 dikutib dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa
Media, Bandung, hal.25.)
 Brandt
Jika pendukung utilitarianisme-tindakan harus menhadapi paradoks saat
harus menghabiskan penghasilan mereka untuk amal lebih baik dari pada
keluarganya.( Brandt dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan,
Nusa Media, Bandung, hal.26
 Alan Donagan , utilitarianisme-tindakan menginkari institusi moral
48

hampir di siap titiknya. Alan Donagan dalam Karen Leback, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.26
 Mill menyanggah atas kritikan orang lain:
Pelanggaran terhadap iman atau janji merupakan suatu contoh ketidak
adilan yang menjolok. Bagi pendukung utilitarian semua aturan
dibangun diatas kemanfaatan. Kebenaran setiap tindakan dievaluasi
dengan melihat apakah tindakan tersebut sudah sesuai dengan aturan.
Para pendukung utilitarian bisa membuat aturan sekunder, seperti:
menempati janji, jangan membunuh, memenuhi kebutuhan keluarga.
(ibid hal. 26-27)
 Karen Leback
Namun demikian bukan berarti utilitarianisme tidak menghadapi
kesulitan:
1. Muncul persoalan tentang bagaimana aturan-aturan dapat
dimengerti. Bentham dan Mill tidak membuat pembedaan yang tegas
antara ‘utilitarianisme tindakan’ dengan’utilitarianisme aturan’-
keduanya mengacu pada’ kecendrungan’ dari tindakan-tindakan itu
sendiri. Ibid hal 27.
2. Seperti yang dikatakan John Ralws, disalah satu esainya”Two
Concept of Rules” cara diatas hanyalah suatu cara untuk memahami
bagaimana aturan berfungsi di dalam pendekatan utilitarian. (John
Rawls dalam ibid hal .28
3. Jika utilitarian merupakan jenis Pratik, maka aturan tersebut tidak
bisa diubah begitu saja. Lyons mengatakan bahwa setiap kasus
seperti ini mengimplikasikan adanya ‘sub.kelas’ dalam praktek
diperbolehkan sebagai suatu pengecualian. Ibid hal.28.
4. Selalu ada kemunkinan bahwa prinsip-prinsip sekunder, bahkan
aturanpa-aturan mengenai sebuah praktik, dapat berkonflik satu
49

sama lain. Contohnya diarena keadilan distributive yang menghargai


masyarakat lantaran upaya-upaya mereka, cendrung kepada
kemanfaatan yang lebih besar. Ibid. hal.29
5. Pengkritik lain menuduh bahwa sejumlah aturan yang baik untuk
masyarakat akan memerlukan tindakan umum tidak dianggap sebagai
kewajiban tetapi diperlukan oleh keadilan. Contoh membantu orang
yang tidak punya penghasilan , tindakan ini dianggap sebagai
tindakan kedermawanan. Jadi bagaimana cara kaum utilitarian
menarik garis batas antara keadilan dengan kedermanan, kewajiban
dan kemurahan hati.

Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal-


30)a
 Kelemahan utilitarianisme, kekuatan utilitarianisme diarena keadilan
ada dua:
1. Menyediakan-minimal secara teoritis-metode konkrit untuk
mengambil keputusan yang sulit;
2. Menyadari pentingnya kebagiaan dan kebaikan umum sebagai
bagian dari teori keadilan. Ia tidak menghargai pribadi secara
individual.
Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal-
49)

Jeremy Bentham  Menurut Bentham : Bahwa manusia akan bertindak untuk mendapatkan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Dikutip
oleh Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana,
50

Jakarta , hlm.17
 Menurut Bentham :Pembentuk Undang-undang hendaknya melahirkan
undang-undang yang dapat mencerminkan keadilan bagi semua individu.
Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta ,
hlm.17
 Baik buruknya suatu perbuatan manusia tergantung apakah perbuatan itu
mendatangkan kebahagiaan atau tidak . Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek
Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta , hlm.17.
 Menurut Bentham hubungan hukum yang sehat adalah hubungan yang
memiliki legitimasi atau keabsahan yang logis, etis, dam estetis dalam
bidang hukum secara yuridis. Secara yuridis artinya menurut akal yang sehat
dalam bidang hukum , hubungan hukum itu di mulai dari sebab atau latar
belakang sampai dengan keberadaanya yang telah melalui prosedur hukum
yang sebenarnya. Secara etis yuridis artinya bila diukur dari sudut moral
yang melandasi hubungan itu , maka hubungan tersebut beresensi dan
bereksistensi secara wajar dan pantas. Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek
Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta , hlm.18
 Selanjut nya kata Bentham : hukum dan moral itu merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Hukum mesti bermuatan moral dan moral mesti
bermuatan hukum , mengingat moral itu merupakan salah satu sendi utama
kehidupan manusia yang berakar pada kehendak. Abdul Manan, 2009, Aspek-
aspek Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta , hlm.18
 Hukum yang efisien dan efektif adalah hukum yang bisa mencapai visi dan
misi yaitu untuk memberikan kebahagiaan teerbesar kepda jumlah warga
terbanyak. Semboyan teori utilitarian yang sangat termasyur adalah” The
greates happiness for the greates number”. Abdul Manan, 2009, Aspek-aspek
Mengubah Hukum,, Edisi 1, Kencana, Jakarta , hlm.18.
Teori Keadilan John 1. Konsep kebebasan dari Rawls yaitu kebebasan berfikir, kebebasan
Rawls suara hati, kebebasan perseorangan dan kebebasan sipil tidak boleh
dikorbankan demi kebebasan politik, atau demi kebebasan untuk
51

berpartisipasi setara dalam urusan politik3. John Rawls, 2006, ATheory Of


Justice ,Teori Keadilan , Dasar-dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, Penerjemah Uzair dan Heru Prasetyo,
Cetakan 1, Pustaka Pelajar, Yoyakarta, hlm. 253.
2. Agus Yudha Hernoko, keadilan distributif dipandang sebagai awal mula
segala jenis keadilan. Oleh karena itu telaah kritis mengenai hubungan
kontraktual para pihak dalam kontrak komersil , tentunya harus dilandasi
pemikiran proposional yang terkandung dalam keadilan ditributif. Keadilan
dalam kontrak lebih termanifestasi apabila pertukaran kepentingan para
pihak terdistribusi sesuai dengan hak dan kewajibannya secara proposional.
( Agus Yudha Hernoko, 2011, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas Dalam
Kontrak Komersil, Cetakan ke-2, Kencana, Jakarta, ISBN 978-602-8730-13-6,
hal. 50).
3. Menurut Andre Ata Ujan, dimana Rawls mengeritik pemikir hukum seperti
John Lock, JJ Rosseau, dan Immanuel Kant dengan teori berbasis kontrak,
karena cendrung utilitarisme dan institusionisme.
# Kelemahan pokok dari teori-teori hukum kontrak yang berbasis
utilitarisme adalah :

1. Keadilan sulit dijamin , karena pengambil keputusan lebih


ditentukan oleh prinsip manfaat dari pada prinsip hak;
2. Keadilan sebagai suatu nilai juga tidak mendapat prioritas terhadap
pertimbangan ekonomis;
3. Keadilan seolah –olah dapat dikonpensasi melalui keuntungan
ekonomis atau keuntungnan social lainnya;
4. Pada taraf ini ketidakadilan akan mudah muncul dan bersamaan
penghargaan pada hak dan martabat manusia juga hilang dan
diremehkan. ( Andre Ata Ujan dalam Muhammad Syaifuddin, 2012,
Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat ,

3
Ibid, hlm. 253.
52

Teori, Dogmatis, dan Pratik Hukum ( Seri Pengayaan Hukum


Perikatan ), Cetakan 1, Mandar Maju, Bandung, hal. 40)
 Utilitarinisme cendrung menganggap bahwa kebahagiaan setiap orang sama,
karena kecendrungannya untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada sebanyak-banyaknya warga masyarakat.. Lebih dri pada itu , kepuasan
yang pada umumnya dipahami kepuasan dalam arti materil, diangkat menjadi
ukuran yang valid dan mengikat, sehingga kepuasan dapat dikalkulasikan
dengan matematis, padahal sesungguhnya kepuasan tidak dapat
dikalkulasikan dengan matematis.( ibid ,hal. 41).

 Kemudian dari aspek moral, dengan lebih mengutamakan asas manfaat ( the
good) dan mengenyampingkan asas hak ( the right), jelas bahwa utilitarisme
mempunyai tujuan menyerasikan prinsip manfaat dan prinsip hak,
menggunakan pendekatan teleologis meskipun hukum itu gagal memainkan
peranya.

 Rawls, tidak adil mengorbankan hak dari satu atau beberapa orang hanya
demi keuntungan yang lebih besar bagi warga masyarakat secara keseluruhan,
karena bertentangan dengan keadilan sebagai fairness yang menuntut prinsip
kebebasan yang sama sebagai basis yang melandasi pengaturan kesejahtaraan
social. Komentar Adre Ata.Ujan thd Rawls, keputusan social yang mempunyai
akibat bagi semua warga masyarakat harus dibuat atas dasar hak ( rights
based weight) dari pada atas dasar kebajikan( good based weight), sehingga
keadilan sebagai fairness dapat dinikmatioleh semua orang. (ibid, hal.41).

 Rawls, mengiritik institusional, karena tidak memberi tempat memadai pada


asas rasionalitas dan lebih mengandalkan kemampuan institusi manusia dalam
proses pengambilan keputusan ( moral) , Jadi pandangan ini pandangan ini
53

juga tidak memadai untuk dijadikan peganngan dalam pengambilan


keputusan, terutama pada saat terjaadinya konflik antara norma-norma
moral. ( Andre Ata Ujan dalam Muhammad Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak:
Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat , Teori, Dogmatis, dan Pratik
Hukum ( Seri Pengayaan Hukum Perikatan ), Cetakan 1, Mandar Maju,
Bandung, hal. 41)

4. Rawls, mendefinisikan keadilan sebagai “fairness” (justice as fairness=


keadilan sebagai kesetaraan)”
Ada dua prinsip keadilan:

“fist, each person is to have an equal rigrt to the most extensive basic liberty
compatible with similar liberty for other;

Second, social and economic inequalities are to be arranged so that they are
both (a) reasonably expected to be to everyone’s advantage, and (2)
attached to positions and offices open to all”( John Rawls dalam Muhammad
Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Perspektif
Filsafat , Teori, Dogmatis, dan Pratik Hukum ( Seri Pengayaan Hukum
Perikatan ), Cetakan 1, Mandar Maju, Bandung, hal. 42)

Bahwa keadilan sebagai fairness mengandung dua prinsip keadilan:

1. Prinsip persamaan terbesar ( the greatest equal principles),


maksudnya keadilan akan terwujud , jika setiap orang harus memiliki
hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas
kebebasan yang sama bagi semua orang;
2. Prinsip perbedaan ( different principles ) dan prinsip kesempatan yang
sama dan fair ( the principles of fair equality opportunity) , maksudnya
keadilan akan terwujud , jika ketidaksamaan social ekonomi harus
54

diatur sedemikian rupa, sehingga diharapkan memberikan


keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang beruntung, yang
menegaskan bahwa dengan kondisi dan kesempatan yang sama ,
semua posisi dan jabatan harus terbuka bagi semua orang. (
Muhammad Syaifuddin, 2012, Hukum Kontrak: Memahami Kontrak
dalam Perspektif Filsafat , Teori, Dogmatis, dan Pratik Hukum ( Seri
Pengayaan Hukum Perikatan ), Cetakan 1, Mandar Maju, Bandung, hal.
42-43).

5. John Rawls, Peran Keadilan : dalam masyarakat yang adil kebebasan warga
negara dianggap mapan, hak dan kewajiban dijamin oleh keadilan tidak
tunduk pada tawar menawar politik atau kalkulasi kepentingan social.
Sebagai kebajikan utama umat manusia , kebenaran dan keadilan tidak bisa
diganggu gugat.( John Rawls,2006, Teori Keadilan, Dasar-dasar Filsafat
Politik Untuk Mewujudkan Kesejahtraan Sosial Dalam Negara, cetakan 1,
Judul asli, A Theory of Justice, Penerjemah Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.4)
^ Prinsip keadilan social, memberikan jalan untuk memberikan hak-hak dan
kewajiban di lembaga-lembaga dasar masyarakat, serta menentukan
pembagian keuntungan dan beban kerja sama social secara layak. ( ibid, hal.
5)

^ Konsepsi public mengenai keadilan, yakni masyarakat dimana:

1. Setiap orang menerima dan mengetahui bahwa orang lain menganut


prinsip keadilan yang sama, serta
2. Institusi institusi social dasar yang ada umumnya sejalan dengan prinsip-
prinsip tersebut. Dalam hal ini , kendati orang saling mengajukan
55

tuntutan yang sangat besar, namun mereka mengakui sudut pandang


bersama untuk mengungkapkan pernyataan-pernyataan mereka.( ibid)
^ Subjek Keadilan, subjek utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat,
atau lebih tepatnya , cara lembaga-lembaga sosial utama mendistibusikan
hak dan kewajiban fundamental serta pembagian keuntungan dari kerja
sama social. ( ibid, hal.7-8)

# Keadilan sebagai fainess, posisi kesetaraan asal berkaitan dengan kondisi


alam dalam teori tradisional kontrak social.( ibid, hal. 13)

6. John Rawls, menyatakan : Sebagai kebajikan utama manusia, kebenaran


dan keadilan tidak bisa diganggu gugat. Keadilan tidak membiarkan
pengorbanan yang dipaksakan pada segelintir orang diperberat oleh
sebagian besar keuntungan yang dinikmati banyak orang ( John Rawl, 2006,
A Theory of Justice, Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Polituk Untuk
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, Penerjemah Uzair Fauzan
dan Heru Prasetyo, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal.4) .
7. John Rawls, dengan dua prinsip keadilan :
1. posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang. (John Rawl, 2006, A
Theory of Justice, Setiap orang mempunyai hak yang sama atas
kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi
semua orang.
2. Ketimpangan sosial dan ekonomi mesti diatur sedemikian rupa
sehingga :
a. Dapat diharapkan memberikan keuntungan semua orang;
b. Semua Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Polituk Untuk
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Dalam Negara, Penerjemah
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
hal.72)
56

8. Prinsip Keadilan sosial: memberikan jalan untuk memberikan hak-hak dan


kewajiban di lembaga –lembaga dasar masyarakat serta menentukan
pembagian keuntungan dan beban kerja sama social secara layak.( John
Rawls, hal. 5)

Teori Keadilan John  Bukunya ATheory of Justice. Intinya justice as fairness ( keadilan sebagai
Rawls dalam buku kesetaraan)
Karen Leback  Metode
Keadilan sebagai kesetaraan, berakar di dua tempat: teori kontrak social
Locke dan Rousseau, dan deontology Kant. Ide dasarnya sangat sederhana,
meski cara kerja teorinya sangat kompleks. Tujuan Rawls adalah
menggunakan konsep kontrak social untuk memberikan interprestasi
procedural Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.50.
 Karen Leback
Meskipun kaum utilitarian, Rawls, Nozick memegang teori dasar
keadilan yang berbeda , namun praktiknya mereka mendukung bentuk –
bentuk pertukaran’pasar bebas’ kapitalis dan kepemilikan pribadi. Dan
gambaran ini berubah bagi teori-teologis. Karen Leback, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, hal.240-241.
Pengkritik teori John  H.L.A. Hart, dalam Rawls on Liberty and Its Priority’ , mempertanyakan
Rawls apakah rasional bagi pihak-pihak yang berada diposisi awal untuk memilih
prinsip pembatasan seperti itu, padahal mereka tidak begitu yakin kondisi
apa yang bakal terjadi.di masyarakat. Karen Leback, 1986, Teori-teori
Keadilan, Nusa Media, hal.84.
 Wolff ‘ Understanding Rawls’ hal.: ketepatan empiris yang diperlukan agar
teori ini dapat dipercaya… menuap ( dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori
Keadilan, Nusa Media, hal.76)
 Wolff, Understanding Rawls’ hal.69-70 : mencatat bahwa tuntutan untuk
menguntungkan pihak-pihak yang kurang beruntung dapat memecahkan
masalah prioritas. Jika …… (Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan,
57

Nusa Media, hal. 85-86.)


 Wolff, menuduh tidak pernah ada pengetahuan umum yang dimaksudkan
Rawls jika tidak didasarkan pengetahuan khusus . Jadi teori ekonomi apa
dikenal dititik ini ? Pada hal setiap teori memiliki bias yang sudah tertanam
pada diri mereka. Pengetahuan umum selalu didasarkan pada pengetahuan
khusus dan mengandung bias-bias tertentu. (Karen Leback, 1986, Teori-teori
Keadilan, Nusa Media, hal 63)
 Nozick, ‘Anarchy, State and Utopia’hal 198: bahwa teori permainan diatas
teori Rawls berpijak merupakan sebuah model yang tidak adekuat karena
memperlakukan barang-barang yang didistribusikan sebagai pemberian dari
luar. ( Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.86)
 Nozick, kritikannya yang Paling tajam terhadap Rawls:
1. Dia berpendapat bahwa barang-barang bukanlah manna dari surga,
melainkan produk dari proses produksi.
2. Nozick mengusulkan bahwa sebaiknya kita membayangkan yang terbaik
saat menghadapi yang terburuk. Ilustrasi ini berlebihan kata Nozick,
maka prinsip pembedaan juga sama berlenih-lebihannya, karena ilustrasi
ini adalah kebalikan dari konsep Rawls. (Karen Leback, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, hal. 71-72) Terhadap kritikan ini Rawls
menjawab bahwa mereka yang beruntung juga memperoleh keuntungan
dari kerja sama social. Ibid. hal.72.
 Kaum Marxis, menuduh bahwa definisi dasar Rawls mengenai hakekat
dasar manusia tertanam kuat dalam bias-bias antara alam dan masyarakat.
Didalam perspektif Marxis , hakekat manusia tidak bisa didefinisikan
secara terpisah dari kelas social yang melingkupinya. (Karen Leback,
1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal 63.)
 Sandel , melihat teori Rawls bertumpu pada konsep diri yang memilih (
the choosing self) . Namun tidak ada tujuan mutlak yang akan
mengarahkan, pilihan-pilihan. Dengan kata lain , diri menjadi solid, dia
tidak bisa diubah dengan pengalaman maupun kerja sama dengan orang
58

lain. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal. 64)
Teori Keadilan Robert  Dalam buku Anarchy, State, and Utopia ( New York: Basic Book,
Nozick hal.pengantar) ia mengatakan : , Individu-indvidu memiliki hak-hak, dan ada
hal –hal tertentu yang tak seorangpun atau kelompok manapun boleh
bertindak kepada mereka . (dalam buku Karen Leback, 1986, Teori-teori
Keadilan, Nusa Media, hal.113.
 Ide dasarnya, bahwa individu berbeda-beda dengan hidup berbeda-beda
sehingga tak seorangpun boleh dikorbankan bagi yang lain… mengarah
kepada pembatasan kaum teologis pembebasan yang melarang agresi
terhadap orang lain.(dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa
Media, hal 114.)
 Untuk menunjukan suatu Negara legitim, kata Nozick kita harus
membuktikan bahwa: 1. Kondisi’ultra minmal’ muncul dari sistim lembaga-
lembaga pelindung; 2. Dia bertransformasi menjadi Negara –minimal,
dan ;3. Pergerakan setiap hal ini sahih secara moral. ( dalam buku Karen
Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal. 114)
 Dalam pernyataanya yang terkenal: secara individu kita masing-masing k
terkadang memilih untuk menjalani sejumlah rasa sakit atau pengorbanan
untuk …. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
hal.116)////////
Keadilan Aristoteles 

Teori Keadilan dalam  Tradisi katholik, mengenai ajaran social berakar dalam tiga afirmasi dasar
ajaran Kristen Katolik yaitu: 1. Harkat pribadi manusia tidak boleh diusik-usik; 2. Hakikat manusia
59

esensinya bersifat social; 3. Keyakinan bahwa perlimpahan alam dan


kehidupan social diberikan kepada semua orang.( Charles E.Curran dalam
buku Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.121)
 Karen Leback, sejak Paus Leo XIII tahun 1891sampai Paus Yohanes Paulus
II 1981, nilai transendental pribadi menjadi fondasi bagi struktur social yang
dibangun diatasnya. Masyarakat ada terlebih dahulu sebelum institusi
apapun, dan institusi hadir demi melayani masyarakat. Masyarakat
mempunyai hak yang tidak boleh dirampas oleh Negara maupun institusi
apapun. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.121)
 Sejak tahun 1891, Paus Leo menolak ‘kontrak bebas’ sebagai basis upah
yang adil. “Keadilan kodrati “katanya mensyaratkan pekerja menerima
dukungan yang ade kuat, jadi bukan hanya yang disepakati di dalam kontrak.
( Rerum Novarum #63 :” bahwa buruh harus menerima upah yang cukup
untuk melayani kehidupan seorang manusia yang bermartabat…” dalam
buku Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.122)
 Frase upah yang layak bagi kehidupan bisa juga dilekatkan pada kontribusi
John A Ryan . Konsep ini sudah digamlangkan di dalam Rerum Novarium.
Mereka menggunakan istilah upah yang layak bagi keluarga. Karen Leback,
1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.148)
 Paus XIII ,memulai tradisi panjang yang menolak “kontrak demi mendukung
upah yang layak bagi penghidupan atau keluarga. Karen Leback, 1986,
Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.122)
 Quadragesimo Anno #34: Paus Pius XI telah menyatakan bahwa kontrak
upah mestinya dimodifikasi, ‘jika dimunkinkan’ untuk mencakup juga’
kontrak kerja sama’ (contract of partnership) yang akan membuka jalan
bagi para pencari upah menjadi pemilik usaha. Karen Leback, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, hal.122-123)
 Martabat pribadi mensyaratkan bukan hanya harus memperlakukan mereka
dengan adil dalam penetapan upah, namun juga ukuran penuh hak-hak
manusia secara total. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa
60

Media, hal.123)
 Paus Yohanes Paulus II : Sistem tenagakerja bisa menjadi ‘benar’ , jika
‘pada basis terdalamnya di dapat menaklukan pertentangan capital dan
tenaga kerja. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
hal.150) kepentingan capital dan tenaga kerja diupayakan seharmonis
munkin.ibid hal.127)
 Visi keadilan adalah sebuah visi yang didasarkan pada solidaritas, tanggung
jawab timbal balik dan keuntungan bersama. ibid hal.127)
 The Bishops Letter di beri judul ‘Chatotholic Social Theaching and
U.S.Economy ’yaitu dokumen kepausan, produk sebuah
kelompok ,Konferensi Nasional Uskup-uskup Katholik. ibid hal.127
 Keadilan social yaitu keperpihakan pada orang-orang yang malang. Teori
keadilan ini mirip dengan teori John Rawls, memberikan perlindungan bagi
pihak yang kurang beruntung.ibid, hal 134.

Kritikan terhadap teori  Dikritik oleh pembela system pasar bebas, karena terlalu banyak
uskup Khatolik meletakan kekuasaan pemerintah. Pengkritik beranggapan ekonomi
sebagai pertukaran, sehingga ksetaraan boleh diabaikan demi
meningkatan produksi. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa
Media, hal.134)
 Flanigan berpendapat bahwa kesenjangan kekayaan tidak perlu dianggap
sebagai tanda ketidak adilan. Malah kesenjangan itu tanda ekonomi yang
sehat, dapat menyediakan lebih banyak pekerjaan dan mengurangi
kemiskinan, ekonomi sudah lebih dari sekedar ‘adil’. Karen Leback,
1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.136)
 Flanigan, dalam tulisannya bukunya ‘The Pastoral’ia mencatat, bahwa
orang miskin dapat lepas dari kemiskinan tanpa harus mempengaruhi
kesenjangan kekayaan. Flanigan dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori
Keadilan, Nusa Media, hal.153
61

 Hennessey harapan terbaik orang miskin adalah lewat sebuah ekonomi


yang kuat yang menciptakan lapangan kerja, disisi lain mereka
mendesakan bahwa ‘partisipasi ekonomi’bukanlah norma yang bisa
diterima, karena kebanyakan orang miskin tidak sanggup mendapatkan
pekerjaan. Dalam Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa
Media, hal.153- 154.
Teori Keadilan dalam  Kekristenan Protestan Amerika didominasi oleh karya Reinohld
ajaran Kristen Protestan Niebuhr . menurut Niebuhr; keadilan yang sempurna adalah persaudaraan
yang didalamnya tidak terjadi konflik kepentingan. Keadilan adalah kasih
itu sendiri. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
hal.161.
 Dua prinsip terpenting yang umum dan sahih untuk menimbang pilihan-
pilihan historis, adalah kebebasan dan kesetaraan. Kebebasan adalah
esensi dari hakikat manusia dan karenanya selalu menjadi nilai krusial.
Namun kebebasan tidak terkendali di ruang ekonomi sering juga
peminggiran orang miskin dari pasar. Kesetaraan adalah standar keadilan
yang tertinggi. Salah satu hukum kasih : ‘Kasihilah sesamamu seperti
kamu mengasihi dirimu sendiri’. Niebuhr dalam buku Karen Leback,
1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media, hal.164.
 Niebuhr menegaskan konsep awal Katolik yang semakin diperkuat :
keadilan ekonomi mensyaratkan partisipasi politik dan penggunaan
kekuasaan. Namun bagi Niebuhr partispasi politik akan dimenangkan
hanya lewat pertentangan kekuasaan dengan kekuasaan. Keadilan
memerlukan kekuatan pemaksa. Karen Leback, 1986, Teori-teori
Keadilan, Nusa Media, hal.169.
Kritikan terhadap  Brunner: Niebuhr tidak pernah menggarap sebuah konsep keadilan yang
Niebuhr gamblang dimana perbedaan di antara tuntunan-tuntunan keadilan dan
tinggi tuntunan terhadap norma etis tertinggi mengenai kasih bisa
dipahami. Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,
hal.173
62

 Kaum Feminis Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa Media,


hal.178.
 John Howar Yoder Karen Leback, 1986, Teori-teori Keadilan, Nusa
Media, hal.179.
Keadilan menurut Emil  Emil Brunner dalam tulisannya’justice and social order’ ,
Brunner Keadilan didefinisikan sebagai suum cuique- memberikan kepada setiap
orang sesuai dengan yang layak diterimanya. Karen Leback, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, hal.244.
Kadilan menurut  Keadilan ada dua macam yaitu: justitia distributiva dan justitia
Aristoteles cummutativa. Justitia distributiva yaitu bahwa setiap orang mendapat apa
yang menjadi hak atau jatahnya , jatah itu tidak sama bagi setiap orang
atau sifatnya proposional. Justitia cummutativa memberi kepada setiap
orang sama banyaknya . Sebagaiman dikutib Sudikno Mertokusumo,
2003, Mengenal Hukum Suatu Penngantar, Liberty Yogyakarta, hlm.78-
79.
Keadilan menurut  Membedakan keadilan atas dua kelompok: yaitu keadilan umum dan
Thomas Aquinas keadilan khusus. Keadilan umum adalah keadilan menurut kehendak
Undang-undang. Keadilan khusus dibedakan atas : keadilan distributif,
keadilan komutatif, keadilan vindikatif. Muhamad Erwin, 2011, Filsafat
Hukum, Refleksi Kritis Terhadap Hukum, RajaGrafindo Persada Jakarta.
hlm.226.
Cicero 

Stoisisme  Berikankan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya (unicuique
suum triebuere), dan jangan merugikan seseorang (neminen l aedere )
Muhamad Erwin, 2011, Filsafat Hukum, Refleksi Kritis Terhadap
Hukum, RajaGrafindo Persada Jakarta. hlm.228
Berbagai macam Hukum Abadi  Thomas Aquinas , ratio Tuhan dipahami sebagai suatu yang abadi, bukan
hukum temporal, maka hukumnyapu bersifat abadi ( lex eterna). Hukum abadi
dimaklumatkan kepada manusia melalui sabda Tuhan yang dapat dibaca
63

melalui Kitab Suci, yang oleh Aquinas disebut Kitab Kehidupan. Andre
Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum,
Kanisius, Yogyakarta hlm.55, dikutip pada Thomas Aquinas, 2002, hlm
Hukum kodrat beda 
dengan hukum alam  Hukum kodrat untuk makhluk rasional, hukum alam untuk makluk
nonrasional. Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan,
Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta hlm.57
 Menurut Aquinas, Partisipasi makhluk rasional ( manusia)dalam
providensi Illahi disebut hukum kodrat. Hukum Illahi yang tempatkan
bagi makhluk tak berakalbudi disebut hukum alam. Andre Ata Ujan,
2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius,
Yogyakarta hlm.56
Hukum Manusia  Hukum diterima dan diakui karena ratio manusia mengakuinya
Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat
Hukum, Kanisius, Yogyakarta hlm.57
Positvisme hukum  Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat
Hukum, Kanisius, Yogyakarta hlm.65
Hukum murni 

Sejarah Hukum 1.Filsuf pertama  Anaximander” keteraturan hidup bersama harus disesuaikan dengan
Zaman Yunani keharusan alamiah, bila itu terjadi timbulah keadilan.”
Kuno  Herakleitos” bahwa hidup manusia harus sesuai dengan keharusan alamiah,
tetapi padanya keharusan alamiah telah digabung juga dengan pengertian-
pengertian yang berasal dari logos”
 Parmennides “ logos membimbing arus alam, sehingga alam mendapat
suatu keteraturan yang terang dan tetap”( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, hal. 20)
2.Sofisme  Dimulai awal abad ke 4 SM.
 Hukum bagi kaum sofis merupakan hasil kesepakatan, ciptaan manusia.
(Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat
64

Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal.36)


 Sudah ada usaha menyajikan definisi formal tentang hukum ( 37)
 Xenophon,”Tak seorangpun pantas mendaapatkan pujian kecuali ia
mengetahui apa itu hukum”( Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum,
Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal 37)
 Topik filsafat Hukum berkisar pada kehidupan politik, seperti kekuasaan,
hukum, tatanan sosial, kewajiban, tanggung jawab, keadilan dan
kepentinngan. (Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela
Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal.36)
 Sumber hukum bukan logos, melainkan alam., yakni kekuatan dan
kekerasan, hukum dianggap tidak normatif lagi, dibuka kemunkinan
anarkhi (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius,
hal. 21.)
3.Sokrates (469-399  Sokrates berpendapat”kebenaran bersifat objektif dan sebagai demikian
SM) merupakan pedoman yang tetap bagimanusia” (Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius hal. 21)
 Tugas utama negara adalah mendidik warga negara dalam keutamaan
yaitu taat kepada hukum negara baik tertulis maupun tidak tertulis” (ibid)
 Ia mengutamakan prinsip kebenaran dan kebaikan “ Kenalilah dirimu !
( ibid)
4. Plato ( 427-347 SM)  Murid dari Sokrates
 Karyanya” Republic”, negara idealnya dengan nama “ The City of Justice”(
Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat
Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 38).
 Karyanya dalam Buku dalam dialog : 1. Phaidoon, tentang jiwa yang tak
dapat mati; 2. Symposion, tentang hidup sebagai perkembangan kearah
yang baik dan benar; 3. Phaidros, tentang ide-ide rohani; 4. Politea dan
nomoi .( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius,
Yogyakarta,hal 22)
65

 Orang yang baik adalah orang mampu bertindak adil.


 Plato membagi masyarakat atas tiga kelompok, yaitu: 1. Pemimpin; 2.
Ksatria; 3. Petani dan pedagang.(Andre Ata Ujan, 2009, Membangun
Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 38)
 Menurut Plato, “Keadilan ditegakan apabila setiap kelompok berfungsi
sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing”. ( Book Six)
 “ pentingnya menanamkan sikap hukum pada anak muda lewat pendidikan
Gymnatium “ ( Book Four)( Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum,
Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta,hal38)
 Aturan negara yang adil, dapat dipelajari dari aturan lain, yakni aturan
yang baik dari jiwa Jiwa manusia terdiri dari 3 bagian: 1. Bagian pikiran (
logistikon); 2. Bagian perasaan dan nahsu ( epithummetikon); 3. Bagian
rasa baik dan jahat (thumoedes).
Maka keadilan (dikaiosune) terletak dalam batas yang seimbang antar tiga
bagian jiwa, sesuai dengan wujudnya masing-masing.
Keadilan berarti , bahwa setiap golongan berbuat apa yang sesuai dengan
tempatnya dan tugasnya. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisiushal.23 )

 Dalam bukunya Nomoi ( undang-undang), Bentuk negara empiris yang


paling baik, sesuai dengan tujuannya adalah untuk membimbing warga-
warganya kepada suatu hidup yang salah dan sempurna. Ia memberikan
saran untuk membentuk undang-undang (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, hal. 24)
 Dalam bukunya Politeia. Cukuplah mereka yang memerintah mengambil
keputusan sesuai dengan situasi atas dasar kebijaksanaan. Dianjurkan
supaya kitab undang-undang didahului suatu preambul atau mukadimah
tentang motif dan tujuan mentaati undang-undang.( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, hal 24)
 Orang yang melanggar Undang-undang harus dihukum. Maka hukuman
66

bertujuan memperbaiki moral si penjahat, tetapi seandainya ia tidak bisa


diperbaiki , maka orang itu di bunuh (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, hal.25)
 Konsep hukum alam menurut Plato, kepentingan polis selalu melebihi
kepentingan pribadi , sehingga semua pribadi dan semua keluarga bersama
miliknya termasuk negara ( Nomoi, II, 923A) atau (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, hal. 25)

ARISTOTELES ( 384-322  Aristtoteles membagi keadilan atas 2 jenis yaitu:.......


SM)  Aristoteles adalah murid dari Plato, awal mulanya menganut filsafat Plato,
lama kelamaan dibangunnya filsafatnya sendiri, Buku-buku yang
ditulisnya : Logika, Phisika, Methaphisika, Etika Nikomachea, Politika.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, hal. 26.)
 Pendapat Plato” dua dunia, yaitu dunia materi yang merupakan objek
pengalaman dan dunia rohani yang merupakan yang merupakan objek
pengertian “ , Menurut Aristoteles” makhluk didunia ini terdapat empat
prinsip, yaitu : 1; prinsip formal (yakni bentuk atau hakekat) ; 2. prinsip
materil ( yakni materi, yaitu apa yang menjadi dasar semua makhluk); 3.
Prinsip efisien; 4. prinsip final dari dari makhluk sendiri dan finalitas
makhluk yang satu dengan yang lain.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius., hal,26-27).
 Akal budi ada 2, yaitu :1. akal budi aktif , yaitu untuk berhubungan dengan
rohani , bersifat murni dan Illahi ; 2. akal budi pasif.yaitu berhubungan
dengan materi. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius, hal27).
 Sependapat dengan Plato, bahwa manusia hanya dapat berkembang dan
mencapai kebahagiaan, kalau ia hidup dalam polis, manusia pada
hakekatnya adalah makhluk polis ( zoon politikon) , maka keutamaan yang
tertinggi manusia adalah ketaatan kepada hukum polis, baik tertulis
maupun tidak tertulis.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
67

Sejarah, Kanisius , hal. 28)


 Menurut Aristoteles, hukum alam, merupakan aturan semesta alam, dan sekaligus
aturan hidup bersama melalui undang-undang. Hukum alam tidak pernah berubah,
dan ada dimana-mana.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius, hal.29).
 Hukum harus ditaati demi keadilan dibagi dalam hukum alam dan hukum positif.
 Keadilan ada beberapa macam:
1. Kepada yang sama penting diberikan yang sama, kepada yang tidak sama
penting diberikan tidak sama. (keadilan distributif).
2. Keadilan dalam bidang transaksi, tergantung dari kedudukan resmi kedua
belah pihak (keadilan kualitatif).
3. Keadilan dalam hukum pidana diukur secara geometris juga. Aristoteles tidak
menerima ius talionis(membalas secara setimpal). ( keadilan vindikatif).
4. Keadilan dalam bidang privat,yaitu hukum kontrak dan dalam bidang delik
privat kontrak. Kesamaan yang dituju dalam bidang ini adalah kesamaan
aritmetis.
5. Keadilan dalam bidang penafsiran hukum, dimana hukum diterapkan pada
perkara-perkara yang konkrit. Jika tidak diatur dalam Undang-undang, agar
seorang hakim yang mengambil tindakan in concrecto mengambil tindakan
seakan akan ia menyakasikan sendiri peristiwa konkret yang diadilinya. (Theo
Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.30-31).
 Karyanya” Pollitics” pentingnya hukum dan ketertiban dalam politik
(Aristoteles, 1998, Book II, Chp.1,2,3; Book III, Chp.16; Book IV, Chp. 1)
atau (Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan,
Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta,. Hal. 40)
 Pengertian hukum menurut Aristoteles:
1. Hukum Alam, yaitu kebebasan yang dimiliki seorang warga polis yang
ikut serta dalam kegiatan politik, hak-hak manusia belum ada.
2. Hukum Privat belum ada, Negara menguasai segala kehidupan.
3. Hukum Positif, yaitu semua hukum yang ditentukan oleh penguasa
negara. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
68

Kanisius , hal.31).

Hukum Romawi Aliran  Epikurisme


abad III –V SM  Skeptisisme
 Stoisisme
STOA  Ide dasar Stoa ialah, bahwa semuanya yang ada merupakan satu kesatuan
yang teratur (kosmos), berkat suatu prinsip yang menjamin kesatuan itu,
yakni jia dunia(logos). Logos itu tidak lain dri budi Ilahi.( Theo Huijbers,
1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.32)

 Tiap manusia harus memperhatikan dua hubungan : 1. Terhadap dewa –


dewi ; 2. Terhadap sesama manusia. Terhadap sesama manusia berdasarkan
prinsip: a. Jangan merugikan seseorang ( neminem laedere) ; b. Dan berikan
kepada tiap-tiap orang apa yang menjadi haknya ( unicuiqui suum tribuere)
prinsip ini dikenal sebagai”adil dalam arti sempit” Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.33)

CICERO  Negara merupakan perkumpulan orang banyak yang dipersatukan melalui


suatu aturan hukum berdasarkan kepentingan bersama (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.33)
 Negara melindungi warganya
 Bahwa hukum dan keadilan tidak ditentukan oleh manusia tetapi oleh alam.
Muhamad Erwin, 2011, Filsafat Hukum, Refleksi Kritis Terhadap Hukum,
RajaGrafindo Persada Jakarta. hlm.228
SENECA  Menurut Seneca, kekuasaan dalam negara tidak dibatasi oleh salah satu
kekuasaan di luar negara. Kepala negara memerintah secara mutlak, Ia
adalah sumber hukum positif sebagai wakil Budi Ilahi ( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.33-34)
69

SEJARAH AGUSTINUS ( 354-430)  Adalah Pemikir kristiani pertama


HUKUM ABAD  Bahwa jalan yang tepat mengenal tuhan adalah melalui Kitab Suci. Inilah
PERTENGAHAN jalan yang dipilh Allah. Dengan ini filsafat dijadikan untuk menerangkan
( abad V-XV) kebenaaran atau hamba teologi ( ancilla theologie). Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.38)
 Hukum Abadi ( lex aeterna ) yang terletak dalam Budi Tuhan ditemukan
juga dalam jiwa manusia. Keadilan yakni suatu sikap jiwa untuk
memberikan kepada setiap manusia apa yang patut baginya, dengan
mengindahkan juga tuntutan kepentinngan umum.( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.38)
 Prinsip tertinggi dari Hukum Alam, ialah “ jangan berbuat kepada orang
lain, apa yang engkau tidak ingin orang berbuat kepadamu “ ( Ne aliquid
faciat quisque alteri, quod pati ipse non vult)”. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.38)
Thomas Aquinas ( 1225-  Seorang rohaniwan Gereja Kotolik
1275)  Sistem Skolastik, yang mengimbangi kebijaksanaan yang terkandung dalam
wahyu denngan kebijaksanaan yang berasal dari keinginan manusia sendiri.
Kebenaran wahyu menjadi pedoman bagi kebenaran yang berasal dari akal
budi manusia (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal. 39)
 Hukum adalah positivisasi prinsip moral (Andre Ata Ujan, 2009,
Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius,
Yogyakarta, hal. 50)
 Hukum adalah peraturan dan ukuran tindakan yang mendorong untuk
mencegah tindakan. Ukuran bertindak menurut Aquinas adalah rasio.(
Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat
Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 57)
 Tujuan hukum : adalah kebahagiaan (Andre Ata Ujan, 2009, Membangun
70

Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 52)


 T.Aquinas , membedakan hukum yang berasal dari wahyu disebut “ Hukum
Ilahi Positif ( ius divinum positivum)” dengan hukum yang berasal dari akal
budi manusia ada dua jenis yaitu: “hukum alam.(ius naturale)/hukum abadi”
dan hukum bangsa-bangsa ( ius gentium), dan hukum positif manusiawi (
ius positivum humanum).

@Hukum Alam (ius naturale) , tergantung dari Tuhan, bersifat abadi, yang
baik adalah apa yang sesuai dengan kecendrungan alam., yang jahat adalah
yang tidak sesuai dengan kecendrungan alam dan harus dihindarkan. Hukum
alam terdiri dari hukum alam primer (norma-norma yang bersifat umum)
dan hukum alam sekunder ( berlaku inabstrakto). Contoh : dilarang
membunuh manusia, kecuali membunuh musuh di peperangan..

@ Hukum positif bisa dikalahkan oleh hukum alam. (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.41)
 Keadilan yakni apa yang sepatutnya bagi orang lain menurut sesutu
kesamaan proposional ( aliqoud opus adaequatum alteri secudum aliquem
aequalitasis modum) .
Keadilan ada tiga jenis:
a. Keadilan distributif : hal-hal ini dibagi menurut kesamaan geometris.
b. Keadilan tukar menukar : ukuranya bersifat aritmetis.
c. Keadilan legal ( iustitia geralis) : yaitu keadilan menurut ketentuan
undang-undang. ((Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.43)
 Serangan terhadap teori Thomas Aquinas
1. Teori hukum alamnya agak lemah, siapa yang bisa mengetahui apa
yang terkandung dalam Budi Ilahi?
2. Pengertian Thomas ttg hukum alam yang abadi tidak cocok dengan
pandangan orang modern. Budak termasuk hukum alam, padahal
71

bertentangan dengan hak asasi manusia. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat


Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.45)
 Keadilan diikelompokan atas dua bagian yaitu keadilan umum dan
keadilan khusus. Keadilan umum yaitu:
9. Thomas Aquinas, mengelompokan keadilan menjadi dua:
1. Keadilan umum, yakni keadilan menurut kehendak Undang-undang
yang harus ditunaikan demi kepentingan umum;
2. Keadilan khusus, yakni keadilan yang didasarkan pada asas kesamaan
atau proposionallitas, yang dijadikan tiga, yaitu:
a. Keadilan distributif ( yustisia distributive), adalah keadilan yang
secara proposional diterapkan dalam lapangan hukum publik secara
umum, misalnya Negara akan mengangkat seorang menjadi hakim,
karena mempunyai memiliki kecakapan untuk menjadi hakim.
b. Keadilan komunitatif, adalah keadilan yang mempersamakan antara
prestasi dengan kontra prestasi.
 Keadilan vindikatif, yaitu keadilan dalam menjatuhkan hukuman atau ganti
kerugian yang sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas
tindak pidana yang dilakukan.( Thomas Aquinas dalam Muhammad Syaifuddin,
2012, Hukum Kontrak: Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat , Teori,
Dogmatis, dan Pratik Hukum ( Seri Pengayaan Hukum Perikatan ), Cetakan 1,
Mandar Maju, Bandung, hal. 38)
Hukum Islam  Sumber hukum Islam : Alqur’an., Hadist, idjma.
 Pada abad IX sarjana –sarjana hukum Islam dapat dibagi empat aliran
( mazhab):
1. Mazhab Hanafi, tersebar di Turki, Siria, India Pakistan, Irak.
2. Mazhab Maliki, tersebar di Medinah,, Mesir, Afrika.
3. Mazhab Syafi’i, tersebar di Medinah, Mesir, Indonesia.
4. Mazhab Hambali, tersebar di Arabia. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.45)
*Argumen-argumen diterimanya hukum adat yang tidak bertentangan dengan
72

hukum islam:
1. dalam Alqur’an diterimaadanya pengaruh hukum adat terhadap
pembentukan undang-undang;
2. undang-undang negara yang dibentuk oeh orang yang beragama Islam,
maka inspirasi mereka bersumber ajaran dan semangat Alqur’an.
3. Dapat terjadi juga, bahwa hukum adat mereka sudah terlebih dahulu sudah
dipengaruhi hukum Islam. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.47)

Zaman Renaissance= kelahiran kembali


Renaissance ( abad
XV-1650)

1.Pelopor Zaman 
Baru
 WILLIAM dari Occam ( 
1300-1350)

 MARSILIUS dari 
Padova( 1270-11340)

2. Abad XVI

a.THOMAS MORE

b.PROTESTANTISME
73

c.MACCHIAVELLI

d.JEAN BODIN

3.HUGO .HUGO GROTIUS 


GROTIUS
4.THOMAS .THOMAS HOBBES 
HOBBES ( 1588- ( 1588-1679)
1679)
Zaman
Rasionalisme
1.Pufendorf dan 
Thomasius
2.CHRISTIAN 2.CHRISTIAN WOLF 
WOLF
3.JOHN LOCK 3.JOHN LOCK 

4.Aufklarung 4.Aufklarung 

5.IMMANUEL 5.IMMANUEL KANT  Membedakan bidang: “ ada(sein) dan bidang Harus ( sollen)” bidang “ada”
KANT adalah bidang alam, yang seluruhnya dikuasai oleh aturan sebab akibat.
Bidang “harus” adalah bidang kehidupan manusia, yang dikuasai kebebasan
dan tanggung jawab.
Abad XIX  Terjadi revolusi sosial ekonomi , terjadi pembebasan rakyat dari kekuasaan
kelas atas terus diperjuangkan (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah, Kanisius , hal. 103)
1.G.W.F.HEGEL GEORG WILHEM  Bukunya:1. Phanomenologie des Geistes ( 1806) (fenomenologi tentang
FRIEDRICH. HEGEL roh); 2. Encyclopadie der philosophischen Wissenschaften ( 1817)
(1770-1831) ( ensiklopedi ilmu-ilmu pengetahuam filsafati); 3. Grundlinien der
philosophie des Recht, 1821, ( garis-garis besar filsafat hukum)
74

 Hukum dapat disebut moral sejauh orang mau takluk pada hukum karena
suara bathin yuridis. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.109)
 Negara merupakan perwujudkan tertinggi dari roh yang menjelma didunia
ini. Ini berarti negara terjadi bukan karena kontrak. (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.110)
 Kritikan terhadap Hegel:
1. Dialektika Hegel biasanya dinilai secara positif, sejauh diterapkan dalam
pikiran, Tetapi Hegel melampui batas.
2. Pernyataan Hegel tentang negara dan hukum bukan sesuatu kebetulan
timbul didunia ini dapat diterima,Satu-satunya hukum yang bderlaku
adalah hukum negara sebagai hukum positif. Namun disini Hegel
melangkah terlalu jauh dengan mengatakan bahwa negara timbul lepas
dari segala persetujuan warganya. Tidak mengherankan Hitler melawan
hak –hak manusia berakar dari filsafat Hegel. ( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.110)
2.Materialisme Karl Marx  Bukunya: 1. Kommunistisches manisfest, 1848 ( maklumat komunis); 2.
hitoris Das Kapital. Jilid I (1867) , jilid II (1885), jilid III ( 1894).
 Marx menegaskan bahwa manusia adalah pertama-tama suatu makhluk
jasmani sebagai subjek konkrit dalam masyarakat. Materialisme Marx
disebut materialis historis oleh karena manusia sebagai subjek masyarakat
berkembang dalam sejarah. Hubungan sosial antara orang tergantung dari
hubungan ekonomis , yakni hubungan orang dengan barang atau alat kerja
yang digunakan (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal111)
 Masyarakat ialah keseluruhan hubungan-hubungan ekonomis, baik
konsumsi maupun produksi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi
ekonomis, yakni teknik dan karya. Masyarakat ditentukan secara primer
oleh hubungan -hubungan sosial ekonomi, negara oleh kekuasaan politik.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.112)
75

 Menurut Locke, masyarakat adalah lapangan hidup di mana individu –


individu dapat mewujdkan hak-hak dan kebebasan asli mereka. Negara tidak
berpengaruh atas kegiatan individu, kecuali kalau terdapat bahaya yang
sungguh-sungguh . (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.112)
 Adam Smith ( 1723-1790) dipandang sebagai pengagas sistem ekonomi
liberalisme. Liberalisme bermuara dalam kapitalisme, sesuai dengan
semangat liberalisme , setiap orang bebas untuk mendirikan pabrik. Tenaga
kerja para buruh penting juga dalam proses produksi, namun mereka tidak
maju, olehkarena kapitalis berkuasa secara mutlak atas karyawan. Menurut
Marx situsasi semacam itu tidak mengizinkan lagi manusia untuk hidup
sebagai otentik. Semantara buruh juga bersaing untuk mendapatkan
pekerjaan. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius
, hal.113)
 Menurut Marx: Kejadian tersebut diatas merupakan hukum alam, Adil
adalah apa yang dipraktekan dimana-mana dan karenanya dianggap sebagai
hukum abadi. Agama digunakan sebagai hiburan rakyat agar sabar
menerima keadaanya. Agama di jadikan obat bius bagi rakyat. Situasi yang
terjadi Marx menentang Kapitalisme dan liberalisme. Kemudian dia
membentuk masyarakat adil yaitu mayarakat komunis (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.114)
 Hukum dialektis dipelajari Marx dari Hegel, bahwa semua perkembangan
terjadi menurut tiga tahap yaitu: tesis, antitesis, sintesis. Tesis :
perkembangan masyarakat yang mempunyai alat kerja sendiri, kapitalis
bertumpuk-tumpuk. Antii tesis: alat kerja menjadi satu kelas; Sintesis:
adalah bahwa semua orang memiliki alat kerja bersama-sama. Milik pribadi
akan lenyap diganti dengan milik bersama historis Marx disebut juga
Materialisme dialektis. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.115)
 Pandangan positif ajaran Marx:
76

1. Visi Marx membangkitkan kesadaran pada orang-orang yang lemah


karena korban sistem sosial yang tidak adil. Menurut Marx “Hukum
yang sejati adalah yang diciptakan orang, karena dianggap sesuai dengan
rasa keadilan yang hidup dalam hati manusia.” Maka hukum ada dua
tingkat, yaitu tingkat ideal dan tingkat aktual :
2. Membangkitkan semangat pada orang yang lemah untuk
memperjuangkan keadilan dalam hubungan sosial ekonomi. (Theo
Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.116)
 Kelemahan Ajaran Marx :
1.Pandangan Marx yang mengatakan kehidupan ekonomi penting, akan
tetapi selain itu unsur kehidupan ini juga perlu kepentingan rohani,
tafsiran Marx tentang agama sangat tidak mempunyai dasar ilmiah.
2. filsafat Marx harus dibuktikan dalam sejarah , akan tetapi sekarang
kehidupan buruh sudah diperhatikan.
3. Teori Marx tentang dialektis tidak dapat dibenarkan secara ilmiah.
Masyarakat tanpa pemerintah dan pedoman dalam hidup dianggap
sebagai mimpi.
4. Negara komunis belum berhasil merealisasikan kebebasan manusia baik
dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.117)

3.Mazhab hukum 1. VON SAVIGNY  Bukunya: 1. Vom Beruf unsere Zeit fur Gesetzgebung und
historis ( 1779 -1861) Rechtswissenschaft ( seruan zaman kini akan undang-undang dan ilmu
hukum); 2. Geschicte des Romischen Rechts im Mittelalter ( 7 jilid) sejak
1814; 3. System des heutigen Romischen Recht, 8jilid, sejak 1840.
 Hukum merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan suatu bangsa,
seperti :bahasa, adat, moral, tatanegara. Keterkaiatn Keyakinan bangsa
mengandung unsur: politik ( das politische element), dan pengolahan
teknis (das technishe element). (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.118)
77

 Tidak terdapat manusia individu, setiap manusia merupakan suatu kesatuan


yang lebih tinggi, yakni dari keluaga, bangsa, negara. Disini kelihatan
bahwa hukum adalah ciptaan manusia bebas, tetapi manusia bebas itu bukan
manusia individu. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.119)
2.PUCHTA (1798-1846)  Murid Von Savigny, Hukum timbul dan berlaku karena jiwa bangsa, hukum
berasaskan jiwa bang, baik menurut isi maupun ikatan materinya.
 Ikatan material: artinya hukum timbul dan berlaku oleh:
1. karena terikat jiwa bangsa secara lansung ;
2. Secara tidak lansung melalui undang-undang ( yang dibentuk oleh
negara);
3. melalui ilmu pengetahuan hukum ( yang merupakan karya ahli hukum)
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.120)
* Keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus disyahkan melalui
kehendak umum masyarakat yang terorganisasi dalam negara. Negara
mengesahkan hukum itu dengan membentuk Undang-undang (Theo Huijbers,
1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.120)
* Kelemahan Puchta: tidak ada sumber hukum lain. Adat berlaku sebagai
hukum setelah disahkan oleh negara. Hanya pihak yang berkuasa yang berhak
menentukan jiwa bangsa,( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.121)
3. GEORG BESELER  Melawan Von Savigny dan Puchta, ia membela pembentukan hukum
(1809-1885) Jerman. Hukum Jerman kuno terletak dalam hukum serikat, menyangkut
sejumlah sebagai satu kesatuan. Pembentukan hukum dalam serikat
melebihi kehendak individual anggota-anggotanya. (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.121)
4. OTTO GIERKE  Murid G.Besseler, ia mengolah teori serikat dalam bukunya : Das Deutsche
(1841-1921) Genossenschaftsrecht ( 4 Bde, 1868-1913).
 Hukum Jerman berbeda dengnan hukum Romawi. Hukum Jerman
membedakan antara bermacam-macam serikat, yakni: 1. lembaga
78

(koperschaft, coperasi ); 2.persekutuan hukum ( gemeinscaft,


rechtgemeenschaft); 3. Yayasan ( anstal, stichting) .( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.122)
 Melalui suatu lembaga diciptakan suatu kesatuan yang lepas dari
lembaganya: ...
4,Positivisme Hanya melalui ilmu pengetahuan dapat ditentukan apakah sesuatu yang
sosiologis dialami merupakan sungguh –sungguh kenyataan. Hukum dipandang gejala
sosial melulu
1. Auguste Comte  Murid dari Saint Simon. Perintis ilmu sosiologi moderen. Bukunya yang
( 1798-1857) terkenal “ Cours de philosophie positive” 1826( kursus filsafat positif).
 Hukum itu tampak dalam tiga tahap perkembangan, yaitu:
1. Tahap teologi: manusia percaya kekuatan illahi dibelakang gejala alam;
2. Tahap metaphisis : mulailah kritik terhadap pikian termasuk pikiran
teologis;
3. Tahap positif: gelaja diterangkan melalui gejala lain dengan mendapati
hukum-hukum antara mereka. Hukum suatu relasi yang konstan diantara
gejala-gejala(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.14)
4. Dalam sosiologi (fisika sosial) dibedakan antara Statika Sosial dengan
dinamika sosial. Statika Sosial, masyarakat diselidiki dengan tidak
memperhatikan perkembangannya. Masyarakat merupakan satu
kesatuan organis, yang berpangkal pada solidaritas organis antara
individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok
karyawan. Kesatuan organis ini diungkapkan dalam perkataan
Aristoteles “ zoon politikon”. Dinamika sosial bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang berkembang, menurut hukum sosial dan sejarah.
Sehinngga hukum berkembang tiga tahap.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal124-125)


79

2. HERBER SPENCER
(1820-1903)  Biologi dianut juga oleh Spencer. Perkembangan manusia memuncak dalam
pertambahan kebebasan manusia secara pribadi. Pekembangan kehidupan
sosial dibiarkannya kepada hukum-hukumnya sendiri. Faktor-faktor
perkembangan diungkapkan dalam Teori Evolusi Darwin. ( Theo Huijbers,
1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal127)
5.Positivisme  Hukum dipandang sebagai gejala tersendiri. Satu-satunya hukum yang
yuridis diterima sebagai hukum merupakan tatahukum.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal 130)
 Bagian penting dari Positivis yuridis: adalah analisa dan ide-ide hukum. Theo
Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.134)
1. Rudolf Von Jhering  Mulanya ia menganut mazhab Von Savigny, tetapi lama-kelamaan ia
(1818-1892) menentangnya. Menurut Von Savigny “ seluruh hukum Romawi
merupakan pernyataan jiwa bangsa Romawi, dan karenanya merupakan
hukum nasional Hukum timbul secara spontan”. Hal ini dibantah oleh
Jhering. Ia menitik beratkan segi rasional utilitaris, dengan tujuan supaya
hukum dapat diterapkan pada perkara-perkara yang konkrit. ( Theo Huijbers,
1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.130)
 Metoda alamiah yang dikemukakan Jhering sebagai berikut dibawah ini
menyebakab dia disebut juga Begriffsjurisprudenz ( keahlian hukum
berdasarkan logika)
 Teknik Hukum , ialah metoda yang digunakan oleh ahli hukum untuk
menguasai hukum positif secara rasional, dengan tujuan supaya hukum
dapat diterapkan pada perkara-perkara yang konkrit. ( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.131)
 Rasionalisasi hukum terdiri atas dua tahap:
1. Pertama-tama dijadikan penyederhanaan kuantitatif bahan hukum.
Kaidah hukum sedapat-dapatnya dikurangi jumlahnya, dengan cara:
a. Analisis yuridis, bahan hukum dipelari isinya’
b. Konsentrasi logis, bahan hukum dipandang dalam lingkup ide-ide
80

umum tertentu,
c. Sistematik yuridis, bahan hukum diberikan suatu aturan yang tepat,
d. Penentuan terminologi, dicari terminologi yang cocok bagi ilmu
hukum.
e. Ekonomi yuridis, jumlah peraturan sedapat-dapatnya dikurangi,
senantasa untuk mengurangi pikiran.
2. Kemudian penyederhanaan kulitatif bahan hukum, bahan hukum
ditingkatkan menjadi ide-ide dan institusi hukum, dengan cara:
a. Mencari aturan interen tata hukum , ditujui suatu pengertian
menyeluruh tentang tatahukum tertentu;
b. Mempertimbangkan kualitas dan nilai bagian-bagian tatahukum
untuk dapat sampai pada suatu keseimbangan antara bagian-bagian
itu;
c. Mengolah tatahukum secara menyeluruh sehingga menjadi
kesatuan(dengan tujuan supaya hukum dapat diterapkan pada
perkara-perkara yang konkrit. ( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.131-132).
 Kemudian Von Jhering meninggalkan Begriffsjurisprudenz ( keahlian
hukum berdasarkan logika) dan beralih pada Interessenjurisprudenz
( keahlian hukum berdasarkan kepentingan sosial)
 Tahun1877, Von Jhering mengembangkan keahlian hukum berdasarkan
kepentingan sosial dalam suatu studi yang berjudul: Der Zweck imrecht
(sasaran dalam hukum).Empat sasaran sosial: pahala, paksaan, rasa
keadilan dan cinta. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal. 133)
 Sebanarnya negara adalah organisasi sosial kekuasaan yang memaksakan .
Terutama motif-motif ekonomis bersifat menentukan dalam kehidupan
negara, motif ini bersifat egoistis belaka. Hukum mengalir dari kekuasaan
negara. ( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius ,
hal.133)
81


6.Ajaran hukum
umum
1. ADOLF MERKL Murid dari Von Jhering.
(1836-1896) Filsafat hukum harus menjadi bagian dari ilmu hukum sendiri, dengan tugas
untuk menyelidiki dasar dan ide-ide dasar hukum positif.
Motoda ajaran hukum umum : haruslah bersifat empiris-induktif ........
2.KARL BERGBOMHM 
( 1849-1927)
3.ERNST BIERLING 
( 1841-1919)
4.JOHN AUSTIN 
( 1790-1859)
Abad XX

1.Neokantianisme, Neokantianisme  Filsafat Kant mengalami perubahan. , berkembang di Jerman,


Neohegelianisme,  Pendiri Neokantianiame: HERMAN COHEN (1842-1918); PAUL
Neomarxisme NATORP ( 1854-1924); dan ERNST CASSIRER (1874-1945).

RUDOLF STAMMLER  Buku yang ditulis Rudolf Stammler: Theorie der Rechtswissenschaft, (teori
( 1856-1938) ilmu hukum) 1911, Lehrbuch der Rechtsphilosophie ( buku pelajaran filsafat
hukum) 1921.
 Ia membedakan antara bentuk dan materi, bagian materi yaitu kemauan
manusia dalam hidup bersama dalam bidang sosial bersifat historis
ekonomis, maka hidup bersama ditandai oleh dua sifat yakni sifat ekonomis
dan sifat historis. Hukum positif itu menjamin bahwa kehidupan historis
ekonomis mendapatkan aturan yang dikehendaki. Sedangkan tujuan
merupakan bentuk dari perbuatan manusia. Atau “ daya upaya sebagai
materi diberi bentuknya oleh tujuan yang dikehndaki (Theo Huijbers,
82

1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.151)


 Pengertian Hukum, memuat empat unsur:
1. Hukum berasal dari kemauan yuridis
2. Hukum bersifat menggabungkan orang-orang secara lahiriah
3. Hukum menguasai kehidupan sosial manusia, lepas dari kemauan
individual orang-orang
4. Hukum adalah bersifat mutlak artinya kekuatannya tidak dapat
dihilangkan. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.153).
 Ide hukum adalah
 Pengertian hukum adalah hukum yang baik, bila hukum itu benar-benar
menuju cita-cita sosial masyarakat tertentu.
 Kesulitan-kesulitan ajaran Stammler:
1. Pengertian hukum yang formal, yang merupakan dasar segala
pengertian lain dalam bidang hukum, tidak memuat unsur kewajiban.
Bagaimana mungkin pengertian hukum yang bukan bersifat normatif .
2. Pengertian hukum transendental, adalah pengertian yang mutlak dan
umum, Tetapi untuk menemukan pengertian hukum tidak memenuhi
syarat.
3. Stammler menggunakan metoda logis-formal untuk menerangkan
pengertian orang-orang tentang hukum, Sebenarnya Stammler sendiri
merasakan kesulitan memepertahankan pengertian tentang hukum.(
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.155)
HANS KELSEN  Buku : 1. Reine Rechslehre ,1943,ed.2. Wien (1960) (ajaran hukum murni);
2. Algemeine Staatslehre, 1)925, (ajaran umum tentang negara); 3.
General theory of law and state, 1945 (teori umum tentang hukum dan
negara); The Pure Theory Of Law 1967 (Teori Hukum Murni )
 KANT membedakan bidang: “ Ada(sein) dan bidang Harus ( sollen)”
bidang “ada” sedangkan KELSEN bertitik tolak dari dualisme;antara”
83

bentuk dan materi “ . Maka hukum yang menyerupakan pokok


penyelidikan dalam buku Kelsen termasuk bidang “harus”. Maka “ bila hal
ini terjadi , maka seharusnya hal itu terjadi pula”, bila terdapat suatu
kelakuan yang melawan hukum, maka seharusnya kelakuan ini disusul
hukuman, sekalipun kenyataan itu tidak beitu selalu. ( Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.157).
 Kelsen berkata: bahwa kehendak yang mendasari keharusan yang
ditemukan dalam norma tidak dapat disamakan dengan kehendak dalam
arti psikologis .
 Menurut KELSEN satu-satu nya hukum adalah hukum positif, hukum
yang lain tidak ada.orng-orang yang hidup bersama membentuk hukum
guna mengatur hidupnya. ( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.158).
 Hukum sebagai sistem norma yang teratur secara hierarkis, hukum yang
lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi
(Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat
Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal.86)
 Hukum adalah norma.( Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum,
Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta,hal. 82)
 Tujuan hukum adalah keadilan
 Hukum adalah hasil dari rasio praktis, hukum diciptakan karena bermanfaat
sebagai pengatur tingkah laku manusia.( Andre Ata Ujan, 2009,
Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius,
Yogyakarta,84)
 Di Indonesia, Pancasila sebagai Grundnorm (norma dasar) konstitusi dan
Undang-undang yang berlaku di Indonesia.( Andre Ata Ujan, 2009,
Membangun Hukum, Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius,
Yogyakarta, hal. 87)
 Kelemahan teori Kelsen:
1. Sama halnya ciri umum positivisme hukum yakni terlalu formal
84

( hukum adalah undang-undang). Namun tidak memberi tidak memberi


perhatian tegas pada isi hukum;
2. Penerapan hukum dengan cara logika linear justru dapat mengancam
keadilan.
3. Ketidak tegasan isi norma dasar, juga sesungguhnya membuat teori
Kelsen memiliki ( Andre Ata Ujan, 2009, Membangun Hukum,
Membela Keadilan, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hal. 90)

 Proses delegasi dari norma dasar dalam konstitusi ke dalam norma dasar
yang akan diatur secar berturut-turut oleh:
1. Dikonkritkan oleh badan legislaitf;
2. Dikonkritkan oleh Badan Administrasi;
3. Dikonkritkan oleh Badan Peradilan;
4. Dikonkritkan oleh kebiasaan dalam masyarakat;
5. Dikonkritkan lagi oleh transaksi-transaksi privat. (Munir Fuady, 2013,
Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta ,
hal. 140)

 Menurut Kelsen, setiap hukum dalam suatu negara haruslah berasal dari
hukum dasar ( groundnorm) yaitu konstitusi. Karena itu, untuk mengukur
konsistensinya dengan hukum dasar, berkembanglah beberapa kaidah
tentang logika ilmu hukum:
1. Kaidah derogasi : setiap aturan hukum berasal dari hukum yang lebih
tinggi.
2. Kaidah pengakuan (recognition): setiap kaidah hukum harus ada
pengakuan dari yang berwenang menjatakan aturan tersebut., maupun
pengakuan dari pihak kepada siapa hukum tersebut akan diterapkan.
3. Kaidah nonkontradiksi : tidak boleh ada kontra diksi antara satu aturan
hukum dengan aturan hukum lainnya., sehingga norma hukum yang
satu denngan norma hukum yang lainnya haruslah harmonis, sinkron,
85

dan terintegrasi ( principle of integrity).


