Program Diploma IV Akuntansi Reguler Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Pengelola Barang Milik Negara tidak hanya melaksanakan tugas sebagai aset administrator saja, tetapi juga melaksanakan tugas sebagai aset manajer. Dimana aset administrator melakukan penatausahaan BMN dan aset manajer melakukan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang bersumber dari BMN. Prinsip-prinsip pengelolaan Barang Milik Negara yang harus dipahami dan dimiliki oleh pengelola BMN, yaitu efisiensi, akuntanbilitas, fungsional, transparansi, kepastian nilai dan kepastian hukum. Lingkup kekayaan negara terbagi atas 2 bagian yaitu kekayaan negara yang dimiliki pemerintah dan kekayaan negara yang dikuasai oleh negara. Kekayaan negara yang dimiliki oleh pemerintah terdiri atas BMN/D dan investasi pemerintah. Kekayaan negara yang dikuasai oleh negara terdiri atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk udara dan frekuensi. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 tentang Barang Milik Negara/Daerah sebagai pengganti PP Nomor 6 tahun 2006 yang pernah direvisi sebelumnya melalui PP Nomor 38 tahun 2008 dipakai untuk memenuhi perkembangan kebutuhan dan praktik di bidang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) dan mendorong investasi di bidang infrastuktur. Dalam rangka mendorong investasi di bidang penyediaan infrastruktur, melalui PP ini pemerintah memberikan dasar pengaturan yang lebih luas untuk menerapkan kebijakan secara lebih fleksibel dalam pelaksanaan pemanfaatan BMN/D. Selain itu, pemerintah juga menyediakan skema baru sebagai alternatif dalam rangka pemanfaatan BMN/D di bidang penyediaan infrastruktur. Kebijakan tersebut antara lain diwujudkan dengan penyesuaian jangka waktu dan tarif pemanfaatan BMN/D di bidang infrastruktur. Misalnya untuk penyesuaian jangka waktu sewa dapat dilakukan selama lebih dari lima tahun, sedangkan kerja sama pemanfaatan dapat dilakukan sampai dengan 50 tahun, dari sebelumnya hanya sampai 30 tahun. Sementara, penyesuaian tarif dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan nilai keekonomian untuk infrastruktur tertentu. Untuk mempercepat implementasi PP Nomor 27 Tahun 2014, Menteri Keuangan telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan BMN. PMK ini mengatur secara lebih detail tata cara pemanfaatan BMN dalam rangka sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna, dan lain-lain. Dengan terbitnya PMK tersebut, pemerintah berharap pemanfaatan BMN terkait pengembangan dan penyediaan infrastruktur serta layanan umum seperti bandar udara, jalan nasional dan lainnya yang selama ini terhambat karena belum adanya payung hukum dapat segera direalisasikan Sebuah sistem yang baik juga harus didukung dengan SDM yang baik, karena sebaik- baiknya sistem dirancang apabila tidak diimplementasikan dengan SDM terbaik maka hasilnya akan nihil. Berikut ini hubungan relasi empirik kualitas SDM dan strategi pengelolaan BMN yang diperlukan bagi penguatan pengelolaan BMN, yaitu: 1. Jika strategi pengelolaan BMN yang kuat dengan kualitas SDM yang kuat, maka akan menghasilkan kesuksesan dan keberhasilan dalam pengelolaan BMN, 2. Jika strategi pengelolaan BMN yang lemah dengan kualitas SDM yang kuat, maka bisa menghasilkan kesuksesan dalam pengelolaan BMN, 3. Jika strategi pengelolaan BMN yang kuat dengan kualitas SDM yang lemah, maka akan menghasilkan kegagalan dalam pengelolaan BMN, 4. jika strategi pengelolaan BMN yang lemah dengan kualitas SDM yang lemah, maka pengelolaan BMN akan gagal total. Selain dari peningkatan kualitas SDM, pengelolaan BMN juga harus didukung oleh koodinasi yang baik dari tiap unit. Koordinasi memang seharusnya telah dilaksanakan antara pengelola barang dan pengguna barang. Namun berdasarkan hasil temuan BPK terkait Sistem Pengendalian Internal Pemerintah tahun 2012, masih dibutuhkan koordinasi yang lebih baik terutama guna melaksanakan penertiban dalam rangka pelaksanaan penetapan status penggunaan, pengalihan status penggunaan, dan/atau penyerahan BMN idle kepada pengelola barang. Temuan-temuan ini khususnya terkait dengan masalah sertifikasi BMN, BMN dalam sengketa, BMN hilang atau rusak berat, BMN yang dimanfaatkan oleh pihak lain, dan penyusutan BMN. Selain itu, terdapat dinamika pengelolaan BMN/D terkait dengan sewa, kerja sama pemanfaatan, BMN luar negeri yang memerlukan perlakuan khusus, serta adanya multitafsir terhadap aturan-aturan mengenai Badan Layanan Umum (BLU) dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik negara/daerah ini, koordinasi yang baik tetap harus dilaksanakan dan ditingkatkan dengan instansi lainnya seperti: a. Badan Pertanahan Nasional terkait aset tanah negara b. Pengelola dhi. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan dalam hal penilaian aset c. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam hal pengembangan sistem dan peningkatan kapabilitas aparatur d. Terkait dengan BMN yang dikuasai oleh pihak lain, pengelola di DJKN hendaknya berkoordinasi dengan KL terkait agar melakukan upaya untuk dapat menguasai barang tersebut baik melalui pendekatan persuasif maupun upaya hukum dan segera melakukan pengamanan atas barang tersebut setelah berhasil menguasai fisik BMN e. Terkait BMN dalam sengketa, pengelola di DJKN melakukan koordinasi dengan KL
Kepala K/L selaku Chief Operating Officer (CEO) menerima kuasa dari Presiden untuk mengelola keuangan negara di lingkungan kementerian dan lembaga. Adapun tugas dari Kepala K/L adalan sebagai pengguna anggaran, pengguna BMN, dan penyusun Laporan Keuangan. Kekayaan Negara meliputi kekayaan yang dimiliki Pemerintah (BMN/D dan Investasi Pemerintah) dan kekayaan negara yang dikuasai Negara (Bumi, Air, dan Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya termasuk udara dan frekuensi). Kekayaan Negara tidaklah sama dengan Barang Milik Negara, akan tetapi Barang Milik Negara merupakan bagian dari Kekayaan Negara. Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang perlu dipahami dan dilaksanakan oleh pengelola BMN: No PP Nomor 6 Tahun 2006 PP Nomor 27 Tahun 2014 1 Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran 2 Pengadaan Pengadaan 3 Penggunaan Penggunaan 4 Pemanfaatan Pemanfaatan 5 Pengamanan dan Pemeliharaan Pengamanan dan Pemeliharaan 6 Penilaian Penilaian 7 Penghapusan Pemindahtanganan 8 Pemindahtanganan Pemusnahan 9 Penatausahaan Penghapusan 10 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Penatausahaan 11 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Beberapa perubahan ataupun peraturan tambahan yang terdapat dalam PP Nomor 27 tahun 2014 adalah sebagai berikut. 1. Terdapat penyesuaian terkait dengan pengelolaan BMN, baik yang bersifat administratif maupun teknis, mengenai pembangunan infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dan swasta. Di dalam PP Nomor 27 tahun 2014 telah menampung kebutuhan dari pengelola infrastuktur, sehingga Pengguna Barang yang bergerak di bidang infrastruktur dapat lebih dinamis dan agresif di dalam memanfaatkan BMN dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh, jangka waktu sewa dapat dilakukan lebih dari 5 (lima) tahun dan jangka waktu Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) dapat dilakukan sampai dengan 50 tahun, yang pada PP Nomor 36 tahun 2006 hanya dapat dilakukan sampai dengan 30 tahun. 2. Terdapat perubahan aturan terkait penyederhanaan birokrasi pengelolaan BMN. Dengan PP Nomor 27 tahun 2014, Pengelola Barang dapat mendelegasikan kewenangan ke Pengguna Barang dan Pengguna Barang dapat mendelegasikan kewenangannya ke Kuasa Pengguna Barang, sehingga birokrasi akan menjadi semakin singkat dan arus pengelolaan BMN menjadi semakin cepat. Kewenangan yang dapat didelegasikan tersebut adalah meliputi penetapan status, pemindahtanganan, dan penghapusan; sedangkan kewenangan pemanfaatan tidak dapat didelegasikan dan tetap berada di bawah Pengelola Barang (Kementerian Keuangan). Penyederhanaan birokrasi pengelolaan BMN ini diharapkan dapat mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan BMN yang pada akhirnya akan membuat rekonsiliasi lebih tertib dan lebih cepat. 3. Terdapatnya penyempurnaan terkait siklus pengelolaan BMN. Dalam prakteknya, siklus pemindahtanganan dan penghapusan selalu dicampuradukkan. Siklus ini diperbaiki dengan mempertegas proses perencanaan, pengadaan, dan pengelolaan. Di dalam pengelolaan sendiri, pengelolaan dibagi 2 (dua), yaitu dikelola untuk keperluan tugas dan fungsi (tusi) ataukah dikelola untuk dimanfaatkan. Jika tidak dilakukan keduanya, maka BMN dapat dipindahtangankan. Namun, jika BMN tidak dikelola untuk kepentingan tugas dan fungsi, tidak dikelola untuk dimanfaatkan, serta tidak dipindahtangankan, maka BMN harus dihapuskan. Dengan demikian, penghapusan menjadi ending point dari semua siklus pengelolaan BMN yang membebaskan Pengguna Barang dan Pengelola Barang dari kewajiban mengadministrasikan dan mengelola BMN. 4. Terdapat penjelasan lebih lanjut terkait BMN/D yang dikuasai oleh Badan Layanan Umum serta BMN/D berupa Rumah Negara. Matriks perbedaan PP Nomor 27 tahun 2014, PP Nomor 38 tahun 2008, serta PP Nomor 6 tahun 2006 No PP Nomor 27 Tahun 2014 PP Nomor 38 Tahun 2008 PP Nomor 6 Tahun 2006 1. Terdapat istilah Penilai, Penilaian, dan Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur adalah kerja sama antara Pemerintah dan Badan Usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terdapat istilah Penilai dan Penilaian tetapi belum terdapat istilah Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur. Tidak terdapat istilah Penilai, Penilaian, dan Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur. 2. Terdapat istilah Pemusnahan, yaitu tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan BMN/D. Tidak terdapat penjelasan istilah Pemusnahan secara terpisah. Tidak terdapat penjelasan istilah Pemusnahan secara terpisah. 3. Siklus Pengelolaan BMN/D meliputi: a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; b. Pengadaan; c. Penggunaan; d. Pemanfaatan; e. Pengamanan dan pemeliharaan; f. Penilaian; g. Pemindahtanganan; h. Pemusnahan; i. Penghapusan; j. Penatausahaan; dan k. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. - Siklus Pengelolaan BMN/D meliputi: a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; b. Pengadaan; c. Penggunaan; d. Pemanfaatan; e. Pengamanan dan pemeliharaan; f. Penilaian; g. Penghapusan; h. Pemindahtanganan; i. Penatausahaan; dan j. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. 4. Terdapat tambahan kewenangan dan tanggung jawab Menteri Keuangan selaku Pengelola BMN, di antaranya: a. Memberikan persetujuan atas usul Pemanfaatan BMN yang berada pada pengguna barang; b. Memberikan persetujuan atas usul Pemusnahan dan Penghapusan BMN. Tidak lagi dibedakan antara tanah dan/atau bangunan dengan selain tanah dan/atau bangunan untuk beberapa poin pasal. Klasifikasi lebih mengarah kepada penguasa barang apakah terdapat di Pengelola Barang ataukah Pengguna Barang. - Tidak terdapat kewenangan tersebut. Adanya pembedaan BMN tanah dan/atau bangunan dengan selain tanah dan/atau bangunan untuk beberapa poin pasal.
5. Pengelola BMN dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang sesuai PMK Nomor 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan BMN dan PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan BMN. - Kewenangan tidak dapat didelegasikan. 6. Terdapat tambahan kewenangan dan tanggung jawab Gubernur/Bupati/Walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan BMD, yaitu: a. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan BMD; b. Menyetujui usul Pemanfaatan BMD dalam bentuk Kerja Sama - Kewenangan Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan BMD terdapat pada Sekretaris Daerah selaku Pengelola BMD.
Penyediaan Infrastruktur. 7. Sekretaris Daerah berwenang Mengatur pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemusnahan, dan Penghapusan BMD. - Kewenangan tersebut membutuhkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota atau DPRD. 8. Terdapat tambahan kewenangan dan tanggung jawab Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna BMN, di antaranya: a. Mengajukan usul Pemanfaatan BMN yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang; b. Mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan BMN. Tidak lagi dibedakan antara tanah dan bangunan dengan selain tanah dan bangunan untuk beberapa poin pasal. - Tidak terdapat kewenangan tersebut. Adanya pembedaan BMN tanah dan bangunan dengan selain tanah dan bangunan untuk beberapa poin pasal.
9. Pengguna BMN dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada Kuasa Pengguna Barang sesuai peraturan yang berlaku. - Kewenangan tidak dapat didelegasikan. 10. Perencanaan Kebutuhan BMN/D disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi serta meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, dan penghapusan BMN/D. Perencanaan kebutuhan merupakan salah satu dasar dalam menyusun rencana kerja dan anggaran. - Perencanaan Kebutuhan BMN/D disusun dalam rencana kerja dan anggaran K/L, siklus/tahapan Perencanaan Kebutuhan tidak dirinci. 11. Terdapat pengecualian Penetapan Status Penggunaan yang tidak dilakukan terhadap: - Tidak ada pengecualian. a. BMN/D berupa barang persediaan, KDP, barang untuk hibah, b. BMN dari dana dekon dan TP, c. BMN lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang, serta d. BMD lain yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota 12. Pengelola Barang dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan BMN selain tanah/bangunan kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang - Tidak dapat didelegasikan. 13. BMN/D dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang. - Tidak dapat dialihkan status penggunaannya. 14. Terdapat bentuk pemanfaatan baru, yaitu: Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang masa sewanya dapat lebih dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. - Tidak terdapat jenis pemanfaatan tersebut. 15. Terdapat batasan waktu penyetoran uang sewa yang harus dilakukan sekaligus secara tunai paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum ditandatanganinya perjanjian sewa. - Tidak diatur secara rinci. 16. Jangka waktu Pinjam Pakai BMN/D paling lama 5 tahun dan dapat diperpanjang 1 kali. - Jangka waktu Pinjam Pakai BMN/D paling lama 2 tahun dan dapat diperpanjang. 17. Terdapat pembagian kontribusi tetap dan kontribusi pembagian keuntungan selama masa Kerja Sama Pemanfaatan. - Tidak diatur secara rinci. 18. Terdapat pengecualian untuk beberapa Kerja Sama Pemanfaatan Terdapat pengecualian untuk Seluruh kerja sama pemanfaatan berjalana atas BMN/D untuk beberapa penyediaan infrastruktur yang dapat berjalan dalam jangka waktu paling lama 50 tahun dan dapat diperpanjang. beberapa Kerja Sama Pemanfaatan atas BMN/D untuk beberapa penyediaan infrastruktur yang dapat berjalan dalam jangka waktu paling lama 50 tahun dan dapat diperpanjang. dalam jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperpanjang. 19. Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil BGS/BSG harus digunakan langsung untuk penyelenggaraan tusi Pemerintah Pusat/Daerah paling sedikit 10%. - Tidak terdapat ketentuan persentase penggunaan. 20. Terdapat beberapa pasal khusus yang membahas kerja sama penyediaan infrastruktur dan tender. - Tidak terdapat pasal yang membahas hal tersebut. 21. Pengelola Barang dapat menetapkan kebijakan asuransi dalam rangka pengamanan BMN tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. - Tidak terdapat kebijakan tersebut. 22. Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan penilaian kembali atas nilai BMN/D yang telah ditetapkan dalam neraca Pemerintah Pusat/Daerah - Tidak terdapat ketentuan tersebut. 23. Terdapat perubahan ketentuan pemindahtanganan baik untuk BMN/D berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan karena terdapat penguasaan BMN/D tersebut yang berada di bawah Pengguna Barang ataupun Pengelola Barang, - Secara umum semua pemindahtanganan yang dilakukan oleh pengguna barang harus melalui persetujuan pengelola barang. sehingga terdapat pemindahtanganan yang dapat dilakukan oleh pengguna barang secara langsung atas persetujuan presiden. 24. Terdapat ketentuan khusus terkait pemusnahan dan penghapusan (dipisahkan). - Dijadikan satu. 25. Pengelolaan BMN/D yang digunakan oleh BLU mengikuti ketentuan PP tersebut, kecuali terhadap barang yang dikelola dan/atau dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum sesuai dengan tugas dan fungsi BLU. - Kecuali terhadap barang-barang tertentu yang diatur tersendiri (kurang jelas barang yang dimaksud). 26. Terdapat ketentuan mengenai BMN/D berupa rumah negara. - Tidak terdapat aturan tersebut. 27. Setiap bagian dari siklus pengelolaan BMN/D maupun pasal-pasal lainnya yang terdapat dalam PP ini diatur lebih lanjut, baik melalui PMK, Permendagri, dan peraturan teknis lainnya. - Tidak dijelaskan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (telah dicabut).
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (telah dicabut). http://bisnis.liputan6.com/read/2049893/pemerintah-ubah-aturan-pengelolaan-barang-milik- negara Diakses tanggal 19 Juni 2014 http://economy.okezone.com/read/2014/06/02/20/992838/barang-milik-negara-bisa-digunakan- sampai-50-tahun Diakses tanggal 19 Juni 2014 http://m.bisnis.com/industri/read/20140603/45/232560/dorong-penyediaan-infrastruktur- pemerintah-ubah-aturan-pengelolaan-bmnd- Diakses tanggal 19 Juni 2014 http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/index.php?option=com_content&view=article&id=1013:tan tangan-pengelolaan-barang-milik-negara-pasca-pp-no-27-tahun-2004-tentang-pengelolaan- bmn-bmd-unit-badan-meteorologi,-klimatologi,-dan- geofisika&catid=128:umum&Itemid=214 Diakses tanggal 19 Juni 2014 http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/index.php?option=com_content&view=article&id=1010:tan tangan-yang-kita-hadapi-dalam-upaya-optimalisasi-pengeloloaan-kekayaan-negara-pasca- pp-nomor-27-tahun-2014-tentang-pengelolaan-barang-milik-negara- daerah&catid=128:umum&Itemid=214 Diakses tanggal 19 Juni 2014
Bahan Ajar Manajemen Aset Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Pengurusan Piutang Dan Lelang Negara Acep Hadinata Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Tahun 2011 i p a g e