1704551036
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
1. Pengertian filsafat
Secara Etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga
dari bahasa Yunani yaitu philosophia yang terdiri dari kata philien yang berarti cinta dan
sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi bisa kita artikan bahwa filsafat berarti cinta akan
Secara Terminologis, terdapat beberapa pengertian dari filsafat itu sendiri yang akan
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan dan
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
2. Pengertian hukum
Kata hukum berasal dari Bahasa arab yang merupakan bentuk tunggal, kata jamak
adalah “alkas” yang selanjutnya diambil alih dalam Bahasa Indonesia menjadi hukum. 1 Di
dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat
melakukan paksaan.
mengatur apa yang bisa dan apa yang tidak bisa orang lakukan. Hukum juga digunakan untuk
Immanuel Kant
Hukum menurut pendapat Immanuel Kant yaitu segala macam aturan yang dibatasi
oleh hak orang lain, sehingga setiap orang wajib menghargai hak dan kewajiban orang
lain.
Utrecht
Hukum menurut pendapat Utrecht adalah himpunan atau kumpulan petunjuk hidup
yang berupa perintah dan larangan yang mengatur ketertiban masyarakat dan harus
dipatuhi. Apabila aturan yang telah ditetapkan tersebut dilanggar, maka pihak
1
Muhammad Sadi, 2015, Pengantar Ilmu Hukum, Prenadamedia Group: Jakarta, hlm. 49.
Pengertian hukum menurut Van Kan yaitu peraturan hidup secara menyeluruh yang
Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum itu, apa
tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping
membahas soal-soal konkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan
mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa dihadapkan kepada ilmu
mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama sekali. Ilmu hukum positif hanya
berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan mempertanyakan konsistensi logis asas-
sangat diperlukan oleh umat manusia. Sedangkan bagi para pemula, filsafat diharapkan
2
Anshori, A. G. (2018). Filsafat hukum. Ugm Press, hlm. 2.
bertambah pula cakrawala pemikiran, cakrawala pandang/pola pikir yang semakin luas.
Hal ini mengandung implikasi, bahwa dengan memahami filsafat dapat membantu
penyelesaian masalah yang kita hadapi secara bijaksana. Beberapa manfaat belajar
filsafat diantaranya:
1. Mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang
Artinya sebagai mahasiswa kita harus peka dengan situasi yang sedang terjadi,
kita jauh lebih bijak dalam menyikapi persoalan yang sedang dihadapi
berfikir seseorang. Benarkah apa yang kita yakini kebenaranya selama ini benar
sebagaimana adanya.
Saat belajar filsafat kita akan mempelajari kehidupan para filsuf melalui
karya-karya mereka.
luas dan terbuka. Dapat menghargai, pendapat, pemikirian dan pendirian orang lain, sebab
ketika lulus menjadi mahasiswa hukum tidak memiliki watak yang arogan dan apriori. Dapat
Filsafat hukum memberikan uraian yang rasional mengenai hukum sebagai upaya
masa depan. Filsafat hukum memegang peranan penting dalam kegiatan penalaran dan
penelaahan asas dan dasar etik dan pengawasan sosial, yang berkaitan dengan (a). tujuan-
Secara garis besar, sejarah filsafat dibedakan atas tiga area besar yakni: filsafat
Filsafat India. Cara berpikir India dikemukakan oleh Filsuf dan sastrawan
pada keyakinan bahwa terdapat kesatuan fundamental antara manusia dan alam,
harmoni antara individu dengan kosmos. Dalam filsafat India, terdapat lima periode
besar pembabakan yakni: (1) Zaman Weda (2000-600 sebelum masehi), masa
terbentuknya Literus Suci, masa ritekorban dan spekuslasi mengenai korban, dan
masa refleksi filsafat dalam Upanisad, (2) Zaman Skeptisisime (200 sebelum masehi-
300 masehi) terdiri dari reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi; Budhisme dan
jainisme, (3) Zaman Puranis (300-1200) terdiri dari perkembangan karya mitologi
mengenai Siwa dan Wisnu, (4) Zaman Muslim (1200-1757), dan (5) Zaman Modern
yang terdiri dari Renaissance dari nilai-nilai India sebagai reaksi terhadap pengaruh-
Cina lebih antroposentris dan pragmatis, yakni mengajarkan bagaimana manusia harus
bertindak agar tercapai keseimbangan antara surga dan dunia. Secara umum, filsafat
Cina terbagi atas empat periodisasi, di antaranya: (1) Zaman Klasik (600-200 sebelum
masehi), terdiri dari Zaman seratus sekolah filsafat yang beberapa terpenting
Zaman Neo-taoisme dan Budhisme (200-1000 sebelum masehi); (3) Zaman Neo-
Konfusianisme (1000-1900); dan (4) Zaman Modern (setelah 1900) yang memuat
tentang pengaruh filsafat Barat, Renaissance dari filsafat klasik Cina, Marxisme, dan
Maoisme.
Filsafat Barat. Dalam sejarah filsafat Barat, terdapat empat periode kefilsafatan,
antara lain: zaman kuno, zaman patristik dan skolastik, zaman modern, dan zaman
sekarang. (1) Filsafat Barat zaman kuno (600-400 sebelum masehi) mencakup Filsafat
pra Socrates di Yunani, zaman keemasan Yunani: Socrates, Plato, Aristoteles; dan
Zaman Hellenisme. (2) Filsafat zaman Patristik dan Skolastik (400-1500) mencakup
pemikiran Bapa Gereja; dan puncak filsafat abad pertengahan dalam Skloastik. (3)
Barak, zaman Fajarbudi, dan zaman Romantik. (4) Filsafat zaman sekarang (setelah
Periode zaman Yunani kuno disebut juga sebagai periode filsafat alam. Hal
tersebut dikarenakan pada periode ini ditandai dengan munculnya ahli pikir alam yang
arah dan perhatian pemikirannya pada alam sekitar. Pernyataan yang dibuat bersifat
filsafat atau berdasar pada akal pikir dan tidak berdasar pada mitos. Ahli pada ahli
persepsi yang kental. Hal tersebut menyebabkan segalanya nyaris tidak jelas dan
seakan mengacaukan pandangan dunia. Pada masa filsafat Yunani kuno, muncul
yang dilakukannya sebagai suatu cara berpikir baru mengenai hakikat “pengada”.
Klaim-klaim dan argumen Parmenides ini bersifat abstrak dalam cara yang berbeda
sama sekali.
Filsuf Xenophanes (Abad ke-6 Sebelum Masehi). “Jika banteng, kuda, dan
singa mempunyai tangan dan dapat melukis seperti manusia, kuda akan melukis para
dewa berupa kuda, dan banteng akan melukis wujud para dewa seperti sapi jantan,
kira-kira sama dengan apa yang tertulis dalam kitab pertama Alkitab Ibrani,
kepercayaan pada “satu dewa, yang terbesar di antara para dewa dan manusia, yang
tak serupa dengan hal-hal fana terdapat pada tubuh dan pikiran.”
Filsuf Thales (Abad ke-7 Sebelum Masehi). Bahwa dunia dikelilingi oleh air
pada akhrinya, berasal dari air. Ide yang sangat mungkin berasal dari Kosmogini
purba Tunani dan kebudayaan lainnya. Tetapi tidak beranggapan bahwa segala
Filsuf Aristoteles (Abad ke-4 Sebelum Masehi) sebagai seorang ilmuwan dan
filsuf terbesar di dunia kuno. Ia seorang animis dan salah satu dari sekian idenya
yang menarik bahwa dunia sebagai suatu keseluruhan, kosmos, pada dasarnya hidup
dan bersifat ilahi. Thales dan Aristoteles bergerak di antara tiga klaim animis secara
berbeda yakni: segala sesuatu hidup (bahkan batuan, binatang, dan air), segala sesuatu
yang hidup terkait hukum sebab akibat (kausalitas), dan Kosmos sebagai keseluruhan
adalah hidup.
yang jelas pada pemikiran kedua menjadi teka-teki mendalam dan dapat jadi kabur
teki, paradoks-paradoks dan permainan kata yang dapat mengundang pemikiran yang
rancangan dan pembuktian suatu teorema Phytagoras, salah satu dari baris geometri,
dalam bangun segitiga yang benar, ia menghasilkan kuadrat sisi miring sama
panjangnya dengan jumlah kuadrat kedua sisinya. Penemuan penting lainnya dalam
matematika, termasuk pengertian bilangan irasional bilangan yang tidak dapat dibagi
Pada zaman Patristik, para ahli yang terdiri atas bapa-bapa Gereja memiliki
firman Tuhan dan tidak dibenarkan mencari kebenaran lain seperti pada filsafat
sumber kebenaran, namun tidak ada salahnya menggunakan filsafat Yunani dari segi
tata cara berpikirnya. Ahli pikir pada zaman Patristik di antaranya: Klemens,
Tertullianus, Agustinus.
Zaman ini muncul sebagai akibat adanya keinginan dari orang Barat untuk bangkit
berarti lahir kembali. Lahir kembali yang dimaksud ialah kembalinya budaya
klasik utamanya budaya Yunani Kuno dan Romawi Kuno. Budaya tersebut
peradaban Yunani dan Romawi pada masa keemasannya. Aspek positif semangat
agama.
Periode Modern. Mucul pada 1596. Bahwa pengetahuan bukan dari wahyu atau
dari kitab suci, melainkan dari manusia itu sendiri. Corak keseluruhan filsafat
modern mengambil pemikiran Yunani, yang secara garis besar menganut paham
empirisme menekankan ahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran selain didahului
oleh pengalaman.
Periode Post Modern. Periode ini muncul sebagai kritik atas masyarakat modern dan
kegagalan dalam memenuhi janjinya. Pertama kali muncul di Prancis pada 1970. Ciri-
mempertanyakan ulang teori-teori yang sudah mapan yang telah dibangun pada
periode modern untuk kemudian dicari dan disusun teori yang lebih relevan dan
sesuatu bersifat relatif dan tidak boleh absolut/mutlak, dan Pluralisme yakni sebagai
Zaman Yunani (Kuno) bermula pada Abad ke-6 SM sampai Abad ke-5 M. Pada masa
itu rakyat Yunani sudah hidup di dalam polis-polis yang mempunyai sistem pemerintahannya
sendiri. Semula penguasa polis memerintah dengan kekuasaan, selanjutnya setelah muncul
kaum Sofisme, polis-polis tersebut mulai menerapkan sistem demokrasi walaupun belum
sempurna. Kepercayaan manusia pada saat itu masih sangat besar pada kekuatan
supranatural, seperti kepercayaan kepada dewa dewi Olimpus. Proses pematangan itu berlajut
pada masa keemasan filsafat Yunani dengan keberadaan tokoh-tokohnya seperti Sokrates,
Plato, dan Aristoteles. Kemunculan tokoh-tokoh tersebut diasumsikan dimulainya usaha
melepas ketergantungan pada mitos-mitos dalam menjawab pertanyaanpertanyaan yang
muncul. Mereka mulai mengandalkan rasio walaupun belum banyak mengubah cara berpikir
masyarakat Yunani kuno secara keseluruhan.
Zaman ini dimulai sejak kekuasaan Romawi jatuh, yakni pada Abad ke-5 Masehi,
masa ini ditandai dengan kejayaan agama Kristen di Eropa (dan mulai berkembang agama
Islam). Perkembangan agama ini membawa pemikiran yangtidak lagi hanya berorientasi
kepada hukum alam sebagaiman pada zaman Yunani Kuno. Dasar ketaatan terhadap hukum
telah mengalami perubahan yang awalnya berdasar pada hukum alam menjadi karena
kehendak ilahi. Tokoh filsafat pada zaman pertengahan ini, antara lain Agustinus (354-430)
dan Thomas Aquinas (1225-1275); Mereka masih terpengaruh pemikiran-pemikiran filsuf
pada zaman Yunani Kuno seperti Plato, yakni tentang hubungan ide-ide abadi dengan
bendabenda duniawi.
