Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa :

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM :

Kode/Nama Mata Kuliah : Manajemen Logistik Organisasi Publik

Kode/Nama UPBJJ : 15 / Pangkalpinang

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. a 1. Penggunaan terbaik dan tertinggi/HBU Analysis (Highest and Best Use Analysis) yakni
penggunaan terbaik yang menghasilkan pendapatan optimal dari suatu aset.
2. Antisipasi, yakni harapan keuntungan atau ketidakuntungan di masa yang akan datang akan
memengaruhi harga suatu aset.
3. Keseimbangan, adalah nilai suatu aset akan mencapai nilai yang maksimal apabila faktor produksi
yang berkaitan dengan aset tersebut dalam keadaan seimbang.
4. Perusahaan, artinya perubahan terhadap suatu faktor dapat memengaruhi nilai suatu aset
5. Kompetisi, artinya semakin tinggi persaingan, nilai aset cenderung akan turun .
6. Kesesuaian Progresi, dan Regresi adalah nilai suatu aset akan maksimal apabila berada di
lingkungan yang sesuai.
7. Kontribusi, yakni naik tanah maupun bangunan berkontribusi pada total nilai aset.
8. Pengguna tetap
9. Pengembalian yang meningkat atau menurun
10. Pengganti, pada prinsipnya orang tidak akan membayar lebih terhadap suatu aset yang sama
selama ada aset pengganti
11. Permintaan dan penawaran, yakni nilai aset ditentukan oleh keseimbangan pasar.
12. Surplus Produktivitas.

B. Pendekatan perbandingan data pasa dilakukan untuk menentukan nilai objek yang didasarkan
pada harga pasar objek yang dinilai tersebut. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan data
penjualan atau data penawaran dari objek pembanding atau sejenis atau pengganti dan data pasar
yang terkait melalui proses perbandingan. Sedangkan pendekatan biaya dilakukan dengan cara
menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau memperoleh objek penilaian atau
penggantinya pada waktu penilaian dilakukan dan dikurangi dengan penyusutan dan keusangan.
Kemudian selanjutnya juga ada pendekatan kapitalisasi pendapatan, yakni mempertimbangkan
pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan objek penilaian dan mengestimasi nilai melalu
proses kapitalisasi

2. A Barang Milik Daerah (BMD) sesuai pasal 1 butir 11 Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, adalah: “Semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah”. BMD pada dasarnya digunakan untuk penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/SKPD. Dalam rangka menjamin tertib dalam
penggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepada pengelola barang atas semua BMD yang
diperoleh untuk ditetapkan status penggunaannya. Penetapan status penggunaan BMD oleh
Gubernur/walikota/bupati.

Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan pengelolaan BMD, dalam hal pemanfaatan


BMD Gubernur/Bupati/Walikota berwenang dan bertanggung jawab menetapkan pemanfaatan
BMD, menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan, dan
menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk kerjasama penyediaan
infrastruktur.

Sebelumnya, mari kita mengenal pengertian pemanfaatan BMN terlebih dahulu. Menurut Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020, pemanfaatan BMN merupakan pendayagunaan aset
negara yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga
dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan. Untuk lebih jelasnya,
berikut beberapa hal terkait pemanfaatan BMN di Indonesia.

PERATURAN TERKAIT PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA


Seperti halnya sebuah peraturan yang senantiasa mengalami perubahan dan perbaikan, aturan
terkait pemanfaatan BMN juga banyak mengalami perubahan dari masa ke masa. Aturan terkait
pemanfaatan BMN mulai muncul pada tahun 1994 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor
470/KMK.01/1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik Negara/Kekayaan
Negara. Dalam keputusan ini, bentuk pemanfaatan yang berlaku sesuai keputusan tersebut hanya
ada tiga, yaitu disewakan, bangun guna serah, dan dipinjamkan.

Pada tahun 2007, diterbitkanlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik
Negara yang mencabut KMK Nomor 470/KMK.01/1994. Aturan ini lebih merinci tata cara
pengelolaan dan penatausahaan BMN. Terdapat tambahan dan perubahan nomenklatur pada pasal
bentuk pemanfaatan, yaitu sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan serta bangun guna serah
dan bangun serah guna.

Dalam rangka menyikapi perkembangan kondisi tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance), PMK 96/PMK.06/2007 dipecah menjadi beberapa aturan tersendiri sesuai dengan jenis
pengelolaan BMN. Pemanfaatan sendiri terpecah menjadi tiga, yakni PMK Nomor 78/PMK.06/2014
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara, PMK Nomor 33/PMK.06/2012
tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara yang telah diubah menjadi PMK Nomor
57/PMK.06/2016, serta PMK Nomor 164/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan
Barang Milik Negara dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur yang telah diubah menjadi PMK Nomor
65/PMK.06/2016.

Pada tahun 2020, terbitlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang
Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagai simplifikasi seluruh peraturan terkait pemanfaatan BMN
hingga saat ini.

B. Di Provinsi Kalimatan Utara sendiri, pemanfaatan BMN sudah banyak dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga, terutama untuk pemanfaatan dalam bentuk sewa, baik itu sewa tanah
dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan. Sepanjang tahun 2019 sampai 2020,
tercatat kurang lebih 20 persetujuan pemanfaatan yang telah disetujui oleh Pengelola Barang.
Beberapa contohnya antara lain sewa tanah dan bangunan Kementerian Agama Kab. Bulungan
untuk Kantin dan Aula, sewa sebagian bangunan Kantor Imigrasi Tarakan untuk ATM, sewa sebagian
tanah Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Tanjung Redeb untuk lahan penumpukan, sewa
peralatan dan mesin Universitas Borneo Tarakan dan masih banyak lagi.

Dengan adanya aturan terkait pemanfaatan BMN, semoga dapat meningkatkan kesadaran
Kementerian/Lembaga selaku pengguna BMN untuk senantiasa menggunakan BMN dengan sebaik-
baiknya serta tergerak untuk memanfaatkan BMN idle yang dikuasainya demi meningkatkan PNBP.
Di sisi lain, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa, BUMN, BUMD, BLU, Perseroan Terbatas, Badan
Hukum, Koperasi, Swasta dan masyarakatpun dapat ikut serta menyumbang PNBP lho! Jangan
biarkan aset negara kita tidur, yuk menjadi mitra pemanfaatan BMN demi menyongsong
penerimaan negara yang lebih baik.
3. Tinggi rendahnya kinerja aset mencerminkan keberhasilan organisasi dalam mengelola aset. Oleh
karena itu kinerja aset mencerminkan keberhasilan organisasi dalam mengelola aset . oleh karena
itu kinerja aset menjadi tolak ukur berhasilnya suatu pengelolaan aset tersebut.
Berikut indikatot penting mengukur kinerja aset :
A. Kondisi fisik aset setiap aset berwujud dapat diukur kondisi fisiknya. Hasil pengukuran fisik dapat
dikategorikan . menurut fisik aset dalam kondisi prima, layak pakai secara teknis, rusak ringan, rusak
berat dan dapat diperbaiki, rusak dan perlu pembaruan, serta rusak berat dan tidak bisa diperbaiki.
B. Funsionbalitas aset Pengukuran funsionalitas artinya mengukur tinfkat kecocokan aset yang
difungsikan dalam pekerjaan, misalnya penataan ruang serbaguna yang digunakan sebagai tempat
berbagai acara.
C. Utilitas Aset sebuah aset yang telah digunakan secara optimal lebih baik uttilisasinya daripada
aset yang menganggur. Jika aset menganggur , organisasi dapat mengupayakan pemanfaatan
kapasitas aset tersebut.
D. Kinerja keuangan dari aset kinerja keeuangan dapat dihitung melalui berbagai formulasi atau alat
ukur kinerja keuangan suatu aset fisik. Analisi laporan keuangan dengan menggunakan analisi rasio
keuangan dapat mencerminkan kinerja keuangan atas aset yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai