Moderator : Beta Andri Anggiano Uliansyah, S.S.T., M.Acc. (Dosen PKN STAN)
Sambutan : Dr. Budi Mulyana, S.E., M.Si. (Ketua Prodi D-IV Manajemen Keuangan Negara)
Narasumber 1: Yoni Ardianto, S.H., M.B.A. (Kepala Subdirektorat Pengelolaan Kekayaan
Negara I, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara)
Narasumber 2: Sumarsono, S.H., M.H. (Kepala Subdirektorat Perumusan Kebijakan Piutang
Negara, Direktorat Perumusan Kebijakan Kekayaan Negara)
BMN/D yang berasal dari APBN/D dapat termasuk pembelian atau belanja modal.
1. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan BMN adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN
untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.
Terdapat RKBMN (rencana kebutuhan BMN), akan dilihat pada saat K/L ingin
mengadakan atau akan membeli aset untuk keperluannya. RKBMN diajukan secara
berjenjang, dimulai dari satuan kerja atau kantor. Contohnya: KPNL Tangerang I atau
II, di STAN terdapat KPP Pondok Aren.
Dari kantor-kantor operasional tersebut, jika ingin memperluas bangunan atau membeli
kendaraan, maka merencanakan kebutuhan BMN secara berjenjang ke eselon I.
Kemudian rekap dan analisa menjadi satu kesatuan rencana kebutuhan K/L. Sisi spek
barangnya juga dianalisis, dari K/L akan sampaikan ke DJKN untuk ditelaah dan
ditetapkan. RKBMN ditangani oleh DPKN. Pengadaan barang dan jasa direalisasikan
bisa hingga T+2.
Kebutuhan dicocokkan dengan standarnya, yaitu SBSK (Standar Barang dan Standar
Kebutuhan).
- Standar Barang terkait dengan spesifikasinya.
Misalnya ketentuan cc mobil, jenis mobil, dll.
- Standar Kebutuhan terkait dengan jumlah dari kebutuhannya
Misalnya Satker KPP Pondok Aren saat pengadaan kendaraan maka yang
dipenuhi sejumlah kebutuhannya saja.
Setalah RKBMN ditetapkan, ditelaah bersama, Melihat BMN Existing. Apabila ternyata
masih ada barang berlebih maka pakai itu terlebih dahulu. Kalau tidak ada, kemudian
lihat BMN Iddle. Kalau ada, sampaikan ke K/L, kalau cocok maka memakai itu saja
tanpa perlu membeli.
Apabila tidak sesuai dengan standar, misalnya kantor A terdiri dari 30 pegawai, luas
500m. kantor B tanpa standar bisa jadi usul 1500m dengan jumlah pegawai yang sama.
Akhirnya bisa beda antara satu satker lain. Jadi ada inefisiensi
2. Penganggaran.
Setelah penetapan tentu melihat ketersediaan anggaran. Tergantung ketersediaan
anggaran. Penganggaran terkait RKBMN, misal membutuhkan 15 unit tetapi
anggarannya hanya cukup untuk 12 unit, maka 3 unitnya bisa dianggarkan ke tahun
berikutnya apabila masih dibutuhkan. Penganggaran jangan sampai berlebihan juga,
karena uang bisa disalurkan ke tempat lain
3. Pengadaan
Peraturan pengadaan barang dan jasa secara umum nanti dibina juga pengguna barang.
4. Penggunaan
Setiap BMN ditetapkan status penggunaannya. Kecuali persediaan, konstruksi dalam
pengerjaan, dan ada beberapa pengecualian lainnya. Pihak yang menetapkan adalah
Kementrian keuangan dan ada juga alih status penggunaan. Oleh karena itu terdapat
istilah pengguna barang (K/L, Kuasanya satker) dan pengelola barang (Kemenkeu,
Kuasanya DJKN). Dalam Kemenkeu, pengguna barang adalah Sekjen, sedangkan
pengelolanya adalah DJKN
5. Pemanfaatan BMN
BMN bisa dimanfaatkan untuk PNBP. Kecuali, pinjam pakai dengan pemerintah daerah
itu tidak ada PNBP. Sedangkan seperti sewa, kerja sama pemanfaatan (KSP), Bangun
Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna (BSG), dan Penyediaan Infrastruktur. Untuk
yang sering diproses itu adalah Sewa, KSP, dan KSP-I. Sedangkan BGS/BSG/Ketupi itu
jarang
6. Penilaian
Memperhatikan untuk,
1. Penyajian Laporan Keuangan
2. Pemanfaatan
3. Pemindahtanganan
7. Pengamanan
Keamanan BMN ada di penggunaa barang, termasuk juga penertiban
8. Pemeliharaan,
Berada di ranah pengguna barang, penatausahaan juga di pengguna barang
9. Pemindahtanganan
Bisa karena tidak dipakai lagi, atau ada barang lain yang lebih optimal atau bagus
10. Penatausahaan
Terdapat tiga kegiatan, yaitu pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan.
11. Pemusnahan,
Barang yang tidak layak atau rahasia negara
12. Penghapusan
Menghapus dari buku, daftar barang dan buku
Asas-Asas
Setiap siklus terdapat asas yang diterapkan, antara lain
- Asas fungsional
- Asas kepastian hukum
- Asas transparansi dan keterbukaan
- Asas efisiensi
- Asas akuntabilitas
- Asas kepastian nilai
Catatan
Contoh dari pemanfaatan BMN adalah di sepanjang jalan tol kemudian kereta cepat jakarta
bandung. Pihak tersebut membayar sewa. Kemudian di Halim, Stasiun tersebut juga membayar
sewa. Halim tersebut adalah aset TNI.
Sejarah kelembagaan piutang negara dulunya sederet Direktorat Jendral. Sebelumnya setingkat
dengan kepala badan (badan urusan piutang negara). Namun, badan tidak bisa memiliki instansi
vertikal sehingga tahun 1991 ada fungsi lelang masuk, maka menjadi Direktorat Jendral piutang
dan lelang negara. Tahun 2006 berdirinya DJKN. Piutang negara di DJKN sekarang ada di satu
subdirektorat. Piutang negara ini unik dan menarik, satu-satunya lembaga yang mengurusinya
hanya PUPN.
DJKN itu ada 3 hal yang unik, yaitu 1) Barang Milik Negara (BMN), 2) Piutang, 3) Lelang
sebab tiga hal tersebut hanya ada di DJKN. Sub piutang dalam Audit Penghitungan Kerugian
Keuangan Negara (PKKN) masuk di DJKN. Ada 5 subdirektorat di dalam DJKN, yakni:
1. Perumusan kebijakan BMN I
2. Perumusan kebijakan BMN II
3. Perumusan kebijakan BMN III
4. Perumusan kebijakan kekayaan negara lain-lain (ABMAT, barang rampasan, barang kapal
tenggelam)
5. Piutang negara
Saat ini, piutang negara terjadi perombakan dimana dulu mengurusi stakeholder dengan 17
Kanwil dan 71 KPKNL, sekarang menggunakan konsep pengelolaan dengan peningkatan
menjadi 89 K/L, 20 ribu lebih SatKer, 38 provinsi, 50 ribu lebih kabupaten, dan 500 ribu kota
hanya dikelola pada satu subdirektorat.
Awalnya terbitlah peraturan PUPN UU 49, turunannya langsung ke Menkeu dalam bentuk
PMK. Bentuk PMK berarti dianggap hanya untuk Kemenkeu, padahal peraturannya untuk
umum. Maka, disusunlah PP Nomor 28 tahun 2022 untuk PUPN. Selama 62 tahun baru berhasil
bikin 1 PP, sebagai turunan UU 49.
Dasar Hukum Piutang Negara
Sementara tindakan layanan publik contohnya ketika debitur yang masuk dalam pengurusan
piutang negara, kalau tidak bisa melunasi, maka tidak akan mendapatkan layanan publik, seperti:
ketika akan membuat paspor, debitur sudah tidak dapat melakukannya dan harus menunggu
revisi PMK 151 DJA. PUPN bisa melakukan tindakan layanan publik dengan memasukkan
nama debitur ke sistem simfoni DJA. Nantinya DJA Automatic debit system, maka waktu
membayar paspor sudah tidak bisa dilakukan. Lalu izin kepada KLHK atau SDM karena tidak
bisa bayar PNBP pula sehingga mau tidak mau dia akan melunasi kewajiban ke negara. Selain
itu, DJKN juga bekerja sama dengan DJP di mana seseorang memerlukan Surat Keterangan
Fiskal untuk pemenuhan syarat sebagai wajib pajak ingin melakukan suatu kegiatan tertentu
dengan pihak lain. Maka, debitur yang belum melunasi utangnya tidak dapat mendapatkan SKF
sehingga tidak dapat melakukan suatu kegiatan dengan pihak lain, seperti pengadaan
barang/jasa, atau untuk memperoleh pelayanan tertentu contohnya Tax Holiday.
Penguatan peran PUPN yaitu dengan mengembalikkan piutang negara. Saat ini keadaan piutang
negara memiliki sisa outstanding >1 M. Jika debitur tidak menunjukkan iktikad baik, maka ada
surat paksa yang dikeluarkan oleh PUPN. Sebelum diterbitkan surat paksa, PUPN akan
mengeluarkan surat pengurusan, lalu memanggil debitur untuk membicarakan perihal utangnya.
Jika mereka tidak hadir, barulah surat paksa dikeluarkan. Surat paksa tersebut diisi berisi jumlah
yang harus dilunasi dengan ciri khas dari PUPN.
PUPN memiliki kewenangan untuk paksa badan (gijzeling). Melalui PP No 28 Tahun 2022,
PUPN diberikan semacam kuasa untuk langsung membawa debitur ke pengadilan ataupun
langsung bisa menyita barang milik debitur, melelang, bahkan mencegah debitur pergi ke luar
negeri. Hal ini dilakukan dalam rangka memaksa debitur untuk memenuhi kewajibannya.
Seperti yang telah disampaikan di atas, PP No 28 Tahun 2022 memuat tindakan keperdataan
dan tindakan layanan publik yang diharapkan memiliki peran dalam negara untuk
menyelesaikan kewajiban debitur piutang.
Pengurusan piutang negara yang optimal juga dilakukan dengan Crash Program Keringanan
Utang 2023. Upaya tidak hanya penagihan tetapi juga keperdataan untuk mengurangi
outsanding piutang. Piutang negara hampir 44 ribu T dengan outsanding 188 T. Diharapkan
dengan terbitnya PP yang baru dapat mempercepatnya, sebab 1 debitur bisa mempunyai berapa
triliun utang.
Pengurusan piutang negara yang optimal selanjutnya dengan tindakan keperdataan dan/atau
layanan publik. Pada sebelumnya, telah diberikan contoh mengenai Automatic Blocking System
(ABS) melalui simponi DJA membuat debitur tidak dapat melakukan perjalanan ke luar negeri.
Selain itu, ada CEISA (DJBC) merupakan aplikasi penghubung penggunaan jasa dengan BC.
DJKN telah bekerja sama dengan DJBC di mana seorang debitur nantinya akan terhambat dalam
proses bea cukai dan ekspor impornya. Selanjutnya, ada kerjasama juga dengan DJP melalui
DJPOnline atas permintaan PUPN seperti tidak dikeluarkannya SKF untuk debitur membuka
usaha. Debitur juga tidak bisa melakukan tender barang pemerintahan karena namanya telah
dicatat oleh LKPP. Selain hal tersebut, PP No 28 tahun 2022 juga bisa menghambat debitur saat
mendaftar sebagai pejabat publik.
Kompetensi (pengetahuan & keterampilan) Juru Sita dan Pemeriksa Piutang negara terukur dan
hasil uji kompetensi dapat digunakan sebagai dasar pengembangan SDM. Tugas pengurusan
piutang negara itu kaya intelijen. Ketika debitu dipanggil pasang muka melas, ternyata yang
dipermukaan itu belum tentu. Ternyata saat ditracing hartanya ratusan milyar. Bisa tracing aset,
orang, rekening, harta di mana saja, bahkan rumah di negara lain bisa aja punya. Aset yang
masih disembunyikan, dalam pengurusannya disebut harta kekayaan lain. Namun, tidak ada
jaminan bahwa seluruh jaminan tersebut dapat mencover semua utang.
Dulu ada prinsip 5C (character, capacity, capital, collateral dan condition dari debitur) sebagai
prosedur pemberian kredit. Namun, perlu upaya lain untuk mencoba mengendalikan hak negara.
SEhingga diharapkan seluruh kegiatan debitur bisa diawasi, tracing, dan dibatasi.
Uji Kompetensi Juru Sita dan Pemeriksa Piutang Negara (Tahap II) Target 60 peserta dari :
• Kanwil DKJN Jabar
• Kanwil DJKN Jateng & DIY
• Kanwil DJKN Lamkulu
Penanya : I Gusti Agung Gede Cahaya Isu PSBD, tingkat optimalisasi pengurusan
R._ASP 2-11 piutang negara oleh PSBDT sebagai dasar
2. Terkait PSBDT. Ada isu bahwa piutang- apakah nanti dihapus? Perlu ditekankan bahwa
piutang BKPN yang sudah memenuhi PSBDT tidak berarti penghapusan, tetapi
persyaratan ditetapkan PSBDT. Tetapi belum tindakan akhir PUPN sebagai langkah
optimalisasi. Jika debitur memiliki kekayaan
ditetapkan, alasannya resiko dan jeratan
lagi, PSBDT bisa dikembalikan menjadi
hukum padahal ada PMK 138. Apakah isu ini berkas aktif. Berkas kalau masuk PSBDT
masih terjadi hingga sekarang? Bagaimana dinyatakan sebagai berkas non aktif. PMK 163
solusi agar tidak terjadi sekarang? Tahun 2020. Syarat PSBDT adalah penelitian
lapangan dan pemeriksaan lapangan, harus
teliti apakah debitur benar-benar tidak punya
kemampuan? Saat sudah tida ada keraguan,
karena rule jelas, tapi bukan mengakibatkan
piutang dihapus, tpi sementara piutang tidak
dapat ditagih. Beberapa kejadian PSBDT
tetapi ternyata masih punya aset. Semua
pekerjaan ada risiko, tapi meminimalisasi
dengan ketentuan PMK 240 tahun 2016.
Kesimpulan Moderator
1. DJKN saat ini sedang melakukan reorganisasi dan reformulasi untuk berubah menjadi organisasi
yang lebih baik untuk menjalankan tuksinya, membawa perbaikan, dan dapat diundang atas
kompetensinya.
2. Pengelolaan BMN saat ini sudah menuju ke arah HBU (Highest Best Use) serta agar BMN dapat
berkontribusi sebesar-besarnya.
Pengelolaan piutang negara saat ini dalam proses penguatan DJKN, khusunya pengelolaan piutang
negara dengan perannya dalam PUPN. Perbaikan pengelolaan piutang negara belum tahu selesai
kapan namun memberi potensi dan optimisme piutang negara bisa lebih baik. Apalagi Kemenkeu
saat ini butuh dukungan dari penggawa keuangan negara terutama lulusan PKN STAN