Anda di halaman 1dari 14

Notulensi Kuliah Umum I Pengantar Pengelolaan Keuangan Negara II

"Mengenal DJKN: Tugas dan Fungsi serta Implementasi Strategic Asset


Management Plan"
Rabu, 12 April 2023

Moderator : Beta Andri Anggiano Uliansyah, S.S.T., M.Acc. (Dosen PKN STAN)
Sambutan : Dr. Budi Mulyana, S.E., M.Si. (Ketua Prodi D-IV Manajemen Keuangan Negara)
Narasumber 1: Yoni Ardianto, S.H., M.B.A. (Kepala Subdirektorat Pengelolaan Kekayaan
Negara I, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara)
Narasumber 2: Sumarsono, S.H., M.H. (Kepala Subdirektorat Perumusan Kebijakan Piutang
Negara, Direktorat Perumusan Kebijakan Kekayaan Negara)

Notulensi Materi Narasumber 1


PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara


● Pada tahun 2020 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) melakukan reorganisasi
berdasarkan PMK Nomor 118 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Keuangan. Reorganisasi ini baru diimplementasikan pada tahun 2022.
● DJKN pada prinsipnya melakukan pengelolaan dan pembinaan terkait tiga bidang yaitu
Kekayaan Negara, Penilaian, dan Lelang.
● Kekayaan Negara bermacam-macam jenisnya dilihat dari Laporan Keuangan Auditted
2021, terdapat Total Asset Rp 11 ribu T, terdiri antara lain
● Aset tetap termasuk Barang Milik Negara Rp 6 ribu Triliun,
● Investasi jangka panjang Rp 3,4 ribu T,
● Piutang negara Rp 40 T, dan lain -lain.

Struktur Direktorat Jenderal Kekayaan Negara


Jika ditinjau dari struktur organisasi, Kantor pusat DJKN terdapat Sekretariat Jenderal,
Direktorat, dan Pejabat Fungsional. Unit eselon 2 dari DJKN antara lain,
1. Sekretariat jenderal
Berfungsi sebagai supporting, ibarat rumah tangga, Sekjen itu seperti dapurnya. Sekjen
menjaga supaya organisasi tetap berjalan. Kegiatan yabg termasuk dalam Sekjen antara
lain,
- bagian penganggaran,
- urusan kepegawaian,
- pengadaan alat tulis kantor, dan
- supporting aspect lainnya.
2. Direktorat Pengelolaan Keuangan Negara
Direktorat ini merupakan hasil reorganisasi baru pada April 2022. Tugasnya antara lain,
- mengelola aset-aset yang ada di pengelola barang (Kementrian Keuangan).
Misalnya BMN iddle, barang rampasan, barang eks-pertamina, eks-bppn, dan
lain-lain.
- Melayani beberapa pengelolaan BMN yang diajukan dari K/L.
- Melayani K/L dalam penyusunan dan penetapan Rencana Kebutuhan Barang
Milik Negara (RKBMN)
- Penghapusan piutang negara
3. Direktorat Perumusan Kebijakan Kekayaan Negara
Tugasnya antara lain melakukan perumusan kebijakan terkait dengan semua kekayaan
negara, termasuk pengelolaan, peraturan BMN, dan peraturan kekayaan negara lainnya.
4. Direktorat Lelang
Tugasnya antara lain untuk perumusan kebijakan dan pembinaan terkait dengan lelang
5. Direktorat Penilaian
Tugasnya antara lain
- Membuat buletin teknis penilaian
- Membuat aturan penilaian
- Analisa permohonan pemanfaatan dari K/L.
6. Direktorat Kekayaaan Negara Dipisahkan
Tugasnya antar lain, mengelola Kekayaan Negara yang Dipisahkan, seperti
- Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
- Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH)
- Tempat lain yang merupakan KND
7. Direktorat Hukum Humas
Tugasnya antara lain,
- Menangani masalah harmonisasi dan penyelarasan aturan-aturan
- Memberikan bantuan hukum
- Menangani Advokasi
- Menjalankan tugas kehumasan
8. Direktorat Transformasi Sistem Informasi
Tugasnya antara lain,
- Mengembangkan sistem informasi yang dipakai DJKN
- Mengembangkan aplikasi untuk DJKN
9. Kelompok Fungsional Jabatan
Terdapat dua jabatan fungsional yaitu: Lelang dan Penilai. Namun, saat ini masih
diproses untuk satu jabatan lagi yaitu Analis Kekayaan Negara