4. Kaidah derivatif( derivative principle) , dalam hal ini suatu sistem
hukum yang tingkat bawah merupakan bagian dari aturan hukum
tingkat lebih tinggi yang ditarik berdasarkan prinsip deduksi pratikal.
5. Kaidah sistem ( system prinsiple). Dalam hal ini, suatu sistem hukum
yang lebih rendah tingkatannya merupakan subsistem dari aturan hukum
yang lebih tinggi , sehingga semua aturan hukum yang berlaku
merupakan sebuah sistem secara keseluruhan.
6. Kaidah generalisasi ( general principle), dalam hal ini aturan hukum
yang lebih tinggi merupakan generalisasi dari hukum yang lebih rendah.
7. Kaidah reduksi,( principle of reductioanism), di mana aturan hukum
yang lebih rendah merupakan reduksi dari aturan yang lebih tinggi.
8. Kaidah golongan ketercakupan ( principle of subsumption), dalam arti
aturan hukum harus masih termasuk atau tercakup ke dalam golonngan
aturan yang lebih tinggi, jadi bukan berasal dari golongan aturan lain.
(Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam Hukum,
Kencana,Jakarta , hal. 142-143) .Teori ini dimasukan kedalam teori
perundang-undangan!!!!!!

 Teori norma dasar tidak sama dengan teori pengakuan. Pada norma
dasar: sistem hukum yang mendasarkan pada norma dasar . Teori
pengakuan : manusia dilahirkan kedunia beserta dengan hak fundamental
dan dalam keadaan bebas menentukan nasibnya sendiri, norma hukum
yang diberlakukan kepadanya harulah diakui ( recognition) terlebih
dahulu. .( Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam
Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 141)
 Teori Atribut: bahwa suatu tindakan seorang penyelenggara negara baru
dapat dianggap tindakan negara jika tindakan itu merupakan suatu
“atribut” terhadap negara, yaitu “ perintah yang valid”yang bersifat
normatif. Dan “perintah yang syah”berupa pemberian wewenang sesuai
86

peraturan yang berlaku. Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand


Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 144).
 Hans Kelsen memerincikan aturan hukumyang jenjangnya dibawah norma
dasar (dibawah konstitusi), masing-masing dengan jenjangberikut (Hans
Kelsen , 1967 hlm.221):
1 . Legislation (dibuat olehParlemen), costum (dibuat oleh masyarakat);
2. Statute ( juga dibuat oleh Parlemen, tetapi lebih khusus legislation) dan
ordantie (dibuat oleh otoritas Administratif).
3.Material and Formal Law. Merupakan peraturan yang akanditerpakoleh
badan-badanangberwenang,utamanya pengdilan,untuk diterapak kan
kasus-kasus konkret (Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand
Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 144-145)
* Ajaran populer dari Kelsen tentang teori tidakan hukum yang berjenjang,
( teori Piramida terbalik), Konstitusi merupakan dasar dalamsistem
pemerintahan, dalam segi tiga terbalik, norma dasar tempatnya yang tertinggi,
dengan wilayah kerja yang luas. Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar
( Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 145)
 Kelsen cenderung mengunakan prinsip:
1. Hukum yang lebih tinggi mengenyampingkan hukum yang lebih
rendah;
2. Hukum yang lebih khusus mengenyampinngkan hukum yang umum;
3. Hukum yang baru mengenyampingkan hukum yang lama;
4. Hukum yang lebih menyangkut kepentingan umum
mengenyamingkan hukum yang kurang menyangkut kepentingan
umum.( Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory)
Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 148)
 Indikasi Teori groundnrom Hans Kelsen diparktekkan oleh berbagai
negara didunia, antara lain jika dalam negara tersebut terdapat:
1. Terdapat suatu lemabaga negara yangkhusus menganalisa apakah
suatuUndang-undang atau praktik kenegaraan bertentangan dengan
87

konstitusi atau tidak; Semacam Mahkamah Konstitusi yang ada di


Indonesia.;
2. Peran dari Parlemen ( pembuat Undang-undang) sangat tinggi dengan
kewenangan yang sangat luas ;
3. Peran dari pengdilan tidak sangat begitu penting
4. Sistem pemberantasan pidana yang bersifat menjerakan dan represif,
dengan mengabaikan usaha-usaha yang bersifat kuratif dan preventif
5. Sistem hukum dan penerapan hukumnya sangat bersifat legalistik;
6. Sistem hukum dan penegakan hukum yang sangat berorientasi pada
sanksi dan hukuman. Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand
Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 148-149)

GUSTAV RADBRUCH  Karyanya :1. Grundzuge dere Rechtsphilosophie, 1914 ( garis-garis dasar
filsafat hukum) ; 2. Funf Minuten Rechphilosophie, 1945 ( lima menit
filsafat hukum) ; 3. Gesetzliches Unrech und Ubergesetzliches Recht, 1946 (
ketidak adilan dari undang-undang dan keadilan diatas undang-undang).
 Dalam pengertian hukum dapat dibedakan tiga aspek:
1. Aspek keadilan dalam arti sempit, yakni kesamaan hak untuk semua
orang didepan pengadilan;
2. Finalitas, aspek ini menentukan isi hukum sesuai dengan tujuan hukum
yang ingin dicapai;
3. Aspek kepastian hukum, hukum harus dapat berfungsi sebagai
peraturan yang harus ditaati. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.163)
 Jika terjadi pertentangan diantara tiga aspek diatas,.... Lihat Theo
Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius ,
hal.164
 Aspek finalitas atau isi hukum, bahwa isi hukum merupakan perwujudan
dari keadilan secara umum. tujuan keadilan umum adalah memajukan
kebaikan dalam hidup manusia. Kebaikan ditentukan sebagai nilai etis.
88

Nilai etis ini dapat bergabung dalam nilai subjek. Subjek yang pertama
hukum yang disusun untuk kebaikan individu; kedua, tujuan hukum
unutk kebaikan negara; ketiga tujuan hukum untuk kebaikan
kebudayaan , sistim hukum yang diciptakan adalah sistem hukum
transpersonal. Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.163
 Teori Relativisme nilai, orang memilih sistem hukum sesuai dengan
kecendrunngan subjektifnya. Tetapi setelah Resim Nazi di Jerman, teori
relativisme ini dikorbankannya, demi kepentingan negara. Kemudian
Radbruch mengakui suatu hukum diatas hukum positif, yang berlaku
sebagai tata hukum , yaitu hukum alam ( Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.164-165)
 Keadilan adalah sebuah ide formal .Dia tidak memberikan jawaban

 Tentang hukum alam, Rabruch mengetengahkan, bahwa hukum itu


mengandung tiga tuntutan dasar yang harus dipenuhi :
1. Setiap individu harus diperlakukan menurut keadilan di depan
pengadilan;
2. Hak asasi manusia yang tidak boleh dilanggar harus diakui.
3. Arus ada keseimbangan antara pelanggaran dengan hukuman.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.165)
 Dalam bukunya” Vorschule der Rechsphilosophie” cita-cita hukum:
1. die gerechhtigkeit ( keadilan)
2. die zewckmabigkeit ( kemanfaatan)
3. die rechtssicherheit ( kepastian hukum)
(Gustav Radbruch, 1948, Vorschule der Rechsphilosophie, Nachscrif t
Einer Vorlesung Herausgegeben von Harald Schubert-Joachim
Stoltzenburg Studenten der Rechte, hlm. 23-29)
89

Neohegelianis  Bertitik tolak dari pandangan Hegel, bahwa semua gejala harus diuraikan
menurut perkembangannya dalam roh. Demikian jaga dengan hukum ,
hukum harus dipandang sebagai perwujudan roh dalam tahap objektifnya.
Semua tata hukum merupakan ciptaan roh belaka.
Neomarxisme  Refolusi Rusia tahun1927,
 Marx tidak mengakui negara dan hukum sebagai bentuk yang cocok bagi
hidup bersama manusia,

2.Neopositivisme  Berbeda dengan positivisme abad lampau. Neopositivisme lebih menitik


beratkan pada logika dan hubungan yang erat antara logika dengan bahasa.
Tetapi ia sama-sama menolak segala kebenaran yang tidak dapat dibenarkan
secara ilmiah.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.175)
a.Realisme Hukum  Para hakim , pegawai pengadilan mereka yang membuat hukum. Kerna itu
Amerika kaidah hukum dipandang sebagai generalisasi dari kelakuan para hakim.
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius ,
hal.174)
HOLMES (1841-1935)  Karyanya: The path of Law ( jalan hukum), 1920.
 seorang syarjana hukum harus menghadapi gejala-gejala hidup secara
realistis (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.179)
Jerome Frank ( 1889-  hukum tidak dapat disamakan dengan suatu ajaran hukum yang tetap. Dalam
1957) aturan tetap , kaidah-kaidah hukum berperan seakan-akan merupakan prinsip
logika, yang mana putusan hakim dapat diturunkan secara otomatis.Hukum
sebenarnya hanya terdiri dari putusan –putusan pengadialan. Dan bahwa
putusan itu tergantung pada banyak faktor (prasangka politik, ekonomi, dan
moral). ( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
90

Kanisius , hal.178)
Roecoe Pound ( 1870-  Bukunya: 1. Justice according to law, 1951( keadilan dalam hubungan
1964) dengan undang-undang); 2. Pengantar Filsafat Hukum, 1972; 3. Tugas
Hukum.
 Hukum sebagai suatu unsur dalam hidup masyarakat harus memajukan
kepentingan umum. Hukum ditandai sebagai jenis teknik sosial ( social
engineering ) atau kontrol sosial ( social control). Cita-cita keadilan yang
hidup dalam hati rakyat dan yang ditujui oleh pemerintah merupakan simbol
dari harmonisasi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Ideal
keadilan didukung oleh paksaan. Paksaan digunakan sebagai sosial konrol.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius ,
hal.180)
Karl Nickerson  Karyanya : The normative, the legal and the law jobs , 1940 (yang normatif,
Llewellyn (1893-1962) yang legal dan jabatan-jabatan hukum).
b.Ralisme Hukum  Ilmu Psikologi diminta bantuannya oleh mazhab Swedia untuk mencari arti
Skandinavia hukum yang sebenarnya.
1.Axel Hagerstrom  Bahwa sikap orang-orang terhadap hukum diwarnai oleh perasaan yang
berakar dalam bayangan primitif. Pada zaman Romawi kuno orang mentaati
hukum karena hukum penuh dengan kekuatan magis. Oleh sebab itu ilmu
pengetahuan hukum sekarang harus bertitik tolak dari kenyataan empiris
yang relevan dengan bidang hukum . Kenyataan itu ditemukan dalam
perasaan psikologis. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.181)
2.Ander Vilhelm  Bahwa kaidah hukum, hak subjektif dan kewajiban hukum hanya merupakan
Lundstedt bayangan pikiran. Untuk melihat relitas harus diselidiki manakah mekanisme
hukum yang bergerak dibelakang pikiran –pikiran itu . Maka ditemukan
situasi paksaan yang mengandung ancaman hipotesis. Pengaruh psikis itu
juga menyebabkan orang-orang sampai pada keyakinan bahwa hukum
merupakan suatu suci dan adil.( Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.181-182)
91

3.Karl Olivecrona  Aturan hukum merupakan aturan sejumlah peraturan yang mempunyai
pengaruh psikologis atas kelakuan orang. Norma-norma adalah ide-ide
metafisika yang tidak menyatakan suatu kebenaran. Akal budi rasional
mencukupi untuk menjelaskan bahwa ide-ide itu sebenarnya berakar dalam
perasaan manusia (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.182)
d. Alf Ross  Bukunya : 1. Theorie der Rechtsquellen, 1929 ( teori-teori tentang sumber
hukum); 2. Kritik der sogenannten praktischen Erkenttnis , 1933 ( kritik
terhadap yang lazim disebut pengetahuan praktis); 3. Towards a realistic
juriprudence, 1946 ( menuju ajaran realistis)
 Bahwa keharusan yuridis merupakan suatu unsur realitas sosial dalam mana
kita hidup. Realitas Sosial menyatakan diri sebagai suatu totalitas organis
dalam mana perbuatan-perbuatan sosial dan psiko –fisis saling terjalin.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius ,
hal.183)
 Ross menentang Kelsen, yang memastikan keharusan yuridis adalah suatu
kategori yang sama sekali lepas dari realitas sosial.( ibid)
 Timbulnya hukum sebagai aturan masyarakat yang bersifat mewajibkan
dapat diterangkan dalam empat tahap:
1. Tahap I, ialah situasi masyarakat yang diatur melalui paksaan (sistem
aktual paksaan) , (an actual system of compulsion);
2. Tahap II, dimulai bila orang-orang takut akan paksaan, Untuk mencegah
paksaan itu anggota-anggota komunitas mengembangkan suatu cara
berlaku sesuai dengnan kecendrungan dan keinginan mereka (an
interested behaviour attitud).
3. Tahap III, situasi dimana orang-orang sudah biasa akan cara hidup
demikian, lama-kelamaam nya suatu keharusan. Maka sugesti sosial itu
berlaku dan mewajibkan dalam arti yuridis yang benar (a desinterested
behaviour attitude) ;
4. Tahap IV,yaitu situasi hidup bersama, dimana norma-norma kelakuan
92

ditentukan oleh instansi yang berwibawa. Supaya hukum berlaku harus


ada kompetensi pada orang-orang yang membentuknya (the authoritative
establishment of ‘norms’). Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.186)
e. H.L.A HART 

f. Julius Stone 

g. John Rawls JOHN RAWLS  Bukunya: A theorie of justice, 1973 ( teori keadilan)
 Latar belakang teori keadilan Rawls: memperbaiki kelemahan utilitarianisme
yang mempertahankan kekuatan yang sama.( Karen Lebacqz, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.49)
 Kebaikan itu dapat dikarakterisasi sebagai kebaikan rasional, artinya
kebaikan itu dapat diaharapkan dari seorang anggota masyarakat bijaksana.(
Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius ,
hal.194)
 Keadilan merupakan (justice as fairness/ keadilan sebagai kesetaraan) suatu
nilai yang mewujudkan keseimbangan antara bagian-bagian dalam kesatuan,
antara tujuan pribadi dengan tujuan bersama . Didalam masyarakat yang adil
timbulnya ketidakadilan tidak pernah akan diizinkan, kecuali untuk
menghindarkan suatu ketidakadilan yang lebih besar. (Theo Huijbers, 1982,
Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.194)
 Hukum adalah sejumlah prinsip, yang bersifat umum dalam bentuknya, dan
universal dalam penerapannya, yang harus diakui secara publik sebagai
mahkamah apel yang definitif untuk mengatur partai-partai moral yang
saling berkonflik. Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.195)
 Rawls berpendapat : kondisi bagi keadilan tercapai , jika pribadi-pribadi
yang sama tidak –berkepentingan mengemukakan klaim-klaim yang
bertentang mengenai pembagian keuntungan sosial dalam kondisi
93

kelangkaan yang moderat. ( dalam Karen Lebacqz, 1986, Teori-teori


Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.50)
 Teori yang berpengaruh terhadap keadilan dan masyarakat yang makmur :
teori intuisi rakyat, teori egoisme, teori utililarisme, teori Rawls :
Teori utilitarisme, tujuan masyarakat adalah mencapai kebahagiaan yang
paling besar bagi sejumlah orang yang sebesar munkin (the greatest
happiness of the greatest number). Menurut Bentham tujuan ini akan dikejar
semua orang. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan
Sejarah, Kanisius , hal.196)
Menurut Rawls (justice as fairness/ keadilan sebagai kesetaraan) untuk
mengejar keuntungan individual tidak menjadi penghalang untuk menentukan
prinsip-prinsip keadilan, bahkan menjadi titik tolak suatu pembagian yang
merata. (Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.198)
Dua Prinsip fundamental bagi pembentukan masyarakat adil:
1. Prinsip Kesamaan, tiap pribadi mempunyai hak akan suatu sistem total
kebebasan –kebebasan dasar yang sebesar munkin, sejauh sistem
kebebasan itu dapat disesuaikan dengan sistem kebebasan yang sama
besar bagi orang lain. Pemerataan yang ditujui mencakup pemerataan
dalam kebebasan-kebebasan, dalam peluang untuk berkembang, lagi pula
pemerataan dalam pendapatan dan kekayaan.
2. Prinsip ketidak samaan, situasi ketidaksamaan harus diberikan aturan
sedemikian rupa, sehingga paling menguntungkan golongan masyarakat
yang paling lemah. Hal ini terjadi kalau dua syarat harus terpenuhi, yakni:
a. situasi ketidaksamaan menjamin maximum minimorum bagi golongan
yang paling lemah;
b. ketidaksamaan diikat pada jabatan-jabatan yang terbuka bagi semua
orang. Maksudnya supaya semua orang diberi peluang yang sama
besar dalam hidup. ( Jhon Rawls dalam Theo Huijbers, 1982, Filsafat
Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius , hal.200)
94

 Kritikan (kontra) terhadap teori J.Rawls:


1. Teori Rawls kurang realistis: kalau orang kaya dalam dunia aktual
membela posisinya jauh lebih baik dengan menolak teori Rawls.
2. Argumen Rawls yang disebut argumen main judi (gumble), peserta
dalam posisi akan memilih teori Rawls, jika mereka dibimbing oleh
pertimbangan, bahwa munkin mereka termasuk orang kurang mampu.
(Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,
Kanisius , hal.201)
 Prinsip keadilan John Rawls:
1. Mereka akan berfokus untuk mengamankan kebebasan meraka agar
tetap setara sehingga akan memilih suatu prinsip guna
mengantisipaasinya.
“Setiap pribadi memiliki hak yang setara terhadap sistem total yang
paling luas bagi kebebasan-kebebasan dasar yang mirip dengan sistem
kebebasan serupa bagi semuanya”. Artinya mereka akan memisahkan
manusiawi dasar kita dan melindungi terhadap pembagian apapun yang
tidak setara . Rawls juga yakin bahwa, kecuali dalam kondisi yang
sangat mendesak, pihak-pihak diposisi awal tidak akan pernah
mengizinkan pengkompromian apapun kebesan-kebebasan dasar demi
keuntungan sosial atau ekonomi( dalam Karen Lebacqz, 1986, Teori-
teori Keadilan, Nusa Media, Bandung, hal.53)
2. .
3.Sosiologi Hukum 

4.Fenomenologi 
dan
Eksistensialisme
5.Teori-teori 
Hukum Alam
95

Teori Legitimasi 
dan Validitas H  Legal validity (teori legitimasi dari hukum), adalah teori yang
ukum mengajarkan bagaimana dan apa syarat-syarat agar suatu kaidah hukum
legitimate dan sah (valid) berlakunya. Legal validity (teori legitimasi dari
hukum), adalah teori yang mengajarkan bagaimana dan apa syarat-syarat
agar suatu kaidah hukum legitimate dan sah (valid) berlakunya.Karena
itu dapatlah dikatakan menurut teori validasi: kaidah hukum tidak dapat
ditakar dengan kaidah moral goyah oleh atau kaidah politik, atau kaidah
ekonomi. Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam
Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 110)
Suatu kaidah hukum dapat saja mengikuti kaidah moral , politik, ekoomi dan
agama, sepanjang kadih hukum tersebut tidak mengorbankan norma dasar
dalam hukum, asas-asas keadilan, kepastian hukum,prediktabilitas,
keteertiban umum, perlindunngan hak dasar, asas manfaat dan lain-lain.
Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam Hukum,
Kencana,Jakarta , hal. 110-111)
 Hans Kelsen berpendapat, bahwa aturan hukum telah valid sejak
diundangkan secara benar, jika aturan tersebut terus menerus tidak
diterima masyarakat maka aturan tersebut kehilangan
validitasnya.Sehingga berubah menjadi hukum yang tidak valid.
( J.W.Haris, 1979: hlm 123 dikutib oleh Munir Fuady, 2013, Teori-Teori
Besar ( Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 112)
 Menurut Max Weber: suatu hukum dikatakan rasional, jika ia memenuhi
syarat rasional yang formal dan syarat rasional yang substantif. Syarat
hukum rasional secara formal : adalah hukum tersebut secara intelektual
haruslah konsisten, yaitu konsisten antara faktor-faktor seperti atur-aturan
hukum ( legal rules), prinsip hukum ( legal principles) standar hukum (
legal standards), dan konsep hukum( legal concepts )
Hukum rasional secara substantif: adalah aturan hukum yan sesuai
dengan ideologi, dan nilai-nilai yang berubah-ubah dalam masyarakat.
96

Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory) Dalam Hukum,


Kencana,Jakarta , hal. 112-113)
 Hans Kelsen , dalam hubungan dengan validitas hukum , membedakan:
1. Kelsen membedakan antara konsep “ validitas” ( validity) dengan
konsep “kegunaan” (efficacy).
2. Ke dalam konsep “validits” tercakup juga penngertia “kekuatan
memaksa” ( binding force).
3. Memenuhi suatu “kriteria “ tertentu , salah satu karateristik dari
validasi. Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand Theory)
Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 115).
 Kaidah hukum dapat diberlakukan kepada masyarakat , bila perlu dengan
upaya paksa, yakni kaidah hukum yang memenuhi syarat-syarat:
1. Kaidah hukum tersebut harulah dirumuskan kedalam aturan formal;
2. Aturan formal tersebut haruslah dibuat secara sah;
3. Secara hukum , aturan tersebut tidak munkin dibatalkan;
4. Terhadap aturan formal tersebut tidak ada cacad yiridis, tidak
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi;
5. Kaidah tersebut harus dapat diterapkan oleh badan-badan penerap
hukum;
6. Kaidah hukum tersebut harus dapat diterima dan dipatuhi olah
masyarakat;
7. Kaidah hukum tersebut haruslah sesuai dengan jiwa bangsa yang
bersangkutan. Munir Fuady, 2013, Teori-Teori Besar ( Grand
Theory) Dalam Hukum, Kencana,Jakarta , hal. 110. Masukan keteori
perundang-undangan
Utilitariasnisme  Ukuran satu-satunya untukmengukur sesuatu adil atau tidak adalah
seberapa besar dampaknya bagi kesejahteran manusia ( human welfare).
Kesejahteraan individu dapat saja dikorbankan untuk manfaat yang lebih
besar ( general welfare). Adapun yang dianggap bermanfaat dan tidak
bermanfaat , menurut kacamata ekonomi. Bahwa hukum dan keadilan
97

tidak ditentukan oleh manusia tetapi oleh alam. Muhamad Erwin, 2011,
Filsafat Hukum, Refleksi Kritis Terhadap Hukum, RajaGrafindo Persada
Jakarta. hlm.229.

Anda mungkin juga menyukai