Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Optimalisasi Penggunaan Aset Dan Barang Publik


Tugas Mata Kuliah Management Asset

Dosen Pengampu:
Dr. KHUMAIDI, S.PdI., M.Si
Di susun oleh:
WARDATUT TOYYIBAH (202069080049)
LARAS AYU WIDYANINGTIYAS (202069080027)
QOMARIA RIZKI PUTRI (202069080030)
MUHAMMAD CHASAN (202069080053)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS YUDHARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Optimalisasi merupakan upaya meningkatkan kinerja pada suatu unit kerja ataupun pribadi
yang berkaitan dengan kepentingan umum, demi tercapainya kepuasan dan keberhasilan dari
penyenggaraan kegiatan tersebut .(Nurrohman,2017).

Dalam aset atau barang milik negara/daerah itu sendiri dikelola oleh unit organisasi yang
memiliki hak dan tanggung jawab atas aset tersebut. Pengelola barang/aset daerah tersebut adalah
pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta
melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah. (Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006).
Etik winarni (2020). Barang Publik disini dapat di artikan sebagai Barang Milik Negara, yang mana
aset ini dapat di nikmati oleh orang banyak yang artinya adalah masyarakat. Dalam Undang-undang
nomer17 tahun 2003 tentang keuangan Negara dinyatakan bahwa keuangan Negara adalah semua
hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.

Aset Negara merupakan sumber daya ekonomi yang harus di gunakan dengan optimal . Maka
Penggunaan aset perlu di optimalkan karena aset merupakan barang Publik atau di artikan sebagai
barang milik Negara yang mana nantinya akan di nikmati oleh banyak orang .
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dinyatakan bahwa
Barang Milik Negara (BMN)  adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN
dan perolehan lainnya yang sah. BMN dari perolehan yang sah yaitu diperoleh dari hibah atau
sumbangan yang sejenis, diperoleh dari pelaksanaan perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan
kepentingan Undang-Undang, diperoleh berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap (inkracht). Dalam proses optimalisasi ada beberapa elemen
permasalahan yang harus diidentifikasi yaitu tujuan bisa berbentuk maksimalisasi  atau
minimalisasi, alternatif keputusan pengambilan keputusan dihadapkan pada beberapa pilihan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan,sumberdaya yang terbatas sehingga dibutuhkan proses
optimalisasi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan optimalisasi BMN yaitu
simplikasi proses bisnis dalam pengelolaan BMN dimana perlu dilakukan penyederhanaan aturan-
aturan dalam pengelolaan BMN, revaluasi BMN sekaligus memetakan BMN idle.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah langkah-langkah dalam optimalisasi barang public dan asset ?


1.2.2 Apa saja elemen dalam mengoptimalkan barang public dan asset ?
1.2.3 Bagaimanakah pengendalian dan pemanfaatan BMN ?
BAB II
PEMBAHASAN

Kekayaan negara yang dikuasai berupa Barang Milik Negara/Daerah yang merupakan
keseluruhan barang yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah atau
perolehan lain yang sah (PP nomor, 27 tahun 2014). Barang Milik Negara dirinci menjadi
persediaan,tanah, mesin dan peralatan, gedung dan bangunan, jalan, jaringan dan irigasi, aset tetap
lainnya, konstruksi dalam pengerjaan, aset tidak berwujud (PMK Nomor 29/PMK.06/2010 tentang
Kodefikasi BMN).

Optimalisasi pengelolaan BMN yang merupakan proses kerja dalam manajemen asset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomis
yang dimiliki asset tersebut. Optimalisasi pemanfaatan asset merupakan hubungan antara kegunaan
layanan, imbalan, keuntungan dengan demikian optimalisasi merupakan pemanfaatan dari sebuah
asset dimana dapat menghasilkan manfaat yang lebih atau juga mendatangkan pendapatan.
Optimalisasi BMN akan menjadikan BMN dalam penggunaan terbaik (best use), dalam
bentuk maksimalisasi atau minimalisasi. Penentuan tujuan harus memperhatikan apa yang
dimaksimalkan dan apa yang diminimalkan. Maksimalisasi digunakan jika tujuan pengoptimalan
BMN untuk menghasilkan keuntungan, memperoleh pendapatan Negara dan sejenisnya.
Optimalisasi BMN dengan tujuan melakukan maksimalisasi adalah meningkatkan kualitas dan
kuantitas layanan pemerintah dan meningkatkan pendapatan negara. Minimalisasi digunakan jika
tujuan pengoptimalan BMN berhubungan dengan biaya, waktu, jarak, dan sejenisnya. Optimalisasi
BMN dengan tujuan melakukan minimalisasi adalah menekan biaya operasional penyelenggaraan
pemerintahan, menekan biaya pemeliharaan BMN, dan memperpendek waktu layanan agar jumlah
layanan yang diberikan semakin banyak. Dampak optimalisasi BMN antara lain meningkatkan
pelayanan pemerintahan (kualitas dan kuantitas) dengan dukungan pendayagunaan BMN yang
maksimal, meningkatkan pendapatan Negara, baik secara langsung dari pendayagunaan BMN
maupun secara tidak langsung yang berupa penurunan biaya pemeliharaan (maintenance cost)
BMN, dan menghemat waktu layanan, sehingga jumlah layanan yang diberikan akan semakin
meningkat (Resma Akbar Arifin;2022).
2.1 Langkah-langkah dalam optimalisasi barang publik dan asset

Resma Akbar Arifin (2022) mengatakan bahwa Langkah-langkah optimalisasi BMN dari
sisi Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang  dimulai dari pengusulan kebutuhan BMN
sesuai dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi sertamenyusun rencana kebutuhan pengadaan
BMN sesuai Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK). Pada saat penggunaan BMN,
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang perlu memaksimalkannya untuk penyelenggaraan tugas
dan fungsi, melakukan pemeliharaan BMN secara memadai dengan mengutamakan prosedur
pemeliharaan yang efektif dan efisien, serta melakukan pemanfaatan terhadap BMN
yang idle (masih terdapat kapasitas idle). Apabila suatu BMN tidak lagi diperlukan bagi
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara, maka Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
dapat menindak lanjuti dengan pemindah tanganan.

Strategi dalam optimalisasi BMN yaitu Cost Benefit Analysis yang merupakan suatu teknik
atau metode memilih opsi berdasarkan perbandingan jumlah biaya yang akan dikeluarkan dengan
perkiraan manfaat yang akan diterima atas setiap opsi. Setiap keputusan yang dipilih harus
dianalisis secara mendalam untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan perolehan manfaat.
Manfaat dari Cost vs Benefit Analysis adalah efisiensi penggunaan sumber daya, meminimalkan
risiko berupa kerugian dan/atau biaya yang ditanggung, memaksimalkan keuntungan dan/atau
manfaat yang diperoleh, dan memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Keputusan
dari hasil Cost vs Benefit Analysis ini ditentukan apabila biaya lebih besar daripada manfaat maka
tidak dipilih dalam pengambilan keputusan, sebaliknya jika biaya lebih kecil daripada manfaat
maka dapat dipilih dalam pengambilan keputusan.

Tahapan pertama dari Cost vs Benefit Analysis yaitu memilih opsi bentuk pemanfaatan


BMN, apakah pemanfaatan BMN tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan negara. Tahapan kedua yaitu melakukan identifikasi manfaat dan biaya yang timbul
dari setiap opsi pemanfaatan BMN yang selanjutnya dilakukan pengukuran dalam angka rupiah.
Misalkan satuan kerja A memiliki bangunan idle sebagian berupa dua ruangan masing-masing
berukuran 5m x 10m. Atas kondisi ini, terdapat 2 opsi rencana pemanfaatan dalam bentuk sewa
yaitu disewakan sebagai kantor atau disewakan sebagai kafe dan/atau kantin. Selanjutnya perlu
menetapkan opsi pemanfaatan BMN yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan,
dengan melakukan analisis biaya dan manfaat terhadap opsi apakah BMN disewakan sebagai kantor
atau disewakan sebagai kafe/kantin. Kuasa Pengguna Barang lebih memiliki dasar pertimbangan
yang baik dalam pengambilan keputusan. Keputusan tidak semata-mata didasarkan pada manfaat
yang dapat diukur dengan uang namun juga didasarkan pada manfaat lain yang tidak dapat diukur
dengan uang.

Optimalisasi BMN dalam penggunaan untuk mewujudkan efektivitas, yaitu digunakan


dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi berupa penggunaan tertinggi dan terbaik. Sedangkan
bentuk perwujudanefisiensi yaitu pemeliharaan selama penggunaan dilakukan secara memadai,
tidak boros dan tidak membebani keuangan Negara. Dalam pemanfaatan BMN jika masih terdapat
kapasitas berlebih atau menganggur, agar diupayakan untuk dapat menghasilkan pendapatan negara.
Untuk itu diperlukan analisis yang memadai dalam rangka pemanfaatan BMN agar pemanfaatan
BMN memberikan manfaat kepada negara dan tidak sebaliknya malah merugikan negara. Analisis
biaya dan manfaat digunakan untuk mengukur manfaat yang akan diperoleh dan biaya yang
ditimbulkan dari kegiatan pemanfaatan BMN. Dengan adanya analisis biaya dan manfaat ini
diharapkan Kuasa Pengguna Barang dapat menetapkan keputusan terbaik, khususnya untuk BMN
berupa tanah dan/atau bangunan gedung perkantoran yang SBSK-nya belum sesuai (Resma Akbar
Arifin;2022).

Banyak teori yang menjelaskan tentang strategi dan optimalisasi BMN, yang mana
semuanya berprioritas pada tujuan agar tercapai dengan efektif. Salah satu contoh terori yang
diterapkan adalah seperti yang telah di jelaskan diatas yaitu Cost Benefit Analysis. Teori ini
memiliki kelebihan meminimalisir resiko kerugian dan memaksimalkan laba/keuntungan. Sehingga
sangat kental sekali dengan bagaimana efesiensi penggunaan sember daya serta penggunaan atau
pengeluaran cost dalam pelaksanaan.

2.2 Pemanfaatan BMN


Ani Rejeki (2021) dalam tulisan artikelnya menuliskan bahwa Sesuai dengan PMK Nomor
115/PMK.06/2020, karakteristik dan penjelasan terkait bentuk-bentuk pemanfaatan BMN dapat
dijabarkan sebagai berikut.

1. Sewa
Definisi : Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan
menerima imbalan uang tunai.
Subjek : Pihak yang dapat menyewa antara lain Badan Usaha Milik
Negara/Daerah/Desa, Perorangan, Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan/negara dan badan usaha lainnya.
Objek : BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau
bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian.
Jangka waktu : Paling lama 5 (lima) tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian
dengan periode jam, hari, bulan maupun tahun dan dapat diperpanjang.
Kontribusi : Nilai sewa.
Contoh : Sewa ruangan ATM, sewa Aula Dhanapala Kementerian Keuangan, dll.

2. Pinjam Pakai
Definisi : Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan BMN dari
Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa dalam Jangka Waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir, diserahkan
kembali kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang.
Subjek : Pihak yang dapat meminjam pakai adalah Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa.
Objek : BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau
bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian.
Jangka Waktu : Paling lama 5 (lima) tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian
dan dapat diperpanjang.
Kontribusi : Manfaat ekonomi dan/atau sosial Pemerintahan Daerah atau Pemerintahan
Desa.
Contoh : Pinjam Pakai Kendaraan Dinas, Pinjam Pakai Gedung Kantor, dll.

3. Kerja Sama Pemanfaatan (Ksp)


Definisi : Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya.
Subjek : Pihak yang menjadi mitra KSP adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan/atau swasta kecuali perorangan.
Objek : BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau
bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian.
Jangka Waktu : Paling lama 30 (tiga puluh) tahun, untuk KSP Penyediaan infrastruktur
paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat
diperpanjang.
Kontribusi : Kontribusi tetap dan pembagian keuntungan.
Contoh : KSP Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, dll.

4. Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG)


Definisi : bangun guna serah adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
Selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
setelah berakhirnya jangka waktu.
bangun serah guna adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati.
Subjek : Pihak yang menjadi mitra BGS/BSG adalah BUMN, BUMD, Swasta
kecuali perorangan atau Badan Hukum Lainnya.
Objek : BMN berupa tanah
Jangka Waktu : Paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak penandatanganan perjanjian dan
tidak dapat diperpanjang.
Kontribusi : Kontribusi tahunan dan hasil BGS/BSG
Contoh : BGS Kompleks Tanah yang dikelola Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora
Bung Karno (PPGBK) Senayan, DKI Jakarta, dll.

5. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI)


Definisi : Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara pemerintah dan badan usaha
untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Subjek : Pihak yang menjadi mitra KSPI adalah Badan Usaha Swasta berbentuk
PT, Badan Hukum asing, BUMN, BUMD, Anak perusahaan BUMN, dan Koperasi.
Objek : BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau
bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian.
Jangka Waktu : Paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak penandatanganan perjanjian dan
dapat diperpanjang.
Kontribusi : Barang hasil KSPI dan pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback).
Contoh : KSPI Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, dll.

6. Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI)


Definisi : Pemanfaatan BMN melalui optimalisasi BMN untuk meningkatkan fungsi
operasional BMN guna mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan infrastruktur lainnya.
Subjek : Pelaksana KETUPI adalah Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN (PJPB)
dan Badan Layanan Umum (BLU) dengan mitra BUMD, Swasta berbentuk PT, Badan
Hukum Asing atau Koperasi.
Objek : BMN berupa tanah dan/atau bangunan beserta fasilitasnya.
Jangka Waktu : Paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak penandatanganan perjanjian dan
dapat diperpanjang.
Kontribusi : Pembayaran dana di muka (upfront payment) dan Aset hasil KETUPI
Contoh : Pembangunan Jalan Tol, Bendungan dan Pelabuhan yang dikelola oleh
Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) melalui skema
KETUPI, dll.

Pemanfaatan BMN di klasifikasikan berdasarkan bentuk-bentuknya. Melalui bentuk-bentuk


inilah yang membedakan manfaat sesuai konsep tujuan setiap bentuk. Tidak hanya konsep tapi
subjek, objek, bahkan kontribusi setiap bentuk juga berbeda. Seperti halnya kontribusi, perlu adanya
feedbanck antar keduanya agar tidak hanya satu pihak yang mendapat keuntungan. Klasifikasi
bentuk menyebabkan muncul adanya berbagai opini masyarakat tentang BMN, tentang penggunaan
bentuk yang terbaik serta yang paling efektif menurut pandangan maing-masing.

2.3 Pengendalian dan pemanfaatan BMN


Menurut Harben Sani sebagai Kabag BMN Unand dalam tulisannya menyatakan bahwa:
Mekanisme Pengendalian dan Pengawasan BMN (Wasdal) PMK 244/PMK.06/2012 sebagaimana
diubah dengan PMK 52/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan
Pengendalian BMN. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan adalah meliputi kegiatan
penatausahaan dan penertiban atas pelaksanaan pengguna, pemanfaatan pemindah tanganan,
pemeliharaan dan pengawasan BMN, pelaksanaan pengawasan BMN Universitas Andalas
dilakukan berupa :
(1.) Penertiban administrasi laporan tahunan wasdal
(2.) Penertiban dokumen sebagai tanda kepemilikan barang milik Negara baik yang bersumber
dari APBN maupun perolehan yang sah lainnya. Dalam bentuk penyelesaian sertifikat
tanah dan bangunan serta dokumen surat hibah, Penetapan Status Pengguna (PSP) dan
penertiban berita acara serahterima pemanfaatan BMN (BAST)
(3.) Penyelesaian kasus pengelolaan BMN yang berpotensi penguasaan BMN oleh pihak lain.
(4.) Dalam rangka meminimalisasi asset yang berpotensi sengketa terutama tanah dan
bangunan dilakukan menunjukan tapal batas yang jelas berupa pilar dan pagar.
(5.) Edukasi secara periodik masyarakat agar ikut mengawasi dan menjaga asset BMN yang
berbatas dengan lingkungan luar kampus.
(6.) Edukasi secara periodic terhadap pemakai barang milik Negara perlu ditingkatkan antara
lain dengan melakukan kegiatan kodefikasi/label BMN dengan harapan agar semua
pengguna dapat bertanggungjawab dan memeliahara BMN yang dalam penggunaannya.

Adanya regulasi peraturan ditetapkan karena adanya problem baru, sehingga perlu adanya
pembaruan peraturan agar tujuan yang mana dari awal telah ditetapkan dapat tetap tercapai. Dalam
pengendalian dan pemanfaatan BMN ini telah di tetapkan dalam sebuah keputusan peraturan,
sehingga BMN berjalan linier sesuai peraturan tersebut sebagai pedoman dan dapat mencapai
optimalisasi serta efektifitas BMN tetap berjalan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resma Akbar Arifin (2022) mengatakan bahwa Langkah-langkah optimalisasi BMN dari
sisi Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang  dimulai dari pengusulan kebutuhan BMN
sesuai dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi sertamenyusun rencana kebutuhan pengadaan
BMN sesuai Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK). Strategi dalam optimalisasi BMN
yaitu Cost Benefit Analysis yang merupakan suatu teknik atau metode memilih opsi berdasarkan
perbandingan jumlah biaya yang akan dikeluarkan denganperkiraan manfaat yang akan diterima
atas setiap opsi. Strategi ini memiliki 3 tahap yaitu, pertama memilih opsi bentuk pemanfaatan
BMN, apakah pemanfaatan BMN tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan negara. Tahapan kedua yaitu melakukan identifikasi manfaat dan biaya yang timbul
dari setiap opsi pemanfaatan BMN yang selanjutnya dilakukan pengukuran dalam angka rupiah,
selanjutnya menetapkan opsi pemanfaatan BMN yang dapat dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan, dengan melakukan analisis biaya dan manfaat terhadap opsi.
Berdasarkan PMK Nomor 115/PMK.06/2020, karakteristik dan penjelasan terkait bentuk-
bentuk pemanfaatan BMN terdapat 6 bentuk yaitu disewakan, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG), Kerja Sama Penyediaan
Infrastruktur (KSPI), Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI).

Acuan mekanisme pengendalian dan pengawasan (Wasdal) telah mengalami regulasi


menjadi PMK 52/PMK.06/2016 yang mana dalam peraturan terbaru ini di jelaskan tentang tata cara
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian BMN lebih baik lagi. Dimana dalam pengawasan dan
pengendalian yang dilakukan ini meliputi kegiatan penatausahaan dan penertiban atas pelaksanaan
pengguna, pemanfaatan pemindah tanganan, pemeliharaan dan pengawasan BMN.

DAFTAR PUSTAKA

Winarni,etik.Analisis Pengelolaan Aset/Barang (Barang Milik Negara) di Kantor Dinas Pekerjaan


Umum Provinsi Jambi.Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 2020: 147-154
Sani,Harben.” optimalisasi pemanfatan barang milik negara(BMN) berpeluang tingkatan
penerimaan badan layanan umum(BLU)UNAND” .Diakses pada 17 Desember 2022.
https://administrasi.unand.ac.id/berita/item/94-optimalisasi-pemanfaatan-barang-milik-negara-
bmn-berpeluang-tingkatkan-penerimaan-badan-layanan-umum-blu-unand
Rejeki,Ani.”mengenal pemanfaatan barang milik negara”, diakses pada 17 desember
2022.https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13701/Mengenal-Pemanfaatan-Barang-Milik-
Negara.html.
Arifin,Resma Akbar.”optimalisasi barang milik negara”, dakses pada 17 desember
2022.https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-batam/baca-artikel/15142/OPTIMALISASI-BARANG-
MILIK-NEGARA.html

Anda mungkin juga menyukai