Dasar Hukum Pengelolaan BMN


● UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
● UU Nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara
● PP Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang MIlik Negara/Daerah jo. PP
Nomor 28 Tahun 2020.
Untuk lebih teknisnya, ada pada Peraturan Presiden (Pengadaan, Penilaian Kembali) dan
Peraturan Menteri (BMN dan BMD). Pahami dulu dasarnya, yaitu UU dan PP. Baru kemudian
membaca yang teknis agar nanti lebih baik dan jelas pemahamannya.

Barang Milik Negara/Daerah


adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (APBN/D) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Terdapat empat kategori BMN yang bisa berasal dari
1. Dari hibah/sumbangan atau yg sejenis.
Misal Pak beta menyumbangkan motor untuk jadi aset PKN STAN
2. Sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak
Misal Kontrak PK2B, Batu Bara, P3S, Kerjasama perminyakan, dan pemanfaatan BMN
3. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Termasuk barang-barang dari area yang diatur Kepabeanan dan Cukai
4. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
Putusan pengadilan.
Misalnya keputusan hukum suatu barang untuk menjadi aset negara

BMN/D yang berasal dari APBN/D dapat termasuk pembelian atau belanja modal.

Siklus Pengelolaan Barang Milik Negara (Assets Life Cycle)


Berdasarkan PP 27 Tahun 2014 jo. PP 28 Tahun 2020,
Terdapat dua belas tahapan dalam siklus pengelolaan Barang Milik Negara. Siklus ini berputar,
dengan setiap siklusnya selalu ada pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Pengawasan dan
pengendalian baik oleh pengguna dan pengelola barang, tindak lanjutnya penertiban oleh
pengguna barang

1. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan BMN adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN
untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

Terdapat RKBMN (rencana kebutuhan BMN), akan dilihat pada saat K/L ingin
mengadakan atau akan membeli aset untuk keperluannya. RKBMN diajukan secara
berjenjang, dimulai dari satuan kerja atau kantor. Contohnya: KPNL Tangerang I atau
II, di STAN terdapat KPP Pondok Aren.

Dari kantor-kantor operasional tersebut, jika ingin memperluas bangunan atau membeli
kendaraan, maka merencanakan kebutuhan BMN secara berjenjang ke eselon I.
Kemudian rekap dan analisa menjadi satu kesatuan rencana kebutuhan K/L. Sisi spek
barangnya juga dianalisis, dari K/L akan sampaikan ke DJKN untuk ditelaah dan
ditetapkan. RKBMN ditangani oleh DPKN. Pengadaan barang dan jasa direalisasikan
bisa hingga T+2.

Kebutuhan dicocokkan dengan standarnya, yaitu SBSK (Standar Barang dan Standar
Kebutuhan).
- Standar Barang terkait dengan spesifikasinya.
Misalnya ketentuan cc mobil, jenis mobil, dll.
- Standar Kebutuhan terkait dengan jumlah dari kebutuhannya
Misalnya Satker KPP Pondok Aren saat pengadaan kendaraan maka yang
dipenuhi sejumlah kebutuhannya saja.

Setalah RKBMN ditetapkan, ditelaah bersama, Melihat BMN Existing. Apabila ternyata
masih ada barang berlebih maka pakai itu terlebih dahulu. Kalau tidak ada, kemudian
lihat BMN Iddle. Kalau ada, sampaikan ke K/L, kalau cocok maka memakai itu saja
tanpa perlu membeli.

Fungsi dari RKBMN, yaitu


1. efisiensi, pemakaian BMN yang belum optimal
2. SBSK, jangan sampai suatu satker barangnya tidak sesuai SBSK, harus mematuhi
ketentuan dan tidak melebehi standar maksimal. Dengan demikian akan tercipta
kesamaan praktik pengadaan di satu kantor dengan kantor lain.

Apabila tidak sesuai dengan standar, misalnya kantor A terdiri dari 30 pegawai, luas
500m. kantor B tanpa standar bisa jadi usul 1500m dengan jumlah pegawai yang sama.
Akhirnya bisa beda antara satu satker lain. Jadi ada inefisiensi

2. Penganggaran.
Setelah penetapan tentu melihat ketersediaan anggaran. Tergantung ketersediaan
anggaran. Penganggaran terkait RKBMN, misal membutuhkan 15 unit tetapi
anggarannya hanya cukup untuk 12 unit, maka 3 unitnya bisa dianggarkan ke tahun
berikutnya apabila masih dibutuhkan. Penganggaran jangan sampai berlebihan juga,
karena uang bisa disalurkan ke tempat lain

3. Pengadaan
Peraturan pengadaan barang dan jasa secara umum nanti dibina juga pengguna barang.

4. Penggunaan
Setiap BMN ditetapkan status penggunaannya. Kecuali persediaan, konstruksi dalam
pengerjaan, dan ada beberapa pengecualian lainnya. Pihak yang menetapkan adalah
Kementrian keuangan dan ada juga alih status penggunaan. Oleh karena itu terdapat
istilah pengguna barang (K/L, Kuasanya satker) dan pengelola barang (Kemenkeu,
Kuasanya DJKN). Dalam Kemenkeu, pengguna barang adalah Sekjen, sedangkan
pengelolanya adalah DJKN
5. Pemanfaatan BMN
BMN bisa dimanfaatkan untuk PNBP. Kecuali, pinjam pakai dengan pemerintah daerah
itu tidak ada PNBP. Sedangkan seperti sewa, kerja sama pemanfaatan (KSP), Bangun
Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna (BSG), dan Penyediaan Infrastruktur. Untuk
yang sering diproses itu adalah Sewa, KSP, dan KSP-I. Sedangkan BGS/BSG/Ketupi itu
jarang

6. Penilaian
Memperhatikan untuk,
1. Penyajian Laporan Keuangan
2. Pemanfaatan
3. Pemindahtanganan

7. Pengamanan
Keamanan BMN ada di penggunaa barang, termasuk juga penertiban

8. Pemeliharaan,
Berada di ranah pengguna barang, penatausahaan juga di pengguna barang

9. Pemindahtanganan
Bisa karena tidak dipakai lagi, atau ada barang lain yang lebih optimal atau bagus

10. Penatausahaan
Terdapat tiga kegiatan, yaitu pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan.

11. Pemusnahan,
Barang yang tidak layak atau rahasia negara

12. Penghapusan
Menghapus dari buku, daftar barang dan buku

Asas-Asas
Setiap siklus terdapat asas yang diterapkan, antara lain
- Asas fungsional
- Asas kepastian hukum
- Asas transparansi dan keterbukaan
- Asas efisiensi
- Asas akuntabilitas
- Asas kepastian nilai

Catatan
Contoh dari pemanfaatan BMN adalah di sepanjang jalan tol kemudian kereta cepat jakarta
bandung. Pihak tersebut membayar sewa. Kemudian di Halim, Stasiun tersebut juga membayar
sewa. Halim tersebut adalah aset TNI.

NOTULENSI TANYA JAWAB NARASUMBER 1


Penanya Jawaban:
Adinda Adzani_MKN_2-08 ABM AT adalah barang lama, bahkan dari
Izin bertanya Pak, apakah ABMAT zaman PKI. Kemudian ada barang yang
dapat di jual? dan apabila bisa istilahnya dari organisasi terlarang dan asetnya
bagaimana sistematikanya dan apabila menjadi milik negara. Beberapa penyelesaian
tidak bagaimana kita mengetahui ABM AT adalah kompensasi dengan
kepemilikan ABMAT tersebut? terima membayar aset tersebut. Beberapa aset berupa
kasih rumah, sekolah atau yayasan itu melalui
kompensasi dengan membayar sejumlah
PNBP. Terdapat tim ABM AT untuk
dirapatkan, dari PNB, instansi lain, kemudian
nanti diusulkan untuk penyelesaiannya.
Penanya Jawaban
Nurizka Shafira Putri Sigit_ASP 2-05
Selama ini belum ada kasus tersebut, karena
Mengenai Aset yang dimiliki BUMN ada mekanisme pengurangan Penyertaan
kan masuk termasuk Kekayaan Modal Negara (PMN). PMN terdapat dua jenis,
Negara yang Dipisahkan, Apakah aset yaitu secara tunai dan aset (DJKN). Ada
yang sudah berada di BUMN dapat beberapa aset yang merupakan PMN ke BUMN
ditarik lagi oleh DJKN? dalam hal ini kebanyakan tanah. Nah, karena
untuk menjadi PMN itu memakai PP maka
menurut saya kalau ditarik lagi jadi BMN maka
harus ada mekanisme pengurangan modal
PMN di sana. Sejauh ini belum ada, yang
banyak justru dari aset pemerintah yang masuk
ke BUMN. Simpulannya, belum ada kalau
sekarang, namun kalau ada nanti bisa memakai
mekanisme pengurangan modal.

