Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen pemerintahan yang efektif sangat dibutuhkan agar urusan


pemerintahan yang dilimpahkan kewenangannya kepada daerah dapat
terselenggara secara maksimal serta dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Salah satu contohnya adalah terjadinya pelimpahan kewenangan dalam hal
pengelolaan aset negara. Dengan adanya pelimpahan kewenangan tersebut
pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan aset
negara.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah mengharuskan pemerintah untuk dapat membuat kebijakan dan
langkah yang terkoordinasi serta terpadu mengenai pengelolaan barang milik
daerah. Barang Milik Daerah (BMD) didapatkan dari berbagai sumber digunakan
untuk menunjang kegiatan pemerintah, pelayanan publik serta kesejahteraan
masyarakat. BMD merupakan aset daerah yang harus dikelola dengan baik agar
dapat memberikan arti dan manfaat sebanyak-banyaknya dan juga harus dikelola
secara efektif dan efisien agar tidak menimbulkan pemborosan serta harus
dipertanggungjawabkan.
Aset tetap atau Barang Milik Daerah (BMD) merupakan salah satu faktor
yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah. Pada umumnya, nilai
asset tetap daerah merupakan nilai yang paling besar dibandingkan dengan akun
lain pada laporan keuangan. Keberadaan aset tetap sangat mempengaruhi
kelancaran roda pemerintahan dan pembangunan. Oleh karena itu, sistem
pengendalian intern atas manajemen/pengelolaan aset tetap daerah harus handal
untuk mencegah penyimpangan yang dapat merugikan keuangan daerah (BPK RI,
2010).
Barang milik daerah memiliki fungsi yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan, tetapi dalam pelaksanaan pengelolaan barang
milik daerah bukan hal yang mudah sering kali terdapat berbagai persoalan aset
2

daerah. Hal ini terbukti dari masih banyaknya pengecualian kewajaran atas nilai
aset tetap pemerintah daerah dalam opini BPK-RI atas laporan keuangan
pemerintah daerah. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah daerah
mengalami kesulitan dalam pengelolaan aset tetap sehingga laporan hasil
pemeriksaan (LHP) dari BPK menemukan adanya kelemahan dalam pengelolaan
asset tetap. Belum diperolehnya opini WTP dari BPK menunjukkan bahwa
pelaporan keuangan Pemerintah daerah masih belum sepenuhnya dapat diyakini
kewajarannya oleh BPK yang disebabkan oleh berbagai faktor termasuk
didalamnya 1) Adanya kelemahan sistem pengendalian intern; 2) Belum
tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib; 3) Tidak sesuainya
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang berlaku.
Permasalahan umum yang terjadi dalam pengelolaan barang milik daerah
adalah ketidak tertiban didalam pelaksanaan inventarisasi atau pengelolaan data.
Hal ini mengakibatkan barang yang dikelola cenderung tidak teradministrasi
secara optimal seperti tidak lengkapnya dokumen kepemilikan yang akan
mengakibatkan hilangnya aset dari pemerintah daerah. Berikut opini yang
diberikan BPK terhadap hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) Kota Solok :
Tabel 1. Opini BPK Terhadap LKPD Kota Solok
LKPD Tahun Opini
2012 WTP (paragraf penjelas terkait asset)
2013 WDP
2014 WDP
2015 WDP
Sumber: diolah

LKPD Kota Solok tahun 2012 mendapatkan opini WTP dengan paragraf penjelas
terkait pengelolaan BMD. Akan tetapi opini terhadap LKPD tahun 2013, 2014 dan
2015 turun menjadi WDP. Salah satu penyebab turunnya opini terhadap LKPD
Kota Solok ini adalah temuan yang terkait pengelolaan barang milik daerah.
Kondisi pengelolaan aset tetap Pemerintah Kota Solok yang dilakukan oleh
Pengelola BMD, Pembantu Pengelola BMD, Pengguna BMD, Kuasa Pengguna
BMD, Pengurus Barang belum tertata sesuai dengan aturan yang ada sehingga
3

perlu penanganan dan penataan yang serius dan sungguh-sungguh oleh pemangku
kepentingan.
Menurut Prahara (2014) dalam penelitiannya Pengaruh Pengelolaan
Barang Milik Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Kota Bandung menemukan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang memperoleh Opini WDP pada
umumnya telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang
material kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan akun yang
dikecualikan. Dalam penelitiannya Prahara (2014) menyimpulkan bahwa
pengelolaan barang milik daerah dan sistem pengendalian intern secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas akuntabilitas keuangan
Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal ini sejalan dengan yang disimpulkan oleh
Detisa (2008) bahwa 41,3% kualitas laporan keuangan ditentukan oleh
pengelolaan BMD.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), menyebutkan bahwa Sistem
Pengendalian Intern merupakan suatu proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
asset dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
SPIP diselenggarakan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan instansi pemerintah dapat mencapai tujuannya secara efisien dan efektif,
melaporkan pengelolaan keuangan Negara secara andal, mengamankan asset
negara, dan mendorong ditaatinya peraturan perundang-undangan.
Dapat dikatakan bahwa Sistem Pengendalian Internal sangat erat kaitannya
dengan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang termasuk
didalamnya barang milik daerah atau asset tetap, yang dapat dilihat melalui opini
BPK yang didapatkan. Hamidah (2014) dalam tulisannya menyebutkan bahwa
pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah pengelolaan barang milik
4

negara berpengaruh signifikan positif terhadap pengamanan aset negara. Dalam


rangka meningkatkan opini dan akuntabilitas laporan keuangan serta
mengamankan barang milik daerah, diperlukan adanya sistem pengendalian
internal pengelolaan barang milik daerah yang baik. Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul ”Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Barang Milik
Daerah pada Pemerintah Kota Solok”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang masalah,


maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengelolaan barang milik daerah Pemerintah Kota Solok telah
dilaksanakan sesuai pedoman pelaksanaan?
2. Apakah pelaksanaan sistem pengendalian internal terhadap barang milik
daerah pada Pemerintah Kota Solok telah efektif?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini


adalah :
1. Untuk mengetahui apakah pengelolaan barang milik daerah Pemerintah
Kota Solok telah dilaksanakan sesuai pedoman pelaksanaan yang ada.
2. Untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan sistem pengendalian internal
terhadap barang milik daerah pada Pemerintah Kota Solok telah efektif.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat sebagai


berikut :
1. Bagi Pemerintah Kota Solok, diharapkan hasil penelitian ini nantinya
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan Sistem
Pengendalian Internal Pengelolaan Barang Milik Daerah.
2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
yang berguna menambah pengetahuan dan wawasan terhadap Sistem
5

Pengendalian Internal Pengelolaan Barang Milik Daerah, serta dapat


dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis, merupakan sebuah wahana dalam menambah ilmu dan
wawasan tentang Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Barang Milik
Daerah sehingga memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
pada program studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Andalas.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini dibagi dalam lima bab yaitu :


Bab pertama merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bab dua menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang berisikan landasan
teoritis, review penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.
Bab tiga menjelaskan tentang metodologi penelitian yang meliputi desain
penelitian, lokasi dan waktu penelitian, fokus penelitian, subjek dan objek
penelitian, metode pengumpulan data, skala pengukuran dan metode analisis data.
Bab empat menguraikan tentang hasil penelitian, pembahasan dan
interpretasi dan implikasi.
Bab lima sebagai bab penutup, yang akan memuat kesimpulan akhir dari
penelitian serta saran-saran bagi pengembangan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai