Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakuptiga segi yakni apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (tentang logika), mana yang dianggap
baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika). Cabang-cabang yang sekarang dikenal sebagai
bidang yang mempunyai kajian formal pada pokoknya terdiri dari:
Pemikiran filsafat termasuk filsafat ilmu berkembang sangat cepat, Solihin (2007),
menguraikan proses filsafat dimulai dari demitologisasi menuju gerakan
Logosentrisme. Demitologisasi ini disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme.
Empirisme, dan positovisme yang dipelopori oleh pakar-pakar dan pemikir
kontemporer yang akhirnya mengantarkan kehidupan manusia pada tataran era
modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah. Setelah adanya demitologisasi
oleh para pemikir ilmu alam (fisika) yang memosisikan pengetahuan ilmu alam
merupakan “a higher level of knowledge”.
Hakikat filsafat adalah usaha untuk mencari terus-menerus dan dengan
demikian kita senantiasa memperdalam ketidaktahuan kita. Semua ilmu secara
objektif berusaha mencapai pengetahuan tentang kebenaran dan mengelakkan
kepalsuan. Karena itu filsafat yang sering disejajarkan dengan ilmu harus menjadi
suatu pengetahuan, kita sudah tidak mampu lagi memberikan jawaban yang tepat.
Karena di dalamnya tersimpan sekian banyak pertanyaan yang tidak mampu
dijawab oleh ilmu seperti, apa itu kebenaran? Atau Mengapa kebenaran lebih
diutamakan dari kesatuan? Hanya dalam relasi timbal balik dari seluruh penjelasan
tentang pertanyaan-pertanyaan ini suatu defisisi ilmu pengetahuan dapat diperoleh.
BAB II
Bahwa filsafat masih dilihat sebagai bidang studi yang penting dalam berbagai
jurusan di Universitas-univertsitas, memberikan kesan bahwa filsafat masih sangat
relevan untuk hidup manusia, dan karenanya tentu memiliki banyak manfaat atau
kegunaan filsafat itu dapat diketahui untuk kepentingan manusia antara lain:
Istilah epistemology berasal dari Bahasa Yunani, yeng terdiri dari dua kata,
yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti pikiran, teori atau
ilmu. Istilah lain juga bias digunakan, yaitu teori pengetahuan (theory of knowledge)
atau filsafat pengetahuan (Philosopy of knowledge). Menurut Poedjiadi (2001:13)
epistemology adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan adapun
yang dibahas antara lain adalah asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas,
dan metodologi, yang bersama-sama membentuk pengetahuan manusia.
Istilah aksiologi berasal dari perkataan axios Bahasa Yunani yang berarti
nilai/value dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi, aksiologi adalah “teori tentang
nilai” Nilai yng dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahanetika dan
estetika. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidii hakikat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi juga menunjukan
kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam
praktik.
Menurut Bramed, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi:
Filsafat Hukum
Para filsuf masa dahulu menjadikan tujuan hukum sebagai objek kajian
dalam filsafat hukum. Hal itu tampak ketika membicarakan mengenai tujuan hidup
sebagai objek kajian dalam filsafat hukum. Hal itu tampak ketika membicarakan
mengenai tujuan hukum, hubungan hukum dan lain-lain. Oleh karena itu,
perkembangan filsafat yang kemudian melahirkan hukum sehingga tampak bahwa
filsafat hukum merupakan pembulat dalam kajian ilmu hukum. Walaupun kajian para
filsuf dahulu terbatas pada tujuan hukum, tetapi besar faedahnya terhadap
perkembangan pemikiran ilmu hukum saat ini.