Closing Statement Narasumber 1


Baca dan Pelajari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Terkadang hal ini bisa terlewat
karena membaca Peraturan Menteri Keuangan terlebih dahulu baru UU dan PP. Lebih baik
membaca tiap pasal dan penjelasannya.
NOTULENSI MATERI NARASUMBER 2

PENGELOLAAN PIUTANG NEGARA


Berbicara mengenai tuksi, DJKN seperti supermarket. Apapun yang dibutuhkan ada. Lelang
ada, nilai ada, piutang ada, dan jual beli pun ada. Unit Eselon I memiliki tuksi beranekaragam.
DJKN merupakan unit eselon I dengan salah satu tuksinya mengenai piutang negara. Piutang
negara dulu mengurusi kredit-kredit macet yang berasal dari Bank-bank pemerintah. Tahun
1990 dibentuk Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) sebagaimana tugasnya menagih hak
negara pada debitur-debitur yang berutang pada bank. PUPN beranggotakan tidak hanya dari
Kemenkeu tapi interdepartemental. Keanggotaan PUPN terdiri dari berbagai K/L dari
Kemenkeu, polisi, kejaksaan, dan pemda. Dalam keadaan eksisting, reformulasi dilakukan
dengan mengembangkan atau menambah jumlah keanggotaan K/L. Dengan pertambahan ini
diharap dapat memperkuat dan memacu dalam tugas penagihan hak negara. Penagihan
dilakukan oleh PUPN dari 4 unsur tersebut (Kemenkeu, polisi, kejaksaan, dan pemda).

Sejarah kelembagaan piutang negara dulunya sederet Direktorat Jendral. Sebelumnya setingkat
dengan kepala badan (badan urusan piutang negara). Namun, badan tidak bisa memiliki instansi
vertikal sehingga tahun 1991 ada fungsi lelang masuk, maka menjadi Direktorat Jendral piutang
dan lelang negara. Tahun 2006 berdirinya DJKN. Piutang negara di DJKN sekarang ada di satu
subdirektorat. Piutang negara ini unik dan menarik, satu-satunya lembaga yang mengurusinya
hanya PUPN.

DJKN itu ada 3 hal yang unik, yaitu 1) Barang Milik Negara (BMN), 2) Piutang, 3) Lelang
sebab tiga hal tersebut hanya ada di DJKN. Sub piutang dalam Audit Penghitungan Kerugian
Keuangan Negara (PKKN) masuk di DJKN. Ada 5 subdirektorat di dalam DJKN, yakni:
1. Perumusan kebijakan BMN I
2. Perumusan kebijakan BMN II
3. Perumusan kebijakan BMN III
4. Perumusan kebijakan kekayaan negara lain-lain (ABMAT, barang rampasan, barang kapal
tenggelam)
5. Piutang negara

Saat ini, piutang negara terjadi perombakan dimana dulu mengurusi stakeholder dengan 17
Kanwil dan 71 KPKNL, sekarang menggunakan konsep pengelolaan dengan peningkatan
menjadi 89 K/L, 20 ribu lebih SatKer, 38 provinsi, 50 ribu lebih kabupaten, dan 500 ribu kota
hanya dikelola pada satu subdirektorat.

Penguatan Struktur Keanggotaan PUPN


Salah satu cara penguatannya dengan menyusun rancangan Perpres tentang Panitia Urusan
Piutang Negara (Pengganti Perpres No 89 Tahun 2006) untuk menambah keanggotaan PUPN.
Urgensi penyusunan rancangan Perpres ini sebab ada satuan tugas Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) merupakan mitra PUPN yang mengurus piutang yaung sudah masuk ke PUPN
maupun yang belum.
perubahan dan pengembangan keanggotaaan PUPN dibagi menjadi 2 yaitu PUPN Pusat dan
PUPN Cabang. Output dari keanggotaan PUPN Pusat terwakili dari unsur :
1. Kementerian Keuangan;
2. Kemenko Bidang Polhukam (baru);
3. Polri;
4. Kejaksaan RI;
5. Kementerian ATR/BPN (baru);
6. Kemendagri (baru);
7. PPATK (baru).
Sementara itu, anggota PUPN Cabang terdiri dari :
1. Kementerian Keuangan
2. Polda;
3. Kejati;
4. Kanwil BPN (baru);
5. Pemda.
Tugas dari anggota baru :
1. Kemenko Polhukam, menyelenggarakan koordinasi dan singkronisasi perumusan,
penetapan, dan pelaksanaan kebijakan hukum terkait Piutang Negara.
2. Kementerian ATR/BPN, menyelenggarakan koordinasi dengan Kanwil BPN dalam
pelaksanaan pelacakan, penelusuran, dan informasi data fisik dan yuridis tanah.
3. Kemendagri, menyelenggarakan koordinasi dengan PEMDA selaku penyerah piutang
daerah ke PUPN.
4. PPATK, memberikan informasi keberadaan barang jaminan/harta lain milik penanggung
hutang/penjamin hutang

Awalnya terbitlah peraturan PUPN UU 49, turunannya langsung ke Menkeu dalam bentuk
PMK. Bentuk PMK berarti dianggap hanya untuk Kemenkeu, padahal peraturannya untuk
umum. Maka, disusunlah PP Nomor 28 tahun 2022 untuk PUPN. Selama 62 tahun baru berhasil
bikin 1 PP, sebagai turunan UU 49.
Dasar Hukum Piutang Negara

Pengurusan Piutang Negara yang Optimal


Setelah menyusun PP Nomor 28 Tahun 2022 tentang pengelolaan piutang negara, PUPN bisa
melakukan tindakan keperdataan dan tindakan pelayanan publik. Maka ketika dikorupsi, kita
akan memiskinkan koruptor dan membatasi perilaku debitur. Tindakan keperdataan antara lain
ketika debitur belum melunasi utang maka pihak yang bersangkutan tidak mendapatkan
pelayanan keuangan. DJKN bekerja sama dengan slip OJK, dengan memasukkan nama debitur
piutang negara, pihak tersebut tidak bisa mendapatkan layanan keuangan, membuat rekening,
apalagi mendapat pinjaman, jadi debitur tersebut tidak mendapatkan fasilitas apapun.

Sementara tindakan layanan publik contohnya ketika debitur yang masuk dalam pengurusan
piutang negara, kalau tidak bisa melunasi, maka tidak akan mendapatkan layanan publik, seperti:
ketika akan membuat paspor, debitur sudah tidak dapat melakukannya dan harus menunggu
revisi PMK 151 DJA. PUPN bisa melakukan tindakan layanan publik dengan memasukkan
nama debitur ke sistem simfoni DJA. Nantinya DJA Automatic debit system, maka waktu
membayar paspor sudah tidak bisa dilakukan. Lalu izin kepada KLHK atau SDM karena tidak
bisa bayar PNBP pula sehingga mau tidak mau dia akan melunasi kewajiban ke negara. Selain
itu, DJKN juga bekerja sama dengan DJP di mana seseorang memerlukan Surat Keterangan
Fiskal untuk pemenuhan syarat sebagai wajib pajak ingin melakukan suatu kegiatan tertentu
dengan pihak lain. Maka, debitur yang belum melunasi utangnya tidak dapat mendapatkan SKF
sehingga tidak dapat melakukan suatu kegiatan dengan pihak lain, seperti pengadaan
barang/jasa, atau untuk memperoleh pelayanan tertentu contohnya Tax Holiday.

Penguatan peran PUPN yaitu dengan mengembalikkan piutang negara. Saat ini keadaan piutang
negara memiliki sisa outstanding >1 M. Jika debitur tidak menunjukkan iktikad baik, maka ada
surat paksa yang dikeluarkan oleh PUPN. Sebelum diterbitkan surat paksa, PUPN akan
mengeluarkan surat pengurusan, lalu memanggil debitur untuk membicarakan perihal utangnya.
Jika mereka tidak hadir, barulah surat paksa dikeluarkan. Surat paksa tersebut diisi berisi jumlah
yang harus dilunasi dengan ciri khas dari PUPN.

PUPN memiliki kewenangan untuk paksa badan (gijzeling). Melalui PP No 28 Tahun 2022,
PUPN diberikan semacam kuasa untuk langsung membawa debitur ke pengadilan ataupun
langsung bisa menyita barang milik debitur, melelang, bahkan mencegah debitur pergi ke luar
negeri. Hal ini dilakukan dalam rangka memaksa debitur untuk memenuhi kewajibannya.
Seperti yang telah disampaikan di atas, PP No 28 Tahun 2022 memuat tindakan keperdataan
dan tindakan layanan publik yang diharapkan memiliki peran dalam negara untuk
menyelesaikan kewajiban debitur piutang.

Pengurusan piutang negara yang optimal juga dilakukan dengan Crash Program Keringanan
Utang 2023. Upaya tidak hanya penagihan tetapi juga keperdataan untuk mengurangi
outsanding piutang. Piutang negara hampir 44 ribu T dengan outsanding 188 T. Diharapkan
dengan terbitnya PP yang baru dapat mempercepatnya, sebab 1 debitur bisa mempunyai berapa
triliun utang.

Pengurusan piutang negara yang optimal selanjutnya dengan tindakan keperdataan dan/atau
layanan publik. Pada sebelumnya, telah diberikan contoh mengenai Automatic Blocking System
(ABS) melalui simponi DJA membuat debitur tidak dapat melakukan perjalanan ke luar negeri.
Selain itu, ada CEISA (DJBC) merupakan aplikasi penghubung penggunaan jasa dengan BC.
DJKN telah bekerja sama dengan DJBC di mana seorang debitur nantinya akan terhambat dalam
proses bea cukai dan ekspor impornya. Selanjutnya, ada kerjasama juga dengan DJP melalui
DJPOnline atas permintaan PUPN seperti tidak dikeluarkannya SKF untuk debitur membuka
usaha. Debitur juga tidak bisa melakukan tender barang pemerintahan karena namanya telah
dicatat oleh LKPP. Selain hal tersebut, PP No 28 tahun 2022 juga bisa menghambat debitur saat
mendaftar sebagai pejabat publik.

Peningkatan Kehandalan Aplikasi FocusPN


Aplikasi FocusPN dapat digunakan sebagai alat kerja dan dokumen tahapan pengurusan piutang
negara telah terdokumentasi secara digital. Ketika masuk dalam aplikasi FocusPN memiliki data
semacam nama orang/badan hukum yang berutang, nama direksi, melakukan filtering,
profelling, pihak yang bertanggungjawab atas pelunasan piutang negaranya. PUPN memperluas
pihak yang menjadi penanggung hutang, tidak hanya orang yang menandatangani perjanjian,
namun juga orang lain yaitu penjamin. Di PP, ditambahkan 1 pihak lagi, yaitu pihak yang
memroleh hak, siapapun yang dapat maka bisa dilakukan tindakan pengurusan piutang negara
(bisa anak, istri, pihak ke 3, dll). Bisa melakukan tracing apakah ada pihak ke 3 nya.
IKU Mandatory Akurasi Basis Data Piutang Negara pada Aplikasi FocusPN dengan kegiatan
melakukan uploading softcopy dokumen tahapan pengurusan piutang, direview oleh Bidang PN
Kanwil dan divalidasi Dit. PKKN. Target :
• Kanwil dengan BKPN s.d 1.000 : 80%
• Kanwil dengan BKPN 1.001 s.d 5.000 : 70%
• Kanwil dengan BKPN • 5.001 s.d 10.000 : 60%
• Kanwil dengan BKPN >10.000 : 50%

Peningkatan Kompetensi Juru Sita dan Pemeriksa Piutang Negara


Dalam rangka proses penagihan, dikembangkan SDM yaitu para pelaksana juru sita. Juru sita
tidak bisa dilakukan oleh seluruh peegwai DJKN tetapi hanya pegawai DJKN yang ditugaskan
sebagai juru sita negara. Seperti halnya tidak semua pegawai DJKN bisa melakukan lelang tetapi
hanya yang ditugaskan sebagai pelelang saja. Yang sudah fungsional dan spesialisasi di DJKN
itu penilai dan lelang, sementara juru sita belum masuk.

Kompetensi (pengetahuan & keterampilan) Juru Sita dan Pemeriksa Piutang negara terukur dan
hasil uji kompetensi dapat digunakan sebagai dasar pengembangan SDM. Tugas pengurusan
piutang negara itu kaya intelijen. Ketika debitu dipanggil pasang muka melas, ternyata yang
dipermukaan itu belum tentu. Ternyata saat ditracing hartanya ratusan milyar. Bisa tracing aset,
orang, rekening, harta di mana saja, bahkan rumah di negara lain bisa aja punya. Aset yang
masih disembunyikan, dalam pengurusannya disebut harta kekayaan lain. Namun, tidak ada
jaminan bahwa seluruh jaminan tersebut dapat mencover semua utang.
Dulu ada prinsip 5C (character, capacity, capital, collateral dan condition dari debitur) sebagai
prosedur pemberian kredit. Namun, perlu upaya lain untuk mencoba mengendalikan hak negara.
SEhingga diharapkan seluruh kegiatan debitur bisa diawasi, tracing, dan dibatasi.

Uji Kompetensi Juru Sita dan Pemeriksa Piutang Negara (Tahap II) Target 60 peserta dari :
• Kanwil DKJN Jabar
• Kanwil DJKN Jateng & DIY
• Kanwil DJKN Lamkulu

Penyempurnaan Peraturan/Kebijakan terkait Piutang Negara


Turunan PP No 28 tahun 2022 untuk lebih mengoptimalkan pengurusan piutang negara.
Melakukan penyelesaian Rancangan Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan/Direktur Jenderal
Kekayaan Negara terkait Piutang negara. Maka, PUPN bisa mengcover dan menyelesaikan
sebagaimana mestinya, sehingaa piutang bisa ditagih. Berikut beberapa turunan PP No 28 tahun
2022 :
1. Perpres tentang PUPN
2. PMK tentang Pembelian Barang Jaminan oleh Penyerah Piutang
3. PMK tentang Pengurusan Piutang Badan Publik/Khusus (Sui Generis, contohnya BPJS,
LPP, PUPN)
4. PMK tentang Keanggotaan dan Tata Kerja PUPN (Revisi PMK 102/2017)
5. KMK tentang Format Naskah Dinas PUPN (Revisi KMK 724/2017)
6. PMK tentang Pengurusan Piutang Negara (Revisi PMK 240/2016)
7. PMK tentang Crash Program 2023
8. PMK tentang Tindakan Keperdataan
9. Perbaikan SOP

NOTULENSI TANYA JAWAB NARASUMBER 2


Pertanyaan: DJKN saat ini melakukan pengurusan, dalam
LKPP itu belum semua diserahkan ke PUPN.
Arya Bima Putra_ASP 2-7 Kategori yang bisa diserahkan ke PUPN
1. Bagaimana DJKN melibatkan stakeholder adalah kategori macet. 2021 itu hampir
internal dan eksternal dalam implementasi terbentuk 300T piutang terebentuk, penyisihan
SAMP (Strategic Asset Management Plan) 200T. Neto 40-50 T. Dapat disampaikan
dalam pengelolaan piutang negara, termasuk bahwa dari jumlah sekian itu baru sekian T
dalam hal konsultasi, komunikasi, dan yang diserahkan ke PUPN. 303,4 T, 233,9 T
kerjasama dengan pihak terkait, serta atau 77,3% penyisihan, sisanya netto. Netto
dicoba untuk ditingkatkan dan penyisihan
bagaimana DJKN memastikan koordinasi
diturunkan. Berbagai upaya untuk pemetaan
yang efektif dalam rangka pencapaian tujuan piutang yang belum diserahkan ke PUPN.
SAMP dalam pengelolaan piutang negara? Rata-rata gelondongan tapi tidak tahu siapa,
kenapa, alamat, barang jaminan, apa, dan
upaya apa untuk penagihan. Sehingga lagi
menyusun regulasi, bagaimana K/L
melakukan penatausahaan.

Terkait pengurusan, seperti yang telah


dijelaskan ada 2 keanggoataan PUPN, yaitu
Pusat dan Cabang. Pusat itu dari DJKN ex-
officio ketua PUPN pusat yang terdiri dari
berbagai unsur tadi. Kalau PUPN cabang
untuk operasional yang dilakukan PUPN-C
ketuanya kepala Kanwil dari KPKNL yang
mana KPKNL tidak berkedudukan 1 kota
dengan Kanwil dan berada di kedudukan kota
provinsi yang terpisah dengan Kepala Kanwil.
Koordinasi secara ex-officio, tindakan kolektif
melibatkan seluruh anggota PUPN-C.

Saat ini, sedang ada pemetaan dengan berdasar


laporan piutang. Nantinya, setelah ada LKPP
akan didetailkan sehingga tindakan
pengelolaan tidak terjadi piutang-piutang baru
dan menurunkan penyisihan piutang tak
tertagih. Bahan regulasi yang dibaca saat ini
PP No 163 tahun 2020 tentang pengelolaan
piutang negara dan pengurusan piutang
sederhana. PP ini berisi apa yang harus
dilakukan pemilik piutang dalam rangka
penatausahaan, jadi bisa diselesaikan dengan
pengelolaan dan penerbitan telah optimal
sebagai dasar penghapusan piutang.

Penanya : I Gusti Agung Gede Cahaya Isu PSBD, tingkat optimalisasi pengurusan
R._ASP 2-11 piutang negara oleh PSBDT sebagai dasar
2. Terkait PSBDT. Ada isu bahwa piutang- apakah nanti dihapus? Perlu ditekankan bahwa
piutang BKPN yang sudah memenuhi PSBDT tidak berarti penghapusan, tetapi
persyaratan ditetapkan PSBDT. Tetapi belum tindakan akhir PUPN sebagai langkah
optimalisasi. Jika debitur memiliki kekayaan
ditetapkan, alasannya resiko dan jeratan
lagi, PSBDT bisa dikembalikan menjadi
hukum padahal ada PMK 138. Apakah isu ini berkas aktif. Berkas kalau masuk PSBDT
masih terjadi hingga sekarang? Bagaimana dinyatakan sebagai berkas non aktif. PMK 163
solusi agar tidak terjadi sekarang? Tahun 2020. Syarat PSBDT adalah penelitian
lapangan dan pemeriksaan lapangan, harus
teliti apakah debitur benar-benar tidak punya
kemampuan? Saat sudah tida ada keraguan,
karena rule jelas, tapi bukan mengakibatkan
piutang dihapus, tpi sementara piutang tidak
dapat ditagih. Beberapa kejadian PSBDT
tetapi ternyata masih punya aset. Semua
pekerjaan ada risiko, tapi meminimalisasi
dengan ketentuan PMK 240 tahun 2016.

Di sebutkan pula kapan BKPN atau debitur


dapat dilakukan PSBDT, misal kecil ada
penyataan pernyataan piutang, yaitu 1) tidak
tahu tempat tinggal, 2) tidak punya
kemampuan. Untuk menjaga akuntabilitas
PSBDT yang diterbitkan, kalau kepemilikan
harta tinggal 8 juta langsung tidak diteliti,
tetapi kalau besar tetap melakukan penilitian.
Jadi, risiko tidak ada lagi karena sudah diawasi
dengan ketat.

Closing Statement Narasumber 2


Bangga jadi pegawai Kemenkeu karena beda dengan K/L lain.

Kesimpulan Moderator
1. DJKN saat ini sedang melakukan reorganisasi dan reformulasi untuk berubah menjadi organisasi
yang lebih baik untuk menjalankan tuksinya, membawa perbaikan, dan dapat diundang atas
kompetensinya.
2. Pengelolaan BMN saat ini sudah menuju ke arah HBU (Highest Best Use) serta agar BMN dapat
berkontribusi sebesar-besarnya.
Pengelolaan piutang negara saat ini dalam proses penguatan DJKN, khusunya pengelolaan piutang
negara dengan perannya dalam PUPN. Perbaikan pengelolaan piutang negara belum tahu selesai
kapan namun memberi potensi dan optimisme piutang negara bisa lebih baik. Apalagi Kemenkeu
saat ini butuh dukungan dari penggawa keuangan negara terutama lulusan PKN STAN

Anda mungkin juga menyukai