Pada zaman modern ini, mulai ada penegasan akan jawaban terhadap problematik
yang muncul antara hukum alam dengan hukum positif, walaupun jawabannya belum tuntas.
Pada masa ini muncul aliran-aliran filsafat hukum yangmenggugat ketergantungan manusia
kepada rasio Tuhan sebagaimana yang diajarkan oleh para filsuf pada zaman pertengahan.
Pada zaman moderen ini posisi manusia mulai ditempatkan secara lebih mandiri, dengan
rasio manusia dapat menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Para filsuf pelopor jaman ini
merasa jenuh dengan pembicaraan hukum yang abadi yang berasal dari Tuhan dan
menganggap bahwa hukum positif tidak perlu lagi bergantung pada rasio Tuhan. Mulai lebih
ditonjolkan rasio manusia, musalnya ditempuh dengan cara melakukan perjanjian (konsnsus),
sehingga dikenal adanya teori perjanjian.
Dimaksud dengan jaman sekarang adalah dimulai sejak abad ke-19. Jika pada jaman
modern berkembang rasionalisme, pada jaman sekarang rasionalisme dilengkapi dengan
empirisme yang sebenarnya sudah dirintis pada jaman modern. Tapi empirisme berkembang
pesat pada abad ke-19. Dengan berkembangnya empirisme, faktor sejarah juga mendapat
perhatian utama, termasuk dalam lapangan hukum. Perhatian yang besar terhadap faktor
sejarah ini antara lain diberikan oleh Hegel (1770-1831) dan Karl Marx(1818-1883). Hal
yang sama terjadi pula di Jerman dengan muculnya Mazhab Sejarah dari von Savigny (1779-
1861). Hegel sangat mementingkan rasio. Rasio di sini tidak hanya rasio individual, tetapi
terutama rasio dari ilahi. Pada Abad ke-20 pemikiran-pemikiran abad sebelumnya
menemukan bentuknya kembali, sehingga lahir berbagai aliran filsafat eperti
Neokantianisme, Neohegelianisme, dan Neomarxisme. Aliran-aliran ini timbul sebagai reaksi
atas positivisme yang memang menjadi aliran filsafat paling umum sampai saat ini.
Empirisme yang berjaya pada Abad ke-19 ternyata juga terus berkembang pada Abad
ke-20. Aliran-aliran yang berpangkal pada empirisme ini dapat digolongkan dalam
neopositivisme. Di Amerika, empirisme ini mengambil bentuk yang sangat berpengaruh
sampai sekarang, yakni pragmatisme. Filsafat pragmatis menolak kebenaran pengetahuan
melalui rasio semata. Kebenaran itu wajib diuji dengan dunia realistis. Timbulah aliran-aliran
filsafat hukum yang disebut dengan Realisme Hukum. Realisme Hukum tidak mengandalkan
undang-undang sebagai sumber hukum utama. Sumber hukum yang paling utama adalah
kenyataan-kenyataan sosial yang kemudian diambil alih oleh hakim ke dalam putusannya.
Jadi dalam Realisme Hukum, hakim memegang peranan penting. Pemberian kebebasan
kepada hakim ini kemudian mencapai puncaknya dalam aliran Freirechtslehre yang paling
menentang Positivisme Hukum.
Aliran hukum alam, aliran ini dibedakan menjadi 2 macam yaitu aliran hukum alam
rasional dan irrasional. Aliran hukum alam irrasional berpandangan bahwa segala
bentuk hukum yang bersifat universal dan abadi bersumber dari tuhan langsung
sedangkan hukum rasional berpangangan bahwa sumber hukum yang universal dan
abadi bersumber dari rasio manusia.
Aliran hukum positivisme hukum. system aliran ini berprinsip bahwa sesuatu
dianggap benar apabila ia tampil dalam bentuk pengalaman, apabila bersungguh-
sungguh maka dapat dipastikan sebagai kenyataan, atau apabila ia ditentukan melalui
ilmu-ilmu pengetahuan apakah sesuatu yang dialami merupakan sungguh-sungguh
suatu kenyataan.
Realisme hukum, dalam pandangan penganut realism hukum adalah hasil dari
kekuatan-kekuatan sosial dan alat control sosial. Karenanya program ilmu hukum
realis hampir tidak terbatas, kepribadian manusia, lingkungan sosial, keadaan
ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang sedang berlaku, emosi-emosi umum,
semua ini adalah pembentuk hukum dan hasik hukum dalam kehidupan.
masyarakat Indonesia lebih luas jangkauan dan ruang lingkupnya dari pada di Amerika
digunakan sebagai sarana pembaharuan itu dapat berupa undang-undang atau yurisprudensi
dapat berjalan sebagaimana mestinya , hendaknya dibuat sesuai dengan apa yang menjadi
inti pemikiran Social Jurisprudence , yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum
pembaruan masyarakat melalui peraturan yang dikeluarkan tentang cara hidup dimasa
pandemic, yang awalnya tidak diwajibkan memakai masker, menjadi wajib menggunakan
masker ketika beraktifiats diluar rumah. Adanya peraturan tersebut membuat masyarakat
menjadi teratur dan tertib dalam menggunakann masker, dikarenakan menghindari sanksi dari
3
Lili Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT Citra Adi Bakti: Bandung, hlm. 79.
peraturan tersebut , tujuan utamanya adalah menghambat penyebaran covid-19 agar bias
Pidana mati dari segi bahasa dapat diartikan pidana berarti penderitaan dan mati
berarti berpisahnya nyawa dari jasad seseorang.4 Berdasarkan pengertian dua kata tersebut,
maka pidana mati merupakan suatu penderitaan yang dijatuhkan kepada pelanggar undang-
undang berupa pemisahan nyawa dari jasad yang bersangkutan. Pengertian pidana mati dalam
Kepolisian Negara RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
“Hukuman mati yang selanjutnya disebut pidana mati adalah salah satu hukuman
pokok yang dijatuhkan oleh hakim kepada terpidana yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.”
Pidana mati sangat erat kaitannya dengan HAM, sehingga dalam penerapannya
kalangan ahli hukum pidana. Disatu sisi ada yang setuju, namun di sisi lain ada yang tidak
setuju dengan penerapan pidana mati. Tidak jarang pula terdapat pendapat yang di tengah-
tengah, yaitu dalam hal-hal tertentu pidana mati dapat dibenarkan apabila pelaku tindak
pidana telah menunjukkan watak yang sangat berbahaya bagi masyarakat dan tidak
menunjukkan penyesalan telah melakukan tindak pidana.5 Hal tersebut dilakukan untuk
4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, h. 411
5
Roni Wijayanto, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, CV. Mandar Maju,
Bandung, h. 122
UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah menjadi UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juga mencantumkan
pembuktian terbalik dan sanksi berat lainnya untuk menjerat dan diharapkan juga dapat
menimbulkan efek jera terhadap pelaku. Tindak pidana korupsi termasuk dalam salah satu
kejahatan luar biasa dikarenakan merugikan keuangan negara yang berdampak pada
kesejahteraan masyarakat. Pidana mati dapat diancamkan terhadap pelaku tindak pidana
korupsi apabila pelaku melakukan tindak pidana tersebut dalam keadaan tertentu. Keadaan
tertentu maksudnya yaitu keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi
pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-
dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional,
penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan
moneter, dan pengulangan tindak pidana korupsi. Ketentuan tersebut diatur pada Pasal 2 ayat
(2) UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, adapun ketentuannya yaitu :
“ Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Lili Rasjidi, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT Citra Adi Bakti: Bandung.
Roni Wijayanto, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung.