Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN

FILSAFAT dan
SEJARAH FILSAFAT
BUDIARSIH, S.H., M.Hum., PhD
Arti secara Etimologis
 Berdasar asal katanya, kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani
PHILOSOPHYA. Kata ini merupakan gabungan dari dua
kelompok akar kata.
 Kelompok akar kata pertama adalah kata Philein dan sophos. Philein
berarti cinta dan sophos berarti kebijaksanaan.

 Cinta bukan sbg noun, bukan sbg adjective, tetapi cinta = verb
 Verb ?  kerja manusia untuk mengerjasamakan ketiga unsur
dlm jiwanya  bijaksana
 Kelompok akar kata kedua adalah kata phylo dan sophya. Phylo
= sahabat, dan sophya = kebijaksanaan. Maksud : Manusia harus
dapat berperan sbg sahabat kebijaksanaan dalam kondisi
apapun juga.
 Filsafat sebagai mother of scientiaum

- perlu diingat sejarah awal lahirnya filsafat sampai


Arti filsafat berkembangnya faham Positivisme

secara historis  Filsafat sebagai interdisipliner ilmu

-perlu diingat berbagai fenomena dalam perkembangan ilmu


(arogansi ilmiah,vak idiot,persoalan humanistik)
 Filsafat sebagai PANDANGAN HIDUP (FALSAFAH), merupakan hasil
pensikapan manusia thd alam sekitarnya, kebenarannya masih bersifat
subjektif, baik individual maupun kolektif.
 Filsafat sbg ILMU (FILSAFAT), yang memenuhi syarat ilmu :
Arti secara 1. Berobjek;
terminologis 2. Bermetode;

3. Bersistem; dan

4. universal
 Berobjek Objek material = segala sst yang ada ,
Objek Formal = dari segi hakikat
 Bermetode  Analisis Abstraksi
FILSAFAT  Bersistem  adanya kesatuan dari unsur ontologi,
SEBAGAI ILMU epistemologi, dan aksiologi
 Universal  kebenaran hasil pemikirannya dpt
diterima dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja,
minimal bagi kelompok ilmuwan yg sama.
 CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS
 Radikal  mendasar, mendalam
 Integral  kesatuan unsur-unsur intrinsic
 Komphrehensif  kesatuan dg unsur-unsur lain yg
relevan  menyeluruh
CIRI DAN  Sistematik bertahap & bertanggungjawab

PRINSIP  PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR FILOSOFIS


 Principium Identitatis  A = A
BERFILSAFAT  Principium Contradictionis  A >< B
 Principium Exclusi tertii  A=A / A=B
 Principium Sufficient Reason  If A=B harus ada alasan
cukup
 Principium Exemplaris  Ada example, contoh/bukti
nyata.
Menurut Von Savigny
= Hukum tidak dibuat, tetapi hukum ada / lahir dan lenyap bersama-sama
masyarakat. Pengertian ini hanya dapat diberlakukan untuk hukum
kebiasaan / hukum tidak tertulis  lahir pengertian hukum tidak
tertulis
Menurut Roscoe Pound
PENGERTIAN = hukum is a tool for sosial engineering  hukum hanya dapat
HUKUM diaplikasikan / berfungsi apabila masyarakat tidak berlangsung seperti
yang diidealkan pengertian ini biasanya berupa hukum tertulis /
hukum formal
Pengertian hukum secara umum
Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yg mengatur keseluruhan
kegiatan manusia yang disertai dengan sanksi dan bersifat imperatif.
Imperatif : Imp.hipotetis dan imp.kategoris
 ARTI FILSAFAT HUKUM
a. Menurut Van Apeldoorn

Fil.Hukum adl ilmu yg menjawab pertanyaan apakah hukum itu ?


Ilmu hukum tidak dapat memberi jawaban yg memuaskan,
krn jawabannya sebatas ada fenomenanya, gejala.
melahirkan hukum yg bersifat formalistic belaka
PENGERTIAN b. Menurut Utrecht

FILSAFAT Filsafat hukum merupakan ilmu yg menjawab pertanyaan apakah


hukum itu, apa sebab orang mentaati hukum, keadilan
HUKUM manakah yg dpt dijadikan sbg ukuran baik-buruknya hukum.
c. Secara Umum

Filsafat Hukum is ilmu yg mempelajari asas / pendirian yg paling


mendasar tentang hukum  ilmu yg mempelajari hakikat
terdalam dari hukum  ilmu yang mencari / menemukan
“ruh”-nya hukum .
2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ADANYA FILSAFAT
HUKUM
 Adanya kebimbangan tentang kebenaran dan keadilan dr
hukum yg berlaku, dan adanya ketidakpuasan terhadap
aturan hukum yg berlaku, krn tidak sesuai dg keadaan
masy. Yg diatur hukum tsb.
PENGERTIAN  Adanya kesangsian terhadap nilai peraturan hukum yg
FILSAFAT berlaku

HUKUM Adanya aliran yg berpendapat bahwa satu-satunya
sumber hukum adalah hukum positif (hukum yg berlaku
saat itu)
 Adanya pendirian bahwa hukum adalah suatu gejala
masyarakat yang harus meladeni kepentingan
masyarakat, shg landasan hukum adalah penghidupan
sendiri.
3. TUJUAN FILSAFAT HUKUM
 Menjelaskan nilai-nilai dan dasar-dasar hukum sampai pada
lanjutan dasar filosofisnya  ditemukan hakikat, esensi, substansi,
ruh-nya hukum  shg hukum mampu hidup
dalammasyarakat, (kejujuran,kemanusiaan,keadilan,equity)
4. FUNGSI DAN PERAN FILSAFAT HUKUM
 Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hukum dalam
hidup bersama
lanjutan 

Menumbuhkan ketaatan pada hukum
Menemukan ruhnya hukum
 Menghidupkan hukum dalam masyarakat
 Memacu penemuan hukum baru
8. KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP HUKUM
 Agar ruh-nya hukum dapat ditemukan maka
hukum harus dikaji dengan menerapkan ciri-ciri
berfikir filosofis, dan dalam menyelesaikan setiap
persoalan hukum dengan menggunakan prinsip-
prinsip berfikir filosofis.
lanjutan  MAHASISWA LATIHAN !
- diskusi kelompok penerapan ciri berfikir filosofis
dlm penyelesaian masalah hukum
- mencari dua masalah hukum yang sejenis dari
surat kabar (media masa), kemudian dianalisis
dengan menerapkan prinsip berfikir filosofis.
5. TERBENTUKNYA HUKUM
Menurut Glastra van Loon, terbentuknya hukum dikelompokkan
dalam tiga kategori :
a. Menurut Aliran Legisme (abad 15-19)
 Terbentuknya hukum melalui pembuatan undang-undang, shg
hukum identik dg undang-undang.
lanjutan  Undang-undang merupakan satu-satunya sumber hukum, shg
kebiasaan dan hukum adat bukan peraturan hukum, kecuali
apabila undang-undang menentukannya.
 Pembentukan hukum di luar uu dianggap tidak dapat
menjamin kepastian hukum, shg dianggap bukan sbg hukum.
 Tokoh ; Paul Laband, Jellinek, Hans Nawiasky, Hans Kelsen,
John Austin
b. Menurut Freirechtslehre (abad 19-20)

 Terbentuknya hukum hanya di dalam lingkungan


peradilan, dan dilakukan di peradilan  peranan hakim
lanjutan sangat dominan, hakim sbg pembentuk hukum.

 Undang-undang dan kebiasaan bukan sumber hukum,


tetapi hanya sbg sarana pembantu hakim dalam upaya
untuk menemukan hukum pada kasus yg konkrit.
c. Menurut Heersende Leer (abad 20)
 Hukum terbentuk melalui berbagai cara:
 Lewat pembentukan UU
lanjutan  Dengan interpretasi UU
 Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh hakim
 Melalui pergaulan hidup
 Lewat kasasi.
6. Sumber Hukum : sesuatu yg dapat menimbulkan
hukum

 Sumber Hukum :
lanjutan  SH Ideal, yg meliputi Common Law dan Authoritarian
Law

 SH Faktual, meliputi; Authoritarian law, common


law, Jurisprudenci, traktat, doktrin.
 Pendapat lain ttg sumber hukum:
 Sumber Hukum Material, sumber hukum yg menentukan isi
kaidah hukum
lanjutan  Sumber Hukum Formal,sumber hukum yg menentukan bentuk
kaidah hukum. Materi hukum butuh suatu form agar menjadi
kaidah hukum yg berlaku secara umum, mengikat dan ditaati.
Bentuknya antara lain;UU, kebiasaan,adat,traktat
7. BENTUK HUKUM :
 Menurut J.F Glastra van Loon, ada 4 bentuk hukum :
 hukum tak tertulis
lanjutan  hukum tercatat
 hukum tertulis
 hukum yg terkodifikasi
1. 0ntologi hukum
Sebagai hasil penerapan ciri berfikir filosofis radikal.
Hal yang dibahas didalamnya adalah :
SISTEM
- Objek kajian ilmu hukum, termasuk objek kajian sesungguhnya
FILSAFAT
- Asumsi dasar ilmu hukum
HUKUM
Objek yang dikaji ilmu hukum : produk-produk hukum, asas
hukum,sumber hukum,sistem hukum,subjek hukum.
 Dalam objek hukum tersebut tidak akan ada berbagai
masalah apabila di dlmnya sudah ada kesadaran
hukum. Jadi objek sesungguhnya ilmu hukum adalah
kesadaran hukum masyarakat.
 Berbagai objek ilmu hukum tersebut agar berkembang
perlu kajian, kajian tersebut biasanya diawali dengan
lanjutan meragukan kebenaran asumsi dasarnya . Asumsi dasar
dapat dipahami sebagai asas-asas hukum. Misal : Asas
praduga tak bersalah. Pengertian dr asas ini adl jika
seseorang belum terbukti bersalah tidak dapat
diperlakukan sbg tersangka. Tingkat pemahaman dan
perwujudan asas ini masih membutuhkan kajian, tidak
boleh diterima begitu saja. Kajian yg dilakukan akan
mengembangkan ilmu kita.
 Dimensi epistemologi ada sebagai konsekuensi
penerapan ciri berfikir filosofis ,integral.Setelah
ditemukan berbagai faktor / sebab dr suatu persoalan,
maka kemudian dpt ditentukan sumber
persoalan,metode mengatasinya, ukuran kebenaran
hasil pemikirannya / solusinya.
2. Dimensi  Jd dimensi epistemologi ilmu hukum membahas ttg
sumber hukum, metodenya ilmu hukum, baik metode
Epistemologi menemukan maupun metode analisisnya,dan ukuran
kebenaran produk-produk hukum.
1. Sumber hukum is sst yg dpt menimbulkan hukum.
Terdapat bbrp pendapat ttg sumber hukum, sbb:
- Glastra Van Loon : s.h is keputusan-keputusan
pemerintah,jurisprudensi,kebiasaan.
- Utrecht, s.h ditentukan dr aspek sejarah, sosiologi,
antropologi, dan filsafat.
- Muchsan : s.h material dan s.h formal, yg pertama
menentukan isi kaidah hukum,yg kedua menentukan
bentuk kaidah hukum
- scr substansial : s.h ideal dan s.h faktual.yg pertama
berupa cita-cita,nilai, yang dpt berasal dr masyarakat
Lanjutan dan penguasa. Yg kedua berupa ketentuan-ketentuan
konkrit untuk mewujudkan cita-cita tadi.
2. Metode perumusan hukum
Metode yang diambil biasanya disesuaikan dg sumber
kajian / objeknya. Sumber materi hukum yang ideal adl
hasil konfirmasi/ dialog antara rakyat dengan
penguasa.
Metode yang sesuai dengan sumber / objek kajian spt
tsb menurut Mudzakkir adalah metode interpretasi.
Dalam pelaksanaannya metode ini akan
mempertimbangkan empat aspek, yaitu aspek ideal
(ke atas), aspek kontekstual (ke bawah), aspek historis (
Lanjutan ke belakang), dan aspek teleologis (ke depan).
Konsekuensinya setiap produk apapun pada saat
perumusannya harus dipertimbangkan dengan cita-cita
negara, cita-cita rakyat, latar belakang sejarah, dan
tujuan bersama yg bersifat progresif. Proses
perumusan hukum tidak boleh tergesa-gesa, gegabah.
 Metode Pengumpulan data : Studi
pustaka,wawancara,angket,observasi,angket,studi
dokumen,interview
 Metode Analisis data :Analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Yang banyak dipakai adalah analisis
Lanjutan kualitatif. Jenis analisis kualitatif, a.l : deskriptif yuridis,
sosiologis,filosofis,historis, dan kualitatif komparatif
 Metode penemuan hukum : Interpretasi (interpretasi
gramatikal, sistematis,historis, teleologis / sosiologis,
komparatif, futuristis), Analogi, a contrario,
penyempitan hukum, eksposisi.
3. Ukuran kebenaran produk hukum
Ada empat teori kebenaran (dlm filsafat) :
a. Teori kebenaran koherensi  tdk boleh ada contradictio
interminis
lanjutan b. Teori kebenaran korespondensi  sesuai fakta dlm masy.
c. Teori kebenaran pragmatis  manfaat bg masy
d. Teori kebenaran perfomatis  merubah masy (cara berfikir,
sikap,perilaku,motivasi)
Dimensi aksiologi diakibatkan dr penerapan ciri berfikir
komprehensif dan sistematik.
Apabila telah dihasilkan produk-produk hukum yang
sudah terukur tingkat kebenarannya, maka dapat
3. Dimensi diterapkan dan dikembangkan dengan tetap
mempertimbangkan berbagai nilai yg melingkupinya,
Aksiologi yaitu nilai yuridis,etis,estetis, religius.
Konsekuensinya, setiap produk hukum akan dapat
mengangkat harkat martabat manusia dan bermanfaat
bagi kemaslahatan umat (sesuai dengan visi dan misi
diciptakan dan dikembangkannya ilmu)

Anda mungkin juga menyukai