Anda di halaman 1dari 5

Nama : ALZIPCO VANDANA WARNAWAN

NIM :049344595

MATKUL HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

SOAL: Banjar Pinjam Pakai Jalan Irigasi untuk Penataan Kawasan


Sekumpul BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Pemerintah Kabupaten Banjar
menandatangani pinjam pakai jalan inspeksi irigasi, dengan Balai Wilayah Sungai
Kalimantan III Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR. Penandatanganan dilakukan
Bupati Banjar H Saidi Mansyur bersama Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III
Dirjen Sumberdaya Air Kementerian PUPR, Fikri Abdurrachman, di Mahligai Sultan Adam,
Kota Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan, Senin (2/8/2021). Bupati Banjar H Saidi
Mansyur l mengatakan penandatangan perjanjian sehubungan dengan antisipasi wilayah sungai
dalam rangka penataan kawasan Sekumpul Kota Martapura. "Hal ini dalam rangkaian
pembuatan pedestrian, ruang terbuka publik, jaringan outlet drainase dari jembatan irigasi
hingga jembatan Sungai Paring," jelasnya. Pemerintah daerah, sebut Saidi, akan
memaksimalkan pemanfaatan jaringan irigasi dan jalan inspeksi wilayah Sekumpul. Pihaknya
selalu berkoordinasi, apabila ada hal-hal teknis pada saat pembangunan, perbaikan dan
pemeliharaannya. Penandatangan pinjam pakai barang milik negara pada jaringan irigasi Riam
Kanan Kabupaten Banjar berupa jalan inspeksi saluran primer Riam Kanan ruas BRK 8D-
BRK 8, disaksikan Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra H.Masruri. Turut pula Plt Asisten
Perekonomian dan Pembangunan Ikhwansyah, perwakilan Dinas PUPR Kabupaten Banjar,
Kepala Dinas Sosial H Ahmadi, Kepala Dinas Kesehatan Banjar Diauddin, Kalak BPBD
Banjar Irwan Kumar dan perwakilan TP PKK Kabupaten Banjar. (AOL/*) Artikel ini telah
tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Pemerintah Kabupaten Banjar Pinjam Pakai
Jalan Irigasi untuk Penataan Kawasan
Sekumpul. https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/08/03/pemerintah-kabupaten-banjar-
pinjam-pakai-jalan-irigasi-untuk-penataan-kawasan-sekumpul. Dalam rangka
mengoptimalkan kemanfaatan barang milik negara, dapat dilakukan model pemanfaatan
barang milik negara, selain sewa yakni pinjam pakai seperti yang terdapat dalam Lampiran III
PMK No 96/PMK.06/2007.

Pertanyaan :
1. Dari contoh artikel di atas, jelas bahwa penandatanganan pinjam pakai tersebut telah
melalui parameter yang harus dipenuhi BMN yang dapat dijadikan objek pinjam pakai,
simpulkan parameter yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, baik yang dapat
dilakukan oleh BMN maupun pengguna barang!
2. Sebelum dilakukan penandatanganan atau pembuatan perjanjian, harus ada
penilai terhadap BMN yang dijadikan objek kerja sama, berikan analisis saudara
proses penilaian yang harus dilakukan!
Jawab:
1. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020, pemanfaatan BMN
merupakan pendayagunaan aset negara yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak
mengubah status kepemilikan. Aturan terkait pemanfaatan BMN mulai muncul pada
tahun 1994 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.01/1994 tentang
Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik Negara/Kekayaan Negara.
Dalam keputusan ini, bentuk pemanfaatan yang berlaku sesuai keputusan tersebut hanya
ada tiga, yaitu disewakan, bangun guna serah, dan dipinjamkan. Pada tahun 2007,
diterbitkanlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang
Milik Negara yang mencabut KMK Nomor 470/KMK.01/1994. Aturan ini lebih merinci
tata cara pengelolaan dan penatausahaan BMN. Terdapat tambahan dan perubahan
nomenklatur pada pasal bentuk pemanfaatan, yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama
pemanfaatan serta bangun guna serah dan bangun serah guna. Dalam rangka menyikapi
perkembangan kondisi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), PMK
96/PMK.06/2007 dipecah menjadi beberapa aturan tersendiri sesuai dengan jenis
pengelolaan BMN. Pemanfaatan sendiri terpecah menjadi tiga, yakni PMK Nomor
78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara,
PMK Nomor 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik
Negara yang telah diubah menjadi PMK Nomor 57/PMK.06/2016. Pada tahun 2020,
terbitlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan
Barang Milik Negara sebagai simplifikasi seluruh peraturan terkait pemanfaatan BMN
hingga saat ini.
Sesuai dengan PMK Nomor 115/PMK.06/2020, karakteristik dan penjelasan terkait
bentuk-bentuk pemanfaatan BMN dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Sewa
Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima
imbalan uang tunai. Pihak yang dapat menyewa antara lain Badan Usaha Milik
Negara/Daerah/Desa, Perorangan, Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan/negara dan badan usaha lainnya. Objek BMN berupa tanah dan/atau
bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun
sebagian. Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan
perjanjian dengan periode jam, hari, bulan maupun tahun dan dapat diperpanjang.
Contoh, sewa ruangan ATM, sewa Aula Dhanapala Kementerian Keuangan.
2) Pinjam Pakai
Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan BMN dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa dalam Jangka Waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir, diserahkan kembali
kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang. Pihak yang dapat meminjam pakai adalah
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa. Objek BMN berupa tanah dan/atau
bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian.
Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian dan
dapat diperpanjang. Contoh, pinjam pakai kendaraan dinas, pinjam pakai gedung
kantor.
3) Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya.
Pihak yang menjadi mitra KSP adalah Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan/atau swasta kecuali
perorangan. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau
bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 30 tahun,
untuk KSP Penyediaan infrastruktur paling lama 50 tahun sejak penandatanganan
perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, KSP Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya.
4) Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG)
Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan
cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati. Selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Sedangkan Bangun Serah Guna
adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang disepakati. Pihak yang menjadi mitra BGS/BSG adalah BUMN, BUMD, Swasta
kecuali perorangan atau Badan Hukum Lainnya. Objek BMN berupa tanah. Jangka
waktu aling lama 30 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan tidak dapat
diperpanjang. Contoh, BGS Kompleks Tanah yang dikelola Pusat Pengelolaan
Kompleks Gelora Bung Karno (PPGBK) Senayan, DKI Jakarta.
5) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI)
Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk
kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pihak yang menjadi mitra KSPI adalah Badan Usaha Swasta berbentuk PT, Badan
Hukum asing, BUMN, BUMD, Anak perusahaan BUMN, dan Koperasi. Objek BMN
berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu
seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak
penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, KSPI Pelabuhan
Patimban, Subang, Jawa Barat.
6) Kerja Sama Terbatas untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI)
Pemanfaatan BMN melalui optimalisasi BMN untuk meningkatkan fungsi operasional
BMN guna mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan infrastruktur lainnya.
Pelaksana KETUPI adalah Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN (PJPB) dan Badan
Layanan Umum (BLU) dengan mitra BUMD, Swasta berbentuk PT, Badan Hukum
Asing atau Koperasi. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan beserta fasilitasnya.
Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat
diperpanjang. Contoh, pembangunan jalan tol, bendungan dan pelabuhan yang
dikelola oleh Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU
LMAN) melalui skema KETUPI.
Dengan adanya aturan terkait pemanfaatan BMN, dapat meningkatkan kesadaran
Kementerian/Lembaga selaku pengguna BMN untuk senantiasa menggunakan BMN
dengan sebaik-baiknya serta tergerak untuk memanfaatkan BMN idle yang dikuasainya
demi meningkatkan PNBP.

2. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan BMN selain perencanaan
kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan
pemeliharaan, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan
pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Dalam ketentuan umum PP Nomor 27 Tahun
2014, Penilaian BMN merupakan proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai
atas suatu objek penilaian berupa BMN pada saat tertentu. Opini nilai yang dihasilkan
akan dipergunakan dalam proses pengelolaan BMN sesuai dengan tujuan awal
pelaksanaan penilaian. Pasal 48 yang merupakan pasal pertama dalam Bab VIII
Penilaian menyatakan bahwa penilaian BMN dilakukan dalam rangka:
1) Penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.
Penetapan nilai BMN dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat dilakukan
dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (Pasal 49).
2) Pemanfaatan kecuali Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai
Dalam pemanfaatan BMN, penilaian diperlukan untuk bentuk-bentuk pemanfaatan
BMN berupa sewa, kerja sama pemanfaatan, bangunan guna serah atau bangunan
serah guna, dan kerja sama penyediaan infrastruktur. Hal ini karena dalam
pemanfaatan BMN tersebut terdapat adanya potensi penerimaan negara dari hasil
pemanfaatan BMN sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan kewajaran
penerimaan negara dari pemanfaatan BMN. Sedangkan untuk pemanfaatan BMN
dalam bentuk pinjam pakai tidak perlu dilakukan penilaian karena tidak terdapat
potensi penerimaan negara. Dalam pinjam pakai hanya terdapat perubahan
penggunaan BMN untuk jangka waktu tertentu tanpa adanya imbalan yang diberikan.
3) Pemindahtanganan kecuali Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah dalam
pemindahtanganan BMN, penilaian diperlukan untuk pemindahtanganan dengan cara
penjualan, tukar menukar, dan penyertaan modal Pemerintah Pusat. Hal ini karena
dalam pemindahtanganan BMN dengan cara tersebut, ada penggantian yang diterima
dari kegiatan pemindahtanganan baik penggantian berupa uang, barang maupun
penyertaan modal Pemerintah sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan
kewajaran dari penggantian tersebut. Pengecualian pelaksanaan penilaian dilakukan
terhadap pemindahtanganan dengan cara hibah karena dalam pemindahtanganan
dengan cara ini tidak ada bentuk penggantian yang diterima.
Hal penting mengenai penilaian BMN dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 yang wajib
diketahui dan diperhatikan oleh setiap pegawai DJKN dalam pelaksanaan tugas
pengelolaan BMN yaitu:
1) Untuk penilaian BMN berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan
atau pemindahtanganan dilakukan oleh penilai pemerintah atau penilai publik yang
ditetapkan oleh pengelola barang;
2) Untuk penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan
atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh pengguna barang
dan dapat melibatkan penilai baik penilai pemerintah atau penilai publik yang
ditetapkan oleh pengguna barang.
Demikian garis besar penilaian BMN yang diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2014.

Dasar Hukum:
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020
• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.01/1994
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara
• PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
Negara
• PMK Nomor 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara
• PMK Nomor 57/PMK.06/2016
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik
Negara
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan BMN/BMD Sumber:
• BMP ADPU4332 Hukum Administrasi Negara
• https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tarakan/baca-artikel/13701/Mengenal-
Pemanfaatan-Barang-Milik- Negara.html
• https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7602/Lebih-Dekat-dengan-Penilaian-
Penilaian-BMN-dalam-PP- Nomor-27-Tahun-
2014.html#:~:text=Dalam%20ketentuan%20umum%20PP%20Nomor,dengan%20tuju
an
%20awal%20pelaksanaan%20penilaian.

Anda mungkin juga menyukai