Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Pengertian Filsafat, jenis-jenis dan sumber-sumber serta objek


filsafat

Pada dasarnya, manusia dalam menjalani kehidupan cenderung memiliki


nafsu yang selalu diupayakan untuk dipenuhi. Sebut saja misalnya rasa lapar, haus,
butuh rumah, pakaian, pendidikan bahkan kebutuhan bathin serta prilaku lainnya
merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia. Sejak hadirnya
manusia di dunia sebagai makhluk penghuni dunia, sebenarnya mereka telah
memiliki ilmu pengetahuan sebagai penolong hidupnya untuk bertahan dan
melangsungkan keberlanjutan generasinyahingga hari ini. Apa itu filsafat? Kata
filsafatberasal dari kata “philosophia” (Bahasa Yunani). Diartikan dengan ‘mencintai
kebijaksanaan’ sedangkan dalam bahasa inggris kata filsafat disebut dengan
‘falsafah’, yang diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakuptiga segi yakni apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (tentang logika), mana yang dianggap
baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika). Cabang-cabang yang sekarang dikenal sebagai
bidang yang mempunyai kajian formal pada pokoknya terdiri dari:

1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)


2. Etika (filsafat moral)
3. Estetika (filsafat seni)
4. Metafisika
5. Politik (filsafat pemerintahan)
6. Filsafat Ilmu
7. Filsafat Agama
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika

Pemikiran filsafat termasuk filsafat ilmu berkembang sangat cepat, Solihin (2007),
menguraikan proses filsafat dimulai dari demitologisasi menuju gerakan
Logosentrisme. Demitologisasi ini disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme.
Empirisme, dan positovisme yang dipelopori oleh pakar-pakar dan pemikir
kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era
modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah. Setelah adanya demitologisasi
oleh para pemikir ilmu alam (fisika) yang memosisikan pengetahuan ilmu alam
merupakan “a higher level of knowledge”.
Hakikat filsafat adalah usaha untuk mencari terus-menerus dan dengan
demikian kita senantiasa memperdalam ketidaktahuan kita. Semua ilmu secara
objektif berusaha mencapai pengetahuan tentang kebenaran dan mengelakkan
kepalsuan. Karena itu filsafat yang sering disejajarkan dengan ilmu harus menjadi
suatu pengetahuan, kita sudah tidak mampu lagi memberikan jawaban yang tepat.
Karena di dalamnya tersimpan sekian banyak pertanyaan yang tidak mampu
dijawab oleh ilmu seperti, apa itu kebenaran? Atau Mengapa kebenaran lebih
diutamakan dari kesatuan? Hanya dalam relasi timbal balik dari seluruh penjelasan
tentang pertanyaan-pertanyaan ini suatu defisisi ilmu pengetahuan dapat diperoleh.
BAB II

Manfaat filsafat dan pandangan kehidupan

Bahwa filsafat masih dilihat sebagai bidang studi yang penting dalam berbagai
jurusan di Universitas-univertsitas, memberikan kesan bahwa filsafat masih sangat
relevan untuk hidup manusia, dan karenanya tentu memiliki banyak manfaat atau
kegunaan filsafat itu dapat diketahui untuk kepentingan manusia antara lain:

1. Filsafat memperluas wawasan


2. Filsafat mengarahkan kepada kebenaran
3. Filsafat untuk pembentukan sifat
4. Filsafat untuk pembentukan diri.
Setiap manusia secara alamiah memiliki rasa ingin tahu (kuriosita). Perasaan ingin
tahu ini mendorongnya untuk terus-menerus mempersoalkan hingga ia memperoleh
jawaban yang kurang lebih memuaskan.
Pandangan kehidupan juga terkait dengan filsafat dan kebudayaan, di
Indonesia kedudukan filsafat memiliki kelekatan sebagai suatu produk istimewa dan
terluhur dari kebudayaan yang diwarnai dari pluralisme budaya, terbukti semakin
memberikan perhatian dan penghargaan terhadap kebudayaan serta mampu
menerima dan menghargai kebudayaan bangsa lain. Minat untuk menggali aset-aset
budaya masa lampau yang kaya akan nilai-nilai rohani dan manusiawi semakin
gencar.
Dalam mempelajari filsafat, ada 3 (tiga) macam metode yang dipergunakan
sebagian para ahli, yaitu:
1. Metode Sistematis:
Dengan metode sistematis para mahasiswa akan menghadapi karya-karya
fillsafat.
2. Filsafat Antropologi:
Filsafat yang meneliti manusia dengan unsur kesatua jiwa dan raganya yang
dalam kesehariannya jiwa dan raga tersebut telah beradaptasi dengan
habitatnya sehingga tidak asing baginya.
3. Filsafat Etika:
Filsafat yang meneliti manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat
baik atau berbuat buruk. Manusia seharusnya cenderung berbuat baik atau
berbuat buruk.
4. Filsafat Estetika:
Filsafat yang mengkaji manusia dengan unsur rasanya, adakalanya rasa
sangat berpengaruh kepada seseorang, manusia harus mengetahui
BAB III
Ontologi, epistemology dan aksiologi

Konsep ontologi sering di identikan dengan metafisika (hakikat ikeaslian),


yang terkadang di identikan dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama, atau
filsafat ketuhanan. Ontologi adalah hakikat sesuatu ke-esaan persekutuan, sebab
dan akbat, realita, prima atau Tuhan dengan segala sifatnya , malaikat, relasi, atau
segala sesuatu yang ada di bumi dengan tenaga-tenaga yang di langit, wahyu,
akhirat, dosa, neraka, pahala dan surge, serta aturan-aturan yang bersifat sacral.

Istilah epistemology berasal dari Bahasa Yunani, yeng terdiri dari dua kata,
yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti pikiran, teori atau
ilmu. Istilah lain juga bias digunakan, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge)
atau filsafat pengetahuan (Philosopy of knowledge). Menurut Poedjiadi (2001:13)
epistemology adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan adapun
yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas,
dan metodologi, yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.

Istilah aksiologi berasal dari perkataan axios Bahasa Yunani yang berarti
nilai/value dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah “teori tentang
nilai” Nilai yng dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahanetika dan
estetika. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidii hakikat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukan
kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam
praktik.
Menurut Bramed, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi:

1. Moral conduct, tindakan moral.


Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
2. Esthetic expression.
Ekspresi yang melahirkan keindahan yang melahirkan estetika.
3. Sosio-political, kehidupan sosi-politik.
Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
BAB IV

Filsafat Hukum

Pengertian filsafat hokum berbeda-beda di berbagai negara sejalan dengan


Bahasa mereka. Pada masa Hindia Belanda dahulu digunakan Wijsbegeerte van het
recht. Menurut Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, istilah Wijsbegeerte van het recht sama
artinya dengan Rechtsphilosophie yang digunakan oleh para penulis filsafat hukum
Belanda. Para penulis Jerman misalnya Radbruch, Del Vechio, atau Lask, Larson
dan Kohler menggunakan istilah Philosophie du droit. Di negara-negara yang
berbahasa Inggris seperti Rooscoe Pound dan Hans Miller menggunakan istilah
Philosophy of law atau legal philosophy sebagaimana dipakai oleh Chairm dan Hans
Kellsen. Ada pula yang menggunakan legal theory seperti Lawrence M. Friedman
atau John D. Finch.

Para filsuf masa dahulu menjadikan tujuan hukum sebagai objek kajian
dalam filsafat hukum. Hal itu tampak ketika membicarakan mengenai tujuan hidup
sebagai objek kajian dalam filsafat hukum. Hal itu tampak ketika membicarakan
mengenai tujuan hukum, hubungan hukum dan lain-lain. Oleh karena itu,
perkembangan filsafat yang kemudian melahirkan hukum sehingga tampak bahwa
filsafat hukum merupakan pembulat dalam kajian ilmu hukum. Walaupun kajian para
filsuf dahulu terbatas pada tujuan hukum, tetapi besar faedahnya terhadap
perkembangan pemikiran ilmu hukum saat ini.

Filsafat hukum sangatlah berpengaruh dan berperan dalam penegakkan


hukum, seorang apparat penegak hukum baik Hakim, Jaksa maupun Polisi serta
sipir Lembaga permasyarakatan dan apparat hukum laitnya seperti halnya Advokat
seharusnyalah menggunakan filsafat hukum dalam melakukan tugasnya pelayanan
hukum dan penegak hukum akan melakukan tugasnya dengan baik, jujur dan
menggunakan hati Nurani demi tegaknya hukum yang berkeadilan.
Peran utama filsafat hukum dalam menciptakan penegaka hukum yang
professional yaitu:
1. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hukum dalam hiduo bersama.
2. Menumbuhkan ketaatan hukum.
3. Menghidupkan hukum dalam masyarakat.
4. Memacu penemuan hukum baru
BAB IV
Teori-teori filsafat hukum

Teori-teori filsafat hokum tentang taatnya orang kepada hokum, apakah


sebabnya orang mentaati hokum?, apakah ditaatinya hokum ini disebabkan karena
hokum itu dibentuk oleh pejabat yang berwanang atau memang masyarakat
mengakuinya, karena dinilai hokum tersebut sebagai suatu yang hidup di dalam
masyarakat?

Ada beberapa teori untuk menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:

1. Teori kedaulatan Tuhan:


Hukum sebagai kehendak Tuhan. Kedaulatan Tuhan menganut
pengertian bahwa segala hukum adalah hokum ketuhanan yaitu Tuhan
sendirilah yang menciptakan hokum pemerintahan duniawi.
2. Teori perjanjian masyarakat:
Orang taat dan tunduk pada hokum oleh karena berjanji untuk
mentaatinya, hokum dianggap sebagai kehendak bersama, hasil
consensus (perjanjian) dari segenap anggota masyarakat.
3. Teori kedaulatan Negara:
Inti ajaran teori kedaulatan Negara adalah bahwa ditaatinya hokum itu
karena Negara menghendakinya. Hans Kelsen mengatakan bahwa hokum
itu merupakan Wille Des States, orang tunduk pada hokum karena merasa
wajib menaatinya karena kehendak Negara.

Anda mungkin juga menyukai