Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sarana atau media transfer ilmu
pengetahuan yang senantiasa diperlukan oleh setiap pegawai dalam rangka meningkatkan
kompetensinya guna pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mengantisipasi
permasalahan dan pemenuhan kebutuhan kerja di masa depan.
Modul ‘Penatausahaan Barang Milik Negara’ ini disusun guna memenuhi kebutuhan
kediklatan baik klasikal maupun e-learning yang diselenggarakan oleh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Hukum dan HAM agar dapat
memberi bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
Dengan menggunakan modul ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan
kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas di bidang penatausahaan BMN.
Kami menghargai dan berterima kasih atas upaya penulis dan preview dalam
mempersiapkan dan menyusun modul ini sehingga turut membantu memberikan
kemudahan bagi peserta pendidikan dan pelatihan di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Hukum dan HAM.

Jakarta, September 2019


Kepala Biro Pengelolaan BMN

Wisnu Nugroho Dewanto


NIP. 19680521 199903 1 001
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan

1. Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN)


a. Dasar Hukum
b. Ruang Lingkup
c. Organisasi Penanggungjawab BMN
d. Tugas dan Fungsi Unit Penatausahaan BMN

2. Pembukuan BMN
a. Pengertian BMN
b. Jenis BMN
c. Transaksi Pembukuan
d. Proses Pembukuan

3. Inventarisasi BMN
a. Ketentuan Umum
b. Tata Cara Inventarisasi
c. Tata Cara Opname Fisik

4. Pelaporan BMN
a. Batasan Penyajian Daftar BMN dan Penyampaian Daftar Mutasi BMN
b. Batasan Penyajian untuk Pelaporan BMN
c. Tata Cara Pelaporan BMN Tingkat UAKPB
d. Jadwal Pelaporan BMN

5. Kebijakan Akuntansi BMN


a. Persediaan
b. Konstruksi Dalam Pengerjaan
c. Rekonsiliasi Laporan BMN
PENDAHULUAN

A. Pengantar
Modul ‘Penatausahaan Barang Milik Negara’ ini disusun sebagai salah satu referensi bagi
peserta diklat baik secara klasikal maupun e-learning (metode belajar jarak jauh).
Materi dalam modul ini difokuskan pada empat hal sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup penatausahaan BMN;
2. Memperkenalkan istilah-istilah yang berkenaan dengan akuntansi aset tetap;
3. Menjelaskan organisasi serta tugas dan fungsi unit penatausahaan BMN;
4. Syarat dan prosedur pelaksanaan penatausahaan BMN.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian BMN dan nilai kapitalisasi;
2. Memahami ruang lingkup penatausahaan BMN;
3. Memahami akuntansi aset tetap dan aset lancar;
4. Membedakan antara aset tetap dan aset lancar;
5. Memahami pencatatan BMN sesuai standar akuntansi pemerintahan.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Secara spesifik setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan aset tetap dan aset lancar;
2. Menjelaskan lingkup tugas terkait penatausahaan BMN;
3. Menjelaskan transaksi-transaksi dalam penatausahaan BMN;
4. Memproses/menindaklanjuti hasil perolehan BMN sesuai ketentuan;
5. Menyusun Laporan BMN.
Kegiatan Belajar 1
Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN)

Pada kegiatan belajar 1 ini kita akan mendiskusikan dasar hukum, ruang lingkup,
pelaksana, serta tugas dan fungsi penatausahaan BMN.
Anda disarankan membaca modul ini, mengerjakan latihan-latihan soal dan mendiskusikan
soal latihan yang diberikan oleh pengajar secara bersama-sama di lingkungan kerja dan
sesama peserta diklat.

A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan

Kodefikasi Barang Milik Negara;


6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan
Barang Milik Negara;
7. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-02.KU.05.01 Tahun

2017 tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.

B. Ruang Lingkup, Sasaran dan Tujuan


Ruang Lingkup BMN menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN meliputi kegiatan pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan. Lingkup tersebut mencakup semua tingkatan unit
akuntansi yang ada di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI.
Sedangkan sasaran penatausahaan BMN meliputi :
1. Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN;
2. Semua barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah yang meliputi barang
yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenisnya, diperoleh sebagai
pelaksanaan perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan dan diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Penatausahaan BMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan
informasi yang diperlukan sebagai bentuk tertib administrasi dan pertanggungjawaban
atas pengelolaan BMN yang dikuasai oleh suatu unit organisasi.
Dengan kata lain artinya penatausahaan BMN dilakukan dengan menggunakan
sistem pencatatan, pembukuan dan pelaporan yang baik agar menghasilkan data yang
benar, lengkap, reliabel dan akurat. Sedangkan Informasi yang dihasilkan dari
penatausahaan BMN digunakan sebagai bahan :
1. Penghitungan kekayaan negara, artinya informasi yang dihasilkan dari hasil
penghitungan jumlah dan nilai barang dapat digunakan dalam penyusunan laporan
BMN.
2. Pengawasan BMN, artinya mekanisme penatausahaan BMN memudahkan pelaksana
BMN dalam melakukan pengawasan BMN yang ada dalam lingkup tanggung
jawabnya.
3. Penyusunan kebijakan dalam rangka pengelolaan BMN

C. Pelaksana Penatausahaan BMN


Dalam pengelolaan BMN, Menteri Keuangan adalah Pengelola Barang sedangkan
Menteri Hukum dan HAM adalah Pengguna Barang, dan Kepala Kantor Satuan Kerja di
lingkungan Kementerian Hukum dan HAM adalah Kuasa Pengguna Barang. Dasar
pengaturan mengenai tugas dan tanggung jawab pejabat pengguna barang adalah
sebagai berikut:
a. Menteri Hukum dan HAM selaku pengguna barang mempunyai fungsi yang mengacu
pada Pasal 9 huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 serta Pasal 4 huruf g
dan huruf h, Pasal 42 ayat (2), dan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
yaitu mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya.
b. Fungsi Menteri Hukum dan HAM selaku pengguna barang pada dasarnya
menyangkut penggunaan BMN yang ada dalam penguasaannya dalam rangka
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian.
Dalam melaksanakan fungsi dimaksud, Menteri berwenang menunjuk Pembantu Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang.
Penatausahaan BMN di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM dilaksanakan pada tiap
tingkatan unit kerja yang menguasai BMN sesuai dengan struktur organisasi di lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM RI yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)


Penanggung Jawab : Menteri Hukum dan HAM
Pejabat Operasional : Sekretaris Jenderal
Pejabat Pelaksana : Kepala Biro Pengelolaan BMN
Kepala Bagian Penatausahaan BMN
Kepala Sub Bagian Penatausahaan BMN
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1)


Penanggung Jawab : Pimpinan Unit Eselon 1/Pejabat Eselon 1
Pejabat Operasional : Sekretaris Unit Eselon 1
Pejabat Pelaksana : Kepala Bagian Pengelolaan BMN dan Umum
Kepala Sub Bagian Pengelolaan BMN/Penatausahaan dan
Penghapusan
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum
Khusus untuk Sekretariat Jenderal, Pejabat Operasional dilaksanakan oleh Kepala Biro
Pengelolaan BMN.

c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W)


Penanggung Jawab : Kepala Kantor Wilayah
Pejabat Operasional : Kepala Divisi Administrasi
Pejabat Pelaksana : Kepala Bagian Umum
Kepala Sub Bagian Pengelolaan Keuangan dan BMN
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum

d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)


1) Unit Eselon 1 Sekretariat Jenderal
Penanggung Jawab : Kepala Biro Umum
Pejabat Operasional : Kepala Bagian Rumah Tangga
Pejabat Pelaksana : Kepala Sub Bagian Pengelolaan BMN
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum
2) Unit Eselon I lainnya selain Sekretariat Jenderal
Penanggung Jawab : Sekretaris Unit Eselon I
Pejabat Operasional : Kepala Bagian Pengelolaan BMN dan Umum
Pejabat Pelaksana : Kepala Sub Bagian Pengelolaan BMN/Penatausahaan
dan Penghapusan
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum

3) Kantor Wilayah
Penanggung Jawab : Kepala Divisi Administrasi
Pejabat Operasional : Kepala Bagian Umum
Pejabat Pelaksana : Kepala Sub Bagian Pengelolaan Keuangan dan BMN
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum

4) Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Penanggung Jawab : Kepala UPT
Pejabat Operasional : Pejabat Eselon III/IV yang menangani BMN
Pejabat Pelaksana : Pejabat Eselon IV/V yang menangani BMN
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum
Disamping penanggung jawab unit penatausahaan ditetapkan pula petugas pelaksana
penatausahaan BMN pada setiap tingkatan yang terdiri dari :
a. Petugas Administrasi dan Verifikasi
b. Operator SIMAK BMN
c. Operator Persediaan

D. Tugas dan Fungsi Unit Akuntansi BMN


Tugas pokok penanggung jawab Unit Akuntansi BMN adalah menyelenggarakan
penatausahaan dan akuntansi BMN di lingkungan satuan kerja/UPT, dengan fungsi :
1. Menyelenggarakan sistem manajemen informasi dan sistem akuntansi BMN,
2. Menyelenggarakan penatausahaan BMN;
3. Menyelenggarakan inventarisasi BMN;
4. Menyusun dan menyampaikan Laporan BMN serta jurnal transaksi BMN secara
berkala.
Sedangkan kegiatan unit akuntansi BMN adalah:
1. Menunjuk dan menetapkan Petugas pelaksana penatausahaan dan akuntansi BMN;
2. Menyiapkan rencana dan mengkoordinasikan pelaksanaan manajemen informasi
dan sistem akuntansi BMN;
3. Menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar sehubungan
dengan pelaksanaan sistem;
4. Mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana;
5. Mengkoordinasikan pelaksanaan inventarisasi;
6. Menelaah Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) serta menandatangani Laporan
Kondisi Barang (LKB), KIB, Daftar Barang Ruangan, Daftar Barang Lainnya dan
Laporan Barang Kuasa Pengguna Semester/Tahunan (LBKPS/T);
7. Menyampaikan jurnal transaksi BMN ke UAKPA pada setiap akhir bulan untuk
penyusunan neraca;
8. Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal antara Laporan BMN dengan
Laporan Keuangan dan rekonsiliasi eksternal Laporan BMN dengan KPKNL setiap
semester;
9. Menyampaikan LBKPS/T ke UAPPB-W atau UAPPB-E1 untuk UAKPB Pusat dan ke
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
10. Menyampaikan Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) kepada UAPPB-W atau UAPPB-E1
untuk UAKPB Pusat dan ke KPKNL.
11. Mengelola BMN sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan Belajar 2
Pembukuan

Pada kegiatan belajar 2 ini kita akan mendiskusikan pengertian BMN serta jenis-
jenis BMN dan transaksi-transaksi yang ada dalam pembukuan.
Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar
Barang yang ada pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Maksud pembukuan adalah
agar semua BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan yang berada dalam
pengelolaan Pengelola Barang tercatat dengan baik.
Tujuan pembukuan BMN adalah:
1. Agar semua BMN dapat tertata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib

administrasi.
2. Mendukung pelaksanaan pengelolaan BMN secara efektif dan efisien, dalam upaya

mewujudkan tertib pengelolaan BMN.

A. Pengertian BMN
Istilah BMN yang digunakan dalam modul ini adalah mengacu kepada Peraturan
Pemerintah nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
yaitu Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Yang dimaksud perolehan lainnya
yang sah adalah meliputi:
1. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan;
4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.

B. Jenis Barang Milik Negara


BMN dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan diistilahkan sebagai aset diklasifikasikan menjadi aset lancar
dan non lancar.
1. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang memenuhi kriteria ini diperlakukan
sebagai Persediaan antara lain berupa:
a. Barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang diadakan yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
b. Barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, barang
habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bebas pakai
seperti komponen bekas.
c. Persediaan lain meliputi, barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan,
suku cadang, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan
leges, bahan baku, barang dalam proses/setengah jadi,
d. Tanah/bangunan/kendaraan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat,
dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
2. Aset nonlancar (aset tetap) mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset
tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Syarat dikategorikan sebagai
aset tetap yaitu bila mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal kantor, dan diperoleh atau
dibangun dengan maksud untuk digunakan. Termasuk dalam aset tetap adalah :
a. Tanah
Kriteria tanah disini adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai dan
sudah mempunyai bukti kepemilikan yang sah.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Wujud fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: alat besar, alat angkutan, alat
bengkel dan ukur, alat pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat studio,
komunikasi dan pemancar, dan lain-lain.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli
atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung
dan Bangunan adalah BMN yang berupa bangunan kantor, bangunan tempat
tinggal, monumen, menara, rambu-rambu, tugu titik kontrol dan lain-lain.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun
oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah jalan dan jembatan,
bangunan air, instalasi, dan jaringan.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke
dalam Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan
Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori
aset ini adalah koleksi perpustakaan/buku, barang bercorak
kesenian/kebudaayaan/olahraga, hewan, ikan dan tanaman.
f. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses
pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan
mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum
selesai.
g. Aset Lainnya adalah :
a) Aset tak berwujud adalah aset non keuangan yang dapat diidentifikasikan
dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual.
Aset tak berwujud meliputi software komputer, lisensi dan franchise, hak
cipta (copyright), paten, dan hak lainnya, dan hasil kajian/ penelitian yang
memberikan manfaat jangka panjang.
b) Aset lain-lain, yaitu aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak
berwujud, berupa tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan,
tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga.
c) Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah yang tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lain-lain.
Aset tetap diakui sebagai aset lain-lain pada saat dinilai kondisi aset tetap
tersebut adalah rusak berat, tetapi belum ada Surat Keputusan
Penghapusan.
d) Aset Bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat tempat
purbakala seperti candi, dan karya seni. Beberapa aset tetap dijelaskan
sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan dan
sejarah. Aset bersejarah tidak disajikan dalam neraca namun aset tersebut
harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan BMN.

C. Transaksi Pembukuan
1. Saldo Awal
a. Saldo akhir periode sebelumnya, merupakan akumulasi dari seluruh transaksi
BMN periode sebelumnya
b. Koreksi saldo, merupakan koreksi perubahan atas saldo akhir BMN pada periode
sebelumnya yang dikarenakan :
• adanya koreksi pencatatan atas nilai/kuantitas BMN yang telah dicatat dan
telah dilaporkan dalam periode sebelumnya, dan
• penambahan/pengurangan sebagai akibat dari pelaksanaan inventarisasi.

2. Perolehan BMN
a. Pembelian, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil pembelian.
b. Transfer Masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil transfer masuk
dari UAKPB/kementerian lain yang pendanaannya dari APBN.
c. Hibah, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penerimaan dari pihak
ketiga diluar instansi yang pendanaannya dari non APBN.
d. Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan
berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil
penyelesaian pembangunan berupa bangunan/gedung dan BMN lainnya yang
telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima.
f. Pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, merupakan barang yang diperoleh dari
pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah/bangun serah guna,
tukar menukar, dan perjanjian/kontrak lainnya;
g. Pembatalan Penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil pembatalan
penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskan/dikeluarkan dari pembukuan.
h. Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat
dengan penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain.
3. Perubahan BMN
a. Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/nilai BMN yang
menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak
menyebabkan keseluruhan BMN hilang.
b. Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisir
yang mengakibatkan pemindahbukuan dari Buku Barang Ekstrakomptabel ke
Buku Barang Intrakomptabel atau perubahan nilai/satuan BMN dalam Buku
Barang Intrakomptabel.
c. Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi BMN.
d. Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas, merupakan transaksi untuk mencatat
perubahan-perubahan pada BMN, baik berupa nilai ataupun kuantitas, yang
disebabkan oleh kesalahan dalam penginputan dan/atau penyesuaian.
Perubahan dapat dicatat pada saat dasar perubahan/koreksi telah ditetapkan.
e. Penerimaan Aset dari Pengembangan Aset Renovasi, merupakan transaksi untuk
mencatat penambahan nilai aset yang berasal dari penerimaan aset tetap
renovasi. Aset Tetap Renovasi adalah renovasi yang dilakukan oleh penyewa
(bukan pemilik) terhadap aset yang disewa/dipinjam.
f. Revaluasi, merupakan transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya
nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan penilaian
BMN.

4. Pengurangan BMN
1) Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari pembukuan
berdasarkan suatu surat keputusan pengahapusan oleh instansi yang
berwenang;
2) Transfer Keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN dari hasil transfer keluar
dari unit lain dalam satu kementerian tanpa menerima sejumlah sumber daya
ekonomi.
3) Hibah keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN kepada pihak ketiga. diluar
kementerian tanpa menerima sejumlah sumber daya ekonomi.
4) Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN ke dalam klasifikasi BMN yang
lain. Transaksi ini berkaitan dengan transaksi Reklasifikasi Masuk.
5) Koreksi Pencatatan, merupakan transaksi untuk merekam penghapusan BMN
yang disebabkan oleh kesalahan pencatatan kuantitas BMN pada perekaman
sebelumnya.
D. Proses Pembukuan
1. Proses pertama kali
a. Membukukan dan mencatat semua BMN yang ada ke dalam Buku Barang
dan/atau Kartu Indentitas Barang.
b. Menyusun dan mendaftarkan semua BMN yang telah ada sebelum
diterbitkannya peraturan ini ke dalam DBKP.
c. Meminta pengesahan DBKP pertama kali kepada penanggung jawab UPKPB
2. Proses rutin
a. Membukukan dan mencatat data transaksi BMN ke dalam Buku Barang
Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel, Buku Barang Bersejarah, Buku
KDP dan Buku Persediaan berdasarkan dokumen sumber.
b. Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan
barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan (DBR) dan/atau
Daftar Barang Lainnya (DBL).
c. Membuat dan memutakhirkan KIB, DBR dan DBL.
d. Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang
Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel dan Buku Barang Bersejarah
berdasarkan dokumen sumber.
e. Membukukan dan mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang
berada dalam penguasaannya kedalam Buku PNBP.
f. Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan BMN secara
tertib.
3. Proses Bulanan
Melakukan rekonsiliasi data transaksi BMN dengan UAKPA dan/atau pejabat
pembuat komitmen.
4. Proses Semesteran
a. Mencatat setiap perubahan data BMN kedalam DBKP berdasarkan data dari Buku
Barang dan KIB.
b. Meminta pengesahan DBKP kepada penanggung jawab.
c. Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan DBMN-KD pada KPKNL, jika
diperlukan.
5. Proses Akhir Periode Pembukuan
a. Menginstruksikan kepada setiap Penanggung jawab Ruangan untuk melakukan
pengecekan ulang kondisi BMN yang berada di ruangan masing-masing.
b. Mencatat perubahan kondisi BMN yang telah disahkan oleh Penanggungjawab
Ruangan ke dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.
c. Melakukan proses back up data dan tutup tahun.
6. Proses Lainnya
Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang dan/atau
Kartu Identitas Barang.
Kegiatan Belajar 3
Inventarisasi BMN

Pada kegiatan belajar 3 ini kita akan mendiskusikan ketentuan umum, tata cara
inventarisasi dan tata cara opname fisik.
Inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan
dan pelaporan BMN. Inventarisasi dilaksanakan dengan maksud membandingkan catatan
BMN dengan kenyataan mengenai jumlah, nilai, harga, kondisi dan keberadaan BMN yang
dimiliki dan atau dikuasai oleh unit akuntansi dalam rangka tertib administrasi BMN dan
mendukung keandalan laporan BMN dan laporan keuangan.
Tujuan Inventarisasi BMN
a. Agar semua BMN dapat terdata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib
administrasi.
b. Mempermudah pelaksanaan pengelolaan BMN.
Sasaran Inventarisasi BMN adalah seluruh BMN merupakan yaitu semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, baik yang berada dalam penguasaan Kuasa
Pengguna Barang/Pengguna Barang maupun yang berada dalam pengelolaan Pengelola
Barang.

A. Ketentuan Umum
1. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN sekurang-kurangnya sekali dalam 5
(lima) tahun, kecuali untuk barang persediaan dan kontruksi dalam pengerjaan
dilakukan setiap tahun.
2. Yang dimaksud dengan inventarisasi dalam waktu sekurang-kurangnya sekali dalam
5 tahun adalah sensus barang, dan yang dimaksud dengan inventarisasi terhadap
persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan adalah opname fisik.
3. Jika diperlukan, dalam pelaksanaan inventarisasi dapat dibentuk Tim Inventarisasi
pada masing-masing tingkat unit penatausahaan dan dapat dibantu oleh unit kerja
lain pada Pengguna.
4. Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi BMN atas Tanah dan/atau Bangunan Idle,
Pengguna/Kuasa Pengguna Barang yang sebelumnya menyerahkan tanah dan/atau
bangunan dimaksud tetap berkewajiban membantu pelaksanaan hasil inventarisasi
BMN atas Tanah dan/atau Bangunan Idle.
5. Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi BMN, apabila BMN yang diinventarisasi
bukan berada dalam penguasaan masing-masing unit penatausahaan, maka dapat
dibuat Berita Acara Inventarisasi antara unit penatausahaan dengan pihak yang
menguasai barang dimaksud.
6. Penanggungjawab dalam pelaksanaan inventarisasi harus menyertakan penjelasan
atas setiap perbedaan antara data BMN dalam daftar barang dan hasil inventarisasi.
7. Penanggungjawab pelaksanaan inventarisasi BMN adalah Menteri/Pimpinan
Lembaga atau pejabat yang dikuasakan sesuai penanggungjawab Unit
penatausahaan.

B. Tata Cara Inventarisasi


1. Tahap persiapan
a. Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk tim inventarisasi di bawah
koordinasi UAPPB-W, UAPPB-E1 atau UAPB, dan dapat dibantu oleh unit kerja
lain pada Pengguna Barang.
b. Menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi.
c. Mengumpulkan dokumen sumber.
d. Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi, yaitu :
• Menyiapkan denah lokasi.
• Memberi nomor/nama ruangan dan penanggungjawab ruangan pada denah
lokasi.
e. Menyiapkan blanko label sementara (dari kertas) yang akan ditempelkan pada
BMN yang bersangkutan.
f. Menyiapkan data awal.
g. Menyiapkan Kertas Kerja Inventarisasi beserta tata cara pengisiannya.
2. Tahap pelaksanaan
a. Tahap pendataan
• Menghitung jumlah barang.
• Meneliti kondisi barang.
• Menempelkan label registrasi sementara pada BMN yang telah dihitung.
• Mencatat hasil inventarisasi tersebut pada Kertas Kerja Inventarisasi.
b. Tahap identifikasi
1) Mengelompokkan barang dan memberikan kode barang sesuai
penggolongan dan kodefikasi.
2) Pemisahan barang-barang berdasarkan kategori kondisi :
• Barang Baik dan Rusak Ringan
• Barang Rusak Berat /tidak dapat dipakai lagi
3) Meneliti kelengkapan/eksistensi barang dengan membandingkan data hasil
inventarisasi dan data awal/dokumen sumber/data Simak BMN:
• Barang yang tidak diketemukan/hilang
• Barang yang berlebih.
3. Tahap pelaporan
a. Menyusun Daftar Barang Hasil Inventarisasi (DBHI) yang telah diinventarisasi
berdasarkan data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan kriteria :
• Barang Baik dan Rusak Ringan
• Barang Rusak Berat/tidak dapat dipakai lagi
• Barang yang tidak ditemukan/hilang
• Barang yang berlebih.
b. Membuat surat pernyataan kebenaran hasil pelaksanaan inventarisasi.
c. Menyusun laporan hasil inventarisasi BMN.
d. Menyusun B.A. Hasil Inventarisasi yang disahkan penanggung jawab UPKPB.
e. Menyampaikan laporan hasil inventarisasi beserta kelengkapannya kepada
UAPPB-W, UAPPB-E1, atau UAPB dengan tembusan kepada KPKNL.
4. Tahap tindak lanjut
a. Memutakhirkan/update data Simak BMN pada Buku Barang, Kartu Identitas
Barang (KIB) dan Daftar Barang.
b. Memperbaharui/update DBR dan DBL sesuai dengan hasil inventarisasi.
c. Menempelkan label permanen pada masing-masing barang yang diinventarisasi
sesuai hasil inventarisasi.
d. Jika diperlukan, UAKPB dapat melakukan rekonsiliasi/pemutakhiran data hasil
inventarisasi dengan UAPPB-W, UAPPB-E1 atau UAPB dan KPKNL.
e. Untuk barang yang hilang/tidak diketemukan agar ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

C. Tata Cara Opname Fisik


Pelaksanaan opname fisik pada dasarnya sama seperti pelaksanaan inventarisasi, yang
membedakan adalah obyeknya yaitu barang persediaan dan dilaksanakan setiap akhir
periode pelaporan.
Kegiatan Belajar 4
Pelaporan BMN

Pada kegiatan belajar 4 ini kita akan mendiskusikan batasan-batasan penyajian


daftar BMN dan penyampaian daftar mutasi BMN untuk pelaporan BMN, tata cara pelaporan
serta jadwal pelaporan BMN.
Pelaporan adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit
penatausahaan BMN. Maksud pelaporan adalah agar semua data dan informasi mengenai
BMN dapat disajikan dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan dengan akurat
guna mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan BMN dan
sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.
Tujuan Pelaporan adalah menyampaikan/mendapatkan data dan informasi BMN
hasil pembukuan dan inventarisasi yang dilakukan oleh pelaksana penatausahaan pada
pengguna barang yang akurat sebagai bahan pengambilan kebijakan mengenai
pengelolaan BMN dan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.

A. Batasan penyajian daftar BMN dan penyampaian daftar mutasi BMN


Batasan penyajian daftar BMN pada unit penatausahaan pada Pengguna Barang,
batasan penyajian untuk penyampaian daftar BMN untuk pertamakali, dan batasan
penyajian untuk penyampaian mutasi BMN oleh unit penatausahaan adalah sebagai
berikut :
1. Daftar BMN berupa persediaan:
a. Tingkat UAKPB, sampai dengan sub-sub kelompok barang.
b. Tingkat UAPPB-W, UAPPB-E1, UAPB sampai dengan sub kelompok barang.
2. Daftar BMN berupa Aset Tetap
a. Tanah, gedung dan bangunan, dan alat angkutan bermotor, disajikan oleh
masing-masing tingkat organisasi pelaksana penatausahaan BMN sampai
dengan sub-sub kelompok barang.
b. Aset tetap selain tanah, gedung dan bangunan, dan alat angkutan bermotor,
disajikan :
1) Tingkat UAKPB sampai dengan sub-sub kelompok barang.
2) Tingkat UAPPB-W, UAPPB-E1 sampai dengan sub kelompok barang.
3) Tingkat UAPB sampai dengan kelompok barang.
3. Daftar BMN berupa Aset Lainnya
a. Tanah, gedung dan bangunan, dan alat angkut bermotor, disajikan oleh masing-
masing tingkat organisasi pelaksana penatausahaan BMN sampai dengan sub-
sub kelompok barang.
b. Aset tetap selain tanah, gedung dan bangunan, dan alat angkutan bermotor,
disajikan :
1) Tingkat UAKPB sampai dengan sub-sub kelompok barang.
2) Tingkat UAPPB-W, UAPPB-E1 sampai dengan sub kelompok barang.
3) Tingkat UAPB sampai dengan kelompok barang.

B. Batasan penyajian pelaporan BMN


Batasan penyajian untuk penyampaian laporan berupa laporan barang
semesteran dan tahunan termasuk laporan kondisi barang pada masing-masing unit
pelaksana penatausahaan adalah sebagai berikut :
1. Pelaporan BMN berupa persediaan:
a. Tingkat UAKPB, sampai dengan sub kelompok barang.
b. Tingkat UAPPB-W, UAPPB-E1, UAPB sampai dengan kelompok barang.
2. Pelaporan BMN berupa Aset Tetap dan Aset Lainnya
a. Tingkat UAKPB, sampai dengan sub-sub kelompok barang.
b. Tingkat UAPPB-W, sampai dengan sub kelompok barang.
c. Tingkat UAPPB-E1, UPPB sampai dengan kelompok barang.

C. Tata cara pelaporan


1. Proses pertama kali
Menyampaikan DBKP yang berisi semua BMN yang ada beserta ADK-nya untuk
pertama kali kepada UAPPB-W, UAPPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.
2. Proses semesteran
a) Menyusun laporan mutasi BMN pada DBKP berdasarkan data transaksi BMN.
b) Menyusun LBKPS yang datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan DBKP.
c) Meminta pengesahan Laporan mutasi BMN dan LBKPS kepada penanggung
jawab UAKPB.
d) Menyampaikan laporan mutasi BMN dan LBKPS beserta ADK-nya secara periodik
kepada UAPPB-W atau UAPPB-E1 dan/ atau UAPB dan KPKNL
e) Menyusun Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN dan meminta
pengesahan kepada penanggung jawab UPKPB.
f) Menyampaikan Laporan PNBP semesteran kepada UAPPB-W, UAPPB-E1, atau
UAPB.
3. Proses akhir tahun
a) Menyusun LBKPT yang datanya berasal dari Buku Barang, KIB, dan Daftar
Barang.
b) Menyusun LKB.
c) Meminta pengesahan LBKPT dan LKB kepada pejabat penanggung jawab
UAKPB.
d) Menyampaikan LKB dan LBKPT beserta ADK-nya kepada UAPPB-W, UAPPB-E1,
atau UAPB dan KPKNL.
4. Proses lainnya
a) Menyusun LHI dan meminta pengesahan LHI kepada pejabat penanggung
jawab UAKPB.
b) Menyampaikan LHI yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB kepada
UAPPB-W, UAPPB-E1, atau UAPB dan KPKNL.

D. Jadwal Pelaporan BMN


Laporan BMN disusun untuk mendukung neraca dalam Laporan Keuangan pada
setiap periode laporan secara semester dan tahunan. Setiap kuasa/pengguna barang
harus memperhitungkan waktu dalam menghitung kuantitas dan nilai barang guna
penyusunan laporan BMN agar setiap tingkat penatausahan dapat tepat waktu
menyampaikan laporannya.
Guna mengantisipasi keterlambatan laporan pada tingkat pengguna maka unit
penatausahaan penerima laporan perlu membatasi jadwal waktu penerimaan laporan
(batas waktu penyampaian laporan).
Dalam rangka menguji keandalan laporan maka perlu dilakukan rekonsiliasi dan
pemutakhiran data BMN yang dilaksanakan menjelang jadwal pelaporan.
Adapun jadwal rekonsiliasi data dan penyampaian Laporan BMN adalah sebagai
berikut :
1. Jadwal Rekonsiliasi Data dan Penyampaian Laporan BMN Semester I
Waktu
Tanggal Tanggal
Unit Proses & Waktu
Terima Kirim
Penatausahaan Rekonsiliasi Pengiriman
(*) (*)
(*)
UAKPB - 10 Juli 12 Juli
2 hari
UAPPB-W 14 Juli 17 Juli 18 Juli
2 hari
UAPPB-E1 20 Juli 22 Juli 22 Juli
1 hari
UAPB 23 Juli 26 Juli 26 Juli
0 hari
Menkeu cq. 26 Juli - -
DJKN
Ket : (*) tanggal merupakan batas terakhir pelaksanaan

2. Jadwal Rekonsiliasi Data dan Penyampaian Laporan BMN Semester II dan


Tahunan
Waktu
Tanggal Tanggal
Unit Proses & Waktu
Terima Kirim
Penatausahaan Rekonsiliasi Pengiriman
(*) (*)
(*)
UAKPB - 17 Januari 20 Januari
3 hari
UAPPB-W 23 Januari 29 Januari 29 Januari
4 hari
UAPPB-E1 2 Februari 8 Februari 8 Februari
2 hari
UAPB 10 Februari Tanggal Tanggal
Terakhir Terakhir 0 hari
Menkeu cq.
DJKN Tanggal Februari Februari 2xx1
Terakhir 2xx1 (**) (**)
Februari 2xx1
(**) - -

Ket : (*) tanggal merupakan batas terakhir pelaksanaan


(**) tahun setelah tahun periode pelaporan

Sebagai akibat dari keterlambatan pengiriman laporan maka laporan yang terlambat tidak
dapat direkapitulasi pada periode pelaporan yang sedang berjalan dan harus dilakukan
koreksi saldo awal pada periode pelaporan berikutnya.
Kegiatan Belajar 5
Kebijakan Akuntansi BMN

Pada kegiatan belajar 5 ini kita akan mendiskusikan barang persediaan, konstruksi
dalam pengerjaan dan rekonsiliasi laporan BMN.

A. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Cakupan Persediaan meliputi :
• barang habis pakai seperti alat tulis kantor
• barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
• barang bekas pakai seperti komponen bekas.
• barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang,
• persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku,
• barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan
energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).
• Pencatatan dilakukan berdasarkan persediaan yang diperoleh dan didistribusikan
dari unit penyimpanan ke unit-unit kerja yang menggunakan.
• Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil opname fisik.
• Opname fisik dilakukan mengacu pada gudang induk masing-masing kantor/satuan
kerja.
• Apabila data opname fisik pada akhir semester berbeda dengan data
pencatatan/perekaman (termasuk perbedaan data dengan aplikasi pencatatan
lainnya, contoh : aplikasi paspor) maka dilakukan rekonsiliasi. Persediaan bahan
baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan
pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan sebagai
perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, dan tidak dimasukkan sebagai
persediaan.
B. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan merupakan aset tetap yang sedang dalam proses
pengerjaan yang pada tanggal pelaporan belum selesai seluruhnya dikerjakan. Apabila
penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu periode
laporan, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan
sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap
dipakai.
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. KDP dipindahkan ke pos
aset tetap yang bersangkutan jika terpenuhi kriteria berikut :
1. Konstruksi yang secara substansi telah selesai dikerjakan
2. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan
3. Sudah ada Berita Acara Serah Terima Penyelesaian Pembangunan sesuai dengan
tujuan perolehannya.

C. Rekonsiliasi Laporan BMN


Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan inventarisasi adalah perubahan posisi nilai
pada neraca awal. Konsekuensi tersebut membawa pengaruh pada perubahan nilai
saldo awal Laporan BMN disamping perubahan yang disebabkan oleh mutasi tambah
kurang. Perubahan hasil mutasi dapat terjadi pada tingkat satker sampai dengan
tingkat kementerian.
Untuk mempersiapkan laporan yang handal dengan data yang akurat, reliable
dan maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebelum dilakukan pengiriman
laporan harus dilakukan rekonsiliasi antara Unit Akuntansi yang mengirim laporan dan
unit yang menerima. Hal ini diperlukan mengingat antara lain :
a. Untuk menghindari adanya kemungkinan terjadinya perubahan data hasil
pengiriman laporan;
b. Untuk memastikan bahwa seluruh belanja modal yang telah direalisasi sudah
diakomodir dan dituangkan ke dalam laporan BMN;
c. Untuk memastikan seluruh belanja yang menghasilkan aset telah terungkapkan
sesuai akun di neraca;
d. Kebutuhan dalam rangka penertiban BMN melalui finalisasi data laporan BMN.
Maksud pelaksanaan rekonsiliasi data BMN adalah mendukung upaya penertiban
administrasi dan tertib akuntansi pelaporan yang berkesinambungan. Metode
Pelaksanaan Rekonsiliasi dapat dilaksanakan sebagai berikut :
a. Diskusi teknis singkat.
b. Penelusuran hasil realisasi anggaran.
c. Perbaikan data BMN.
d. Penuangan informasi terkait kebijakan dan permasalahan pengelolaan BMN
e. Finalisasi data Laporan BMN.
Rekonsiliasi dilaksanakan secara internal dan ekternal. Pelaksanaan rekonsiliasi
internal adalah oleh unit-unit penatausahaan BMN dengan unit akuntansi keuangan
sedangkan eksternal dilakukan dengan pengelola BMN. Pelaksanaan rekonsiliasi
eksternal di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM dapat dilakukan di sekretariat
jenderal ataupun kantor wilayah sehingga menghasilkan data BMN yang valid, akurat
dan reliabel.

Anda mungkin juga menyukai