Anda di halaman 1dari 2

Sewa dan Penerusan Sewa Barang Milik Negara

Nowo Agus Riswantoro


Jum'at, 10 Maret 2023 | 2081 kali

Banyak yang bertanya kepada Penulis tentang bisakah suatu Barang Milik Negara (BMN) yang sudah disewa, disewakan kembali
oleh Penyewa kepada pihak lain? Pertanyaan semacam ini datang baik dari Satuan Kerja, rekan sejawat di Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN), maupun istri Penulis sendiri pun pernah menanyakan hal ini (red: istri Penulis juga merupakan pegawai
DJKN).

Jawaban atas pertanyaan semacam itu sebenarnya telah diatur dalam 2 (dua) peraturan, yaitu:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara (red: PMK 115/2020); dan
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 213/KM.6/2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara (red:
KMK 213/2021).

Sayangnya, meskipun telah membaca peraturan tersebut, Penanya mungkin masih ragu dalam memutuskan
tentang Penerusan Sewa. Penerusan Sewa? Ya betul, itulah diksi yang digunakan untuk menggambarkan tentang suatu BMN yang
telah disewa oleh Penyewa, kemudian BMN tersebut disewakan kembali oleh Penyewa kepada pihak lain.

Sebelum membahas tentang Penerusan Sewa, Penulis mengajak Pembaca untuk melakukan kilas balik mengenai
ketentuan dan tahapan yang harus dilalui dalam Sewa BMN. Secara umum, ketentuan Sewa BMN meliputi:
1. Sewa dilakukan sepanjang memberikan manfaat ekonomi bagi pemerintah dan/atau masyarakat.
2. Penyewa BMN dapat melakukan Penerusan Sewa kepada pihak lain dengan persetujuan Pengguna Barang.
3. Selama masa sewa, objek sewa dapat diubah bentuknya, dengan ketentuan:
a. tidak mengubah konstruksi dasar;
b. perubahan telah diatur dalam perjanjian sewa; dan
c. objek sewa wajib dikembalikan dalam kondisi baik dan layak fungsi.

Objek Sewa BMN sendiri meliputi BMN berupa:


1. tanah dan/atau bangunan; atau
2. selain tanah dan/atau bangunan,
yang berada pada Pengelola Barang/Pengguna Barang. Dalam tulisan ini, Penulis akan mempersempit bahasannya hanya pada BMN
yang berada pada Pengguna Barang saja.

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang harus mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang apabila akan menyewakan BMN-
nya. Berikut ini tahapan singkat tentang Sewa BMN:
1. Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan Sewa BMN kepada Pengelola Barang, dengan dilampiri dokumen-
dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Apabila dokumen permohonan lengkap, Pengelola Barang melakukan penilaian untuk menentukan nilai wajar sewa BMN tersebut;
3. Pengelola Barang (atas nama Menteri Keuangan) menerbitkan surat persetujuan Sewa BMN, yang kurang lebih memuat:
a. BMN yang disewa;
b. Jangka waktu dan periodesitas Sewa;
c. Nilai/besaran Sewa; dan
d. Penyewa;
4. Pengguna Barang dapat menetapkan besaran sewa lebih tinggi dari besaran sewa yang tercantum dalam surat persetujuan Pengelola
Barang dalam rangka peningkatan penerimaan negara, sepanjang Pengguna Barang memiliki keyakinan bahwa peningkatan
besaran sewa tidak menghilangkan potensi pemanfaatan BMN;
5. Pengguna Barang membuat Billing melalui SIMAN modul Wasdal, yang kemudian disampaikan kepada Penyewa;
6. Berdasarkan Billing dari Pengguna Barang, Penyewa harus menyetorkan besaran sewa ke rekening Kas Umum Negara;
7. Perjanjian sewa ditandatangani oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan Penyewa, setelah Penyewa melunasi kewajiban
pembayaran sewa (bukti setor dilampirkan);
8. Penandatanganan perjanjian sewa paling lambat 3 (tiga) bulan sejak terbit Surat Persetujuan Pengelola Barang; dan
9. Pengguna Barang melaporkan pelaksanaan sewa kepada Pengelola Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
ditandatanganinya perjanjian sewa, dengan melampirkan Surat Perjanjian Sewa dan Bukti Setor dari Penyewa.

Selanjutnya, apabila terdapat Penerusan Sewa, maka harus dituangkan dalam perjanjian sewa antara Pengguna Barang dan
Penyewa. Yang perlu diperhatikan baik-baik adalah Penerusan Sewa ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Hal-hal yang
wajib dicermati adalah sebagai berikut:
1. Penerusan Sewa hanya dapat dilakukan oleh Penyewa kepada pihak penerima Penerusan Sewa yang memiliki
kelompok jenis kegiatan usaha yang sama dengan Penyewa;
2. Jangka waktu Penerusan Sewa paling lama sampai dengan berakhirnya jangka waktu sewa;
3. Pemilihan pihak penerima Penerusan Sewa dilakukan oleh Penyewa;
4. Penyewa menyampaikan informasi tertulis kepada Pengguna Barang atas pelaksanaan Penerusan Sewa; dan
5. Pihak penerima Penerusan Sewa tidak dapat melakukan Penerusan Sewa kepada pihak lain.

Yang menarik adalah pengaturan pada nomor 1 yang dicetak huruf tebal di atas, yaitu dalam membandingkan kelompok jenis
kegiatan usaha antara Penyewa dengan pihak penerima Penerusan Sewa. Berdasarkan Pasal 19 dan Pasal 20 PMK 115/2020, jenis
kegiatan usaha dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Kegiatan Bisnis
diperuntukkan bagi kegiatan yang berorientasi semata-mata mencari keuntungan yang klasifikasinya berpedoman pada klasifikasi
baku lapangan usaha Indonesia yang ditetapkan oleh Pemerintah.
2. Kegiatan Non Bisnis
diperuntukkan bagi kegiatan yang menarik imbalan atas barang/jasa yang diberikan, namun tidak semata-mata mencari
keuntungan, meliputi:
a. pelayanan kepentingan umum yang menarik imbalan dalam jumlah tertentu,
b. penyelenggaraan pendidikan nasional, atau
c. upaya pemenuhan kebutuhan pegawai atau fasilitas yang diperlukan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Pengguna
Barang.
3. Kegiatan Sosial
diperuntukkan bagi kegiatan yang tidak menarik imbalan atas barang/jasa yang diberikan dan/atau tidak berorientasi mencari
keuntungan, meliputi:
a. pelayanan kepentingan umum yang tidak menarik imbalan,
b. kegiatan keagamaan,
c. kegiatan kemanusiaan, atau
d. kegiatan penunjang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan/negara.

Penentuan jenis kegiatan usaha ini menjadi sangat penting karena akan menentukan besaran faktor penyesuai sewa yang akan
diberikan, sebagaimana ketentuan Pasal 21 PMK 115/2020. Besaran faktor penyesuai sewa jelas sangat berdampak pada
nilai/besaran sewa yang harus disetorkan oleh Penyewa ke rekening Kas Umum Negara.

Terakhir, Penulis mengajak seluruh Aparatur Sipil Negara untuk bersama-sama memelihara dan mengoptimalkan BMN. "Saya
sering menyampaikan jangan aset itu setelah didapatkan dia tidur tidak ada gunanya. Ini ruginya banyak sekali," ujar Menteri
Keuangan, Sri Mulyani, di acara Anugerah Reksa Bandha di Aula Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (23/11/2022).

Penulis: Setyo Widodo, Pelaksana pada Seksi Pengelolaan Kekayaan Negara KPKNL Pamekasan.

Anda mungkin juga menyukai