Anda di halaman 1dari 16

PENATAUSAHAAN BMN DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DAN


AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA
(SIMAK-BMN)

Disusun Oleh:

GILANG SEKARTAJI (120820110051)


IMAM ARSANDI (120820110123)
ANGGA KUNTO WIDIANTO (120820110125)

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012/2013
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Menteri atau pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling lambat 2 bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Berdasarkan laporan dari kementerian/lembaga tersebut
Menteri Keuangan menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) untuk
disampaikan kepada presiden dalam tiga bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir.
Laporan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca,
Laporan Arus Kas dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan
perusahaan negara. Laporan Barang Milik Negara (LBMN) merupakan bagian penyusun
neraca dari sisi aset dan pengungkapannya dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dilengkapi
dengan opini seperti umumnya dilakukan auditor eksternal.
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib
pengelolaan BMN, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan BMN/D. Dengan adanya PP Nomor 6 Tahun 2006 diharapkan pengelolaan
BMN semakin tertib baik dalam hal pengadministrasiannya maupun pengelolaannya
sehingga pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan, serta pengamanan BMN di masa
mendatang dapat lebih efektif dan efisien.
Adapun siklus Pengelolaan Barang Milik Negara meliputi:
1.     Perencanaan kebutuhan dan Penganggaran
2.     Pengadaan
3.     Penggunaan
4.     Pemanfaatan
5.     Pengamanan dan Pemeliharaan
6.     Penilaian
7.     Penghapusan
8.     Pemindahtanganan
9.     Penatausahaan
10.  Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
A.1 Siklus Pengelolaan Barang Milik Negara

Namun demikian, PP Nomor 6 Tahun 2006 hanya mengatur mengenai pokok-pokok


pengelolaan BMN. Agar pengelolaan BMN tersebut lebih operasional tentunya masih
diperlukan aturan yang lebih tehnis sebagaimana diamanatkan oleh PP dimaksud, baik berupa
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) ataupun berupa peraturan pelaksanaan lainnya. Hal-hal
yang perlu diatur dalam peraturan pelaksanaan dimaksud antara lain berupa kebijakan
mengenai penatausahaan (pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan) BMN. Menindaklanjuti
ketentuan dalam PP nomor 6 tahun 2006 dimaksud dan dalam upaya mewujudkan tertib
administrasi dan mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN, dibuat suatu pedoman
yang mengatur tentang prosedur/tatacara penatausahaan barang milik negara yaitu Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) No. 120/PMK.06/2007 mengenai Penatausahaan BMN.
Alat yang digunakan untuk melakukan penatausahaan BMN adalah Aplikasi Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) dan aplikasi
Persediaan yang merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SIMAK BMN
merupakan rangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen
sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN
serta laporan manajerial lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B. DASAR HUKUM
1.    UU 17/2003 (Keuangan Negara):
2.    UU 1/2004 (Perbendaharaan Negara):
3.    PP 71/2010 (Standar Akuntansi Pemerintah)
4.    PP 6/2006 (Pengelolaan BMN)
5.    PMK 29/PMK.06/2010 (Penggolongan dan Kodefikasi BMN)
6.    PMK 120/PMK.06/2007 (Penatausahaan BMN)
7.    PMK 171/PMK.05/2007 (Sistem Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Pusat)
8. PMK.No.96/PMK.06/2007 ttg Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan BMN.
9.    Buletin Teknis SAP
C. DEFINISI-DEFINISI
Barang Milik Negara : semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.

Penatausahaan : rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan


pelaporan BMN sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengelola Barang : pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan
kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.
Pengguna Barang : pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN.
Kuasa Pengguna Barang : kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna
barang untuk menggunakan BMN yang berada dalam
penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
Dana Dekonsentrasi : adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah
yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan
untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Dana Tugas Pembantuan : dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup semua penerimaan
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.
Badan Layanan Umum : instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, yang
pengelolaan keuangannya diselenggarakan sesuai ketentuan
yang berlaku.
D. PENATAUSAHAAN BMN
1. Tujuan Penatausahaan
Prosedur/tatacara penatausahaan BMN bertujuan memberikan petunjuk umum bagi
pelaksana penatausahaan BMN yang berada di Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang
dan Pengelola Barang dalam rangka mewujudkan tertib administrasi dan mendukung
terwujudnya tertib pengelolaan BMN, yaitu :
a) Penatausahaan BMN pada Pengelola Barang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dan Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara;
b) Penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang di tingkat Satuan
Kerja, Wilayah, EselonI, Kementerian Negara/Lembaga, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah
untuk dana Dekonsentrasi/dana Tugas Pembantuan, serta Koordinator Wilayah dana
Dekonsentrasi/dana Tugas Pembantuan.
2. Objek dan Kegiatan Penatausahaan
Seluruh BMN merupakan objek penatausahaan, yakni semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna
Barang/Pengguna Barang, dan berada dalam pengelolaan Pengelola Barang.
Penatausahaan BMN meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN. Dalam
penatausahaan BMN ini termasuk didalamnya melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi
BMN. Penatausahaan BMN dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk
menyusun Laporan BMN yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca pemerintah
pusat. Sedangkan penatausahaan BMN dalam rangka mendukung terwujudnya tertib
pengelolaan BMN adalah menyediakan data agar pelaksanaan pengelolaan BMN dapat
dilaksanakan sesuai dengan azas fungsional, kapastian hukum, transparansi dan keterbukaan,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Hasil penatausahaan BMN ini nantinya dapat digunakan dalam rangka (a) penyusunan
neraca pemerintah pusat setiap tahun, (b) perencanaan kebutuhan pengadaan dan
pemeliharaan BMN setiap tahun untuk digunakan sebagai bahan penyusunan rencana
anggaran, dan (c) pengamanan administrasi BMN.
3. Pengorganisasian
Barang milik negara tersebar pada 87 kementerian negara/lembaga yang terbagi lagi
pada lebih kurang 20.000 satuan kerja yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia sehingga
dibutuhkan koordinasi yang baik agar tujuan penatausahaan dapat tercapai. Untuk itu,
diperlukan pengorganisasian dalam alur proses penatausahaan BMN. Penatausahaan BMN
meliputi penatausahaan pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan Pengelola
Barang.
Adapun organisasi penatausahaan BMN pada Pengguna Barang adalah sebagai
berikut.
1. Unit Penatausahaan Pengguna Barang (UPPB)
UPPB adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga
(pengguna barang) yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon I yang membidangi
kesekretariatan, unit eselon II, unit eselon III dan unit eselon IV yangmembidangi BMN.
Penanggung jawab UPPB adalah Menteri/Pimpinan Lembaga. UPPB ini membawahi
UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB.
2. Unit Penatausahaan Pengguna Barang – Eselon I (UPPBE1)
UPPBE1 adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat eselon I yang secara fungsional
dilakukan oleh unit eselon II yang membidangi kesekretariatan, unit eselon III dan unit
eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UPPBE1 adalah pejabat eselon I.
UPPBE1 ini membawahi UPPBW dan/atau UPKPB.
3. Unit Penatausahaan Pengguna Barang – Wilayah (UPPBW)
a. UPPBW adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat kantor wilayah atau unit kerja lain
di wilayah yang ditetapkan sebagai UPPBW yang secara fungsional dilakukan oleh unit
eselon III yang membidangi kesekretariatan dan unit eselon IV yang membidangi BMN.
Penanggung jawab UPPBW adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala unit kerja yang
ditetapkan sebagai UPPBW. UPPBW ini membawahi UPKPB.
b. Untuk unit penatausahaan BMN Dana Dekonsentrasi, penanggung jawab UPPBW adalah
Gubernur, sedangkan untuk penatausahaan BMN Dana Tugas Pembantuan, penanggung
jawab UPPBW adalah Kepala Daerah sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh
pemerintah melalui Kementerian Negara/Lembaga.
4. Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB)
a. UPKPB adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat satuan kerja (Kuasa Pengguna
Barang) yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon III, eselon IV dan/atau eselon
V yang membidangi kesekretariatan dan/atau BMN. Penanggung jawab UPKPB adalah
Kepala Kantor/Kepala Satuan Kerja.
b. Untuk unit penatausahaan BMN dari Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan,
penanggung jawab UPKPB adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
c. Untuk unit penatausahaan BMN pada BLU, penanggung jawab UPKPB adalah Pimpinan
BLU atau Pimpinan Satuan Kerja pada BLU.
Adapun organisasi penatausahaan BMN pada Pengelola Barang adalah sebagai berikut :
1. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
DJKN adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Pengelola Barang, yang dilakukan
oleh unit eselon II, unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN pada
Direktorat BMN I dan Direktorat BMN II. Penanggung jawabnya adalah Direktur
Jenderal Kekayaan Negara. DJKN membawahi KWDJKN dan KPKNL.
2. Kantor WilayahDirektorat Jenderal Kekayaan Negara (KWDJKN)
KWDJKN adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Kantor Wilayah, yang
dilakukan oleh unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung
jawabnya adalah Kepala Kantor Wilayah DJKN. KWDJKN membawahi KPKNL.
3. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
KPKNL adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat kantor daerah, yang dilakukan
oleh unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawabnya adalah Kepala
KPKNL.

D.1. Struktur Organisasi Penatausahaan BMN


4. Pembukuan
Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar
Barang menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Dalam kaitan ini, pada Pasal 67 PP
Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang harus
melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara ke dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi
barang. Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik negara
berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Negara (DBMN) menurut
penggolongan dan kodefikasi barang. Adapun penggolongan dan kodefikasi barang dimaksud
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembukuan/pencatatan :
 Semua BMN terdata dan tertata dan tercatat dalam Daftar Barang
 Sudah menggunakan aplikasi (tidak manual)
 Pengunaan penggolongan dan kodefikasi yang tepat
 Pengisian format harus lengkap (Buku Barang dan KIB)
 Data antara barang dan keuangan harus sama
 Pencatatan dan penghapusan data dari Daftar Barang harus terkoordinasi

5. Pelaporan
Hal –hal yang harus diperhatikan dalam pelaporan :
a. Pelaporan harus berjenjang
b. Harus sudah disetujui oleh setiap pimpinan penatausahaan
c. Tanggal penyampaian laporan sesuai dengan jadwal

Jenis Laporan :
Kuasa Pengguna Barang : Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) (S/T)
Pengguna Barang : Laporan Barang Pengguna (LBP) (Semester/Tahunan)
Pengelola Barang : Laporan Barang Milik Negara (LBMN) (S/T)
D.2. Bagan Alur Pelaporan BMN
6. Inventarisasi
Inventarisasi adalah kegiatan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan
BMN, meliputi :
 Pengguna Barang : sekurangnya sekali dalam 5 tahun (kecuali persediaan dan
Konstruksi Dalam Pengerjaan) , dan disampaikan kepada pengelola barang
selambatnya 3 bulan setelah selesai inventarisasi.
 Pengelola Barang : khusus tanah & bangunan yang berada dalam penguasaannya
sekurangnya sekali dalam 5 tahun

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam inventarisasi


• Pelaksanaan inventarisasi harus terkoordinasi
• Pelaksana inventarisasi adalah Satker

E. SIMAK BMN
1. Pengertian
SIMAK-BMN merupakan subsistem dari SAI yang merupakan rangkaian prosedur
yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan
informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai
ketentuan yang berlaku.
E.1. Bagan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
2. Sejarah Perkembangan

E.2. Sejarah Perkembangan SIMAK-BMN


Saat ini pengembangan aplikasi SIMAK-BMN dilaksanakan oleh pengembang
program di DJKN. Update terakhir aplikasi pada 27 Maret 2012.
3. Penggunaan
Aplikasi ini digunakan pada seluruh kementerian/lembaga dimana terdapat BMN
yang berada pada penguasaannya. Aplikasi dibagi menjadi empat berdasarkan
pengorganisasian penatausahaan yaitu :
 SIMAK-BMN UAKPB, merupakan aplikasi yang digunakan oleh Unit Penatausahaan
Kuasa Pengguna Barang/Satker.
 SIMAK-BMN UAPBW, merupakan aplikasi yang digunakan oleh Unit Penatausahaan
Pengguna Barang – Wilayah
 SIMAK-BMN UAPBE1, merupakan aplikasi yang digunakan oleh Unit Penatausahaan
Pengguna Barang – Eselon 1
 SIMAK-BMN UAPB, merupakan aplikasi yang digunakan oleh Unit Penatausahaan
Pengguna Barang.

4. Proses Pengolahan Data


SIMAK-BMN merupakan aplikasi desktop yang tidak terkoneksi dengan database
jaringan. Aplikasi ini terdiri dari dua bagian yaitu aplikasi untuk menjalankan serta database.
Aplikasi dan database dibuat terpisah dengan tujuan agar apabila aplikasi yang mengalami
kerusakan atau memerlukan update, maka hanya aplikasinya saja yang diinstal ulang ataupun
diupdate dan data yang tersimpan aman. Agar dapat terkoneksi digunakan aplikasi bantu
mysql-connector-odbc. Aplikasi yang ada saat ini merupakan aplikasi yang diperoleh dari
DJKN pusat untuk digunakan di seluruh Indonesia.
Proses penginputan data dari dokumen sumber hanya dapat dilakukan pada SIMAK-
BMN UAKPB, sedangkan aplikasi SIMAK-BMN yang lain hanya menerima file kirim
berupa arsip data komputer (ADK) untuk digabungkan dengan hasil file kirim dari aplikasi
yang digunakan pada unit-unit penatausahaan/akuntansi dibawahnya.
Adapun tahapan pemrosesan data adalah sebagai berikut :
Persiapan
 Persiapan dokumen sumber (BAST, Kwitansi,Faktur,SPM,SPK dll)
 Masuk aplikasi (menu admin) dengan user Id: admin dan password: admin
 Membuat kode lokasi dan user operator untuk kode lokasi tersebut dari menu admin
 Log off dari menu admin masuk ke menu operator dengan user dan password yang
telah dibuat di menu admin
 Merekam data penandatangan
 Merekam daftar ruangan
Pemrosesan data transaksi
 Menerima File Kirim dari Aplikasi Persediaan
 Merekam data transaksi sesuai dengan jenis transaksinya (saldo awal, perolehan,
perubahan, penghapusan atau BMN bersejarah)
 Verifikasi Register Transaksi Harian (RTH) BMN dengan dokumen sumber
 Pencetakan Buku/daftar dan Laporan

SPK Kode Barang


PEREKAMAN
KUITANSI Nomor Aset
Tanggal Perolehan
FAKTUR VERIFIKASI Tanggal Buku
SPM/ SP2D INPUT Jumlah
PENCETAKAN Kuantitas
BAST Nilai Aset
DS LAINNYA SPM/ SP2D
Kondisi
YANG SAH PROSES
DOK.
KEPEMILIKAN ADK
SK
PENGHAPUSAN PERSEDIAA
N
OUTPUT
SAKPA
ADK LAP BARANG CRBMN
BERSEJARAH LAP. BMN
PROSES PENGOLAHAN DATA BARANG
DAFTAR
LKB DBL
BMN PADA SIMAK-BMN BUKU
NERACA KIB
BARANG DBR

E.3. Proses Pengolahan Data

Output yang dihasilkan antara lain


 Arsip Data Komputer (ADK)
 Laporan posisi BMN di Neraca
 Laporan Barang Kuasa Pengguna (semester/tahunan)
 Buku Barang
 Laporan kondisi barang
 Daftar Barang Ruangan
 Daftar Barang lainnya
 KIB (Kartu Identitas Barang)
 Label
 Laporan barang bersejarah
 CRBMN (catatan ringkas barang)
5. Aktivitas-aktivitas
Aktifitas Bulanan
 Penerimaan ADK dari UAPKPB (khusus UAKPB yang mempunyai UAPKPB)
 Pengiriman ADK ke UAKPA tiap bulan dan melakukan rekonsiliasi internal

Aktivitas Semesteran
 Pengiriman ADK ke UAPPB-W/ UAPPB-E1
 Pengiriman laporan ke Pengelola Barang (KPKNL) dan melakukan rekonsiliasi BMN
Semesteran
Aktivitas Tahunan
 Pengiriman ADK ke UAPPB-W/ UAPPB-E1
 Melakukan Proses Tutup Tahun sebelum merekam data BMN tahun anggaran
berikutnya.
 Pengiriman Laporan ke KPKNL dan melakukan rekonsiliasi BMN Tahunan
Aktivitas lainnya
 Back-up data, aktivitas ini sangat penting dilakukan setiap selesai melakukan input
data, agar dapat diantisipasi apabila terjadi masalah pada aplikasi ataupun komputer
yang digunakan.

BAGAN ARUS SIMAK-BMN

DJKN DJPbN

UAPB UAPA

UAPPB-E1 UAPPA-E1

UAPPB-W Kanwil Kanwil UAPPA-W


DJKN Diten PBN

UAKPB KPKNL KPPN UAKPA


E.4. Bagan Arus Simak-BMN
6. Aplikasi Persediaan
Aplikasi persediaan adalah sub-sistem dari SIMAK-BMN, yang dipergunakan untuk
menatausahakan persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.

Dokumen sumber yang digunakan dalam pelaksanaan pencatatan persediaan adalah:


 Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) beserta
dokumen pendukung lainnya.
 Dokumen pendukung bisa berupa faktur, kuitansi, kontrak/SPK, Berita Acara Serah
Terima.
Output yang dihasilkan dalam penatausahaan persediaan adalah:
 Buku Persediaan.
 Laporan Persediaan.
 Laporan Hasil Mapping.
Buku Persediaan
 Buku Persediaan dibuat dalam bentuk kartu untuk setiap jenis (item) barang.
 Buku persediaan diisi setiap ada mutasi barang persediaan, seperti pembelian, hibah
dan mutasi penggunaan barang persediaan.
 Setiap akhir tahun perlu diadakan inventarisasi (opname fisik) persediaan untuk
menentukan kuantitas dari setiap item barang dan selanjutnya buku persediaan
disesuaikan berdasarkan hasil inventarisasi tersebut.

Aktivitas

 Setiap semester melakukan pengiriman file ADK ke aplikasi SIMAK-BMN


 Setiap akhir tahun melakukan opname fisik dan pencocokan dengan buku persediaan.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam pelaksanaan penatausahaan dengan menggunakan aplikasi SIMAK-BMN


dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dihadapi, antara lain sebagai berikut :
1. Pengetahuan SDM yang dimiliki Kementerian/Lembaga dalam proses penatausahaan
yang masih rendah, terutama SDM satker Dekonsentrasi dan TP didaerah.
Pengetahuan yang rendah terutama didaerah akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas penatausahaan BMN, kualitas laporan yang dihasilkan kementerian/lembaga
akan sangat bergantung pada kualitas laporan yang dihasilkan oleh satuan kerja pada
level dibawahnya. Penatausahaan dengan SIMAK-BMN tidak saja memerlukan
pengetahuan mengenai cara input pada aplikasi akan tetapi harus juga dipahami
mengenai keseluruhan proses pengelolaan BMN, baik dari proses setelah barang
diadakan/dibeli sampai penghapusannya, yang merupakan sebuah siklus yang cukup
panjang.
2. Belum adanya prosedur baku penunjukan petugas penatausahaan/operator SIMAK-
BMN.
Belum adanya prosedur baku tersebut membuat tidak ada standar mengenai
kualifikasi pegawai yang seharusnya diberi tugas sebagai operator SIMAK-BMN dan
ketika terjadi mutasi pegawai tidak diperhatikan kebutuhan organisasi untuk posisi
tersebut. Seringkali terjadi petugas/operator SIMAK-BMN yang telah memiliki
pengetahuan yang cukup digantikan begitu saja tanpa sempat terjadi transfer
pengetahuan kepada penggantinya.
3. Permasalahan terkait pemisahan, penggabungan, pembentukan dan pembubaran
beberapa kementerian/lembaga.
Pemisahan, penggabungan, pembentukan dan pembubaran kementerian/lembaga
akan menyebabkan masalah-masalah antara lain :
 Ketidakjelasan status BMN yang sudah ada.
 Adanya pencatatan ganda, ataupun kurang catat BMN yang dimiliki.
4. Pelaksanaan pelaporan yang tidak tepat waktu.
Pelaksanaan pelaporan dilakukan semesteran dan tahunan, akan tetapi masih sering
terjadi keterlambatan pelaksanaanya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal :
 Karena jeda periode pelaporan cukup lama (semesteran), sering kali terjadi
proses penginputan di aplikasi SIMAK-BMN menunggu sampai mendekati
waktu pelaporan dan rekonsiliasi.
 Petugas tidak memahami cara penginputan dan menunggu saat pelaporan
sehingga dapat sekaligus menanyakan cara penginputan kepada petugas
KPKNL.
 Rusaknya perangkat komputer karena virus dan ketidakpahaman pengelolaan
back-up data aplikasi.
 Waktu pelaporan pendek.
5. Akurasi penatausahaan persediaan.
Persediaan telah dicatat pada aplikasi persediaan, akan tetapi seharusnya masih perlu
digunakan catatan manual sebagai dokumen sumber. Tidak dilakukannya hal tersebut
seringkali menyebabkan hasil opname fisik/inventarisasi diakhir periode pelaporan
berbeda hasilnya dengan yang tercatat pada aplikasi persediaan. Hal ini sering terjadi
karena pada saat permintaan persediaan seperti alat tulis kantor tidak dilakukan
dengan nota dinas atau permintaan resmi tetapi hanya dilakukan secara lisan,
akibatnya tidak terdapat catatan untuk membuktikan keluarnya barang dari gudang.
Sedangkan catatan pada aplikasi persediaan harus mencantumkan dokumen
pendukung seperti nota dinas.

Anda mungkin juga menyukai