Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sarana atau media transfer ilmu
pengetahuan yang senantiasa diperlukan oleh setiap pegawai dalam rangka meningkatkan
kompetensinya guna pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mengantisipasi
permasalahan dan pemenuhan kebutuhan kerja di masa depan.
Modul ‘Penatausahaan Barang Milik Negara’ ini disusun guna memenuhi kebutuhan
kediklatan baik klasikal maupun e-learning yang diselenggarakan oleh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Hukum dan HAM agar dapat
memberi bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
Dengan menggunakan modul ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan
kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas di bidang penatausahaan BMN.
Kami menghargai dan berterima kasih atas upaya penulis dan preview dalam
mempersiapkan dan menyusun modul ini sehingga turut membantu memberikan
kemudahan bagi peserta pendidikan dan pelatihan di lingkungan Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Hukum dan HAM.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
2. Pembukuan BMN
a. Pengertian BMN
b. Jenis BMN
c. Transaksi Pembukuan
d. Proses Pembukuan
3. Inventarisasi BMN
a. Ketentuan Umum
b. Tata Cara Inventarisasi
c. Tata Cara Opname Fisik
4. Pelaporan BMN
a. Batasan Penyajian Daftar BMN dan Penyampaian Daftar Mutasi BMN
b. Batasan Penyajian untuk Pelaporan BMN
c. Tata Cara Pelaporan BMN Tingkat UAKPB
d. Jadwal Pelaporan BMN
A. Pengantar
Modul ‘Penatausahaan Barang Milik Negara’ ini disusun sebagai salah satu referensi bagi
peserta diklat baik secara klasikal maupun e-learning (metode belajar jarak jauh).
Materi dalam modul ini difokuskan pada empat hal sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup penatausahaan BMN;
2. Memperkenalkan istilah-istilah yang berkenaan dengan akuntansi aset tetap;
3. Menjelaskan organisasi serta tugas dan fungsi unit penatausahaan BMN;
4. Syarat dan prosedur pelaksanaan penatausahaan BMN.
Pada kegiatan belajar 1 ini kita akan mendiskusikan dasar hukum, ruang lingkup,
pelaksana, serta tugas dan fungsi penatausahaan BMN.
Anda disarankan membaca modul ini, mengerjakan latihan-latihan soal dan mendiskusikan
soal latihan yang diberikan oleh pengajar secara bersama-sama di lingkungan kerja dan
sesama peserta diklat.
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2017 tentang Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
3) Kantor Wilayah
Penanggung Jawab : Kepala Divisi Administrasi
Pejabat Operasional : Kepala Bagian Umum
Pejabat Pelaksana : Kepala Sub Bagian Pengelolaan Keuangan dan BMN
Petugas Penatausahaan : Pelaksana/Fungsional Umum
Pada kegiatan belajar 2 ini kita akan mendiskusikan pengertian BMN serta jenis-
jenis BMN dan transaksi-transaksi yang ada dalam pembukuan.
Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar
Barang yang ada pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Maksud pembukuan adalah
agar semua BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan yang berada dalam
pengelolaan Pengelola Barang tercatat dengan baik.
Tujuan pembukuan BMN adalah:
1. Agar semua BMN dapat tertata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib
administrasi.
2. Mendukung pelaksanaan pengelolaan BMN secara efektif dan efisien, dalam upaya
A. Pengertian BMN
Istilah BMN yang digunakan dalam modul ini adalah mengacu kepada Peraturan
Pemerintah nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,
yaitu Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Yang dimaksud perolehan lainnya
yang sah adalah meliputi:
1. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan;
4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
C. Transaksi Pembukuan
1. Saldo Awal
a. Saldo akhir periode sebelumnya, merupakan akumulasi dari seluruh transaksi
BMN periode sebelumnya
b. Koreksi saldo, merupakan koreksi perubahan atas saldo akhir BMN pada periode
sebelumnya yang dikarenakan :
• adanya koreksi pencatatan atas nilai/kuantitas BMN yang telah dicatat dan
telah dilaporkan dalam periode sebelumnya, dan
• penambahan/pengurangan sebagai akibat dari pelaksanaan inventarisasi.
2. Perolehan BMN
a. Pembelian, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil pembelian.
b. Transfer Masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil transfer masuk
dari UAKPB/kementerian lain yang pendanaannya dari APBN.
c. Hibah, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penerimaan dari pihak
ketiga diluar instansi yang pendanaannya dari non APBN.
d. Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan
berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil
penyelesaian pembangunan berupa bangunan/gedung dan BMN lainnya yang
telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima.
f. Pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, merupakan barang yang diperoleh dari
pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah/bangun serah guna,
tukar menukar, dan perjanjian/kontrak lainnya;
g. Pembatalan Penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil pembatalan
penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskan/dikeluarkan dari pembukuan.
h. Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat
dengan penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain.
3. Perubahan BMN
a. Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/nilai BMN yang
menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak
menyebabkan keseluruhan BMN hilang.
b. Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisir
yang mengakibatkan pemindahbukuan dari Buku Barang Ekstrakomptabel ke
Buku Barang Intrakomptabel atau perubahan nilai/satuan BMN dalam Buku
Barang Intrakomptabel.
c. Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi BMN.
d. Koreksi Perubahan Nilai/Kuantitas, merupakan transaksi untuk mencatat
perubahan-perubahan pada BMN, baik berupa nilai ataupun kuantitas, yang
disebabkan oleh kesalahan dalam penginputan dan/atau penyesuaian.
Perubahan dapat dicatat pada saat dasar perubahan/koreksi telah ditetapkan.
e. Penerimaan Aset dari Pengembangan Aset Renovasi, merupakan transaksi untuk
mencatat penambahan nilai aset yang berasal dari penerimaan aset tetap
renovasi. Aset Tetap Renovasi adalah renovasi yang dilakukan oleh penyewa
(bukan pemilik) terhadap aset yang disewa/dipinjam.
f. Revaluasi, merupakan transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya
nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan penilaian
BMN.
4. Pengurangan BMN
1) Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari pembukuan
berdasarkan suatu surat keputusan pengahapusan oleh instansi yang
berwenang;
2) Transfer Keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN dari hasil transfer keluar
dari unit lain dalam satu kementerian tanpa menerima sejumlah sumber daya
ekonomi.
3) Hibah keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN kepada pihak ketiga. diluar
kementerian tanpa menerima sejumlah sumber daya ekonomi.
4) Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN ke dalam klasifikasi BMN yang
lain. Transaksi ini berkaitan dengan transaksi Reklasifikasi Masuk.
5) Koreksi Pencatatan, merupakan transaksi untuk merekam penghapusan BMN
yang disebabkan oleh kesalahan pencatatan kuantitas BMN pada perekaman
sebelumnya.
D. Proses Pembukuan
1. Proses pertama kali
a. Membukukan dan mencatat semua BMN yang ada ke dalam Buku Barang
dan/atau Kartu Indentitas Barang.
b. Menyusun dan mendaftarkan semua BMN yang telah ada sebelum
diterbitkannya peraturan ini ke dalam DBKP.
c. Meminta pengesahan DBKP pertama kali kepada penanggung jawab UPKPB
2. Proses rutin
a. Membukukan dan mencatat data transaksi BMN ke dalam Buku Barang
Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel, Buku Barang Bersejarah, Buku
KDP dan Buku Persediaan berdasarkan dokumen sumber.
b. Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan
barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan (DBR) dan/atau
Daftar Barang Lainnya (DBL).
c. Membuat dan memutakhirkan KIB, DBR dan DBL.
d. Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang
Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel dan Buku Barang Bersejarah
berdasarkan dokumen sumber.
e. Membukukan dan mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang
berada dalam penguasaannya kedalam Buku PNBP.
f. Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan BMN secara
tertib.
3. Proses Bulanan
Melakukan rekonsiliasi data transaksi BMN dengan UAKPA dan/atau pejabat
pembuat komitmen.
4. Proses Semesteran
a. Mencatat setiap perubahan data BMN kedalam DBKP berdasarkan data dari Buku
Barang dan KIB.
b. Meminta pengesahan DBKP kepada penanggung jawab.
c. Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan DBMN-KD pada KPKNL, jika
diperlukan.
5. Proses Akhir Periode Pembukuan
a. Menginstruksikan kepada setiap Penanggung jawab Ruangan untuk melakukan
pengecekan ulang kondisi BMN yang berada di ruangan masing-masing.
b. Mencatat perubahan kondisi BMN yang telah disahkan oleh Penanggungjawab
Ruangan ke dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.
c. Melakukan proses back up data dan tutup tahun.
6. Proses Lainnya
Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang dan/atau
Kartu Identitas Barang.
Kegiatan Belajar 3
Inventarisasi BMN
Pada kegiatan belajar 3 ini kita akan mendiskusikan ketentuan umum, tata cara
inventarisasi dan tata cara opname fisik.
Inventarisasi adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan
dan pelaporan BMN. Inventarisasi dilaksanakan dengan maksud membandingkan catatan
BMN dengan kenyataan mengenai jumlah, nilai, harga, kondisi dan keberadaan BMN yang
dimiliki dan atau dikuasai oleh unit akuntansi dalam rangka tertib administrasi BMN dan
mendukung keandalan laporan BMN dan laporan keuangan.
Tujuan Inventarisasi BMN
a. Agar semua BMN dapat terdata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib
administrasi.
b. Mempermudah pelaksanaan pengelolaan BMN.
Sasaran Inventarisasi BMN adalah seluruh BMN merupakan yaitu semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, baik yang berada dalam penguasaan Kuasa
Pengguna Barang/Pengguna Barang maupun yang berada dalam pengelolaan Pengelola
Barang.
A. Ketentuan Umum
1. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN sekurang-kurangnya sekali dalam 5
(lima) tahun, kecuali untuk barang persediaan dan kontruksi dalam pengerjaan
dilakukan setiap tahun.
2. Yang dimaksud dengan inventarisasi dalam waktu sekurang-kurangnya sekali dalam
5 tahun adalah sensus barang, dan yang dimaksud dengan inventarisasi terhadap
persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan adalah opname fisik.
3. Jika diperlukan, dalam pelaksanaan inventarisasi dapat dibentuk Tim Inventarisasi
pada masing-masing tingkat unit penatausahaan dan dapat dibantu oleh unit kerja
lain pada Pengguna.
4. Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi BMN atas Tanah dan/atau Bangunan Idle,
Pengguna/Kuasa Pengguna Barang yang sebelumnya menyerahkan tanah dan/atau
bangunan dimaksud tetap berkewajiban membantu pelaksanaan hasil inventarisasi
BMN atas Tanah dan/atau Bangunan Idle.
5. Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi BMN, apabila BMN yang diinventarisasi
bukan berada dalam penguasaan masing-masing unit penatausahaan, maka dapat
dibuat Berita Acara Inventarisasi antara unit penatausahaan dengan pihak yang
menguasai barang dimaksud.
6. Penanggungjawab dalam pelaksanaan inventarisasi harus menyertakan penjelasan
atas setiap perbedaan antara data BMN dalam daftar barang dan hasil inventarisasi.
7. Penanggungjawab pelaksanaan inventarisasi BMN adalah Menteri/Pimpinan
Lembaga atau pejabat yang dikuasakan sesuai penanggungjawab Unit
penatausahaan.
Sebagai akibat dari keterlambatan pengiriman laporan maka laporan yang terlambat tidak
dapat direkapitulasi pada periode pelaporan yang sedang berjalan dan harus dilakukan
koreksi saldo awal pada periode pelaporan berikutnya.
Kegiatan Belajar 5
Kebijakan Akuntansi BMN
Pada kegiatan belajar 5 ini kita akan mendiskusikan barang persediaan, konstruksi
dalam pengerjaan dan rekonsiliasi laporan BMN.
A. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Cakupan Persediaan meliputi :
• barang habis pakai seperti alat tulis kantor
• barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
• barang bekas pakai seperti komponen bekas.
• barang konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang,
• persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga, pita cukai dan leges, bahan baku,
• barang dalam proses/setengah jadi, tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, dan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga antara lain berupa cadangan
energi (misalnya minyak) atau cadangan pangan (misalnya beras).
• Pencatatan dilakukan berdasarkan persediaan yang diperoleh dan didistribusikan
dari unit penyimpanan ke unit-unit kerja yang menggunakan.
• Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil opname fisik.
• Opname fisik dilakukan mengacu pada gudang induk masing-masing kantor/satuan
kerja.
• Apabila data opname fisik pada akhir semester berbeda dengan data
pencatatan/perekaman (termasuk perbedaan data dengan aplikasi pencatatan
lainnya, contoh : aplikasi paspor) maka dilakukan rekonsiliasi. Persediaan bahan
baku dan perlengkapan yang dimiliki dan akan dipakai dalam pekerjaan
pembangunan fisik yang dikerjakan secara swakelola, dimasukkan sebagai
perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan, dan tidak dimasukkan sebagai
persediaan.
B. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan merupakan aset tetap yang sedang dalam proses
pengerjaan yang pada tanggal pelaporan belum selesai seluruhnya dikerjakan. Apabila
penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap melebihi dan atau melewati satu periode
laporan, maka aset tetap yang belum selesai tersebut digolongkan dan dilaporkan
sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap
dipakai.
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. KDP dipindahkan ke pos
aset tetap yang bersangkutan jika terpenuhi kriteria berikut :
1. Konstruksi yang secara substansi telah selesai dikerjakan
2. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan
3. Sudah ada Berita Acara Serah Terima Penyelesaian Pembangunan sesuai dengan
tujuan perolehannya.